biosos kelompok 3.doc

35
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan dan pangan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. hal ini disebabkan manusia bersama makhluk hidup yang lainnya memerlukan makanan untuk keberlangsungan hidupnya. Tanpa pangan manusia tidak dapat bertahan hidup untuk melanjutkan kebrlangusngan hidupnya. Sehingga pertumbuhan jumlah penduduk di suatu wilayah harus diimbangi dengan peningkatan sumber bahan makanan di wilayah tersebut. Thomas Robert Malthus (1798) telah memprediksi bahwa dunia akan menghadapi ancaman karena ketidakmampuan penyediaan pangan yang memadai bagi penduduknya. Malthus dalam teorinya mengungkapkan bahwa peningkatan produksi pangan mengikuti deret hitung dan pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sehingga manusia pada masa depan akan mengalami ancaman kekurangan pangan. Sehingga diperlukan suatu usaha yang maksimal untuk menciptakan sebuah keseimbangan antara tingkat pertumbuhan penduduk dan ketersediaan pangan. Dewasa ini pertumbuhan jumlah penduduk di Seluruh wilayah Indonesia semakin meningkat. Salah satunya adalah di wilayah Kota Malang. Berdasarkan catatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil (2013)

Upload: ani

Post on 31-Jan-2016

236 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Biosos Kelompok 3.doc

TRANSCRIPT

Page 1: Biosos Kelompok 3.doc

BAB I

1.1 Latar Belakang

Masalah kependudukan dan pangan merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. hal ini disebabkan manusia bersama

makhluk hidup yang lainnya memerlukan makanan untuk keberlangsungan

hidupnya. Tanpa pangan manusia tidak dapat bertahan hidup untuk melanjutkan

kebrlangusngan hidupnya. Sehingga pertumbuhan jumlah penduduk di suatu

wilayah harus diimbangi dengan peningkatan sumber bahan makanan di wilayah

tersebut. Thomas Robert Malthus (1798) telah memprediksi bahwa dunia akan

menghadapi ancaman karena ketidakmampuan penyediaan pangan yang memadai

bagi penduduknya. Malthus dalam teorinya mengungkapkan bahwa peningkatan

produksi pangan mengikuti deret hitung dan pertumbuhan penduduk mengikuti

deret ukur sehingga manusia pada masa depan akan mengalami ancaman

kekurangan pangan. Sehingga diperlukan suatu usaha yang maksimal untuk

menciptakan sebuah keseimbangan antara tingkat pertumbuhan penduduk dan

ketersediaan pangan.

Dewasa ini pertumbuhan jumlah penduduk di Seluruh wilayah Indonesia

semakin meningkat. Salah satunya adalah di wilayah Kota Malang. Berdasarkan

catatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil (2013) menunjukkan bahwa

Kecamatan Kedungkandang juga menempati pertumbuhan penduduk yang tinggi,

yaitu 191.851 jiwa. Dibandingkan dengan 4 kecamatan yang lainnya seperti

Klojen, Sukun, Blimbing dan Lowokwaru, kecamatan Kedungkandang memiliki

jumlah penduduk tertinggi. Melihat angka jumlah penduduk di Kecamtaan

Kedungkandang yang tinggi tersebut, maka setelah kami survey ada beberapa

tempat diatas bukit yang memiliki keterbatasan akses pangan dan juga air, yaitu

kelurahan Buring/ Puncak Buring.

Pertumbuhan penduduk di Wilayah Kelurahan Buring ini sangat pesat,

namun terbagi dalam dua kelompok wilayah. Wilayah lembah Buring memiliki

kecukupan pangan yang cukup, sedangkan wilayah Puncak Bukit Buring memiliki

kecukupan pangan yang kurang memadai, padahal disana terdapat kampung yang

Page 2: Biosos Kelompok 3.doc

padat penduduk. Keadaan tersebut muncul karena beberapa faktor, seperti akses

yang jauh dan juga sulit, lahan yang tandus dan perekonomian warga yang masuk

kategori kalangan menengah kebawah. Oleh karena itu dalam makalah ini akan

membahas tentang hubungan makhluk hidup dan lingkungannya terkait dengan

peningkatan jumlah penduduk dengan Ketersediaan sumber bahan makanan di

Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan masalah

untuk makalah ini antara lain sebagai berkut.

1. Bagaimana kondisi kepadatan penduduk di Kelurahan Buring, Kecamatan

Kedungkandang?

2. Bagaimana kondisi ketersediaan sumber bahan makanan di Kelurahan Buring,

Kecamatan Kedungkandang?

3. Bagaimana hubungan antara kepadatan penduduk dengan ketersediaan sumber

bahan makanan di Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penyusunan makalah

ini antara lain sebagai berikut.

1. Mengetahui kondisi kepadatan penduduk di Kelurahan Buring, Kecamatan

Kedungkandang.

2. Mengetahui kondisi ketersediaan sumber bahan makanan di Kelurahan

Buring, Kecamatan Kedungkandang.

3. Mengetahui hubungan antara kepadatan penduduk dengan ketersediaan

sumber bahan makanan di Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang.

Page 3: Biosos Kelompok 3.doc

BAB I1

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepadatan Penduduk

Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah

yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu

sama lain secara terus menerus / kontinu. Dalam sosiologi, penduduk adalah

kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.

Penduduk suatunegara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:

• Orang yang tinggal di daerah tersebut

• Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. ( handi putro:

2011)

Sedangkan menurut UUD 1945 pasal 26 ayat 2 “Penduduk adalah Warga

Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia”.

Penduduk merupakan salah satu faktor terpenting selain wilayah bagi

perkembangan negara karena tanpa penduduk negara tidak akan terbentuk. Jumlah

penduduk di suatu wilayah dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan hal

tersebut dikenal sebagai dinamika penduduk. Teori mengenai penduduk pertama

kali dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus. Pada permulaan tahun 1798

Malthus menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang)

apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi

dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini. Dinamika penduduk atau

perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu Kelahiran

(natalitas), Kematian (mortalitas), dan Migrasi (perpindahan). ( Todaro 2000),

Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan membagi jumlah penduduk

dengan luas area dimana mereka tinggal. Kepadatan penduduk di suatu wilayah

tertentu, yang tidak diimbangi dengan tersedianya bahan makanan akan

menimbulkan permasalahan serius terhadap kesejahteraan dan kesehatan

Page 4: Biosos Kelompok 3.doc

penduduknya. Malthus berpendapat bahwa untuk hidup manusia memerlukan

bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan

pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami

kekurangan bahan makanan, inilah sumber dari kemelaratan manusia. Selain itu,

dampak lingkungan yang akan dialami apabila terjadinya ledakan penduduk

adalah makin berkurangnya lahan produksi pertanian atau dengan kata lain

terkonversinya lahan pertanian yang ada menjadi pemukiman penduduk sehingga

menurunnya produksi pangan.(haryo saptono: 2012 )

2.3 Penyebab Terjadinya Ledakan Penduduk

Jumlah populasi di suatu Negara akan meningkat sangat cepat pada deret

ukur atau tingkat geometrik. Sedangkan pada saat yang bersamaan persediaan

pangan meningkat menurut deret hitung. Maltus menjelaskan bahwa tidak

seimbangnya laju pertumbuhan penduduk dengan ketersedian pangan dapat

menyebabkan terjadinya ledakan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk dapat

terjadi akibat dari 3 faktor pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran (fertility),

kematian (mortality) dan juga akibat dari migrasi (migration). Dalam teorinya

tersebut Malthus memiliki kelemahan karena dia tidak memperhitungkan begitu

besarnya dampak sosial dan teknologi dalam mengimbangi laju pertumbuhan

penduduk.( Dalimunthe :2010)

Di negara-negara berkembang perkembangan penduduk sangat pesat

khususnya di daerah perkotaan yang merupakan pusat dari kegiatan ekonomi.

Tingginya perkembangan penduduk kota terutama disebabkan migrasi yang

dilakukan oleh penduduk pedesaan. Urbanisasi merupakan salah satu aspek

migrasi yang akan mempengaruhi pertambahan penduduk perkotaan. Munculnya

urbanisasi yang berlebihan di suatu negara dipicu oleh pesatnya pertumbuhan

penduduk yang didukung oleh menurunnya angka kematian serta adanya

kebijakan pemerintah yang cenderung bias ke kota. Tingginya angka migrasi ke

kota menyebabkan tidak meratanya distribusi penduduk atau persebaran penduduk

sehingga terjadi pemusatan penduduk di perkotaan. Akibatnya kepadatan

penduduk di perkotaan tersebut semakin tinggi. Tingginya angka migrasi ini

Page 5: Biosos Kelompok 3.doc

disebabkan karena adanya faktor-faktor penarik dan pendorong yang

menyebabkan penduduk pedesaan atau penduduk daerah lain tersebut melakukan

perpindahan kedaerah perkotaan (Dalimunthe : 2010).

2.4 Ketersedian Sumberbahan Pangan

Indonesia sebagai negara agraris sangat berpotensi sebagai penghasil

beras. Pertanian merupakan sumber daya alam terbesar yang dimiliki oleh negera

Indonesia. Sekitar tahun 1984 pertanian Indonesia menjadi sorotan dunia, hal itu

dikarenakan Indonesia mampu berswasembada beras. Namun demikian, tahun-

tahun berikutnya hasil produksi beras Indonesia terus mengalami penurunan

(Ambarinanti, 2007).

Laju peningkatan produksi bahan pangan terutama beras berjalan relatif

lambat dibandingkan dengan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Hal ini

terbukti dengan masih diperlukannya impor beras walaupun hanya sekitar 262

ribu ton pada tahun 2006 (Departemen Pertanian 2008). Bertambahnya jumlah

penduduk setiap tahun secara langsung mengindikasikan peningkatan konsumsi

penduduk. Sedangkan kelambatan peningkatan produksi pangan tersebut

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konversi lahan sawah dan persaingan

penggunaan air. Dampak secara langsung dari konversi bentuk pemanfaatan lahan

pertanian adalah berkurangnya lahan pertanian yang secara langsung berpengaruh

pada penurunan produksi pertanian.Dampak konversi lahan pertanian terutama

pertanian lahan sawah akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan beras di

daerah- daerah di indonesa. Tingkat kecukupan beras merupakan keberhasilan

pangan. (Harini, 2012).

Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman,

ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein lemak dan

vitamin serta mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.

Pengertian ketahanan pangan berdasarkan Undang-Undang No. 7/1996 tentang

pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang

tercermin dari tersedianya pangan cukup baik jumlah maupun mutunya, aman,

merata, dan terjangkau (Mulia, tanpa tahun). Menurut Hanani (2009) ketahanan

pangan memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi :

Page 6: Biosos Kelompok 3.doc

1. Berorientasi pada rumah tangga dan individu

2. Dimensi watu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses

3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik,

ekonomi dan social

4. Berorientasi pada pemenuhan gizi

5. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif

Berdasarkan definisi ketahanan pangan disebutkan di atas, setiap lembaga

memberikan pengertian yang berbeda dan berubah-ubah menurut waktu, pada

tingkat global, nasional, sampai kepada skala rumah tangga dan individu. Sedang

ketahanan pangan menurut Suryana (2004) mencakup tiga dimensi kegiatan

ekonomi yang saling terkait menyangkut ketersediaan, distribusi dan konsumsi, di

tunjang oleh pelaku kepentingan (produsen, pengolah, pemasar dan konsumen),

serta di kelola oleh berbagai institusi (sektoral, subsektoral, skala usaha,

pemerintah dan masyarakat) dan melibatkan interaksi timbal balik antar wilayah.

Berikut kerangka sistem ketahanan pangan:

2.3 hubungan antara kepadatan penduduk sama ketersedian pangan

Kebutuhan permukiman sebanding dengan pertumbuhan jumlah

penduduk. Studi terdahulu oleh Siregar (2011) disebutkan bahwa pendorong

petani untuk mengkonversi lahan pertanian adalah karena kemampuan fisik petani

berkurang, ketertarikan pada penawaran harga lahan, alih profesi non pertanian

yang dinilai lebih meningkatkan kesejahteraan.

Page 7: Biosos Kelompok 3.doc

2.5 Dampak Pertambahan Jumlah Penduduk Kaitannya dengan Sumber

Pangan

Apabila Jumlah penduduk yang selalu mengalami pertambahan pada

setiap tahunnya tidak diimbangi dengan luas wilayah dan lahan produksi pertanian

sebagai sumber pangan maka dengan sendirinya hal tersebut akan mendatangkan

masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, kelaparan, kekumuhan kota,

berkurangnya daya dukung lahan, dan lain sebagainya. penduduk yang tidak

diimbangi oleh sistem ketahanan sumber pangan yang baik. Produksi bahan

pangan terutama bahan makanan pokok mempunyai peranan penting dalam

memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan hidup manusia yang pertama

(primer) adalah makanan, pakaian dan rumah (R. Bintarto, 1979).

Peningkatan produksi bahan pangan khususnya bahan makanan pokok

merupakan tujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan tersebut. Agar tetap bertahan

hidup, manusia membutuhkan makanan. Bertambahnya jumlah penduduk

menyebabkan bertambahnya jumlah makanan yang dibutuhkan. Ketidak

seimbangan antara jumlah penduduk dengan jumlah makanan yang dibutuhkan

sangat memengaruhi kualitas hidup manusia.

2.6 Gagalnya Ketahanan Pangan di Indonesia

Industri pertanian telah berubah dengan apa yang disebut sebagai green

revolution. Jika dulu masyarakat bercocok tanam, tidak lain adalah upayanya

untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi dirinya, keluarganya dan masyarakat di

lingkungannya.Namun industrialisasi disertai meningkatnya jumlah penduduk

yang drastis dan urbanisasi yang terus meningkat, membutuhkan ketersediaan

bahan pangan yang sangat besar. Green revolution atau revolusi hijau adalah

inovasi manusia di bidang pertanian dengan memanfaatkan teknologi fertilisasi

dan juga rekayasa genetic untuk menghasilkan intensifikasi pertanian untuk

kebutuhan pasar. Ini dilakukan untuk mengubah pertanian yang semula untuk

mencukupi kebutuhan pribadi atau komunitas, menjadi komoditi yang massif

sebagai pendukung industrialisasi masyarakat di perkotaan agar terhindar dari

kelaparan. Banyak yang berpendapat untuk  mengatasi krisis pangan perlu

diupayakan intensifikasi pertanian. Indonesia adalah salah satu contoh negara

Page 8: Biosos Kelompok 3.doc

yang gagal dijadikan prototipe green revolution di negara dunia ke-tiga.

Kegagalan Indonesia salah satunya menyebabkan terjadinya agricultural

involution (Geertz, 1963). Ini adalah upaya intensifikasi pertanian namun tidak

membawa kesejahteraan petani. Kebijakan pangan saat ini diatur oleh invisible

hand. Rakyat sudah tidak lagi diperkenankan untuk mengatur konsumsinya

sendiri. Intensifikasi pertanian menempatkan petani sebagai buruh di tanahnya

sendiri. Mereka menanam tanaman pangan namun bukan untuknya, melainkan

untuk memenuhi mekanisme pasar. Selain itu para petani tidak memiliki kuasa

atas harga yang dihasilkannya sendiri. Akibatnya banyak petani yang tidak dapat

mencapai taraf sejahtera.

Hal inilah yang mendorong pertanian semakin ditinggalkan. Penduduk

desa sudah tidak tertarik lagi untuk mengurusi pertanian. Industrialisasi di kota

tentu lebih menjanjikan kehidupan melalui gaji yang diberikan. Kebijakan

pemerintah nampaknya lebih mendorong kearah sana dengan memasifkan pabrik-

pabrik baru didirikan bahkan menyerobot lahan yang seharusnya dipakai untuk

pertanian. Meningkatnya jumlah industry tentu saja semakin membuat lingkungan

menjadi rusak. Tanah-tanah dan air menjadi tercemar. Belum lagi masalah yang

lebih besar yakni perubahan iklim yang tidak stabil. Manusialah yang

menyebabkan alam tidak bersahabat. Akibatnya alam sudah susah untuk

diandalkan memenuhi kebutuhan manusia. Penyelesaian terhadap krisis pangan

adalah dibutuhkannya pengambil kebijakan yang cerdas. Mereka yang mampu

berfikir ke depan bahwa alam perlu diselamatkan, dan ketahanan pangan harus

diwujudkan untuk membuat manusia dapat pertahan hidup dengan kekurangan

bahan pangan seprti kurangnya pertanian di pedesaan di era sekarang

menyebabkan masyrakat yang kurang mampu berfiki untuk mencari bahan

makanan alternatif seperti umbi ketela pohon.

2.7 Sumber Bahan Makanan Alternatif (umbi- umbian)

Demikian pesatnya tanaman ubi- umbian seperti ketela pohon yang

berkembang di daerah tropis, sehingga ubi kayu dijadikan sebagai bahan

makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung. Pada daerah yang

kekurangan pangan tanaman ini merupakan makanan pengganti dapat pula

Page 9: Biosos Kelompok 3.doc

dijadikan sebagai sumber kabohidrat utama. Sentra produksi ubi kayu di

Nusantara adalah Jawa, Lampung, dan NTT Keberadaan ketela pohon sangat

membantu terhadap pemenuhan pangan ataupun pakan yang berupa energi

yang didapat dari umbinya. Daun ketela pohon memiliki kandungan protein

yang tinggi dan memiliki kontribusi yang tinggi dalam pemenuhan kebutuhan

ternak sebagai bahan pakan. Disamping kandungan protein yang tinggi, ketela

pohon juga mengandung anti kualitas atau anti nutrisi.

Jenis dan jumlah pangan merupakan informasi yang penting dalam

menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi (Hardinsyah,1994).Secara umum,

faktor faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan

harga dimana keadaan ekonomi keluarga relatif mudah diukur dan berpengaruh

besar pada konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin, selain pendapatan,

faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah harga pangan dan

non pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli

yang berarti pendapatan riil berkurang. Keadaan ini menyebabkan konsumsi

pangan berkurang sedangkan faktor sosio-budaya dan religi yaitu aspek sosial

budaya berarti fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang sesuai dengan

keadaaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan dan pendidikan masyarakat tersebut.

Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap

pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi.

Page 10: Biosos Kelompok 3.doc

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena

mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat

penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif

menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang

terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat. Hasil penelitian

berupa data angket yang disebarkan kepada warga. Penelitian dilakukan dengan cara

melakuakan studi literatur dan studi lapangan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 18 November Oktober 2015.

2. Tempat penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Kelurahan Buring dengan mengambil sampel

Kecamatan Kedungkandang.

C. Populasi, Sampel, dan Tehnik Sampling

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kelurahan Buring,

sementara sampelnya adalah pwmukiman warga di Kecamatan Kedungkandang

Teknik Sampling yang digunakan adalah dengan Teknik Accidental Sampling yaitu

mengambil sampel secara acak dalam menentukan responden dengan memberikan

angket pada warga sekitar yang ditemui.

Page 11: Biosos Kelompok 3.doc

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dirancang oleh peneliti yaitu sebagai berikut.

1. Melakukan studi literatur mengenai daerah berpenduduk dan pengaruhnya

terhadap jumlah pangan yang tersedia.

2. Melakukan studi lapangan dengan melakukan menyebarkan angket.

3. Menyajikan data kualitatif yang diperoleh dari hasil menyebarkan angket.

4. Menganalisis data yang diperoleh berdasarkan penelitian yang sudah dilakaukan

dari hasil pengumpulan angket.

5. Membahas data yang sudah dianalisis disertai alasan logis dari data yang valid

dan literatur yang relevan..

6. Melaporkan hasil pengkajian dalam bentuk laporan penelitian.

E. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara studi lapangan. Selain itu juga dengan

menyebarkan angket dan melakukan wawancara kepada penduduk daerah Kelurahan

Buring.

F. Teknik Analisis Data

Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan didukung hasil

kajian kependudukan atau kepadatan penduduk yang sudah dikumpulkan dari studi

literatur dan dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dari angket dan wawancara

untuk dihubungkan antara kepadatan jumlah penduduk dengan ketersediaan bahan

pangan.

Page 12: Biosos Kelompok 3.doc

Angket Penelitian Hubungan Masalah Biologi Sosial Kepadatan Penduduk dengan Ketersediaan Bahan Makanan

Nama :

Usia :

Alamant :

Berilah tanda centang (v) pada pilihan yang sesuai dengan fakta!

1. Berapa jumlah anggota keluarga anda saat ini?

2. Apakah dalam jangka waktu dua atau tiga tahun terakhir ini, anggora keluarga

anda bertambah?

3. Apakah dalam jangka waktu dua atau tiga tahun terakhir ini, anggora keluarga

anda berkurang?

4. Apaka anda sulit memperoleh bahan makanan di daerah ini?

5. Apakah di daerah ini tersedia lahan penghasil sumber bahan makanan?

6. Apakah daerah ini mudah diakses dalam hal penyetokan sumber bahan

makanan dari luar?

7. Apakah keluarga anda termasuk keluarga konsumtif untuk memenuhi

kebutuhan sumber bahan makanan?

8. Apaha anda memeiliki lahan yang cukup utnuk menanam tanaman sebagai

sumber bahan makanan pengganti?

< 3 3-5

Ya Tidak

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

> 5

Page 13: Biosos Kelompok 3.doc

BAB IV

Analisis dan Pembahasan

4.1 Analisis

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penyebaran angket diperoleh

hasil data sebagai berikut:

4.1.1 Angket Pengaruh Jumlah Penduk terhadap Ketersediaan Bahan makanan di

Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang:

Nama :

Usia :

Alamant :

Berilah tanda centang (v) pada pilihan yang sesuai dengan fakta!

1. Berapa jumlah anggota keluarga anda saat ini?

2. Apakah dalam jangka waktu dua atau tiga tahun terakhir ini, anggora

keluarga anda bertambah?

3. Apakah dalam jangka waktu dua atau tiga tahun terakhir ini, anggora

keluarga anda berkurang?

4. Apaka anda sulit memperoleh bahan makanan di daerah ini?

5. Apakah di daerah ini tersedia lahan penghasil sumber bahan makanan?

6. Apakah daerah ini mudah diakses dalam hal penyetokan sumber bahan

makanan dari luar?

< 3 3-5

Ya Tidak

Ya

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

> 5

Page 14: Biosos Kelompok 3.doc

7. Apakah keluarga anda termasuk keluarga konsumtif untuk memenuhi

kebutuhan sumber bahan makanan?

8. Apaha anda memeiliki lahan yang cukup utnuk menanam tanaman sebagai

sumber bahan makanan pengganti?

4.1.2 Data Hasil Penelitian

4.1.2.1 Data Angket

Nama Usia

No Soal Angket

1 2 3 4 5 6 7 8

<3 3-5 >5 Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T

Pak Ponimin 60 √ √ √ √ √ √ √ √

Bu Maryati 50 √ √ √ √ √ √ √ √

Bu Miatun 55 √ √ √ √ √ √ √ √

Pak Pariman 55 √ √ √ √ √ √ √ √

Mbak Siti 39 √ √ √ √ √ √ √ √

Sri Suharsimi 47 √ √ √ √ √ √ √ √

Pak Totok 42 √ √ √ √ √ √ √ √

Rosy 27 √ √ √ √ √ √ √ √

Bu Partini 52 √ √ √ √ √ √ √ √

Sujatmiko 51 √ √ √ √ √ √ √ √

Pak Hasim 51 √ √ √ √ √ √ √ √

Mbak Tri 42 √ √ √ √ √ √ √ √

Bu Hariyati 46 √ √ √ √ √ √ √ √

Pak Sutikno 45 √ √ √ √ √ √ √ √

Bu Likah 40 √ √ √ √ √ √ √ √

Bu Murtini 52 √ √ √ √ √ √ √ √

Mbak Ida 31 √ √ √ √ √ √ √ √

Pak Maji 61 √ √ √ √ √ √ √ √

Pak Roub 37 √ √ √ √ √ √ √ √

Pak Huri 56 √ √ √ √ √ √ √ √

Total 4 7 9 11 9 6 14 10 10 13 7 0 20 0 20 10 10

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Page 15: Biosos Kelompok 3.doc

Dari hasil angket menunjukkan bahwa ada 9 responden yang memiliki jumlah

anggota keluarga lebih dari 5 orang dalam satu rumah, dan ada 7 responden yang

memiliki anggota keluarga antara 3 – 5 jiwa dalam satu rumah, da nada 4 responden yang

memiliki anggota keluarga sejumlah <3 dalam satu rumah.

Dari angket tersebut juga terlihat bahwa masyarakat Kelurahan Buring,

Kecamatan Kedungkandang mengalami pertambahan jumlah anggota dalam jangka

waktu dua sampai tiga tahun terakhir lebih banyak daripda mengalami pengurangan

anggota keuarga. Tercatat dari hasil penelitian anggota keluarga dari 20 responden, ada

11 keluarga yang mengalami pertambahan anggota dalam jangka waktu dua sampai tiga

tahun terakhir, sementara hanya ada 6 keluarga yang menyatakan bahwa dalam jangka

waktu dua samapai 3 tahun terakhir ini mengalami pengurangan jumlah anggota keluarga.

Dari angket juga dapat terbaca bahwa warga merasa kesulitan dlaam

mendapatkan sumber bahan makanan pokok. Hal ini berhubungan dengan pertanyaan

dalam angket yang berhubungan denga ketersediaan lahan dan juga akses menuju daerah

kelurahan buring ini. Keberadaan lahan yang mampu ditanamai tanaman komoditi

sumber makanan seperti padi atau beras tidak mencukupi karena sebagian besar luas

lahan atau tanah di daerah ini merupakan daerah kering. Selain itu kemiskinan atau taraf

hidup yang rendah meyebabkan masyarakat kesulitan untuk menjangkau akses pasar yang

cukup jauh jika tidak ada kendaraan yang mampu dimanfaatkan untuk memudahkan

warga untuk mengakses pasar, apalagi jalur angkot ke daerah tersebut juga tidak ada

sehingga warga merasa kesulitan memperoleh sumber bahan makanan. Kondisi

masyarakat yang konsumtif juga menjadi masalah dalam hal pemenuhan sumber bahan

makanan sebab dengan kondisi produktivitas sumber bahan makanan yang minim akaibat

lahan kering dan kepadatan penduduk di daerah Kelurahan Buring, Kecamatan

Kedungkandang ini menyebabkan semakin berkurangnya sumberbahan makanan di

daerah ini. Berdasarkan angket pula diketahui bahwa setengah atau 10 dari 20 responden

ternyata merupakan warga yang tidak memiliki lahan pribadi untuk dimanfaatkan sebagai

lahan produktif untuk menghasilkan sumber bahan makanan sendiri.

Page 16: Biosos Kelompok 3.doc

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kepadatan Penduduk di Kelurahan Buring, Kecamatan

Kedungkandang

Kelurahan Buring termasuk dalam wilayah Kecamatan Kedungkandang

Kota Malang yang terbagi menjadi 9 (sembilan) Rukun Warga / RW dan 38 (tiga

puluh delapan) Rukun Tetangga /RT dengan penduduk pada Bulan Januari 2014

berjumlah 11.810 orang, terdiri dari 5.831 laki-laki dan 5.979 orang perempuan,

dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 3.448 KK. Batas wilayah Kelurahan

Buring yang memiliki luas ± 510 hektar, dan berada pada ketinggian ± 440 meter

dari permukaan laut. Wilayah Kelurahan Buring Kecamatan Kedungkandang yang

mempunyai luas ± 510 hektar terdiri dari tanah sawah 32 hektar, dan luas lahan

kering 477,7 hektar atau 93,6 %. Kondisi sosial ekonomi terkait Kepala Rumah

Tangga Sasaran/ Miskin tersatat 435 KK dari jumlah KK seluruhnya : 3448 KK

atau 12,61 % yang mayoritas penduduknya mata pencahariannya sebagai petani

dan buruh, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan skala prioritas yang

diutamakan adalah kebutuhan dasar masyarakat. Mata pencaharian sebagian besar

penduduk hanya sebagai petani/pekebun pengarap belum bisa mengentaskan

mereka dari kemiskinan, sehingga  Kepala Rumah Tangga Sasaran/ Miskin

tercatat masih tinggi akibat dari pendapatan mereka (Aptika, 2015).

Page 17: Biosos Kelompok 3.doc

Tabel . laju pertumbuhan penduduk dan Kepadatan Pendudukk

Berdasarkan data tentang kepadatan penduduk (sensus penduduk 2010), di

Kecamatan Kedungkandang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang paling

tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang lainnya dari tahun 2000 hingga

2010, yaitu 2,72 dengan kepadatan penduduk 4.374 / km2. Hal ini menunjukkan

bahwa dalam waktu 5 tahun terakhir tersebut kecamatan Kedungkandang

mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Dengan pertumbuhan

penduduk yang sangta tinggi tersebut maka berakibat pada meningkatnya jumlah

penduduk di Kecamatan Kedungkandang. Namun persebaran penduduk di

Wilayah Kecaatan Kedungkandang ini tidak tersebar secara merata.

Page 18: Biosos Kelompok 3.doc

Tabel . Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kedungkandang

Persebaran penduduk di wilayah kedungkandang tidak merata. Ada yang

memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi seperti Kelurahan Kota lama, ada

yang memiliki kepadatan penduduk yang rendah seperti Kelurahan Wonokoyo.

Dari Kelurahan yang ada di Kecamatan Kedungkandang tersebut ada Kelurahan

yang memiliki persebaran tidak merata dan wilayahnya berada di daerah pucak

bukit Buring dan termasuk daerah padat penduduk yaitu 2,331 ribu jiwa/ km2.

Dalam observasi yang dilakukan di daerah Buring yang berada pada

lembah Bukit memiliki tingkat perekonomian menengah keatas atau menengah.

Sedangkan di wilayah Kelurahan Buring di Puncak Bukit terdapat kampung

padat penduduk yang memiliki tingkat perekonomian menengah ke bawah.

Wilayah Buring Lembah Bukit Buring dengan wilayah Puncak Bukit Buring

memiliki jarak akses yang cukup jauh, yaitu >15 Km dengan akses jalan yang

rusak, kurang lebar dan kering. Sehingga untuk menjangkau daerah Buring bagian

lembah memerlukan waktu dan biaya yang cukup banyak.

4.2.2 Ketersediaan Pangan di Kelurahan Buring, Kecamatan

Kedungkandang

Dari hasil angket yang diberikan pada responden yang tingggal di Wilayah

Puncak Bukit Buring menunjukkan bahwa daerah ini sangat sulit untuk dijangkau

dalam pemenuhan kebutuhan pangan dari luar. Faktor yang mempengaruhi hal

tersebut yaitu susahnya akses untuk menjangkau daerah tersebut dan juga

Page 19: Biosos Kelompok 3.doc

masyarakat yang tinggal disana termasuk masyarakat dengan ekonomi tingkat

menengah ke bawah atau dapat dikatakan miskin. Sehingga untuk memenuhi

kebutuhan pangan yang memadai seperti sayur, lauk, daging dan beras

memerlukan biaya yang lebih mahal karena membutuhkan akomodasi dan

transportasi yang lebih. Selian itu wilayah Puncak Buring memiliki jenis tanah

dan juga lahan yang kering dan tandus. Sehingga yang dapat ditanam di sana

hanya berupa tanaman jagung, tebu, mbothe, bambu dan sengon. Sebagaimana

dikutip bahwa 93,6 % merupakan tanah kering (Aptika, 2015). Sedangkan untuk

padi dan juga sayuran sangat susah untuk ditumbuhkan di sana. Sehingga

ketersediaan bahan makanan pokok cukup sulit untuk di dapatkan.

Ketersediaan sumber bahan makanan subtitusi juga memerlukan waktu

yang lama untuk dapat memanennya. Sumber makanan substitusi yang sudah

digunakan masyarakat Puncak Buring untuk memenuhi kebutuhan pangannya

adalah mbothe dan juga talas. Namun mbothe dan talas ini tidak bisa dipanen

dalam waktu yang singkat, serta tidak bisa semua warga menerapkannya, karena

tidak semua warga memiliki lahan yang digunakan untuk menanamnya.

Berdasarkan data yang sudah didapat diketahui bahwa dengan sekian luas

tanah yang kering menjapai 90% lebih seperti telah dipaparkan sebelumny, warga

sendiri tidak cukup memiliki lahan pribadi yang mampu ditanami atau

dimanfaatkan untuk menghasilkan sumber bahan makanan alternatif, sehingga

warga memanfaatkan lahan kosong yang ada di tanah lapang untuk menanam

bahan makanan alternatif tersebut walaupun dengan kondisi tanah yang kering.

4.2.3 Hubungan Kepadatan Penduduk dan Ketersediaan Pangan di

Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang

Kelurahan Buring merupakan daerah yang mengalami kepadatan

penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan bertambahnya jumlah

makanan yang dibutuhkan. Ketidak seimbangan antara jumlah penduduk dengan

jumlah bahan makanan yang tersedia dan dibutuhkan sangat memengaruhi

kualitas hidup manusia.

Hubungan kepadatan penduduk dengan ketersediaan pangan di wilayah

Buring berdasarkan observasi dan juga wawancara yang telah dilakukan

Page 20: Biosos Kelompok 3.doc

menunjukkan bahwa ada ketidakseimbangan. Dimana laju pertumbuhan penduduk

di Kelurahan Buring Kecamatan Kedungkandang sangat tinggi namun

ketersediaan makanannya tidak merata, sehingga terdapat daerah yang memiliki

ketersediaan pangan yang kurang memadai. Ketidak seimbangan ini terjadi karena

beberapa faktor yaitu jarak dan fasilitas akses untuk menuju buring utamanya

Puncak Bukit Buring, kondisi fisik wilayah mburing yang kering dan tandus,

sehingga hanya beberapa jenis tanaman tropis saja yang bisa tumbuh dan ditanam

di sana, sedangkan padi atau sayuran tidak dapat tumbuh di daerah Puncak Bukit

Buring, dan faktor yang terakhir adalah kondisi ekonomi masyarakah Puncak

Bukit Buring.

Kondisi ekonomi masyarakat Puncak Bukit Buring tergolong dalam

masyarakat kelas menengah kebawah. Dimana rata – rata matapencahariannya

adalah tani kebon. Dengan jumlah anggota keluarga seperti yang diperoleh dari

angket yang rata – rata ada >5 orang dala satu keluarga dan kondisi ekonomi yang

menengah kebawah maka sangat dimungkinkan pemenuhan pangan untuk

keluarga juga kurang memenuhi untuk kebutuhan sayur, buah dan daging.

Sehingga kepadatan penduduk yang ada ditinjau dari laju pertumbuhan penduduk

menyebabkan pemenuhan pangan kurang terjamin.

4.2.4 Solusi Permasalahan

Kepadatan jumlah penduduk di puncak Bukit Buring menimbulkan

masalah terkait dengan Ketersedian bahan makanan. Namun keadaan ini dari

tahun ke tahun tidak semakin berkurang namun semkain meningkat dan semakin

bertambah jumah penduduknya. Oleh karena itu solusi bisa digunkan untuk lebih

memperbaiki keadaan yang diakibatkan dari kepadatan penduduk yang ada di

Puncak Bukit Buring antara lain adalah sebagai berikut.

1. Menekan jumlah kelahiran di wilayah Puncak Bukit Buring dengan

melakukan KB

2. Perbaikan akses menuju wilayah Puncak Bukit Buring agar

pendistribusian bahan pangan merata

3. Menbuka sektor pasar di wilayah Puncak Bukit Buring agar lebih

terjangkau untuk pemenuhan kebutuhan pangan

Page 21: Biosos Kelompok 3.doc

4. Menggunakan sumber bahan makanan pokok alternative/pengganti yang

dapat memenuhi kebutuhan beras sebagai makanan utama masyarakat.

5. Meningkatkan taraf hidup dengan memberikan sosialisasi pada masyarakat

untuk menambah keterampilan atau skill untuk masyarakat lebih mandiri

dengan memanfaatkan bahan makanan alternatif yang diolah menjadi

bahan makanan yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.

6. Memberikan masukan pada pemerintah untuk mengadakan program

pemuliaan tanah agar jumlah luas daerah kering dapat berkurang dan

dimanfaatkan dengan lebih baik.

Page 22: Biosos Kelompok 3.doc

BAB V

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Kondisi kepadatan penduduk di Kelurahan Buring, Kecamatan

Kedungkandang sangat padat penduduk berdasarkan data Sensus

Tahun 2010 menunjukkan kepadatan penduduk sebesar 4.374

penduduk/Km2. Dan berdasarkan penelitian menunjukkan jumlah

anggota keluarga yang bertambah lebih banyak dari pada jumlah

anggota keluarga yang berkurang.

2. Kondisi umber bahan makanan di Kelurahan Buring, Kecamatan

Kedungkandang tidak terlalu mencukupi akibat kondisi lahan kering,

akses, dan kepadatan jumlah penduduk di daerah tersebut.

3. Hubungan kepadatan penduduk dengan ketersediaan sumber bahan

pangan di Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang adalah

mengakibatkan ketersediaan sumber bahan pangan berkurang atau

tidak ada namun sebagian warga memiliki lahan yang dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan makanan alternatif.

6.2 Saran

Saran untuk penelitian ini adalah:

1. Diharapakan peneliti lebih peka sehingga masalah kekurangan

makanan dan kepadatan jumlah penduduk di kelurahan Buring,

Kecamatan Kedungkandang ini dapat tergaldengan optimal

sehingga mamapu diberikan solusi yang solutif.

2. Saran dalam mengatasi masalah ini adalah dengan cara

menjalankan solusi yang sudah ada dan menerapka solusi yang

ditawarkan.

3. Banyak keluhan masyarkat yang hal tersebut dapat menjadi wacana

pemerintah sehingga penelitian ini lebih bermanfaat maka dapat

Page 23: Biosos Kelompok 3.doc

diusahana dalam penyaluran aspirasi masyarakat terhadap

kekurangan bahan pangan di daerah tersebut.

Page 24: Biosos Kelompok 3.doc

DAFTAR RUJUKAN

Ambarinanti, Marissa. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Ekspor Beras Indonesia. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Aptika. 2015. Dinas Komunikasi dan Informatika. (Online), (http://kelburing.malangkota.go.id/beranda/profil/), diakses 20 Oktober 2015

Candra. 2004. Keragaman Hayati untuk Ketahanan Pangan. (Online). (http://www.deptan.go.id/kln/berita/hayati.pdf), diakses 4 Oktober 2015.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2013. (Online) (http://dispendukcapil.malangkota.go.id/?p=496 ) diakses tanggal 5 Oktober 2015

Hanani, nuhfil.2009. Pengertian Ketahanan Pangan. (Online), (http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/2-pengertian-ketahanan-pangan-2.pdf), diakses 1 Oktober 2015.

Harini, Rika. 2012. Kajian Spasial Valuasi Ekonomi Lahan Pertanian Terkonversi dan Dampaknya terhadap Produksi Pangan di Kabupaten Sleman. Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Hendi, Bowoputro. 2011. Analisis Dampak Lalu Lintas Akibat Pembangunan Mx Mall dan Apartemen Veteran Kota Malang.

Lita Lestari. 2010. Dampak Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri Terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Malang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya

Purnama, Adi. 2004. Diversifikasi Pangan Untuk Mengatasi Krisis Pangan Di Indonesia. Bogor Agricultural University, (Online), (http://www.ipb.ac.id), diakses 3 Oktober 2015.

Sensus penduduk. 2010 dalam Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2010.

(online) (http://dispendukcapil.malangkota.go.id/?p=496 ) diakses tanggal

19 Oktober 2015

Saptono, Haryo. 2012. Permasalahan Kependudukan Dan Penanggulangannya.denpasasar. diakses 2 Oktober 2015

Taryono, Ekwarso. 2011. Peranan Otonomi Daerah dalam Mendukung Produksi Pangan di Provinsi Riau. Riau: Fakultas Ekonomi Universitas Riau