biologi perikanan laporan

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biologi Perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dapat dipanen oleh manusia. Kadang pengertian istilah Biologi ikan ditujukan kepada pengertian fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan, tingkah laku, dan sebagainya. Usaha mengembangkan dan memajukan perikanan, pengetahuan mengenai habitat, penyebaran dan aspek biologi dari ikan menjadi dasar utama dalam usaha ini, dimana kematangan gonad sangat berhubungan dengan pemijahan. Tak terkecuali dengan fekunditas yang juga memegang peranan penting dalam penentuan kelangsungan populasi dan dinamika kehidupan. Hubungan panjang berat akan bermanfaat dalam menentukan nilai faktor kondisi dan sifat pertumbuhan ikan (Effendie, 1997). Atas dasar tersebut praktikum biologi perikanan dilaksanakan dengan komposisi materi meliputi analisa

Upload: budhi-agung-prasetyo

Post on 17-Jul-2016

108 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Biologi Perikanan Laporan Bab 1 - 3

TRANSCRIPT

Page 1: Biologi Perikanan Laporan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Biologi Perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang

dapat dipanen oleh manusia. Kadang pengertian istilah Biologi ikan ditujukan

kepada pengertian fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan,

tingkah laku, dan sebagainya. Usaha mengembangkan dan memajukan perikanan,

pengetahuan mengenai habitat, penyebaran dan aspek biologi dari ikan menjadi

dasar utama dalam usaha ini, dimana kematangan gonad sangat berhubungan

dengan pemijahan. Tak terkecuali dengan fekunditas yang juga memegang

peranan penting dalam penentuan kelangsungan populasi dan dinamika

kehidupan. Hubungan panjang berat akan bermanfaat dalam menentukan nilai

faktor kondisi dan sifat pertumbuhan ikan (Effendie, 1997).

Atas dasar tersebut praktikum biologi perikanan dilaksanakan dengan

komposisi materi meliputi analisa morfometri, analisa pola kebiasaan makanan

ikan (food habits), tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, nilai

fekunditas, analisa hubungan panjang berat, dan faktor kondisi. Ikan yang

digunakan adalah ikan tiga waja (Otolithoides microdom) (Effendie, 1997).

Page 2: Biologi Perikanan Laporan

Dengan melaksanakan praktikum Biologi Perikanan ini diharapkan kita

dapat lebih memahami dan mengerti segala kegiatan yang dilakukan selama

praktikum berlangsung dan dapat memahami hasil yang diperoleh dalam

praktikum ini sehigga kita dapat lebih mendalami mata kuliah Biologi Perikanan

(Effendie, 1997).

1.2. Manfaat

Manfaat dari praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu

yang didapat untuk dikembangkan lagi dalam perkulihan serta dapat bermanfaat

bagi dunia perikanan.

1.3. Tujuan

Tujuan dari praktikum biologi perikanan ini adalah :

1. Mengetahui bentuk luar tubuh ikan (Analisa morfometri).

2. Mengetahui kebiasaan makanan (Food habits).

3. Mengetahui Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan.

4. Mengatahui Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan.

5. Mengatahui nilai fekunditas ikan.

6. Unmtuk melihat dan menganalisa hubungan panjang dan berat ikan.

Page 3: Biologi Perikanan Laporan

1.4. Waktu dan Tempat

Praktikum Biologi Perikanan ini dilaksanakan pada tanggal 11 November

2006 di Laboratorium Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.

Page 4: Biologi Perikanan Laporan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisa Morfometri

Tingkah laku dan kebiasaan hidup dalam suatu habitat akan berpengaruh

pada bentuk tubuh ikan. Habitat suatu ikan akan mempengaruhi bentuk tubuh dan

macam-macam alat tubuh yang berkembang. Sedangkan cara gerak dan tingkah

laku tiap spesies ikan akan berbeda tiap habitat (Effendie 1997).

Bentuk tubuh ikan digunakan untuk mengetahui cara hidup ikan tersebut.

Bentuk tubuh ikan masing-masing menurut Rahardjo (1980) adalah, sebagai

berikut:

1. Bentuk pipih, terdiri dari dua pipih yaitu pipih lateral, dimana ikan ini dalam

keadaan biasa berenang dengan lambat tetapi bila datang bahaya atau hal lain

mampu berenang dengan cepat dan pipih dorsaventral, bentuk ikan ini sangat

dekat dengan ikan yang hidup di dasar perairan.

2. Bentuk torpedo, bentuk tubuhnya ramping dengan potongan melintang, badan

berbentuk elips.

3. Bentuk tubuh memanjang.

4. Bentuk paruh.

5. Bentuk tubuh membulat.

6. Bentuk tubuh pita.

7. Bentuk kombinasi

Page 5: Biologi Perikanan Laporan

Ikan memiliki bentuk dan ukuran tertentu dan berbeda antara ikan yang

satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa ada spesifikasi tertentu pada

karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh ikan di alam. Analisa morfometri

merupakan suatu analisis atau pengamatan terhadap morfologi ikan tersebut

(Effendie, 1997). Menurut Rifai (1983), morfologi adalah ciri-ciri luar tubuh ikan

yang terlihat dan harus diamati yang meliputi: bentuk tubuh, warna, bentuk

operculum, mengukur antar bagian tubuh ikan.

2.2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Dalam Biologi Perikanan, pencatatan perubahan atau tahap-tahap

kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang

akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan

gonad ini juga akan didapatkan keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru

memijah atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali

gonadnya menjadi masak, ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri

dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Ukuran dan umur ikan

menjadi tanda masak gonad, apakah ikan sudah dewasa atau belum, memijah atau

belum, kapan masa pemijahannya, berapa lama saat pemijahannya, berapa kali

pemijahannya dalam satu tahun, dan sebagainya. Umumnya pertambahan berat

gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan

sebesar 5-10% (Effendie, 1997).

Dalam penentuan tingkat kematangan gonad ikan ada dua cara. Pertama

adalah secara morfologi yaitu penentuan yang dilakukan di lapangan atau di

Page 6: Biologi Perikanan Laporan

laboratorium berdasarkan bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan

perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina

lebih banyak diperhatikan daripada ikan jantan karena perkembangan diameter

telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat daripada sperma yang

terdapat dalam testis. Kedua adalah secara histologis yaitu penentuan yang

dilakukan di laboratorium berdasarkan kepada penelitian mikroskopik. Dari

penelitian ini akan diketahui anatomi perkembangan gonad yang lebih jelas dan

mendetail (Effendie, 1997).

Menurut Effendie (1997), garis besar penentuan tahap kematangan gonad

adalah sebagai berikut :

1. Apabila ikan itu mempunyai seksual demorpisme yang jelas membedakan

antara jantan dan betina, untuk kemudian diteliti lebih lanjut masing-masing

tingkat kematangannya.

2. Apabila ikan tidak mempunyai seksual demorpisme dan tidak mempunyai

sifat seksual sekunder yang jelas, maka untuk melihat jenis kelaminnya

dengan jalan melihat gonad melalui pembedahan.

3. Baik untuk ikan jantan maupun ikan betina, ambilah gonadnya dan pisahkan

menurut kelaminnya. Gonad ikan jantan dikelompokkan sendiri demikian

pula gonad ikan betina, namun data lainnya dari masing-masing gonad

tersebut jangan sampai hilang atau tercampur sehingga menyusahkan analisa

selanjutnya.

4. Gonad ikan dikelompokkan kedalam beberapa kelompok mulai dari yang

terendah sampai tertinggi. Pembagian kelompok ini sebaiknya hanya beberapa

Page 7: Biologi Perikanan Laporan

saja dimana untuk membedakan satu kelompok dengan kelompok lainnya

yang terdekat harus jelas perbedaannya.

Menurut Effendie (1979), beberapa tanda yang dapat dijadikan pembeda

dalam penentuan kelompok Tingkat Kematangan Gonad, diantaranya ialah :

Untuk ikan betina :

1. Bentuk ovarium

2. Besar kecilnya ovaium

3. Pengisian ovarium dalam rongga perut

4. Warna ovarium

5. Halus tidaknya ovarium

6. Ukuran telur dalam ovarium secara umum

7. Kejelasan bentuk dan warna telur dengan bagian-bagian lainnya

8. Ukuran (garis tengah) telur

9. Warna telur

Untuk ikan jantan :

1. Bentuk testis

2. Besar kecilnya testis

3. Pengisian testis dalm rongga tubuh

4. Warna testis

5. Keluar tidaknya testis dari tubuh ikan (sebelum ikan dibedah/dalam

keadaan segar).

Page 8: Biologi Perikanan Laporan

Tingkat kematangan gonad ikan menurut Kesteven (Bagenal dan Braum,

1968) :

1. Dara

Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung. Testis dan

ovarium transparan, tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat

dengan mata biasa.

2. Dara berkembang

Testis dan ovarium jernih, abu-abu-merah. Panjangnya setengah atau lebih

sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan

kaca pembesar.

3. Perkembangan I

Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, kemerah-merahan dengan

pembuluh darah kapiler. Mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah.

Telur dapat terlihat oleh mata seperti serbuk putih.

4. Perkembangan II

Testis putih kemerah-merahan. Tidak ada pati jantan atau sperma kalau

bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur

jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira 2/3

ruang bawah.

5. Bunting

Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis warnanya putih. Telur bentuknya

bulat , beberapa daripadanya jernih dan masak.

Page 9: Biologi Perikanan Laporan

6. Mijah

Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan. Kebanyakan telurnya

berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam

ovarium.

7. Mijah/salin

Belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bentuknya bulat telur.

8. Salin/spent

Testis dan ovarium kosang dan berwarna merah. Beberapa telur dalam kedaan

sedang dihisap kembali.

9. Pulih salin

Testis dan ovarium jernih, abu-abu-merah.

Tingkat kematangan gonad ikan menurut Nikosky (Bagenal dan Braum,

1968) :

1. Tidak masak

Individu muda belum berhasrat dalam reproduksi: gonad sangat kecil.

2. Tahap istirahat

Produk seksual belum mulai berkembang; gonad kecil ukurannya; telur

belum dapat dibedakan oleh mata biasa.

3. Pemasakan

Telur-telur dapat dibedakan oleh mata biasa ; pertambahan berat gonad

dengan cepat sedang berjalan ; testis berubah dari transparan ke warna muda

pias.

Page 10: Biologi Perikanan Laporan

4. Masak

Produk seksual masak ; gonad mencapai berat yang maksimum, tetapi produk

seksual tersebut belum keluar bila perutnya ditekan.

5. Reproduksi

Produk seksual keluar bila perut ditekan perlahan ; berat gonad turun menjadi

cepat dari awal pemijahan sampai selesai

6. Kondisi salin

Produk seksual telah dikeluarkan ; lubang pelepasan kemerah-merahahan;

gonad seperti kantung kempis, ovari biasanya berisi beberapa telur sisa, dan

testis berisi sperma sisa.

7. Tahap istirahat

Produk seksual sudah dilepaskan, lubang pelepasan tidak kemerah-merahan

lagi, gonad bentuknya kecil, telur belum dapat dibedakan oleh mata biasa.

2.3. Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Selama proses reproduksi, sebelum pemijahan terjadi sebagian besar hasil

metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad akan bertambah berat

seiring dengan makin besar ukuran tubuhnya, termasuk pada garis tengah

telurnya. Gonad mencapai berat dan ukuran maksimum sesaat sebelum ikan itu

memijah, kemudian turun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai

proses selesai (Effendie, 1979).

Secara morfologi perubahan-perubahan ini dapat dinyatakan dalam tingkat

kematangan gonad. Pengamatan morfologi meliputi warna, penampakan dan

Page 11: Biologi Perikanan Laporan

ukuran terhadap rongga tubuh. Perhitungan secara kuantitatif dinyatakan dengan

Indeks Kematangan Gonad (IKG), suatu persentase perbandingan berat gonad

dengan berat tubuh.

Menurut Effendie (1997), nilai IKG dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)

Bg = Berat Gonad Ikan (gram)

Bt = Berat tubuh Ikan (gram)

2.4. Nilai Fekunditas

Fekunditas ialah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada saat ikan

itu akan memijah. Fekunditas ini dinamakan fekunditas individu atau fekunditas

mutlak. Sedangkan jumlah telur per satuan berat atau panjang ikan disebut

fekunditas nisbi (Nikolsky, 1963) dan fekunditas ikan selama hidupnya disebut

fekunditas total (Royce, 1972).

Perhitungan fekunditas adalah perhitungan terhadap gonad ikan yang

sudah masak yang diperkirakan tidak lama lagi akan berpijah. Dalam

kenyataannya sering dilakukan terhadap ikan yang gonadnya belum masak benar

tetapi butir telur ikan tersebut sudah dapat dipisahkan. Bila demikian maka

sebaiknya tingkat kematangan gonad ikan dinyatakan dengan tepat agar mendapat

gambaran sebenarnya terutama kalau dihubungkan dengan parameter lainnya

(Effendie, 1997).

Page 12: Biologi Perikanan Laporan

Beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi yang umum tadi

mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang

ditelitinya. Misalnya kesulitan yang timbul dalam menentukan fekunditas itu ialah

komposisi telur yang heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam

dari populasi ikan termaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya.

Bagenal (1978) membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur matang yang

akan dikeluarkan dengan fertilitas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan

oleh induk (Effendie, 1997).

Nikolsky (1969) menyatakan bahwa kapasitas reproduksi dari pemijahan

populasi tertentu untuk mengetahuinya harus menggunakan fekunditas populasi

relatif. Misalnya fekunditas populsi relatif dari seratus, seribu, atau sepuluh ribu

individu dari kelompok umur tertentu. Jumlah ikan dalam tiap-tiap kelas umur

dikalikan fekunditas rata-rata dari umur itu. Hasil yang didapat dari

menjumlahkan semua kelompok umur memberikan fekunditas relatif. Fekunditas

ini dapat berbeda dari tahun ke tahun karena banyak individu yang tidak memijah

tiap-tiap tahun. Apabila dalam satu tahun terdapat individu dalam jumlah banyak

akan menyebabkan fekunditas rendah pada tahun yang lainnya.

Menurut Nikolsky (1963), jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan

dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Dalam

hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu

dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-

masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Konsekuensinya harus

mengambil telur dari beberapa bagian ovari (kalau bukan dengan metoda

Page 13: Biologi Perikanan Laporan

numerikal). Kalau ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam

daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. pada

tahun 1969, Nikolsky selanjutnya menyatakan bahwa adalah jumlah telur dari

generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam ovari biasanya ada

dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Sehubungan dengan ini maka

dianjurkan untuk menentukan fekunditas ikan apabila ovari ikan itu sedang dalam

tahap kematangan yang ke IV (menurut Nikolsky) dan yang baik sesaat sebelum

terjadi pemijahan (Effendie, 1997).

Menurut Bagenal et all (1967), untuk ikan-ikan tropik dan sub-tropik,

definisi fekunditas yang paling cocok kondisinya ialah jumlah telur yang

dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya. Parameter ini relevan dan

dapat ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu pertama kalinya

dapat diketahui dan juga statistik kecepatan mortalitasnya dapat ditentukan pula

dalam pengelolaan perikanan yang baik. Menurut Effendie (1979) nilai fekunditas

dapat dinyatakan dengan rumus :

Keterangan :

F = Fekunditas

G = Berat gonad (gr)

V = Volume pengenceran (mL)

X = Jumlah telur

Q = Berat telur contoh (gr)

Page 14: Biologi Perikanan Laporan

2.5. Analisa Pola Kebiasaan Makanan Ikan (Food Habits)

Dalam mengelompokkan ikan berdasarkan kepada makanannya, ada ikan

sebagai pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan dasar, pemakan detritus,

ikan buas dan ikan pemakan campuran. Berdasarkan kepada jumlah variasi dari

macam-macam makanan tadi, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan

pemakan bermacam-macam makanan, stenophagic ikan pemakan makan yang

macamnya sedikit atau sempit dan monophagic ialah ikan yang makanannya

terdiri dari satu macam makanan saja (Effendie, 1979).

Analisa pola kebiasan makanan ikan dipakai dalam menentukan gizi

alamiah ikan itu. Dengan mengetahui kebiasaan makanan ikan, maka dapat dilihat

hubungan ekologi diantara organisme. Misalnya rantai makanan, bentuk-bentuk

pemangsaan, predasi dan kompetisi. Jadi makanan dapat menjadi faktor penentu

bagi pertumbuhan, kondisi ikan, dan populasi ikan tersebut. Jenis makanan satu

spesies ikan biasanya tergantung pada umur, tempat dan waktu dimana ikan

tersebut berada (Effendie, 1979).

Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata,

Penciuman dan peraba digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan

pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam perairan keruh

dalam mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak

untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan penciuman dan peraba

tidak melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan

diterima atau ditolak (Effendie, 1979).

Page 15: Biologi Perikanan Laporan

Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan

terdapat apa yang dinamakan feeding periodicity masa ikan aktif mengambil

makanan selama 24 jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada yang

satu atau dua kali. Lamanya ada yang satu atau dua jam, bahkan ada yang terus

menerus. Pada ikan buas memakan mangsa ukuran besar interval pengambilan

makanannya mungkin lebih dari satu hari. Feeding periodicity ikan nocturnal

aktif pada malam hari dimulai dari matahari terbenam sampai pagi dan untuk ikan

diurnal pada siang hari. Feeding periodicity ini berhubungan suplai makanan juga

dengan musim. Kalau kondisi lingkungan menjadi buruk feeding periodicity dapat

berubah, bahkan dapat menyebabkan terhentinya pengambilan makanan

(Effendie, 1979).

2.6. Analisa Hubungan Panjang Berat

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran individu, biasanya pertumbuhan

diukur dalam satuan panjang, berat dan atau energi. Dalam hubungannya dengan

waktu, pertumbuhan didefinisikan sebagai ukuran rata-rata ikan pada waktu

tertentu (pertumbuhan mutlak) dan perubahan panjang atau berat pada awal

periode (pertumbuhan nisbi) ( Effendie, 1979).

Menurut Wootton (1990), hubungan panjang dan berat ikan memberikan

suatu petunjuk tentang keadaan ikan. Studi hubungan berat panjang dan berat ikan

mempunyai nilai praktis yang memungkinkan mengubah nilai panjang ke dalam

berat ikan atau sebaliknya.

Page 16: Biologi Perikanan Laporan

Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar

yaitu faktor dalam dan luar. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada

juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol,

diantaranya ialah keturunan seks, umur parasit dan penyakit. Dalam suatu kultur,

faktor keturunan mungkin dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk

mencari ikan yang baik pertumbuhannya. Tetapi kalau dalam alam tidak ada

kontrol yang dapat diterapkan. Juga faktor seks tidak dapat dikontrol. Ada ikan

betina pertumbuhannya lebih baik dari ikan jantan dan sebaliknya ada pula spesies

ikan yang tidak mempunyai pertumbuhan pada ikan betina dan ikan jantan.

Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali kiranya mempengaruhi

pertumbuhan yaitu kecepatan pertumbuhan menjadi sedikit lambat. Sebagian dari

makanan yang dimakan tertuju kepada perkembangan gonad. Pembuatan sarang,

pemijahan penjagaan keturunan membuat pertumbuhan tidak bertambah karena

pada waktu tersebut pada umumnya iakn tidak makan. Baru setelah periode

tersebut ikan mengembalikan lagi kondisinya dengan mengambil makanan

tersebut sedia kala (Bagenal, 1967) dalam Effendie (1979)

Pertambahan ukuran baik dalam panjang atau dalam berat biasanya diukur

dalam waktu tertentu. Hubungan pertambahan ukuran dengan waktu bila

digambarkan dalam suatu sistem koordinat menghasilkan suatu diagram dikenal

dengan nama kurva pertumbuhan (Djuhanda, 1981).

Hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu petunjuk tentang

keadaan ikan. Analisa hubungan panjang dan berat ikan mempunyai nilai praktis

Page 17: Biologi Perikanan Laporan

yang memungkinkan untuk mengubah nilai panjang kedalam berat ikan atau

sebaliknya (Rifai, 1983).

2.7. Faktor Kondisi

Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan adalah faktor kondisi atau

indeks ponderal. Sering pula disebut faktor K. Faktor ini menunjukkan keadaan

balik dari ikan yang dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi.

Dalam penggunaanya secara komersil, kondisi ini memiliki arti kualitas dan

kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimanfaatkan atau dimakan. Jadi

kondisi disini berarti memberikan keterangan secara biologis maupun komersial

(Effendie, 1997).

Selama dalam masa pertumbuhan, tiap pertambahan berat material ikan

akan bertambah panjang dimana perbandingan liniernya akan tetap. Dalam hal ini,

berat ikan yang ideal dianggap sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan

berlaku untuk ikan kecil maupun besar. Bila terdapat perubahan berat tanpa

diikuti oleh perubahan panjang atau sebaliknya, akan menyebabkan perubahan

nilai perbandingan tadi ( Effendie, 1997).

Perhitungan faktor kondisi ini berkaitan dengan perhitungan analisis

hubungan panjang berat ikan yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk

perhitungan faktor kondisi digunakan rumus :

Dimana :

Page 18: Biologi Perikanan Laporan

K(TI) = Faktor kondisi dalam panjang total

W = Berat rata-rata ikan dalam gram yang terdapat dalam suatu kelas

L = Panjang rata – rata ikan dalam cm yang terdapat dalam

kelas tersebut.

Harga K sebenarnya tidak berarti apa-apa, akan tetapi terlihat

kegunaannya apabila telah dibandingkan dengan individu lainnya antara satu grup

dengan grup lainnya. Harga K itu berkisar antara 2 – 4 apabila bentuk agak pipih,

sedangkan bila badannya kurang pipih maka harga K berkisar antara 1 – 3

(Effendie, 1997).

BAB III

Page 19: Biologi Perikanan Laporan

MATERI DAN METODE

3.1. Materi

3.1.1. Analisa Morfometri

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisis morfometri

No Alat dan Bahan Ketelitian Kegunaan

1

2

3

4

5

Ikan sampel

Timbangan

Penggaris

Satu set alat bedah

Alat tulis

-

0,1 gr

1 mm

-

-

Untuk pengamatan

Untuk menimbang

Untuk mengukur sampel

Untuk membedah ikan

Untuk menulis data

3.1.1. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan tingkat kematangan

gonad

No Alat dan Bahan Kegunaan

1

2

3

Gonad ikan

Kaca pembesar (lup)

Buku Kunci TKG menurut

Kesteven dan Nikolsky

Untuk pengamatan TKG

Untuk memperbesar preparat/sampel

Untuk mengidentifikasi gonad

3.1.2. Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Page 20: Biologi Perikanan Laporan

Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan indeks kematangan

gonad

No Alat dan Bahan Ketelitian Kegunaan

1

2

3

4

5

6

Ikan sampel

Timbangan elektrik

Kertas tissue

Meja preparat(Styrofoam)

Satu set alat bedah

Alat tulis

-

0,1 gr

-

-

-

Untuk pengamatan

Untuk menimbang

Untuk membersihkan

kotoran

Untuk meletakkan sampel

Untuk membedah ikan

Untuk menulis data

3.1.3. Nilai fekunditas

Tabel 4. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan fekunditas

No Alat dan Bahan Ketelitian Kegunaan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Timbangan

Gonad

Pipet

Air 100 cc

Sedwick rafter

Kalkulator

Mikroskop

Pisau

Alat tulis

Beaker glass

0,1 gr

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Untuk menimbang gonad

Untuk pengamatan fekunditas

Untuk mengambil telur yang sudah encer

Untuk mengencerkan gonad

Untuk meletakkan telur

Untuk menghitung

Untuk menghitung jumlah telur

Untuk membelah gonad

Untuk menulis data

Untuk tempat meletakkan telur

3.1.4. Analisa Pola Kebiasaan makanan (Food Habits)

Page 21: Biologi Perikanan Laporan

Tabel 5. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisa pola kebiasaan

makan (food habits)

No Alat dan Bahan Ketelitian Kegunaan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Spuit suntik

Timbangan

Penggaris

Sterofoam

Alat sectio

Benang

Gelas ukur

Kalkulator

Mikroskop

0.1 ml

0,1 gr

0,1 mm

20x30 cm

-

-

0,1 ml

-

-

Untuk mengukur volume lambung

tanpa isi

Untuk menimbang

Untuk mengukur

Untuk meletakkan preparat

Untuk membedah preparat

Untuk mengukur panjang usus

Untuk menghitung volume lambung

Untuk menghitung

Untuk mengamati makanan ikan pada

lambung

10

11

12

13

Alat tulis

Kaca penutup

Pipet tetes

Sedgwick rafter

-

-

-

-

Untuk menulis

Untuk menutup sedgwick rafter

Untuk meneteskan sampel makanan

yang telah diencerkan

Untuk meletakkan sampel makanan

yang telah diencerkan

Page 22: Biologi Perikanan Laporan

3.1.5. Analisa Hubungan Panjang Berat

Tabel 6. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisa hubungan

panjang berat

No Alat dan Bahan Kegunaan

1

2

3

Kalkulator

Alat tulis

Data panjang dan berat ikan

Untuk menghitung

Untuk menulis data

Untuk mencari hubungan panjang dan

berat ikan

3.1.6. Faktor kondisi

Tabel 7. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisa faktor kondisi

No Alat dan Bahan Kegunaan

1

2

3

Kalkulator

Alat tulis

Data panjang dan berat ikan

Untuk menghitung

Untuk menulis data

Untuk mencari hubungan panjang dan

berat ikan

Page 23: Biologi Perikanan Laporan

3.2. Metode

3.2.1. Analisa Morfometri

Metode yang digunakan dalam pengamatan analisis morfometri adalah :

1. Melakukan identifikasi pada tiap ikan sampel.

2. Mengukur berat ikan , panjang standart, panjang total, lebar dan tinggi mulut

serta tinggi badan.

3. Menggambar ikan sampel beserta masing – masing bagian tubuhnya.

4. Menyebutkan ciri – ciri morfologinya.

3.2.2. Tingkat Kematangan Gonad

Metode yang digunakan dalam pengamatan tingkat kematangan gonad

adalah:

1. Menyiapkan gonad ikan yang sudah diperoleh nilai IKG-nya, kemudian

mengamati dengan bantuan kaca pembesar

2. Pengamatan terhadap gonad ikan meliputi :

Untuk ikan jantan :

1. Keluar tidaknya testis dari tubuh ikan (dalam keadaan segar)

2. Bentuk testis

3. Besar kecilnya testis

4. Pengisian testis dalam rongga tubuh

5. Warna testis

Page 24: Biologi Perikanan Laporan

Untuk ikan betina :

1. Bentuk ovarium Besar kecilnya ovarium

2. Pengisian ovarium dalam rongga perut

3. Warna ovarium

4. Ukuran telur dalam ovarium secara umum

5. Halus tidaknya ovarium

6. Ukuran (garis tengah telur)

7. Warna telur

8. Kejelasan warna dan bentuk telur dengan bagian-bagiannya

3. Menentukan klasifikasi kematangan gonad dengan melihat kunci tingkat

kematangan gonad menurut Nikolsky dan Kestevan.

3.2.3. Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Metode yang digunakan dalam pengamatan indeks kematangan gonad

adalah :

1. Membersihkan tubuh ikan dari segala kotoran dan mengeringkan dengan

kertas tissue.

2. Menimbang tubuh ikan bersama gonadnya (Bt) dalam gram.

3. Membedah ikan pada bagian perutnya dan mengeluarkan gonad dengan hati-

hati jangan sampai pecah.

4. Mengeringkan gonad tersebut dengan kertas tissue dan menimbang gonad

tersebut (Bg).

Page 25: Biologi Perikanan Laporan

5. Menentukan nilai IKG-nya dengan persamaan sebagai berikut :

IKG =

6. Mencatat dalam buku laporan sementara.

3.2.4. Nilai Fekunditas

Metode yang digunakan dalam pengamatan nilai fekunditas adalah :

1. Mengambil gonad dari tubuh ikan dan membersihkannya, kemudian

menimbang (G).

2. Mengambil gonadnya, kemudian memotong menjadi lima (5) bagian dan

mengambil sebagian gonad pada bagian pangkal, tengah dan ujung gonad

sehingga diharapkan seluruh bentuk terwakili.

3. Sebagian telur yang telah diambil, ditimbang beratnya (Q) kemudian

memasukkan ke dalam beaker glass dan mengencerkan gonad tersebut dengan

air sebanyak 100 cc (V) dan mengaduk hingga homogen, dimana sudah tidak

ada lagi telur yang mengelompok.

4. Setelah homogen kemudian mengambil pipet dan menuangkan ke dalam

sedwick rafter dan mengamati di bawah mikroskop dan menghitung

jumlahnya.

5. Melakukan pengamatan masing - masing tiga kali ulangan.

6. Menghitung nilai fekunditas dengan menggunakan rumus :

F =

Dimana : F: Nilai fekunditas

Page 26: Biologi Perikanan Laporan

G: Gonad yang telah ditimbang

V: Volume air

Q: Berat gonad

X: Jumlah telur

3.2.5. Analisa Pola Kebiasaan Makanan (Food Habits)

Metode yang digunakan dalam pengamatan analisa pola kebiasaan makanan

(food habits) adalah :

1. Membedah ikan pada bagian perut dengan hati-hati dan menggambar alat

pencernaannya.

2. Mengangkat lambung ususnya jangan sampai pecah dan mengeluarkan isinya

keluar, pisahkan antara lambung dan usus.

3. Mengeluarkan isi lambung dari salah satu ujungnya, memasukkan isinya

dalam gelas ukur yang telah diisi aquades sebanyak 20 ml. Mencatat

pertambahan volumenya sebagai volume isi lambung.

4. Menjepit kedua ujung lambung yang sudah kosong kemudin menggunakan

spuit suntik, mengisi lambung dengan aquades hingga lambung benar - benar

penuh mencatat volume aquades yang dibutuhkan sebagai volume lambung.

5. Menambahkan isi lambung dengan aquades hingga 50 ml. Mengaduk hingga

homogen lalu mengambil dengan pipet, menuangkan ke dalam sedgwick rafter

dan mengamati di bawah mikroskop.

6. Sedgwick rafter berukuran 20 mm 50 mm, terdiri dari 1000 petak, dengan

panjang 50 petak dan lebar 20 petak dan ukuran tiap petak sebesar 1 mm3.

Page 27: Biologi Perikanan Laporan

5 15 25 35 45

20 10

10 9 8 7 6

50

7. Pengamatan dilakukan disemuya petak. Mencatat jenis dan jumlah plankton

yang tercacah. Mengulangi pengamatan hingga 3x pengulangan. (Air didalam

Sedgwick-rafter dikembalikan ke dalam gelas ukur).

8. Setelah mengidentifikasi seluruh isi lambung, menghiung nilai “Indeks of

preponderance”dari setiap jenis makan dengan rumus:

IP = X 100%

Dimana :

IP = Indeks of preponderence

ni = persentase numerical satu macam makanan

oi = persentase frekuensi kejadian macam makanan

∑nixoi = Jumlah nixoi dari semua jenis makanan.

3.2.6. Analisa Hubungan Panjang Berat

Page 28: Biologi Perikanan Laporan

Metode yang digunakan dalam pengamatan analisa hubungan panjang berat

adalah :

1. Mencatat data panjang dan berat ikan yang didapatkan dari asisten. Kemudian

mengurutkan data tersebut dari yang terkecil sampai yang terbesar.

2. Mencari selisih dari nilai terendah dan tertinggi dari panjang dan berat

masing-masing ikan yang diukur dan membuat logaritmanya.

3. Dari perbedaan panjang dan berat ikan yang didapat, menentukan banyaknya

kelas yang dikehendaki.(berkisar 10-20 kelas)

4. Menentukan harga tengah-tengah dengan logaritma untuk masing-masing

kelas dengan cara menambahkan logaritma harga terendah dengan ½ kali

harga pada logaritma dari tiap-tiap kelas.

5. Setelah nilai dari masing-masing kelas didapat, membuat tabel

pengelompokkan ikan ke dalam kelas masing-masing untuk mencari nilai nX,

nY, ∑nY dan lain-lain.

6. Kemudian perhitungan dilanjutkan dengan analisa Weighted Regretion yang

disertai anggapan bahwa ragam dari kelas-kelas tersebut sama untuk mencari

persaman regresinya.

7. Untuk hipotesis nillai b dengan H0 : b = 3 dan H1 ≠ 3 pada taraf uji 95% dan

carilah koefisien korelasinya (r).

8. Membuat grafik yang menyatakan hubungan antara hubungan log tengah

panjang dan log berat ikan empiris dan harapan. Untuk mendapatkan

hubungan yang sebenarnya dari hubungan panjang berat tersebut, maka

angka-angka tersebut dirubah dalam bentuk antilognya.

Page 29: Biologi Perikanan Laporan

9. Mengambil kesimpulan dari hasil perhitungan dan grafik.

3.2.7. Faktor Kondisi

Metode yang digunakan dalam menentukan faktor kondisi adalah :

1. Menghitung analisis hubungan panjang berat ikan yang telah dilakukan

sebelumnya.

2. Menghitung faktor kondisi dengan menggunakan rumus:

K(TI) =

Dimana:

K(TI) = Faktor kondisi dalam panjang total

W = Berat rata - rata ikan yang terdapat dalam suatu

Kelas (gram)

L = panjang rata-rata ikan yang terdapat pada kelas (mm)

3. Jika harga K berkisar antara 2-4 bentuk ikan agak pipih, sedangkan bila

badannya kurang pipih maka harga K berkisar antara 1-3.