laporan praktikum biologi perikanan 1 - ikan kembung

80
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN ANALISIS ASPEK BIOLOGI BERUPA PERTUMBUHAN, REPRODUKSI, DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN KEMBUNG Diajukan Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Mata Kuliah Biologi Perikanan Disusun Oleh Kelompok 7 Kelas A Nama NPM Lidya Pratiwi 230110120007 Heru Sandra Nurhuda 230110120031 Akbar Rusmana Sahrudin 230110120057 PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Upload: akbar

Post on 23-Dec-2015

939 views

Category:

Documents


86 download

DESCRIPTION

Aspek Biologi Ikan Kembung

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN

ANALISIS ASPEK BIOLOGI BERUPA PERTUMBUHAN, REPRODUKSI,

DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN KEMBUNG

Diajukan Untuk Memenuhi Laporan Praktikum

Mata Kuliah Biologi Perikanan

Disusun Oleh Kelompok 7 Kelas ANama NPM

Lidya Pratiwi 230110120007Heru Sandra Nurhuda 230110120031Akbar Rusmana Sahrudin 230110120057

PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARANSUMEDANG

2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena atas rahmat dan hidayah-Nya, kemudian usaha yang maksimal dari setiap

anggota kelompok, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Mata Kuliah

Biologi Perikanan meskipun dengan segala keterbatasan dalam penulisan laporan

ini.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biologi

Perikanan semester genap tahun ajaran 2013/2014. Laporan ini berisi tentang

pertumbuhan suatu ikan baik panjang dan bobot, identifikasi dan rasio kelamin

ikan, tingkat kematangan gonad ikan, indeks kematangan gonad ikan, fekunditas

telur ikan, diameter telur dan posisi inti telur ikan dan kebiasaan makan ikan.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pembuatan

laporan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya.

Jatinangor, Maret 2014

Penyusun

i

DAFTAR ISI

BAB

I.

II.

III.

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang1.2. Maksud dan Tujuan Praktikum

TINJAUAN PUSTAKA2.1. Deskripsi Ikan Kembung2.1.1. Klasifikasi Ikan Kembung2.1.2. Habitat dan Penyebaran Populasi Ikan Kembung2.2. Hubungan Panjang dan Berat Pada Ikan2.3. Rasio Kelamin Ikan2.4. Tingkat Kematangan Gonad Ikan2.5. Indeks Kematangan Gonad Ikan2.6. Fekunditas Ikan2.7. Diameter Telur dan Posisi Inti Telur Ikan2.8. Kebiasaan Makan Ikan

METODOLOGI PRAKTIKUM3.1. Tempat dan Waktu3.2. Alat dan Bahan3.2.1. Alat3.2.2. Bahan3.3. Metode Praktikum3.3.1. Hubungan Panjang dan Berat3.3.2. Rasio Kelamin3.3.3. Tingkat Kematangan Gonad3.3.4. Indeks Kematangan Gonad3.3.5. Fekunditas3.3.6. Diameter Telur dan Posisi Inti Telur3.3.7. Kebiasaan Makan

Halaman

i

ii

iv

v

vi

11

234567

10111417

191919192020202121222223

ii

IV.

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil4.1.1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin

Ikan Kembung Kelompok4.1.2. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kembung

Kelompok4.1.3. Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan

Kembung Kelompok4.1.4. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin

Ikan Kembung Angkatan4.1.5. Hasil Regresi Pertumbuhan Ikan Kembung Angkatan4.1.6. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kembung

Angkatan4.1.7. Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan

Kembung Angkatan4.2. Pembahasan4.2.1. Pembahasan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan

Kembung4.2.2. Pembahasan Reproduksi Ikan Kembung4.2.3. Pembahasan Food and Feeding Habits Ikan Kembung

PENUTUP5.1. Kesimpulan5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

24

24

24

25

2633

37

4042

424245

4646

47

48

iii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1..2.

3.

4.

Ikan Kembung

Pertumbuhan Ikan Kembung

Rasio Kelamin Ikan Kembung..........................................

Tingkat Kematangan Gonad Ikan Kembungi

3

31

31

38

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok 07

Data Reproduksi Kelompok 07.........................................

Data Food and Feeding Habits Kelompok 07

Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Angkatan

Data Regresi Pertumbuhan Angkatan...............................

Data Reproduksi Angkatan

Data Food and Feeding Habits Angkatan

23

23

24

25

32

36

39

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1.

2.

3.

4.

Pembedahan Ikan Kembung

Gonad Ikan Kembung.......................................................

Penimbangan Ikan Kembung Tanpa Hati

Gonad Ikan Kembung

47

47

47

47

vi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan Kembung termasuk ikan pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis

menengah, sehingga terhitung sebagai komoditas yang cukup penting bagi

nelayan lokal. Pada umumnya, Ikan Kembung dijual segar atau diproses menjadi

ikan pindang dan ikan asin yang lebih tahan lama. Ikan kembung yang berukuran

kecil sering digunakan sebagai umpan hidup untuk memancing Ikan

Cakalang. Dalam praktikum kali ini akan diamati berbagai aspek biologi dari Ikan

Kembung betina. Pengamatan aspek tersebut dimulai dari pertumbuhan ikan yang

mengamati panjang dan bobot ikan, selanjutnya dilakukan pengamatan dan

perhitungan indeks kematangan gonad yang didapatkan dengan menghubungkan

bobot gonad dengan berat ikan, kemudian mencari sejauh mana perkembangan

gonad Ikan Kembung yang diuji coba, dan terakhir pengamatan dari segi

kebiasaan makan ikan dan cara makan Ikan Kembung.

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakan praktikum kali ini untuk mengetahui dan memahami

lebih jauh tentang aspek-aspek biologi Ikan Kembung Betina, yaitu:

Mengetahui dan memahami serta mengukur pertumbuhan Ikan Kembung

betina.

Mengetahui dan menentukan tingkat kematangan gonad Ikan Kembung

betina.

Mengetahui serta menentukan indeks kematangan gonad Ikan Kembung

betina.

Mengetahui dan dapat menentukan fekunditas Ikan Kembung betina.

Mengetahui, memahami, mengamati hingga dapat menentukan kebiasaan

makan dan makanan Ikan Kembung betina.

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Ikan Kembung

Ikan Kembung betina (Rastrelliger brachysoma) merupakan salah satu

ikan pelagis kecil yang sangat potensial di Indonesia. Ikan Kembung betina

(Rastrelliger brachysoma) memiliki genus yang sama dengan Ikan Kembung

Jantan (Rastrelliger kanagurta). Ciri yang membedakannya adalah adanya satu

bintik atau totol hitam dekat sirip dada pada Ikan Kembung jantan. Selain itu,

Ikan Kembung betina memiliki perut yang lebih lebar dibandingkan Ikan

Kembung jantan. Ikan Kembung betina memiliki bentuk tubuh pipih dengan

bagian pectoral lebih besar daripada bagian tubuh yang lain dan ditutupi oleh sisik

yang berukuran kecil dan tidak mudah lepas. Warna tubuh biru kehijauan di

bagian punggung dengan titik gelap atau totol-totol hitam di atas garis rusuk

sedangkan bagian bawah tubuh berwarna putih perak. Sirip punggung (dorsal)

terpisah nyata menjadi dua buah sirip, masing-masing terdiri atas 10 hingga 11

jari-jari keras dan 12 hingga 13 jari-jari lemah (Direktorat Jendral Perikanan

1979). Sirip dubur (anal) terdiri dari 12 jari-jari lemah. Di belakang sirip

punggung kedua dan sirip dubur terdapat 5 sampai 6 sirip tambahan yang disebut

finlet. Sirip perut (ventral) terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lemah. Sirip

ekor (caudal) bercagak dalam dan sirip dada (pectoral) lebar dan meruncing

(Anwar 1970 in Ruswahyuni 1979). Mata mempunyai selaput yang berlemak,

gigi yang kecil pada tulang rahang. Tapis insang halus berjumlah 29-34 buah,

pada bagian bawah busur insang pertama tapis insang panjang dan banyak terlihat

seolah-olah bulu jika mulutnya dibuka (Burhanudin et al 1984 in Astuti 2007).

2

3

2.1.1. Klasifikasi Ikan Kembung

Klasifikasi ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Ikan Kembung

Sumber: Dokumen Pribadi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Parcomorphy

Sub ordo : Scombroidea

Famili : Scombridae

Genus : Rastrelliger

Spesies : Rastrelliger brachysoma (Bleeker, 1851)

Nama umum : Short Mackerel

Nama Lokal : Kembung betina

4

2.1.2. Habitat dan Penyebaran Populasi Ikan Kembung

Ikan Kembung betina merupakan kelompok ikan epipelagis dan neritik di

daerah pantai dan laut. Penyebaran Ikan Kembung dapat dibagi menjadi dua

bagian, yaitu penyebaran secara vertikal dan horizontal. Penyebaran secara

vertikal dipengaruhi oleh suhu dan gerakan harian plankton, sedangkan

penyebaran secara horizontal dipengaruhi oleh arus laut. Penyebaran ikan ini

meliputi Samudra Pasifik, Laut Andaman, Thailand, Filipina, Papua New Guinea,

Pulau Solomon, dan Fiji (Fishbase 2010). Daerah penyebaran di perairan pantai

Indonesia dengan konsentrasi terbesar di Kalimantan, Sumatra Barat, Laut Jawa,

Selat Malaka, Muna-Buton, arafuru, TL Siam (Direktorat Jendral Perikanan

1979).

Nikolsky (1963) menyatakan bahwa ada tiga alasan utama yang

menyebabkan beberapa spesies ikan melakukan migrasi, antara lain usaha untuk

mencari daerah yang banyak makanannya (feeding), usaha untuk mencari daerah

tempat berpijah (spawning), dan adanya perubahan beberapa faktor lingkungan

seperti temperatur, salinitas, dan suhu. Fischer dan Whitehead (1974) in Zen

(2006) menyatakan bahwa ikan kembung betina (Rastrelliger brachysoma) hidup

berkelompok dalam jumlah yang besar pada perairan pantai dengan kedalaman

antara 10-50 meter. Ikan ini melakukan ruaya pemijahan yang bersifat

oceanodromus yaitu ikan menghabiskan siklus hidupnya di daerah pantai dan

memijah di daerah laut lepas (McKeown 1984). Chirastit (1962) menduga bahwa

Ikan kembung betina yang sudah matang gonad beruaya dari daerah pantai ke laut

lepas sedangkan ikan juvenil beruaya dari laut lepas ke daerah pantai untuk

membesar.

5

2.2. Hubungan Panjang dan Berat Pada Ikan

Dalam perhitungan untuk menduga suatu pertumbuhan terdapat dua model

yang dapat digunakan yaitu model yang berhubungan dengan bobot dan model

yang berhubungan dengan panjang (Effendie 1979). Model-model tersebut

menggunakan persamaan matematik untuk menggambarkan suatu pertumbuhan.

Analisis pola pertumbuhan menggunakan data panjang bobot. Persamaan

hubungan panjang bobot ikan yang dihasilkan dari perhitungan dimanfaatkan

untuk menjelaskan pola pertumbuhannya. Bobot dapat dianggap sebagai suatu

fungsi dari panjang. Hubungan panjang bobot ikan sebagai pangkat tiga dari

panjangnya. Dengan kata lain hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk menduga

bobot melalui panjang (Effendie 1979).

Effendie (2002) menjelaskan bahwa jika nilai panjang dan bobot diplotkan

dalam suatu gambar maka akan didapatkan persamaan W = a.Lb. Persamaan

tersebut dapat digambarkan dalam bentuk linier dengan logaritma digunakan

persamaan log W = log a + b log L. Yang harus ditentukan dari persamaan

tersebut ialah harga a dan b, sedangkan harga W dan L diketahui. Teknik

perhitungan panjang berat menurut Rousefell dan Everhart (1960) dan Lagler

(1961) secara langsung adalah dengan membuat daftar tersusun dari harga L, log

L, W, log W, log L x log W, dan (log L)2. Apabila N = jumlah ikan yang sedang

dihitung, maka untuk mencari a:

log a=∑ logW ×∑ ¿¿¿¿

Untuk mencari b digunakan rumus:

b=∑ logW −¿¿

Kemudian harga log a dan b masukkan ke dalam rumus:

log W =log a+b log L

Hubungan Panjang Berat:b = 3 (Isometrik), dimana pertumbuhan panjang dan berat seimbangb ≠ 3 (Alometrik); b < 3 = alometrik negatif (berat < panjang)

b > 3 = alometrik positif (berat > panjang)

Hasil analisis hubungan panjang bobot akan menghasilkan suatu nilai

konstanta (b) yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Ikan

6

yang memiliki pola pertumbuhan isometrik (b=3), pertambahan panjangnya

seimbang dengan pertambahan bobot. Sebaliknya pada ikan dengan pola

pertumbuhan allometrik (b≠3), pertambahan panjang tidak seimbang dengan

pertambahan bobot. Pola pertumbuhan allometrik positif (b>3) menyatakan

pertambahan bobot lebih cepat dibandingkan pertambahan panjang. Sedangkan

pertumbuhan allometrik negatif (b<3) menyatakan pertambahan panjang lebih

cepat dibandingkan pertambahan bobot.

2.3. Rasio Kelamin Ikan

Berdasarkan dari fungsi reproduksinya, ikan biasa terbagi menjadi dua

yakni jantan dan betina. Melakukan identifikasi jantan dan betina merupakan

sesuatu yang penting, meski pada aplikasinya hal tersebut tidaklah mudah untuk

dilakukan. Sebagian besar jenis ikan tidak menunjukkan perbedaan tubuh luar

antara ikan jantan dan ikan betina. Kondisi tersebut dinamakan dengan

monomorfisme. Pembedaan kedua jenis kelamin ini dilakukan dengan

pembedahan dan melihat ciri seksual primer. Ciri seksual primer ditandai dengan

adanya testis pada ikan jantan dan ovarium pada ikan betina.

Selain identifikasi, perlu diketahui juga perbandingan atau rasio kelamin

ikan secara alamiah di alam. Rasio ini biasanya dinyatakan dalam bentuk

persentase dan juga perbandingan. Lebih jauh, pemahaman mengenai rasio

kelamin ini dapat digunakan untuk pemahaman sifat-sifat alamiah reproduksi

seperti adanya poligami dan poliandri pada ikan, sehingga dapat dibuat langkah-

langkah strategis pengelolaan.

2.4. Tingkat Kematangan Gonad Ikan

7

Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat

perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi,

sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan

mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan

cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Menurut Effendie

(1997), pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad

dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh, dan pada ikan jantan 5-10%. Lebih

lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan gonad,

telur yang ada dalam gonad akan semakin besar

Perkembangan gonad pada ikan betina umumnya disebut dengan istilah

perkembangan ovarium mempunyai tingkat perkembangan sejak masa

pertumbuhan hingga masa reproduksi yang dapat dikategorikan kedalam beberapa

tahapan. Jumlah tahapan tersebut bervariasi bergantung kepada spesies maupun

peneliti yang mengamati perkembangan ovarium tersebut.. Kematangan gonad

pada ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur dan pola

distribusi ukuran telurnya (Effendie, 1997)

Penentuan tingkat kematangan gonad sangat penting dilakukan, karena hal

ini dapat berguna untuk mengetahui perbandingan antara gonad yang telah matang

dan stok yang ada di perairan, ukuraan pemijahan, musim pemijahan, dan lama

pemijahan dalam satu siklus. Terdapat dua cara untuk menentukan tingkat

kematangan gonad dari ikan, yaitu :

1. Metode morfologis

Metode ini banyak dilakukan dan relatif lebih mudah, namun tingkat

ketelitian rendah. Pengamatan secara morfologis lebih praktis dilakukan

terutama ketika melakukan penelitian di lapangan karena pada dasarnya

hanya dilakukan pengamatan secara visual terhadap ukuran gonad ikan.

(Mazruoh, 2009)

2. Metode histologis.

8

Metode ini dilakukan di dalam laboratorium yaitu dengan mengamati

perkembangan gonad melalui fase perkembangan sel. Pengamatan

dilakukan dengan membuat preparat histologi gonad dan memfikasasi

dengan formalin 10%. Kemudian dilakukan proses dehidrasi dengan

alkohol bertingkat dan dilakukan proses embedding pada parafin. Setelah

itu dilakukan proses sectioning (pemotongan) dengan ketebalan 3 to 8 μ

thickness dan dilakuan proses pewarnaan (staining) dengan larutan eosin

and hematoxylin.Lalu dituutp (mounting) dengan Canada balsam dan

diamati dibawah mikroskop cahaya. Selanjutnya ditentukan proses

oogenesis dan tingkat kematangan gonad (Mazrouh, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad

adalah jenis spesies, umur, ukuran, dan sifat fisiologis ikan. Sedangkan faktor

luarnya adalah suhu, arus, individu lawan jenis, dan tempat memijah yang sesuai.

(Effendie, 1997). Indikator pembagian tahapan kematangan gonad dengan cara

visual (Effendie, 1997):

1. Ukuran gonad dalam menempati rongga badan (kecil, 1/4 bag, 1/2 bag, 3/4

bag atau penuh);

2. Berat gonad segar (ditimbang);

3. Penampakan: warna gonad;

4. Penampakan butiran telor (ovarium) utk ikan betina (opaque,

translucens/ripe/gravid),

5. Ada tidaknya pembuluh darah, dll.

Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968)

1. Dara. Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung.

Testis dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-

abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa.

2. Dara berkembang. Testis dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya

setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu

dapat terlihat dengan kaca pembesar.

9

3. Perkembangan I. Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna

kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira

setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih.

4. Perkembangan II. Testis berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada

sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-

merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium

mengisi kira-kira dua per tiga ruang bawah.

5. Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih,

keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat,

beberapa daripadanya jernih dan masak.

6. Mijah. Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut.

Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat

telur tinggal di dalam ovarium.

7. Mijah/salin. Gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bulat

telur.

8. Salin. Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur

sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.

9. Pulih salin. Testis dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.

Penentuan tingkat kematangan gonad bersifat subjektif, maka sering

terjadi perbedaan tahap tingkat kematangan gonad baik karena perbedaan observer

maupun perbedaan waktu. Sebagai acuan standar, umum digunakan lima tahap

tingkat kematangan gonad (Five stage of visual maturity stage for partial

spawning fishes) , yakni:

TKG I (immature, dara);

TKG II (developing, dara berkembang);

TKG III (maturing/ripening, pematangan);

TKG IV (mature/ripe/gravid, matang)

TKG V (spent, salin).

10

2.5. Indeks Kematangan Gonad Ikan

Peninjauan terhadap perkembangan gonad pada ikan dilakukan dari

berbagai aspek termasuk proses-proses yang terjadi di dalam gonad baik terhadap

individu maupun populasi. Perkembangan gonad merupakan bagian dari

reproduksi sebelum terjadi pemijahan. Dalam proses reproduksi, sebagian besar

hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Untuk mengetahui

perubahan yang terjadi pada gonad tersebut secara kuantitatif dapat dinyatakan

dengan suatu indeks yang dinamakan indeks kematangan gonad, yaitu nilai dalam

persen sebagai hasil perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan

termasuk gonadnya (Effendi, 2002).

IKG (Indeks Kematangan Gonad) dan GSI (Gonade Somatic Index) yaitu

nilai dalam persen (%) sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh

ikan. Pertumbuhan IKG akan sama dengan TKG. IKG akan maksimal pada saat

akan terjadi pemijahan.

IKG=BgBt

×100 %

Dimana : IKG = Indeks kematangan gonad

Bg = Berat gonad ikan dalam gram

Bt = Berat tubuh ikan dalam gram

IKG adalah perbandingan dari berat gonad terhadap tubuh ikan. Nilai IKG

seharusnya bisa dijadikan tingkat kematangan gonad. Peningkatan IKG akan

meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad ikan tersebut

(Affandi, 2001).

GI adalah perbandingan antara berat gonad segar (gram) dengan panjang

ikan (mm) dengan perumusan:

GI=W

L3×108

Dimana : GI = Gonad indeks

W = Berat gonad segar dalam gram

L = panjang ikan dalam mm

11

Harga 108 merupakan suatu faktor agar didapatkan nilai GI mendekati

harga satu sehingga nilai yang diperoleh dapat dibandingkan dengan nilai lainnya.

(Effendi, 1997).

2.6. Fekunditas Ikan

Fekunditas adalah jumlah telur yang terlepas dari ovarium sebelum

berlangsungya pemijahan. Fekunditas ini sangat berpengaruh pada jumlah anak

ikan yang dikeluarkan oleh induk. Pada umumnya fekunditas berhubungan

dengan berat badan, panjang badan, dan ukuran butir telur. Semakin besar ukuran

telur, semakin kecil fekunditasnya. Demikian juga semakin kecil ukuran telur,

maka akan semakin besar pula fekunditasnya. Hal yang juga berpengaruh

terhadap fekunditas adalah cara penjagaan (parental care). Ikan yang memiliki

kebiasaan tidak menjaga telur-telurnya setelah memijah, biasanya memiliki

tingkat fekunditas yang tinggi.

Terdapat beberapa jenis Fekunditas diantaranya :

1. Fekunditas individu yaitu jumlah telur yang dikeluarkan dari generasi

tahun itu dan akan dikeluarkan pada tahun itu pula.

2. Fekuindita relatif yaitu jumlah telur per atuan panjang dan berat.

3. Fekunditas total yaitu jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya.

Fekunditas ikan dapat dihitung denganbeberapa cara yaitu metode jumlah,

metode volumetrik, metode grafimetrik, dan metode Vo Bayer (Effendie, 1979).

Metode jumlah merupakan cara yang paling teliti karena perhitungan telur

dilakukan satu per satu atau secara sensus. Tetapi metode ini hanya cocok

diterapkan untuk ikan dengan jumlah telur sedikit. Apabila metode ini digunakan

untuk menghitung telur ikan-ikan dengan jumlah telur banyak, maka telur harus

dikeluarkan dari ovarium, kemudian direndam dalam larutan formalin 10% atau

larutan gislon. Telur dibersihkan dari jaringan yang melekat kemudian dibiarkan

kering di udara dan baru kemudian dilakukan perhitungan.

12

Metode volumetrik dilakukan dengan cara mengukur volume seluruh telur

dengan cara pemindahan air. Sebagian kecil telur tersebut diambil dan diukur

volume dan jumlah telurnya. Fekunditas dapat dihitung dengan cara sebagai

berikut:

X : x=V : v

Dimana : X = Jumlah telur di dalam gonad yang akan dicari (fekunditas)

x = Jumlah telur dari sebagian kecil gonad (diketahui)

V = Isi (volume) seluruh gonad (diketahui)

v = Isi (volume) sebagian gonad (diketahui)

Metode grafimetrik disebut metode berat. Cara melakukannya sama

seoperti metode volumetrik, tetapi pengukuran volume diganti dengan berat.

Rumusnya adalah

X : x=W : w

Dimana : X = Jumlah telur di dalam gonad yang akan dicari (fekunditas)

x = Jumlah telur dari sebagian kecil gonad (diketahui)

W = Bobot seluruh gonad (diketahui)

w = Bobot sebagian gonad (diketahui)

Metode Von Bayer dilakukan dengan mengukur garis tengah (diameter)

rata-rata telur dan mengukur volume telur keseluruhan lalu dibandingkan dengan

tabel Von Bayer (panjang telur dibagi dengan jumlah telur sama dengan diameter

rata-rata telur). Diameter telur diukur menggunakan alat semacam mistar yang

berskala inci atau milimeter. Sejumlah telur dijajarkan sehingga membentuk

panjang tertentu. Diameter rata-rata dari telur tersebut adalah panjang jajara telur.

Cara pengukuran ini dilakukan paling sedikit sebanyak tiga kali.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas serta hal-hal lain yang

berhubungan dengan hal itu, Nikolsky ( 1969 ) :

1. Sampai umur tertentu fekunditas itu akan bertambah kemudian menurun,

fekunditas relatifnya menurun sebelum terjadi penurunan fekunditas

mutlaknya. Fekunditas relative maksimum terjadi pada golongan ikan

yang muda. Sedangkankan ikan yang sudah tua kadang tidak memijah

setiap tahun

13

2. Fekunditas mutlak atau relatif sering menjadi kecil pada ikan-ikan atau

kelas umur yang jumlahnya banyak.

3. Kenaikan fekunditas populasi dapat disebabkan oleh kematangan gonad

yang lebih awal dari individu yang tumbuh lebih cepat.

4. Ikan yang bentuknya kecil dengan kematangan gonad yang lebih awal

serta fekunditasnya tinggi mungkin disebabkan oleh kandungan makanan

dan predator dalam jumlah besar.

5. Perbedaan fekunditas diantaranya populasi spesies yang hidup dalam

kondisi lingkungna yang berbeda-beda, bentuk migrant fekunditasnya

lebih besar.

6. Fekunditas disesuaikan secara otomatis melalui metabolism yang

mengadakan reaksi terhadap perubahan persediaan makanan dan

menghsilkan perubahan dalampertumbuhan, seperti ukuran pada umur

tertentu demikian juga ukuran danjumlah telur atau jumlah siklus

pemijahan dalam satu tahun.

7. Fekunditas bertambah dalam mengadakan respon terhadap perbaikan

makanan melalui kematangn gonad yang lebih awal, menanmbah

kemantangn individu pada individu yang lebih gemuk dan mengurangi

antara siklus pemijahan.

8. Kualitas telur terutama isi kuning telur berganrung pada umur dan

persediaan makanan dan dapat berbeda dari satu populasi ke populasi yang

lain.

14

2.7. Diameter Telur dan Posisi Inti Telur Ikan

Mengetahui diameter dan posisi inti telur sangatlah penting untuk

dilakukan. Besar diameter telur dan pengamatan posisi inti dapat digunakan

sebagai pertimbangan penentuan tingkat kematangan gonad. Telur yang sudah

matang cenderung memiliki diameter yang besar. Pada telur yang sudah matang,

posisi inti telur cenderung berada pada salah satu kutub dari telur dan tidak berada

di tengah. Selain itu biasanya diameter telur dapat dihubungkan dengan perkiraan

nilai fekunditas, pada ikan-ikan yang memiliki telur yang besar fekunditasnya

biasanya cenderung kecil.

2.8. Kebiasaan Makan Ikan

Setiap hewan membutuhkan energi untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan

juga reproduksi, energi tersebut berasal oleh makanan. Pada dasarnya, organisme

yang baru lahir akan menerima makanan dari induknya, namun selanjutnya akan

diupayakan oleh organisme itu sendiri (Nikolsky, 1963). Makanan adalah segala

sesuatu yang dapat dimakan dan diserap oleh ikan sehingga dapat digunakan

untuk menjalankan metabolisme tubuhnya. Kebiasaan makanan (food habit) ikan

penting diketahui, karena pengetahuan ini memberikan petunjuk tentang pakan,

dan selera organisme terhadap makanan. Food habit memiliki arti yang berbeda

dengan feeding habits, karena keduanya sering disamakan dalam hal definisi.

Food habits mencakup kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan ikan,

sementara feeding habits mencakup cara ikan dalam mendapatkan makanan.

Kebiasaan makanan dan cara memakan ikan itu secara alami tergantung kepada

lingkungan itu hidup (Kurniasari, 2011).

15

Menurut (Effendie, 1997) kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan

kualitas makanan yang dimakan oleh ikan. Makanan alami ikan berasal dari

berbagai kelompok tumbuhan dan hewan yang berada di perairan tersebut (Lagler,

1972). Suatu spesies ikan di alam memiliki hubungan yang sangat erat dengan

keberadaan makanannya. Ketersediaan makanan merupakan faktor yang

menentukan dinamika populasi, pertumbuhan, reproduksi, serta kondisi ikan yang

ada di suatu perairan. Beberapa faktor makanan yang berhubungan dengan

populasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, akses terhadap

makanan, dan lama masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi

tersebut. Adanya makanan di perairan selain terpengaruh oleh kondisi biotik

seperti di atas ditentukan pula oleh kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang

dan luas permukaan.

Jenis-jenis makanan yang dimakan suatu spesies ikan biasanya tergantung

pada kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, ukuran dan umur ikan, musim

serta habitat hidupnya. Tidak semua jenis makanan yang tersedia di sekitarnya

dimakan dan dapat dicerna dengan baik oleh ikan. Faktor-faktor yang menentukan

dimakan atau tidaknya suatu jenis organisme makanan oleh ikan antara lain:

ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna terlihatnya makanan, dan selera

ikan terhadap makanan. Sedangkan jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu

spesies ikan tergantung kepada kebiasaan makanan, kelimpahan makanan, nilai

konversi makanan, serta suhu air, juga kondisi umum dari spesies ikan tersebut

(Beckman, 1962 dalam Asyarah, 2006). Berdasarkan jumlah variasi makanan,

ikan dapat dibagi menjadi:

1. Euryphagic adalah ikan pemakan bermacam-macam makanan.

2. Stenophagic adalah ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau

sempit.

3. Monophagic adalah ikan yang makanannya terdiri dari satu macam

makanan.

16

Menurut (Effendie, 1997) Kebiasaan cara makan ikan adalah cara ikan

mendapatkan makanannya. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan

menggunakan mata. Penciuman dan persentuhan digunakan juga untuk mencari

makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan

cahaya atau dalam perairan keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari

makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran

mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan penciuman dan persentuhan tidak

melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan

diterima atau ditolak. Aktivitas mencari makan pada ikan pada alam bebas

merupakan pekerjaan harian yang rutin dimana makanan tadi diketahui oleh ikan

dengan cara penglihatan, perabaan, penciuman. Makanan yang tersedia di alam

dimanfaatkan oleh ikan biasanya dapat diketahui dengan mengambil contoh

makanan yang ada pada lambungnya dan dilengkapi dengan daftar diet harian

yang diambil ikan berbagai umur dan ukuran.

Mengenai feeding habits yaitu kebiasaan cara memakan pada ikan sering

kali di hubungkan dengan bentuk tubuh yang khusus dan fungsional morfologi

dari tengkoraknya, rahang dan alat pencernaan makanannya. Jadi ikan herbivora

secara sederhana dapat dinyatakan bahwa ikan tersebut tidak mempunyai

kemampuan untuk memakan dan mencerna material lain selain tumbuhan. Oleh

karena itu, ikan pemakan tumbuhan cenderung memakan material tumbuhan yang

lambat dicerna. Ikan herbivora ini harus dapat mengekstraksi nutrisi melalui

ususnya yang panjang. Jadi usus ini berfungsi sebagai penahan makanan dalam

jumlah besar dalam waktu yang lama untuk mendapat kesempatan penggunaan

penuh material makanan yang sudah dicerna. Secara kontras ikan karnivora

mempunyai usus yang lebih pendek khusus. Beberapa garis besar morfologi

macam-macam ikan yang berbeda kebiasaan makanannya:

17

a. Ikan herbivora

Tidak mempunyai gigi dan mempunyai tapis insang yang lembut dapat

menyaring phytoplankton dari air. Ikan ini tidak mempunyai lambung

yang benar yaiut bagian usus yang mempunyai jaringan otot kuat,

mengekresikan asam, mudah mengembang, terdapat di bagian muka alat

pencerna makanannya. Ususnya panjang, berliku-liku, dindingnya tipis.

b. Ikan karnivora

Mempunyai gigi untuk menyergap, menahan dan merobek mangsa dan

jari-jari tapis ingsangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang,

memarut dan mengilas mangsa. Punya lambung benar, palsu dan usus

pendek, tebal dan elastis.

c. Ikan omnivora

Mempunyai gigi kecil, lambung berbentuk kantung, memiliki usus sedang

atau hampr sama dengan panjang tubuhnya.

Berdasarkan kebiasaan hidup dalam lingkungannya akan mempunyai

mulut yang berbeda-beda untuk mengambil makanannya. Letak mulut ada yang

inferior (di bawah kepala) seperti dalam golongan Elasmobranchia, Acipencer,

Polyodon, dan lain-lain. Mulut yang letaknya terminal (di ujung depan kepala)

terdapat kebanyakan ikan, mulut ikan yang letaknya superior (di bagian atas).

Selain letaknya, mulut ikan bervariasi baik dalam bentuk, besar dan perlengkapan

lainnya seperti gigi, alat peraba dan lainnya. Variasi pada tiap-tiap spesies ikan

merupakan spesialisasi struktur dalam penyesuaian fungsi ekologi yang

memberikan ikan itu suatu keuntungan tertentu dari pada ikan lain yang tidak

mempunyai bentuk tadi. Keadaan demikian untuk beberapa spesies ikan tertentu

yang hidup dalam suatu lingkungan yang khas memberikan kemungkinan kecil

sekali terjadi persaingan interspesifik. Dengan kata lain bahwa spesies tertentu itu

mengadakan penyesuaian yang menguntungkan dalam cara pengambilan makanan

terhadap lingkungannya.

18

Sebagai komponen lingkungan, makanan merupakan faktor penentu bagi

jumlah populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan di suatu perairan. Effendie

(2002) mengatakan bahwa makanan merupakan salah satu faktor luar yang

mempengaruhi pertumbuhan ikan. Kelimpahan makanan di dalam suatu perairan

selalu berfluktuasi dan hal ini disebabkan oleh daur hidup, iklim dan kondisi

lingkungan (Lagler et al., 1977). Dengan mengetahui makanan suatu jenis ikan

dapatlah diketahui kedudukan ikan tersebut, apakah sebagai predator atau

kompetitor, serta makanan utama dan makanan tambahan ikan tersebut (Irawati,

2011).

BAB 3

METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu

3.1.1. Tempat

Praktikum Biologi Perikanan dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan

Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.1.2. Waktu

Praktikum Biologi Perikanan dilakukan pada Selasa, 25 Maret 2014 Pukul

14:30 – 16:00 WIB.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan adalah

1. Alat Timbang

2. Cawan Petri

3. Gelas Ukur

4. Gunting

5. Kaca Preparat

6. Mikroskop

7. Penggaris

8. Pinset

9. Sonde

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah

1. Ikan Kembung

2. Gonad Ikan Kembung

3. Hati Ikan Kembung

4. Telur Ikan Kembung

5. Usus Ikan Kembung

19

20

3.3. Metode Praktikum

3.3.1. Hubungan Panjang dan Berat

1. Mengambil Ikan Kembung.

2. Mengukur panjang Ikan Kembung, baik TL (Total Length) dan SL

(Standart Length) dengan menggunakan penggaris, satuan yang digunakan

adalah milimeter.

3. Mengukur bobot ikan dengan menggunakan alat timbang, satuan yang

digunakan adalah gram.

4. Mencatat dalam tabel pengamatan (terlampir).

5. Melakukan penghitungan pola pertumbuhan berdasarkan Teknik Lagler

(1961).

6. Menerjemahkan nilai b kedalam pola pertumbuhan.

3.3.2. Rasio Kelamin

1. Mengambil ikan kembung.

2. Mengamati ciri-ciri seksual sekunder menurut literatur yang tersedia.

3. Melakukan pembedahan pada Ikan Kembung, lalu mencari organ gonad

ikan yang terletak pada rongga perut.

4. Mengamati gonad ikan tersebut dan menentukan ciri-ciri seksual primer,

bila terdapat testis artinya ikan tersebut jantan dan bila terdapat ovarium

artinya ikan tersebut betina.

5. Mengisi hasil pengamatan yang diperoleh pada tabel yang telah

disediakan.

6. Melakukan penyajian data dalam bentuk persentase dan perbandingan.

21

3.3.3. Tingkat Kematangan Gonad

1. Mengambil Ikan Kembung.

2. Membedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian

urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi perut

dapat terlihat.

3. Mengambil gonad ikan yang ada yang didalam perut, hingga terpisah dari

organ lain.

4. Mengamati gonad ikan tersebut.

5. Mencatat hasil penagamatan yang diperoleh pada tabel pengamatan

(terlampir).

3.3.4. Indeks Kematangan Gonad

1. Mengambil Ikan Kembung

2. Menimbang bobot Ikan Kembung dengan menggunakan alat timbang.

3. Membedah Ikan Kembung dengan menggunakan gunting dimulai dari

bagian urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi

perut dapat terlihat.

4. Mengambil gonad ikan yang ada yang didalam perut, hingga terpisah dari

organ lain.

5. Menimbang gonad ikan dengan menggunakan alat timbang.

6. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan (terlampir).

7. Menghitung Indeks Kematangan Gonad dengan rumus yang telah

ditentukan.

22

3.3.5. Fekunditas

1. Mengambil Ikan Kembung.

2. Membedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian

urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi perut

dapat terlihat.

3. Mengammbil gonad betina yang ada yang didalam perut, hingga terpisah

dari organ lain.

4. Mengambil air sebanyak 100 ml dengan menggunakan gelas ukur.

5. Memasukkan seluruh gonad, lalu melihat perubahan volumenya.

6. Mengambil sampel telur pada tiga bagian, yaitu bagian anterior, tengah,

dan ujung dekat urogenital.

7. Memasukkan masing-masing sampel kedalam air sebanyak 100 ml, lalu

melihat dan mencatat perubahan volumenya.

8. Menghitung jumlah dari ketiga sampel telur tadi, setelah mengolah data

dengan menggunakan rumus fekunditas.

9. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan (terlampir).

3.3.6. Diameter Telur dan Posisi Inti Telur

1. Mengambil Ikan Kembung.

2. Membedah Ikan Kembung dengan menggunakan gunting dimulai dari

bagian urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi

perut dapat terlihat.

3. Mengambil gonad betina yang ada yang didalam perut sehingga terpisah

dari organ lain.

4. Mengambil salah satu telur, pengambilan telur dilakukan pada tiga tempat

yaitu pada bagian anterior gonad, tengah gonad, dan posterior gonad.

5. Menambahkan larutan Lugol, lalu mengamati satu persatu telur dengan

mikroskop pada pembesaran 40 kali.

6. Mengamati diameter telur.

7. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan (terlampir).

23

3.3.7. Kebiasaan Makan

1. Mengambil Ikan Kembung.

2. Membedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian

urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi perut

dapat terlihat.

3. Mengambil usus, lalu mengurut usus hingga keluar isi dari usus.

4. Mengamati dengan menggunakan mikroskop.

5. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan (terlampir).

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Kelompok : 07

Hari/Tanggal : Selasa, 25 Maret 2014

Spesies ikan : Ikan Kembung Betina (Rastrelliger brachysoma).

Asal ikan :

4.1.1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Kembung

Kelompok 07

Tabel 1. Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok 07

Nama Praktikan

Pertumbuhan Kelamin

Panjang (mm) Berat

(gr)Jantan Betina

TL SL FL

Akbar Rusmana

Heru Sandra

Lidya Pratiwi

195 156 172 94 -

4.1.2. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kembung Kelompok 07

Tabel 2. Data Reproduksi Kelompok 07

TKGBg

(gr)

IKG

(%)

Bh

(gr)

HSI

(%)Fekunditas

Diameter

Telur

(µm)

Letak Inti

DormanTengah

(butir)

Menuju

Kutub

(butir)

Melebur

(butir)

P. I 1,2 13 0,2 2 - - - - - -

Perhitungan IKG

IKG=BgBt

×100 %

Diketahui: Bg = 1,2 gram

Bt = 94

Ditanyakan: IKG = ...%?

24

25

Jawab: IKG=BgBt

×100 %

IKG=1,294

×100 %

IKG=0,13 × 100 %

IKG=13 %

Perhitungan HSI

HSI= BhBt tanpahati

×100 %

Diketahui: Bh = 0,2 gram

Bt tanpa hati = 93,8

Ditanyakan: HSI = ?

Jawab: HSI= BhBt tanpahati

×100 %

HSI= 0,293,8

×100 %

HSI=0,002× 100 %

HSI=2%

4.1.3. Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan Kembung Kelompok

Tabel 3. Data Food and Feeding Habits Kelompok 07

Jenis PakanKelompok

PemakanFito Zoo BentosBagian

hewan

Bagian

tumbuhanDentritus Ikan

- - - - - - Herbivora

Hari/Tanggal : Selasa, 25 Maret 2014

Spesies ikan : Ikan Kembung Jantan (Rastrelliger kanagurta) dan Ikan

Kembung Betina (Rastrelliger brachysoma)

26

Asal ikan :

Jumlah ikan : 52 ekor

4.1.4. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Kembung

Angkatan

Tabel 4. Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Angkatan

Kelompok Nama

Praktikan

Pertumbuhan Kelamin

Panjang (mm) Berat

(gr)Jantan Betina

TL SL FL

1 A

Efran A

Farica M

Nadia P

185 140 160 73 -

2 A

Anita N

Namira A

Sundoro

190 155 165 89 -

3 A

Deny P

Stephanie

Thaha Y

176 147 155 64 -

4 AAfrah H

Birta B

Wildan N

180 160 155 74 -

5 A

Kenny P

Neni S

Waskita A

180 160 165 77 -

6 A

Dian Fitri

Ganda M

M. Nofhan

175 150 155 62 -

7 A

Akbar R

Heru S

Lidya P

195 156 172 94 -

27

8 A

Indrie R

Kiki H

Rian F

165 145 152 64 -

9 A

Azka I

Elvira A

Firdha O

185 155 165 74 -

10 A

Heru P

Siti A

Tiasa F

184 155 160 78.24 -

11 A

Andrian A

Aninda N

M. Taufik N

177 152 146 76.49 -

12 A

Achmad A

Akhmad H

Esa K

170 150 155 71.60 -

13 A

Dwi W

Irfan A

Maki Z

179 160 145 73.27 -

14 A

Alfi R

Cita S

Rifai D

170 135 160 67.68 -

15 AM. Surya

Nur Aulia180 145 160 72,83 -

16 A

Inda A

Revqy P

Satria R

180 150 163 72.61 -

17 A

Krishna L

M. Ghifari

Respandu Z

190 150 165 83.07 -

18 A Andi A 175 150 165 76.68 -

28

Katisya A

M. Rizki M

19 A

Farhan R

Mutiara I

Rena W

170 150 69,49 -

20 A

Ahmad T

Gmelina A

M. Asyari

174 158 168 81,19 -

21 A

Bagus H

Ihsan F

Shelvi M

180 145 155 71,21 -

22 A

Dzinnuri K

Semita S

Sugih B

195 150 165 79,65 -

23 A

Andri S

Irma F

M. Rizqi H

180 150 160 73,53 -

24 A

Erra Dian

Luthfy W

M. Nu’man A

165 150 66 -

25 A

Firmansyah

Putri W

Taufiq R

183 150 167 66 -

26 A

Ahmad R

Ika R

Novel F

180 150 74,39 -

27 AAnnisa D

Azlhimsyah172 140 152 67,97 -

29

1 B

Adinda K

Gagas W

Raymond S

175 150 160 70

2 B

Ira Sri

Nur

M.Ridwan

Ondi K

180 160 145 71 -

3 B

Alvin T

Tria M

Ulfah N

180 145 120 56 -

4 B

Attindriya

Gilang K

Maulana A

175 153 102 64 -

5 B

Kokoh T

Nizha N

Sofan S

175 150 115 62 -

6 B

Adi Bagus

Alfina A

Denny A

184 158 132 63 -

7 BAxseel F

Lies A

Yuni A

185 150 165 82 -

8 B

Fahmi A

Hanan H

Ramdhani C

164 145 113 65 -

9 B

Aghnia N

M. Luki

Yuniar P

160 140 155 64.22 -

10 B Asep I

Irenne A

180 145 162 72 -

30

Robby W

11 B

Kania M

Iman B

Reno Dwi

175 140 160 70.76 -

12 B

Laily H

Lathofah M

M. Fajar

175 160 155 72.92 -

13 B

Alsyafi A

Andi Lia

Ludfi D

164 153 180 73,73 -

14 B

Hermilita A

M. Fiqi F

Nadhilah

177 142 158 69,93 -

15 B

Ammar A

Riri A

Yulia A

185 150 170 80.89 -

16 B

M. Faujih

Sofyan Y

Zhafira U

175 143 136 69.06 -

17 B

Esti L

Ginandya F

Irfan P

173 159 167 73.18 -

18 B

Arvilia H

Fa’iz A

Nicolas

177 150 160 77.20 -

19 B

Firdausi N

M. Ihsan Z

Wahyuni Dwi

175 139 154 65.83 -

20 B

Nadia S

Safira N

Teguh S

175 150 165 73.18 -

31

21 B

Adhimukti D

Fahri F

Hanif M

175 155 160 73.80 -

22 B

Larassati S

Linda M

Maryono P

170 140 155 72,77 -

23 B

Asri U

Imelda Y

M. Salman

185 140 150 66.23 -

24 B

Dicky S

Dwi S

Irfan H

179 145 152 63.22 -

25 B

Bangbang P

Faisal A

Raichmandika

185 140 - 66.23 -

Grafik 1. Pertumbuhan Ikan Kembung

32

160-169 mm 170-179 mm 180-189 mm 190-195 mm0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

3

18

11

32

78

1

Grafik Pertumbuhan Ikan Kembung

JantanBetina

Grafik 2. Rasio Kelamin Ikan Kembung

34

18

Grafik Rasio Kelamin Ikan Kembung

JantanBetina

4.1.5. Hasil Regresi Pertumbuhan Ikan Kembung Angkatan

33

Tabel 5. Data Regresi Pertumbuhan Angkatan

No ikan

SL (mm)

Berat (gr)

log L log W Log L x log W (Log L)^2

1140 73 2.146128 1.863323 3.99892943 4.605865546

2155 89 2.190332 1.94939 4.269810724 4.797552948

3147 64 2.167317 1.80618 3.914565167 4.697264429

4160 74 2.20412 1.869232 4.120010986 4.858144898

5160 77 2.20412 1.886491 4.158051904 4.858144898

6150 62 2.176091 1.792392 3.900407888 4.735373168

7156 94 2.193125 1.973128 4.327315231 4.809795504

8145 64 2.161368 1.80618 3.903819602 4.671511641

9155 74 2.190332 1.869232 4.094237487 4.797552948

10155 78.24 2.190332 1.893429 4.14723721 4.797552948

11152 76.49 2.181844 1.883605 4.109730752 4.760441442

12150 71.6 2.176091 1.854913 4.036460014 4.735373168

13160 73.27 2.20412 1.864926 4.110521085 4.858144898

14135 67.68 2.130334 1.83046 3.899491496 4.538321965

15145 72.83 2.161368 1.86231 4.025137914 4.671511641

16150 72.61 2.176091 1.860996 4.049698079 4.735373168

17150 83.07 2.176091 1.919444 4.176885769 4.735373168

18150 76.68 2.176091 1.884682 4.101240253 4.735373168

34

19150 69.49 2.176091 1.841922 4.008191042 4.735373168

20158 81.19 2.198657 1.909503 4.198341295 4.834092986

21145 71.21 2.161368 1.852541 4.004022809 4.671511641

22150 79.65 2.176091 1.901186 4.137153758 4.735373168

23150 73.53 2.176091 1.866465 4.061597227 4.735373168

24150 66 2.176091 1.819544 3.959493654 4.735373168

25150 66 2.176091 1.819544 3.959493654 4.735373168

26150 74.39 2.176091 1.871515 4.072586472 4.735373168

27140 67.97 2.146128 1.832317 3.932387463 4.605865546

28150 70 2.176091 1.845098 4.015101717 4.735373168

29160 71 2.20412 1.851258 4.080395519 4.858144898

30145 56 2.161368 1.748188 3.778477601 4.671511631

31153 64 2.184691 1.80618 3.945945912 4.772876648

32150 62 2.176091 1.792392 3.900407888 4.735373168

33158 63 2.198657 1.799341 3.956132851 4.834092986

34150 82 2.176091 1.913814 4.164633596 4.735373168

35145 65 2.161368 1.812913 3.91837292 4.671511641

36140 64.22 2.146128 1.80767 3.879491913 4.605865546

37145 72 2.161368 1.857332 4.014379027 4.671511641

38140 70.76 2.146128 1.849788 3.96988151 4.605865546

39 160 72.92 2.20412 1.862847 4.105937548 4.858144898

35

40153 73.73 2.184691 1.867644 4.080226354 4.772876648

41142 69.93 2.152288 1.844664 3.970247811 4.632345117

42150 80.89 2.176091 1.907895 4.151753275 4.735373168

43143 69.06 2.155336 1.839227 3.964151316 4.645473434

44159 73.18 2.201397 1.864392 4.104268079 4.846149299

45150 77.2 2.176091 1.887617 4.107627508 4.735373168

46139 65.83 2.143015 1.818424 3.896909235 4.592512434

47150 73.18 2.176091 1.864392 4.057088016 4.735373168

48155 73.8 2.190332 1.868056 4.091663063 4.797552948

49140 72.77 2.146128 1.861952 3.995988193 4.605865546

50140 66.23 2.146128 1.821055 3.908216664 4.605865546

51145 63.22 2.161368 1.800854 3.892309275 4.671511641

52140 66.23 2,146128  1,8210548 3,908217 4,605866

Jumlah113.01938

994.57784 209.5345522 245.6628638

Penghitungan Nilai b

36

Diketahui: N = 52

∑ log L = 113.0194

∑ log W = 94.57784

∑ (log L)2 = 209.5345

∑ (log L x log W)2 = 245.6628

(∑log L)2 = 12773.38229

Ditanyakan: nilai b = ?

log a=∑ logW ×∑ ¿¿¿¿

log a=94.58 × 245.66−113.02× 245.6752 ×245.66−12773.38

log a= 23234.52−27765.62566581.29−12773.38

log a= −4531.1553807.91

log a=−0.00818

Untuk mencari b digunakan rumus:

b=∑ logW −¿¿

b=94.58−(52×−0.00818)

113.0194

b=94.58−(−0.42536)

113.0194

b=95.00536113.0194

b=0.8

Hubungan Panjang Berat:b = 3 (Isometrik), dimana pertumbuhan panjang dan berat seimbangb ≠ 3 (Alometrik); b < 3 = alometrik negatif (berat < panjang)

b > 3 = alometrik positif (berat > panjang)

4.1.6. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kembung Angkatan

Tabel 6. Data Reproduksi Angkatan

37

Kel. TKGBG

(gr)

IKG

(%)

Bh

(gr)

HSI

(%)Fekunditas

Diameter

Telur

(µm)

Letak Inti

DormanTengah

(butir)

Menuju

Kutub

(butir)

Melebur

(butir)

38

1 A P. II 2 2.73 1 1.44 6.125 49.3 - - 2 A Bunting 2.1 2.4 0.7 8.3 - - - - - -

3 A Dara B. 0.48 0.75 0.52 0.82 - - - - - -

4 A P. II 2 2.7 0.41 0.59 156 47 - -

5 A P. II 2 2.5 1 1.2 442 58 - - 6 A Dara 0.39 0.6 0.35 0.5 - - - - - -

7 A P. I 1,2 13 0,2 2 - - - - - -

8 A Dara 0.71 1.12 0.34 0.56 - - - - - -

9 A Dara 0.67 0.91 0.48 0.65 - - - - - -

10 A Dara 0.01 0.013 0.88 1.1 - - - - - -

11 A Dara B. 0.47 0.6 0.47 0.6 - - - - - -

12 A Dara B. 0.98 69.27 0.48 64.92 - - - - - -

13 A Dara B. 0.65 0.009 0.1 0.001 - - - - - -

14 A Bunting 4.35 6.86 0.43 0.6 26000 30 - 10 25 -

15 A Dara 1.96 2.69 0.87 1.2 - 28 - 5 18 -

16 A Dara 0.54 0.749 0.58 0.8 - - - - - -

17 A P.I 0.74 0.89 0.66 0.80 - - - - - -

18 A P. II 1.63 2.20 0.22 0.29 - - - - - -

19 A - - - 0.45 0.005 - - - - - -

20 A Dara B. 0.41 0.5 0.91 0.012 - - - - - -

21 A P. II 0.91 1.27 0.4 0.56 - - - - - -

22 A Dara B 0.15 0.188 0.51 0.64 - - - - - -

23 A P. I 1.02 1.4 0.54 0.73 1260 15 - - -

24 A P. II 1.20 1.87 0.71 1.07 807.69 14 - - -

25 A Dara B. 0.60 0.81 0.50 0.67 - - - - - -

26 A Bunting 1.12 1.5 0.89 1.21 977.5 30 - - -

27 A Dara B. 0.47 0.069 0.26 0.004 - - - - - -

1 B Dara B. 9 14.75 6 9.375 - - - - - -

2 B Dara - 0,22 - 1,41 - - - - - -

3 B P. II 4 7.7 5 9.8 - - - - - -

4 B Dara - 8.47 - - - - - - - -

5 B Dara - 5.08 - 8.77 - - - - - -

6 B Dara - 5,17 - 3,33 - - - - - -

7 B Bunting - 28,13 - 10,81 11124 4 - - -

8 B Dara - 10,13 - 6,56 - - - - - -

9 B P. II - 18 - 8,4 - - - - - -

39

10 B P .II 7 11 8 12.5 - - - - - -

11 B Dara - 4.42 - 1.4 - - - - - -

12 B P. II - 14 - 10,6 - - - - - -

13 B P. II - 8,14 - 1,71 - - - - - -

14 B P. II - 1,9 - - - - - - - -

15 B P. II 15 18.5 6 7.4 - - - - - -

16 B P. II 4 6.14 5 7.8 - - - - - -

17 B P. II 3.64 5.23 0.56 0.77 1560 29.5 - - -

18 B Bunting - 3.6 - 1.2 2196 23 - - -

19 B P. II 0.59 0.9 0.45 0.68 - - - - - -

20 B Bunting 3.86 5.5 0.76 1.1 3986 77 - - -

21 B P.I 1.75 2.4 1 1.3 1309 45 - - -

22 B P. I - 0,88 - 0,84 - - - - - -

23 B Bunting 0.85 1.3 0.27 0.4 - - - - - -

24 B P. II 0.40 0.6 0.46 0.7 - - - - - -

25 B P.II - 1.3 - 0.4 - - - - - -

Grafik 3. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Kembung

40

Jantan Betina0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0.33

0.05

0.15

0.22

0.06 0.16

0.540.27

0.210.27

Grafik Tingkat Kematangan Gonad

BuntingPerkembangan IIPerkembangan IDara BerkembangDara

Keterangan:

Dara : Jantan 11 ekor dan Betina 1 ekor.

Dara Berkembang : Jantan 5 ekor dan Betina 4 ekor.

Perkembangan I : Jantan 2 ekor dan Betina 3 ekor.

Perkembangan II : Jantan 13 ekor dan Betina 5 ekor.

Bunting : Jantan 2 ekor dan Betina 5 ekor.

4.1.7. Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan Kembung Angkatan

41

Tabel 7. Data Food and Feeding Habits Angkatan

Kelompok

Jenis Pakan Kelompok

PemakanFit

o

Zoo Bento

s

Bagian

hewan

Bagian

tumbuhan

Dentritus Ika

n

1 A - - - - - Herbivora

2 A - - - - - - Herbivora

3 A - - - - - Herbivora

4 A - - - - - Herbivora

5 A - - - - Omnivora

6 A - - - - - - Herbivora

7 A - - - - - - Herbivora

8 A - - - - - Herbivora

9 A - - - - Omnivora

10 A - - - - - Herbivora

11 A - - - - - Herbivora

12 A - - - - - Herbivora

13 A - - - - - - Herbivora

14 A - - - - - - Herbivora

15 A - - - - - - Herbivora

16 A - - - - - Herbivora

17 A - - - - - Herbivora

18 A - - - - - Herbivora

19 A - - - - - Omnivora

20 A - - - Omnivora

21 A - - - - - Herbivora

22 A - - Omnivora

23 A - - - - Omnivora

24 A - - - - - Herbivora

25 A - - - - - Herbivora

26 A - - - - - Herbivora

27 A - - - - - Herbivora

42

1 B - - - - - - Omnivora

2 B - - - - - - Herbivora

3 B - - - - - - Omnivora

4 B - - - - - - Herbivora

5 B - - - - - - Omnivora

6 B - - - - - - Omnivora

7 B - - - - - - Omnvora

8 B - - - - - - Omnivora

9 B - - - - - - Omnivora

10 B - - - - - Herbivora

11 B - - - - - - Herbivora

12 B - - - - - - Herbivora

13 B - - - - - - Omnivora

14 B - - - - - - Herbivora

15 B - - - - - - Omnivora

16 B - - - - - - Herbivora

17 B - - - - - - Herbivora

18 B - - - - - - Herbivora

19 B - - - - - - Herbivora

20 B - - - - - - Herbivora

21 B - - - - - - Herbivora

22 B - - - - - - Herbivora

23 B - - - - - - Herbivora

24 B - - - - - - Herbivora

25 B - - - - - - Herbivora

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pembahasan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Kembung

43

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran individu, biasanya pertumbuhan

diukur dalam satuan panjang, berat dan atau energi. Dalam hubungannya dengan

waktu, pertumbuhan didefinisikan sebagai ukuran rata-rata ikan pada waktu

tertentu (pertumbuhan mutlak) dan perubahan panjang atau berat pada awal

periode (pertumbuhan nisbi) (Effendie, 1979). Untuk mengetahui pertumbuhan

ikan kembung, ikan kembung (Rastrelliger brachysoma) pertama-tama diukur

panjangnya, antara lain Total Length (TL), Standard Length (SL), dan Fork

Length (FL). Dari hasil pengukuran kelompok kami (kelompok 7 A) maka didapat

TL = 195 mm ; FL = 156 mm ; dan FL = 172 mm. Selain dilakukan pengukuran

panjang juga dilakukan pengukuran berat ikan. Dan dari pengamatan kelompok

kami berat ikan yang kami amati adalah 94 gram.

Untuk mengetahui hubungan panjang ikan dengan berat ikan bisa

dilakukan dengan regresi linier yaitu y = a + bx dengan y adalah Log W, dan x

adalah Log L. Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan aplikasi Ms.

Excel maka diketahui nilai b/koefisien pertumbuhan ikan kembung adalah 0,8.

Dari nilai ini maka dapai diketahui bahwa pola pertumbuhan ikan kembung adalah

alometrik negatif (b<3) Dimana pertumbuhan panjangnya lebih besar daripada

pertumbuhan beratnya.

4.2.2. Pembahasan Reproduksi Ikan Kembung

Berdasarkan dari fungsi reproduksinya, ikan biasa terbagi menjadi dua

yakni jantan dan betina. Melakukan identifikasi jantan dan betina merupakan

sesuatu yang penting. Sebagian besar jenis ikan tidak menunjukkan perbedaan

tubuh luar antara ikan jantan dan ikan betina. Kondisi tersebut dinamakan dengan

monomorfisme. Pembedaan kedua jenis kelamin ini dapat dilakukan dengan

pembedahan dan melihat ciri seksual primer. Ciri seksual primer ditandai dengan

adanya testis pada ikan jantan dan ovarium pada ikan betina. Rasio ini biasanya

dinyatakan dalam bentuk persentase dan juga perbandingan.

Untuk mengetahui rasio kelaminnya, pertama-tama ikan harus dibedah

kemudian dianalisis gonad-nya. Setelah semua data dikumpulkan maka dapat

diketahui dari 51 ekor ikan kembung terdapat 33 ekor ikan jantan dan 18 ekor

44

ikan betina, atau 64,71%-nya adalah ikan jantan dan betinanya hanya 35,29%-nya

saja. Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968)

yaitu:

1. Dara: organ seksual sangat kecil berdekatan dibawah tulang punggung,

transparan, tidak berwarna sampai abu-abu, telur tidak terlihat dengan

mata biasa.

2. Dara berkembang: testes dan ovarium jernih, abu-abu merah, panjangnya

setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah, telur satu persati

dapat dilihat dengan kaca pembesar.

3. Perkembangan I: testes dan ovarium bentuk bulat telur, warna kemerah-

merahan dengan pembuluh kapiler, mengisi kira-kira setengah ruang ke

bagian bawah, telur dapat terlihat seperti serbuk putih.

4. Perkembangan II: testes warna putih kemerahan, tidak ada sperma kalau

perut ditekan, ovarium warna oranye kemerahan, telur dapat dibedakan,

bentuk bulat telur, ovarium mengisi dua per tiga ruang bawah.

5. Bunting: organ seksual mengisi ruang bawah, testes putih, keluar sperma

apabila ditekan di bagian perut, telur bulat, beberapa jernih dan masak.

6. Mijah: telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut,

kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa berbentuk bulat telur

tinggal di dalam ovarium.

7. Mijah/Salin: gonad belum kosong sama sekali, tidak ada telur yang bulat

telur.

8. Salin: testes dan ovarium kosong dan berwarna merah, beberapa telur

sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.

9. Pulih Salin: testes dan ovarium jernih, abu-abu sampai merah.

Setelah data yang ada dan kemudi dicocokan dengan ciri-ciri diatas maka

diketahui ikan jantan dara berjumlah 12 ekor sedangkan ikan betina dara hanya 1

ekor. Ikan jantan dara berkembang berjumlah 4 ekor dan ikan betina dara

berkembang juga 4 berjumlah ekor. Ikan jantan perkembangan I berjumlah 3 ekor

45

dan ikan betina perkembangan I berjumlah 2 ekor. Ikan jantan perkembangan II

berjumlah 12 ekor dan ikan betina perkembangan II berjumlah 5 ekor. Ikan jantan

bunting berjumlah 2 ekor dan dan ikan betina bunting berjumlah 6 ekor. Dari rata-

rata data tersebut diketahui ikan betina lebih cepat matang gonad.

Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari

reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil

metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Peningkatan bobot ovarium

dan testis juga bergantung kepada ketersediaan pakan, karena bahan baku dalam

proses pematangan gonad terdiri atas karbohidrat, lemak dan protein. Reproduksi

sendiri dimulai sejak terjadinya perkembangan gonad untuk siap memproduksi sel

telur/sperma hingga hadirnya individu baru. Adapun prosesnya meliputi

pematangan gonad, pematangan gamet, perkawinan dan pemijahan, pembuahan

dan awal perkembangan, serta penetasan (Fujaya, 2002).

Indeks Kematangan Gonad (IKG) dinyatakan sebagai suatu nilai dalam

persen sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk

gonad dikalikan 100%.

IKG= Bg/Bt ×100%

Maka dari itu pertama-tama gonad ikan harus di timbang. Berat gonad

yang kami timbang adalah 1,2 gram. Kemudian data tersebut dibandingkan

dengan berat ikan tanpa gonad, seperti yang telah diketahui berat ikan secara

keseluruhan adalah 94 gram jadi berat ikan tanpa gonad adalah 94 gram dikurangi

1,2 gram yaitu 92,8 gram. Kedua data ini kemudian dimasukan ke dalam rumus

diatas:

IKG= 1,2/94 × 100 % = 12,93%

Jadi IKG ikan Kembung yang kami amati adalah 12,93%. Selain gonad

yang ditimbang beratnya, hati pada ikan pun ditimbang. Hal ini dilakukan karena

pada hati terjadi proses vitelogenesis (pembentukan kuning telur). Perhitungan

HSI pada hati menggunakan rumus :

HSI= Bh/Bt × 100%

46

Maka dari itu hati ikan juga harus ditimbang. Dari penimbangan yang

kami lakukan diketahui bahwa berat hati ikan yang kami teliti adalah 0,2 gram.

Kemudian dimasukan kedama rumus diatas:

HSI = 0,2/93,8 × 100% =2,13%

Jadi HSI ikan Kembung yang kami amati adalah 2,13%. Sedangkan rata-rata TKG

seluruh angkatan adalah 5,72% dan rata-rata HSI seluruh angkatan adalah 3,79%.

4.2.3. Pembahasan Food and Feeding Habits Ikan Kembung

Food habist memiliki arti yang berbeda dengan feeding habits, karena

keduanya sering disamakan dalam hal definisi. Food habits mencakup kualitas

dan kuantitas makanan yang dimakan ikan, sementara feeding habits mencakup

cara ikan dalam mendapatkan makanan. Kebiasaan makanan dan cara memakan

ikan itu secara lami tergantung kepada lingkungan itu hidup (Kurniasari, 2011).

Untuk mengetahui Food habits ikan kembung maka kita harus mengeluarkan

kotoran ikan kembung dengan cara mengurut ususnya, kemudian kita analisis

dibawah mikroskop. Dari pengamatan yang kami lakukan bahwa di dalam kotoran

ikan kembung yang kami amati hanya terdapat bagian-bagian tumbuhan. Namun

dari beber kelompok lain ada yang menemukan zooplankton dan bagian-bagian

dari hewan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ikan kembung termasuk

omnivora.

BAB 5

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Ikan kembung memiliki pola pertumbukan alometrik negatif karena

memiliki nilai koefisien pertumbuhan kurang dari 3 yaitu 0,81.

Dari 51 ekor ikan kembung terdapat 33 ekor ikan jantan dan 18 ekor

ikan betina, atau 64,71%-nya adalah ikan jantan dan betinanya hanya

35,29%-nya saja.

Dari jumlah tersebut dapat dibagi lagi sesuai tingkat kematangan

gonad-nya, yaitu ikan jantan dara berjumlah 12 ekor sedangkan ikan

betina dara hanya 1 ekor. Ikan jantan dara berkembang berjumlah 4

ekor dan ikan betina dara berkembang juga 4 berjumlah ekor. Ikan

jantan perkembangan I berjumlah 3 ekor dan ikan betina

perkembangan I berjumlah 2 ekor. Ikan jantan perkembangan II

berjumlah 12 ekor dan ikan betina perkembangan II berjumlah 5 ekor.

Ikan jantan bunting berjumlah 2 ekor dan dan ikan betina bunting

berjumlah 6 ekor.

Dari rata-rata data diatas dampar disimpulkan ikan kembung jantan

lebih cepar matang gonad dari pada ikan kembung betina.

Rata-rata TKG seluruh angkatan adalah 5,72% dan rata-rata HSI

seluruh angkatan adalah 3,79.

Ikan kembung termasuk ke dalam omnivora karena dalam ususnya

terdapat bagian-bagian hewan dan tumbuhan (zooplankton dan

fitoplankton).

5.2. Saran

Harus teliti dalam menghitung telur (fekunditas) terutama jika ikan

tersebut masih dalam fase perkembangan I/II, karena telur ikan pada fase

ini angan kecil dan kadang menggumpal (tidak terurai)

Harus ada koordinasi antara seluruh kelompok terutama dengan kelas yang

berbeda, agar data hasil pengamatan bisa dilengkapi secepat mungkin.

47

48

DAFTAR PUSTAKA

Effendie. 1985. Biologi Perikanan Bagian I Studi Natural History. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Effendie Msc, Prof. Dr. H. Moch Ichsan. 1997. Biologi Perikanan.

Yayasan Pustaka Nusantara.

Effendi, 2003. Metode pengukuran kualitas air, IPB. Bogor.

Rosalina, Elfirah (2011). Food and Feeding Habits. Online. Tersedia:

http://firarosalina.blogspot.com/2011/06/food-and-feeding-habits.html.

Diakses pada 31 Maret 2014 pukul 19:25

49

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembedahan Ikan Kembung

Lampiran 2. Gonad Ikan Kembung

Lampiran 3. Penimbangan Ikan Kembung Tanpa hati

Lampiran 3. Gonad Ikan Kembung