biografi dan karya fazlur rahman

12
Konsep dan Pemikiran Fazlur Rahman 1. Biografi Fazlur Rahman merupakan intelektual muslim kontemporer yang dilahirkan pada tanggal 21 September 1919, di daerah Hazara ketika India belum terpecah menjadi India dan Pakistan, daerah tersebut sekarang terletak di sebelah Barat Laut Pakistan. Fazlur Rahman dilahirkan di lingkungan masyarakat yang taat beribadah kepada Allah SWT. Dalam pengakuannya, Fazlur Rahman dan keluarganya mempraktikkan ibadah sehari-hari secara teratur seperti dan lain-lain. Pada umur sepuluh tahun ia sudah hafal seluruh ayat-ayat al-Qur’an. Ayahnya, Maulana Syahab al-Din, seorang ulama terkenal lulusan madrasah Deoband. Meskipun berpendidikan agama sistem tradisional, Syahab al-Din sangat menghargai sistem pendidikan modern. Pendidikan dalam keluarga benar-benar sangat efektif dalam membentuk watak dan kepribadian Fazlur Rahman. Pada tahun 1933, Fazlur Rahman melanjutkan studinya ke Lahore dan memasuki sekolah modern. Pada tahun 1940 Fazlur Rahman menyelesaikan BA-nya dalam bidang sastra Arab pada Universitas Punjab. Kemudian, dua tahun berikutnya (1942) dia menyelesaikan Masternya dalam bidang yang sama pada Universitas yang sama pula. Empat tahun kemudian (1946) Fazlur Rahman berangkat ke Inggris untuk pengembaraan intelektualnya keluar

Upload: taufiq

Post on 30-Sep-2015

10 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Konsep dan Pemikiran Fazlur Rahman

1. Biografi Fazlur Rahman merupakan intelektual muslim kontemporer yang dilahirkan pada tanggal 21 September 1919, di daerah Hazara ketika India belum terpecah menjadi India dan Pakistan, daerah tersebut sekarang terletak di sebelah Barat Laut Pakistan. Fazlur Rahman dilahirkan di lingkungan masyarakat yang taat beribadah kepada Allah SWT. Dalam pengakuannya, Fazlur Rahman dan keluarganya mempraktikkan ibadah sehari-hari secara teratur seperti dan lain-lain. Pada umur sepuluh tahun ia sudah hafal seluruh ayat-ayat al-Quran. Ayahnya, Maulana Syahab al-Din, seorang ulamaterkenal lulusan madrasah Deoband. Meskipun berpendidikan agama sistemtradisional, Syahab al-Din sangat menghargai sistem pendidikan modern.Pendidikan dalam keluarga benar-benar sangat efektif dalammembentuk watak dan kepribadian Fazlur Rahman.Pada tahun 1933, Fazlur Rahman melanjutkan studinya ke Lahore danmemasuki sekolah modern. Pada tahun 1940 Fazlur Rahman menyelesaikanBA-nya dalam bidang sastra Arab pada Universitas Punjab. Kemudian, duatahun berikutnya (1942) dia menyelesaikan Masternya dalam bidang yangsama pada Universitas yang sama pula. Empat tahun kemudian (1946) FazlurRahman berangkat ke Inggris untuk pengembaraan intelektualnya keluarnegeri dengan masuk di Universitas Oxford di bawah bimbingan Prof. S. VanDen Bergh dan H.A.R. Gibb dalam program doctor filsafat Islam (Ph.D). Padatahun 1949 Fazlur Rahman menyelesaikan studinya dengan disertasi tentangIbnu Sinaa. Dua tahun kemudian disertasinya diterbitkan oleh OxfordUniversity Press dengan judul Avecinnas Psychology. Ketika kuliah di Oxford University, Fazlur Rahman mempunyai kesempatan untuk mempelajari beberapa bahasa-bahasa Barat, seperti bahasa Latin, Yunani, Inggris, Jerman, Persia, Turki, Arab, dan Urdu. Penguasaan bahasa yang bagus sangat membantunya dalam memperdalam dan memperluas ilmu pengetahuan, terutama dalam studi-studi Islam melalui penelusuran literatur-literatur keislaman yang ditulis oleh para orientalis dalam bahasa mereka. Dengan pengalaman ini, Fazlur Rahman tidak menjadikan apologetik, tetapijustru lebih memperlihatkan penalaran yang objektif. Dengan demikianbanyak intelektual Muslim yang menjadikannya sebagai panutan dalampemikiran Islam.

2. Pemikiran Fazlur Rahman Dalam menghadapi perkembangan islam kontemporer membuat Fazlur Rahman berpikir keras agar mampu mengatasi problem yang muncul seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, menurut Fazlur Rahman perlu dilakukan reinterpretasi pesan al-Quran. Menurut Fazlur Rahman, untuk melakukan reinterpretasi al-Quran tersebut diperlukan seperangkat metodologi yang sistematis dan komprehensif. Secara global, proses interpretasi dilakukan melalui mekanisme gerakan ganda (double movement) yaitu bertolak dari situasi kontemporer menuju situasi al-Quran diturunkan, kemudian kembali lagi ke situasi yang dihadapi sekarang. Karena menurut Fazlur Rahman, al-Quran merupakan respon Ilahi, yangdisampaikan melalui Nabi Muhammad SAW terhadap situasi sosial-moralmasyarakat Arab. Metode double movement memiliki dua gerakan, yaitu: a. Gerakan pertamaGerakan pertama terdiri dari dua langkah, pada dasarnya merupakan penjabaran dari tiga pendekatan pemahaman dan penafsiran Alquran, yaitu pendekatan historis, kontekstual, dan sosiologis. Agaknya gerakan pertama ini lebih dikhususkan terhadap ayat-ayat hukum. Rumusan gerakan pertama ini diungkapkan sebagai berikut: Langkah pertama, orang harus memahami arti atau maknasuatu pernyataan (ayat) dengan mengkaji situasi atau problema historisdi mana pernyataan Alquran tersebut merupakan jawabannya. Tentu saja sebelum mengkaji ayat-ayat spesifik dalam situasi-situasi spesifiknya, suatu kajian situasi makro dalam batasan-batasan masyarakat, agama, adat-istiadat, lembaga bahkan keseluruhan kehidupan masyarakat di Arabia pada saat Islam datang dan khususnya di Makkah dan sekitarnya, harus dilakukan terlebih dahulu. Langkah kedua, adalah menggeneralisasikan respon-respon spesifik tersebutdan menyatakannya sebagai ungkapan-ungkapan yang memiliki tujuanmoral sosial umum, yang dapat disaring dari ungkapan ayat-ayatspesifik dalam sinar latar belakang sosio-historis dan dalam kaitan"rationes leges" ('illat hukm) yang sering digunakan. Ide pokok yang terkandung dalam gerakan pertama, sebagaimanadikutip di atas adalah penerapan metode berpikir induktif: "berpikir dari ayat-ayat spesifik menuju kepada prinsip", atau dengan kata lain adalah "berpikirdari aturan-aturan legal spesifik menuju pada moral sosial yang bersifat umumyang terkandung di dalamnya. Terdapat tiga perangkat untuk dapatmenyimpulkan prinsip moral-sosial. Pertama adalah perangkat ilat hukum(ratio logis) yang dinyatakan dalam Alquran secara eksplisit; kedua, ilat hukumyang dinyatakan secara implisit yang dapat diketahui dengan caramenggeneralisasikan beberapa ungkapan spesifik yang terkait; ketiga adalahperangkat sosio-historis yang bisa berfungsi untuk menguatkan ilat hukumimplisit untuk menetapkan arah maksud tujuannya, juga dapat berfungsi untukmembantu mengungkapkan ilat hukum beserta tujuannya yang sama sekalitidak dinyatakan.b. Gerakan kedua merupakan upaya perumusan prinsip-prinsip umum,nilai-nilai dan tujuan-tujuan Alquran yang telah disistematisasikan melalui gerakan pertama terhadap situasi dan atau kasus aktual sekarang. Gerakan kedua harus dilakukan dari pandangan umum (yaitu yang telah disistematisasikan melalui gerakan pertama) menjadi pandangan-pandangan spesifik yang harus dirumuskan dan direalisasikan sekarang ini. Artinya, ajaran-ajaran yang bersifat umum tersebut harus dirumuskan dalam konteks sosio-historis yang konkrik sekarang ini. Sekali lagi kerja ini memerlukan kajian yang cermat atas situasi sekarang dan analisis berbagai unsur komponennya, sehingga kita dapat menilai situasi sekarang yang diperlukan dan menentukan prioritas-prioritas baru untuk bisa mererapkan nilai-nilai Alquran secara baru pula.Dari kutipan di atas, terlihat bahwa dalam gerakan kedua ini terdapat dua kerja yang saling terkait. Pertama adalah kerja merumuskan prinsip umum Alquran menjadi rumusan-rumusan spesifik, maksudnya yang berkaitan dengan tema-tema khusus, misalnya prinsip ekonomi qurani; prinsip demokrasi qurani; prinsip hak-hak asasi qurani dan lain-lain, di mana rumusan prinsip-prinsip tersebut harus mempertimbangkan konteks sosio-historis yang konkrit, dan bukan rumusan spekulatif yang mengawang-awang, kerja pertama tidak mungkin terlaksana kecuali disertai kerja kedua yaitupembahasan secara akurat terhadap kehidupan actual yang sedangberkembang dalam segala aspeknya : ekonomi, politik, budaya, dan lain-lain.Kenyataan kehidupan aktual suatu masyarakat atau bangsa memiliki corak-corak tertentu yang bersifat situasional dan kondisional. Selain itu, ia sarat akan perubahan-perubahan. Oleh karena itu, tanpa pencermatan situasi dan kondisi aktual, akan cenderung kepada upaya pemaksaan prinsip-prinsip qurani, sedangkan yang diinginkan Fazlur Rahman bukanlah seperti itu, melainkan hanyalah "perumusan" prinsip umum Alquran dalam konteks sosio-historis aktual. Bahkan suatu prinsip tidak dapat diterapkan sebelum ia dirumuskan kembali.Operasionalisasi metode double movement diantaranya yaitu penumbuhan etika al-Quran ke dalam konteks kontemporer. Hal ini merupakan gerakan kedua dari metode tafsir yang digagas Fazlur Rahman. Mekanisme penumbuhan ini meliputi modifikasi aturan-aturan lama selaras dengan situasi kontemporer. Namun sebelumnya, perlu dilakukan kajian dan analisis terhadap situasi kontemporer beserta berbagai komponennya demi kesuksesan penumbuhan etika al-Quran. Salah satu prinsip yang dapat direduksi dari etika al-Quran adalah prinsip keadilan sosial dan ekonomi. Melalui prinsip ini, aturan lama akan dimodifikasi selaras dengan situasi kontemporer. Demikian juga dengan hal-hal yang ada dalam situasi kontemporer akan dirubah senada dengan prinsip-prinsip tersebut.Salah satu prinsip keadilan sosial dan ekonomi yang diletakkan alQuran adalah mengenai distribusi zakat (QS. Al-Hasyr: 7). Sebagai korelasi prinsip ini, al-Quran menetapkan zakat yang tujuan-tujuannya (siapa saja yang berhak menerima) dirinci dalam QS. At-Taubah: 60. Fazlur Rahman berpandangan bahwa kategori-kategori yang ditetapkan dalam ayat tersebut sedemikian luasnya sehingga merangkum seluruh aktivitas Negara. Kesejahteraan sosial dalam arti yang tidak hanya mencakup seperti yang tertera dalam QS.At-taubah ayat 60 secara tekstual, melainkan yangdiisyaratkan oleh ayat tersebut meliputi kebutuhan negara.

3. Pemikiran Fazlur Rahman mengenai Zakat sebagai PajakFazlur Rahman dikenal sebagai seorang tokoh intelektual Islammodern yang ternama. Salah satu pemikirannya yaitu mengenai zakat danpajak. Pada awal 1966, Fazlur Rahman menyarankan pemerintah Pakistan, lewat Dewan Penasehat Ideologi Islam, bahwa struktur perpajakan sebaiknya dirasionalkan dan diefisienkan dengan menerapkan kembali zakat, membenahi kembali tarifnya mengingat makin melambungnya anggaran belanja pemerintah, dan memperluas cakupannya kepada sektor investasi sehingga dapat memperbaiki motivasi para pembayar pajak dan meminimalkan pengelakan pembayaran pajak. Pemikiran Fazlur Rahman didasarkan pada penafsirannya terhadap rinciandistribusi zakat dalam surat at-Taubah: 60 yang merupakan pengejawantahan salah satu prinsip keadilan sosial dan ekonomi dalam QS. al-Hasyr : 7 yang menyatakan bahwa kekayaan tidak boleh beredar hanya dikalangan orang- orang kaya. Fazlur Rahman berpandangan bahwa kategori-kategori yang ditetapkan dalam QS. Al Taubah: 60 tersebut sedemikian luasnya sehingga merangkum seluruh aktivitas negara. Kesejahteraan sosial dalam arti luas, yang diisyaratkan oleh ayat tersebut meliputi membantu orang-orang yang terjerat hutang, gaji pegawai administratif (kolektor pajak), diplomasi, pertahanan, pendidikan, komunikasi dan kesehatan. Tetapi ketika saran tersebut disiarkan melalui harian nasional berbahasa Urdu, mulai 16 Mei 1966 danseterusnya maka suatu kontroversi berskala nasional kembali meledak. Oposisi dari kalangan ulama demikian hebatnya, sehingga anggota-anggota Dewan Penasihat Ideologi Islam, termasuk Ala Al-Din Shiddiqi (pemimpin Dewan Penasihat Ideologi Islam) mengeluarkan pernyataan pers bahwa mereka maupun Dewan Penasihat tidak terlibat atau bertanggungjawab atas pandangan Fazlur Rahman. Lebih jauh Fazlur Rahman menyatakan bahwa : Zakat was the only permanent tax envisaged by the quran and the prophet, that the statement of the items of its expenditure in the quran is so comprehensive that, for that period, it contains all the areas of public expenditures from defense through communications (welfare of the wayfarers as the Quran has it), to social welfare, and that, therefore, the muslims might consider adjusting somewhat the zakat-rate and the basis of itscollection to modern needs.Perlu adanya langkah penyesuaian (readjustment) tarif zakat selarasdengan kebutuhan kontemporer yang dapat diaplikasikan sebagai pengganti pajak-pajak di negara-negara Islam. Ini sekaligus akan memberi motivasi religius kepada para wajib pajak. Menurut Fazlur Rahman pada saat itu cakupan zakat disalah pahami, zakat dipahami sebagai pajak kekayaan yang dikenakan terhadap kekayaan seseorang yang tertimbun dan merupakan surplus (tidak terhadap pendapatan tahunan sebagaimana pendapat beberapa penulis). Khususnya dalam periode modern, zakat lantas murni menjadi santunan yang bersifat sukarela, sedang kedudukannya yang dulu diganti oleh pajak yang datang dari negara modern. Fazlur Rahman sangat menyayangkan sikap ulama yang menolak langkah penyesuaian tarif zakat dengan dalih apabila zakat tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Islam, pemerintah dapat menetapkan pajak lainnya. Penetapan pajak-pajak yang tidak islami ini, bagi Fazlur Rahman merupakan esensi sekularisme. Kalangan modernis Pakistan, pada ujung kontroversi ini, menyalahkan Fazlur Rahman bahwa ia terlalu tergesa-gesa mengadakan perubahan dalam praktek zakat yang telah mapan. Mereka memang sepakat dengan Fazlur Rahman, tetapi mereka menghendaki secara bertahap yaitu : 1. Pemerintah dapat mengumpulkan zakat berdasarkan kesukarelaan.2. Pemerintah mengubah zakat menjadi pajak formal.3. Selanjutnya seluruh sistem perpajakan dimasukkan ke dalam naunganzakat dengan mengubah strukturnya seperti yang disarankan FazlurRahman.Fazlur Rahman sendiri menilai bahwa kalangan modernis demikian pula dengan kalangan ulama terlalu kaget melihat formulasi intelektual Fazlur Rahman tentang zakat, karena sepanjang menyangkut sisi praktisnya, Fazlur Rahman tidak menyarankan suatu perubahan seketika dalam sistem perpajakan, sebab hal ini hanya mungkin dilakukan di bawah suatu rezim modernis yang luar biasa adikaryanya. Tetapi, terdapat tuntutan yang umum dikalangan masyarakat muslim untuk memperbaharui zakat menjadi pajak. Ini dibuktikan dalam dua konstitusi Pakistan yang terakhir, dan beberapa negara Timur Tengah pun telah mendirikan lembaga untuk mengatur pembayaran zakat secara kolektif. Namun dalam ekonomi yang sedang berkembang, para industrialis besar biasanya bisa mengelak darinya, manakala zakat masih dipahami dalam pengertian Abad Pertengahan. Sebab, mereka biasanya punya tanggungan utang yang besar terhadap bank dan sedikit punya surplus uang tunai.Fazlur Rahman menetapkan zakat sebagai pajak, dengan alasan bahwa zakat sesungguhnya adalah ajaran umum al-Quran tentang keadilan sosio-ekonomi. Zakat pada masa Nabi sudah menjadi sumber penerimaan negara. Nabi kemudian menetapkan tarifnya yang diselaraskan dengan kebutuhan normal masyarakatnya. Sementara kebutuhan masyarakat modern dewasa ini telah berkembang sangat luas. Dengan pertimbangan semacam ini, Fazlur Rahman menyarankan perlunya penyesuaian tarif zakat dengan kebutuhan-kebutuhan modern serta aplikasinya sebagai pengganti pajak-pajak di negara-negara Islam.Fazlur Rahman mencetuskan pemikiran mengenai zakat sebagai pajak dimaksudkan agar peran zakat di Pakistan itu maksimal dan posisi zakat tidak tergeser dan tidak diambil alih oleh pajak sekuler pada sebuah negara modern. Oleh karena itu, menurut Fazlur Rahman umat Islam perlu memperbaiki lembaga zakat sebagai sistem pajak. Penetapan zakat sebagai pajak juga harus diimbangi dengan regulasi mengenai penetapan sanksi yang tegas bagi para muzakki yang tidak membayar zakat oleh pemerintah Indonesia, hal ini dilakukan agar zakat dapat berjalan secara maksimal dengan adanya sanksi yang tegas bagi muzakki yang mengelak membayar zakat.Metode pemikiran Fazlur Rahman dalam penetapan zakat sebagai pajakyaitu double movement of interpretation. Metode pemikiran Fazlur Rahman dalam penetapan zakat sebagai pajak dapat dilihat dari aspek maqashid syariah yaitu untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat yang dilakukan dengan cara penafsiran kembali terhadap kategori delapan ashnaf oleh Fazlur Rahman yang mencakup seluruh aspek pembiayaan negara, meliputi biaya pertahanan, pendidikan, komunikasi dan bahkan biaya pendelegasian diplomatik. Metode pemikiran Fazlur rahman juga dapat dilihat dari aspek pengembangan illat hukum yaitu agar tercipta kesejahteraan sosial, ekonomi, politik dan keuangan, dengan cara distribusi kekayaan sehingga kekayaan tidak hanya berputar di kalangan orang-orang kaya, hal ini sesuai dengan tujuan zakat yang terdapat QS. Al Hasyr: 7 yang menetapkan prinsip bahwa kekayaan tidak hanya berputar di kalangan orang-orang kaya. Fazlur Rahman menyatakan bahwa ayat tersebut merupakan petunjuk umum yang salah satu realisasi hukumnya adalah perlunya institusi zakat. Menurut Fazlur Rahman, zakat harus mencakup seluruh aktivitas dan kebutuhan dana sebuah negara modern.

4. Implementasi di IndonesiaUntuk mengintegrasikan pajak dan zakat pemerintah sudah mengeluarkan peraturan dimana zakat bisa menjadi pengurang pajak dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2010 yang berlaku mulai 23 Agustus 2010 dan berlaku surut dari 1 Januari 2009. Pada aturan tersebut, zakat atau sumbangan keagamaan yang bisa menjadi pengurang pajak adalah zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam. Zakat tersebut harus dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah. Atau, sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama selain agama Islam, yang diakui di Indonesia yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.Aturan ini menyebutkan, zakat yang dibayarkan ke badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang tidak dibentuk dan disahkan oleh pemerintah, tidak bisa menjadi faktor pengurang penghasilan bruto.Walaupun sudah dikeluarkan peraturan pemerintah mengenai zakat sebagai pengurang pajak, masyarakat wajib pajak masih banyak yang belum memanfaatkan keringanan ini. Kebiasaan masyarakat menyalurkan sendiri zakatnya dan masih belum adanya aturan yang menyebutkan lembaga mana saja yang merupakan badan/lembaga resmi penerima zakat menjadi kendala.Untuk itu Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menindaklanjuti dengan mengeluarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2011 yang berlaku sejak tanggal 11 November 2011 yang menetapkan 20 badan/lembaga penerima zakat yang sifatnya wajib dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Badan/Lembaga yang ditetapkan sebagai penerima zakat atau sumbangan meliputi satu Badan Amil Zakat Nasional, 15 Lembaga Amil Zakat (LAZ), tiga Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shaaqah (LAZIS) dan satu Lembaga Sumbangan Agama Kristen Indonesia. Lembaga tersebut adalah sebagai berikut :1. Badan Amil Zakat Nasional2. LAZ Dompet Dhuafa Republika3. LAZ Yayasan Amanah Takaful4. LAZ Pos Keadilan Peduli Umat5. LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat6. LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah7. LAZ Baitul Maal Hidayatullah8. LAZ Dewan Dawah Islamiyah Indonesia9. LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia10. LAZ Yayasan Baitul Maal wat Tamwil11. LAZ Baituzzakah Pertamina12. LAZ Persatuan Islam13. LAZ Yayasan Baitul Mal Umat Islam PT Bank Negara Indonesia14. LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat15. LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid (DUDT)16. LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia17. LAZIS Muhammadiyah18. LAZIS Nahdlatul Ulama (LAZIS NU)19. LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI)20. Lembaga Sumbangan Agama Kristen Indonesia (LEMSAKTI)