proposalskripsi rahman
TRANSCRIPT
JENIS DAN JUMLAH POPULASI INSEKTA PADA POHON JERUK DI
KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN
BARITO KUALA
I. LATAR BELAKANG
Hingga saat ini telah dikenal kurang lebih 1.000.000 spesies hewan, tetapi
masih banyak yang akan menyusul. Beberapa terdapat jumlah yang sangat besar
sekali dan beberapa dalam jumlah sedang, dan bebrapa lagi dalam jumlah sedikit atau
jarang (Jasin,1987). Menurut Jumar (2000) dari sekian banyak spesies hewan yang
ada dipermukaan bumi ternyata ¾ bagian adalah insekta. Dari jumlah tersebut lebih
dari 750.000 spesies telah berhasil diketahui dan diberi nama.
Insekta tergolong dalam filum Arthropoda (Yunani: Anthos=sendi/ruas;
podos=kaki/tungkai), subfilum mandibulata, kelas insekta. Sesungguhnya, hampir
semua permukaan bumi dihuni insekta, kecuali puncak pegunungan tertinggi dan
daerah kutub yang ekstrem. Di Antartika dan puncak Himalaya masih dijumpai
beberapa jenis insekta. Insekta adalah makhluk yang berdarah dingin. Bila suhu
lingkungan turun, suhu tubuh mereka juga menurun, dan proses fisiologik mereka
menjadi lamban. Beberapa insekta dapat hidup pada suhu yang sangat rendah dan
beberapa lagi mampu hidup pada suhu yang tinggi. Insekta tahan terhadap suhu
rendah sebab di dalam jaringan tubuhnya tersimapn etilen glikol (Jumar, 2000).
Tiap-tiap hewan memerlukan alam sekitar untuk kehidupannya yang berbeda-
beda. Hal ini ditentukan oleh struktur dan keperluannya, makanannya,
berkembangbiak dan lain-lain. Dalam kehidupan tiada satu hewanpun yang hidup
sendiri-sendiri tetapi selalu bergantung pada faktor-faktor lingkungan baik biotis
maupun abiotis (jasin,1987).
Sementara itu Soejipta (1993) menjelaskan bahwa habitat suatu organisme
adalah tempat hidup atau tempat untuk tumbuh organisme tersebut, atau tempat
ditemukannya organisme itu. Habitat dapat berbeda mengenai luas atau ragamnya,
dapat pula sebuah hutan untuk jenis hewan tertentu atau seluruh perairan atau hanya
seluas usus untuk jenis hewan yang ada di usus suatu organisme.
Di Kalimantan Selatan, Insekta sering ditemukan di daerah perkebunan
khususnya perkebunan yang tumbuhannya memiliki bunga. Hal ini sesuai
dengan pendapat Jumar (2000), yang menyatakan bahwa insekta berperan dalam
penyerbukan, bermanfaat dalam kegiatan pengendalian hama tanaman, serta insekta
juga berperan dalam mengendalikan gulma yang merugikan. Tetapi di lain pihak,
insekta juga menjadi hama bagi tanaman. Hal tersebut menjadi kendala
petani dan harus dihadapi sebagai masalah hama tanaman.
Penelitian tentang insekta sudah banyak dilakukan, antara lain yang dilakukan
oleh Masniah (1999) menemukan 12 spesies insekta nocturnal yang terdiri dari 4 ordo
dan 1 famili pada perkebunan jeruk di Desa Sungai Tandipah Kecamatan Sungai
tabuk kabupaten Banjar. Penelitian lain juga dilakukan oleh Rahmadaniati (2009), dia
menemukan jenis insekta permukaan tanah di perkebunan pisang Gunung
Gedambaan desa Gedambaan Kabupaten Kotabaru. Penelitian ini didapatkan 13 jenis
insekta permukan tanah dibawah pohon pisang. Penelitian ini juga dilakukan oleh
Rismaniar (2009), dia menemukan jenis-jenis insekta terbang di kawasan perkebunan
pisang Gunung Gedambaan desa Gedambaan kabupaten Kotabaru yang menemukan
18 jenis insekta terbang. Adanya perbedaan jumlah yang ditemukan dalam setiap
daerah yang diteliti menunjukkan bahwa insekta memiliki habitat yang luas dan
berbeda pada setiap habitat yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim
(2009), yang menyatakan bahwa insekta ditemukan di hampir semua lingkungan
kecuali di lautan.
Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten yang ada di
Kalimantan Selatan. Sebagian besar wilayahnya berupa dataran rendah dengan
lingkungan alam rawa gambut yang luas yang terletak di sepanjang Sungai Barito
yang memiliki keanekaragaman tumbuhan dan hewan. Kecamatan Mandastana
merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di kabupaten Barito Kuala.
Di kecamatan inilah terdapat kawasan Perkebunan Agropolitan yang
merupakan salah satu kawasan sentra produksi jeruk madang dan hortikultura lainnya
berbasis padi yang didalamnya terdapat tanaman jeruk dan lahan sawah, sehingga
perkebunan ini disebut dengan perkebunan campuran (lahan tumpang sari).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan di kawasan agropolitan yang dilakukan
oleh penulis, terlihat bahwa pertumbuhan pohon jeruk di tempat tersebut cukup subur
sehingga sering dilakukan pembukaan lahan baru yang akan berakibat pada hewan-
hewan yang ada di daerah tersebut karena keberadaan habitatnya akan mengalami
perubahan. Hal inilah yang menyebabkan insekta pada perkebunan jeruk
keberadaannya cukup banyak karena peran dari insekta sebagai proses penyerbukan.
Adapun dikatakan warga sekitar bahwa insekta-insekta tersebut sebagai hama
tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan pohon jeruk. Pada penelusuran
penelitian tentang Insekta pada kebun jeruk di kawasan agropolitan belum pernah
dilakukan, khususnya di Program Studi Pendidikan Biologi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti Jenis dan
Jumlah Populasi Insekta Pada Pohon Jeruk di Kawasan Agropolitan Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
II. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
II.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
(1) Jenis-jenis insekta apa saja yang terdapat pada pohon jeruk di kawasan
agropolitan kecamatan Mandastana kabupaten Barito Kuala.
(2) Berapa jumlah populasi tiap-tiap jenis Insekta pada pohon jeruk di kawasan
agropolitan kecamatan Mandastana kabupaten Barito Kuala.
II.2 Batasan Masalah
Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka
permasalahan yang dibahas terbatas pada:
(1) Semua jenis insekta tidak terbang yang terdapat pada pohon jeruk. Penentuan
pohon jeruk dengan sampel terpilih, yaitu pohon jeruk yang subur seluas 1 hektar
dan pohon jeruk yang tidak subur seluas 1 hektar pada perkebunan jeruk di
kawasan agropolitan kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
(2) Jenis insekta yang ditangkap langsung dengan menggunakan lem insekta.
(3) Jenis insekta yang tertangkap akan ditelusuri sampai tingkat marga (genus) dan
diupayakan sampai pada tingkat jenis (spesies)
III. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
(1) Jenis-jenis insekta yang terdapat pada pohon jeruk di kawasan Agropolitan
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
(2) Jumlah populasi tiap-tiap jenis Insekta yang terdapat pada pohon jeruk di
kawasan Agropolitan Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
IV. MANFAAT PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah:
(1) Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa Program Studi
Biologi, tentang aplikasi dan penerapan mata kuliah Entomologi, Zoologi
Invertebrata dan Ekologi Hewan.
(2) Sebagai bahan untuk menunjang pembelajaran di SMP kelas VII
Semester II pada konsep “Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup”
pada subkonsep “Keanekaragaman Hewan” dan di SMA Kelas X
Semester II pada konsep “Hewan Invertebrata”.
(3) Sebagai bahan informasi khususnya bagi masyarakat di Desa
Karang Indah tentang Jenis dan Jumlah Populasi Insekta pada pohon jeruk
di kawasan Agropolitan desa Karang Indah Kecamatan Mandastana Kabupaten
Barito Kuala dan sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.
V. TINJAUAN PUSTAKA
V.1 Insekta
Hingga saat ini telah dikenal kurang lebih 1.000.000 spesies hewan, tetapi
masih banyak yang akan menyusul. Beberapa terdapat jumlah yang sangat besar
sekali dan beberapa dalam jumlah sedang, dan beberapa lagi dalam jumlah sedikit
atau jarang (Jasin,1987).
Borror (1992) menjelaskan bahwa, insekta merupakan golongan hewan yang
dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah mereka melebihi semua hewan
melata daratan lainnya dan praktis mereka terdapat dimana-mana. Sedangkan
menurut Jumar (2000) dari sekian banyak spesies hewan yang ada dipermukaan bumi
ternyata ¾ bagian adalah insekta. Dari jumlah tersebut lebih dari 750.000 spesies
telah berhasil diketahui dan diberi nama. Menurut Jasin (1987), ciri-ciri khusus
insekta yaitu tubuhnya terdiri atas caput, thorax dan abdomen. Pada caput terdapat
antena, mata dan mulut dengan bagian-bagiannya. Thorax terdiri atas tiga pasang kaki
yang beruas-ruas dan dua atau sepasang sayap. Abdomen terdiri atas kurang lebih 11
buku dengan beberapa bagian terminal, misalnya genital. Sedangkan menurut
Winarno (1992), semua insekta badannya terdiri dari 3 bagian, yaitu caput (kepala),
thorax (dada) dan abdomen (perut), semua kakinya terletak pada bagian dada.
Menurut Putra (1994) menyatakan bahwa banyak jenis insekta yang
menimbulkan kerugian bagi manusia. Misalnya, insekta yang menyebabkan
kerusakan pada tanaman yang dibudidayakan oleh manusia. Hal ini dapat dimengerti
karena hampir 50% dari insekta adalah pemakan tumbuh-tumbuhan (fitofagus),
selebihnya adalah pemakan insekta lain (entomofagus), binatang lain atau sisa-sisa
tanaman dan binatang. Insekta tertarik pada tanaman, baik untuk makan atau sebagai
tempat tinggal. Bagian-bagian tanaman yang dimanfaatkan oleh insekta seperti daun,
tangkai, ranting maupun batang, juga nektar, bunga dan cairan tanaman. Beberapa
bagian tanaman dapat dimafaatkan untuk membuat koloni ataupun tempat
berlindung.sebaliknya tidak sedikit pula insekta yang memberikan manfaat yang
cukup besar bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh adanya beberapa insekta seperti
tabuhan atau lebah yang membantu penyerbukan tumbuhan, perananlebah madu
(Apis mellifera) yang menghasilkan madu. Beberapa insekta lain juga menghasilkan
lilin tawon, sutera (dihasilkan oleh ulat sutera), zat-zat pewarna (dihasilkan oleh
insekta kokineum, Dactylopyus coccus). Sejumlah insekta juga berperan sebagai
predator dan parasit beberapa jenis hama tanaman, dan sangat bermanfaat dalam
kegiatan pengendalian hama tanaman (Jumar, 2000).
V.2 Populasi
Polulasi merupakan suatu kelompok kolektif makhluk yang sama jenis (atau
kelompok-kelompok lain yang individunya dapat bertukar informasi genetik), yang
mendiami suatu ruang khusus atau tempat tertentu, yang memiliki berbagai
karakteristik (Odum, 1998). Menurut Michael (1994) populasi didefinisikan sebagai
suatu kelompok individu dari jenis yang sama, yang menempati suatu daerah tertentu
pada waktu tertentu. Manurung (1995) menyatakan bahwa populasi seringkali
didefinisikan sebagai himpunan dari individu-individu dari jenis tertentu pada suatu
tempat dan waktu yang tertentu. Pengertian tersebut jelas ditujukan untuk jenis yang
sama = homojenis = monojenis yaitu kelompok individu yang mampu
bertukar informasi genetik dan mengahasilkan turunan yang fertil.
Sedangkan yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai
milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.
V.3 Taksonomi Insekta
Menurut Jumar (2000), Insekta termasuk dalam salah satu kelas dalam filum
Arthropoda dengan uraian sebagai berikut:
(1) Sub kelas Apterygota
Merupakan Insekta tanpa sayap primitif. Sub kelas ini memiliki ordo yaitu:
1. Ordo Protura
Insekta yang termasuk ordo protura ini berukuran kecil (0,6 – 1,5 mm) tidak ada
mata, sayap, sersi, dan antena. Contoh : Acerentulus barberi Ewing.
2. Ordo Tysanura
Insekta ini tidak bersayap, tubuh memanjang dengan tiga buah embelan (satu
pasang sersi dan sebuah filamin kaudal) seperti ekor pada abdomen. Contoh:
Meinertellidae
3. Ordo Collembola
Berukuran kecil (5 mm) berwarna putih atau berwarna yang lain, antena
terdiri atas 4 ruas yang menjadi satu, mulut penggigit, tanpa sayap,
biasanya tanpa trachea, tidak bermetamorfosa, hidup di tempat yang basah,
makanannya berupa sisa-sisa makhluk yang lapuk. Contohnya: Papirius fuscus
4. Ordo Diplura
Insekta ini memiliki tubuh memanjangdan oval dengan warna yang
pucatberantena panjang,, tanpa mata, mulut penggigit, tanpa sayap,
tidak bermetamorfosa. Contoh: Compodea japix
5. Ordo Microcoryphia
(2) Sub kelas Pterigota
Merupakan insekta yang mempunyai sayap, kadang-kadang hanya teredusir
atau tidak ada pada abdomen, tidak ada appendage kecuali cerci dan alat
genital, meliputi:
1. Ordo Odonata
Insekta dengan tubuh panjang dan ramping, sayap memanjang dan bervena
banyak serta membraneus. Sayap depan dan belakang hampir sama dalam bentuk
dan ukuran. Contoh: Gomphus exilis.
2. Ordo Ephemeroptera
Insekta ini berukuran kecil sampai sedang. Bentuk tubuh memanjang dan lunak.
Antena kecil, memiliki 2-3 ekol (sersi) yang panjang. Sayap depan lebar,
berbentuk segitiga dan memiliki banyak pembuluh (rangka) sayap. Sayap
belakang biasanya kecil bulat dan kadang-kadang tidak ada. Contoh: Hexagenia
bilineata
3. Ordo Orthoptera
Insekta ini disebut juga belalang dan memiliki sayap dua pasang, sayap depan
panjang menyempit, biasanya mengeras seperti kertas dan dinamakan tegmina.
Sayap belakang lebar dan membraneus. Contoh: Gryllus sp.
4. Ordo Isoptera
Insekta ini berukuran kecil, bertubuh lunak dan biasanya berwarna coklat pucat.
Antena pendek dan berbentuk seperti benang (filiform) atau seperti rangkaian
manik (moniliform). Contoh: prorhinotermes simalek Hagen.
5. Ordo Thysanoptera
Insekta ini memiliki sayap barumbai dengan rambut yang panjang. Sayap ada
atau tidak ada, apabila bersayap jumlahnya dua pasang, sangat panjang dan
sempit dengan atau tanpa vena. Contoh: Terebrantia
6. Ordo Homoptera
Insekta ini ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Jika bersayap
jumlahnya dua pasang. Sayap depan lebih besar dan panjang daripada sayap
belakang. Contoh: Stenorrhyncha.
7. Ordo Hemiptera
Kebanyakan berukuran besar, mulut seolah-olah tersusun atas labrum dengan
mandibula penusuk dan maxilla: prostomuim besar. sayap muka tebal dan
mempunyai zat tanduk pada dasar, sedang sayap belakang adalah berupa
membran, terlipat di bawah sayap muka. Hidup di daerah darat dan air,
makanannya adalah sari buah atau cairan tubuh hewan lainnya. Contoh:
Murgantia histrionica, Notonecta
8. Ordo Neuroptera
Tubuhnya ada yang kecil dan ada yang besar, alat mulut tipe menggigit,
bersayap membran 4 buah dengan pembuluh darah melintang, carnivora dan
metamorfosis sempurna. Conto: Corydalis cornuta, Chrysopa
9. Ordo Lepidoptera
Ukuran tubuh bermacam-macam berkisar antara 3 – 250 mm. Alat mulut
larva termasuk tipe penggigit, sedang pada hewan dewasa termasuk
tipe penghisap. Biasanya tidak mempunyai mandibula; maxillae bersatu
membentuk proboscis (pipa) yang berguna untuk menghisap cairan.
Antena panjang, bersayap membran 4 buah dan biasanya lebar dengan
pembuluh darah melintang dan dilapisi sisik mikroskopis. Tubuh juga
bersisik atau berbulu. Warna hewan dewasa beranekaragam.Contoh: Papylio
polyxenes, Danaus plexippus.
10. Ordo Diptera
Sayap muka transparan dengan beberapa pembuluh darah. Sayap belakang
berubah menjadi suatu bentuk bulatan seperti halter. Beberapa jenis tidak
bersayap. Alat mulut termasuk tipe penggerek dan penghisap, sering
membentuk proboscis. Terdapat bagian tubuh yang menggenting. Larva
biasanya tidak berkaki, bermetamorfosis sempurna. Sebagian hidup secara
diurnal. Contoh: Psychoda spec, Anopheles, Aedes, Musca domistica.
11. Ordo Coleoptera
Ukuran tubuh bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar; alat
mulut tipe penggigit. Sayap muka (elytra) adalah tebal dan tanpa
pembuluh darah, bertemu satu sama lain di garis median dorsal,
sayap belakang berupa membran dengan sedikit pembuluh darah,
terlipat di bawah sayap muka. Beberapa tidak bersayap, metamorfosis sempurna.
Contoh: Cicindela dytiscus.
12. Ordo Hymenoptera
Alat mulut termsauk tipe menggigit menjilat, bersayap membran 4 buah,
ukuran kecil, mengandung sedikit pembuluh darah, terkunci pada waktu
terbang. Hewan betina ovipositor, menggergaji, mengebor dan menyengat.
Larva serupa ulat atau tidak berkaki. Pupa umumnya terdapat dalam coccon,
metamorfosis sempurna; sebagian besar hidup secara soliter, tapi beberapa
hidup secara sosial dan koloni. Contoh: Cimbex amaericanus, Monomorium.
13. Ordo Dermaptera
Bentuk tubuh agak ramping, mulut tipe penggigit, beberapa jenis
tidak bersayap, metamorfosis bertahap, makanannya tanaman hijau dan
insekta lainnya. Contohnya: Forficula auricularia.
14. Ordo Plecoptera
Ukuran tubuh sedang dan badannya lemah, alat mulutnya tipe penggigit,
sayap merupakan membran, antena panjang. Imagonya hidup di air,
metamorfosis bertingkat, contoh: Pteronarcys, Taeniopteryx pacifica
15. Ordo Embioptera
Tubuh kecil dan panjang, pinggir rata dan lunak, alat mulut tipe penggigit,
kaki muka pada tarsi melebar dan berisi alat duri. Yang jantan bersayap
sedang yang betina tidak bersayap. Tempat hidupnya di rumah atau
di bawah batu, di lapangan. Makan sisa makhluk hidup yang telah lapuk.
Contoh: Gymnembia tarsalis
16. Ordo Mallophaga
Tubuh kecil, panjang 6 mm. Tubuh pipih tak bersayap, kepalanya agak lebar,
alat mulutnya telah termodifikasi untuk menggigit. Antenanya pendek. Matanya
teredusir atau tidak ada. Thorax pendek, metamorfose sederhana. Ecto parasit
pada burung dan beberapa mamlia, makan beberapa bagian tertentu dari bulu,
rambut atau epidermis lapisan kulit. Contoh: Menopon stramineum
17. Ordo Anoplura
Tubuhnya kecil, panjang 6 mm, tutup pipih tidak bersayap, kepalanya kecil,
mulutnya termodifikasi untuk melukai dan menghisap darah. Alat itu bisa
tersimpan di dalam kepala bila dipakai. Mata teredusir atau tidak ada, antena
pendek, metamorfosa sederhana. Ecto parasit pada mamalia, penghisap darah
dan penyebar penyakit. Contoh: Haematopinus suis..
18. Ordo Mecoptera
Beberapa bertubuh kecil, beberapa bertubuh besar, antena dan kakinya panjang.
Alat mulut tipe menggigit, bersayap 4. Baik larvanya maupun dewasa
adalah carnivor. Terdapat di tempat yang geronggang dan makan makanan
yang ada di permukaan tanah. Contoh: Panorpa Spec.
19. Ordo Tricoptera
Ukuran tubuh yang dewasa 3 – 25 mm panjang, kulit lunak, alat mulut
rudimenter; antena dan kaki panjang, bersayap membran 4 buah, larva carnivora
dan hidup di air. Yang dewasa menempel pada daun-daun tanaman. Contoh:
Limnophilus spec.
20. Ordo Siphonaptera
Tubuh sebelah lateral pipih dan segar, tak bersayap; alat mulut tipe penggerek
dan penghisap, antena pendek, mata sederhana atau tidak ada. Kaki panjang
disesuaikan untuk meloncat. Telur diletakkan pada habitat atau hospes.
Larva kecil dan tidak berkaki, makan sisa-sisa zat organik dan bermetamorfosis
sempurna.Contoh: Pulex irretant.
Berdasarkan aktivitas hidupnya, Menurut Borror dkk. (1992) Insekta dapat
dibedakan menjadi :
1. Insekta udara, yaitu Insekta yang sebagian besar hidupnya di udara.
2. Insekta darat, yaitu Insekta yang berada di tumbuhan maupun Insekta
tanah.Insekta tanah terbagi lagi menjadi:
a. Insekta permukaan tanah (Insekta yang berada di permukaan tanah,
apakah untuk mencari makan atau mencari tempat bersarang.
b. Insekta dalam tanah ( Insekta yang berada di dalam tanah)
3. Insekta air, yaitu Insekta yang sebagian besar hidupnya di air, kecuali air
laut.
V.4 Peranan Insekta dalam Ekosistem
Menurut Jumar (2000), secara garis besar peranan insekta dalam kehidupan
manusia ada dua, yakni menguntungkan dan merugikan. Peranan Insekta yang
menguntungkan antara lain:
1) Sebagai penyerbuk tanaman; misalnya kupu-kupu (ordo lepidoptera).
2) Sebagai penghasil produk (seperti madu, sutra dan lain-lain); Misalnya lebah
(ordo hymenoptera)
3) Bersifat entomofagus (predator dan parasitoid)
4) Pemakan bahan organik
5) Pemakan gulma
6) Sebagai bahan penelitian; misalnya Insekta tanah
Sedangkan peranan Insekta yang merugikan antara lain:
1) Perusak tanaman di lapangan, baik buah, daun, ranting, cabang, batang
akar maupun mangga; contoh uret Apogonia sp. (ordo coleoptera)
merupakan Insekta perusak akar.
2) Perusak produk dalam simpanan (hama gudang); contohnya Sitophilus
sp (ordo coleoptera)
3) Sebagai vektor penyakit bagi tanaman, hewan maupun manusia;
contohnya Aphid (Myzus persicae) sebagai vektor penyakit mosaik
kacang dan timun.
V.5 Perkebunan Jeruk
Perkebunan adalah sebidang tanah, biasanya terdapat ditempat terbuka,
ditanami oleh berbagai macam tanaman. Dalam keadaan demikian, kebun dibedakan
dari hutan dilihat dari jenis dan kepadatan tumbuhannya. Apabila digarap oleh
manusia, kebun dapat berarti lahan yang sengaja ditanami berbagai macam
tumbuhan, baik untuk kepentingan keindahan seringkali berupa pekarangan misalnya
kebun botani atau pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang biasanya disebut taman.
Penegertian yang lain tentang kebun ialah mengarah pada usaha produksi berorientasi
bisnis dan kegiatannya dipelajari dalam bidang perkebunan (estate management) serta
budidaya tanaman. Kebun pada pengertian ini dapat mencakup lahan dan luasan
sangat bervariasi, mulai dari beberapa meter persegi hingga ribuan hektar contohnya
seperti perkebunan kopi, kina, cengkeh, dan lada (Anonim,2008). Salah satu
perkebunan adalah perkebunan jeruk yang ada di kawasan Agropolitan Desa Karang
Indah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
Pada kawasan Agropolitan ini terdapat tanaman jeruk siam yang ditanam
bersama padi. Menurut Sugito (1997), menyatakan bahwa jeruk siam mempunyai ciri
khas: Kulit buahnya tipis (sekitar 2 mm), permukaannya halus, licin mengilap, dan
menempel lekat pada daging buahnya.
Untuk pertumbuhan yang baik, jeruk siam memerlukan syarat tumbuh tertentu
meliputi ketinggian tempat, jenis tanah, pH, dan iklim meliputi suhu, kelembapan,
curah hujan dan lain-lain. Ketinggian tempat berpengaruh jelas dengan rasa. Jeruk
sebaiknya ditanam pada ketinggian kurang lebih 700 m dpl. Penanaman lebih dari
900 m dpl menyebabkan rasa jeruk sedikit masam. Selain itu jeruk siam
membutuhkan pH tanah antara 5-7,5 dengan curah hujan optimal 1500 mm/tahun.
Disamping itu, jeruk siam memerlukan banyak sinar matahari sekitar 50-60% dengan
kelembapan sekitar 50-85%.
V.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Insekta
Perkembangbiakan suatu organisme tergantung lingkungan yang di tempati
organisme tersebut. Lingkungan yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan yang sesuai dengan kehidupan suatu organisme. Adapun faktor
lingkungan yang berpengaruh antara lain: suhu, kelembapan udara, pH tanah.
Menurut Jumar (2000), perkembangan insekta di alam dipengaruhi oelh dua
faktor yaitu faktor dalam (yang dimiliki oleh insekta itu sendiri) dan faktor luar
(yang berada di lingkungan sekitarnya) adalah sebagai berikut:
V.6.1 Faktor dalam yang turut menentukan tinggi rendahnya populasi insekta antara
lain:
1) Kemampuan berkembangbiak
Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan oleh insekta, maka lebih tinggi
kemampuan berkembangbiaknya.
2) Perbandingan kelamin
Perbandingan kelamin itu pada umumnya adalah 1:1 akan tetapi karena
pengaruh-pengaruh tertentu maka perbandingan kelamin dapat berubah
menjadi 2:1
3) Sifat mempertahankan diri
Untuk mempertahankan dan melindungi dirinya, insekta memiliki alat atau
kemampuan untuk mempertahankan dan melindungi dirinya dari serangan mush.
4) Siklus hidup
Pada umumnya siklus hidup insekta tidak terlalu lama, antara satu sampai
beberapa minggu.
5) Umur imago
Insekta umumnya memiliki umur imago yang pendek. Ada beberapa hari, akan
tetapi ada juga yang sampai beberapa minggu.
V.6.2 Faktor luar atau lingkungan terdiri atas fisik, makanan dan hayati
Faktor fisik lebih banyak berpengaruh terhdap insekta dibanding dengan
binatang lainnya, faktor tersebut seperti:
1) Suhu dan kisaran suhu
Pada umumnya kisaran suhu yang efektif untk aktivitas insekta adalah suhu
minimum 15oC, suhu optimum 25oC dan maksimum 45oC. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian dari Rismaniar (2009), menyatakan bahwa pengukuran suhu
berkisar antara 29oC – 32oC yang akan mendukung bagi penetasan telur jenis
insekta terbang ini.
2) Kelembapan/ hujan
Kelembapan yang dimaksud adalah kelembapan tanah, udara dan tempat hidup
insekta dimana merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi,
kegiatan dan perkembangan insekta. Kelembapan yang sesuai untuk insekta
biasanya lebih tahan terhadap suhu ekstrik yakni apabila keadaan sangat tinggi
atau sangat rendah.
3) Cahaya
Beberapa aktivitas insekta dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya, sehingga
timbul jenis insekta yang aktif pada pagi, siang, sore atau malam hari. Cahaya
matahari dapat mempengaruhi aktivitas dan distribusi lokalnya. Insekta ada yang
bersifat diurnal, yakni aktif pada siang hari mengunjungi bunga, meletakkan telur
atau makan pada bagian tanaman dan lain-lain. Selain itu, jika insekta aktif pada
malam hari dinamakan insekta nokturnal.selain tertarik cahaya, ditemukan juga
insekta yang tertarik oleh suatu warna seperti warna hijau dan kuning.
Sesungguhnya insekta memiliki preferensi (kesukaan) tersendiri terhadap warna
dan bau, seperti terhadap warna-warni bunga.
4) Angin
Angin berperan dalam membantu penyebaran insekta, terutama bagi insekta
yang kecil dan mudah terbang terbawa oleh angin. Angin mempengaruhi
penyebaran insekta dari suatu tempat ke tempat lain. Selain itu angin juga
mempengaruhi kandungan air dalam tubuh insekta karena dapat mempercepat
penguapan dan penyebaran udara. Contohnya apid dapat terbang terbawa oleh
angin sampai sejauh 1.300 km.
V.7 Tinjauan Umum Daerah Penelitian
Kabupaten Barito Kuala dengan ibu kotanya Marabahan terletak paling barat
dari Propinsi Kalimantan Selatan dengan posisi geografis berada pada 2°29’50” -
3°30’18” Lintang Selatan dan 114°20’50” - 114°50’18” Bujur Timur. Luas wilayah
Kabupaten Barito Kuala adalah 2.996,96 KM² atau sebesar 7,99 persen dari luas
propinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Barito Kuala meliputi 17 kecamatan.
Bentuk morfologi wilayah Kabupaten Barito Kuala merupakan dataran rendah
dengan ketinggian 0,2 sampai dengan 3 meter dari permukaan laut. (Anonim, 2010).
Penelitian ini berlokasi di daerah kecamatan Mandastana tepatnya
di perkebunan agropolitan kabupaten Barito Kuala. Perkebunan Agropolitan ini
salah satu kawasan objek wisata yang bersifat perkebunan campuran karena
didalamnya terdapat lahan jeruk dan lahan sawah. Berdasarkan hasil survey
pendahuluan, pertumbuhan pohon jeruk di tempat tersebut cukup subur sehingga
sering dilakukan pembukaan lahan baru yang akan berakibat pada
hewan-hewan yang ada di daerah tersebut karena keberadaan habitatnya akan
mengalami perubahan. Hal inilah yang menyebabkan insekta pada perkebunan
jeruk keberadaannya cukup banyak karena peran dari insekta sebagai
proses penyerbukan. Adapun dikatakan warga sekitar bahwa insekta-insekta tersebut
sebagai hama tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan pohon jeruk.
Adapun batas-batas lokasi pengambilan sampel di kawasan perkebunan
agropolitan, yaitu sebagai berikut:
1) Sebelah barat berbatasan dengan hutan rawa gambut
2) Sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk dan kebun karet
3) Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk
4) Sebelah selatan berbatasan dengan hutan galam.
Gambar 1. Daerah pengambilan sampel Insekta
VI. METODE PENELITIAN
VI.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan
teknik observasi, yaitu turun langsung ke lapangan dalam pengamatan dan
pengambilan sampel untuk mengetahui jenis-jenis insekta yang terdapat pada
pohon jeruk di kawasan Agropolitan. Penentuan pohon jeruk dengan sampel
terpilih, yaitu pohon jeruk yang subur dan pohon jeruk yang tidak subur pada
perkebunan jeruk di kawasan agropolitan kecamatan Mandastana Kabupaten
Barito Kuala.
VI.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Secara keseluruhan waktu yang masih direncanakan dalam penelitian ini
adalah 6 bulan, yaitu pada bulan Februari 2010 sampai dengan bulan Juli 2010
meliputi masa persiapan (survey lokasi dan penyusunan proposal), pelaksanaan
penelitian, pengumpulan data, analisis data hingga penyusunan skripsi. Pengambilan
data direncanakan dilakukan bulan Maret 2010. Tempat penelitian untuk
pengambilan sampel dilakukan pada perkebunan jeruk di kawasan
agropolitan.
VI.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah semua jenis insekta tidak
terbang yang terdapat di pohon jeruk di Kawasan Agropolitan Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Penentuan pohon jeruk dengan sampel terpilih
pada 2 lokasi penelitian, yaitu pada lokasi I merupakan lahan yang subur sebanyak 5
blok dan pada lokasi II merupakan lahan yang tidak subur sebanyak 4 blok yang
ditumbuhi insekta. Pada setiap blok kebun jeruk terdiri atas 10 balur kemudian
ditetapkan 3 balur dimana setiap balur diambil 3 pohon jeruk. Sehingga jumlah titik
keseluruhan adalah 3 pohon jeruk X 3 balur X 5 blok = 45 titik sampel untuk
kawasan yang subur dan 3 pohon jeruk X 3 balur X 4 blok = 36 titik sampel untuk
kawasan yang tidak subur. Pengambilan sampel dilakukan pengulangan sebanyak 2X.
VI.4 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Lem insekta, untuk menangkap insekta yang tidak terbang.
2) Loupe dan mikroskop stereo untuk mengamati insekta hasil tangkapan.
3) Pinset dan jarum untuk memegang dan atau mengambil insekta.
4) Roll meter, digunakan untuk mengukur luas area penelitian (m).
5) Kantong plastik, untuk meletakkan sampel insekta yang tertangkap.
6) Kertas label, digunakan untuk memberi tanda pada spesies insekta yang
didapatkan.
7) Botol sampel untuk mengawetkan sampel hasil penelitian.
8) Termometer batang digunakan untuk mengurkur suhu udara di lingkungan
kawasan penelitian (0C).
9) Higrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara (%).
10) Lux meter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya (Lux).
11) Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan angin (ms/s).
12) Altimeter digunakan untuk mengukur ketinggian tempat (mdpl).
13) Kamera digital, digunakan untuk membuat dokumentasi penelitian.
14) Kertas milimeter blok, digunakan sebagai alas dalam pendokumentasian sampel
insekta terbang.
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Sampel insekta yang tertangkap dengan lem insekta.
2) Alkohol 70 % atau formalin 4% untuk mengawetkan sampel insekta yang didapat.
3) Insektisida (semprotan pembunuh insekta), untuk mematikan insekta guna
mempermudah pada saat mengindentifikasi.
VI.5 Prosedur Penelitian
VI.5.1 Tahap Persiapan
1) Observasi lokasi penelitian.
2) Mengurust surat izin penelitian.
3) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.
VI.5.2 Tahap Pelaksanaan
1) Menentukan pohon jeruk dengan sampel terpilih pada 2 lokasi penelitian, yaitu
pada lokasi I merupakan lahan yang subur sebanyak 5 blok dan pada lokasi II
merupakan lahan yang tidak subur sebanyak 4 blok yang ditumbuhi insekta. Pada
setiap blok kebun jeruk terdiri atas 10 balur kemudian ditetapkan 3 balur dimana
setiap balur diambil 3 pohon jeruk. Sehingga jumlah titik keseluruhan adalah 3
pohon jeruk X 3 balur X 5 blok = 45 titik sampel untuk kawasan yang subur dan 3
pohon jeruk X 3 balur X 4 blok = 36 titik sampel untuk kawasan yang tidak
subur. Pengambilan sampel dilakukan pengulangan sebanyak 2X.
2) Mengambil semua jenis insekta yang ada di pohon jeruk dengan menggunakan
jebakan insekta, yaitu dengan memakai lem insekta yang di tempatkan pada
batang atau dahan pohon jeruk (Praswoto,2000). Peletakkan lem dilakukan
sebanyak 2X yaitu pagi hari pada pukul 06.00 WITA dan dilanjutkan pada pagi
berikutnya dengan pengulangan dilakukan sebanyak 3X.
3) Memasukkan semua jenis insekta ke dalam kantong plastik dan memberinya
label.
4) Menyemprotannya dengan semprotan pembunuh insekta.
5) Mengidentifikasi jenis insekta yang ditemukan dengan menggunakan acuan
identifikasi insekta seperti:
5.1 Kepala, meliputi:
- Posisi kepala
Posisi kepala pada insekta berdasarkan letak arah alat-mulut dapat dibedakan
menjadi:
1. Hypognatus (vertikal), apabila bagian dari alat mulut mengarah ke
bawah segmen-segmen kepala ada dalam posisi yang sama dengan
tungkai. Contoh: belalang
2. Prognatus (horizontal), apabila bagian dari alat mulut mengarah ke
depan dan biasanya insekta ini aktif mengejar mangsa. Contoh:
Coccinella arcuta
3. Opistognatus (Oblique), apabila bagian dari alat mulut mengarah ke
belakang dan terletak diantara sela-sela pasangan tungkai. Contoh:
walang sengit.
- Antena, terdiri dari:
a. Jumlah ruas antena yang terdiri dari scape (ruas dasar), pedisel, dan
flagella.
b. Bentuk, terdiri dari:
1. Setaceus : seperti duri atau rambut kaku dan ruas-ruas menjadi
lebih langsing ke arah ujung. Misalnya: Capung
2. Filiform: seperti benang, ruasnya berukuran hampir sama dari
apngkal ke ujung dan bentuknya membulat. Misalnya: Kumbang
tanah
3. Moniliform: seperti manik-manik, ruas-ruas berukuran sama dan
bentuknya bulat. Misalnya: kumbang keriput kayu
4. Serrate: seperti gergaji, ruas-ruas antena berbentuk segitiga,
terutama pada bagian pertengahan atau 2/3 ujungnya.
Misalnya:pada kumbang loncat balik
5. Pektinat: seperti sisir, segmen memanjang ke arah lateral,
langsing dan panjang. Misalnya: kumbang warna api
6. Bentuk Gada: ruas-ruas meningkat garis tengahnya ke arah distal
atau semakin ke ujung semakin besar. Terdiri dari:
a. Clavate: bila peningkatan besar ke arah ujung secara bertahap.
Misalnya: pada Tenebrionidae
b. Kapitate: bila ruas-ruas ujungnya tiba-tiba membesar.
Misalnya: pada Nitidulidae
c. Lamelate: bila ruas-ruas ujungnya meluas ke samping
membentuk semcam pelat-pelat. Misalnya: pada kumbang juni
d. Flabelata: bila ruas-ruas ujungnya memiliki perlebaran ke
samping dan berbentuk lembaran-lembaran panjang. Misalnya:
kumbang sedar
7. Genikulate: berbentuk siku, ruas pertama panjang, ruas-ruas
berikutnya kecil dan membentuk sudut dengan ruas pertama.
Misalnya: pada semut dan kumbang rusa
8. Plumosa: seperti bulu, kebanyakan ruas-ruasnya dengan rambut-
rambut panjang. Misalnya: pada nyamuk jantan
9. Aristate: ruas terakhir biasanya membesar dan memiliki
semacam rambut kaku yang disebut arista. Misalnya: pada lalat
rumah
10. Stilate: pada ujung ruas terakhir terdapat struktur seperti jari
memamnjang yang disebut stilus atau stili. Misalnya: pada lalat
penyelinap
- Mata terdiri dari mata majemuk (mata faset) dan mata tunggal (osellus)
- Tipe mulut, terdiri dari:
a. Menggigit-mengunyah, seperti ordo Orthoptera, Coleoptera, Isoptera,
larva atau ulat
b. Menusuk-mengisap, seperti pada ordo Homoptera dan Hemiptera
c. Mengisap, seperti pada ordo Lepidoptera
d. Menjilat-mengisap, seperti pada ordo Diptera
5.2 Toraks, merupakan bagian kedua dari tubuh insekta yang dihubungkan
dengan kepala oleh semacam leher yang disebut serviks.
- Protoraks : pronotom
- Mesotoraks terdiri dari ada atau tidak adanya sayap depan, Tekstur, Bentuk
dan rangka sayap
- Metatoraks terdiri dari ada atau tidak adanya sayap belakang, Tekstur,
Panjang sayap, Bentuk, dan rangka sayap
5.3 Tungkai, terdiri dari:
- Koksa merupakan ruas pertama atau bagian yang melekat langsung pada
thoraks
- Trokhanter merupakan ruas kedua, berukuran lebih pendek daripada koksa
dan sebagian bersatu dengan femur
- Femur merupakan ruas ketiga atau ruas yang terbesar
- Tibia merupakan ruas keempat, biasanya lebih ramping tetapi kira-kira sama
panjangnya dengan femur, dan pada bagian ujungnya biasanya terdapat duri-
duri atau taji
- Tarsus merupakan ruas terakhir yang terdiri atas 1-5 ruas dan di ujung ruas
terakhir terdapat pretarsus yang terdiri dari sepasang kuku tarsus ya ng disebut
claw. Diantara kuku tersebut terdapat struktur seperti bantalan yang disebut
arolium. Pada beberapa insekta, dibawah setiap kuku tarsus terdapat terdapat
struktur seperti bantalan yang disebut pulvilus, struktur diantara kuku
biasanya dengan bentuk meruncing disebut empodium
- Bentuk, terdiri dari:
a. Tipe cursorial, adalah tungkai yang digunakan untuk berjalan dan
berlari. Misalnya pada lipas dan kumbang
b. Tipe fossorial, adalah tungkai yang digunakan untuk menggali,
ditandai dengan adanya kuku depan yang keras sekali. Misalnya
tungkai depan orong-orong
c. Tipe saltatorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk meloncat,
ditandai dengan perbesaran femur tungkai belakang. Misalnya
belalang dan jangkrik
d. Tipe raptorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk menangkap dan
mencengkeram mangsa, ditandai dengan pembesaran femur tungkai
depan. Misalnya: kaki depan belalang sembah
e. Tipe natatorial, adalah tungkaiyang berfungsi untuk berenang, ditandai
dengan bentuk yang pipih serta adanya sekelompok “rambut-rambut
renang” yang panjang. Misalnya: kumbang Dytiscidae dan kepinding
kapal.
f. Tipe ambolatorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk berjalan
ditandai dengan femur dan tibia yang lebih panjang dari bagian
tungkai lainnya. Tungkai ini merupakan bentuk umum tungkai insekta
5.4 Abdomen pada insekta tersususn atas 11-12 ruas yang dihubungkan oleh
bagian seperti selaput (membran). Jumlah ruas tiap spesies tidak sama. Ruas
pada insekta terdiri dari tergum (bagian atas), dan sternum (bagian bawah),
sedangkan pleuron (bagian tengah) tidak tampak dan pada tergum ruas ke 11
memiliki sepasang embelan yang dinamakan cerci (tunggal:cercus).
6) Menghitung masing-masing jenis Insekta.
7) Melakukan pengukuran parameter faktor lingkungan abiotik yang meliputi
pengukuran suhu, kelembaban tanah, kelembaban udara, dan intensitas cahaya.
8) Membuat dokumentasi atau foto-foto penelitian
VI.6 Analisis Data
Data penelitian yang diperoleh di analisis secara deskriptif dan statistik, dengan
urutan sebagai berikut:
(1) Mengidentifikasi jenis Insekta pohon yang ditemukan dengan menggunakan
pustaka berikut ini:
(a) Borror, dkk (1992)
(b) Jasin (1987)
(c) Jumar (2000)
(d) Manurung (1950)
(e) Odum (1998)
(f) Verma (2002)
(g) Sebagian dari internet
(2) Menghitung jumlah populasi insekta pohon, dengan mencari Nilai Rerata
dengan rumus:
Rerata= Jumlah insekta yang ditemukan Jumlah keseluruhan insekta yang ditemukan
VII. JADWAL PENELITIAN
No. Tahapan-tahapan Bulan (Tahun 2010)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1. Persiapan, meliputi:
- survey lokasi penelitian
- penyusunan proposal
√
√
2. Pelaksanaan penelitian √
3. Pengolahan data √ √
4. Penyusunan skripsi √ √
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Kebun. http://id.wikipedia.org/wiki/kebun . diakses tanggal 14 Januari
2010
Borror, Triplehorn dan Jhonson.1992.Pengenalan Pelajaran Insekta. Terjemahan
Soetiyono Partosoejono. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Jasin, M.1987. Sistematik Hewan. Sinar Wijaya, Surabaya
Jumar.2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta, Jakarta
Manurung, Binari. 199. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Jurusan Pendidikan
Biologi.FMIPA IKIP, Medan.
Putra, S.N.1994. Insekta Di Sekitar Kita. Kanisius, Yogyakarta
Odum, E.P.1998. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahyono Samingan. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Sugito, J.1997. Peluang Usaha Dan Pembudidayaan Jeruk Siam. Penebar Swadaya,
Jakarta
Lampiran 1.
PETA BARITO KUALA
Gambar 1. Peta Barito Kuala
Lampiran 2.
Gambar 2. Peta Wilayah Mandastana
Lampiran 4.
PANDUAN PENGAMATAN
No Rujukan Pengamatan Pustaka(Borror,1992:sampai dengan familia
Kepala- Posisi- Antena:
∑ ruas Bentuk
- Mata: Majemuk Tunggal
- Tipe mulut- Alat tambahan
Toraks- Protoraks : pronotom- MesotoraksSayap depan:
Ada/tidak Tekstur Panjang Bentuk rangka sayap
- MetatoraksSayap belakang:
Ada/tidak Tekstur Panjang Bentuk rangka sayap
- Alat tambahan
Tungkai- Koksa- Trokhanter- Femur- Tibia- Tarsus:
∑ ruas Kuku Arolium
- Bentuk- ALat tambahanAbdomen- ∑ ruas- Bentuk - Circus - Alat tambahan- Panjang tubuh
Kunci determinasiPustaka halaman:- Klasifikasi Filum : Arthropoda Classis :Ordo :Sub Ordo:Familia :Genus :Spesies :(Penamaan Spesies menurut: )Keterangan:Gambar hasil pengamatan
Gambar literatur