biaya modal
DESCRIPTION
Manajemen KeuanganTRANSCRIPT
Biaya modal memegang peranan penting di dalam perusahaan seperti cut off dalam
pengambilan keputusan investasi. Biaya modal menjadi dasar penilaian apakah investasi atau
proyek yang akan dilaksanakan feasible atau tidak, terutama di dalam penilaian profitabilitas
investasi yang menggunakan metode discounted (NPV dan PI). Biaya modal sering menjadi
tingkat keuntungan minimal yang disyaratkan dari suatu investasi atau proyek, sehingga
biaya modal akan menjadi discount factor dalam perhitungan present value cash flow
perusahaan.
1. BIAYA MODAL INDIVIDUAL
1.1 Biaya Modal yang Berasal dari Hutang Jangka Pendek
a. Biaya hutang dagang
Biaya hutang dagang adalah eksplisit. Bila perusahaan kehilangan kesempatan
mendapatkan cash discount selama setahun maka biaya eksplisit dapat dihitung
dengan membandingkan cash discount yang hilang dengan jumlah rata-rata hutang
dagang selama setahun. Contoh :
Cash discount yang hilang selama setahun sebesar Rp 5.000.000 dan hutang
dagang rata-rata sebesar Rp 50.000.000 maka biaya hutang dagang yang eksplisit
sebelum pajak adalah 5.000.000
50.000.000 = 10%
Biaya tersebut adalah tax deductible expense karena bunga modal
diperhitungkan sebelum kena beban pajak, sehingga dengan adanya bunga maka
keuntungan yang kena pajak menjadi lebih kecil. Biaya penggunaan hutang setelah
pajak dapat dihitung dengan cara :
Biaya hutang setelah pajak = 10% x (1-0,4)
= 0,06 (6%)
Perusahaan yang dikelola dengan baik, umumnya membayar hutang dagang periode
discount sehingga tidak memiliki beban eksplisit.
b. Hutang wesel
Hutang wesel mempunyai bunga yang tetap yang dihitung dari harga normalnya.
Bunga yang dibayar harus dihubungkan dengan jumlah yang diterima atau tersedia
secara efektif untuk digunakan.
c. Kredit jangka pendek
Biasanya bank langsung memotong bunga hutang di muka dari jumlah yang diberikan
sehingga penerima kredit menerima jumlah uang yang lebih kecil dari hutang
nominal. Contohnya :
Misalkan hutang wesel sebesar Rp 1.000.000 dengan bunga 15% per tahun
dengan umur satu tahun. Kita hanya menerima uang sebesar Rp 850.000 (1.000.000-
150.000), sehingga tingkat bunga yang sebenarnya sebelum pajak adalah :
150.000850.000 = 17,65%
Bila tingkat pajak sebesar 40% maka biaya setelah pajak adalah : 17,65% x (1 – 0,4) =
10,59%
Prinsip ini juga diterapkan dalam menghitung biaya penggunaan hutang dari kredit
jangka pendek yang diberikan oleh bank.
Contoh :
Misalnya bank memberikan kredit jangka pendek sebesar p 1.000.000 dengan bunga
2% per bulan selama 8 bulan dengan syarat bahwa jaminan aktiva diasuransikan
selama umur kredit misalnya premi asuransi sebesar Rp 50.000 Jumlah uang yang
dibayarkan bank sebesar Rp 1.000.0000 bunga selama 8 bulan + premi asuransi
yaitu : Rp 1.000.000 – (160.000 + 50.000) = Rp 790.000
Beban selama 8 bulan yang sesungguhnya ditanggung adalah Rp 210.000 ( 160.000 +
50.000), sehingga biaya penggunaan hutang sebelum pajak selama 8 bulan adalah :
210.000790.000 x 100% = 26,582%
Biaya kredit sebelum pajak per bulan = 26,582%
8 = 3,323%
Misalnya pajak 50% maka biaya setelah pajak adalah : 3,323% (1 – 0,5) = 1,6615%
1.2 Biaya Modal yang Berasal dari Hutang Jangka Panjang
Pada umumnya, bentuk hutang jangka panjang perusahaan adalah obligasi. Dalam
menghitung biaya hutang jangka panjang dalam bentuk obligasi dapat digunakan cara seperti
perhitungan tingkat pendapatan investasi dalam obligasi dengan rumus shortcut atau dengan
menggunakan pendekatan present value.
Contoh :
Obligasi dikeluarkan dengan harga normal per lembar Rp 10.000 dengan umur 10 tahun.
Hasil penjualan obligasi bersih yang diterima sebesar Rp 9.700. Bunga atau kupon obligasi
per tahunnya 4%. Berapakah besarnya biaya obligasi tersebut ?
a) Dengan menggunakan rumus shortcut atau atas dasar kira-kira. Ada 4 langkah dalam
metode ini yaitu :
Mengadakan estimasi jumlah rata-rata tahunan dari tersedia bagi kita selama 10 tahun
Menghitung biaya rata-rata tahunan dari penggunaan dana tersebut
Menghitung prosentase biaya rata-rata tahunan dari jumlah dana rata-rata yang
tersedia
Menyesuaikan biaya obligasi itu berdasarkan setelah pajak
Jawab :
a. Dana rata-rata yang tersedia yang akan digunakan selama 10 tahun : 9.700+10.000
2 =
9.850
b. Biaya ekstra sebesar Rp 300 (yaitu selisih antara dana yang diterima dengan jumlah
dana yang harus dibayar setelah 10 tahun). Bila biaya ekstra tersebar merata 10 tahun
maka biaya ekstra per tahun adalah Rp 30 (Rp 300
10 ditambahkan pada bunga yang
dibayar setiap tahun selama 10 tahun adalah sebesar Rp 400 (yaitu 4% x Rp 10.000) +
Rp 30 (biaya ekstra) sehingga berjumlah Rp 430
c. Menghitung prosentase biaya tahunan rata-rata dari jumlah dana rata-rata yang
tersedia. Biaya bunga sebelum pajak : 430
9850 x 100% = 4,36%
d. Biaya obligasi juga dapat dihitung dengan rumus pendapatan obligasi yaitu
400+ 10.000−9.70010
9.700+10.0002
= 4309.850 = 4,36%
e. Langakah terakhir adalah penyesuaian biaya obligasi dengan pajak. Bila tingkat pajak
sebesar Rp 40%, maka biaya setelah pajak : 4,36% (1 – 0,4) = 2,62%
b) Menggunakan pendekatan Present Value (PV) atau metode accurate
Metode ini mencari tingkat bunga yang menjadikan nilai sekarang dari pembayaran
bunga tahunan sebesar Rp 400 + pembayaran akhir sebesar Rp 10.000 sama dengan nilai
sekarang dari penerimaan sebesar Rp 9.700 persamaannya adalah :
9.700 = 400
(1+r )1 +
400(1+r )2
+ …. + 400
(1+r )10 + 10.000(1+r )10
Gunakan tingkat bunga 4% dan 6% untuk interpolasi maka :
Tingkat bunga 4%Biaya bunga tahunan selama 10 tahun(Rp 400 x 8,11) Rp 3.244Pembayaran pokok pada akhir tahun ke 10
(Rp 10.000 x 0,676) Rp 6.760Rp 10.004
Tingkat bunga 6%Biaya bunga tahunan selama 10 tahun(Rp 400 x 7,360) Rp 2.944Pembayaran pokok pada akhir tahun ke 10(Rp 10.000 x 0,558) Rp 5.580
Rp 8.524
Selisih bunga Selisih PVSelisih PV outflows dengan
inflows4% Rp 10.004 Rp 10.0046% Rp 8.524 Rp 97002% Rp 1.479 Rp 304
Selisih 304/1480 x 2% = 0,4% r = 4% + 0,4% = 4,4% Biaya obligasi sebelum pajak 4,4% Biaya obligasi setelah pajak 4,4%(1 - 0,4) = 2,64%
1.3 Biaya Modal yang Berasal dari Saham Preferen
Biaya penggunaan dana yang berasal dari saham preferen dapat dihitung dengan
membagi dividen perlembar saham preferen (Dp) dengan harga bersih penjualan saham
preferen (Pn)
Biaya saham preferen = DpPn
Contoh :
Misalnya perusahaan mengeluarkan saham preferen baru dengan nilai nominal Rp
10.000 per lembar dengan dividen sebesar Rp 600. Hasil penjualan bersih yang diterima dari
saham preferen tersebut sebesar Rp 9.000
Biaya saham preferen = 600
9.000 = 6,667%
Biaya saham preferen sudah berdasarkan atas dasar setelah pajak sehingga tidak perlu
disesuaikan dengan pajak.
1.4 Biaya Modal yang Berasal dari Laba Ditahan
Biaya penggunaan dana yang berasal dari laba ditahan adalah sebesar tingkat
pendapatan imvestasi dalam saham yang diharapkan diterima oleh para investor atau
biayanya sama dengan biaya penggunaan dana yang berasal dari saham biasa.
Contoh :
Misalnya perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 400 per lembar saham dan
dibayarkan sebagai dividen Rp 200. Hasil netto penjulan saham sebesar Rp 4.000 per
lembarnya. Keuntungan, dividend an harga saham mempunyai tingkat pertumbuhan sebesar
5% setahun dan tingkat pertumbuhan diharapkan berlangsung terus. Tingkat pendpatan
investasi yang diharapkan dalam saham sebesar :
DividenHarga jual + Tingkat pertumbuhan
Rp200Rp 4.000 + 5% = 5% + 5% = 10%
Karena besarnya biaya laba ditahan adalah sebesar tingkat pendapatan investasi dalam
saham maka dalam contoh diatas biaya laba ditahan adalah sebesar !)% sama seperti biaya
saham preferen, biaya laba ditahan juga sudah berdasarkan atas dasar setelah pajak.
1.5 Biaya Modal yang Berasal dari Emisi Saham Biasa Baru
Biaya saham biasa baru adalah lebih tinggi dari biaya penggunaan dana yang berasal
dari laba ditahan karena emisi saham baru dibebani biaya emisi. Biaya saham biasa baru
dapat dihitung dengan cara :
Tingkat pendapatansaham yangdiharapkan1−persentase biaya emisi(harga jual sebelum dikurangi emisi)
Contoh :
Suatu perusahaan mengadakan emisi saham biasa baru dengan harga jual per lembar
saham Rp 4.000. Biaya emisi per lembar sebesar Rp 400 sehingga hasil penjualan netto yang
diterima sebesar Rp 3.600 per lembarnya. Rate of return atau tingkat pendapatan yang
diharapkan dari investasi saham adalah sebesar 10%
Dari contoh tersebut biaya emisi adalah sebesar : 400
4.000 = 10%
Berdasarkan rumus di atas maka besarnya cost of new common stok dapat dihitung
sebagai berikut.
Biaya saham baru = 10 %
41−0,10 = 11,1%
Seperti biaya saham preferen maka biaya saham biasa baru sudah berdasarkan atas
dasar setelah pajak sehingga tidak perlu disesuaikan dengan pajak.
2. BIAYA MODAL SECARA KESELURUHAN
Tingkat biaya modal yang harus dihitung oleh perusahaan adalah tingkat biaya modal
perusahaan secara keseluruhan, karena masing-masing biaya modal berbeda maka untuk
menetapkan biaya modal secara keseluruhan perlu menghitung weighted average dari
berbagai sumber. Penetapan weight atau bobot dapat berdasarkan :
a) Jumlah rupiah dari masing-masing komponen struktur modal
b) Proporsi modal dalam strutur modal dinyatakan dalam prosentase
Dengan mengalikan masing-masing komponen modal dengan biaya masing-masing
komponen modal dapat dihitung besarnya biaya modal rata-rata tertimbang.
Contoh :
PT WISTAWAN memiliki struktur modal sebagai berikut (dalam jutaan)
Hutang jangka panjang Rp 60.000Saham preferen Rp 10.000Modal sendiri Rp 130.000Jumlah Rp 200.000
Biaya penggunaan dana dari masing-masing sumber tersebut adalah :
Hutang 6% (sebelum pajak)Saham preferen 7%Modal sendiri 10%Pajak 50%
Jawab :
Langkah pertama adalah menyesuaikan pajak dengan biaya hutang yaitu : 6% ( 1 –
0,5) = 3%
Perhitungan weighted average cost of capital dapat dihitung sebagai berikut :
1) Dengan menggunakan jumlah modal rupiah untuk menetapkan weight
Perhitungan biaya modal(dalam jutaan rupiah)
Komponen modalJumlah modal
Biaya individual
Jumlah biaya komponen
1 2 3 (2 x 3)Hutang jangka panjang Rp 60.000 3% Rp 1.800Saham preferen Rp 10.000 7% Rp 700Modal sendiri Rp 130.000 10% Rp 13.000
Rp 200.000 Rp 15.500Weight average cost of capital = 15.500/200.000 = 7,75%
2) Dengan menggunakan proporsi modal untuk menetapkan weight
Perhitungan biaya modal(dalam jutaan rupiah)
Komponen modal ProporsiBiaya
individual Jumlah biaya komponen
1 2 3 (2 x 3)Hutang jangka panjang 30% 3% 0,0090Saham preferen 5% 7% 0,0035Modal sendiri 65% 10% 0,0650
100% 0,0775Weight average cost of capital = 7,75%
Biaya modal rata-rata tertimbang akan berubah bila struktur modal berubah. Biaya
modal rata-rata tertimbang akan tidak berubah meskipun ada tambahan modal yang
diguanakn bila pertimbangan modal sama dan biaya modal juga tetap. Tetapi bila tambahan
modal cukup besar dan harus mengadakan emisi saham baru maka akan mengakibatkan
kenaikan marginal cost of capital karena biaya saham lebih besar daripada biaya laba
ditahan.
Contoh :
PT IMASINDO memiliki neraca bagian pasiva pada sebagai berikut (dalam jutaan)Hutang dagang Rp 200Hutang wesel Rp 200Hutang lancar lainnya Rp 60
Rp 460Hutang jangka panjang Rp 320 22%Saham preferen Rp 14 1%Saham biasa Rp 1.120 77%
Rp 1.454 100%Jumlah hutang dan modal Rp 1.914
Biaya penggunaan dana dari masing-masing komponen tersebut adalah :
Hutang 6% ( sebelum pajak)Saham preferen 6%Modal sendiri 10%Pajak 50%Biaya hutang setelah pajak 6% (1 - 0,5) = 3%
Perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut :
Perhitungan biaya modal(dalam jutaan rupiah)
Komponen modalJumlah modal
Biaya individual
Jumlah biaya komponen
1 2 3 (2 x 3)Hutang jangka panjang 22% 3% 0,0066Saham preferen 1% 6% 0,0006Modal sendiri 77% 10% 0,0770
100% 0,0842Weight average cost of capital = 8,42%
Dalam perhitungan biaya modal keseluruhan hutang jangka pendek tidak dimasukan
karena perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang digunakan terutama untuk pengambilan
keputusan mengenai investasi jangka panjang.
Misalnya tahun yang akan datang keuntungan netto perusahaan setelah pajak adalah
Rp 600 juta dan dibayarkan sebagai dividen sebesar Rp 200 juta dan ditahan sebesar Rp 400
juta.
Untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan sebesar 8,42% perusahaan harus
menjaga agar tambahan dana sebesar Rp 400 juta tetap merupakan bagian sebesar 77% dari
keseluruhan modal. Jika laba ditahan sebesar Rp 400 juta dan merupakan bagian sebesar 77%
dari keseluruhan modal maka besarnya dana baru keseluruhan yang diperlukan adalah
sebesar :
4000,77 = 519,480 dibulatkan menjadi Rp 519 juta
sehingga tambahan modal baru untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan agar tetap
8,42% terdiri dari (dalam jutaan)
Hutang (22%) Rp 114Saham preferen (1%) Rp 5Modal sendiri (77%) Rp 400
Rp 519Hal ini dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan biaya modal(dalam jutaan rupiah)
Komponen modal Jumlah modalBiaya
individualJumlah biaya
komponen1 2 3 (2 x 3)
Hutang jangka panjang Rp 114 3% Rp 3,42Saham preferen Rp 5 6% Rp 0,30Modal sendiri Rp 400 10% Rp 40,00
Rp 519 Rp 43,72Weight average cost of capital = 43.720/519.000 x 100% = 8,42%
Dari perhitungan di atas maka tambahan dana maksimal untuk mempertahankan biaya
modal rata-rata tertimbang adalah sebesar Rp 519 juta dengan hutang jangka panjang sebesar
Rp 114 juta, saham preferen sebesar Rp 5 juta dan modal sendiri sebesar Rp 400 juta. Bila
kebutuhan dana lebih besar dari 519 juta maka biaya modal akan meningkat menjadi lebih
besar dari 8,42% karena perusahaan terpaksa mengeluarkan saham biasa baru. Yang dibebani
biaya emisi, jika perusahaan menambah hutang jangka panjang maka solvabilitasperusahaan
akan turun.
Contoh :
Misalkan perusahaan membutuhkan tambahan dana lagi sebesar Rp 100 juta untuk
mempertahankan struktur modal optimum maka kebutuhan tersebut harus dipenuhi dengan
modal sendiri Rp 77 juta (77%), saham preferen Rp 1 juta (1%) dan hutang jangka panjang
sebesar Rp 22 juta (22%).
Biaya saham preferen 6%, biaya hutang 3% dan biaya saham biasa baru dihitung
dengan misalnya biaya emisi 10% dan biaya saham biasa adalah 10% sehingga biaya saham
biasa baru adalah :
10 %(1−0,1) = 11,1%
Berdasarkan biaya saham biasa baru maka biaya modal rata-rata tertimbang adalah :
Perhitungan biaya modal(dalam jutaan rupiah)
Komponen modalJumlah modal
Biaya individual
Jumlah biaya komponen
1 2 3 (2 x 3)Hutang jangka panjang Rp 22 3% Rp 0,66Saham preferen Rp 1 6% Rp 0,06Modal sendiri Rp 77 11,1% Rp 8,55
Rp 100 Rp 9,27Weight average cost of capital = 9.267/100.000 = 9,267% = 9,3%
Dari perhitungan tersebut disimpulkan bahwa :
1) Selama kebutuhan tambahan dana tidak melampaui Rp 519 juta dan pemenuhannya
tetap dipertahankan atas dasar pertimbangan 77 : 1: 2 yaitu laba ditahan, saham
preferen, dan hutang maka biaya modal keseluruhannya akan dapat dipertahankan
sebesar 8,42%
2) Saat kebutuhan tambahan dana melebihi Rp 519 juta maka biaya modal rata-rata
tertimbang akan meningkat menjadi 9,3%
3) Biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi.
Apabila perusahaan mau menggunakan dana yang berasal dari depresiasi apakah
tanpa biaya ? mengingat bahw dana yang berasal dari depresiasi itu dapat ditanamkan
kembali untuk menghasilkan rate of return, maka perusahaan harus menentukan apakah dana
tersebut akan ditanamkan dalam perusahaan atau dibagikan kepada pemberi dana.
Keputusan tersebut adalah tergantung kepada persoalan apakah perusahaan akan
dapat menginvestasikan kembali dana tersebut dalam perusahaan dengan menghasilkan rate
of return yang lebih besar dari biaya atau tidak. Besarnya biaya penggunaan dana yang
berasal dari depresiasi adalah sama besarnya dengan biaya modal rata-rata sebelum
menggunakan dana yang bersumber dari emisi saham baru.
Oleh karena biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi ini sama besarnya
dengan biaya modal rata-rata, maka biaya dana depresiasi itu tidak diikuiti dalam perhitungan
biaya modal rata-rata.
Perusahaan akan menggunakan dana yang berasal dar depresiasi itu hanya kalau
penggunaan dana tersebut akan menghasilkan “rate of return” lebih besar daripada biaya
modal rata-ratanya. Penggunaan dana yang berasal dari depresiasi akan mempunyai pengaruh
memperbesar batas jumlah maksimal kebutuhan tambahan dana yang akan dapat
mempertahankan biaya modal rata-rata sebelumnya.
MANAJEMEN KEUANGAN
“Biaya Modal”
OLEH :
Nama : I.A.A.Wahyuning Candra Dewi
Nim : 1306305056
No Absen : 12
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2016
DAFTAR PUSTAKA
Wiagustini, Ni Luh Putu. 2014. Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Denpasar: Udayana
University Press.