biaya modal

17
Biaya modal memegang peranan penting di dalam perusahaan seperti cut off dalam pengambilan keputusan investasi. Biaya modal menjadi dasar penilaian apakah investasi atau proyek yang akan dilaksanakan feasible atau tidak, terutama di dalam penilaian profitabilitas investasi yang menggunakan metode discounted (NPV dan PI). Biaya modal sering menjadi tingkat keuntungan minimal yang disyaratkan dari suatu investasi atau proyek, sehingga biaya modal akan menjadi discount factor dalam perhitungan present value cash flow perusahaan. 1. BIAYA MODAL INDIVIDUAL 1.1 Biaya Modal yang Berasal dari Hutang Jangka Pendek a. Biaya hutang dagang Biaya hutang dagang adalah eksplisit. Bila perusahaan kehilangan kesempatan mendapatkan cash discount selama setahun maka biaya eksplisit dapat dihitung dengan membandingkan cash discount yang hilang dengan jumlah rata- rata hutang dagang selama setahun. Contoh : Cash discount yang hilang selama setahun sebesar Rp 5.000.000 dan hutang dagang rata-rata sebesar Rp 50.000.000 maka biaya hutang dagang yang eksplisit sebelum pajak adalah 5.000 .000 50.000 .000 = 10% Biaya tersebut adalah tax deductible expense karena bunga modal diperhitungkan sebelum kena beban pajak, sehingga dengan adanya bunga maka keuntungan yang kena pajak menjadi lebih kecil. Biaya penggunaan hutang setelah pajak dapat dihitung dengan cara : Biaya hutang setelah pajak = 10% x (1-0,4) = 0,06 (6%)

Upload: dcwahyuning

Post on 11-Jul-2016

41 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

Manajemen Keuangan

TRANSCRIPT

Page 1: Biaya modal

Biaya modal memegang peranan penting di dalam perusahaan seperti cut off dalam

pengambilan keputusan investasi. Biaya modal menjadi dasar penilaian apakah investasi atau

proyek yang akan dilaksanakan feasible atau tidak, terutama di dalam penilaian profitabilitas

investasi yang menggunakan metode discounted (NPV dan PI). Biaya modal sering menjadi

tingkat keuntungan minimal yang disyaratkan dari suatu investasi atau proyek, sehingga

biaya modal akan menjadi discount factor dalam perhitungan present value cash flow

perusahaan.

1. BIAYA MODAL INDIVIDUAL

1.1 Biaya Modal yang Berasal dari Hutang Jangka Pendek

a. Biaya hutang dagang

Biaya hutang dagang adalah eksplisit. Bila perusahaan kehilangan kesempatan

mendapatkan cash discount selama setahun maka biaya eksplisit dapat dihitung

dengan membandingkan cash discount yang hilang dengan jumlah rata-rata hutang

dagang selama setahun. Contoh :

Cash discount yang hilang selama setahun sebesar Rp 5.000.000 dan hutang

dagang rata-rata sebesar Rp 50.000.000 maka biaya hutang dagang yang eksplisit

sebelum pajak adalah 5.000.000

50.000.000 = 10%

Biaya tersebut adalah tax deductible expense karena bunga modal

diperhitungkan sebelum kena beban pajak, sehingga dengan adanya bunga maka

keuntungan yang kena pajak menjadi lebih kecil. Biaya penggunaan hutang setelah

pajak dapat dihitung dengan cara :

Biaya hutang setelah pajak = 10% x (1-0,4)

= 0,06 (6%)

Perusahaan yang dikelola dengan baik, umumnya membayar hutang dagang periode

discount sehingga tidak memiliki beban eksplisit.

b. Hutang wesel

Hutang wesel mempunyai bunga yang tetap yang dihitung dari harga normalnya.

Bunga yang dibayar harus dihubungkan dengan jumlah yang diterima atau tersedia

secara efektif untuk digunakan.

c. Kredit jangka pendek

Biasanya bank langsung memotong bunga hutang di muka dari jumlah yang diberikan

sehingga penerima kredit menerima jumlah uang yang lebih kecil dari hutang

nominal. Contohnya :

Page 2: Biaya modal

Misalkan hutang wesel sebesar Rp 1.000.000 dengan bunga 15% per tahun

dengan umur satu tahun. Kita hanya menerima uang sebesar Rp 850.000 (1.000.000-

150.000), sehingga tingkat bunga yang sebenarnya sebelum pajak adalah :

150.000850.000 = 17,65%

Bila tingkat pajak sebesar 40% maka biaya setelah pajak adalah : 17,65% x (1 – 0,4) =

10,59%

Prinsip ini juga diterapkan dalam menghitung biaya penggunaan hutang dari kredit

jangka pendek yang diberikan oleh bank.

Contoh :

Misalnya bank memberikan kredit jangka pendek sebesar p 1.000.000 dengan bunga

2% per bulan selama 8 bulan dengan syarat bahwa jaminan aktiva diasuransikan

selama umur kredit misalnya premi asuransi sebesar Rp 50.000 Jumlah uang yang

dibayarkan bank sebesar Rp 1.000.0000 bunga selama 8 bulan + premi asuransi

yaitu : Rp 1.000.000 – (160.000 + 50.000) = Rp 790.000

Beban selama 8 bulan yang sesungguhnya ditanggung adalah Rp 210.000 ( 160.000 +

50.000), sehingga biaya penggunaan hutang sebelum pajak selama 8 bulan adalah :

210.000790.000 x 100% = 26,582%

Biaya kredit sebelum pajak per bulan = 26,582%

8 = 3,323%

Misalnya pajak 50% maka biaya setelah pajak adalah : 3,323% (1 – 0,5) = 1,6615%

1.2 Biaya Modal yang Berasal dari Hutang Jangka Panjang

Pada umumnya, bentuk hutang jangka panjang perusahaan adalah obligasi. Dalam

menghitung biaya hutang jangka panjang dalam bentuk obligasi dapat digunakan cara seperti

perhitungan tingkat pendapatan investasi dalam obligasi dengan rumus shortcut atau dengan

menggunakan pendekatan present value.

Contoh :

Obligasi dikeluarkan dengan harga normal per lembar Rp 10.000 dengan umur 10 tahun.

Hasil penjualan obligasi bersih yang diterima sebesar Rp 9.700. Bunga atau kupon obligasi

per tahunnya 4%. Berapakah besarnya biaya obligasi tersebut ?

a) Dengan menggunakan rumus shortcut atau atas dasar kira-kira. Ada 4 langkah dalam

metode ini yaitu :

Mengadakan estimasi jumlah rata-rata tahunan dari tersedia bagi kita selama 10 tahun

Page 3: Biaya modal

Menghitung biaya rata-rata tahunan dari penggunaan dana tersebut

Menghitung prosentase biaya rata-rata tahunan dari jumlah dana rata-rata yang

tersedia

Menyesuaikan biaya obligasi itu berdasarkan setelah pajak

Jawab :

a. Dana rata-rata yang tersedia yang akan digunakan selama 10 tahun : 9.700+10.000

2 =

9.850

b. Biaya ekstra sebesar Rp 300 (yaitu selisih antara dana yang diterima dengan jumlah

dana yang harus dibayar setelah 10 tahun). Bila biaya ekstra tersebar merata 10 tahun

maka biaya ekstra per tahun adalah Rp 30 (Rp 300

10 ditambahkan pada bunga yang

dibayar setiap tahun selama 10 tahun adalah sebesar Rp 400 (yaitu 4% x Rp 10.000) +

Rp 30 (biaya ekstra) sehingga berjumlah Rp 430

c. Menghitung prosentase biaya tahunan rata-rata dari jumlah dana rata-rata yang

tersedia. Biaya bunga sebelum pajak : 430

9850 x 100% = 4,36%

d. Biaya obligasi juga dapat dihitung dengan rumus pendapatan obligasi yaitu

400+ 10.000−9.70010

9.700+10.0002

= 4309.850 = 4,36%

e. Langakah terakhir adalah penyesuaian biaya obligasi dengan pajak. Bila tingkat pajak

sebesar Rp 40%, maka biaya setelah pajak : 4,36% (1 – 0,4) = 2,62%

b) Menggunakan pendekatan Present Value (PV) atau metode accurate

Metode ini mencari tingkat bunga yang menjadikan nilai sekarang dari pembayaran

bunga tahunan sebesar Rp 400 + pembayaran akhir sebesar Rp 10.000 sama dengan nilai

sekarang dari penerimaan sebesar Rp 9.700 persamaannya adalah :

9.700 = 400

(1+r )1 +

400(1+r )2

+ …. + 400

(1+r )10 + 10.000(1+r )10

Gunakan tingkat bunga 4% dan 6% untuk interpolasi maka :

Tingkat bunga 4%Biaya bunga tahunan selama 10 tahun(Rp 400 x 8,11) Rp 3.244Pembayaran pokok pada akhir tahun ke 10

Page 4: Biaya modal

(Rp 10.000 x 0,676) Rp 6.760Rp 10.004

Tingkat bunga 6%Biaya bunga tahunan selama 10 tahun(Rp 400 x 7,360) Rp 2.944Pembayaran pokok pada akhir tahun ke 10(Rp 10.000 x 0,558) Rp 5.580

Rp 8.524

Selisih bunga Selisih PVSelisih PV outflows dengan

inflows4% Rp 10.004 Rp 10.0046% Rp 8.524 Rp 97002% Rp 1.479 Rp 304

Selisih 304/1480 x 2% = 0,4% r = 4% + 0,4% = 4,4% Biaya obligasi sebelum pajak 4,4% Biaya obligasi setelah pajak 4,4%(1 - 0,4) = 2,64%

1.3 Biaya Modal yang Berasal dari Saham Preferen

Biaya penggunaan dana yang berasal dari saham preferen dapat dihitung dengan

membagi dividen perlembar saham preferen (Dp) dengan harga bersih penjualan saham

preferen (Pn)

Biaya saham preferen = DpPn

Contoh :

Misalnya perusahaan mengeluarkan saham preferen baru dengan nilai nominal Rp

10.000 per lembar dengan dividen sebesar Rp 600. Hasil penjualan bersih yang diterima dari

saham preferen tersebut sebesar Rp 9.000

Biaya saham preferen = 600

9.000 = 6,667%

Biaya saham preferen sudah berdasarkan atas dasar setelah pajak sehingga tidak perlu

disesuaikan dengan pajak.

1.4 Biaya Modal yang Berasal dari Laba Ditahan

Biaya penggunaan dana yang berasal dari laba ditahan adalah sebesar tingkat

pendapatan imvestasi dalam saham yang diharapkan diterima oleh para investor atau

biayanya sama dengan biaya penggunaan dana yang berasal dari saham biasa.

Contoh :

Page 5: Biaya modal

Misalnya perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 400 per lembar saham dan

dibayarkan sebagai dividen Rp 200. Hasil netto penjulan saham sebesar Rp 4.000 per

lembarnya. Keuntungan, dividend an harga saham mempunyai tingkat pertumbuhan sebesar

5% setahun dan tingkat pertumbuhan diharapkan berlangsung terus. Tingkat pendpatan

investasi yang diharapkan dalam saham sebesar :

DividenHarga jual + Tingkat pertumbuhan

Rp200Rp 4.000 + 5% = 5% + 5% = 10%

Karena besarnya biaya laba ditahan adalah sebesar tingkat pendapatan investasi dalam

saham maka dalam contoh diatas biaya laba ditahan adalah sebesar !)% sama seperti biaya

saham preferen, biaya laba ditahan juga sudah berdasarkan atas dasar setelah pajak.

1.5 Biaya Modal yang Berasal dari Emisi Saham Biasa Baru

Biaya saham biasa baru adalah lebih tinggi dari biaya penggunaan dana yang berasal

dari laba ditahan karena emisi saham baru dibebani biaya emisi. Biaya saham biasa baru

dapat dihitung dengan cara :

Tingkat pendapatansaham yangdiharapkan1−persentase biaya emisi(harga jual sebelum dikurangi emisi)

Contoh :

Suatu perusahaan mengadakan emisi saham biasa baru dengan harga jual per lembar

saham Rp 4.000. Biaya emisi per lembar sebesar Rp 400 sehingga hasil penjualan netto yang

diterima sebesar Rp 3.600 per lembarnya. Rate of return atau tingkat pendapatan yang

diharapkan dari investasi saham adalah sebesar 10%

Dari contoh tersebut biaya emisi adalah sebesar : 400

4.000 = 10%

Berdasarkan rumus di atas maka besarnya cost of new common stok dapat dihitung

sebagai berikut.

Biaya saham baru = 10 %

41−0,10 = 11,1%

Seperti biaya saham preferen maka biaya saham biasa baru sudah berdasarkan atas

dasar setelah pajak sehingga tidak perlu disesuaikan dengan pajak.

2. BIAYA MODAL SECARA KESELURUHAN

Tingkat biaya modal yang harus dihitung oleh perusahaan adalah tingkat biaya modal

perusahaan secara keseluruhan, karena masing-masing biaya modal berbeda maka untuk

Page 6: Biaya modal

menetapkan biaya modal secara keseluruhan perlu menghitung weighted average dari

berbagai sumber. Penetapan weight atau bobot dapat berdasarkan :

a) Jumlah rupiah dari masing-masing komponen struktur modal

b) Proporsi modal dalam strutur modal dinyatakan dalam prosentase

Dengan mengalikan masing-masing komponen modal dengan biaya masing-masing

komponen modal dapat dihitung besarnya biaya modal rata-rata tertimbang.

Contoh :

PT WISTAWAN memiliki struktur modal sebagai berikut (dalam jutaan)

Hutang jangka panjang Rp 60.000Saham preferen Rp 10.000Modal sendiri Rp 130.000Jumlah Rp 200.000

Biaya penggunaan dana dari masing-masing sumber tersebut adalah :

Hutang 6% (sebelum pajak)Saham preferen 7%Modal sendiri 10%Pajak 50%

Jawab :

Langkah pertama adalah menyesuaikan pajak dengan biaya hutang yaitu : 6% ( 1 –

0,5) = 3%

Perhitungan weighted average cost of capital dapat dihitung sebagai berikut :

1) Dengan menggunakan jumlah modal rupiah untuk menetapkan weight

Perhitungan biaya modal(dalam jutaan rupiah)

Komponen modalJumlah modal

Biaya individual

Jumlah biaya komponen

1 2 3 (2 x 3)Hutang jangka panjang Rp 60.000 3% Rp 1.800Saham preferen Rp 10.000 7% Rp 700Modal sendiri Rp 130.000 10% Rp 13.000

Rp 200.000 Rp 15.500Weight average cost of capital = 15.500/200.000 = 7,75%

2) Dengan menggunakan proporsi modal untuk menetapkan weight

Perhitungan biaya modal(dalam jutaan rupiah)

Komponen modal ProporsiBiaya

individual Jumlah biaya komponen

Page 7: Biaya modal

1 2 3 (2 x 3)Hutang jangka panjang 30% 3% 0,0090Saham preferen 5% 7% 0,0035Modal sendiri 65% 10% 0,0650

100% 0,0775Weight average cost of capital = 7,75%

Biaya modal rata-rata tertimbang akan berubah bila struktur modal berubah. Biaya

modal rata-rata tertimbang akan tidak berubah meskipun ada tambahan modal yang

diguanakn bila pertimbangan modal sama dan biaya modal juga tetap. Tetapi bila tambahan

modal cukup besar dan harus mengadakan emisi saham baru maka akan mengakibatkan

kenaikan marginal cost of capital karena biaya saham lebih besar daripada biaya laba

ditahan.

Contoh :

PT IMASINDO memiliki neraca bagian pasiva pada sebagai berikut (dalam jutaan)Hutang dagang Rp 200Hutang wesel Rp 200Hutang lancar lainnya Rp 60

Rp 460Hutang jangka panjang Rp 320 22%Saham preferen Rp 14 1%Saham biasa Rp 1.120 77%

Rp 1.454 100%Jumlah hutang dan modal Rp 1.914

Biaya penggunaan dana dari masing-masing komponen tersebut adalah :

Hutang 6% ( sebelum pajak)Saham preferen 6%Modal sendiri 10%Pajak 50%Biaya hutang setelah pajak 6% (1 - 0,5) = 3%

Perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut :

Perhitungan biaya modal(dalam jutaan rupiah)

Komponen modalJumlah modal

Biaya individual

Jumlah biaya komponen

1 2 3 (2 x 3)Hutang jangka panjang 22% 3% 0,0066Saham preferen 1% 6% 0,0006Modal sendiri 77% 10% 0,0770

100% 0,0842Weight average cost of capital = 8,42%

Page 8: Biaya modal

Dalam perhitungan biaya modal keseluruhan hutang jangka pendek tidak dimasukan

karena perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang digunakan terutama untuk pengambilan

keputusan mengenai investasi jangka panjang.

Misalnya tahun yang akan datang keuntungan netto perusahaan setelah pajak adalah

Rp 600 juta dan dibayarkan sebagai dividen sebesar Rp 200 juta dan ditahan sebesar Rp 400

juta.

Untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan sebesar 8,42% perusahaan harus

menjaga agar tambahan dana sebesar Rp 400 juta tetap merupakan bagian sebesar 77% dari

keseluruhan modal. Jika laba ditahan sebesar Rp 400 juta dan merupakan bagian sebesar 77%

dari keseluruhan modal maka besarnya dana baru keseluruhan yang diperlukan adalah

sebesar :

4000,77 = 519,480 dibulatkan menjadi Rp 519 juta

sehingga tambahan modal baru untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan agar tetap

8,42% terdiri dari (dalam jutaan)

Hutang (22%) Rp 114Saham preferen (1%) Rp 5Modal sendiri (77%) Rp 400

Rp 519Hal ini dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut :

Perhitungan biaya modal(dalam jutaan rupiah)

Komponen modal Jumlah modalBiaya

individualJumlah biaya

komponen1 2 3 (2 x 3)

Hutang jangka panjang Rp 114 3% Rp 3,42Saham preferen Rp 5 6% Rp 0,30Modal sendiri Rp 400 10% Rp 40,00

Rp 519 Rp 43,72Weight average cost of capital = 43.720/519.000 x 100% = 8,42%

Dari perhitungan di atas maka tambahan dana maksimal untuk mempertahankan biaya

modal rata-rata tertimbang adalah sebesar Rp 519 juta dengan hutang jangka panjang sebesar

Rp 114 juta, saham preferen sebesar Rp 5 juta dan modal sendiri sebesar Rp 400 juta. Bila

kebutuhan dana lebih besar dari 519 juta maka biaya modal akan meningkat menjadi lebih

besar dari 8,42% karena perusahaan terpaksa mengeluarkan saham biasa baru. Yang dibebani

Page 9: Biaya modal

biaya emisi, jika perusahaan menambah hutang jangka panjang maka solvabilitasperusahaan

akan turun.

Contoh :

Misalkan perusahaan membutuhkan tambahan dana lagi sebesar Rp 100 juta untuk

mempertahankan struktur modal optimum maka kebutuhan tersebut harus dipenuhi dengan

modal sendiri Rp 77 juta (77%), saham preferen Rp 1 juta (1%) dan hutang jangka panjang

sebesar Rp 22 juta (22%).

Biaya saham preferen 6%, biaya hutang 3% dan biaya saham biasa baru dihitung

dengan misalnya biaya emisi 10% dan biaya saham biasa adalah 10% sehingga biaya saham

biasa baru adalah :

10 %(1−0,1) = 11,1%

Berdasarkan biaya saham biasa baru maka biaya modal rata-rata tertimbang adalah :

Perhitungan biaya modal(dalam jutaan rupiah)

Komponen modalJumlah modal

Biaya individual

Jumlah biaya komponen

1 2 3 (2 x 3)Hutang jangka panjang Rp 22 3% Rp 0,66Saham preferen Rp 1 6% Rp 0,06Modal sendiri Rp 77 11,1% Rp 8,55

Rp 100 Rp 9,27Weight average cost of capital = 9.267/100.000 = 9,267% = 9,3%

Dari perhitungan tersebut disimpulkan bahwa :

1) Selama kebutuhan tambahan dana tidak melampaui Rp 519 juta dan pemenuhannya

tetap dipertahankan atas dasar pertimbangan 77 : 1: 2 yaitu laba ditahan, saham

preferen, dan hutang maka biaya modal keseluruhannya akan dapat dipertahankan

sebesar 8,42%

2) Saat kebutuhan tambahan dana melebihi Rp 519 juta maka biaya modal rata-rata

tertimbang akan meningkat menjadi 9,3%

3) Biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi.

Apabila perusahaan mau menggunakan dana yang berasal dari depresiasi apakah

tanpa biaya ? mengingat bahw dana yang berasal dari depresiasi itu dapat ditanamkan

kembali untuk menghasilkan rate of return, maka perusahaan harus menentukan apakah dana

tersebut akan ditanamkan dalam perusahaan atau dibagikan kepada pemberi dana.

Page 10: Biaya modal

Keputusan tersebut adalah tergantung kepada persoalan apakah perusahaan akan

dapat menginvestasikan kembali dana tersebut dalam perusahaan dengan menghasilkan rate

of return yang lebih besar dari biaya atau tidak. Besarnya biaya penggunaan dana yang

berasal dari depresiasi adalah sama besarnya dengan biaya modal rata-rata sebelum

menggunakan dana yang bersumber dari emisi saham baru.

Oleh karena biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi ini sama besarnya

dengan biaya modal rata-rata, maka biaya dana depresiasi itu tidak diikuiti dalam perhitungan

biaya modal rata-rata.

Perusahaan akan menggunakan dana yang berasal dar depresiasi itu hanya kalau

penggunaan dana tersebut akan menghasilkan “rate of return” lebih besar daripada biaya

modal rata-ratanya. Penggunaan dana yang berasal dari depresiasi akan mempunyai pengaruh

memperbesar batas jumlah maksimal kebutuhan tambahan dana yang akan dapat

mempertahankan biaya modal rata-rata sebelumnya.

Page 11: Biaya modal

MANAJEMEN KEUANGAN

“Biaya Modal”

OLEH :

Nama : I.A.A.Wahyuning Candra Dewi

Nim : 1306305056

No Absen : 12

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

Page 12: Biaya modal

2016

DAFTAR PUSTAKA

Wiagustini, Ni Luh Putu. 2014. Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Denpasar: Udayana

University Press.