bi a raw a ti

Upload: suryani-ladys-doubleyue

Post on 16-Jul-2015

165 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Biarawati adalah seorang perempuan yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara atau tempat ibadah. Istilah ini dapat berbagai agama seperti Katolik Roma, Kristen Timur (Kristen Ortodoks, Ortodoks Oriental, dll), Anglikan, Jain, Lutheran, dan Buddhisme. Biarawati dalam agama Katolik adalah perempuan yang tergabung dalam suatu tarekat atau ordo religius. Di Indonesia para biarawati biasanya dipanggil suster (Belanda: Zuster, saudara perempuan). Para suster biasanya bekerja di bidang pendidikan (formal dan nonformal), kesehatan dan pelayanan sosial di lingkungan gereja atau masyarakat umum seperti suster-suster CB, SSPS, JMJ, SMSJ, SND, PRR, dsb). Ada juga beberapa tarekat religus biarawati yang mengkhususkan kepada pelayanan religius melalui doa (dalam gereja Katolik dikenal dengan biara suster kontemplatif) seperti suster-suster Ordo Karmel Tak Berkasut (OCD) dan Suster SSPS Adorasi Abadi. Seperti halnya dengan pastor, bahwa biarawati hidupnya tidak menikah karena biarawati telah mengucapkan atau mendeklarasikan 3 kaul yakni kaul kemurnian, kaul ketaatan dan kaul kemiskinan dalam suatu komunitas religius. Kata "biarawati" berdasarkan kata biara dengan akhiran -wati.

Kaul-kaulKaul adalah janji sukarela kepada Allah, untuk melaksanakan suatu tindakan yang lebih sempurna. Kaul merupakan dasar hidup membiara yang disahkan oleh Gereja, di mana para anggota yang terhimpun dalam suatu komunitas religius memutuskan untuk memperjuangkan kesempurnaan lewat sarana-sarana ketiga kaul religius, yakni kaul kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan, yang diamalkan sesuai dengan peraturan. [sunting]Kaul

kemiskinan

Kaul kemiskinan adalah pelepasan sukarela hak atas milik atau penggunaan milik tersebut dengan maksud untuk menyenangkan Allah. Semua harta milik dan barang-barang menjadi milik Kongregasi, atau tarekat. Manusia tidak lagi memiliki hak atas apa saja yang diberikan kepadanya, entah barang entah uang. Semua derma dan hadiah, yang barangkali diberikan kepadanya sebagai ungkapan terima kasih atau ungkapan lain apa pun, menjadi hak Kongregasi. Keutamaan Kemiskinan adalah keutamaan injili yang mendorong hati untuk melepaskan diri dari barang-barang fana; karena kaulnya, biarawan/wati terikat oleh kewajiban itu. [sunting]Kaul

kemurnian

Kaul kemurnian mewajibkan manusia lepas perkawinan dan menghindari segala sesuatu yang dilarang oleh perintah keenam dan kesembilan. Setiap kesalahan melawan keutamaan kemurnian juga merupakan pelanggaran terhadap kaul kemurnian sebab di sini tidak ada perbedaan antara kaul kemurnian dan keutamaan kemurnian, tidak seperti dalam kaul kemiskinan dan kaul ketaatan. [sunting]Kaul

ketaatan

Kaul Ketaatan lebih tinggi daripada dua kaul yang pertama. Sebab, kaul ketaatan adalah suatu kurban, dan ia lebih penting karena ia membangun dan menjiwai tubuh religius. Dengan kaul ketaatan biarawan/wati berjanji pada Allah untuk taat kepada para pimpinan yang sah dalam segala sesuatu yang mereka perintahkan demi peraturan. Kaul ketaatan membuat biarawan/wati bergantung kepada pimpinan atas dasar peraturan-peraturan sepanjang hayatnya dan dalam segala urusannya. Keutamaan ketaatan lebih luas daripada kaul ketaatan; keutamaan ini mencakup ketentuan dan peraturan, dan bahkan nasihat-nasihat para pimpinan. Memenuhi perintah dengan tulus dan sempurna ini disebut ketaatan kehendak kalau kehendak mendorong budi untuk tunduk kepada nasihat pimpinan. Sehubungan dengan ini, untuk menunjang ketaatan.

Dari ketiga kaul itu juga berlaku bagi imam biarawan, misalnya : CM, CDD, SJ, SVD, OMI, MSF, OCarm, CICM, OCap, dan sebagainya. Kita perlu memahami bahwa imam-imam projo (pr), dioses, bukanlah imam-imam biarawan. Tiga kaul yang menjadi dasar kehidupan seorang biarawan-biarawati merupakan cara mewujudkan iman yang radikal sesuai nasihat Injil. Gereja berkeyakinan bahwa tiga hal itulah yang menjadi inti dari nasihat Injil yang diwartakan Yesus.

Aleksander (2007) menyatakan bahwa seorang biarawati adalah seorang perempuan yang hidup di biara yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan dirinya dan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara. Di dalam biara, kehidupan para biarawati diikat oleh peraturan yang ketat yaitu tri suci, janji suci dari setiap biarawati yang akan dipatuhi seumur hidupnya (Aleksander, 2007). Ditambahkan pula oleh Aleksander (2007) bahwa janji suci ini biasanya juga disebut dengan kaul. Janji atau kaul tersebut terdiri dari janji untuk hidup dalam kemiskinan, kemurnian dan ketaatan Dengan janji untuk hidup dalam kemiskinan, biarawati akan menyalurkan apa yang ia dapatkan kepada umat baik berupa pemberian materi seperti barang, barang berharga dan uang ataupun spiritual seperti nasehat dan doa. Hal tersebut merupakan perwujudan kaul kemiskinan yang diikrarkan ketika melaksanakan tugas perutusannya Pada kaul ketaatan, biarawati mengikrarkan ketaatan dengan mematuhi para pemimpin mereka menurut kaidah pedoman dan konstitusi mereka (Hardawiryana, 1992). Oleh karena itu dikatakan bahwa seorang biarawati tidak bisa mencari dan melaksanan kehendaknya sendiri tetapi kehendak Tuhan, mereka juga tidak bisa menentukan akan berkarya dimana dan dengan siapa dikarenakan hal seperti itu ditentukan oleh pemimpin mereka. Dengan kaul ketaatan mereka harus mengikuti instruksi atau perintah pemimpin mereka (Jacobus, 2007).

Dalam hal kaul kemurnian, biarawati tidak diperkenankan untuk memiliki pasangan hidup. Sesuai dengan kaul kemurnian yang diucapkannya, Suster Efriani tidak memiliki pasangan hidup. Ia tidak memiliki pasangan hidup karena telah mengikrarkan kaul yang terakhir yaitu kaul kemurnian.

Kaul kemurnian ini harus dihargai sebagai karunia rahmat yang sangat luhur demi kerajaan sorga (Hardawiryana, 1992). Ditambahkan pula oleh Hardawiryana (1992) bahwa kaul kemurnian ini secara istimewa membebaskan hati manusia supaya lebih berkobar cinta kasihnya terhadap Tuhan dan juga pada semua orang.

(Doc.Paroki Boyolali ) Tim Animasi panggilan dan tim pendampingan Iman Remaja ( PIR ) paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali pada Hari Minggu 3 Mei 2009 mengadakan Rekoleksi Panggilan bertempat di AULA Paroki. Rekoleksi mendatangkan fasilitator dan narasumber dari Romo-romo MSF Yogyakarta, yaitu Romo Gunawan, MSF. dan Romo Lukas Heri Purnawan, MSF yang wajahnya tidak asing lagi bagi kita yang biasa mengikuti acara Penyejuk Imani di Indosiar tiap Minggu Pagi.Acara ini diikuti oleh sekitar 39 orang terdiri dari remaja putra dan putri serta sebagian ada dari Orang Muda Katholik ( OMK ) dari Stasi Ampel dan Paroki Boyolali. Acara dibuka oleh ibu Hesti dari Tim Pendampingan Iman Remaja dengan bernyanyi , dilanjutkan doa pembukaan oleh Bapak Budi Hartono, dan sambutan Ketua Panitia Bapak Tukiyo, dalam pengantarnya disampaikan bahwa di paroki HTB SP Maria Boyolali masih sangat kering panggilan, saat ini hanya ada 3 orang seminaris yaitu Adi Nugroho Putra Bp. Budi Hartono, Eko Putra bapak TH. Slamet, dan Tunjung Putra dari Bapak Widono Basuki, maka dari itu dibutuhkan motivasi untuk mendorong semangat panggilan pada kaum muda. Proses dari rekoleksi pada pagi hingga siang hari itu sangat dinamis, mengingat fasilitator dan narasumber yang sangat bersemangat dan berpengalaman, hampir sepanjang acara di warnai dengan bernyanyi dan bersukaria sambil menari sehingga para peserta tidak merasa bosan. Pada bagian awal setelah perkenalan disampaikan materi dengan memutarkan beberapa kisah keprihatinan kita terhadap semakin berkurangnya minat kaum muda untuk menjadi biara dan biarawati, jika hal ini kita biarkan maka akan mengancam kelangsungan ajaran gereja yang tentu saja bergantung pada keberadaan para biarawan dan biarawati, melihat dari semua itu maka perlu kita semua untuk mengenalkan tentang Panggilan hidup menjadi biarawan dan biarawati sebagai wujud peran kita sebagai anggota gereja. Setelah itu diputarkan juga kisah tentang perjalanan pengabdian dari beberapa biarawan dan biarawati sebagai gambaran tentang apa yang dikerjakan oleh mereka , kemudian peserta dibagi dalam 6 kelompok untuk mendiskusikan apa yang menjadi daya tarik kita terhadap keberadaan Biarawan dan biarawati ( Bruder, Suster dan Pastur ) hasil diskusi kemudian diekspresikan melalui Puisi, Lagu, dan tarian, pada bagian ini kemudian acara menjadi lebih dinamis lagi karena para peserta satu persatu tampil untuk

mengekspresikan hasil diskusi mereka, senda gurau dan tawa ria . Mewarnai sepanjang penampilan mereka. Acara diselingi oleh penampilan paduan suara dari OMK diiringi oleh Romo L. Heri Purnawan yang cukup biawai memainkan organ. Pada bagian akhir setelah peserta diajak untuk melihat bagaimana kita sebagai anggota gereja diharapkan untuk terlibat dalam sepak terjang pelayanan gereja, maka kita tidak boleh hanya berpangku tangan dan membiarkan

diri tidak terlibat dalam pelayanan gereja dan hanya jadi penonton saja , akan tetapi kita sebagai anggota gereja senantiasa dituntut untuk dapat terlibat dalam pelayanan gereja, mulai dari ikut misdinar, anggota koor, menghias altar gereja , mengatur parkir sampai dengan keterlibatan kita dalam mewartakan ajaran Kristus, kita harus jadi Pemain ( We are a player ) jangan bengong dipinggir lapangan. Pada sesi tanya jawab ada pertanyaan tentang bagaimana kehidupan biarawan dan biarawati, apakah menjadi terisolir tidak boleh bebas bergaul ? , ada juga yang bertanya tentang bagaimana jika dalam perjalanan menjadi biara kemudian muncul cinta atau dicintai oleh seseorang ? Pertanyaan ini dijawab dengan sangat baik oleh romo Purnawan yang menyampaikan bahwa menjadi biara tidak kemudian terisolir dan tidak bisa bergaul, bahkan pergaulannya malah semakin luas dan bila ada perasaan cinta atau dicintai maka harus bisa mengendalikan diri karena cinta tidak harus dinyatakan dengan membangun hubungan pria dan wanita namun bisa diungkapkan dengan cara lain, dan ada istilah sublimasi dalam arti bahwa menjadi biara harus bisa membekukan atau menyublimkan kehendak-kehendak duniawi. Proses rekoleksi sangat menyentuh bagi peserta , ini terlihat pada saat doa penutupan yang dipandu romo Gunawan, mereka memejamkan mata sambil bergandeng tangan bahkan ada beberapa yang meneteskan air mata, tak kuasa menahan keharuan mereka. Setelah doa penutup juga dilakukan doa makan siang yang dipimpin bapak Th. Slamet, yang mengharapkan agar kita semua mau menjadi kaki, tangan, badan, atau kepala Kristus di dunia ini.

Acara diakhiri dengan makan siang bersama yang telah disiapkan oleh Panitia .makan siang dinikmati secara bergerombol di sudut-sudut gereja. ( Tim Animasi panggilan dan PIR / HJN )

Daftar pustaka http://id.wikipedia.org/wiki/Biarawati http://parokiboyolali.0fees.net/index.php/warta-omk/58-aksi-panggilan.html http://penaindonesia.net/kardinal-ajak-keluarga-biarawan-wati-dan-imam-suburkan-panggilan/