perbedaan direct & indirect investment raw
DESCRIPTION
perbedaan penanaman modal langsung dan tak langsungTRANSCRIPT
Perbedaan antara penanaman modal asing langsung atau tidak langsung.
1.Direct Investment(penanaman modal langsung).
Penanaman modal langsung, terbagi menjadi dua yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (“PMDN”) dan
Penanaman Modal Asing (“PMA”). Penanaman modal langsung diatur dalam UUNo. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal (“UU 25/2007”).
TATA CARA PENANAMAN MODAL DI INDONESIA
A. Tinjauan Umum Mengenai Tata Cara Dalam Permohonan Penanaman
Modal Di Indonesia.
Berkenaan dengan adanya tujuan Negara yaitu pembangunan nasional yang
kemudian untuk melaksanakan pembangunan tersebut membutuhkan modal
tehadap pengelolaannya, sehingga pemerintah mengupayakan kepada pihak-
pihak yang berkeinginan menanamkan modal untuk ikut serta dalam
membangun Negara ini. Untuk itu di perlukan berbagai peraturan mengenai
penanamn modal agar menciptakan suatu iklim penanaman modal yang lebih
kondusif dan promotif.
Penyelenggaraan urusan penanaman modal sudah ditentukan dalam Pasal 30
UUPM, karena pemerintah atau pemerintah daerah menjamin kepastian dan
keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal. Dalam
penyelenggaran penanaman modal dilaksanakan oleh pemerintah yang
mempunyai kewenangan dalam penyelenggaraannya1
Dalam keinginan tersebut, pemerintah mengeluarkan pengaturan mengenai
tata cara dalam penanaman modal. Pengaturan tersebut yaitu Keputusan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 70/SK/2004 tentang
Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor
57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal
Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman
Modal Asing.
1 Salim HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., MHum, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta :
Penerbit PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 89.
A.1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).2
a. Kegiatan Persiapan.
Calon penanam modal yang akan mengadakan usaha dalam rangka UU
No.25/2007 tentang Penanaman Modal, harus terlebih dahulu mempelajari
daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka bagi penanam modal. Setelah
mempelajari yang cukup mengenai bidang usaha yang tertutup dan
terbuka dan ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan penanaman
modal. Calon penanam modal mengajukan permohonan penanaman modal
kepada kepala BKPM (Meninves). Apabila permohonan tersebut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan serta persyaratan penanaman modal
yang berlaku, ketua BKPM mengeluarkan surat persetujuan penanaman modal
yang juga berlaku sebagai persetujuan prinsip.
b. Pedoman dan Tata Cara Permohonan.
Bagi calon penanam modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal
dalam rangka PMDN wajib mengajukan permohonan penanaman modal kepada
kepala BKPM atau ketua BKPMD setempat. Penanaman modal yang telah
memperoleh surat persetujuan yang dalam hal ini dikeluarkan oleh kepala
perwakilan setempat, wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh
perizinan pelaksanaan penanaman modal yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut.
Dalam mengajukan permohonan PMDN dan PMA, calon penanam modal
berpedoman kepada:
2 I.G Rai Widjaya, S.H., M.A., Penanaman Modal, (Jakarta : PT Pradnya Paramita, 2005), hal. 34.
1). Daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal,
2). Bidang/jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar
dengan syarat kemitraan,
3). Serta ketentuan-ketentuan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah.
c. Prosedur dan Syarat-Syarat Penanaman Modal Dalam Negeri.
Penanaman modal dalam negeri merupakan suatu kegiatan yang menanamkan
modal yang berasal dari modal dalam negeri dan pemilik modalnya berasal dari
warga Negara Indonesia. Dalam Pasal 5 Keputusan Kepala BKPM Nomor
70/SK/2004 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal No.57/SK/2004 telah ditentukan prosedur dalam pengajuan
permohonan baru dalam rangka PMDN. Pihak yang dapat mengajukan
permohonan ini, adalah:
1). Perseroan Terbatas (PT),
2). Commanditaire Vennootscop (CV),
3). Firma,
4). Badan Usaha Koperasi,
5). BUMN,
6). BUMD, atau
7). Perorangan.
Permohonan penanaman modal baru ini diajukan kepada kepala BKPM dalam
rangkap 2 (dua) dengan menggunakan model I/PMDN. Formulir model I PMDN ini
telah dibakukan oleh BKPM. Ini dimaksudkan untuk mempermudah bagi calon
penanam modal untuk mengajukan permohonan kepada BKPM. Hal-hal yang
harus diisi oleh calon investor dalam permohonan tersebut meliputi :
1). Keterangan pemohon, yang meliputi nama pemohon, NPWP, akta pendirian,
dan perubahannya (nama notaris, nomor, dan tanggal), pengesahan menteri
kehakiman (nomor dan tanggal), alamat lengkap.
2). Keterangan rencana proyek yang meliputi bidang usaha, lokasi proyek
(kabupaten, kota, provinsi), produksi pertahun, pemasaran pertahun, luas tanah
yang diperlukan, tenaga kerja, rencana investasi, sumber pembiayaan, modal
perseroan, jadwal waktu penyelesaian proyek, dan
pernyataan.
Dalam permohonan itu dilampirkan hal-hal diantaranya :
1). Bukti diri pemohon, yang meliputi rekaman akta pendirian perusahaan dan
perubahannya untuk PT, BUMN/BUMD, CV, Fa, atau rekaman anggaran dasar
bagi badan uasaha koperasi, atau rekaman KTP untuk perorangan.
2). Surat kuasa dari yang berhak apabila penanda tangan permohonan bukan
dilakukan oleh pemohon sendiri.
3). Rekaman nomor pokok wajib pajak (NPWP) pemohon.
4). Uraian rencana kegiatan.
5). Persyaratan dan/atau ketentuan sektorial tertentu yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
6). Bagi bidang usaha yang di persyaratkan kemitraan ;
a). Kesepakatan atau perjanjian kerja sama tetulis mengenai kesepakatan
bemitra dengan usaha kecil, antara lain memuat nama dan alamat masing-
masing pihak, pola kemitraan yang akan digunakan, hak dan kewajiban masing-
masing pihak dan bentuk pembinaan yang diberikan kepada usaha kecil.
b). Akta pendirian atau perubahannya mengenai penyertaan usaha kecil
sebagai pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham.
c). Surat pernyataan di atas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa
yang bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil.
Berdasarkan atas permohonan dan persyaratan tersebut secara lengkap, BKPM
dalam waktu 10 (sepuluh) hari menerbitkan Surat Persetujuan Penanaman
Modal Dalam Negeri (SP PMDN). Persetujuan PMDN adalah persetujuan
penanaman modal yang diberikan dalam rangka pelaksanaan UU No. 25/2007
tentang UUPM, yang berlaku pula sebagai persetujuan prinsip/izin usaha
sementara sampai dengan memperoleh izin usaha atau izin usaha tetap serta
sebagai persetujuan prinsip fasilitas fiskal.
Izin Usaha/Izin Usaha Tetap merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan
untuk melaksanakan kegiatan produksi barang maupun produksi jasa sebagai
pelaksanaan atas SP PMDN yang diperoleh persetujuan. Surat persetujuan
penanaman modal dalam negeri yang telah ditanda tangani oleh BKPM
disampaikan kepada pemohon dengan tembusan kepada instansi terkait,
yaitu :3
1). Menteri Dalam Negeri;
2). Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang
bersangkutan ;
3 Salim HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 137.
3). Menteri Keuangan;
4). Menteri Negara Agraria / Kepala BKPM;
5). Menteri Negara Lingkungan Hidup / Kepala Bapedal;
6). Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah (apabila ada kemitraan
dengan usaha kecil);
7). Gubernur Bank Indonesa;
8). Gubernur Kepala Daerah Provinsi yang bersangkutan;
9). Direktur Jendral Teknis yang bersangkutan;
10). Direktur Jendral Pajak;
11). Direktur Jendral Bea dan Cukai
12). Direktur Jendral Hukum dan Perundang-undangan;
13). Ketua BKPMD yang bersangkutan;
14). Kepala dinas instansi teknis kabupaten/kota terkait.
A.2. Penanaman Modal Asing (PMA).
a. Permohonan.
Permohonan yang dilakukan oleh calon penanam modal asing yang akan
melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka PMA, yaitu wajib
mengajukan permohonan modal kepada :
1). Kepala BKPM;
2) Kepala Perwakilan RI setempat;
3) Ketua BKPMD setempat.
Penanaman modal asing merupakan kegiatan menanamkan modal yang
modalnya berasal dari:
1). Modal asing,
2). Pemilik modalnya berasal dari ;
a). Warga Negara Asing (WNA),
b). Badan Hukum Asing,
c) Perusahaan PMA bersama dengan Warga Negara Indonesia (WNI) atau Badan
Hukum Indonesia.
Peraturan yang mengatur mengenai pedoman dan tata cara permohonan
penanaman modal yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing adalah
Pasal 6 Keputusan Kepala BKPM No. 57/SK/2004, yang dapat mengajukan
permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMA :
1). WNA dan Badan Hukum Asing atau perusahaan PMA;
2) WNA dan atau Badan Hukum Asing atau perusahaan PMA bersama dengan
WNI atau Badan Hukum Indonesia. Permohonan penanaman modal baru ini
diajukan kepada kepala BKPM dalam 2 (dua) rangkap dengan menggunakan
formulir Model I/PMA, setelah permohonan tersebut sudah lengkap dan telah
diterima oleh BKPM, maka dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari kerja BKPM
menerbitkan Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing (SP PMA).
b. Pemberian Persetujuan.
Pada dasarnya pemberian persetujuan kepada PMA merupakan pelaksanaan
dari UU No. 25/2007 UUPM, dan berlaku pula sebagai persetujuan prinsip atau
izin usaha sementara sampai dengan memperoleh:
1). Izin Usaha Tetap / Izin usaha;
2). Persetujuan Prinsip Fasilitas Fiskal.
Surat persetujuan penanaman modal asing (PMA) tersebut disampaikan kepada
pemohon, dengan tembusan kepada:4
1). Menteri Dalam Negeri;
2). Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang
bersangkutan ;
3). Menteri Keuangan;
4). Menteri Negara Lingkungan Hidup;
5). Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah;
6). Gubernur Bank Indonesa;
7). Direktur Jendral Teknis yang bersangkutan;
8.) Direktur Jendral Pajak;
9). Direktur Jendral Bea dan Cukai
10). Direktur Jendral Hukum dan Perundang-undangan;
11). Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Negara yang bersangkutan;
12). Kedutaan Besar Asing yang Bersangkutan;
13). Gubernur provinsi yang bersangkutan;
14). Bupati/Walikota yang bersangkutan.
c. Prosedur dan Syarat-Syarat Penanaman Modal Asing.
Prosedur permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMA di bidang
usaha pertambangan di luar minyak dan gas bumi adalahdilaksanakan dalam
4 Salim HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 251.
bentuk kontrak karya atau perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu
bara antara calon penanam modal dengan;
1). Menteri energi dan sumber daya mineral,
2). Gubernur,
3). Bupati/walikota sesuai kewenangannya.
Kontrak karya atau perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara
diperlukan sama seperti surat persetujuan (SP PMA). Rencana investasi untuk
pelaksanaan kontrak karya atau perjanjian karay pengusahaan pertambangan
batu bara beserta fasilitasnya secara bertahap diajukan kepada BKPM, yang
dilampiri dengan rekomendasi dari Dirjen Geologi dan Sumber daya mineral.
Penanaman modal yang telah memperoleh surat persetujuan, baik berupa surat
persetujuan PMDN, PMA, kontrak karya maupun perjanjian karya pengusahaan
pertambangan batu bara, penanam modal yang bersangkutan wajib
mengajukan permohonan untuk memperoleh perizinan pelaksanaan yang
diperlukan untuk pelaksanaan penanaman modal. Perizinan pelaksanaan
penanaman modal terdiri
atas 3 (tiga) macam, yaitu:
1). Perizinan yang diterbitkan oleh BKPM;5
a). Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT).
Angka Pengenal Importir Terbatas ini merupakan angka pengenal yang di
pergunakan sebagai izin untuk memasukkan (impor) barang modal dan bahan
baku/penolong untuk pemakaian sendiri dalam
proses produksi proyek penanaman modal yang telah disetujui.
5 Keputusan BKPM Nomor 57 Tahun 2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan
Penanaman
Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal
Asing,
Psl. 23.
b) Izin Usaha/Izin Usaha Tetap/Izin Perluasan
Izin Usaha/Izin Usaha Tetap merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan
untuk melaksanakan kegiatan produksi baik produksi barang maupun produksi
jasa sebagai pelaksanaan atas surat persetujuan penanaman modal yang telah
diperoleh perusahaan, Izin Usaha/Izin Usaha Tetap ditandatangani oleh BKPM
dalam bentuk surat zin Usaha/Izin Usaha Tetap. Surat Izin Usaha/Izin Usaha
Tetap berlaku sejak produksi dimulai bagi perusahaan PMDN dan PMA dan
berjangka waktu selama perusahaan berproduksi/beroperasi.
Izin usaha tetap perluasan merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan
untuk melaksanakan kegiatan produksi jasa sebagai pelaksanaan atas surat
persetujuan perluasan penanaman modal yang
sebelumnya telah diperoleh perusahaan.
c). Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
d). Rekomendasi visa bagi penggunaan tenaga kerja asing
e). Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
f). Perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing yang bekerja di lebih
dari satu provinsi
g). Fasilitas pembebasan/keringanan bea masuk atas pengimporan barang
modal atau bahan baku/penolong dan fasilitas fiskal lainnya.
2). Perizinan yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi; Perizinan yang
diterbitkan oleh pemerintah provinsi sesuai dengan kewenangannya, berupa
perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja
asing yang bekerja di wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi.
3). Perizinan yang diterbitkan oleh pemerintah kabupaten/kota;
a). Izin lokasi;
Izin lokasi merupakan persetujuan yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang untuk menggunakan tempat atau lokasi untuk penanaman modal.
Pejabat yang berwenang menerbitkan
izin lokasi adalah Bupati/Walikota.
b). Sertifikat Hak atas Tanah;
Sertfikat hak atas tanah merupakan salinan buku tanah dan surat ukur setelah
menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul (Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah). Sertifikat hak atas tanah
dikeluarkan oleh Kepala BPN Kabupaten/Kota.
c). Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
Izin Mendirikan Bangunan atau yang biasa disebut dengan IMB adalah surat izin
yang diberikan oleh bupati/walikota kepada pribadi badan hukum untuk
mendirikan bangunan pada wilayah
kabupaten/kota tersebut.
d). Izin Undang-Undang Ganguan/HO.
Izin Undang-Undang Gangguan/HO merupakan persetujuan atau toesteming
yang diberikan oleh pejabat berwenang, di mana orang dan badan-badan
hukum yang akan mendirikan usaha tidak akan menimbulkan bahaya, kerugian,
atau gangguan bagi orang lain terutama orang yang berada di sekitar usaha
tersebut. Para penanam modal yang telah mendapatkan surat persetujuan
penanaman modal, baik berupa surat perjanjian karya pengusahaan
pertambangan batu bara harus merealisasikan proyek dalam bentuk kegiatan
yang nyata, baik dalam bentuk administrasi ataupun dalam bentuk fisik.
Kegiatan yang nyata dalam bentuk administrasi, yaitu kegiatan
memperolehperizinan berupa :6
1). Izin lokasi atau perjanjian sewa gedung (khusus bidang jasa) atau Surat Izin
Pertambangan Daerah (SIPD) atau kuasa pertambangan (KP) khusus bidang
usaha pertambangan di luar minyak dan gas bumi;
2). SP pabean barang modal;
3). APIT;
4). RPTKA;
5). IMB;
6). Izin Undang-Undang Gangguan/Ho.
Sedangkan kegiatan yang nyata dalam bentuk fisik merupakan kegiatan yang
telah dilakukan untuk :7
6 Salim HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 254.
7 Salim HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 255.
1). Di bidang industri, telah ada kegiatan pokok berupa ;
a). Pengadaan lahan;
b). Pembangunan gedung/pabrik;
c). Pengimporan mesin dan peralatan.
2). Di bidang usaha jasa, telah ada kegiatan pokok berupa ;
a). Pengadaan lahan;
b). Pengadaan/pembangunan gedung/ruang perkantoran;
3). Di bidang usaha pertanian telah ada kegiatan pokok berupa pengadaan
lahan;
4). Di bidang usaha perikanan telah ada pembelian sebagai kapal ikan.
Penetapan jangka waktu penyelesaian proyek yang tercantum dalam surat
persetujuan penanaman modal disesuaikan dengan bidang usahanya. Apabila
penanam modal telah menerima SPPM dan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun
sejak tanggal dikeluarkannya persetujuan tidak ada realisasi, baik dalam bentuk
administrasi atau pun dalam bentuk fisik maka persetujuan penanaman modal
itu akan batal demi hukum. Artinya, dari sejak semula persetujuan itu dianggap
tidak ada.
A.3. Prosedur Permohonan Perluasan Penanaman Modal.8
Permohonan perluasan penanaman modal adalah permohonan untuk
mendapatkan persetujuan penambahan modal beserta fasilitasnya dalam
rangka penambahan kapasitas terpasang yang disetujui atau menambah jenis
produksi
8 Salim HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 255.
barang/jasa. Inti perluasan permohonan ini adalah untuk mendapatkan
persetujuan
penambahan modal beserta fasilitasnya. Prosedur dan syarat-syarat
permohonan perluasan penanaman modal ini sudah ditentukan dalam pasal 12
Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 70/SK/2004
tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004. Permohonan perluasan penanaman
modal diajukan oleh perusahaan yang telah berproduksi kepada Kepala BKPM
dalam 2 (dua) rangkap dengan menggunakan formulir yang sudah di bakukan
oleh BKPM. Dalam hal perluasan ini jenis produksi berbeda dengan proyek
sebelumnya atau lokasi perluasan usahanya berada dalam kabupaten/kota yang
berbeda dengan proyek sebelumnya.
Permohonan perluasan dapat diajukan tanpa dipersyaratkan memiliki izin
usaha/izin usaha tetap atas proyek sebelumnya dan surat persetujuan perluasan
ini diterbitkan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya
permohonan yang lengkap dan benar. Surat persetujuan perluasan ini wajib
dimiliki investor bila ingin memperluas daerah usahanya dan tanpa adanya
surat persetujuan
ini perusahaan tidak dapat melakukan perluasan penanaman modalnya.
Persetujuan perluasan merupakan persetujuan penambahan modal beserta
fasilitasnya untuk menambah kapasitas terpasang yang telah disetujui,
menambah jenis produksi barang dan jasa serta berlaku pula sebagai
persetujuan prinsip/izin usaha sementara sampai dengan memperoleh izin
usaha tetap perluasan.
A.4. Prosedur Permohonan Perubahan Penanaman Modal.
Permohonan perubahan penanaman modal merupakan permohonan
persetujuan atas perubahan ketentuan-ketentuan penanaman modal yang telah
ditetapkan dalam persetujuan penanaman modal sebelumnya. Perubahan
penanaman modal ini dilakukan oleh pihak penanam modal bila dalam bidang
usahanya tidak dikehendakinya lagi atau menginginkan usaha yang baru.
Prosedur permohonan penanaman modal ini telah ditentukan dalam Pasal 13
sampai 27 SK Kepala BKPM No. 70/SK/2004. Di dalam pasal tersebut sudah
tercantum 10 (sepuluh) jenis proyek perubahan penanaman yang wajib
memperoleh
persetujuan BKPM. Proyek-proyek tersebut yaitu :
a. Perubahan lokasi proyek;
b. Perubahan bidang usaha dan jenis produksi (baik jenis atau kapasitas);
c. Perubahan penggunaan tenaga kerja asing;
d. Perubahan investasi dan sumber pembiayaan;
e. Perubahan kepemilikan saham perusahaan PMA;
f. Perubahan status perusahaan PMA menjadi perusahaan PMDN;
g. Perubahan status perusahaan PMDN atau Non PMDN.PMA menjadi
perusahaan PMA;
h. Penggabungan perusahaan (merger).
Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang didirikan dalam
rangka PMDN atau PMA dan/atau Non PMDN/PMA yang sudah berproduksi dan
telah memiliki Izin Usaha/Izin Usaha Tetap ke dalam satu perusahaan yang akan
meneruskan semua kegiatan perusahaan yang bergabung, sedangkan
perusahaan yang menggabung dilikuidasi. Setiap perusahaan PMDN maupun
PMA yang akan mengajukan perubahan modal yang berkaitan dengan sepuluh
jenis proyek tersebut. Pemilik perusahaan tersebut wajib mengajukan
permohonan penanaman modal tersebut kepada Kepala BKPM yang kemudian
menerbitkan surat dalam bentuk Surat Persetujan Perubahan (SPP), SPP ini
meliputi kesepuluh proyek yang sudah dibakukan sebelumnya. Dengan adanya
surat persetujuan tersebut pemilik perusahaan dapat melakukan perubahan
sesuai dengan yang dimohonkannya.
B. Persetujuan dan Perizinan Penanaman Modal di Indonesia.
Persetujuan dan perizinan penanaman modal pada dasarnya di perlukan dalam
melaksanakan kegiatannya yang mana penanaman modalnya bergerak pada
bidang usaha yang di inginkan oleh pihak yang menjalankannya. Dalam
mendapatkan perizinannya tersebut melalui sistem pelayanan terpadu satu
pintu oleh pemerintah yang ditetapkan melalui UUPM Pasal 25 mengenai
pengesahan dan perizinan perusahaan. Dengan demikian karena adanya
kegiatan tersebut maka diperlukan peraturan yang mengatur mengenai
persetujuan dan perizinan yang dikeluarkan oleh BKPM sebagai
salah satu instansi di bidang penanaman modal ini. Di dalam Keputusan Kepala
BKPM Nomor 37/SK/1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian
Persetujuan dan Fasilitas Serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal kepada
Gubernur Kepala Daerah Provinsi, yang kemudian ditentukan juga bahwa
pejabat yang berwenang dalam memberikan persetujuan dan izin dalam rangka
penanaman modal. Gubernur dalam menjalankan kewenangan tersebut,
melimpahkan kepada Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
(BKPMD). Kemudian Ketua BKPMD ini berwenang menerbitkan surat persetujuan
PMDN dan PMA. Sementara itu, BKPM berwenang menerbitkan SPPMDN dan
SPPMA apabila lokasi penanaman modal itu berada pada dua provinsi atau lebih.
Akan tetapi, berdasarkan Pasal 3 Keputusan presiden Nomor 29 Tahun 2004
tentang
Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing
dan Penanaman Modal Dalam Negeri Melalui Sistem Pelayanan Satu Atap, yang
berwenang memberikan persetujuan, perizinan dan fasilitas penanaman modal
adalah Kepala BKPM, yang didasarkan pelimpahan kewenangan dari
Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen yang membina bidang-
bidang usaha penanaman modal yang bersangkutan melalui system pelayanan
satu atap. Sementara itu, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, hanya
berwenang untuk menerbitkan izin yang berkaitan dengan penanaman modal.
Ada beberapa jenis dalam persetujuan dan perizinan yang diterbitkan oleh
BKPM,
yaitu :
1. Jenis-jenis persetujuan yang diterbitkan oleh Kepala BKPM adalah ;
a. Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (baru);
b. Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing (baru);
c. Surat Persetujuan Perluasan Penanaman Modal (SP Perluasan);
d. Surat Persetujuan Perubahan Penanaman Modal .
2. Ada beberapa jenis perizinan yang diterbitkan oleh BKPM, meliputi ;
a. Angka Pengenal Importir Terbatas.
Pada dasarnya, setiap perusahaan yang akan melaksanakan sendiri
pengimporan barang modal atau bahan baku/penolong wajib memiliki Angka
Pengenal Importir Terbatas (APIT) adalah angka pengenal yang dipergunakan
sebagai izin untuk memasukkan (impor) barang modal dan bahan
baku/penolong untuk pemakaian sendiri dalam proses produksi proyek
penanaman modal yang telah disetujui. Untuk mendapatkan surat keputusan
dan kartu APIT, perusahaan harus mengajukan permohonan kepada Kepala
BKPM Pusat, yang dibuat dalam rangkap dua. Berdasarkan permohonan
tersebut, Kepala BKPM atas nama Menteri Perindustrian dan Perdagangan
menerbitkan Surat Keputusan dan Kartu APIT. APIT ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan berlaku untuk seluruh wilayah Republik Indonesia. Jangka waktu
berlakunya APIT tersebut adalah selama perusahaan yang bersangkutan masih
berproduksi atau beroperasi.
b. Izin Usaha/Izin Usaha Tetap/Izin Perluasan.
Izin Usaha/Izin Usaha Tetap adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahan untuk
melaksanakan kegiatan produksi baik produksi barang maupun produksi jasa
sebagai pelaksanaan atas surat persetujuan penanaman modal yang telah
diperoleh perusahaan. Dimana izin usaha ini dikeluarkan oleh BKPM. Izin Usaha
Tetap Perluasan adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk
melaksanakan kegiatan produksi atas penambahan produksi barang maupun
produksi jasa sebagai pelaksanaan atas surat persetujuan perluasan
penanaman modal yang sebelumnya telah diperoleh
perusahaan.
c. Rencana Penggunanaan Tenaga Kerja Asing.
Pada dasarnya perusahaan yang akan mempekerjakan tenaga kerja asing, wajib
memiliki pengesahan RPTKA. Pengesahan RPTKA tersebut bisa didapatkan bila
perusahaan mengajukan permohonan kepada Kepala BKPM dalam rangkap dua
dan berdasarkan permohonan tersebut, kepala
BKPM menerbitkan Surat Keputusan Pengesahan RPTKA. Keputusan mengenai
pengesahan RPTKA merupakan persetujuan pengesahan rencana jumlah,
jabatan, dan lama penggunaan tenaga kerja asing yang diperlukan sebagai
dasar untuk persetujuan pemasukan Tenaga Kerja Asing (TKA) dan penerbitan
Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA). Keputusan RPTKA ini memuat
tentang rencana jumlah, jabatan dan lama penggunaan TKA, dan RPTKA ini juga
sebagai dasar untuk :9
1) persetujuan pemasukan Tenaga Kerja Asing (TKA);
2) penerbitan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA).
Surat Keputusan persetujuan tersebut diterbitkan selambat-lambatnya
4 (empat) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang diajukan.
d. Rekomendasi Visa Bagi Penggunaan Tenaga Kerja asing.
Tenaga kerja Warga Negara Asing yang bekerja pada perusahaan dan Kantor
Perwakilan Perusahaan Asing (KPPA), yang sudah siap datang ke Indonesia wajib
memiliki Visa Izin Tinggal Terbatas (VITAS). VITAS tersebut kemudian diterbitkan
oleh kantor perwakilan Republik Indonesia
dengan permohonan harus memiliki Rekomendasi TA.01 dari BKPM
9 I.G Rai Widjaya, S.H., M.A., Loc. Cit.
yang bepedoman kepada ketentuan instansi (yang berwenang) dibidang
ketenaga kerjaan dan keimigrasian. Dalam permohonan Rekomendasi TA.01
tersebut, bagi perusahaan yang harus sudah memiliki Surat Keputusan RPTKA.
Kemudian Rekomendasi TA.01 tersebut diterbitkan oleh BKPM c.q. Direktur
Pelayanan Perizinan kepada Direktur Jendral Imigrasi yang diterbitkan
selambat0lambatnya 4 (empat) hari sejak diterimanya permohonan yang
diajukan.
Direktur Jendral Imigrasi dengan berdasarkan Rekomendasi TA.01 tersebut
memberitahukan kantor Perwakilan RI untuk mengeluarkan VITAS bagi TKA
yang bersangkutan. Setelah TKA yang besangkutan memperoleh VITAS,
perusahaan mengajukan permohonan penerbitan Kartu Izin Tinggal Terbatas
(KITAS) kepada kantor Imigrasi setempat setelah TKA yang bersangkutan dating
di Indonesia.
e. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
Perusahaan pengguna Tenaga Kerja Asing yang telah memperoleh VITAS dan
akan bekerja di Indonesia wajib memperoleh Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja
Asing (IMTA). IMTA merupakan izin bagi perusahaan untuk mempekerjakan
sejumlah tenaga kerja WNA dalam jumlah, jabatan, dan periode tertentu.
Permohonan IMTA diajukan oleh perusahaan kepada kepala BKPM, kemudian
berdasarkan permohonan tersebut maka kepala BKPM atas naman Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi menerbitkan Surat Keputusan IMTA (SK-IMTA).
Surat Keputusan IMTA tersebut kemudian ditembuskan kepada isntansi terkait
dan diterbitkan selambat-lambatnya empat hari kerja sejak diterimanya
permohonan.
f. Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
Perpanjangan izin merupakan usaha untuk memperpanjang jangka waktu
bekerjanya tenaga kerja asing di Indonesia. Perusahaan yang akan
memperpanjang izin tersebut wajib memperoleh izin dari Kepala BKPM.
Perizinan yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi sesuai kewenangannya,
hanya berupa perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing yang
bekerja di wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi. Bagi TKA yang masa
berlakunya IMTA akan berakhir, perusahaan mengajukan permohonan
perpanjangan IMTA dengan menggunakan formulir IMTA sebanya 1 (satu)
rangkap kepada Direktur Pelayanan Perizinan BKPM untuk TKA yang lokasi
kerjanya lebih dari satu wilayah
Provinsi dan Gubernur untuk TKA yang lokasi kerjanya di wilayah
Kabupaten/kota dalam satu Provinsi. Permohonan tersebut diajukan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum SK-IMTA dari TKA yang bersangkutan
berakhir masa berlakunya. SK Perpanjangan IMTA yang kemudian diterbitkan
selambatlambatnya empat hari kerja sejak diterimanya permohonan tersebut.
Perusahaan pengguna wajib mengajukan permohonan kepada Kepala BKPM,
untuk perubahan pengguan tenaga kerja asing yang melakukan pindah jabatan,
rangkap jabatan, alih perusahaan pengguna (sponsor) atau pindah lokasi.
C. Daftar Bidang Usaha Dalam Penanaman Modal.
Dalam upaya pelaksanakan pembangunan nasional pemerintah salah satunya
dengan cara menarik penanam modal bahkan berkeinginan juga untuk melipat
gandakan investasi dari tahun ketahun. Langkah yang kemudian ditempuh ialah
dengan cara member kelonggaran dan kemudahan bagi para penanam modal
untuk memilih bidang-bidang usaha yang diminatinya untuk menjalankan
kegiatan usahanya. Di dalam UU No.25/2007 penanaman modal ditempatkan
sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi
berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional,
mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem berdaya saing. Undang-Undang
Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 mencakupi semua kegiatan
penanaman modal langsung di semua sektor. Bidang usaha dalam UUPM No.25
Tahun 2007 diatur dalam Pasal 12 ayat (4) dan Pasal 13 ayat (1) dan sebagai
peraturan pelaksananya pemerintah segera menetapkan Peraturan Presiden
Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Bidang Usaha yang
Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal dan juga Peraturan
Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peratuaran Presiden
Nomor 77 tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang
Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penananaman Modal.
Sehubungan dengan adanya kegiatan penanaman modal tersebut, pemerintah
melakukan penatapan mengenai bidang usaha yang diperbolehkan dengan cara
menentukan Daftar Bidang usaha yang diatur oleh Peraturan Presiden Republik
Indonesia Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Peratuaran Presiden Nomor 77 tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penananaman Modal. Untuk melindungi sektor dalam berusaha, pemerintah
menetapkan Bidang Usaha Yang Tertutup bagi Penanam Modal. Bidang usaha
yang tertutup merupakan bidang
usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanam modal.
DAFTAR NEGATIF INVESTASI (PERPRES 111 / 2007)
Daftar bidangKriteria
Jumlah Bidang
Usaha
1 Tertutup Mutlak 23
2 Terbuka dengan Persyaratan :
- Dicadangkan untuk UKMK 43
- Syarat Kemitraan 36
- Batasan Kepemilikan Modal Asing 97
- Lokasi Tertentu 1
- Perizinan Khusus (perlu persyaratan tertentu) 22
- Modal dalam negeri 100% (tertutup untuk asing) 47
- Batasan kepemilikan modal asing dan lokasi 17
- Perizinan Khusus dan Batasan kepemilikan modal asing 4
- Modal dalam negeri 100% (tertutup untuk asing) dan perizinan khusus 1
g usaha yang tertutup untuk penanaman modal, meliputi :10
a. Dalam sektor kebudayaan dan pariwisata
1). Perjudian/kasino;
2). Peninggalan sejarah dan purbakala [candi, keratin, prasasti, petilasan,
bangunan kuno, temuan bawah laut, dsb];
3). Museum pemerintah;
4). Pemukiman/lingkungan adat;
5). Monument;
6). Obyek ziarah [tempat peribadatan, makam, petilasan, dsb].
b. Dalam sektor perhubungan
1). Penyediaan dan penyelenggaraan terminal;
2). Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang;
3). Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor;
4). Penyelenggaraan pengujian berkala kendaraan bermotor;
5). Telekomunikasi/sarana Bantu navigasi pelayaran;
6). Vessel traffic information system (VTIS);
7). Pemanduan lalu lintas udara (ATS) provider.
c. Dalam sektor perindustrian
1). Industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan, seperti : penta
chlorophenol, dichloro diphenyl trichloro elhane, carbon tetra, dll;
2). Industri bahan kimia skedul 1 konvensi senjata kimia (sarin, soman, tabun
mustard, levisite, recine, vx, dll);
10 Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peratuaran Presiden
Nomor 77
tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan
Persyaratan di Bidang Penananaman Modal.
3). Industri pembuat chlor alkali dengan bahan mengandung merkuri;
4). Industri minuman mengandung alkohol (minuman keras, anggur, dan
minuman mengandung malt);
5). Industri siklamat dan sakarin;
d. Dalam sektor kehutanan
1). Pemanfaatan (pengambilan) koral alam.
e. Dalam sektor kelautan dan perikanan
1). Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam appendix 1 CITES.
f. Dalam sektor komunikasi dan informatika
1). Manajemen dan penyelenggaraan stasiun monitoring spektrum frekuensi
radio
dan orbit satelit;
2). Lembaga penyiaran public (LPP) radio dan televisi.
g. Dalam sektor pertanian
1). Budidaya ganja.
D. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
D.1. Fungsi dan Tugas BKPM.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) adalah suatu lembaga pemerintah
non Departemen yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) adalah suatu lembaga
pemerintah non Departemen yang berkedudukan langsung dan bertanggung
jawab kepada Presiden. BKPM mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menetapkan kebijaksanaan di bidang penanaman modal, memproses
persetujuan penanaman modal serta penilaian pelaksanaannya. Untuk dapat
melaksanakan tugasnya, BKPM menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Menyusun Daftar Skala Prioritas Penanaman Modal secara berkala bersama-
sama dengan Departemen/Lembaga Pemerintah yang bersangkutan, serta
menerbitkan Daftar Skala Prioritas tersebut sebagai pedoman bagi para calon
penanam modal.
2. Merumuskan kebijaksanaan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada Presiden untuk mendapatkan persetujuan.
3. Meneliti/menilai permohonan penanaman modal sesuai dengan
kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan penanaman modal yang berlaku.
4. Mengajukan hasil penelitian/penilaian atas permohonan penanaman modal
asing kepada Presiden untuk memperoleh keputusan.
5. Memberikan persetujuan atas permohonan penanaman modal dalam negeri
atas nama Pemerintah Republik Indonesia.
6. Atas nama Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang
bersangkutan menerbitkan izin usaha baik yang bersifat sementara maupun
yang bersifat tetap, izin pengesahan bahan baku, pemberian angka pengenal
importir/ exportir terbatas, izin pembelian dalam negeri terbatas, izin kerja bagi
tenaga asing yang akan bekerja dalam rangka penanaman modal, dan
keputusan pemberian fasilitas/ keringanan pajak dan bea masuk bagi penanam
modal dan izin usaha perdagangan hasil produksi barang/ jasa dari penanaman
modal.
7. Menyelenggarakan pengawasan atas pelaksanaan penanaman modal yang
telah disetujui oleh Pemerintah Pusat dan bekerja sama dengan Departemen
yang membina penanaman modal.
8. Menyelenggarakan pembinaan penanaman modal antara lain dengan:
a) Menghimpun secara aktif masalah-masalah yang timbul dalam rangka
penanaman modal untuk penyelesaian lebih lanjut.
b) Mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memperlancar dan
mengamankan pelaksanaan penanaman modal.
c) Memberikan keterangan mengenai kebijaksanaan Pemerintah di
bidang penanaman modal.
d) Menyelenggarakan komunikasi yang efektif dengan para penanam modal
khususnya dan dunia usaha pada umumnya.
D.2. Sistem Pelayanan Penanaman Modal oleh BKPM.
Sistem pelayanan penanaman modal oleh BKPM diatur dalam Keputusan
Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal
Dalam Rangka Penanaman Modal Asing Melalui Sistem Satu Atap. Sistem
pelayanan satu atap adalah suatu sistem pelayanan pemberian persetujuan
penanaman modal dan perizinan pelaksanaanya pada satu instansi pemerintah
yang bertanggung jawab di bidang penanaman modal (Pasal 1 (5) Kepres No.29
Tahun 2004). Dalam Pasal 1 (10) UUPM pelayanan satu atap diartikan sebagai
kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat
pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang
memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaanya
dimulai dari tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.
Bidang-bidang yang menyelenggarakan penanaman modal diatur dalam Pasal 2
Kepres No.29 Tahun 2004 yang terdiri dari :
a. Kebijakan dan perencanaan pengembangan penanaman modal
b. Promosi dan kerjasama penanaman modal
c. Pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman modal
d. Pengendalian pelaksanaan penanaman modal
e. Pengelolaan sistem informasi penanaman modal.
Semua bentuk pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman
modal dalam rangka PMA dan PMDN dilaksanakan oleh BKPM berdasarkan
pelimpahan kewenangan dari Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang membina bidang-bidang usaha penanaman modal yang
bersangkutan melalui system pelayanan satu atap (Pasal 3 Kepres No.29 Tahun
2004) .
Kepala BKPM dalam melaksanakan sistem pelayanan satu atap harus
berkoordinasi dengan instansi yang membina bidang usaha penanaman modal
(Pasal 6 Kepres No.29 tahun 2004).
E. Penyelenggaraan Urusan Penanaman Modal.
Penyelenggaraan penanaman modal sudah diatur di dalam UUPM Pasal 30, pada
ayat 1 pemerintah maupun pemerintah daerah menjamin kepastian dan
keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal. Pemerintah daerah
menyelenggarakan urusan penanaman modal yang menjadi kewenangannya,
kecuali urusan penyelenggaraan penanaman modal yang menjadi urusan
pemerintah. Dalam urusan pemerintah di bidang penanaman modal, yang
menjadi kewenangan pemerintah adalah :11
1). Penanaman modal terkait dengan sumber daya alam tidak terbarukan
dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi;
2). Penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas tinggi
pada skala nasional;
3). Penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung
antar wilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi;
4). Penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan
keamanan nasional;
5). Penanaman modal asing dan penanaman yang menggunakan modal asing,
yang berasal dari pemerintah Negara lain, yang didasarkan perjanjian yang
dibuat oleh pemerintah dan pemerintah Negara lain;
6). Bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan pemerintah menurut
undang-undang.
Dalam urusan penyelenggaraan penanaman modal diberikan kepada
pemerintah dengan kewenangan yang dimilikinya pada masing-masing
daerah.12
11 Undang-Undang Penanaman Modal, UU No.25 Tahun 2007, Ibid, Psl. 30 ayat 7.
12 Undang-Undang Penanaman Modal, UU No.25 Tahun 2007, Ibid, Psl.30.
2.Indirect investment(Penanaman modal tidak langsung
Biasa disebut juga dengan Portofolio. Investasi dilakukan dalam suatu portofolio atau
kelompok surat berharga atau kekayaan. Penanaman modal tidak langsung atau
portofolio merupakan penanaman modal yang dilakukan dengan cara membeli saham
suatu Perseroan Terbatas melalui bursa saham/efek. Investasi portfolio diatur dalam
UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (“UU 8/1995”).
Contoh : pembelian saham dari dan bersama ( mutuan fund ) , yaitu portofolio
surat berharga yang dikeluarkan oleh berbagai perusahaan, sehingga investor memiliki
hak atas sebagian portofolio, & bukannya saham dari suatu perusahaan tertentu.
Pasal 2 UU 25/2007 menyebutkan bahwa UU tersebut mencakupi semua kegiatan
penanaman modal langsung di semua sektor, baik untuk PMDN maupun PMA. Lebih
lanjut dalam penjelasan Pasal 2 UU 25/2007 dijelaskan:
“Yang dimaksud dengan penanaman modal disemua sektor di wilayah negara Republik
Indonesia” adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal
tidak langsung atau portofolio”.
Oleh karena itu, penanaman modal tidak langsung atau portofolio, yaitu penanaman modal yang
dilakukan melalui pembelian saham di Bursa Efek tidak termasuk dalam ruang lingkup UU 25/2007.
A. Pengertian, Bentuk-bentuk dan Manfaat Penanaman Modal Asing Secara
Langsung (Foreign Direct Investment) di Indonesia
1. Pengertian penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment)
Dikalangan masyarakat, kata investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup
baik investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung (portfolio investment),
sedangkan kata penanaman modal lebih mempunyai konotasi kepada investasi langsung. Penanaman
modal baik langsung atau tidak langsung memiliki unsur-unsur, adanya motif untuk meningkatkan
atau setidak-tidaknya mempertahankan nilai modalnya.23
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebenarnya sudah membedakan
secara tegas antara investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (portfolio
investment). Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 2 undang-undang tersebut, dimana
dikatakan: “yang dimaksud dengan penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik
Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung
atau portofolio.” 23Ida Bagus Rahmdi Supancana, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di
Indonesia, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2006), hal. 1.
Investasi secara langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal
dalam kegiatan pengelolaan modal.24 Dalam penanaman modal secara langsung, pihak investor
langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila
terjadi suatu kerugian.25 Penanaman modal asing secara langsung menurut Organization For
Economic Cooperation (OEEC) memberikan rumusan bahwa direct investment is meant acquisition
of sufficient interest in an under taking to ensure its control by the investor (suatu bentuk penanaman
modal asing dimana penanam modal diberi keleluasaan penguasaan dan penyelenggaraan pimpinan
dalam perusahaan dimana modalnya ditanam, dalam arti bahwa penanam modal mempunyai
penguasaan atas modalnya).26
Penanaman modal asing secara langsung juga memberikan pengertian bahwa bagi pemodal asing
yang ingin menanamkan modalnya secara langsung, maka secarafisik pemodal asing hadir dalam
menjalankan usahanya. Dengan hadirnya atau tepatnya dengan didirikannya badan usaha yang
berstatus sebagai penanaman modal asing , maka badan usaha tersebut harus tunduk pada ketentuan
hukum di Indonesia. 24Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal: Tinjauan terhadap Pemberlakuan UU
No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, (Jakarta: PT. Raharja Grafindo Persada, 2007), hal. 12.
25N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi Era
Global, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), hal. 11.
26Hulaman Panjaitan dan Anner Sianipar, Hukum Penanaman Modal Asing, (Jakarta: CV.
Indhill Co, 2008), hal. 41.
Pengertian yang agak luas dari foriegn direct investment terdapat pada Encyclopedia of Public
International Law yang merumuskan foreign direct investment sebagai berikut:
“ A transfer of funds or materials from one country (called capital exporting country) to another
country (called host country) in return for a direct participation in the earnings of that enterprise.”27
Menurut Munir Fuady, penanaman modal asing secara langsung dilihat dalam arti sempit. Yang
dimaksudkan adalah model penanaman asing yang dilakukan dengan mana pihak asing atau
perusahaan asing membeli langsung (tanpa lewat pasar modal) saham perusahaan nasional atau
mendirikan perusahaan baru, baik lewat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau lewat
departemen lain.28
2. Bentuk-bentuk penanaman modal asing secara langsung
Dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah
ditentukan secara jelas tentang bentuk hukum perusahaan penanaman modal asing. Penanaman
modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas. Secara lengkap, bunyi Pasal 5 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal:
27Sentosa Sembiring, op. cit., hal. 3.
28Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2008),
hal. 67.
“penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hokum Indonesia dan
berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.”29
Unsur yang melekat dalam ketentuan ini meliputi:30
1. bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing adalah perseroan terbatas (PT);
2. didasarkan pada hukum Indonesia;
3. berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia. Penanaman modal asing di Indonesia dapat
dilakukan oleh pihak asing/perorangan atau badan hukum ke dalam suatu perusahaan yang seratus
persen diusahakan oleh pihak asing atau dengan menggabungkan modal asing itu dengan modal
nasional.
Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing dengan modal nasional
berdasarkan undang-undang penanaman modal asing No. 1 Tahun 1967 yaitu joint venture, joint
enterprise dan kontrak karya.31 Dalam hal joint venture para pihak tidak membentuk badan hukum
yang baru, akan tetapi kerjasama semata-mata bersifat kontraktuil, sedangkan dalam joint enterprise
terjadi penggabungan modal asing dengan modal nasional ke dalam satu badan hokum Indonesia dan
dalam kontrak kerja pihak asing membentuk suatu badan hokum
29Salim H. S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), hal. 174.
30Ibid.
31Ismail Suny dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman
Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Pradjna Paramita, 1998), hal. 108.
Indonesia dan badan hukum Indonesia ini bekerjasama dengan badan hokum (nasional) Indonesia
yang lain.
i. Joint Venture
Joint venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional
semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractual). Misalnya bentuk kerjasama antara
Van Sickle Associates Inc.,(suatu badan hukum yang berkedudukan di Delaware, AmerikaSerikat)
dengan PT Kalimantan Plywood Factory (suatu badan hukum Indonesia) untuk bersama-sama
mengolah kayu di Kalimantan Selatan. Kerjasama ini juga biasa disebut dengan “Contract of
Cooperation” yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia seperti yang dipersyaratkan
dalam Pasal 3 UU PMA.32 Dalam masalah joint venture ada kendala dalam memperoleh know-how
yang disebabkan karena pengusaha Indonesia sendiri terlalu status oriented yang tidak terlalu
mengerjakan atau memikirkan apa-apa kecuali membubuhi tanda tangannya daripada menjadi
managing director dan yang kedua adalah pihak asing tidak rela melepaskan segala rahasia
perusahaannya, juga tidak pada partnernya sehingga managing director nya selalu ada ditangan pihak
asing.33
32Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004),
hal. 61.
33Sunarjati Hartono, Masalah-Masalah Dalam Joint Venture antara Modal Asing dan Modal
Indonesia, (Bandung: Alumni, 1974), hal. 14-15.
Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan dalam praktik aplikasi
penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:34
a. Technical Assistance (service) Contract : suatu bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak
modal asing dengan modal nasional sepanjang yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja
(method) misalnya; suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau meningkatkan
produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai cara kerja atau metode kerja. Dalam hal
demikian, maka dibutuhkan (diperlukan) technical assistance dari perusahaan modal asing di luar
negeri dengan cara pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan
produksi perusahaan yang bersangkutan.
b. Franchise and brand-use Agreement : suatu bentuk usaha kerjasama yang digunakan, apabila
suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memproduksi suatu barang yang telah
mempunyai merek terkenal seperti: Coca- Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc’ Donalds, Kentucky
Fried Chicken, dan sebagainya.
c. Management Contract: suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak modal asingdengan modal
nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan khusunya dalam hal pengelolaan manajemen
oleh pihak modal asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan
dalam pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf internasional oleh pihak Indonesia
34Aminuddin Ilmar, op. cit., hal. 61-62.
diserahkan kepada swasta luar negeri seperti; Hilton International Hotel, Mandarin International
Hotel, dan sebagainya.
d. Build, Operation, and Transfer (B.O.T) : suatu bentuk kerjasama yang relatif baru dikenal yang
pada pokoknya merupakan suatu kerjasama antara para pihak, dimana suatu objek dibangun,
dikelola, atau dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik asli.
ii. Joint Enterprise
Joint enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal asing dengan penanaman
modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan
yang diisyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA. Joint Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas,
yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam
valuta asing.35
iii. Kontrak Karya
Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerjasama antara penanaman
modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal asing membentuk badan hukum
Indonesia dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang
mempergunakan modal nasional. Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya terdapat dalam
perjanjian kerja sama antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti; Kontrak karya antara
35Ibid., hal. 62-63.
36Ibid., hal. 63-64.
PN. Pertamina dengan PT. Caltex International Petroleum yang berkedudukan di Amerika Serikat.36
Disamping ketiga bentuk kerjasama di atas masih terdapat bentuk kerjasama yang lain seperti
production sharing, management contract, penanaman modal asing dengan disc-rupiah dan kredit
untuk proyek (barang modal).37
37Sunarjati Hartono, op. cit., hal. 14-15.
3. Manfaat penanaman modal asing secara langsung
Keberadaan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) tidak dapat
dipungkiri telah memberi banyak manfaat bagi Negara penerima modal (host country), begitu pula
bagi investor maupun bagi negara asal (home country). Bagi negara penerima modal (host country)
keberadaaan investasi yang ditanamkan oleh investor, khususnya penanaman modal asing secara
langsung (foreign direct investment), ternyata telah memberikan dampak positif atau manfaat
di dalam pembangunan.Terlepas dari pendapat pro dan kontra terhadap kehadiran investasi asing,
namun secara teoritis kiranya dapat dikemukakan, bahwa kehadiran investor asing di suatu negara
mempunyai manfaat yang cukup luas (multiplier effect). Manfaat yang dimaksud, yakni kehadiran
investor asing dapat menyerap tenaga kerja di Negara penerima modal, dapat menciptakan demand
bagi produk dalam negeri sebagai bahan
36Ibid., hal. 63-64.
37Sunarjati Hartono, op. cit., hal. 14-15.
baku, menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah
penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih teknologi (transfer of technology) maupun alih
pengetahuan (transfer of know how). Dilihat dari sudut pandang ini terlihat bahwa, kehadiran
investor cukup berperan dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya pembangunan
ekonomi di daerah dimana FDI menjalankan aktifitasnya.38
Arti pentingya kehadiran investor asing dikemukakan Gunarto Suhardi:39 “investasi langsung lebih
baik jika dibandingkan dengan investasi portofolio, karena langsung lebih permanen. Selain itu
investasi langsung:
a. memberikan kesempatan kerja bagi penduduk;
b. mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal;
c. memberikan residu baik berupa peralatan maupun alih teknologi;
d. apabila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang dapat dirunut oleh
pengusaha lokal disamping seketika memberikan tambahan devisa dan pajak bagi negara;
e. lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing;
f. memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila investor berasal dari negara
kuat niscaya bantuan keamanan juga akan diberikan.”
38Hendrik Budi Untung, op. cit., hal. 41-42.
39Ibid., hal. 42.
John W. Head mengemukakan tujuh keuntungan investasi, khususnya investasi asing. Ketujuh
investasi asing itu adalah:40
1. menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat
meningkatkan penghasilan dan standar hidup mereka;
2. menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka
dapat berbagi dari pendapatan perusahaan-perusahaan baru;
3. meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendapatkan penghasilan tambahan dari luar yang
dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan penduduknya;
4. menghasilkan pengalihan teknis dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh penduduk untuk
mengembangkan perusahaan dan industri lain;
5. memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah dengan memproduksi barang setempat
untuk menggantikan barang impor;
6. menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, demi
kepentingan penduduk negara tuan rumah;
7. membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia,
agar lebih baik pemanfaatanya dari semula.
Bagi investor/penanam modal atau yang dalam hal ini Perusahaan Multinasional, manfaat dari
kegiatan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) yang mereka lakukan
pada dasarnya sama dengan alas an mereka untuk melakukan investasi secara langsung tersebut.
40Salim H. S. dan Budi Sutrisno, op. cit., hal. 86-87.
Adapun alasan-alasan suatu Perusahaan Multinasional melakukan investasi
secara langsung ke luar negeri, antara lain:41
1. alasan kedekatan dengan sumber bahan baku;
2. untuk menghindari Daftar Negatif Investasi (DNI) di negara asal;
3. karena alasan upah buruh yang murah;
4. mencari pasar yang baru;
5. untuk mendapatkan royalti;
6. untuk mendapatkan insentif investasi di negara tujuan;
7. untuk menghindari penurunan nilai mata uang;
8. karena alasan status tertentu suatu negara dalam Perdagangan Internasional.
Sementara bagi negara asal (home country) manfaat dari kegiatan penanaman
modal secara langsung (foriegn direct investment) pada dasarnya sama juga dengan
motif mereka untuk melakukan investasi secara langsung.
Adapun motivasi dari negara maju untuk berinvestasi dapat dikemukakan
secara analogi dari hasil penelitian Edward K.Y. Chen sebagai berikut:42
1. Lower cost and rent;
2. Lower labour cost;
3. Diversification of risk;
4. To make fuller use of the technical and production know-how developed or
adopted by investee;
41Mahmul Siregar, Hukum Investasi (Bahan Kuliah), Medan, 27 Januari 2009.
42Hendrik Budi Untung, op. cit., hal. 30.
5. To avoid or reduce the pressure of competition from other corporation in investee
countries;
6. To make use outdated machinery used in the investee corporation
7. Higher rates of profits;
8. Avalability of higher levels of technology;
9. Lower capability;
10. Defending the existing market by directly investing there;
11. To build up a vertically integrated structure;
12. To circumvent tariffs and quotas imposed by develop countries;
13. Establishing a subsidiary overseas is similar to investing in financial market
overseas;
14. Availability of technical and skilled labour force;
15. Availibility of management manpowert;
16. To open up new markets by directly investing there;
17. Availability of raw materials and or intermediate products.
B. Asas dan Tujuan Penanaman Modal
Sejalan dengan tujuan, pembaharuan dan pembentukan Undang-Undang
Penanaman Modal, di dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal telah ditentukan bahwa penanaman modal
diselenggarakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut:43
1. Kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan
dan tindakan dalam kegiatan penanaman modal.
2. Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman
modal.
3. Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, yaitu asas perlakuan
pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan,
baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing
maupun antara penanam modal dari negara asing lainnya.
5. Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara
bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
6. Efisiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal
dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim
usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.
43Penjelasan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007
7. Berkelanjutan, yaitu asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya
proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan
dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun untuk
masa dating.
8. Berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan
tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan
lingkungan hidup.
9. Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap
mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada
masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.
10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asas yang
berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam kesatuan
ekonomi nasional.
Selain memuat asas-asas dalam penyelenggaraan penanaman modal, Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal juga memuat mengenai
tujuan dari penyelenggaraan penanaman modal.
Tujuan penyelenggaran penanaman modal, antara lain untuk:44
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
b. Menciptakan lapangan kerja;
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
44Undang-Undang Penanaman Modal, op. cit., Psl .3 ayat (2).
e. Meningkatkan kapasitas dan kemapuan teknologi nasional;
f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri;
dan
h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal tersebut hanya dapat tercapai
apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi,
antara lain dengan perbaikan koordinasi antara instansi pemerintah pusat dan daerah,
penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal,
biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang
ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.
C. Bidang Usaha
Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal telah ditentukan tiga golongan bidang usaha. Ketiga golongan bidang usaha
itu, meliputi:45
1. bidang usaha terbuka;
2. bidang usaha tetutup;dan
3. bidang usaha terbuka dengan persyaratan.
45Salim H. S. dan Budi Sutrisno, op. cit., hal. 54.
Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan
untuk ditanamkan investasi, baik oleh investor asing maupun investor domestik.46
Bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang
diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal.47
Di dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal telah ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi
penanaman modal, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing, yang
meliputi:48
1) Produksi senjata;
2) Mesiu;
3) Alat peledak;
4) Peralatan perang;
5) Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undangundang.
Penjabaran lebih lanjut dari perintah Pasal 12 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal telah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 36
Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha
Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dalam Lampiran I
46Ibid.
47Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha
yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman
Modal.
48Salim H. S. dan Budi Sutrisno, loc. cit.
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 telah diatur rinci tentang Daftar Bidang
Usaha yang Tertutup.
Ada dua puluh daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk investasi
domestik maupun investasi asing. Kedua puluh daftar bidang usaha yang tertutup
untuk investasi yaitu:49
1) Budidaya Ganja
2) Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)
3) Pemanfaatan (pengambilan) koral/karang dari alam untuk bahan
bangunan/kapur/kalsium dan souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau koral mati
(recent death coral) dari alam.
4) Industri minuman mengandung alkohol (minuman keras, anggur, dan minuman
mengandung malt)
5) Industri pembuat chlor alkali dengan proses merkuri
6) Industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan seperti:
a. halon dan lainnya
b. penta chlorophenol, dichloro diphenyl trichloro elhane (DDT), dieldrin,
chlordane, carbon tetra, chloride, methyl chloroform, methyl bromide, chloro
fluoro carbon (CFC)
49Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010, tentang Daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
7) Industri bahan kimia schedule I konvensi senjata kimia (sarin, soman, tabun
mustard, levisite, ricine, saxitoxin, VX, dll.)
8) Penyediaan dan penyelenggaraan terminal darat
9) Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang
10) Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor
11) Penyelenggaraan pengujian berkala kendaraan bermotor
12) Telekomunikasi/sarana bantu navigasi pelayaran
13) Vassel Traffic Information System (VTIS)
14) Jasa pemanduan lalu lintas udara
15)Manejemen dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Spektrum Frekuensi Radio
dan Orbit Satelit
16) Museum pemerintah
17) Peninggalan sejarah dan purbakala (candi, keratin, prasasti, bangunan kuno, dsb)
18) Pemukiman/lingkungan adat
19) Monumen
20) Perjudian/Kasino.
Daftar bidang usaha yang tertutup dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun
2010 ini jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan daftar bidang usaha yang
dinyatakan tertutup dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007, dimana pada
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 terdapat 23 bidang usaha yang
dinyatakan terutup. Hal ini dikarenakan terdapat tiga bidang usaha yang dikeluarkan
dari daftar bidang usaha yang tertutup, yakni:
1. Objek ziarah, seperti: tempat peribadatan, petilasan, dan makam;
2. Lembaga penyiaran publik radio dan televisi;
3. Industri siklamat dan sakarin.
Bidang usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan non
komersial seperti, penelitian dan pengembangan dan mendapat persetujuan dari
sektor yang bertanggung jawab atas pembinaan bidang usaha tersebut.50
Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu
yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu,
yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan
Koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang
dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan
lokasi tertentu,dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.51
Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini telah ditentukan
dalam Lampiran II Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang
Usaha yang Tertutup Dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal.
50Salim H.S. dan Budi Sutrisno, op. cit., hal. 56.
51Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha
yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman
Modal.