perbedaan direct & indirect investment raw

48
Perbedaan antara penanaman modal asing langsung atau tidak langsung. 1.Direct Investment(penanaman modal langsung). Penanaman modal langsung, terbagi menjadi dua yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (“PMDN”) dan Penanaman Modal Asing (“PMA”). Penanaman modal langsung diatur dalam UUNo. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (“UU 25/2007”). TATA CARA PENANAMAN MODAL DI INDONESIA A. Tinjauan Umum Mengenai Tata Cara Dalam Permohonan Penanaman Modal Di Indonesia. Berkenaan dengan adanya tujuan Negara yaitu pembangunan nasional yang kemudian untuk melaksanakan pembangunan tersebut membutuhkan modal tehadap pengelolaannya, sehingga pemerintah mengupayakan kepada pihak-pihak yang berkeinginan menanamkan modal untuk ikut serta dalam membangun Negara ini. Untuk itu di perlukan berbagai peraturan mengenai penanamn modal agar menciptakan suatu iklim penanaman modal yang lebih kondusif dan promotif. Penyelenggaraan urusan penanaman modal sudah ditentukan dalam Pasal 30 UUPM, karena pemerintah atau pemerintah daerah menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal. Dalam penyelenggaran penanaman modal dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai kewenangan dalam penyelenggaraannya1 Dalam keinginan tersebut, pemerintah mengeluarkan pengaturan mengenai tata cara dalam penanaman modal. Pengaturan tersebut yaitu Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 70/SK/2004 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan

Upload: aldydio

Post on 26-Jul-2015

855 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

perbedaan penanaman modal langsung dan tak langsung

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

Perbedaan antara penanaman modal asing langsung atau tidak langsung.

1.Direct Investment(penanaman modal langsung).

Penanaman modal langsung, terbagi menjadi dua yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (“PMDN”) dan

Penanaman Modal Asing (“PMA”). Penanaman modal langsung diatur dalam UUNo. 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal (“UU 25/2007”).

TATA CARA PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Mengenai Tata Cara Dalam Permohonan Penanaman

Modal Di Indonesia.

Berkenaan dengan adanya tujuan Negara yaitu pembangunan nasional yang

kemudian untuk melaksanakan pembangunan tersebut membutuhkan modal

tehadap pengelolaannya, sehingga pemerintah mengupayakan kepada pihak-

pihak yang berkeinginan menanamkan modal untuk ikut serta dalam

membangun Negara ini. Untuk itu di perlukan berbagai peraturan mengenai

penanamn modal agar menciptakan suatu iklim penanaman modal yang lebih

kondusif dan promotif.

Penyelenggaraan urusan penanaman modal sudah ditentukan dalam Pasal 30

UUPM, karena pemerintah atau pemerintah daerah menjamin kepastian dan

keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal. Dalam

penyelenggaran penanaman modal dilaksanakan oleh pemerintah yang

mempunyai kewenangan dalam penyelenggaraannya1

Dalam keinginan tersebut, pemerintah mengeluarkan pengaturan mengenai

tata cara dalam penanaman modal. Pengaturan tersebut yaitu Keputusan

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 70/SK/2004 tentang

Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor

57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal

Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman

Modal Asing.

1 Salim HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., MHum, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta :

Penerbit PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 89.

Page 2: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

A.1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).2

a. Kegiatan Persiapan.

Calon penanam modal yang akan mengadakan usaha dalam rangka UU

No.25/2007 tentang Penanaman Modal, harus terlebih dahulu mempelajari

daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka bagi penanam modal. Setelah

mempelajari yang cukup mengenai bidang usaha yang tertutup dan

terbuka dan ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan penanaman

modal. Calon penanam modal mengajukan permohonan penanaman modal

kepada kepala BKPM (Meninves). Apabila permohonan tersebut sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan serta persyaratan penanaman modal

yang berlaku, ketua BKPM mengeluarkan surat persetujuan penanaman modal

yang juga berlaku sebagai persetujuan prinsip.

b. Pedoman dan Tata Cara Permohonan.

Bagi calon penanam modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal

dalam rangka PMDN wajib mengajukan permohonan penanaman modal kepada

kepala BKPM atau ketua BKPMD setempat. Penanaman modal yang telah

memperoleh surat persetujuan yang dalam hal ini dikeluarkan oleh kepala

perwakilan setempat, wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh

perizinan pelaksanaan penanaman modal yang diperlukan untuk melaksanakan

kegiatan tersebut.

Dalam mengajukan permohonan PMDN dan PMA, calon penanam modal

berpedoman kepada:

2 I.G Rai Widjaya, S.H., M.A., Penanaman Modal, (Jakarta : PT Pradnya Paramita, 2005), hal. 34.

1). Daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal,

2). Bidang/jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar

dengan syarat kemitraan,

3). Serta ketentuan-ketentuan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah.

c. Prosedur dan Syarat-Syarat Penanaman Modal Dalam Negeri.

Penanaman modal dalam negeri merupakan suatu kegiatan yang menanamkan

modal yang berasal dari modal dalam negeri dan pemilik modalnya berasal dari

Page 3: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

warga Negara Indonesia. Dalam Pasal 5 Keputusan Kepala BKPM Nomor

70/SK/2004 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal No.57/SK/2004 telah ditentukan prosedur dalam pengajuan

permohonan baru dalam rangka PMDN. Pihak yang dapat mengajukan

permohonan ini, adalah:

1). Perseroan Terbatas (PT),

2). Commanditaire Vennootscop (CV),

3). Firma,

4). Badan Usaha Koperasi,

5). BUMN,

6). BUMD, atau

7). Perorangan.

Permohonan penanaman modal baru ini diajukan kepada kepala BKPM dalam

rangkap 2 (dua) dengan menggunakan model I/PMDN. Formulir model I PMDN ini

telah dibakukan oleh BKPM. Ini dimaksudkan untuk mempermudah bagi calon

penanam modal untuk mengajukan permohonan kepada BKPM. Hal-hal yang

harus diisi oleh calon investor dalam permohonan tersebut meliputi :

1). Keterangan pemohon, yang meliputi nama pemohon, NPWP, akta pendirian,

dan perubahannya (nama notaris, nomor, dan tanggal), pengesahan menteri

kehakiman (nomor dan tanggal), alamat lengkap.

2). Keterangan rencana proyek yang meliputi bidang usaha, lokasi proyek

(kabupaten, kota, provinsi), produksi pertahun, pemasaran pertahun, luas tanah

yang diperlukan, tenaga kerja, rencana investasi, sumber pembiayaan, modal

perseroan, jadwal waktu penyelesaian proyek, dan

pernyataan.

Dalam permohonan itu dilampirkan hal-hal diantaranya :

1). Bukti diri pemohon, yang meliputi rekaman akta pendirian perusahaan dan

perubahannya untuk PT, BUMN/BUMD, CV, Fa, atau rekaman anggaran dasar

bagi badan uasaha koperasi, atau rekaman KTP untuk perorangan.

2). Surat kuasa dari yang berhak apabila penanda tangan permohonan bukan

dilakukan oleh pemohon sendiri.

3). Rekaman nomor pokok wajib pajak (NPWP) pemohon.

Page 4: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

4). Uraian rencana kegiatan.

5). Persyaratan dan/atau ketentuan sektorial tertentu yang dikeluarkan oleh

pemerintah.

6). Bagi bidang usaha yang di persyaratkan kemitraan ;

a). Kesepakatan atau perjanjian kerja sama tetulis mengenai kesepakatan

bemitra dengan usaha kecil, antara lain memuat nama dan alamat masing-

masing pihak, pola kemitraan yang akan digunakan, hak dan kewajiban masing-

masing pihak dan bentuk pembinaan yang diberikan kepada usaha kecil.

b). Akta pendirian atau perubahannya mengenai penyertaan usaha kecil

sebagai pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham.

c). Surat pernyataan di atas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa

yang bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil.

Berdasarkan atas permohonan dan persyaratan tersebut secara lengkap, BKPM

dalam waktu 10 (sepuluh) hari menerbitkan Surat Persetujuan Penanaman

Modal Dalam Negeri (SP PMDN). Persetujuan PMDN adalah persetujuan

penanaman modal yang diberikan dalam rangka pelaksanaan UU No. 25/2007

tentang UUPM, yang berlaku pula sebagai persetujuan prinsip/izin usaha

sementara sampai dengan memperoleh izin usaha atau izin usaha tetap serta

sebagai persetujuan prinsip fasilitas fiskal.

Izin Usaha/Izin Usaha Tetap merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan

untuk melaksanakan kegiatan produksi barang maupun produksi jasa sebagai

pelaksanaan atas SP PMDN yang diperoleh persetujuan. Surat persetujuan

penanaman modal dalam negeri yang telah ditanda tangani oleh BKPM

disampaikan kepada pemohon dengan tembusan kepada instansi terkait,

yaitu :3

1). Menteri Dalam Negeri;

2). Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang

bersangkutan ;

3 Salim HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 137.

3). Menteri Keuangan;

4). Menteri Negara Agraria / Kepala BKPM;

5). Menteri Negara Lingkungan Hidup / Kepala Bapedal;

Page 5: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

6). Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah (apabila ada kemitraan

dengan usaha kecil);

7). Gubernur Bank Indonesa;

8). Gubernur Kepala Daerah Provinsi yang bersangkutan;

9). Direktur Jendral Teknis yang bersangkutan;

10). Direktur Jendral Pajak;

11). Direktur Jendral Bea dan Cukai

12). Direktur Jendral Hukum dan Perundang-undangan;

13). Ketua BKPMD yang bersangkutan;

14). Kepala dinas instansi teknis kabupaten/kota terkait.

A.2. Penanaman Modal Asing (PMA).

a. Permohonan.

Permohonan yang dilakukan oleh calon penanam modal asing yang akan

melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka PMA, yaitu wajib

mengajukan permohonan modal kepada :

1). Kepala BKPM;

2) Kepala Perwakilan RI setempat;

3) Ketua BKPMD setempat.

Penanaman modal asing merupakan kegiatan menanamkan modal yang

modalnya berasal dari:

1). Modal asing,

2). Pemilik modalnya berasal dari ;

a). Warga Negara Asing (WNA),

b). Badan Hukum Asing,

c) Perusahaan PMA bersama dengan Warga Negara Indonesia (WNI) atau Badan

Hukum Indonesia.

Peraturan yang mengatur mengenai pedoman dan tata cara permohonan

penanaman modal yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing adalah

Pasal 6 Keputusan Kepala BKPM No. 57/SK/2004, yang dapat mengajukan

permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMA :

1). WNA dan Badan Hukum Asing atau perusahaan PMA;

Page 6: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

2) WNA dan atau Badan Hukum Asing atau perusahaan PMA bersama dengan

WNI atau Badan Hukum Indonesia. Permohonan penanaman modal baru ini

diajukan kepada kepala BKPM dalam 2 (dua) rangkap dengan menggunakan

formulir Model I/PMA, setelah permohonan tersebut sudah lengkap dan telah

diterima oleh BKPM, maka dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari kerja BKPM

menerbitkan Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing (SP PMA).

b. Pemberian Persetujuan.

Pada dasarnya pemberian persetujuan kepada PMA merupakan pelaksanaan

dari UU No. 25/2007 UUPM, dan berlaku pula sebagai persetujuan prinsip atau

izin usaha sementara sampai dengan memperoleh:

1). Izin Usaha Tetap / Izin usaha;

2). Persetujuan Prinsip Fasilitas Fiskal.

Surat persetujuan penanaman modal asing (PMA) tersebut disampaikan kepada

pemohon, dengan tembusan kepada:4

1). Menteri Dalam Negeri;

2). Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang

bersangkutan ;

3). Menteri Keuangan;

4). Menteri Negara Lingkungan Hidup;

5). Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah;

6). Gubernur Bank Indonesa;

7). Direktur Jendral Teknis yang bersangkutan;

8.) Direktur Jendral Pajak;

9). Direktur Jendral Bea dan Cukai

10). Direktur Jendral Hukum dan Perundang-undangan;

11). Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Negara yang bersangkutan;

12). Kedutaan Besar Asing yang Bersangkutan;

13). Gubernur provinsi yang bersangkutan;

14). Bupati/Walikota yang bersangkutan.

c. Prosedur dan Syarat-Syarat Penanaman Modal Asing.

Page 7: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

Prosedur permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMA di bidang

usaha pertambangan di luar minyak dan gas bumi adalahdilaksanakan dalam

4 Salim HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 251.

bentuk kontrak karya atau perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu

bara antara calon penanam modal dengan;

1). Menteri energi dan sumber daya mineral,

2). Gubernur,

3). Bupati/walikota sesuai kewenangannya.

Kontrak karya atau perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara

diperlukan sama seperti surat persetujuan (SP PMA). Rencana investasi untuk

pelaksanaan kontrak karya atau perjanjian karay pengusahaan pertambangan

batu bara beserta fasilitasnya secara bertahap diajukan kepada BKPM, yang

dilampiri dengan rekomendasi dari Dirjen Geologi dan Sumber daya mineral.

Penanaman modal yang telah memperoleh surat persetujuan, baik berupa surat

persetujuan PMDN, PMA, kontrak karya maupun perjanjian karya pengusahaan

pertambangan batu bara, penanam modal yang bersangkutan wajib

mengajukan permohonan untuk memperoleh perizinan pelaksanaan yang

diperlukan untuk pelaksanaan penanaman modal. Perizinan pelaksanaan

penanaman modal terdiri

atas 3 (tiga) macam, yaitu:

1). Perizinan yang diterbitkan oleh BKPM;5

a). Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT).

Angka Pengenal Importir Terbatas ini merupakan angka pengenal yang di

pergunakan sebagai izin untuk memasukkan (impor) barang modal dan bahan

baku/penolong untuk pemakaian sendiri dalam

proses produksi proyek penanaman modal yang telah disetujui.

5 Keputusan BKPM Nomor 57 Tahun 2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan

Penanaman

Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal

Asing,

Psl. 23.

b) Izin Usaha/Izin Usaha Tetap/Izin Perluasan

Page 8: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

Izin Usaha/Izin Usaha Tetap merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan

untuk melaksanakan kegiatan produksi baik produksi barang maupun produksi

jasa sebagai pelaksanaan atas surat persetujuan penanaman modal yang telah

diperoleh perusahaan, Izin Usaha/Izin Usaha Tetap ditandatangani oleh BKPM

dalam bentuk surat zin Usaha/Izin Usaha Tetap. Surat Izin Usaha/Izin Usaha

Tetap berlaku sejak produksi dimulai bagi perusahaan PMDN dan PMA dan

berjangka waktu selama perusahaan berproduksi/beroperasi.

Izin usaha tetap perluasan merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan

untuk melaksanakan kegiatan produksi jasa sebagai pelaksanaan atas surat

persetujuan perluasan penanaman modal yang

sebelumnya telah diperoleh perusahaan.

c). Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)

d). Rekomendasi visa bagi penggunaan tenaga kerja asing

e). Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)

f). Perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing yang bekerja di lebih

dari satu provinsi

g). Fasilitas pembebasan/keringanan bea masuk atas pengimporan barang

modal atau bahan baku/penolong dan fasilitas fiskal lainnya.

2). Perizinan yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi; Perizinan yang

diterbitkan oleh pemerintah provinsi sesuai dengan kewenangannya, berupa

perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja

asing yang bekerja di wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi.

3). Perizinan yang diterbitkan oleh pemerintah kabupaten/kota;

a). Izin lokasi;

Izin lokasi merupakan persetujuan yang diterbitkan oleh pejabat yang

berwenang untuk menggunakan tempat atau lokasi untuk penanaman modal.

Pejabat yang berwenang menerbitkan

izin lokasi adalah Bupati/Walikota.

b). Sertifikat Hak atas Tanah;

Sertfikat hak atas tanah merupakan salinan buku tanah dan surat ukur setelah

menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul (Peraturan Pemerintah

Page 9: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah). Sertifikat hak atas tanah

dikeluarkan oleh Kepala BPN Kabupaten/Kota.

c). Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

Izin Mendirikan Bangunan atau yang biasa disebut dengan IMB adalah surat izin

yang diberikan oleh bupati/walikota kepada pribadi badan hukum untuk

mendirikan bangunan pada wilayah

kabupaten/kota tersebut.

d). Izin Undang-Undang Ganguan/HO.

Izin Undang-Undang Gangguan/HO merupakan persetujuan atau toesteming

yang diberikan oleh pejabat berwenang, di mana orang dan badan-badan

hukum yang akan mendirikan usaha tidak akan menimbulkan bahaya, kerugian,

atau gangguan bagi orang lain terutama orang yang berada di sekitar usaha

tersebut. Para penanam modal yang telah mendapatkan surat persetujuan

penanaman modal, baik berupa surat perjanjian karya pengusahaan

pertambangan batu bara harus merealisasikan proyek dalam bentuk kegiatan

yang nyata, baik dalam bentuk administrasi ataupun dalam bentuk fisik.

Kegiatan yang nyata dalam bentuk administrasi, yaitu kegiatan

memperolehperizinan berupa :6

1). Izin lokasi atau perjanjian sewa gedung (khusus bidang jasa) atau Surat Izin

Pertambangan Daerah (SIPD) atau kuasa pertambangan (KP) khusus bidang

usaha pertambangan di luar minyak dan gas bumi;

2). SP pabean barang modal;

3). APIT;

4). RPTKA;

5). IMB;

6). Izin Undang-Undang Gangguan/Ho.

Sedangkan kegiatan yang nyata dalam bentuk fisik merupakan kegiatan yang

telah dilakukan untuk :7

6 Salim HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 254.

7 Salim HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 255.

1). Di bidang industri, telah ada kegiatan pokok berupa ;

a). Pengadaan lahan;

Page 10: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

b). Pembangunan gedung/pabrik;

c). Pengimporan mesin dan peralatan.

2). Di bidang usaha jasa, telah ada kegiatan pokok berupa ;

a). Pengadaan lahan;

b). Pengadaan/pembangunan gedung/ruang perkantoran;

3). Di bidang usaha pertanian telah ada kegiatan pokok berupa pengadaan

lahan;

4). Di bidang usaha perikanan telah ada pembelian sebagai kapal ikan.

Penetapan jangka waktu penyelesaian proyek yang tercantum dalam surat

persetujuan penanaman modal disesuaikan dengan bidang usahanya. Apabila

penanam modal telah menerima SPPM dan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun

sejak tanggal dikeluarkannya persetujuan tidak ada realisasi, baik dalam bentuk

administrasi atau pun dalam bentuk fisik maka persetujuan penanaman modal

itu akan batal demi hukum. Artinya, dari sejak semula persetujuan itu dianggap

tidak ada.

A.3. Prosedur Permohonan Perluasan Penanaman Modal.8

Permohonan perluasan penanaman modal adalah permohonan untuk

mendapatkan persetujuan penambahan modal beserta fasilitasnya dalam

rangka penambahan kapasitas terpasang yang disetujui atau menambah jenis

produksi

8 Salim HS., SH., MS dan Budi Sutrisno, SH., Op. Cit., hal. 255.

barang/jasa. Inti perluasan permohonan ini adalah untuk mendapatkan

persetujuan

penambahan modal beserta fasilitasnya. Prosedur dan syarat-syarat

permohonan perluasan penanaman modal ini sudah ditentukan dalam pasal 12

Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 70/SK/2004

tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004. Permohonan perluasan penanaman

modal diajukan oleh perusahaan yang telah berproduksi kepada Kepala BKPM

dalam 2 (dua) rangkap dengan menggunakan formulir yang sudah di bakukan

oleh BKPM. Dalam hal perluasan ini jenis produksi berbeda dengan proyek

Page 11: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

sebelumnya atau lokasi perluasan usahanya berada dalam kabupaten/kota yang

berbeda dengan proyek sebelumnya.

Permohonan perluasan dapat diajukan tanpa dipersyaratkan memiliki izin

usaha/izin usaha tetap atas proyek sebelumnya dan surat persetujuan perluasan

ini diterbitkan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya

permohonan yang lengkap dan benar. Surat persetujuan perluasan ini wajib

dimiliki investor bila ingin memperluas daerah usahanya dan tanpa adanya

surat persetujuan

ini perusahaan tidak dapat melakukan perluasan penanaman modalnya.

Persetujuan perluasan merupakan persetujuan penambahan modal beserta

fasilitasnya untuk menambah kapasitas terpasang yang telah disetujui,

menambah jenis produksi barang dan jasa serta berlaku pula sebagai

persetujuan prinsip/izin usaha sementara sampai dengan memperoleh izin

usaha tetap perluasan.

A.4. Prosedur Permohonan Perubahan Penanaman Modal.

Permohonan perubahan penanaman modal merupakan permohonan

persetujuan atas perubahan ketentuan-ketentuan penanaman modal yang telah

ditetapkan dalam persetujuan penanaman modal sebelumnya. Perubahan

penanaman modal ini dilakukan oleh pihak penanam modal bila dalam bidang

usahanya tidak dikehendakinya lagi atau menginginkan usaha yang baru.

Prosedur permohonan penanaman modal ini telah ditentukan dalam Pasal 13

sampai 27 SK Kepala BKPM No. 70/SK/2004. Di dalam pasal tersebut sudah

tercantum 10 (sepuluh) jenis proyek perubahan penanaman yang wajib

memperoleh

persetujuan BKPM. Proyek-proyek tersebut yaitu :

a. Perubahan lokasi proyek;

b. Perubahan bidang usaha dan jenis produksi (baik jenis atau kapasitas);

c. Perubahan penggunaan tenaga kerja asing;

d. Perubahan investasi dan sumber pembiayaan;

e. Perubahan kepemilikan saham perusahaan PMA;

f. Perubahan status perusahaan PMA menjadi perusahaan PMDN;

Page 12: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

g. Perubahan status perusahaan PMDN atau Non PMDN.PMA menjadi

perusahaan PMA;

h. Penggabungan perusahaan (merger).

Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang didirikan dalam

rangka PMDN atau PMA dan/atau Non PMDN/PMA yang sudah berproduksi dan

telah memiliki Izin Usaha/Izin Usaha Tetap ke dalam satu perusahaan yang akan

meneruskan semua kegiatan perusahaan yang bergabung, sedangkan

perusahaan yang menggabung dilikuidasi. Setiap perusahaan PMDN maupun

PMA yang akan mengajukan perubahan modal yang berkaitan dengan sepuluh

jenis proyek tersebut. Pemilik perusahaan tersebut wajib mengajukan

permohonan penanaman modal tersebut kepada Kepala BKPM yang kemudian

menerbitkan surat dalam bentuk Surat Persetujan Perubahan (SPP), SPP ini

meliputi kesepuluh proyek yang sudah dibakukan sebelumnya. Dengan adanya

surat persetujuan tersebut pemilik perusahaan dapat melakukan perubahan

sesuai dengan yang dimohonkannya.

B. Persetujuan dan Perizinan Penanaman Modal di Indonesia.

Persetujuan dan perizinan penanaman modal pada dasarnya di perlukan dalam

melaksanakan kegiatannya yang mana penanaman modalnya bergerak pada

bidang usaha yang di inginkan oleh pihak yang menjalankannya. Dalam

mendapatkan perizinannya tersebut melalui sistem pelayanan terpadu satu

pintu oleh pemerintah yang ditetapkan melalui UUPM Pasal 25 mengenai

pengesahan dan perizinan perusahaan. Dengan demikian karena adanya

kegiatan tersebut maka diperlukan peraturan yang mengatur mengenai

persetujuan dan perizinan yang dikeluarkan oleh BKPM sebagai

salah satu instansi di bidang penanaman modal ini. Di dalam Keputusan Kepala

BKPM Nomor 37/SK/1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian

Persetujuan dan Fasilitas Serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal kepada

Gubernur Kepala Daerah Provinsi, yang kemudian ditentukan juga bahwa

pejabat yang berwenang dalam memberikan persetujuan dan izin dalam rangka

penanaman modal. Gubernur dalam menjalankan kewenangan tersebut,

melimpahkan kepada Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah

Page 13: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

(BKPMD). Kemudian Ketua BKPMD ini berwenang menerbitkan surat persetujuan

PMDN dan PMA. Sementara itu, BKPM berwenang menerbitkan SPPMDN dan

SPPMA apabila lokasi penanaman modal itu berada pada dua provinsi atau lebih.

Akan tetapi, berdasarkan Pasal 3 Keputusan presiden Nomor 29 Tahun 2004

tentang

Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing

dan Penanaman Modal Dalam Negeri Melalui Sistem Pelayanan Satu Atap, yang

berwenang memberikan persetujuan, perizinan dan fasilitas penanaman modal

adalah Kepala BKPM, yang didasarkan pelimpahan kewenangan dari

Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen yang membina bidang-

bidang usaha penanaman modal yang bersangkutan melalui system pelayanan

satu atap. Sementara itu, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, hanya

berwenang untuk menerbitkan izin yang berkaitan dengan penanaman modal.

Ada beberapa jenis dalam persetujuan dan perizinan yang diterbitkan oleh

BKPM,

yaitu :

1. Jenis-jenis persetujuan yang diterbitkan oleh Kepala BKPM adalah ;

a. Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (baru);

b. Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing (baru);

c. Surat Persetujuan Perluasan Penanaman Modal (SP Perluasan);

d. Surat Persetujuan Perubahan Penanaman Modal .

2. Ada beberapa jenis perizinan yang diterbitkan oleh BKPM, meliputi ;

a. Angka Pengenal Importir Terbatas.

Pada dasarnya, setiap perusahaan yang akan melaksanakan sendiri

pengimporan barang modal atau bahan baku/penolong wajib memiliki Angka

Pengenal Importir Terbatas (APIT) adalah angka pengenal yang dipergunakan

sebagai izin untuk memasukkan (impor) barang modal dan bahan

baku/penolong untuk pemakaian sendiri dalam proses produksi proyek

penanaman modal yang telah disetujui. Untuk mendapatkan surat keputusan

dan kartu APIT, perusahaan harus mengajukan permohonan kepada Kepala

BKPM Pusat, yang dibuat dalam rangkap dua. Berdasarkan permohonan

tersebut, Kepala BKPM atas nama Menteri Perindustrian dan Perdagangan

Page 14: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

menerbitkan Surat Keputusan dan Kartu APIT. APIT ini berlaku sejak tanggal

ditetapkan dan berlaku untuk seluruh wilayah Republik Indonesia. Jangka waktu

berlakunya APIT tersebut adalah selama perusahaan yang bersangkutan masih

berproduksi atau beroperasi.

b. Izin Usaha/Izin Usaha Tetap/Izin Perluasan.

Izin Usaha/Izin Usaha Tetap adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahan untuk

melaksanakan kegiatan produksi baik produksi barang maupun produksi jasa

sebagai pelaksanaan atas surat persetujuan penanaman modal yang telah

diperoleh perusahaan. Dimana izin usaha ini dikeluarkan oleh BKPM. Izin Usaha

Tetap Perluasan adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk

melaksanakan kegiatan produksi atas penambahan produksi barang maupun

produksi jasa sebagai pelaksanaan atas surat persetujuan perluasan

penanaman modal yang sebelumnya telah diperoleh

perusahaan.

c. Rencana Penggunanaan Tenaga Kerja Asing.

Pada dasarnya perusahaan yang akan mempekerjakan tenaga kerja asing, wajib

memiliki pengesahan RPTKA. Pengesahan RPTKA tersebut bisa didapatkan bila

perusahaan mengajukan permohonan kepada Kepala BKPM dalam rangkap dua

dan berdasarkan permohonan tersebut, kepala

BKPM menerbitkan Surat Keputusan Pengesahan RPTKA. Keputusan mengenai

pengesahan RPTKA merupakan persetujuan pengesahan rencana jumlah,

jabatan, dan lama penggunaan tenaga kerja asing yang diperlukan sebagai

dasar untuk persetujuan pemasukan Tenaga Kerja Asing (TKA) dan penerbitan

Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA). Keputusan RPTKA ini memuat

tentang rencana jumlah, jabatan dan lama penggunaan TKA, dan RPTKA ini juga

sebagai dasar untuk :9

1) persetujuan pemasukan Tenaga Kerja Asing (TKA);

2) penerbitan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA).

Surat Keputusan persetujuan tersebut diterbitkan selambat-lambatnya

4 (empat) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang diajukan.

d. Rekomendasi Visa Bagi Penggunaan Tenaga Kerja asing.

Page 15: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

Tenaga kerja Warga Negara Asing yang bekerja pada perusahaan dan Kantor

Perwakilan Perusahaan Asing (KPPA), yang sudah siap datang ke Indonesia wajib

memiliki Visa Izin Tinggal Terbatas (VITAS). VITAS tersebut kemudian diterbitkan

oleh kantor perwakilan Republik Indonesia

dengan permohonan harus memiliki Rekomendasi TA.01 dari BKPM

9 I.G Rai Widjaya, S.H., M.A., Loc. Cit.

yang bepedoman kepada ketentuan instansi (yang berwenang) dibidang

ketenaga kerjaan dan keimigrasian. Dalam permohonan Rekomendasi TA.01

tersebut, bagi perusahaan yang harus sudah memiliki Surat Keputusan RPTKA.

Kemudian Rekomendasi TA.01 tersebut diterbitkan oleh BKPM c.q. Direktur

Pelayanan Perizinan kepada Direktur Jendral Imigrasi yang diterbitkan

selambat0lambatnya 4 (empat) hari sejak diterimanya permohonan yang

diajukan.

Direktur Jendral Imigrasi dengan berdasarkan Rekomendasi TA.01 tersebut

memberitahukan kantor Perwakilan RI untuk mengeluarkan VITAS bagi TKA

yang bersangkutan. Setelah TKA yang besangkutan memperoleh VITAS,

perusahaan mengajukan permohonan penerbitan Kartu Izin Tinggal Terbatas

(KITAS) kepada kantor Imigrasi setempat setelah TKA yang bersangkutan dating

di Indonesia.

e. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

Perusahaan pengguna Tenaga Kerja Asing yang telah memperoleh VITAS dan

akan bekerja di Indonesia wajib memperoleh Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja

Asing (IMTA). IMTA merupakan izin bagi perusahaan untuk mempekerjakan

sejumlah tenaga kerja WNA dalam jumlah, jabatan, dan periode tertentu.

Permohonan IMTA diajukan oleh perusahaan kepada kepala BKPM, kemudian

berdasarkan permohonan tersebut maka kepala BKPM atas naman Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi menerbitkan Surat Keputusan IMTA (SK-IMTA).

Surat Keputusan IMTA tersebut kemudian ditembuskan kepada isntansi terkait

dan diterbitkan selambat-lambatnya empat hari kerja sejak diterimanya

permohonan.

f. Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

Page 16: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

Perpanjangan izin merupakan usaha untuk memperpanjang jangka waktu

bekerjanya tenaga kerja asing di Indonesia. Perusahaan yang akan

memperpanjang izin tersebut wajib memperoleh izin dari Kepala BKPM.

Perizinan yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi sesuai kewenangannya,

hanya berupa perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing yang

bekerja di wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi. Bagi TKA yang masa

berlakunya IMTA akan berakhir, perusahaan mengajukan permohonan

perpanjangan IMTA dengan menggunakan formulir IMTA sebanya 1 (satu)

rangkap kepada Direktur Pelayanan Perizinan BKPM untuk TKA yang lokasi

kerjanya lebih dari satu wilayah

Provinsi dan Gubernur untuk TKA yang lokasi kerjanya di wilayah

Kabupaten/kota dalam satu Provinsi. Permohonan tersebut diajukan paling

lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum SK-IMTA dari TKA yang bersangkutan

berakhir masa berlakunya. SK Perpanjangan IMTA yang kemudian diterbitkan

selambatlambatnya empat hari kerja sejak diterimanya permohonan tersebut.

Perusahaan pengguna wajib mengajukan permohonan kepada Kepala BKPM,

untuk perubahan pengguan tenaga kerja asing yang melakukan pindah jabatan,

rangkap jabatan, alih perusahaan pengguna (sponsor) atau pindah lokasi.

C. Daftar Bidang Usaha Dalam Penanaman Modal.

Dalam upaya pelaksanakan pembangunan nasional pemerintah salah satunya

dengan cara menarik penanam modal bahkan berkeinginan juga untuk melipat

gandakan investasi dari tahun ketahun. Langkah yang kemudian ditempuh ialah

dengan cara member kelonggaran dan kemudahan bagi para penanam modal

untuk memilih bidang-bidang usaha yang diminatinya untuk menjalankan

kegiatan usahanya. Di dalam UU No.25/2007 penanaman modal ditempatkan

sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,

menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi

berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional,

mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem berdaya saing. Undang-Undang

Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 mencakupi semua kegiatan

Page 17: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

penanaman modal langsung di semua sektor. Bidang usaha dalam UUPM No.25

Tahun 2007 diatur dalam Pasal 12 ayat (4) dan Pasal 13 ayat (1) dan sebagai

peraturan pelaksananya pemerintah segera menetapkan Peraturan Presiden

Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Bidang Usaha yang

Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal dan juga Peraturan

Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peratuaran Presiden

Nomor 77 tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang

Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penananaman Modal.

Sehubungan dengan adanya kegiatan penanaman modal tersebut, pemerintah

melakukan penatapan mengenai bidang usaha yang diperbolehkan dengan cara

menentukan Daftar Bidang usaha yang diatur oleh Peraturan Presiden Republik

Indonesia Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas

Peratuaran Presiden Nomor 77 tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penananaman Modal. Untuk melindungi sektor dalam berusaha, pemerintah

menetapkan Bidang Usaha Yang Tertutup bagi Penanam Modal. Bidang usaha

yang tertutup merupakan bidang

usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanam modal.

DAFTAR NEGATIF INVESTASI (PERPRES 111 / 2007)

Daftar bidangKriteria

Jumlah Bidang

Usaha

1 Tertutup Mutlak 23

2 Terbuka dengan Persyaratan :

- Dicadangkan untuk UKMK 43

- Syarat Kemitraan 36

- Batasan Kepemilikan Modal Asing 97

- Lokasi Tertentu 1

- Perizinan Khusus (perlu persyaratan tertentu) 22

- Modal dalam negeri 100% (tertutup untuk asing) 47

- Batasan kepemilikan modal asing dan lokasi 17

- Perizinan Khusus dan Batasan kepemilikan modal asing 4

- Modal dalam negeri 100% (tertutup untuk asing) dan perizinan khusus 1

g usaha yang tertutup untuk penanaman modal, meliputi :10

Page 18: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

a. Dalam sektor kebudayaan dan pariwisata

1). Perjudian/kasino;

2). Peninggalan sejarah dan purbakala [candi, keratin, prasasti, petilasan,

bangunan kuno, temuan bawah laut, dsb];

3). Museum pemerintah;

4). Pemukiman/lingkungan adat;

5). Monument;

6). Obyek ziarah [tempat peribadatan, makam, petilasan, dsb].

b. Dalam sektor perhubungan

1). Penyediaan dan penyelenggaraan terminal;

2). Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang;

3). Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor;

4). Penyelenggaraan pengujian berkala kendaraan bermotor;

5). Telekomunikasi/sarana Bantu navigasi pelayaran;

6). Vessel traffic information system (VTIS);

7). Pemanduan lalu lintas udara (ATS) provider.

c. Dalam sektor perindustrian

1). Industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan, seperti : penta

chlorophenol, dichloro diphenyl trichloro elhane, carbon tetra, dll;

2). Industri bahan kimia skedul 1 konvensi senjata kimia (sarin, soman, tabun

mustard, levisite, recine, vx, dll);

10 Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peratuaran Presiden

Nomor 77

tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan

Persyaratan di Bidang Penananaman Modal.

3). Industri pembuat chlor alkali dengan bahan mengandung merkuri;

4). Industri minuman mengandung alkohol (minuman keras, anggur, dan

minuman mengandung malt);

5). Industri siklamat dan sakarin;

d. Dalam sektor kehutanan

1). Pemanfaatan (pengambilan) koral alam.

e. Dalam sektor kelautan dan perikanan

1). Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam appendix 1 CITES.

Page 19: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

f. Dalam sektor komunikasi dan informatika

1). Manajemen dan penyelenggaraan stasiun monitoring spektrum frekuensi

radio

dan orbit satelit;

2). Lembaga penyiaran public (LPP) radio dan televisi.

g. Dalam sektor pertanian

1). Budidaya ganja.

D. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

D.1. Fungsi dan Tugas BKPM.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) adalah suatu lembaga pemerintah

non Departemen yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada

Presiden. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) adalah suatu lembaga

pemerintah non Departemen yang berkedudukan langsung dan bertanggung

jawab kepada Presiden. BKPM mempunyai tugas membantu Presiden dalam

menetapkan kebijaksanaan di bidang penanaman modal, memproses

persetujuan penanaman modal serta penilaian pelaksanaannya. Untuk dapat

melaksanakan tugasnya, BKPM menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Menyusun Daftar Skala Prioritas Penanaman Modal secara berkala bersama-

sama dengan Departemen/Lembaga Pemerintah yang bersangkutan, serta

menerbitkan Daftar Skala Prioritas tersebut sebagai pedoman bagi para calon

penanam modal.

2. Merumuskan kebijaksanaan penanaman modal dan menyampaikannya

kepada Presiden untuk mendapatkan persetujuan.

3. Meneliti/menilai permohonan penanaman modal sesuai dengan

kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan penanaman modal yang berlaku.

4. Mengajukan hasil penelitian/penilaian atas permohonan penanaman modal

asing kepada Presiden untuk memperoleh keputusan.

5. Memberikan persetujuan atas permohonan penanaman modal dalam negeri

atas nama Pemerintah Republik Indonesia.

6. Atas nama Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang

bersangkutan menerbitkan izin usaha baik yang bersifat sementara maupun

yang bersifat tetap, izin pengesahan bahan baku, pemberian angka pengenal

Page 20: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

importir/ exportir terbatas, izin pembelian dalam negeri terbatas, izin kerja bagi

tenaga asing yang akan bekerja dalam rangka penanaman modal, dan

keputusan pemberian fasilitas/ keringanan pajak dan bea masuk bagi penanam

modal dan izin usaha perdagangan hasil produksi barang/ jasa dari penanaman

modal.

7. Menyelenggarakan pengawasan atas pelaksanaan penanaman modal yang

telah disetujui oleh Pemerintah Pusat dan bekerja sama dengan Departemen

yang membina penanaman modal.

8. Menyelenggarakan pembinaan penanaman modal antara lain dengan:

a) Menghimpun secara aktif masalah-masalah yang timbul dalam rangka

penanaman modal untuk penyelesaian lebih lanjut.

b) Mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memperlancar dan

mengamankan pelaksanaan penanaman modal.

c) Memberikan keterangan mengenai kebijaksanaan Pemerintah di

bidang penanaman modal.

d) Menyelenggarakan komunikasi yang efektif dengan para penanam modal

khususnya dan dunia usaha pada umumnya.

D.2. Sistem Pelayanan Penanaman Modal oleh BKPM.

Sistem pelayanan penanaman modal oleh BKPM diatur dalam Keputusan

Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal

Dalam Rangka Penanaman Modal Asing Melalui Sistem Satu Atap. Sistem

pelayanan satu atap adalah suatu sistem pelayanan pemberian persetujuan

penanaman modal dan perizinan pelaksanaanya pada satu instansi pemerintah

yang bertanggung jawab di bidang penanaman modal (Pasal 1 (5) Kepres No.29

Tahun 2004). Dalam Pasal 1 (10) UUPM pelayanan satu atap diartikan sebagai

kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat

pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang

memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaanya

dimulai dari tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

Bidang-bidang yang menyelenggarakan penanaman modal diatur dalam Pasal 2

Kepres No.29 Tahun 2004 yang terdiri dari :

a. Kebijakan dan perencanaan pengembangan penanaman modal

Page 21: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

b. Promosi dan kerjasama penanaman modal

c. Pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman modal

d. Pengendalian pelaksanaan penanaman modal

e. Pengelolaan sistem informasi penanaman modal.

Semua bentuk pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman

modal dalam rangka PMA dan PMDN dilaksanakan oleh BKPM berdasarkan

pelimpahan kewenangan dari Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non

Departemen yang membina bidang-bidang usaha penanaman modal yang

bersangkutan melalui system pelayanan satu atap (Pasal 3 Kepres No.29 Tahun

2004) .

Kepala BKPM dalam melaksanakan sistem pelayanan satu atap harus

berkoordinasi dengan instansi yang membina bidang usaha penanaman modal

(Pasal 6 Kepres No.29 tahun 2004).

E. Penyelenggaraan Urusan Penanaman Modal.

Penyelenggaraan penanaman modal sudah diatur di dalam UUPM Pasal 30, pada

ayat 1 pemerintah maupun pemerintah daerah menjamin kepastian dan

keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal. Pemerintah daerah

menyelenggarakan urusan penanaman modal yang menjadi kewenangannya,

kecuali urusan penyelenggaraan penanaman modal yang menjadi urusan

pemerintah. Dalam urusan pemerintah di bidang penanaman modal, yang

menjadi kewenangan pemerintah adalah :11

1). Penanaman modal terkait dengan sumber daya alam tidak terbarukan

dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi;

2). Penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas tinggi

pada skala nasional;

3). Penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung

antar wilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi;

4). Penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan

keamanan nasional;

5). Penanaman modal asing dan penanaman yang menggunakan modal asing,

yang berasal dari pemerintah Negara lain, yang didasarkan perjanjian yang

dibuat oleh pemerintah dan pemerintah Negara lain;

Page 22: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

6). Bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan pemerintah menurut

undang-undang.

Dalam urusan penyelenggaraan penanaman modal diberikan kepada

pemerintah dengan kewenangan yang dimilikinya pada masing-masing

daerah.12

11 Undang-Undang Penanaman Modal, UU No.25 Tahun 2007, Ibid, Psl. 30 ayat 7.

12 Undang-Undang Penanaman Modal, UU No.25 Tahun 2007, Ibid, Psl.30.

2.Indirect investment(Penanaman modal tidak langsung

Biasa disebut juga dengan Portofolio. Investasi dilakukan dalam suatu portofolio atau

kelompok surat berharga atau kekayaan. Penanaman modal tidak langsung atau

portofolio merupakan penanaman modal yang dilakukan dengan cara membeli saham

suatu Perseroan Terbatas melalui bursa saham/efek. Investasi portfolio diatur dalam

UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (“UU 8/1995”).

Contoh : pembelian saham dari dan bersama ( mutuan fund ) , yaitu portofolio

surat berharga yang dikeluarkan oleh berbagai perusahaan, sehingga investor memiliki

hak atas sebagian portofolio, & bukannya saham dari suatu perusahaan tertentu.

Pasal 2 UU 25/2007 menyebutkan bahwa UU tersebut mencakupi semua kegiatan

penanaman modal langsung di semua sektor, baik untuk PMDN maupun PMA. Lebih

lanjut dalam penjelasan Pasal 2 UU 25/2007 dijelaskan:

“Yang dimaksud dengan penanaman modal disemua sektor di wilayah negara Republik

Indonesia” adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal

tidak langsung atau portofolio”.

Oleh karena itu, penanaman modal tidak langsung atau portofolio, yaitu penanaman modal yang

dilakukan melalui pembelian saham di Bursa Efek tidak termasuk dalam ruang lingkup UU 25/2007.

Page 23: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

A. Pengertian, Bentuk-bentuk dan Manfaat Penanaman Modal Asing Secara

Langsung (Foreign Direct Investment) di Indonesia

1. Pengertian penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment)

Dikalangan masyarakat, kata investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup

baik investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung (portfolio investment),

sedangkan kata penanaman modal lebih mempunyai konotasi kepada investasi langsung. Penanaman

modal baik langsung atau tidak langsung memiliki unsur-unsur, adanya motif untuk meningkatkan

atau setidak-tidaknya mempertahankan nilai modalnya.23

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebenarnya sudah membedakan

secara tegas antara investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (portfolio

investment). Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 2 undang-undang tersebut, dimana

dikatakan: “yang dimaksud dengan penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik

Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung

atau portofolio.” 23Ida Bagus Rahmdi Supancana, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di

Indonesia, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2006), hal. 1.

Investasi secara langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal

dalam kegiatan pengelolaan modal.24 Dalam penanaman modal secara langsung, pihak investor

langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila

terjadi suatu kerugian.25 Penanaman modal asing secara langsung menurut Organization For

Economic Cooperation (OEEC) memberikan rumusan bahwa direct investment is meant acquisition

of sufficient interest in an under taking to ensure its control by the investor (suatu bentuk penanaman

modal asing dimana penanam modal diberi keleluasaan penguasaan dan penyelenggaraan pimpinan

dalam perusahaan dimana modalnya ditanam, dalam arti bahwa penanam modal mempunyai

penguasaan atas modalnya).26

Penanaman modal asing secara langsung juga memberikan pengertian bahwa bagi pemodal asing

yang ingin menanamkan modalnya secara langsung, maka secarafisik pemodal asing hadir dalam

menjalankan usahanya. Dengan hadirnya atau tepatnya dengan didirikannya badan usaha yang

berstatus sebagai penanaman modal asing , maka badan usaha tersebut harus tunduk pada ketentuan

hukum di Indonesia. 24Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal: Tinjauan terhadap Pemberlakuan UU

No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, (Jakarta: PT. Raharja Grafindo Persada, 2007), hal. 12.

25N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi Era

Page 24: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

Global, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), hal. 11.

26Hulaman Panjaitan dan Anner Sianipar, Hukum Penanaman Modal Asing, (Jakarta: CV.

Indhill Co, 2008), hal. 41.

Pengertian yang agak luas dari foriegn direct investment terdapat pada Encyclopedia of Public

International Law yang merumuskan foreign direct investment sebagai berikut:

“ A transfer of funds or materials from one country (called capital exporting country) to another

country (called host country) in return for a direct participation in the earnings of that enterprise.”27

Menurut Munir Fuady, penanaman modal asing secara langsung dilihat dalam arti sempit. Yang

dimaksudkan adalah model penanaman asing yang dilakukan dengan mana pihak asing atau

perusahaan asing membeli langsung (tanpa lewat pasar modal) saham perusahaan nasional atau

mendirikan perusahaan baru, baik lewat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau lewat

departemen lain.28

2. Bentuk-bentuk penanaman modal asing secara langsung

Dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah

ditentukan secara jelas tentang bentuk hukum perusahaan penanaman modal asing. Penanaman

modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas. Secara lengkap, bunyi Pasal 5 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal:

27Sentosa Sembiring, op. cit., hal. 3.

28Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2008),

hal. 67.

“penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hokum Indonesia dan

berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.”29

Unsur yang melekat dalam ketentuan ini meliputi:30

1. bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing adalah perseroan terbatas (PT);

2. didasarkan pada hukum Indonesia;

3. berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia. Penanaman modal asing di Indonesia dapat

dilakukan oleh pihak asing/perorangan atau badan hukum ke dalam suatu perusahaan yang seratus

persen diusahakan oleh pihak asing atau dengan menggabungkan modal asing itu dengan modal

nasional.

Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing dengan modal nasional

berdasarkan undang-undang penanaman modal asing No. 1 Tahun 1967 yaitu joint venture, joint

Page 25: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

enterprise dan kontrak karya.31 Dalam hal joint venture para pihak tidak membentuk badan hukum

yang baru, akan tetapi kerjasama semata-mata bersifat kontraktuil, sedangkan dalam joint enterprise

terjadi penggabungan modal asing dengan modal nasional ke dalam satu badan hokum Indonesia dan

dalam kontrak kerja pihak asing membentuk suatu badan hokum

29Salim H. S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008), hal. 174.

30Ibid.

31Ismail Suny dan Rochmat Rudiro, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman

Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Pradjna Paramita, 1998), hal. 108.

Indonesia dan badan hukum Indonesia ini bekerjasama dengan badan hokum (nasional) Indonesia

yang lain.

i. Joint Venture

Joint venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional

semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractual). Misalnya bentuk kerjasama antara

Van Sickle Associates Inc.,(suatu badan hukum yang berkedudukan di Delaware, AmerikaSerikat)

dengan PT Kalimantan Plywood Factory (suatu badan hukum Indonesia) untuk bersama-sama

mengolah kayu di Kalimantan Selatan. Kerjasama ini juga biasa disebut dengan “Contract of

Cooperation” yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia seperti yang dipersyaratkan

dalam Pasal 3 UU PMA.32 Dalam masalah joint venture ada kendala dalam memperoleh know-how

yang disebabkan karena pengusaha Indonesia sendiri terlalu status oriented yang tidak terlalu

mengerjakan atau memikirkan apa-apa kecuali membubuhi tanda tangannya daripada menjadi

managing director dan yang kedua adalah pihak asing tidak rela melepaskan segala rahasia

perusahaannya, juga tidak pada partnernya sehingga managing director nya selalu ada ditangan pihak

asing.33

32Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004),

hal. 61.

33Sunarjati Hartono, Masalah-Masalah Dalam Joint Venture antara Modal Asing dan Modal

Indonesia, (Bandung: Alumni, 1974), hal. 14-15.

Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan dalam praktik aplikasi

penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:34

Page 26: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

a. Technical Assistance (service) Contract : suatu bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak

modal asing dengan modal nasional sepanjang yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja

(method) misalnya; suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau meningkatkan

produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai cara kerja atau metode kerja. Dalam hal

demikian, maka dibutuhkan (diperlukan) technical assistance dari perusahaan modal asing di luar

negeri dengan cara pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan

produksi perusahaan yang bersangkutan.

b. Franchise and brand-use Agreement : suatu bentuk usaha kerjasama yang digunakan, apabila

suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memproduksi suatu barang yang telah

mempunyai merek terkenal seperti: Coca- Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc’ Donalds, Kentucky

Fried Chicken, dan sebagainya.

c. Management Contract: suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak modal asingdengan modal

nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan khusunya dalam hal pengelolaan manajemen

oleh pihak modal asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan

dalam pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf internasional oleh pihak Indonesia

34Aminuddin Ilmar, op. cit., hal. 61-62.

diserahkan kepada swasta luar negeri seperti; Hilton International Hotel, Mandarin International

Hotel, dan sebagainya.

d. Build, Operation, and Transfer (B.O.T) : suatu bentuk kerjasama yang relatif baru dikenal yang

pada pokoknya merupakan suatu kerjasama antara para pihak, dimana suatu objek dibangun,

dikelola, atau dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik asli.

ii. Joint Enterprise

Joint enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal asing dengan penanaman

modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan

yang diisyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA. Joint Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas,

yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam

valuta asing.35

iii. Kontrak Karya

Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerjasama antara penanaman

modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal asing membentuk badan hukum

Page 27: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

Indonesia dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang

mempergunakan modal nasional. Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya terdapat dalam

perjanjian kerja sama antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti; Kontrak karya antara

35Ibid., hal. 62-63.

36Ibid., hal. 63-64.

PN. Pertamina dengan PT. Caltex International Petroleum yang berkedudukan di Amerika Serikat.36

Disamping ketiga bentuk kerjasama di atas masih terdapat bentuk kerjasama yang lain seperti

production sharing, management contract, penanaman modal asing dengan disc-rupiah dan kredit

untuk proyek (barang modal).37

37Sunarjati Hartono, op. cit., hal. 14-15.

3. Manfaat penanaman modal asing secara langsung

Keberadaan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) tidak dapat

dipungkiri telah memberi banyak manfaat bagi Negara penerima modal (host country), begitu pula

bagi investor maupun bagi negara asal (home country). Bagi negara penerima modal (host country)

keberadaaan investasi yang ditanamkan oleh investor, khususnya penanaman modal asing secara

langsung (foreign direct investment), ternyata telah memberikan dampak positif atau manfaat

di dalam pembangunan.Terlepas dari pendapat pro dan kontra terhadap kehadiran investasi asing,

namun secara teoritis kiranya dapat dikemukakan, bahwa kehadiran investor asing di suatu negara

mempunyai manfaat yang cukup luas (multiplier effect). Manfaat yang dimaksud, yakni kehadiran

investor asing dapat menyerap tenaga kerja di Negara penerima modal, dapat menciptakan demand

bagi produk dalam negeri sebagai bahan

36Ibid., hal. 63-64.

37Sunarjati Hartono, op. cit., hal. 14-15.

baku, menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah

penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih teknologi (transfer of technology) maupun alih

pengetahuan (transfer of know how). Dilihat dari sudut pandang ini terlihat bahwa, kehadiran

Page 28: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

investor cukup berperan dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya pembangunan

ekonomi di daerah dimana FDI menjalankan aktifitasnya.38

Arti pentingya kehadiran investor asing dikemukakan Gunarto Suhardi:39 “investasi langsung lebih

baik jika dibandingkan dengan investasi portofolio, karena langsung lebih permanen. Selain itu

investasi langsung:

a. memberikan kesempatan kerja bagi penduduk;

b. mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal;

c. memberikan residu baik berupa peralatan maupun alih teknologi;

d. apabila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang dapat dirunut oleh

pengusaha lokal disamping seketika memberikan tambahan devisa dan pajak bagi negara;

e. lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing;

f. memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila investor berasal dari negara

kuat niscaya bantuan keamanan juga akan diberikan.”

38Hendrik Budi Untung, op. cit., hal. 41-42.

39Ibid., hal. 42.

John W. Head mengemukakan tujuh keuntungan investasi, khususnya investasi asing. Ketujuh

investasi asing itu adalah:40

1. menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat

meningkatkan penghasilan dan standar hidup mereka;

2. menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka

dapat berbagi dari pendapatan perusahaan-perusahaan baru;

3. meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendapatkan penghasilan tambahan dari luar yang

dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan penduduknya;

4. menghasilkan pengalihan teknis dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh penduduk untuk

mengembangkan perusahaan dan industri lain;

5. memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah dengan memproduksi barang setempat

untuk menggantikan barang impor;

6. menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, demi

kepentingan penduduk negara tuan rumah;

7. membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia,

agar lebih baik pemanfaatanya dari semula.

Page 29: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

Bagi investor/penanam modal atau yang dalam hal ini Perusahaan Multinasional, manfaat dari

kegiatan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) yang mereka lakukan

pada dasarnya sama dengan alas an mereka untuk melakukan investasi secara langsung tersebut.

40Salim H. S. dan Budi Sutrisno, op. cit., hal. 86-87.

Adapun alasan-alasan suatu Perusahaan Multinasional melakukan investasi

secara langsung ke luar negeri, antara lain:41

1. alasan kedekatan dengan sumber bahan baku;

2. untuk menghindari Daftar Negatif Investasi (DNI) di negara asal;

3. karena alasan upah buruh yang murah;

4. mencari pasar yang baru;

5. untuk mendapatkan royalti;

6. untuk mendapatkan insentif investasi di negara tujuan;

7. untuk menghindari penurunan nilai mata uang;

8. karena alasan status tertentu suatu negara dalam Perdagangan Internasional.

Sementara bagi negara asal (home country) manfaat dari kegiatan penanaman

modal secara langsung (foriegn direct investment) pada dasarnya sama juga dengan

motif mereka untuk melakukan investasi secara langsung.

Adapun motivasi dari negara maju untuk berinvestasi dapat dikemukakan

secara analogi dari hasil penelitian Edward K.Y. Chen sebagai berikut:42

1. Lower cost and rent;

2. Lower labour cost;

3. Diversification of risk;

4. To make fuller use of the technical and production know-how developed or

adopted by investee;

41Mahmul Siregar, Hukum Investasi (Bahan Kuliah), Medan, 27 Januari 2009.

42Hendrik Budi Untung, op. cit., hal. 30.

5. To avoid or reduce the pressure of competition from other corporation in investee

countries;

6. To make use outdated machinery used in the investee corporation

7. Higher rates of profits;

8. Avalability of higher levels of technology;

Page 30: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

9. Lower capability;

10. Defending the existing market by directly investing there;

11. To build up a vertically integrated structure;

12. To circumvent tariffs and quotas imposed by develop countries;

13. Establishing a subsidiary overseas is similar to investing in financial market

overseas;

14. Availability of technical and skilled labour force;

15. Availibility of management manpowert;

16. To open up new markets by directly investing there;

17. Availability of raw materials and or intermediate products.

B. Asas dan Tujuan Penanaman Modal

Sejalan dengan tujuan, pembaharuan dan pembentukan Undang-Undang

Penanaman Modal, di dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang

Penanaman Modal telah ditentukan bahwa penanaman modal

diselenggarakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut:43

1. Kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan

ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan

dan tindakan dalam kegiatan penanaman modal.

2. Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman

modal.

3. Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir

penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, yaitu asas perlakuan

Page 31: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan,

baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing

maupun antara penanam modal dari negara asing lainnya.

5. Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara

bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6. Efisiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal

dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim

usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

43Penjelasan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007

7. Berkelanjutan, yaitu asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya

proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan

dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun untuk

masa dating.

8. Berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan

tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan

lingkungan hidup.

9. Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap

mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada

masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asas yang

berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam kesatuan

ekonomi nasional.

Selain memuat asas-asas dalam penyelenggaraan penanaman modal, Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal juga memuat mengenai

tujuan dari penyelenggaraan penanaman modal.

Tujuan penyelenggaran penanaman modal, antara lain untuk:44

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

b. Menciptakan lapangan kerja;

c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;

44Undang-Undang Penanaman Modal, op. cit., Psl .3 ayat (2).

Page 32: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

e. Meningkatkan kapasitas dan kemapuan teknologi nasional;

f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri;

dan

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal tersebut hanya dapat tercapai

apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi,

antara lain dengan perbaikan koordinasi antara instansi pemerintah pusat dan daerah,

penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal,

biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang

ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.

C. Bidang Usaha

Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal telah ditentukan tiga golongan bidang usaha. Ketiga golongan bidang usaha

itu, meliputi:45

1. bidang usaha terbuka;

2. bidang usaha tetutup;dan

3. bidang usaha terbuka dengan persyaratan.

45Salim H. S. dan Budi Sutrisno, op. cit., hal. 54.

Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan

untuk ditanamkan investasi, baik oleh investor asing maupun investor domestik.46

Bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang

diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal.47

Di dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal telah ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi

penanaman modal, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing, yang

meliputi:48

1) Produksi senjata;

2) Mesiu;

3) Alat peledak;

4) Peralatan perang;

Page 33: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

5) Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undangundang.

Penjabaran lebih lanjut dari perintah Pasal 12 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal telah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 36

Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha

Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dalam Lampiran I

46Ibid.

47Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha

yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman

Modal.

48Salim H. S. dan Budi Sutrisno, loc. cit.

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 telah diatur rinci tentang Daftar Bidang

Usaha yang Tertutup.

Ada dua puluh daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk investasi

domestik maupun investasi asing. Kedua puluh daftar bidang usaha yang tertutup

untuk investasi yaitu:49

1) Budidaya Ganja

2) Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I Convention on

International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)

3) Pemanfaatan (pengambilan) koral/karang dari alam untuk bahan

bangunan/kapur/kalsium dan souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau koral mati

(recent death coral) dari alam.

4) Industri minuman mengandung alkohol (minuman keras, anggur, dan minuman

mengandung malt)

5) Industri pembuat chlor alkali dengan proses merkuri

6) Industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan seperti:

a. halon dan lainnya

b. penta chlorophenol, dichloro diphenyl trichloro elhane (DDT), dieldrin,

chlordane, carbon tetra, chloride, methyl chloroform, methyl bromide, chloro

fluoro carbon (CFC)

49Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010, tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

7) Industri bahan kimia schedule I konvensi senjata kimia (sarin, soman, tabun

Page 34: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

mustard, levisite, ricine, saxitoxin, VX, dll.)

8) Penyediaan dan penyelenggaraan terminal darat

9) Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang

10) Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor

11) Penyelenggaraan pengujian berkala kendaraan bermotor

12) Telekomunikasi/sarana bantu navigasi pelayaran

13) Vassel Traffic Information System (VTIS)

14) Jasa pemanduan lalu lintas udara

15)Manejemen dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Spektrum Frekuensi Radio

dan Orbit Satelit

16) Museum pemerintah

17) Peninggalan sejarah dan purbakala (candi, keratin, prasasti, bangunan kuno, dsb)

18) Pemukiman/lingkungan adat

19) Monumen

20) Perjudian/Kasino.

Daftar bidang usaha yang tertutup dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun

2010 ini jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan daftar bidang usaha yang

dinyatakan tertutup dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007, dimana pada

Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 terdapat 23 bidang usaha yang

dinyatakan terutup. Hal ini dikarenakan terdapat tiga bidang usaha yang dikeluarkan

dari daftar bidang usaha yang tertutup, yakni:

1. Objek ziarah, seperti: tempat peribadatan, petilasan, dan makam;

2. Lembaga penyiaran publik radio dan televisi;

3. Industri siklamat dan sakarin.

Bidang usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan non

komersial seperti, penelitian dan pengembangan dan mendapat persetujuan dari

sektor yang bertanggung jawab atas pembinaan bidang usaha tersebut.50

Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu

yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu,

yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan

Koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang

dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan

Page 35: Perbedaan Direct & Indirect Investment Raw

lokasi tertentu,dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.51

Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini telah ditentukan

dalam Lampiran II Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang

Usaha yang Tertutup Dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal.

50Salim H.S. dan Budi Sutrisno, op. cit., hal. 56.

51Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha

yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman

Modal.