berkomunikasi verbal

Upload: black-memories

Post on 15-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

Tugas MandiriDisusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi

BERKOMUNIKASI SECARA VERBAL

Disusun oleh :

Nama : PUJI ASTUTINPM : 11130054Kelas : B

Prodi : Bimbingan KonselingFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mandiri yang berjudul Berkomunikasi Secara Verbal.

Tugas ini disusun sedemikian rupa dengan sistematika yang sederhana dengan harapan mudah dipahami oleh para pembacanya. Setiap bagian dalam tulisan ini selalu di mulai dengan motivasi yang menunjukkan bagaimana setiap isi tulisan yang disajikan akan berguna jika dipelajari. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu, teman-teman serta semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas mandiri ini.

Kami menyadari bahwa tugas mandiri ini masih memiliki kekurangan-kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan Penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun guna perbaikan tugas mandiri ini Penulis harapkan.

Akhirnya Penulis berharap semoga tugas mandiri ini dapat bermanfaat bagi kita semua. AminMetro, Juni 2012Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

iKATA PENGANTAR

iiDAFTAR ISI

iiiBAB I PENDAHULUAN

1BAB II PEMBAHASAN

2A. Arti Dan Proses Komunikasi

2B. Lima Taraf Komunikasi

5C. Komunikasi Yang Efektif

6D. Komunikasi Satu Arah dan Dua Arah

7E. Mendengarkan Sambil Memahami

8F. Persepsi Yang Selektif dalam Mendengarkan dan Menanggapai

10G. Memahami Sudut Pandang Orang Lain

12BAB III PENUTUP

14DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUANDalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, bahasa dan komunikasi yang baik sangat diperlukan agar proses Bimbingan dan Konseling dapat berjalan dengan lancar. Setiap manusia pasti melakukan komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlibat dalam tindakan-tindakan komunikasi.

Bahasa yang disampaikan konselor terhadap konseli harus jelas dan dapat dimengerti oleh konselinya. Dengan bahasa yang baik dapat memperlancar komunikasi antara konselor dan konseli itu sendiri.

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hisup bersama antar manusiaakan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi yang mempengaruhinya.

Komunikasi dapat terjadi pada siapa saja, baik antar guru dengan muridnya, orangtua dengan anaknya, pimpinan dengan bawahannya, antara sesama karyawan dan lain sebagainya. Melakukan komunikasi merupakan bagian terpenting dari semua aktivitas, agar timbul pengertian dalam menyelesaikan tugas masing-masing.

Komunikasi merupakan proses penyampaian ide, pemikiran, pendapat dan berita ke suatu tempat tujuan serta menimbulkan reaksi umpan balik.

BAB II

PEMBAHASANA. Arti Dan Proses KomunikasiIstilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.

Banyak pendapat dari berbagai pakar mengenai definisi komunikasi, namun jika diperhatikan dengan seksama dari berbagai pendapat tersebut mempunyai maksud yang hampir sama. Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari G (2003) secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut communion, yang mempunyai makna kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber-communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.

Tidak seluruh definisi dikemukakan di sini, akan tetapi berdasarkan definisi yang ada di atas dapat diambil pemahaman bahwa :

1. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses penyampaian informasi.

2. Dilihat dari sudut pandang ini, kesuksesan komunikasi tergantung kepada desain pesan atau informasi dan cara penyampaiannya. Menurut konsep ini pengirim dan penerima pesan tidak menjadi komponen yang menentukan.

3. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengirim pesan atau komunikator memiliki peran yang paling menentukan dalam keberhasilan komumikasi, sedangkan komunikan atau penerima pesan hanya sebagai objek yang pasif.

4. Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan.

Pemahaman ini menempatkan tiga komponen yaitu pengirim, pesan, dan penerima pesan pada posisi yang seimbang. Proses ini menuntut adanya proses encoding oleh pengirim dan decoding oleh penerima, sehingga informasi dapat bermakna.

Proses Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.

Pengirim pesan melakukan encode, yaitu memformulasikan pesan yang akan disampaikannya dalam bentuk code yang sedapat mungkin dapat ditafsirkan oleh penerima pesan. Penerima pesan kemudian menafsirkan atau men-decode code yang disampaikan oleh pengirim pesan. Berhasil tidaknya komunikasi atau tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung dari ketiga komponen tersebut.

Dilihat dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonoverbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak gerik, gambar, lambing, mimik muka, dan sejenisnya.

Ketercapaian tujuan merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan komunikasi tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :

1. Komunikator (Pengirim Pesan)

Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kredibilitas komunikator yang membuat komunikan percaya terhadap isi pesan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.

2. Pesan yang disampaikan

Pesan harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan penerima pesan, adanya kesamaan pengalaman tentang pesan, dan ada peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima.

3. Komunikan (Penerima Pesan)

Agar komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu menafsirkan pesan, sadar bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada perhatian terhadap pesan yang diterima.

4. Konteks

Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif sangat mendukung keberhasilan komunikasi.

5. Sistem Penyampaian

Sistem penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang digunakan dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan kondisi atau karakterisitik penerima pesan. (IGAK Wardani : 2005)

Menurut Endang Lestari G dalam bukunya yang berjudul Komunikasi yang Efektif ada dua model proses komunikasi, yaitu :

Model linier

Model ini mempunyai ciri sebuah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dimana proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Berkaitan dengan model ini ada yang dinamakan Formula Laswell. Formula ini merupakan cara untuk menggambarkan sebuah tindakan komunikasi dengan menjawab pertanyaan: who, says what, in wich channel, to whom, dan with what effect.

Model sirkuler

Model ini ditandai dengan adanya unsur feedback. Pada model sirkuler ini proses komunikasi berlangsung dua arah. Melalui model ini dapat diketahui efektif tidaknya suatu komunikasi, karena komunikasi dikatakan efektif apabila terjadi umpan balik dari pihak penerima pesan.

B. Lima Taraf Komunikasi

Kalau dua orang bertemu maka akan terjadi komunikasi. Namun komunikasinya itu dapat berlangsung pada taraf kedalaman yang berbeda-beda. Taraf kedalaman komunikasi ini dapat diukur dari apa dan siapa yang dibicarakan: pikiran atau perasaan, obyek tertentu, orang lain atau dirinya sendiri. Adapun taraf-taraf komunikasi adalah sebagai berikut :

Taraf kelima adalah basa-basi. Ini merupakan taraf komunikasi paling dangkal. Biasanya terjadi antara dua orang yang bertemu secara kebetulan. Misalnya, kita sedang duduk-duduk di teras rumah, lalu seorang tetangga lewat di depan rumah kita.Sebagai sopan-santun, kita menegur, misalnya dengan mengatakan, "Silakan mampir", tanpa mengharapkan jawaban yang sebenarnya. Maka biasanya juga hanya akan dijawab, "Terima kasih, lain kali", dan tetangga itu pun terus berlalu. Jadi pada taraf ini tidak terjadi komunikasi dalam arti sebenarnya. Setiap pihak tidak membuka diri kepada dan bagi yang lain.

Taraf keempat adalah membicarakan orang lain. Disini orang sudah mulai menanggapi, namun tetap masih pada taraf dangkal, khusunya belum mau berbicara tentang diri masing-masing.Yang dibicarakan pun adalah obyek diluar diri kita. Dalam pembicaraan itu pun kita tidak saling mengemukakan pendapat, hanya saling bertukar informasi. Singkat kata kita hanya ngrumpi, omong kosong, belum mau saling membuka diri.

Taraf ketiga adalah menyatakan gagasan dan pendapat. Kita sudah mau saling membuka diri, saling mengungkapkan diri. Namun, pengungkapan diri tersebut masih terbatas pada taraf pikiran.Kita berusaha keras menghindarkan diri menunjukkan kesan memiliki pendapat yang berbeda. Dalam berbicara, kita cenderung berusaha menyenangkan lawan bicara melulu. Kita belum berani sungguh-sungguh menampilkan diri kita yang sebenarnya, kendati dalam taraf pikiran sekalipun.

Taraf kedua adalah taraf hati atau perasaan. Ada yang mengatakan bahwa emosi atau perasaan adalah unsur yang membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Kalau kita berani saling mengungkapkan perasaan kita dalam komunikasi, maka hubungan kita itu akan terasa unik, berkesan dan memberikan manfaat bagi perkembangan pribadi kita masing-masing. Berani menghadapi resiko bahwa kekurangan dan kelemahan kita diketahui oleh orang lain. Hanya dengan cara itu kita berkembang dan saling mengembangkan. Dengan saling mengungkapkan perasaan dan isi hati, berarti kita sepakat salingmempercaya.

Taraf pertama adalah hubungan puncak. Komunikasi pada taraf ini ditandai dengan kejujuran, keterbukaan dan saling percaya yang mutlak di antara kedua belah pihak. Dengan kata lain, komunikasi tersebut telah berkembang begitu mendalam sehingga kedua pihak merasakan kesatuan perasaan timbal balik yang hampir sempurna. Hubungan puncak yang sempurna tentu saja lebih lazim terjadi di antara suami istri.C. Komunikasi Yang EfektifKomunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu :

1. Kejelasan

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.

2. Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.

3. Konteks

Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

4. Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap

5. Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.D. Komunikasi Satu Arah dan Dua ArahSetelah memahami berbagai kendala yang menghambat terjadinya komunikasi dua arah, kita akan lebih mudah untuk menyusun strategi guna membangun komunikasi dua arah tersebut. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa dicoba.

Mendengar. Dalam komunikasi dua arah, ada yang berbicara, dan ada yang mendengar. Yang sering terjadi adalah tiap pihak saling menunggu kesempatan untuk berbicara tanpa meluangkan waktu untuk mendengar apa yang disampaikan pihak lain (karena ia sibuk menyiapkan apa yang akan disampaikan). Seringkali, banyak permasalahan dapat terselesaikan justru bukan karena seseorang menjadi pembicara yang handal, melainkan karena ia bersedia memahami orang lain dengan cara mendengarkan dengan saksama apa yang disampaikan (keluhan, masalah, keinginan, harapan). Informasi yang didengar inilah yang bisa dijadikan dasar untuk menentukan langkah selanjutnya untuk menyelesaikan masalah.

Terbuka. Untuk mendorong tiap pihak untuk saling terbuka, seorang pimpinan hendaknya tidak menghukum orang yang menyampaikan pendapat, masalah, atau perasaannya. Keterbukaan bisa juga dibuatkan wadahnya, yaitu melalui bulletin board, kotak saran, atau media antarkaryawan. Karyawan yang menyampaikan pendapat atau ide yang bisa dimanfaatkan perusahaan, bisa diberikan hadiah, atau penghargaan. Demikian juga dengan karyawan yang bisa mengidentifikasi atau mengantisipasi masalah serta mengusulkan alternatif pemecahannya.

Menyamakan persepsi. Komunikasi dua arah sering terhambat karena adanya perbedaan persepsi terhadap suatu masalah. Dengan demikian, dalam berkomunikasi, ada baiknya disampaikan juga latar belakang pemikiran dari ide yang disampaikan, sehingga orang lain juga bisa memiliki persepsi yang sama, berangkat dari persepsi yang sama, atau paling tidak memahami persepsi orang yang menyampaikan informasi tersebut. Jika pemahaman sudah tergalang, maka komunikasi dua arah akan lebih mudah mengalir.

Komunikasi empat mata. Banyak juga karyawan yang enggan menyampaikan pendapat karena sungkan berbicara di hadapan banyak orang, padahal mungkin saja karyawan tersebut memiliki ide yang brilian. Seorang pimpinan bisa mencoba melakukan komunikasi dua arah terhadap anak buahnya secara regular untuk memahami kebutuhan, ekspektasi, masalah mereka. Dengan komunikasi empat mata, bawahan mungkin saja lebih nyaman menyatakan pendapat atau menyampaikan permasalahan yang ditemuinya di lapangan. Jadi, komunikasi empat mata penting untuk dilakukan dengan lebih sering, tidak hanya ketika melakukan evaluasi kerja tahunan.

Ada banyak cara untuk membangun komunikasi dua arah, beberapa di antaranya baru saja kita bahas bersama. Mungkin Anda bisa memilih mana yang paling cocok untuk Anda, atau mengkombinasi beberapa strategi untuk mencapai komunikasi dua arah dengan lebih mudah, dengan hasil yang lebih baik.E. Mendengarkan Sambil Memahami

Mendengarkan adalah salah satu aspek paling penting dalam komunikasi efektif. Dengan menjadi pendengar yang baik dan sabar, kita tidak hanya mampu menyelesaikan berbagai masalah di pekerjaan atau di rumah, tetapi juga akan mampu melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Dengan demikian, pemahaman kita terhadap berbagai hal akan menjadi semakin luas sehingga diri kita semakin berkembang. Berikut adalah beberapa tips untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan kita:

Mengenakan Sepatu Orang Lain Seringkali kita secara otomatis memikirkan apa manfaatnya bagi kita dari apa yang dikomunikasikan orang lain pada kita. Mendengarkan secara aktif dan empatik tidak mengandung unsur pemikiran internal. Kita perlu memikirkan topik yang dikomunikasikan berdasarkan sudut pandang orang tersebut serta secara aktif berusaha memahami sudut pandang tersebut. Sungguh tidak bijaksana jika kita secara langsung menempatkan diri lebih pintar atau lebih tahu daripada orang yang berbicara. Karena dengan demikian, kita tidak akan benar-benar mendengarkan orang tersebut tetapi malah cenderung membandingkannya dengan pengalaman kita. Selalu ingatlah bahwa kita dikaruniai dua telinga dan satu mulut, maka kita perlu lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Kosongkan pikiran dan bersikap terbukalah pada apapun yang dikatakan orang lain pada kita. Lingkungan Fisik Kondusif Minimalisir atau hilangkanlah segala macam gangguan sehingga kita akan dapat memberikan perhatian penuh pada orang yang berbicara. Pilihlah tempat yang nyaman dan bebas gangguan. Seringkali sedikit gerakan atau

suara dapat mengalihkan konsentrasi baik pembicara maupun pendengar. Gerakan orang lalu-lalang, bunyi denting peralatan makan di restoran atau cafe, atau suara lalu lintas dapat mengganggu efektivitas komunikasi.

Bahkan kadang hal-hal yang tidak kita sadari pun dapat menganggu. Lebih baik jika kita mematikan telepon genggam karena sistem getar pun dapat menyebabkan gangguan bagi pendengar maupun pembicara. Apalagi jika telepon bergetar di atas meja yang menimbulkan bunyi cukup keras. Aktivitas fisik seperti mengubah posisi duduk atau berdiri, bahkan gerakan tangan atau kaki saat berkomunikasi dapat menjadi pengalih perhatian sesaat yang cukup untuk mengganggu perhatian

kedua belah pihak.

Sensitif terhadap Catatan Beberapa orang suka mencatat saat mendengarkan, baik mencatat di atas kertas atau secara elektronik. Aktivitas mencatat itu sendiri dapat menjadi gangguan karena menimbulkan ketidaknyamanan pembicara dalam membuka diri, terutama untuk hal-hal yang bersifat sensitif dan negatif. Mencatat secara elektronik, misalnya menggunakan laptop atau tablet (ipad/tab), dapat menimbulkan pemikiran asumtif dalam benak pembicara bahwa pendengar mendengarkan sambil kesalahan karyawan. Karyawan yang melakukan kesalahan dengan bertindak sengaja. Mereka mungkin tidak menghargai efek dari perilaku mereka, tetapi dalam kebanyakan kasus mereka bertindak dengan itikad yang baik. Ini merupakan hubungan sebab akibat yang belum dibuat.

Peran Anda sebagai manajer adalah untuk membantu bawahan melihat bagaimana perilaku mereka yang telah membuat kesalahan dengan memperlakukannya seperti anak-anak. Tujuan akhirnya adalah membuat bawahan menentukan pilihan yang benar di waktu berikutnya. Hal ini paling baik dilakukan dengan melakukan diskusi tidak langsung. Sebuah teknik yang baik adalah menanyakan dengan cara tidak menghakiminya. Apa yang terjadi? Biarkan karyawan menemukan bagaimana tindakan mereka berkontribusi pada kesalahan.F. Persepsi Yang Selektif dalam Mendengarkan dan Menanggapai

Cara kita mendengarkan dan menanggapi lawan bicara sangatlah penting dalam komunikasi. Agar komunikasi kita lebih intim dan personal, kita perlu mengkomunikasikan kepada lawan bicara kita, bahwa kita telah mendengarkan dan memahaminya. Komunikasi disebut impersonal apabila penerima mengkomunikasikan kepada pengirim bahwa ia tidak mendengarkan dan tidak memahaminya. Hal ini jelas menghambat komunikasi. Hambatan lain untuk membangun komunikasi yang intim dan personal adalah kecenderungan kita untuk menilai, menghakimi mendengarkan atau sebaiknya menyalahkan pernyataan- pernyataan yang disampaikan oleh pengirim. Kecenderungan ini akan semakin meningkat dalam situasi-situasi dimana kita saling mengungkapkan emosi dan perasaan. Kita sering merendahkan teman yang mengungkapkan perasaan takut, misalnya dengan menyebutnya cengeng, kolokan dan sebagainya. Salah satu cara untuk menghindari kecenderungan diatas adalah belajar membiasakan diri memberikan parafrase atau tanggapan penuh pemahaman dalam mendengarkan(Johnson,1981). Cara ini tidak hanya bermanfaat mengkomunikasikan kesediaan penerima untuk memahami pengirim tanpa memberikan penilaian atas pernyataan- pernyataannya.tetapi juga akan sangat menolongnya menangkap gagasan dan perasaan yang diungkapkan dari sudut pandang pengirim. Selain itu pemahaman empatik ini, yaitu mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang diungkapkan orang lain, serta memahaminya dari sudut pandang orang itu, ternyata juga sangat menolong bagi orang itu. Dalam praktik konseling, pemahaman empatik ini merupakan cara paling efektif untuk menciptakan komunikasi yang intim antara konselor dan konseli, sehingga mampu menimbulkan perubahan-perubahan penting yang bersifat positif konstruktif dalam diri konseli (johson1981). Menurut Johnson (1981), kiat sederhana untuk meningkatkan kemampuan kita dalam memahami orang secara empatik adalah sebagai berikut. Sebelum memberikan tanggapan, lebih dahulu kita memahami sudut pandang lawan komunikasi kita. Hanya bila kita sudah sungguh-sungguh menangkap gagasan dan perasaannya, maka kita akan mampu memberikan tanggapan dengan penuh pemahaman atas masalah yang dikemukakanya. Dalam komunikasi kita biasa memilih sebagian pesan yang terkandung dalam pernyataan lawan komunikasi kita untuk kita tanggapi dan mengabaikan bagian-bagian lain. Hampir semua bentuk komunikasi memang bersifat begitu kompleks atau rumit, sehingga sadar atau tidak sadar kita harus memilih apa atau siapa yang harus kita persepsikan dan kita tanggapi karena kecenderungan memberikan tanggapan secara selektif (selective perseption) ini merupakan salah satu sumber hambatan (noise) dalam proses komunikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi sikap selektif dalam menanggapi suatu pesan adalah harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, pendapat, sikap dan keyakinan-keyakinan kita. Agar mampu mendengarkan dan menanggapi orang lain secara tepat, kita harus menginsafi terjadinya selektivitas dalam penanggapan dan bersedia mengubah persepsi-persepsi kita apabila memang manjadi nyata bahwa cara kita menanggapi suatu pesan melenceng. Interpretasi kita tentang pesan-pesan yang kita terima senantiasa masih bersifat tentatis atau sementara sebelum mendapatkan konfirmasi, penerimaan atau pembenaran dari si pengirim pesan. Itulah salah satu sebab mengapa penting sekali memastikan makna sesuatu pesan sebelum kita menanggapinya. B. Memahami Sudut Pandang Orang Lain Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda satu sama lain. Salah paham dalam komunikasi mudah dan sering terjadi, sebab kita beranggapan bahwa semua orang melihat obyek atau kejadian dari sudut pandang yang sama. Salah paham itu menjadi semakin mudah terjadi karena faktor-faktor berikut: 1. Sudut pandang kita sendiri dapat berubah akibat perubahan waktu.2. Pesan yang sama dapat memiliki lebih dari satu makna

Contohnya: Ajakan untuk menciptakan sikap kekeluargaan misalnya, dapat berarti bahwa seperti dalam keluarga, bawahan tidak perlu takut bersikap terbuka terhadap atasannya. Namun juga dapat diartikan bahwa bawahan harus tunduk tanpa reserve terhadap atasannya. Kemampuan memahami sudut pandang orang lain memang sangat penting agar kita dapat berkomunikasi secara efektif. Agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, kita perlu memperhatikan sudut pandang lawan komunikasi kita. Kemampuan memahami sudut pandang orang lain sangat penting untuk bisa berkomunikasi. Secara lebih spesifik, sebelum mengutarakan sesuatu kita harus memperhatikan: 1. Sudut pandang lawan komunikasi kita. 2. Apa yang telah diketahui oleh lawan komunikasi kita tentang hal yang akan kita ungkapkan itu. 3. Informasi lebih lanjut mana yang dibutuhkan dan diinginkan oleh lawan komunikasi kita tentang hal yang kita utarakan tersebut. Begitu pula, agar mampu menerima pesan secara tepat, kita perlu mengetahui sudut pandang pengirim. Maka, sebelum menetapkan makna suatu pesan sebagai penerima kita harus memperhatikan, a. Sudut pandang si pengirim b. Makna pesan tersebut menurut sudut pandang pengirim Meminjam istilah Johnson (1981), dalam berkomunikasi sebaiknya kita membiasakan diri mencoba berdiri beralaskan sepatu lawan komunikasi kita, mengenakan kaca matanya. Dengan demikian, komunikasi kita dengan orang lainpun akan menjadi lancar dan efektif.G. Memahami Sudut Pandang Orang LainPada dasarnya, cara berpikir manusia, bertingkah laku, bersikap dan lain-lain adalah egosentris. Artinya, sudut pandang yang dipegang adalah sudut pandang pribadi. Ini adalah hal yang manusiawi. Seseorang berbuat untuk mempertahankan eksistensi pribadi. Hal yang menjadi masalah adalah jika pribadi-pribadi tersebut bertemu, maka akan memunculkan sudut pandang pribadi yang berbeda-beda. Bagaimana cara membangun komunikasi dengan pribadi-pribadi yang berbeda-beda susut pandangn ini?

Terkadang kita terpikat dengan seseorang, dimana kita melihat mereka sangat berhasil dalam membangun komunikasi. Atau kita percaya pada teman kita yang luar biasa, yang sangat perhatian kepada kita dan komunikatif.

Hal yang kita temukan pada orang-orang yang bisa membangun komunikasi yang baik adalah, mereka selalu dapat menempatkan posisinya secara tepat. Terkadang kita akan melihat mereka adalah seorang pendengar yang baik, dan diwaktu yang lain akan menjadi pembicara yang baik, dan situasi yang lain, mungkin kita akan menemukan mereka sebagai pemberi saran yang jitu. seseorang yang berhasil dalam membangun komunikasi adalah orang yang bisa memahami sudut pandang dan kebutuhan orang lain. Mereka menekan ego pribadinya sendiri, untuk bisa mendalami pendapat orang lain.

Fakta yang kita ketahu bahwa, seseorang yang mau menang sendiri, suka berdebat, dan tidak mau mengakui kesalahan, adalah orang-orang yang tidak kita sukai. Yang menjadi masalah adalah, jika ketidaksukaan kita kepada mereka membuat kita memaksakan kehendak kita dan tidak mendengarkan apa hendak mereka sampaikan, sehingga kita membalasnya dengan sikap yang tidak bersahabat.

Belajar memahami sikap dan pendapat orang lain menunjukkan bahwa kita bertingkahlaku sebagai orang dewasa. Semua orang bisa berbicara dan berdebat, tetapi tidak semua orang bisa memahami sikap orang lain atau menjadi pendengar baik.

BAB IIIPENUTUPDari pembahasan materi diatas penulis menyimpulkan bahwa Komunikasi adalah suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.Lima Taraf Komunikasi adalah :

Hubungan puncak

Adalah taraf hati atau perasaan

Menyatakan gagasan dan pendapat

Membicarakan orang lain

Adalah basa-basi

Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut.Mendengarkan adalah salah satu aspek paling penting dalam komunikasi efektif. Dengan menjadi pendengar yang baik dan sabar, kita tidak hanya mampu menyelesaikan berbagai masalah di pekerjaan atau di rumah, tetapi juga akan mampu melihat dunia dari sudut pandang orang lain.Cara kita mendengarkan dan menanggapi lawan bicara sangatlah penting dalam komunikasi. Agar komunikasi kita lebih intim dan personal, kita perlu mengkomunikasikan kepada lawan bicara kita, bahwa kita telah mendengarkan dan memahaminya. Komunikasi disebut impersonal apabila penerima mengkomunikasikan kepada pengirim bahwa ia tidak mendengarkan dan tidak memahaminya.

Pada dasarnya, cara berpikir manusia, bertingkah laku, bersikap dan lain-lain adalah egosentris. Artinya, sudut pandang yang dipegang adalah sudut pandang pribadi. Ini adalah hal yang manusiawi.

DAFTAR PUSTAKA

Ann Marriner,Tomey, Guide to Nursing management and Leadership, Mosby year book Inc 1996

Elaine.L.Monica, Kepemimpinan dan Management Keperawatan ,pendekatan berdasarkan pengalaman, Penerbit buku kedokteran EGC 1998

Roger. B. Ellis Robert,J Gates and Neil kenwarthy, Interpersonal communication in Nursing Theory and Practice, Churcill Livingstone, 1995

Arismunandar, Wiranto. (2003). Komunikasi dalam Pendidikan. Departemen Teknik Mesin ITB. Bandung.

Gafur, Abdul. (2006). Handout Kuliah Landasan Teknologi Pendidikan. PPs UNY. Yogyakartahttp://finance.groups.yahoo.com/group/Advertising_Indonesia/message/1299http://id.wikipedia.org/wiki/KomunikasiPAGE ii