aktivitas komunikasi verbal dan non verbal dalam...
TRANSCRIPT
AKTIVITAS KOMUNIKASI VERBAL DAN NON
VERBAL DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN ANAK
YATIM DAN DHUAFA DI PANTI ASUHAN ANAK AN-
NAJAH PETUKANGAN SELATAN PESANGGRAHAN
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
DARWIS FITRA MAKMUR
NIM. 109051000090
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H./2014 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Februari 2014
Penulis
Darwis Fitra Makmur
AKTfVITAS KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL
DALAM PEMBINAAII KEAGAMAAN ANAK YATIM DAII
DHUAFA DI PAI\TI ASUHAN ANAK AII.NAJAH PETUKAi\GAII
SELATAN PESANGGRAHAN JAKAR'TA SELATA]Y
Skripsi
Diaj ukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Peneliti
Darwis Fitra Makmur
NIM: 109051000090
Dosen Pembimbing
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PEIYYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAII DAI\ ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF I{IDAYATULLAII
JAKARTA
1435H.n014 M.
Wafi Nilamsari. M.Si.
MP: 19710520 199903 2 A02
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul AKTIVITAS KOMUNIKASI VERBAL DAI\ NONVERBAL DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN ANAK YATIM DANDHUAX'A DI PAT{TI ASUHAN ANAK AN.NAJAH PETT'KAhIGANSELATAIY PESANGGRAHAII JAKARTA SELATAN telah diujikan dalamsidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta pada 25 Februari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagaisalah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I.)pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakart4 25 Februari20l{
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
NIP: 19630515 199203 1006
Anggota,Penguji I Penguji II
NIP: 1971081
Nunung Khairivah. M.ANIP: 19730725 3007012 018 19710816
10520 1999032
i
ABSTRAK
Darwis Fitra Makmur
Aktivitas Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Pembinaan Keagamaan
Anak Yatim dan Dhuafa di Panti Asuhan Anak An-Najah
Komunikasi merupakan alat untuk berdakwah untuk menyampaikan ide atau
gagasan dan pesan dakwahnya kepada khalayak dengan tujuan agar khalayak
memahami dan mengamalkan ide atau gagasan dan pesan dakwah yang disampaikan.
Komunikasi dalam pendidikan adalah proses komunikasi yang melibatkan banyak
kompenen yang terdiri atas semua kompenen yang ada di lingkungan sekolah seperti
guru, murid, kepala sekolah dan sebagainya. Khususnya dalam proses pembelajaran,
maka pengajar berfungsi sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan.
Kemampuan menggunkan komunikasi verbal dan non verbal secara efektif sangat
penting bagi seorang guru dan murid. Dengan adanya komunikan tersebut
memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan pembelajaran dan tingkah
laku untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini adalah pencapaian tujuan untuk
meningkatkan prestasi anak asuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk komunikasi verbal
dan non verbal yang dilakukan pengajar dalam pembinaan keagamaan anak yatim
piatu dan dhuafa di Panti Asuhan Anak An-Najah. Adapun teori yang digunakan
dalam komunikasi verbal adalah teori operant conditioning, teori kognitif dan teori
mediating dan bentuk komunikasi non verbal.
Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode analisis
deskriptif. Subjek penelitian yang dipilih dengan menggunakan purposive sampling
yaitu pengasuh, pengajar, dan empat anak asuh dilihat dari tingkat pendidikan.
Dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan lapangan (observasi),
wawancara, dan dokumentasi di Panti Asuhan Anak An-Najah. Kemudian dengan
teknik analisis data dan teknik keabsahan data.
Bentuk komunikasi verbal yang dilakukan pengasuh dan pengajar dalam
pembinaan keagamaan anak yang diterapkan di Panti Asuhan Anak An-Najah ini
yaitu memberikan wadah untuk share, memberikan teguran dan nasehat, serta
memberikan apresiasi kepada anak asuh yang berprestasi. Bentuk komunikasi non
verbal yang dilakukan pengasuh dan pengajar dalam pembinaan keagamaan anak
yang diterapkan di Panti Asuhan Anak An-Najah ini mengedepankan akhlak dan
keteladanan. Itulah yang membuat anak asuh nyaman dan suka kepada pengajar dan
pengasuhnya, sehingga terdapat kasih sayang yang menimbulkan kedekatan antara
pengasuh dan pengajar dengan anak asuh serta menerapkan kedisiplinan yang
diadakan peraturan dan sanksi bagi yang melanggar.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan mengucapkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga Allah SWT limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya.
Sekalipun skripsi yang berjudul “Bentuk Komunikasi Verbal dan Non Verbal
dalam Pembinaan Keagamaan Anak Yatim Piatu dan Dhuafa di Panti Asuhan Anak
An-Najah Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan” ini masih jauh dari
sempurna, namun ini merupakan suatu usaha yang maksimal, karena dalam proses
penyelesaiannya tidak sedikit kesulitan dan hambatan dalam penyusunan skripsi ini.
Namun berkat pertolongan Allah SWT yang memberikan nikmat-Nya dan
kesungguhan kepada penulis serta bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak
yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Bapak Dr. Suparto, M. Ed, Pudek I, Bapak Drs. Jumroni, M.Si,
Pudek II dan juga Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, Pudek III.
2. Bapak Rachmat Baihaky, MA, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
dan Ibu Umi Musyarrofah, MA, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
iii
3. Ibu Wati Nilamsari, MA, Pembimbing yang selalu memberikan arahannya guna
mencapai hasil skripsi yang lebih baik.
4. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
membantu mempermudah segala urusan dalam rangka menyelesaikan skripsi ini.
5. Pengurus dan Staff di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang banyak
membantu peneliti dalam mendapatkan bahan skripsi.
6. Pengurus Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan kemudahan kepada peneliti dan memberikan tempat yang nyaman
bagi peneliti demi kelancaran skripsi ini.
7. Bapak M. Ansor sebagai pengasuh dan Bapak M. Guntur sebagai pengajar Panti
Asuhan Anak An-Najah serta adik-adik asuh di Panti yaitu Fauzan, Katrin, Arya
dan Qona’ah yang telah meluangkan waktu untuk peneliti dalam membantu dan
menyelesaikan skripsi ini.
8. Orang tua, ayahanda dan ibunda, No’om Rinan dan Kholillah, serta kakak-kakak
Omah Maria, Ida Wati, Sakillah, Sukiyanti Indayani, dan Yohani Anggia Sari
yang telah memberikan dukungannya, tanpa dukungan dan doa dari kalian
peneliti bukanlah apa-apa.
9. Abang Jaka Lelana, SE yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungannya
selama ini.
10. Revina Septhiani, Kekasih merangkap sebagai sahabat, teman cerita, yang selalu
mendoakan dan mengantarkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat, Ahmad Zaky, Priyan Arga, Hasbul dan Abdullah yang
memberikan banyak motivasi kepada peneliti.
iv
12. Teman-teman seperjuangan KPI C 2009 yang memberikan dukungannya kepada
peneliti.
13. Teman-teman futsal dakwah, kawan-kawan KKN Dedication dan kawan-kawan
lainnya yang tidak bisa peneliti sebutkan namanya satu per satu.
Akhir kata, peneliti mohon maaf jika dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat kesalahan dan kekurangan. Namun, peneliti berharap saran serta kritik dalam
rangka perbaikan perbaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Februari 2014
Darwis Fitra Makmur
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………......………………………………………….. ii
DAFTAR ISI………………..……………………………………………….……… v
DAFTAR TABEL………………………………...……………………………….. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..…………………………………………………. 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah……………..…………………. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………..…………………… 9
D. Metodolgi Penelitian…………..…………..…………………… 10
1. Pendekatan Penelitian………..……..……………………… 10
2. Subjek dan Objek Penelitian………..…..………………….. 11
3. Lokasi dan Waktu Penelitian………..…………..…………. 14
4. Teknik Pengumpulan Data……………………………….... 14
5. Teknik Analisis Data……..………………………………… 16
6. Teknik Keabsahan Data…………………………………….. 16
E. Tinjauan Pustaka……………………………..…………………. 17
F. Sistematika Penulisan………………………………………..…. 19
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Aktivitas…………………………………………… 23
B. Ruang Lingkup Komunikasi
1. Definisi Komunikasi………………………………….……. 24
2. Unsur-unsur Komunikasi………………………………….. 27
3. Fungsi Komunikasi………………………………………… 30
4. Tujuan Komunikasi………………………………………… 30
C. Bentuk-bentuk Komunikasi
1. Komunikasi Verbal…….....………………………………… 31
a. Teori Operant conditioning……..………………………. 32
b. Teori Kognitif………………….……………………….. 32
c. Teori Mediating (Penengah)…….……………………… 33
2. Komunikasi Non Verbal………...…………………….……. 35
D. Pembinaan Keagamaan
1. Pengertian Pembinaan Keagamaan..……………………….. 39
2. Tujuan Pembinaan Keagamaan…….………………………. 40
3. Metode Pembinaan Keagamaan……..……………………... 42
vi
E. Anak Yatim dan Dhuafa
1. Pengertian Anak……………….…………………………… 44
2. Pengertian Yatim……..………….…………………………. 45
3. Pengertian Dhuafa………………..………………………… 46
a. Ruang Lingkup Kaum Dhuafa.………………………… 47
b. Langkah-langkah Membantu Pengembangan Kaum
Dhu’afa…………………..…….……………………….. 48
F. Panti Sosial Asuhan Anak
1. Pengertian Panti Sosial Asuhan Anak………………...……. 50
2. Sifat-Sifat Pelayanan Panti Asuhan…………………..……. 50
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN ANAK AN-NAJAH
A. Sejarah Berdirinya PAA ANNAJAH……...………………….... 54
B. Visi, Misi dan Tujuan PAA ANNAJAH……...………………... 56
C. Struktur Organisasi PAA ANNAJAH …………………....……. 57
D. Program-program Kegiatan PAA ANNAJAH.…………..…….. 58
E. Proses Perekrutan dan Persyaratan Anak Asuh…..…………….. 59
F. Sumber dan Penggunaan Dana Panti Asuhan…...……………… 60
G. Sarana dan Pra-Sarana yang dimiliki Panti Asuhan…...……….. 60
H. Pelayanan Pengasuhan Anak Asuh……………………...……… 61
I. Pembinaan Keagamaan di Panti Asuhan………………..…….... 63
J. Keadaan Anak Asuh di Panti Asuhan…………………………. 66
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. Bentuk Komunikasi Verbal Dalam Pembinaan Keagamaan Anak
Yatim Piatu Dan Dhuafa ……………………………………..… 70
B. Bentuk Komunikasi Non Verbal Dalam Pembinaan Keagamaan
Anak Yatim Piatu Dan Dhuafa………………………….……… 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………..…………..... 87
B. Saran…………………………………..……………………...… 89
DAFTAR PUSTAKA……………………..……………………….. 90
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Kerangka Sampe Penelitian.…………...…………………………… 13
2. Tabel 2 Jumlah Anak Asuh PAA An-Najah…………………………..…….. 67
3. Tabel 3 Keadaan Anak Asuh PAA An-Najah Menurut Usia………….……. 67
4. Tabel 4 Keadaan Anak Asuh Menurut Tingkat Pendidikan.………………... 68
5. Tabel 5 Keadaan Anak Asuh PAA An-Najah Menurut Status...……………. 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia yang hidup dalam masyarakat tidak akan pernah lepas
dari komunikasi. Komunikasi merupakan proses aktivitas dasar manusia.
Komunikasi dapat terjadi apabila ada komunikator (orang yang menyampaikan
pesan atau informasi) dan komunikan (orang yang menerima pesan).
Komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian atau pengiriman pesan
yang berupa pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) untuk
memberitahu guna mengubah sikap, pendapat dan perilaku baik secara langsung
atau tidak, dan yang terpenting dalam proses penyampaian pesan itu harus jelas,
agar tidak terjadi salah paham. Adapun perasaan bisa keyakinan, keraguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain-lain yang timbul dari hati.1
Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting, karena dengan
berkomunikasi seorang anak bisa mencurahkan isi hatinya begitu juga dengan
orang tua bisa memberikan kasih sayang. Dengan komunikasi manusia mencoba
mengekspresikan keinginannya dan dengan komunikasi pula manusia
melaksanakan kewajibannya. Itulah sebabnya Wilbur Schraam yang dikutip oleh
Toto Asmara dalam bukunya Komunikasi Dakwah, memberikan predikat kepada
1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 205), cet. Ke-19, h. 11
2
manusia sebagai The communication Animal, artinya tanpa komunikasi manusia
akan jatuh derajatnya pada tingkat yang rendah.2
Komunikasi dalam pendidikan adalah proses komunikasi yang
melibatkan banyak komponen yang terdiri atas semua komponen yang ada di
lingkungan sekolah seperti guru, murid, kepala sekolah dan sebagainya.
Khususnya dalam proses pembelajaran, maka pengajar berfungsi sebagai
komunikator dan murid sebagai komunikan.
Perlu disadari, bahwa peran komunikasi sangat diperlukan dalam
kehidupan bersosialisasi, bahkan pada bidang pendidikan. Seorang guru harus
dibekali ilmu komunikasi agar apa yang disampaikannya dapat menjadi efektif
dan siswa dapat memahami pelajaran dengan mudah. Telah disepakati, bahwa
fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur dan
mempengaruhi. Dalam komunikasi istilah pendidikan dan pengajaran adalah dua
komponen yang saling melibatkan antara pengajar sebagai komunikator dan
pelajar sebagai komunikan.3
Berkomunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non verbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau
kata-kata baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan.4
Sedangkan komunikasi non verbal adalah penciptaan pesan melalui gerak tubuh,
2 Toto Asmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet. Ke-2, h. 6
3 Fitriani, Bentuk Komunikasi Antara Guru dan Orang Tua Dalam Membantu Pembelajaran
Agama di SDI Al-Izhar Pondok Labu, (Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 3 4 Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h. 63.
3
sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka dan
sentuhan.5
Kemampuan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal secara
efektif sangat penting bagi seorang guru dan murid. Dengan adanya komunikasi
tersebut memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan pembelajaran
dan tingkah laku untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini adalah pencapaian tujuan
untuk meningkatkan prestasi.
Komunikasi merupakan proses penyampaian seseorang berupa gagasan
atau pesan-pesan kepada orang lain. Jelas bahwa komunikasi melibatkan
sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi,
yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang
dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human
communication, yang sering kali pula disebut komunikasi sosial atau social
communication.6
Komunikasi dalam proses pembinaan di lembaga sosial yang dilakukan
oleh pengajar kepada anak asuhnya. Termasuk ke dalam komunikasi kelompok
karena komunikasi ini dilakukan dari tiga atau lebih individu dalam situasi tatap
muka. Dilihat dari segi tujuan, komunikasi di lembaga sosial adalah mentransfer
dan meningkatkan pengetahuan anak termasuk juga pengetahuan agama Islam.
Dari pernyataan di atas terlihat jelas bahwa komunikasi itu dapat
dijadikan alat dalam pembinaan keagamaan anak-anak yang berbentuk verbal
5 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003),
h. 97 6 S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet. Ke-9
4
dan non verbal, khususnya bagi anak yatim dan dhuafa dalam kegiatan sehari-
harinya di panti asuhan.
Menurut Soerjono Sukanto, keadaan kaya dan miskin secara
berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saatnya perdagangan
berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru. Dengan
berkembangnya perdagangan keseluruh dunia dan ditetapkannya taraf kehidupan
tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul sebagai
masalah sosial.7
Soerjono Sukanto menyatakan kemiskinan terjadi karena tidak adanya
pembagian kekayaan yang merata. Hal ini bisa dilihat di kota-kota besar di
Indonesia seperti Jakarta, seseorang dianggap miskin karena tidak memiliki
radio, televisi, dan mobil. Kecenderungan yang semakin tidak merata tersebut
dalam pendistribustian pendapatan, akan semakin luas pula terjadinya
kemiskinan dan kesenjangan sosial, sehingga lama kelamaan benda-benda
sekunder tersebut dijadikan ukuran bagi keadaan sosial-ekonomi seseorang, yaitu
apakah dia miskin atau kaya.8
Orang tua (keluarga) memegang peranan penting dalam pengasuhan anak
agar anak mendapat perhatian dan terpenuhinya hak-hak anak sehingga terhindar
dari keterlantaran. Keterlantaran pada anak bukan saja berdampak pada
7 Sukanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
cet ke-35. h. 364 8 Sukanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, h.366
5
keberadaan anak itu sendiri tetapi juga terkait dengan masa depan bagsa dan
dampak sosial yang ditimbulkannya.9
Keluarga sebagai unit terkecil dalam tatanan masyarakat merupakan
unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak sebagai generasi
penerus cita-cita perjuangan bangsa. Posisi strategis ini hanya dapat diwujudkan
apabila keluarga mampu melaksanakan fungsi dan perannya secara serasi dalam
kehidupan keluarga dan sebagai unsur yang aktif partisipasi dalam usaha
pembinaan lingkungan sosial yang tentram dan sejahtera.
Seorang anak sangat mendambakan perhatian dan sentuhan kasih sayang
dari orang tuanya dan mendapat kehidupan yang layak bagi mereka. Akan tetapi,
ketika salah satu dari mereka (orang tua) anak terutama seorang ayah meninggal,
maka si anak merasa ada sesuatu yang kurang dan merasa kehilangan seorang
sosok bapak yang menjadi figuran dan teladan baginya.
Apa lagi jika kedua orang tuanya meninggal, maka ia akan merasa
kesepian dan hidup sebatang kara tanpa adanya lagi perhatian dan kasih sayang
dari orang tuanya, serta mereka tidak akan lagi mendapat kehidupan yang layak
bagi mereka yang harus kita penuhi. Maka disini anak mempunyai hak adalah
mendapatkan nama yang bagus dan baik mendapatkan pendidikan, pembiayaan
serta pemenuhan kebutuhan dan dinikahkannya.
9 Modul Pelayanan Sosial Anak Terlantar Luar Panti Melalui Penguatan Ekonomi Keluarga
Dalam Bentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE, 2011).
6
Dengan demikian jelas bahwa letak persoalan bukan pada korban yakni
pada kaum dhuafa dan anak yatim melainkan sistem sosial dan budaya yang
membawa akibat pada kemiskinan terjadi pada kebijakan-kebijakan pemerintah
tidak memihak pada kaum dhuafa.10
Anak-anak dhuafa dan anak yatim yang ada di Indonesia merupakan
bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban yang
sama dengan komponen masyarakat yang lainnya yang tidak boleh
termarjinalkan, karena hal tersebut merupakan tindakan dokumentasi masalah
yang timbul seputar anak-anak kaum dhuafa dan anak yatim yang merupakan
tanggung jawab kita bersama sebagai sesama makhluk sosial terlebih lagi Negara
sebagai institusi yang mengatur hubungan manusia yang satu dengan yang
lainnya dalam konteks hidup bernegara dan bermasyarakat.
Anak yatim dan dhuafa merupakan permasalahan yang terkait dengan
keberadaan masa depan anak secara umum sebagai penerus generasi bangsa.
Oleh karena itu penanganan anak yatim dan dhuafa (terlantar) menjadi tanggung
jawab bersama agar di dapatkan upaya yang lebih efektif dan optimal. Anak
yatim and dhuafa merupakan masalah sosial yang banyak ditemukan di
masyarakat.11
Panti asuhan adalah sebagai salah satu sarana yang sangat efektif dalam
menjawab permasalahan yang terjadi dalam proses berkomunikasi, karena
10
Abul Laits Assamrqondi, H. Salim Bahreis, Tanbihul Ghofilin, (Jakarta: Sa‟diyah Putra,
1984), Jilid 2, h. 543. 11
Modul Pelayanan Sosial Anak Terlantar Dalam Panti (PSBR, 2010)
7
melalui komunikasi di panti asuhan dapat mengetahui bagaimana proses
komunikasi verbal dan non verbal dari pengajar kepada anak asuh yang dapat
berguna untuk anak-anak yang ada di panti.
Panti asuhan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak yang kurang mampu
dan terlantar serta yatim sebagai tempat bimbingan. Panti asuhan juga bergerak
dalam pembinaan dan melahirkan sumber daya manusia yang baik dan
berkualitas dengan sifat-sifat pelayanan yang ada di panti asuhan.
Maka dengan adanya panti asuhan disini sangat membantu mereka dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi di dalam kehidupan ini
sehingga mereka dapat menjalani hidup yang tidak dibedakan dengan anak-anak
yang taraf ekonominya lebih baik dan yang masih punya orang tua.12
Panti Asuhan anak “ANNAJAH” adalah suatu panti sosial yang
menampung anak-anak yatim, orang duafa dan anak-anak yang orang tuanya
sakit sakitan, di panti ini anak-anak dibina dan belajar hingga tamat SMA. Panti
Sosial Asuhan Anak Annajah terletak di Jalan Kemajuan No. 10 Petukangan
Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
Panti sosial Asuhan Anak An-Najah sebagai lembaga sosial yang
membantu anak-anak fakir miskin dan yatim, sarana dan prasarana yang dimiliki
panti asuhan tersebut sangat menunjang dalam terbentuknya komunikasi verbal
dan non verbal.
12
Depsos RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan Pengentasan Anak Terlantar
Melalui Panti Asuhan Anak, (Jakarta: Binkesos, 1989), h. 3
8
Panti sosial Asuhan Anak An-Najah merupakan salah satu lembaga sosial
masyarakat yang berada di wilayah Petukangan Selatan yang peduli terhadap
nasib anak-anak kurang mampu, dan anak yatim. Panti ini juga sudah memiliki
cirri-ciri panti sosial pada umumnya yaitu adanya visi, misi lembaga, program,
pengurus, serta klien yang ditangani, kemudian sarana dan prasarana yang
mendukung terjadinya komunikasi di panti ini dirasakan cukup.13
Berkaitan dengan hal tersebut, akhirnya peneliti berkesimpulan dan
merasa perlu membahas mengenai aktivitas komunikasi verbal dan non verbal
pengasuh di Panti Asuhan „Anak‟ An-Najah Petukangan Selatan Pesanggarahan
Jakarta Selatan. Khususnya terhadap anak yatim dan dhuafa yang mengikuti
pembinaan keagamaan. Maka untuk menjawab semua persoalan tersebut peneliti
mengambil judul: “Aktivitas Komunikasi Verbal dan Non Verbal Dalam
Pembinaan Keagamaan Anak Yatim dan Dhuafa Di Panti Asuhan Anak An-
Najah Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan fokus antara masalah yang
dikemukakan dengan pembahasan dan analisis, maka perlu diberikan
pembatasan masalah yang akan diteliti. Maka penelitian ini dibatasi pada
13
Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan „Anak‟ An-Najah), Jakarta,
10 Oktober 2013
9
aktivitas komunikasi verbal dan non verbal dalam pembinaan keagamaan
anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Anak Petukangan Selatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan.
2. Perumusan Masalah
Agar dalam pembatasannya lebih terarah dan terfokus, maka peneliti
perlu membuat perumusan masalah, yang tersusun dalam kerangka
pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana aktivitas komunikasi verbal yang dilakukan pengajar dalam
pembinaan keagamaan anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Anak
An-Najah Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan ?
b. Bagaimana aktivitas komunikasi non verbal yang dilakukan pengajar
dalam pembinaan keagamaan anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan
Anak An-Najah Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui aktivitas komunikasi verbal yang dilakukan pengajar
dalam pembinaan keagamaan anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan
Anak An-Najah Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
b. Untuk mengetahui aktivitas komunikasi non verbal yang dilakukan
pengajar dalam pembinaan keagamaan anak yatim dan dhuafa di Panti
Asuhan Anak An-Najah Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta
Selatan.
10
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan khazanah
keilmuan tentang aktivitas komunikasi verbal dan non verbal pengajar
dalam pembinaan keagamaan. Di samping itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan dan
mengembangkan teori-teori tentang komunikasi.
b. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi contoh panti
asuhan atau lembaga swasta lainnya dengan melihat dan
mengaplikasikan komunikasi verbal dan non verbal yang baik untuk
pembinaan keagamaan anak yatim dan dhuafa.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu
metode penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, dan merupakan suatu penelitian ilmiah. Bogdan dan Taylor
yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 14
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualtatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2009), cet. ke-26, h. 4
11
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berupaya untuk
menghimpun data, mengolah data dan menganalisis data dengan tujuan
dapat memperoleh gambaran atau informasi yang luas dan mendalam
tentang aktivitas komunikasi verbal dan non verbal yang menjadi objek
penelitian.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan
informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan
(purpossive sampling).15
Dalam menentukan subjek penelitian ini, peneliti
memilih subyek penelitian yang menurut peneliti dapat memberikan data
yang dibutuhkan.
Adapun subjek utama penelitian ini adalah Panti Asuhan Anak An-
Najah yang meliputi pengasuh panti yaitu M. Ansor dan pengajar
Muhammad Guntur. Pemilihan subyek ini dilakukan karena mereka
memiliki perhatian, pengetahuan serta perannya dalam pembinaan
keagamaan anak yatim dan dhuafa. Sedangkan subyek pendukung dalam
penelitian ini adalah anak asuh atau anak yatim dan dhuafa yang berada di
Panti Asuhan Anak An-Najah. Jumlah anak asuh yang berada di Panti
Asuhan Anak An-Najah berjumlah 25 orang.
Dengan menggunakan purposive sampling, hal ini dilakukan
berdasarkan kategori usia dan pendidikan. Di dapat 25 orang berdasarkan
kategori usia (9-19 tahun) dan pendidikan (SD, SMP, SMA, Kuliah). Dari
15
Ibid. , h. 5.
12
sinilah peneliti memilih empat orang anak asuh yang terdiri dari satu orang
berumur 9 tahun, pendidikan SD. Satu orang berumur 15 tahun, pendidikan
SMP. Satu orang berumur 18 tahun, pendidikan SMA dan satu orang
berumur 19 tahun, pendidikan kuliah semester 3.
Pemilihan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui bagaimanakah
aktivitas komunikasi yang dilakukan antar pendidikan yaitu SD, SMP ,SMA
dan Perguruan Tinggi . Sedangkan untuk objek penelitian ini adalah aktivitas
komunikasi verbal dan non verbal pengasuh dalam pembinaan keagamaan
anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Anak An-Najah.16
Tabel berikut ini merinci tentang subyek pendidikan :
16
Wawancara Pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta,
12 September 2013.
13
Tabel 1
Kerangka Sampel Penelitian
No. Jenis Data Subjek Penelitian Nama Subjek Kedudukan Data yang dicari
1. Primer
Utama
Panti Asuhan Anak An-Najah 1. M. Ansor
2. Muhammad
Guntur
Pengasuh panti
asuhan anak
annajah
Pengajar panti
asuhan anak
annajah
Aktivitas komunikasi anak-anak
asuh dalam pembinaan keagamaan
yang didapat di Panti Asuhan
Anak An-Najah.
2.
Primer
Pendukung
Anak Asuh Panti Asuhan
Anak An-Najah
1. Fauzan
2. Katrin
3. M. Arya
4. Qona‟ah
SD
SMP
SMA
Kuliah
Cara pengasuh dan pengajar
memberikan pembelajaran dalam
pembinaan keagamaan dan
dampak kepada masing-masing
anak asuh di Panti Asuhan Anak
An-Najah.
14
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan Anak An-Najah, yang
beralamat di Jalan Kemajuan No. 10 Petukangan Selatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi Petukangan didasarkan pada 4 D dalam
penelitian, yaitu data, date, daya dan dana.17
Pertama, data atau informasi mudah untuk didapatkan karena sudah
mempunyai link dan izin dari panti asuhan tersebut. Selanjutnya date atau
waktu penelitian yang tersedia sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
Ketiga, daya yang ditempuh tidak terlalu jauh dan ini memudahkan peneliti
untuk melakukan penelitian. Keempat, dana yang dibutuhkan untuk
penelitian tidak terlalu besar karena jangkauan tempat yang mudah dicapai
sehingga memberikan keringanan bagi peneliti. Adapun waktu penelitian
berlangsung kurang lebih selama empat bulan dari bulan September 2013
sampai Januari 2014.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
terhadap fenomena yang diselidiki. 18
Observasi yang dilakukan oleh
peneliti adalah observasi partisipan yaitu peneliti melakukan
pengamatan langsung terhadap objek pembinaan keagamaan anak yatim
17
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Press, 2006),
cet ke-1. h. 123. 18
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), cet ke-2, h. 129.
15
dan dhuafa dan terlibat langsung mengikuti salah satu acara
muhadhoroh di Panti Asuhan Anak An-Najah.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Pewawancara disebut interviewer yaitu yang mengajukan
pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewe
yang memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.19
Dalam hal ini
peneliti melakukan wawancara dengan pengasuh di Panti Asuhan Anak
An-Najah yaitu M. Ansor dan pengajar Panti Asuhan Anak An-Najah
Muhammad Guntur.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara
agar pertanyaannya terarah. Adapun pertanyaan dalam wawancara yang
dilakukan yaitu terkait program pembinaan keagamaan anak yatim dan
dhuafa yang diterapkan pengasuh termasuk didalamnya tentang aktivitas
komunikasi verbal dan non verbal.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen. Ini dilakukan untuk memperoleh data-data
mengenai hal yang akan diteliti, dan juga yang berhubungan dengan
objek penelitian. Adapun dokumen yang peneliti peroleh yaitu dari buku
19
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
h. 186.
16
bacaan tentang anak yatim dan dhuafa, profil Panti Asuhan Anak An-
Najah, dan foto-foto terkait anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan
Anak An-Najah.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah di baca dan diinterpretasikan. Dalam menganalisa data,
peneliti mengolah data dari hasil observasi dan wawancara, data tersebut
disusun dan dikategorikan berdasarkan hasil wawancara, dokumen maupun
laporan, yang kemudian dideskripsikan ke dalam bentuk bahasa yang mudah
dipahami.20
Teknik analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Tahap pertama adalah reduksi data, peneliti mencoba memilah data
yang relevan dengan aktivitas komunikasi verbal dan non verbal dalam
pembinaan keagamaan anak yatim dan dhuafa.
b. Tahap kedua adalah penyajian data, setelah data mengenai aktivitas
komunikasi verbal dan non verbal dalam pembinaan keagamaan anak
yatim dan dhuafa diperoleh, maka data tersebut di susun dan disajikan
dalam bentuk narasi, visual gambar, tabel dan sebagainya.
c. Tahap ketiga adalah penyimpulan atas apa yang disajikan.
6. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting dalam sebuah penelitian
kualitatif. Untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1998), cet ke-2, h. 78.
17
Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.
Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan, keteralihan,
kebergantungan, dan kepastian.21
Adapun kredibilitas dilakukan dengan
menggunakan teknik triangulasi, hal ini dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,
misalnya untuk mengetahui perasaan anak yatim dan dhuafa setelah
mengikuti program yang ada di Panti Asuhan Anak An-Najah dengan
cara sharing atau menanyakan langsung pada anak yatim dan dhu‟afa.
b. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan pendapat atau
pandangan orang lain, misalnya peneliti membandingkan jawaban yang
diberikan pengasuh panti asuhan anak An-Najah dengan jawaban yang
diberikan oleh ketua panti asuhan anak annajah.
c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan
dengan pembinaan keagamaan anak yatim dan dhuafa.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum peneliti mengadakan penelitian ini lebih lanjut kemudian
menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis
tempuh adalah dengan mengadakan tinjauan pustaka terlebih dahulu melalui
beberapa hasil penelitian yang membahas tentang bentuk komunikasi. Maksud
tinjauan pustaka ini, disamping untuk memperoleh informasi mengenai penelitian
21
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya,
2007), h. 324
18
yang topiknya sejenis juga untuk mengetahui bahwa apa yang penulis teliti
berbeda dengan penelitian terdahulu.
Dari beberapa hasil penelitian yang ditemukan diantaranya adalah karya
Bisyrul Hafi Al-Khairi Nurjamilah jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012
dengan judul Bentuk Komunikasi Verbal dan non Verbal guru Di Pondok
Pesantren Miftahul Ulum Gandaria Jakarta Selatan. Skripsi tersebut membahas
tentang komunikasi verbal dan non verbal yang diaplikasikan guru dalam
meningkatkan prestasi belajar santri di Pondok Pesantren Miftahul Ulum
Gandaria Jakarta Selatan. Teori komunikasi verbal yang digunakan guru adalah
teori operant conditioning dan teori penengah, sedangkan komunikasi non verbal
yang dilakukan adalah membudayakan senyum.
Selanjutnya karya Maghfiroh jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012
dengan judul Bentuk Komunikasi Pengasuh dalam Membangun Potensi Diri
Santri Yatim di Pondok Pesantren As-Syafi‟iyah. Skripsi tersebut membahas
tentang program pesantren yang disediakan untuk menambah pemahaman para
santri terhadap ilmu agama Islam. Diantaranya halaqoh, musyawarah,
muhadatsah, muhadarah dan pendidikan lainnya seperti keterampilan, rekreasi,
dan bimbingan konseling. Bentuk komunikasi yang dilakukan di Pesantren
khusus yatim As-syafi‟iyah adalah bentuk komunikasi antar pribadi, komunikasi
kelompok dan komunikasi instruksional.
19
Kemudian hasil penelitian karya Fitriani, jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2011 dengan judul “Bentuk komunikasi Antara Guru Agama dan
Orangtua Dalam Membantu Pembelajaran Agama Di SDI Al-Izhar Pondok Labu.
Skripsi tersebut membahas tentang bentuk komunikasi yang dilakukan antara
guru dan orang tua murid dalam meningkatkan pembelajaran agama di SDI Al-
Izhar Pondok Labu sudah tercipta dengan cukup baik, terbukti dengan banyaknya
murid-murid yang menerapkan nilai-nilai aqidah, syari‟at dan akhlak dengan
menggunakan teori Harold Lasswell bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek.
Adapun pada penelitian ini membahas tentang aktivitas komunikasi
verbal dan non verbal dalam pembinaan keagamaan anak yatim dan dhuafa di
Panti Asuhan Anak An-Najah.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari
sub bab. Lima bab tersebut disusun secara berurutan guna menjelaskan isi skripsi
dengan lebih jelas, sistematis dan mendetail. Berikut gambaran mengenai
penyususnan bab dalam skripsi ini:
20
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri atas latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Berisi tentang: Pertama pengertian aktivitas, ruang lingkup
komunikasi yang terdiri dari definisi komunikasi, unsur-unsur
komunikasi, fungsi komunikasi, tujuan komunikasi, kedua sifat
komunikasi yang terdiri dari komunikasi verbal dan
komunikasi non verbal, ketiga pembinaan keagamaan yang
terdiri dari pengertian pembinaan keagamaan, tujuan
pembinaan keagamaan, metode pembinaan keagamaan,
keempat anak yatim dan dhuafa yang terdiri dari pengertian
anak, pengertian yatim dan dhuafa yang terdiri dari pengertian
dhuafa, ruang lingkup kaum dhuafa, langkah-langkah
membantu pengembangan kaum dhuafa, kelima panti sosial
asuhan anak yang terdiri dari pengertian Panti Sosial Asuhan
Anak dan sifat-sifat pelayanan panti asuhan anak.
21
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN ANAK AN-
NAJAH
Bab ini memuat tentang profil Panti Asuhan Anak An-Najah
yang terdiri dari Sejarah berdirinya Panti Asuhan Anak AN-
Najah, Visi, Misi dan Tujuan Panti Asuhan „Anak‟ An-Najah,
Struktur Kepengurusan Panti Asuhan „Anak‟ An-Najah,
Program-program Kegiatan Panti Asuhan „Anak‟ An-Najah,
Proses Perekrutan dan Persyaratan Anak Asuh, Sumber dan
Penggunaan Dana Panti Asuhan „Anak‟ An-Najah, Sarana dan
Pra-Sarana yang dimiliki Panti Asuhan „Anak‟ An-Najah,
Pelayanan di Panti Asuhan „Anak‟ An-Najah, dan Keadaan
Anak Asuh di Panti Asuhan Anak An-Najah (Periode 2013-
2014)
BAB IV ANALISIS DATA
Berisi tentang program yang diterapkan pengasuh dalam
pembinaan keagamaan anak yatim dan dhuafa, aktivitas
komunikasi verbal dan non verbal dalam pembinaan
keagamaan anak yatim dan dhuafa dan aktivitas komunikasi
yang paling efektif dalam pembinaan keagamaan anak yatim
dan dhuafa di Panti Asuhan Anak An-Najah Petukangan
Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
22
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran-saran berkaitan dengan aktivitas
komunikasi verbal dan non verbal dalam pembinaan
keagamaan anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Anak An-
Najah Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
23
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Aktivitas
Aktivitas menurut kamus besar Indonesia adalah keaktifan, kegiatan-
kegiatan, kesibukan, atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja
yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau lembaga. Atau
dapat diartikan sebagai segala bentuk keaktifan dan kegiatan.1
Sedangkan menurut kamus besar Ilmu pengetahuan aktivitas berasal dari
kata activity yang berarti aktivitas, bertindak, yaitu tindakan pada diri setiap
eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu dengan
aktivitasnya, ini menandai bahwa hubungan khusus antara manusia dengan
dunia.
Ada dua jenis aktivitas: eksternal dan internal, (eksternal, jika operasi
manusia terhadap objek-objek yang menggunakan lengan, tangan, jari-jari dan
kaki) maka pada internal menggunakan tindakan mental dalam bentuk
gambaran-gambaran dinamis. Aktivitas internal merencanakan eksternal.2
Menurut ilmu sosiologi, aktivitas diartikan segala bentuk kegiatan yang ada
di masyarakat seperti gotong-royong atau kerja bakti yang disebut sebagai
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002) 2 Ave M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara PKN, 1997) Cet.ke-7, h.25
24
aktivitas-aktivitas sosial, baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun
hubungan kekerabatan.3
Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan ingin membangun atau
berinteraksi dengan masyarakat yang Isami misalnya, tentu ia harus melakukan
aktivitas yang membantu tercapainya keinginan tersebut. Seperti membaca buku-
buku keagamaan, mengikuti pengajian-pengajian atau melakukan diskusi-diskusi
tentang keagamaan dan kemasyarakatan.
B. Ruang Lingkup Komunikasi
1. Definisi Komunikasi
Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam “Ensiklopedi
Umum” diartikan dengan “Perhubungan”, sedangkan yang terdapat dalam
buku komunikasi berasal dari perkataan Latin, yaitu:
a. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun memberitahukan.
b. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku dimana-mana.
c. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat
mayoritas.
d. Communico, yang berarti membuat sama.
e. Demikian juga Communication berasal dari kata latin Communicatio
yang juga bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya makna.
3 Sojogyo dan Pujiwati Sajogyo, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1999).
25
Pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian
bahwa komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang
atau bahasa yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi
pesan dengan orang yang menerima pesan.4
Sedangkan secara termionolog, komunikasi berarti proses
penyampaian pesan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.5
Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di
mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat
dalam komunikasi itu adalah manusia.6
Jadi peneliti menyimpulkan komunikasi adalah proses penyampaian
suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tak langsung melalui media.
Wilbur Schram mengatakan bahwa komunikasi sebagai proses
berbagai (sharing process), Schram menguraikan demikian: komunikasi
berasal dari kata (bahasa Latin) communis yang berarti umum (common)
atau bersama. Dari uraian Schram itu dapat disimpulkan bahwa sebuah
komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan
4 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2007), h. 19
5 T.A Latief Rosyidy, Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: 1985), h. 48
6 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 4
26
kebersamaan (commonness), kesepahaman antara sumber (source) dengan
penerima (audience receiver) nya.7
Sementara Harold Lasswell, seorang Profesor di Universitas Yale
Amerika Serikat, merumuskan bahwa komunikasi itu merupakan jawaban
terhadap Who says what in which channel to whom with what effect (siapa
berkata apa dengan media apa kepada siapa dan dampaknya apa). Jadi
menurut Harold Lasswell, ada lima unsur yang harus ada agar komunikasi
berjalan lancer, yakni8:
a. Who (siapa) yang disebut juga komunikator / sender (pengirim pesan)
b. What (apa) yang disebut message / pesan
c. Whom (kepada siapa) yang disebut komunikan / receiver (penerima
pesan).
d. Channel (media)
e. Effect (dampak komunikasi)
Berbeda dengan Lasswell, Steven justru mengajukan sebuah definisi
yang lebih luas bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme
memberi reaksi terhadap suatu objek atau stimuli, apakah itu berasal dari
seseorang atau lingkungan sekitarnya. Misalnya seorang berlindung pada
suatu tempat karena diserang badai, atau kedipan mata seseorang sebagai
reaksi terhadap sinar lampu juga merupakan peristiwa komunikasi.9
7 Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006), h. 5
8 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 9.
9 Hafied Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2009), h. 19.
27
Dalam „bahasa‟ komunikasi pernyataan dinamakan pesan orang yang
menyampaikan disebut komunikator sedangkan orang yang menerima
pernyataan disebut komunikan. Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis,
pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the
message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan tersebut adalah
pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa.10
2. Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi sebagaimana diuraikan di atas, tampak
adanya sejumlah komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan
persyaratan terjadinya komunikasi. Unsur-unsur atau komponen-komponen
itu adalah:
a. Komunikator (Penyampai Pesan)
Komunikator atau penyampai pesan dapat berupa indivdu yang
sedang berbicara atau menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi
seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan sebagainya. Komunikator,
dalam menyampaikan pesan kadang-kadang dapat menjadi komunikan,
sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.11
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia,
sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk
10
Onong Uchjana Efendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2003), h. 28 11
A.W. Widjaya, Komunikasi Dan Hubungan Manusia, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), h. 12
28
kelompok, misalnya partai, organisasi, lembaga atau Negara. Sumber
sering disebut pengirim, komunikator, atau dalam bahasa Inggris
dikenal dengan sebutan source, sender atau encoder.12
b. Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau
melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris
pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau
information.13
Pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa
berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.14
c. Channel (Saluran / Media)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat
diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Media yang
dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan
dari sumber kepada penerima.15
12
Hafied cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori dan Strategi, h. 20 13
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 24 14
Hafied Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori dan Strategi, h. 21 15
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 25.
29
Bentuk-bentuk media yang dapat disebutkan antara lain: media
cetak, yaitu surat kabar, majalah, tabloid, buku; media elektronik, yaitu
flm, radio, televisi, computer, internet; media format kecil, yaitu leaflet,
brosur, selebaran, stiker, kalender, kantong, bulletin; media luar ruang
(outdoor), yaitu baliho, spanduk, reklame.
Elektronik board, yaitu bendera, jumbai, pin, logi, topi, rompi,
kaos oblong, iklan mobil; saluran komunikasi kelompok, yaitu partai
politik, organisasi profesi, ikatan alumni, organisasi sosial keagamaan,
karang taruna, kelompok pengajian ibu-ibu, kelompok tani dan nelayan,
dan semacamnya.
Saluran komunikasi publik, misalnya aula kota, balai desa,
pameran, alun-alun, panggung kesenian, pasar, sekolah, kampus;
saluran komunikasi sosial, yaitu pesta perkawinan, acara khitanan,
arisan dan semacamnya.16
d. Komunikan (Penerima Pesan)
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam
bentuk kelompok, partai atau Negara. Komunikan mempunyai fungsi
sebagai decorder, menerjemahkan lambang-lambang pesan ke dalam
konteks pengertiannya sendiri.17
16
Hafied Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori dan Strategi, h. 21 17
A.W Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 32
30
e. Efek / Pengaruh
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan yang diharapkan. Pengaruh
bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan
pesan.18
3. Fungsi Komunikasi
a. Mass Information, yaitu untuk memberi dan menerima informasi kepada
khalayak
b. Mass Education, yaitu untuk memberi pendidikan. Biasanya fungsi ini
dilakukan oleh guru kepada muridnya untuk meningkatkan
pengetahuan.
c. Mass Persuasion, yaitu untuk mempengaruhi. Hal ini bisa dilakukan
oleh setiap orang atau lembaga.
d. Mass Entertainment, yaitu untuk menghibur. Biasanya dilakukan oleh
amatir radio, televisi, ataupun orang yang mempunyai professional
menghibur.19
4. Tujuan Komunikasi
Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan antara
lain:
a. Supaya apa yang disampaikan itu dapat dimengerti
18
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 27 19
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 54
31
b. Memahami orang lain
c. Supaya suatu gagasan dapat diterima orang lain
d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.20
Secara khusus tujuan komunikasi adalah:
1) Social Change, perubahan sosial. Seseorang mengadakan komunikasi
dengan orang lain, diharapkan adanya perubahan sosial dalam
kehidupannya.
2) Attitude Change, perubahan sikap
3) Opinion Change, perubahan pendapat
4) Behaviour Change, perubahan perilaku
C. Sifat Komunikasi
1. Teori Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang menggerakkan simbol-simbol
atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara lisan maupun secara tulisan. Simbol
verbal bahasa merupakan pencapaian manusia paling impresif. Menurut Paulette
J. Thomas, komunikasi verbal adalah penyampaian dan penerimaan pesan
dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Lambang verbal adalah semua
lambang yang digunakan untuk menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkan
kata-kata (bahasa).21
Dalam proses belajar mengajar komunikasi verbal dapat dilangsungkan
dengan kata-kata, seperti: bercerita, berdiskusi, dan lain-lain, dapat juga
20
A.W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Manusia, h. 10 21
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 93
32
dilangsungkan dengan menggunakan tulisan surat, buku, majalah, Koran dan
lain-lain.
Menurut para ahli. Ada tiga teori sehingga orang bisa memiliki
kemampuan verbal.
1) Teori Operant Conditioning.
Adalah suatu proses penguatan perilaku yang dapat mengakibatkan
perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Teori ini diteliti oleh Pavlov dan dikembangkan oleh Burrhus Federic
Skinner. Skinner berpendapat setiap suatu tindakan yang telah dibuat ada
konsekuensinya, penghargaan untuk tindakan yang benar, hukuman untuk
yang salah. Tindakan yang ingin mendapat penghargaan akan menjadi suatu
kebiasaan, dan secara tidak disadari kebiasaan lama akan hilang.22
2) Teori Kognitif
Jean Piaget terkenal dengan teori kognitifnya yang berpengaruh
penting terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Piaget menyatakan
bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme,
bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara
keduanya. Jean Piaget mengatakan bahwa anak dapat membangun secara
aktif dunia kognitif mereka sendiri, terdapat dua proses yang mendasari
perkembangan dunia individu yaitu pengorganisasian dan penyesuaian
(adaptasi).23
22
Prasetyani, Belajar Behavioristik dan Teori Belajar Humanistik (Yogyakarta: 2007), h. 77 23
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Erlangga, 2011). h. 56
33
3) Teori Penengah
Teori penengah atau mediating ini dipopulerkan oleh Charles
Osgood. Teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan
kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap stimulus
(rangsangan) dari luar tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang
terjadi dalam dirinya. Dalam hal ini respon (gerak balas) dan stimulus
(rangsangan) terjadi pada otak (organ) manusia. Menurut Osgood makna
merupakan hasil proses pembelajaran dan pengalaman seseorang yang
merupakan suatu proses penengah untuk melambangkan sesuatu. 24
Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa dalam kemampuan
komunikasi verbal terdapat 3 teori yaitu teori operant conditioning yaitu suatu
tindakan yang telah dibuat ada konsekuensinya seperti mendapatkan
penghargaan untuk yang benar dan hukuman untuk yang salah. Kemudian teori
kognitif yaitu perkembangan anak bukan hanya pengaruh dari lingkungan
semata, tetapi dalam pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi) juga. Dan
teori penengah yaitu anak dapat bereaksi terhadap stimulus bukan hanya dari
luar, tetapi dipengaruhi juga oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.
Komunikasi verbal mempunyai karakteristik tersendiri, karakteristik
komunikasi verbal antara lain:
a. Pesan dalam komunikasi dikirimkan oleh sumber dengan sengaja dan
diterima oleh sumber dengan sengaja dan diterima pesan secara sengaja pula.
24
Chaer Abdul. Psikolinguistik (Kajian Teoritik). (Jakarta: Rineka Cipta, 2003). h. 73
34
b. Komunikasi verbal bersifat intensional dan harus dibagi diantara orang-
orang yang terlibat dalam tindak komunikasi
c. Bahasa dalam komunikasi verbal bersifat lebih spesifik, artinya dapat
dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang
berubah-ubah.
d. Komunikasi verbal lebih eksplisit, artinya isyarat-isyarat verbal dapat
didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit.
e. Kata-kata simbol dalam komunikasi verbal mempunyai titik awal dan akhir
yang pasti.
f. Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai prinsip-prinsip,
hukum atau aturan tata bahasa yang dibuat oleh manusia.
g. Bahasa dalam komunikasi verbal sudah diatur pemberian maknanya.
h. Komunikasi verbal dapat mengekspresikan peristiwa komunikasi dimasa lalu
atau dimasa sekarang, serta dapat menciptakan pemahaman mengenai
konteks dimana interaksi tersebut terjadi.25
Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan tulisan.
Komunikasi lisan dapat mendefinisikan sebagai proses dimana seseorang
berbibacara berinteraksi secara lisan dengan mendengar untuk mempengaruhi
tingkah laku penerima. Misalnya seorang guru menyampaikan penjelasan suatu
materi kepada muridnya dengan menyajikan penjelasan dalam bentuk kata-kata
25
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal, (Jakarta: Unuversitas Terbuka,
2004), h. 5-8
35
yang diungkapkan secara langsung kepada muridnya. Para muridnya merespon
terhadap penjelasan yang disampaikan tersebut.
Sedangkan komunikasi tulisan adalah penjelasan yang disampaikan oleh
guru tersebut disandikan dalam simbol-simbol yang dituliskan pada papan tulis,
kertas atau tempat lain yang bisa dibaca, kemudian dikirimkan pada murid yang
dimaksudkan.26
2. Teori Komunikasi Non verbal
Komunikasi non verbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal
karena keduanya itu saling bekerja dalam proses komunikasi. Dengan
adanya komunikasi non verbal dapat memberikan pekaan, pengulangan,
melengkapi dan mengganti komunikasi verbal, sehingga lebih mudah
ditafsirkan maksudnya.
Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan
dengan menggunakan gerak tubuh, sikap tubuh, vokal bukan kata-kata,
kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat juga
dikatakan bahwa semua kejadian di sekeliling situasi komunikasi yang tidak
berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan.27
Komunikasi nonverbal sebagai proses pertukaran pikiran dan
gagasan dimana pesan yang disampaikan berupa isyarat ekspresi wajah,
pandangan mata, gerakan tubuh, sentuhan dan diam. Komunikasi nonverbal
juga dapat diartikan sebagai komunikasi tanpa kata-kata.
26
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 95-95 27
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar, h. 97
36
Definisi ini mengandung pengertian bahwa komunikasi nonverbal
disampaikan dengan tidak mempergunakan kata-kata dalam bahasa.28
Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi non
verbal dapat melengkapi komunikasi verbal sehingga lebih mudah
ditafsirkan maksudnya.
Ada beberapa bentuk perilaku non verbal yakni:
1) Kinesik, yang berkaitan dengan bahasa tubuh, yang terdiri dari posisi
tubuh, orientasi tubuh, tampilan wajah, gambaran tubuh, dll. Tampaknya
ada perbedaan antara arti dan makna dari gerakan-gerakan tubuh atau
anggota tubuh yang ditampilkan tersebut.
2) Okulesik, adalah studi tentang gerakan mata dan posisi mata.
3) Haptik, adalah tentang perabaan atau memperkenankan sejauh mana
seseorang memegang dan merangkul orang lain.
4) Proksemik, adalah tentang hubungan antar ruang, antar jarak, dan waktu
berkomunikasi.
5) Kronemik, adalah tentang konsep waktu
6) Tampilan, adalah cara bagaimana seorang menampilkan diri telah cukup
menunjukkan atau berkolerasi sangat tinggi dengan evaluasi tentang
pribadi.
7) Posture, adalah tampilan tubuh waktu sedang berdiri dan duduk
8) Pesan-pesan paralinguistic antarpribadi adalah pesan komunikasi yang
merupakan gabungan antarperilaku verbal dan nonverbal.29
28
Alex H. Rumondor, Komunikasi Antar Budaya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000)
37
Meskipun komunikasi verbal dan nonverbal berbeda dalam banyak
hal namun kedua bentuk komunikasi itu sering kali bekerja sama. Atau
dengan kata lain komunikasi nonverbal ini mempunyai fungsi tertentu dalam
proses komunikasi. Adapun fungsi utamanya adalah:
a. Pengulangan (Repetisi)
Banyak orang menggunakan pengulangan terhadap apa yang
telah dikatakan secara verbal, pengulangan yang demikian biasa terjadi
pada aktivitas sehari-hari. Seperti seorang guru berusaha menenangkan
muridnya, ia mendekati dengan meletakkan telunjuk bersilang pada
bibir sambil mengatakan „sssstttt‟.30
Atau misalnya setelah seseorang
menjelaskan penolakannya terhadap suatu hal, ia akan menggelengkan
kepalanya berulang kali untuk menjelaskan penolakannya.31
b. Pengganti (Substitusi)
Pesan nonverbal sering digunakan pada tempat pesan verbal.
Penggantian demikian umum dilakukan apabila pembicaraan tidak
memungkinkan, tidak diinginkan atau tidak tepat diucapkan. Seperti
seorang pengatur jalur pesawat di Bandara menggunakan tanda-tanda
dengan tangannya untuk memberi isyarat kearah mana seharusnya
pesawat tersebut parkir.32
Atau misalnya tanpa sepatah katapun seorang
29
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 34. 30
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 133 31
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 286 32
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 133
38
berkata, ia dapat menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-
anggukan kepala.33
c. Pelengkap (Komplemen)
Tanda-tanda nonverbal dapat digunakan untuk melengkapi suatu
pesan verbal. Seperti seorang karyawan pada waktu masuk kantor
mengucapkan selamat pagi kepada teman-temannya yang diiringi
senyuman hangat sambil memandang mereka. Senyuman dan
pandangan berfungsi sebagai pelengkap yang akan mempermudah
penyampaian dari pesan tersebut.34
Atau misalnya air mata seseorang
menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-
kata.
d. Kontradiksi
Komunikasi nonverbal memiliki fungsi untuk menolak pesan
verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal.
Misalnya seseorang memuji prestasi rekannya dengan mencibirkan
bibirnya sambil berkata: “hebat, kau memang hebat”.
e. Aksentuasi
Komunikasi nonverbal mempunyai fungsi untuk menegaskan
pesan verbal atau menggaris bawahinya. Misalnya seseorang
mengungkapan kejengkelannya sambil memukul mimbar.35
33
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 286 34
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 133 35
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 287
39
D. Pembinaan Keagamaan
1. Pengertian Pembinaan Keagamaan
Pembinaan telah dibakukan kedalam bahasa Indonesia menjadi
“bina” kata pembinaan yang mendapat akhiran “an” berasal dari “bina” yang
berarti bangun memperbaiki atau memperbaharui.36
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “pembinaan” mengandung
arti penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
baik.37
Keagamaan berasal dari kata “agama” yang telah diberi awalan (ke)
dan akhiran (an). Kata agama berasal dari bahasa sangsakerta. Suatu
pendapat mengatakan bahsa agama terdiri dari dua suku kata yaitu “a” yang
berarti tidak dan “gam” yang berarti pergi. Jadi agama, berarti tidak pergi,
tetapi ditempat atau diwarisi turun-temurun. Pendapat lain mengatakan
agama berarti teks atau kitab suci, karena setiap agama memang mempunyai
kitab suci. Ada juga mengatakan agama berarti tuntunan, karena
mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.38
Menurut Khodijah Salim sebagaimana dikutip Mujahid Abdul
Manaf, agama adalah peraturan Allah SWT, yang diturunkan kepada
Rasulnya yang telah lalu, yang berisikan suruhan, larangan dan lain
36
Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indoensia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1988) h. 117 37
W.J.S. Purwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Bulan Bintang, 1979) Cet ke-3, h.
23 38
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Beberapa Aspek, (Jakarta: UI Press, 1987) Cet ke-5. H. 59
40
sebagainya yang wajib ditaati manusia dan menjadi pedoman serta pegangan
hidup agar selamat dunia akhirat.39
Dari beberapa definisi diatas disimpulkan bahwa agama adalah suatu
kepercayaan yang dianut oleh manusia dalam usahanya mencari hakikat diri
hidupnya dan yang mengajarkan kepadanya dengan tuhan. Sedangkan
keagamaan merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan agama.
Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa pembinaan
keagamaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan agama yang
diarahkan pada peningkatan pemahaman dan kesadaran tentang nilai-nilai
agama, baik dari segi akhlak, syariah, maupun aqidah.
2. Tujuan Pembinaan Keagamaan
Menurut Zakiyah Darajat, ada beberapa fungsi agama dalam
kehidupan manusia.40
“Pertama: memberikan bimbingan dalam hidup. Ajaran agama
memberi bimbingan mulai dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat,
ataupun berhubungan dengan tuhan. Bagi orang yang tingkah lakunya sesuai
dengan apa yang diajarkan dalam agama, maka dalam menjalankan
hidupnya ia bersikap wajar, tenang dan tidak melanggar hukum dan
peraturan masyarakat di mana ia tinggal. Dan tidak akan mau mengambil
hak orang lain yang jelas-jelas bukan haknya.
39
Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996) Cet ke-2
h. 2 40
Zakiyah Darajat. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1996),
Cet ke-15, h. 32
41
Kedua: penolong dalam mengahadapi kesukaran, jika orang agama
mengalami kesukaran, maka dia akan menghadapinya dengan tabah dan
tenang serta tidak merasa putus asa. Karena ia berkeyakinan bahwa
kesukaran yang dihadapi sebagai cobaan Tuhan kepada hambanya yang
beriman. Tetapi, jika ia orang yang tidak beragama, maka ia akan
menghadapi masalah itu dengan panik, dan bingung bahkan putus asa.
Ketiga: menentramkan batin. Banyak orang yang tidak menjalankan
perintah agama, selalu merasa gelisah dalam hidupnya. Tetapi setelah
menjalankan perintah agama, ia mendapatkan ketenangan hati bahkan agama
dapat member jalan penenang hati bagi jiwa yang sedang gelisah.41
Setiap agama memiliki ajaran dan cara membahasakan diri yang
berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian secara umum
dapat dikatakan bahwa setiap agama pada dasarnya ingin menciptakan
kebahagiaan bagi pengikutnya. Karena itulah agama sering disebut sebagai
“jalan” (the way).42
Yang harus djalani oleh setiap orang yang menginginkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
“pembinaan keagamaan pada haikaktnya adalah sebuah upaya untuk
menginternalisasikan nilai-nilai agama dalam rangka membentuk,
memelihara dan meningkatkan kondisi jiwa dan memperbaiki moral dan
41
Zakiyah Darajat. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1996),
Cet ke-15, h. 11
42
Dalam Islam disebut Surat al-mustaqim atau (jalan lurus): lihat surat al-fatihah
42
budi pekerti yang luhur”.43
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Zakiyah
Derajat.
“Jika dalam kepribadian itu tidak ada nilai-nilai agama, akan
mudahlah orang melakukan seseuatu menurut dorongan dan keinginan
jiwanya, sudah mengenal batas-batas hukum dan norma-norma. Tetapi jika
dalam kepribadian seseorang terdapat nilai-nilai agama, maka segala
keinginan dan kebutuhannya akan dipenuhi dengan cara yang tidak
melanggar hukum-hukum agama karena dengan itu akan mengalami
keguncangan jiwa, sebab tindakannya tidak sesuai dengan kepribadian.44
Dengan demikian pembinaan keagamaan bertujuan untuk
membangun jiwa agar mampu mengendalikan diri dan mengatur sikap,
gerak dan tindakan sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung
dalam agama.
3. Metode Pembinaan Keagamaan
Metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan secara garis
besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Dengan Lisan
Metode yang dapat disampaikan dengan cara
1) Tatap muka (face to face). Dalam teknik ini pembinaan dilakukan
dengan cara wawancara secara individual yang bersifat tatap muka
antara petugas pembinaan dan sasaran.
43 Zakiyah Darajat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, h. 11
44 Zakiyah Darajat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, h. 12
43
2) Bimbingan kelompok (group guidance). Dalam teknik ini
pembinaan dilakukan melalui kegiatan kelompok atau masa,
seperti; ceramah, diskusi, symposium, loka karya, seminar atau
dinamika kelompok. Dalam metode ini diharapkan ada komunikasi
timbal balik antara pembinaan dan sasaran dan dapat melakukan
hubungan interpersonal satu sama lain.45
b. Dengan Tulisan
Metode ini dapat dilakukan dengan cara:
1) Menerbitkan buku atau majalah
2) Membuat selembaran atau bacaan ringan (folder, seperti bulletin),
brosur.
3) Menyelenggarakan perpustakaan yang dilengkapi dengan buku dan
bacaan-bacaa yangbernafaskan Islami.
c. Dengan suara
metode ini dapat dilakukan dengan memasang sound sistem di
tempat-tempat yang strategs dengan sumber suara yang disentralisir. Isi
siaran dapat berupa bacaan-bacaan ayat suci al-quran dan terjemahannya
atau siraman rohani.
45
M. Arifin. Pedoman Pelaksana Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden rayon Press,
1991) h. 43
44
d. Dengan audio vidual
Metode ini dapat dilaksanakan antara lain dengan jalan
pemasangan pesawat televisi dan lebih sempurna apabila dilengkapi
dengan pesawat video.46
E. Anak Yatim dan Dhuafa
1. Pengertian Anak
Anak adalah seorang yang berusia dibawah 18 tahun (Undang-
Undang Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002).
Kemudian istilah anak dalam bahasa arab disebut tifl makna dari tifl
adalah anak dalam masa (usia) sejak dilahirkan sampai dengan masa akil
baligh. Istilah al-tifl dan al-tiflah keduanya bermakna anak kecil yang belum
menginjak akil baligh.47
Selanjutnya pengertian anak sebagaimana tertulis dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai keturunan kedua. Di samping itu, anak
juga mengandung pengertian sebagai manusia yang masih kecil.48
Selain itu,
terdapat pengertian lain bahwa anak pada hakekatnya adalah seorang yang
berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi
untuk menjadi dewasa.49
Dari sini dapat dipahami bahwa anak adalah seseorang yang masih
berada dalam tahap perkembangan menuju dewasa. Adanya pertahapan
46
M. Arifin, Pedoman Pelaksana Bimbingan dan Penyuluhan Agama, h. 44 47
Al Nawawi, Tahrir Alfaz Al-Tanbih, di- tahqiq oleh Abd al-Gani al-Daqr (Damaskus: Daar El-
Qolam, 1408 H), h. 260 48
Anton M. Moelino, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. Ke-1, h. 30-
31. 49
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), cet Ke-3, h. 166.
45
menunjukan anak sebagai sosok manusia dengan kelengkapan-kelengkapan
dasar dalam dirinya baru mencapai kematangan hidup melalui beberapa
proses seiring dengan pertambahan usianya. Oleh karena itu, anak
memerlukan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa (orang
tua dan pendidik pada umumnya). 50
2. Pengertian Yatim
Secara etimologis, yatim berasal dari bahasa Arab yaitu “yataama
yatiimu yatiiman”, yang artinya menyendiri.51
Kemudian pengertian yatim menurut istilah adalah anak yang tidak
memiliki bapak, tetapi sebagian orang memakai kata yatim untuk anak yang
bapaknya meninggal.52
Adapun anak yatim dalam pengertian bahasa dan hukum syariat
adalah mereka yang kehilangan bapak termasuk mereka yang ditinggal
bapaknya tanpa meninggalkan harta apapun yang mencukupi kebutuhan
nafkahnya, dan juga mereka yang bapaknya dibatasi kebebasan pribadinya
oleh hukum, yang menyebabkan mereka kehilangan sumber kehidupan pada
masa hukuman ini.53
Para ahli dan ulama berbeda pendapat tentang pengertian ank yatim
diantaranya sebagai berikut:
50
Khasanah Sya‟idah, Pemikiran Pendidikan Anak “Abdulah Nashih „Ulwan”, Program Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1425 H/2005 M. h. 32 51
M. Bin Abu Bakar bin Abdul Qodir Arrazi, Muhtarus Shihab, h. 741. 52
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English,
1991), h. 1727 53
Muhammad Abu Zahrah, Membangun Masyarakat Islam (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994), cet
ke-1, h. 120
46
a. Hasan Ayub mengatakan: “anak yatim, anak yang telah ditinggalkan
ayahnya sebelum mencapai kedewasaannya, dan jika sudah dewasa
maka tidak disebut lagi yatim piatu.54
b. Sri Suhardjati Sukri mengatakan : “yatim adalah anak yang ditinggal
mati ayahnya.55
c. H. Ahmad Zurzani Djunaidi mengatakan : “anak yatim adalah seorang
yang masih kecil, lemah dan belum mampu berdiri sendiri yang
ditinggalkan oleh orang tua yang menanggung biaya penghidupannya.56
d. Rudi Setiadi mengatakan : “anak yatim adalah anak yang ditinggal mati
ayah selagi ia belum mencapai umur baligh.57
e. Drs. Moch. Ngajenan berpendapat: “yatim adalah yang ayahnya sudah
meninggal ketika ia masih kecil.58
f. Syeikh Othman Bin Syeikh Salim, B.A. mengtakan : “yatim adalah anak
yang kematian kedua orang tuanya.59
3. Pengertian Dhuafa
Makna dhuafa dalam kosa kata Al-Qur‟an merupakan bentuk jamak
dari kata “dha‟if”. Kata ini berasal dari akar kata “dha‟afa atau dha‟ufa-
54
Hasan Ayub, Etika Islam: Menuju Islam Yang Hakiki (Bandung, Trigenda Karya, 1994), cet. Ke-1,
h. 362 55
Sri Suhadjati Sukri, “Menyantuni Anak Yatim Psikologis” , dalam Suara Merdeka, 21 November
2003, h. 1. 56
Ahmad Zurzani Djunaidi dan Ismail Mulana Syarif, Sepuluh Inti Perintah Allah (Jakarta: PT
Fikhati Aneska, 1991), cet. Ke-1. h.199. 57
Rudi Setiadi, “Menyantuni Anak Yatim”, dalam Renungan Jum‟at, 10 Desember 2004, h. 1. 58
Muhammad Ngajenan, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia (Semarang: Dahara Prize, 1992), cet.
Ke-1, h. 139. 59
Md. Nor. Bin Hj. Ab. Ghani, B. A., Kamus Dewan Edisi Baru (Slangor Darul Ehsan: Dewan Bahasa
dan Pustaka Lot 1037, 1991), cet. Ke-1, h. 1469.
47
yadh‟ufu-dhu‟afan atau dha‟fan”.60
yang secara umum mengandung dua
pengertian, lemah dan berlipat ganda. Menurut al-Ashfahani perkataan
dhu‟fu merupakan lawan dari quwwah yang berarti kuat.61
a. Ruang Lingkup Kaum Dhu‟afa
Timbulnya komunitas dhuafa bukanlah timbul dengan
sendirinya. Fenomena ini merupakan pengejawean dari sunnatullah,
layaknya sunnatullah seperti adanya siang dan malam.
Kondisi ini yang kerap mendapatkan perlakuan tak layak
dikalangan masyarakat bukanlah suatu yang hina dan ajang berputus asa
karena boleh jadi yang kita sekarang akan mendatangkan kebahagiaan.
Al-Qur‟an ketika menyinggung masalah ini menyebutkan beberapa
kelompok yang tergolong orang-orang yang lemah atau dhu‟afa, yaitu:
- Orang Fakir
- Orang Miskin
- Orang Yatim
- Ibnu Sabil
- Tawanan Perang
- Kaum Cacat
- Al-Gharim / orang-orang yang berhutang
- Al-Abdu wa Al-Riqad / hamba sahaya dan budak
60
Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Qur‟an tentang pemberdayaan dhu‟afa (Jakarta: Dakwah
Press, 2008), h. 94 61
Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Qur‟an tentang pemberdayaan dhu‟afa. h. 11
48
Pada dasarnya setiap individu yang lahir kedunia tidak ingin
dilahirkan dalam keadaan miskin atau lemah, namun keduanya akan
timbul melalui serentetan sebab musabab.
Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kemiskinan dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Faktor internal manusia, yaitu faktor yang muncul dari manusia itu
sendiri, seperti: sifat malas, kurang disiplin, lemah etos kerja dan
lain-lain.
2. Faktor non-individu, yaitu kemiskinan yang terjadi berasal dari
faktor luar individu seperti penyelenggaraan pemerintah yang korup
dan sejenisnya atau sistem ekonomu yang otoriter, yang hanya
menguntungkan pemilik modal saja.
3. Faktor visi teologi atau refresif, faktor ini terlihat berkembang luas
di tengah masyarakat yang beragama yaitu adanya kecenderungan
umat beragama memperlakukan kemiskinan sebagai suratan takdir
dari Tuhan.62
b. Langkah-langkah Membantu Pengembangan Kaum Dhu‟afa
Kaum dhuafa adalah orang yang benar-benar dalam keadaan lemah,
menderita, sengsara tak berdaya bahkan tertindas, mereka yang lemah dalam
ekonomi, sosial, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan bahkan agama.
62
Syahrini Harahap, Islam : Konsep dan Implementasi Pemberdayaan (Yogyakarta, PT. Tiara
Wacana. 1999), h. 86a
49
Akibatnya mereka mudah didzolimi, diperdaya, dieksploitasi dan
diperlakukan sewenang-wenang.
Mereka membutuhkan bantuan, perhatian, pertolongan, perlindungan
dan pembelaan. Prinsip-prinsip yang diperlukan dalam mencegah masalah
dan membantu kaum dhuafa agar kehidupan mereka tidak lemah, sengsara
dan menderita. Secara global Islam mengajarkan cara memberikan bantuan
antara lain: Memberikan pendidikan, Bantuan Sosial, Memberikan
Perlindungan Pemberdayaan dan Jaminan Sosial.
i. Memberikan Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi manusia
demikian juga bagi kaum dhuafa untuk menanggulangi kebodohan dan
keterbelakangan mereka.
Al-Qur‟an telah mejelaskan kewajiban orang-orang yang
memiliki kelebihan dan kelapangan harta untuk memberikan pendidikan
termasuk kepada kaum dhuafa.
ii. Bantuan Pemberdayaan
Bantuan pemberdayaan perlu di beritakan bagi kaum dhuafa agar
mereka dapat keluar dari masalah kehidupan yang mereka hadapi. Ada
beberapa manfaat yang akan mereka peroleh yaitu:
1. Menjadikan mereka hidup mandiri, sehingga tidak bergantung
kepada orang lain dan belas kasih orang lain. Dengan kemudian
kemandirian mereka dapat mengatasi masalahnya sendiri.
50
2. Mengurangi dan bahkan dapat menghilangkan kelemahan,
penderitaan, kesengsaraan, ketidakberdayaan dan keterbatasan
mereka.
3. Agar mereka menjadi orang yang berguna dan bermanfaat bagi
orang lain bahkan mereka dapat memberikan bantuan kepada orang
yang membutuhkan.63
F. Panti Sosial Asuhan Anak
1. Pengertian Panti Sosial Asuhan Anak
Panti Sosial Asuhan Anak adalah panti sosial yang mempunyai tugas
memebrikan bimbingan dan pelayanan bagi anak yatim, piatu, yatim dan
piatu yang kurang mampu, terlantar, agar potensi dan kapasitas belajarnya
pulih kembali dan dapat berkembang secara wajar.64
2. Sifat-Sifat Pelayanan Panti Asuhan
Sifat-sifat pelayanan panti asuhan yaitu:
a. Bersifat preventif yaitu bahwa panti asuhan berusaha memberikan
tindakan preventif/ pecegahan berbagai masalah yang ada pada anak
sehingga masalah tersebut tidak menambah persoalan baru bagi
lingkungan anak.
b. Bersifat kuratif dan rehabilatif yaitu bahwa panti asuhan mengusahakan
penyembuhan dan pemecahan masalah yang di alami oleh anak asuh,
63
MK muhsin, Menyayangi Dhu‟afa (Jakarta: Gema Insani Press, 1) h. 146 64
Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (BPPKS), Standarisasi Panti Sosial (Jakarta,
2005), h. 5
51
dengan cara mengikut sertakan anak asuh dalam pemecahan masalah
tersebut.
c. Bersifat suportif yaitu panti asuhan berusaha memperkuat karakter anak,
membantu vitalitas keluarga untuk mengurus anaknya sehingga dapat
meningkatkan pelayanannya.
d. Bersifat promotif yaitu bahwa panti asuhan mengusahakan kegiatan-
kegiatan yang dapat membantu dan mengembangkan anak-anak menjadi
kepribadian yang mantap, setia dengan nilai-nilai agama dan pancasila.
e. Bersifat development yaitu panti asuhan mengembangkan / menggali
sumber-sumber yang baik di dalam mampu di luar panti asuhan
semaksimal mungkin dalam jangka yang lebih luas yakni, pembangunan
kesejahteraan anak.65
Dengan melihat sifat-sifat pelayanan panti asuhan maka kiranya
dapat dikatakan bahwa kehadiran panti asuhan sangat dibutuhkan di dalam
masyarakat khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu dan bagi anak-
anak terlantar lainnya.
Selain panti asuhan sebagai tempat tingga bagi anak-anak kurang
mampu dan terlantar serta yatim piatu sebagai tempat bimbingan, panti
asuhan juga bergerak dalam pembinaan dan melahirkan sumber daya
65
Departemen Sosia (Depsos) RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyatuan dan Pengentasan Anak
Terlantar Melalui Panti Asuhan Anak (Jakarta: BinKesos, 1989), h.3
52
manusia yang baik dan berkualitas dengan sifat-sifat pelayanan yang ada
pada panti asuhan.
Kehadiran panti asuhan akan membantu dan menyelesaikan masalah-
masalah yang mereka hadapi di dalam kehidupan ini, sehingga mereka dapat
kembali menjaanin hidup yang tidak dibedakan dengan anak-anak yang taraf
kehidupannya lebih baik.
3. Fungsi Panti Asuhan
Dalam UU No.4/1979 disebutkan bahwa anak yang terlantar karena
suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak
tidak terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.
Dalam kondisi itulah diperlukan institusi yang dapat menggantikan orang
tua/ keluarga sehingga anak diharapkan dapat berkembang secara wajar.
Institusi ini disebut dengan nama panti asuhan.66
Anak sebagai bagian dari keluarga yang diharapkan agar seluruh
kebutuhan baik fisik, mental maupun sosial termasuk pendidikan terpenuhi
dengan baik, akan tetapi dengan segala keterbatasan orang tua misalnya
faktor ketidakmampuan ekonomi, kecekcokan, perceraian rumah tangga dan
sebagainya sehingga perkembangan anak menjadi terhambat.
Panti asuhan sebagai lembaga sosial, mempunyai fungsi sebagai
pengganti orang tua/ keluarga dikala keluarganya tidak mampu memenuhi
66
Hasbullah, Praktek Pengasuhan Anak di Panti Sosial Anak: Kajian Pada Beberapa Panti Sosial
Asuhan Anak di Kasel, Tesis Sarjana (Jakarta: Perpustakaan Nasional RU, 1997), h. 19-20
53
kebutuhan anak-anaknya yang mendapat masalah dapat dibantu dan
berkembang secara baik dan mantap secara kepribadian sehingga masalah
yang dihadapi seorang anak tidak berlarut-larut yang akibatnya dapat
menimbulkan masalah yang baru bagi anak-anak.67
67
Hasbullah, Praktek Pengasuhan Anak di Panti Sosial Anak: Kajian Pada Beberapa Panti Sosial
Asuhan Anak di Kasel, Tesis Sarjana (Jakarta: Perpustakaan Nasional RU, 1997), h. 25
54
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG PANTI ASUHAN ‘ANAK’ ANNAJAH
PETUKANGAN SELATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN
1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah
Sejarah berdirinya Panti Asuhan Anak An-Najah berawal dari
keprihatinan Almarhum Bapak H. Abdillah Amin (Pendiri Yayasan An-Najah),
melihat kondisi masyarakat petukangan yang sebagian besar tidak bersekolah
serta belum adanya lembaga pendidikan yang memadai, maka dibentuklah
sebuah Yayasan yang bernama An-Najah yang menaungi Lembaga Pendidikan,
Panti Asuhan, Majlis Ta’lim dan kegiatan keagamaan lainnya.1
Pembangunan panti asuhan telah dirintis sejak tahun 1966, dengan
diawali pembelian sebidang tanah kurang lebih seluas 1.025 meter persegi, yang
dilakukan dan disponsori oleh kaum ibu-ibujama’ah Majlis Ta’lim Darunnajah
Petukangan. Adapun pelaksanaannya dimulai sekitar tahun 1978, dengan biaya
swadaya masyarakat petukangan sebesar Rp 10.700.000,- (sepuluh juta tujuh
ratus ribu rupiah). Dengan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Bapak
Bupati II Tangerang dan para pemuka masyarakat.
Dalam perjalanannya, pembangunan panti asuhan An-Najah ini
mengalami kemacetan, yang ada saat itu penyelesaian bangunan baru mencapai
kurang lebih 70 persen. Namun pembangunan itu dilanjutkan kembali berkat
1 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 05
Oktober 2013
55
adanya uluran tangan dari pemerintah daerah khusus Ibu Kota Jakarta melalui
dinas sosialnya. Bantuan uluran tangan itu adalah berupa dilanjutkannya
pembangunan panti asuhan An-Najah dengan biaya kurang lebih Rp. 4.500.000,-
(empat juta lima ratus ribu rupiah).
Kemudian tanggal 12 April 1985 pada akhirnya Panti Asuhan Anak An-
Najah diresmikan, dengan mendapat SK dari Badan Koordinasi Kegiatan
Kesejahteraan Sosial (BKKKS) Provinsi DKI Jakarta dengan Surat Keterangan
Pendaftaran Organisasi / Badan Sosial Nomor : 0064. DU-7-234 / BKKKS / Sket
– OBH / 05-06, dengan tanda daftar : Dis. Bintal Kesos Prop. DKI Jakarta No.
2003.40209.373.U.
Masyarakat Petukangan Selatan dan Utara bersama Bapak Walikota
Jakarta Selatan beserta para undangan lainnya, telah meresmikan pemakaian
gedung Panti Asuhan An-Najah walaupun pada saat diresmikan disana sini
terdapat beberapa kekurangan, seperti kekurangan meja, kursi, tempat tidur dan
lain-lainnya. Hal ini mengingat kebutuhan yang sangat mendesak, karena harus
ditampungnya anak-anak yang memerlukan bantuan, walaupun para pengurus
umumnya masih awam dalam masalah panti asuhan, namun dapat memberanikan
diri dengan penuh tawakal kepada Allah SWT dan yakin akan banyaknya uluran
tangan kasih sayang dari para dermawan dalam rangka turut serta menyantuni
anak-anak asuh, serta yakin pula bahwa menjalankan pekerjaan suci ini tidak
sendirian.2
2 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 05
Oktober 2013
56
Untuk menjalankan program dan tujuan panti asuhan pihak Yayasan An-
Najah mempercayakan kepada bapak H. Diedy Faried Wadjdy, S.H. sebagai
kepala panti asuhan yang pertama. Sampai saat ini panti asuhan anak An-Najah
memiliki anak asuh sebanyak 26 anak asuh. Yayasan An-Najah berusaha
membangun dan membimbing dalam masalah pendidikan, pelayanan sosial, yang
kemudian Yayasan An-Najah membentuk panti asuhan yang bernama Panti
Asuhan ‘Anak’ An-Najah.
2. Visi, Misi dan Tujuan Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah
a. Visi Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah
1. Turut serta membantuk pemerintah dalam rangka menjalankan undang-
undang yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar
dipelihara oleh Negara.
2. Meningkatkan taraf hidup masyarakat Petukangan khususnya
Petukangan Selatan dengan memberikan kesempatan untuk belajar yang
seluas-luasnya.
b. Misi Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah
1. Memberikan pendidikan layak bagi masyarakat yang kurang mampu.
2. Mengasuh, mendidik, dan membina anak asuh sehingga menjadi anak
yang berilmu, beriman dan bertaqwa.
3. Menghilangkan citra bahwa anak yatim adalah anak yang terbelakang,
kumuh dan tidak berpendidikan.3
3 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 05
Oktober 2013
57
c. Tujuan Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah
Untuk menjaga keberlangsungan jalannya kegiatan yang berada
didalam Panti Asuhan, tentunya diperlukan suatu pengorbanan baik itu dari
segi tenaga, waktu, pikiran serta dana yang cukup. Untuk itu pengurus panti
asuhan ‘anak’ An-Najah sangat berharap mendapat bantuan (subsidi) dari
Dinas Bintal dan Kesos DKI Jakarta guna keperluan anak asuh sehingga
tercapai tujuan bersama untuk menciptakan masyarakat yang adil dan
makmur Toyyibatun Warobbun Ghofur.
3. Struktur Kepengurusan Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah
a. Ketua : Drs. H. Muryadih.
b. Wakil Ketua : Dra. Hj. Ida Farida
c. Sekretaris : Muzaini, S. pd
d. Bendahara : Bahrudin, S. Kom
e. Bagian Penyaluran : Sunarsa
f. Bagian Rumah Tangga : Dra. Lily Sholehah
g. Bagian Pengasuhan : M. Ansor
h. Bagian Pendidikan : Muhammad Guntur
i. Bagian Identifikasi dan Pemeliharaan : Dede Wahyudi
58
4. Program-program Kegiatan Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah4
a. Jangka Panjang
1. Menambah dan meningkatkan Usaha Ekonomi Produktif guna
kemandirian Panti pada masa akan datang.
2. Renovasi bangunan yang ada secara menyeluruh
3. Mencari donator untuk menguliahkan anak yang telah menamatkan
SLTA
4. Mencari peluang kerja/usaha untuk anak asuh yang telah habis masa
asuhnya
5. Mengkaryakan anak asuh pada sarana pendidikan yang ada dalam
lingkungan Yayasan Annajah
6. Mengusahakan keterampilan khusus bagi anak asuh
7. Menyediakan sarana olah raga yang memadai
b. Jangka Pendek
1. Menyalurkan anak asuh yang telah habis masa asuhnya
2. Mencarikan peluang usaha untuk alumni panti
3. Mendata, menyeleksi dan menerima anak asuh baru yang akan di didik
dan dibina dalam Panti Asuhan
4. Menyediakan keperlan anak asuh guna menghadapi tahun ajaran baru
5. Persiapan rekreasi tahunan bagi keluarga besar Panti Asuhan Annajah
4 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 05
Oktober 2013
59
5. Proses Perekrutan dan Persyaratan Anak Asuh
Proses perekrutan anak asuh yang dilakukan oleh Panti Asuhan ‘Anak’
An-Najah biasanya dimulai pada bulan Mei dengan membuka pendaftaran diikuti
dengan proses penyeleksian pada bulan Juni yaitu dengan mendatangi langsung
rumah calon anak asuh guna mengetahui apakah layak anak tersebut diterima di
Panti Asuhan. Selain itu dari awal berdiri pihak panti (pengurus)
mempublikasikan tentang kegiatan dan keberadaan panti asuhan, adapun
kelanjutannya sampai sekarang banyak yang datang sendiri.5
Kemudian ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon anak
asuh, yaitu:
1. Berumur antara 8 sampai 12 Tahun pada waktu mulai masuk panti.
2. Berbadan sehat dan tidak cacat mental.
3. Mempunyai domisili yang jelas (Surat keterangan dari RT sampai tingkat
kelurahan).
4. Mempunyai silsilah atau keturunan yang jelas (ada yang bertanggung jawab
terhadap anak tersebut).
5. Berasal dari keluarga yang benar-benar tidak mampu.
6. Mempunyai keinginan untuk maju
7. Bersedia untuk mengikuti dan mematuhi segala ketentun dan peraturan yang
berlaku di Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah.
5 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 05
Oktober 2013
60
Akan tetapi persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon anak asuh tidak
hanya yang telah disebutkan di atas, beberapa keterangan yang didapat dari
beberapa anak asuh, bahwa ada yang hanya dimintai data diri berupa data diri :
akte kelahiran, ijazah, data orang tua, dan keterangan RT dan RW, dan
sebagainya.
6. Sumber dan Penggunaan Dana Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah
Adapun sumber dana yang didapat pihak Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah,
yaitu:
1. Yayasan An-Najah sebagai donator tetap.
2. Dari Departemen Sosial (Konpensasi Subsidi BBM)
3. Dinas Sosial Jakarta Selatan atau yang sekarang disebut Bintal Kesos.
4. Yayasan Dharmais yang berada di Kuningan Jakarta
5. Dari Masyarakat sekitar (insidentil).
Perolehan dana tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, meliputi
biaya permakanan, pendidikan, kesehatan, rumah tangga, kesekretariatan dan lain
sebagainya.6
7. Sarana dan Pra-Sarana yang dimiliki Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah
Dalam mengasuh, membina dan mendidik anak asuh Panti Asuhan
‘Anak’ An-Najah menyediakan asrama guna memudahkan dalam menjalankan
seluruh kegiatan yang telah diprogramkan oleh pengurus panti. Adapun sarana
dan pra sarana yang ada di Panti diantaranya, yaitu:
6 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 05
Oktober 2013
61
1. Bangunan permanen.
2. Sarana ibadah yaitu mushalla, serta tempat wudhu sebanyak lima (5) kran
dan ruang serba guna.
3. Tiga (3) local ruang kantor kepala panti dan staf administrasi panti.
4. Satu (1) buah komputer.
5. Dua (2) local gudang dan dapur.
6. Sembilan (9) ruang kamar tidur yaitu lima (5) ruang untuk anak asuh putra
dan empat (4) ruang untuk anak asuh putrid. Setiap ruang kamar untuk anak-
anak disediakan tiga (3) tempat tidur bertingkat, satu (1) buah lemari dan
satu (1) buah rak buku dan sepatu, serta satu (1) jemuran baju.
7. Dua (2) ruang kamar untuk pengasuh dan satu (1) ruang kamar untuk juru
masak.
8. Dua (2) ruang makan masing-masing satu (1) untuk anak asuh pria dan satu
(1) untuk anak asuh wanita.
9. Dua (2) televisi berwarna.
10. Sepuluh (10) kamar mandi ukuran sedang yaitu masing-masing lima (5)
kamar mandi dan dua (2) WC untuk anak asuh pria dan wanita.7
8. Pelayanan Pengasuhan Anak Asuh
Pelayanan pengasuhan yang dilakukan oleh Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah
terhadap anak-anak asuh diantaranya adalah :
7 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 05
Oktober 2013
62
1. Memenuhi kebutuhan mereka yaitu menjamin makan dan minum. Makan
merupakan kebutuhan utama manusia yang harus dipenuhi setiap hari, yang
menurut idealnya harus dilakukan tiga kali.
Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah selain memberikan sarana dan pra
sarana terhadap para pengasuh dan anak-anak asuh, pihak panti juga
memberikan makan dan minum sebanyak tiga kali, yaitu sarapan jam 6 pagi,
makan siang jam 12 siang / ba’da zuhur, kemudian makan malam
dilaksanakan ba’da isya dan dilaksanakan secara bersama-sama.8
2. Membimbing dan Memberian kasih sayang
Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah selalu berusaha memberikan kasih
sayang, bimbingan, serta nasehat kepada mereka dari semua keiatan dan tata
tertib panti. Karena pada dasarnya mereka seperti anak-anak yang lain pada
umumnya yang masih membutuhkan rasa kasih sayang dan perhatian dari
orang tuanya. Dan disinilah peran para pengasuh sebagai pengganti orang
tua mereka yang telah tiada, yaitu menganggap mereka seperti anak sendiri.
Itu bertujuan supaya mereka merasa nyaman selama melaksanakan aktivitas
dan selama tinggal dip anti.
3. Memberikan pendidikan dan keterampilan
Salah satu prioritas utama didirikannya Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah
adalah memberikan kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya kepada
8 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 05
Oktober 2013
63
mereka yang kurang mampu sehingga mereka mampu merasakan pendidikan
layaknya anak-anak yang lain yang setara dengan mereka.
Di dalam memberikan pelayanan pendidikan ini pihak panti ditunjang
dengan adanya sekolah formal mulai dari tingkat TK sampai dengan SMU
yang dalam naungan Yayasan An-Najah. Selain pendidikan formal pihak
panti juga memberikan pendidikan luar sekolah yaitu dengan berbagai
macam keterampilan.
Untuk menunjang keterampilan anak-anak biasanya pihak panti
menginduk pada Dinas Bintal Propinsi DKI Jakarta, dimana pada setiap
tahun ajaran diadakan pelatihan keterampilan guna menunjang bekal anak-
anak asuh selepas dari Panti Asuhan yaitu berupa montir, menjahit, kursus
komputer, memasak, salon kecantikan, dan yang lainnya.
Pelatihan ini biasanya dilaksanakan selama 6 bulan secara berturut-
turut. Tentunya pihak panti berharap ketika mereka kelak keluar dari panti
mereka dapat menjadi anak-anak yang mandiri dan bermanfaat bagi
masyarakat sekitarnya.9
9. Pembinaan Keagamaan di Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah
Pembinaan keagamaan adalah usaha dan cara untuk memperbaiki dan
meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, memperbaiki dan meningkatkan
9 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 05
Oktober 2013
64
wawasan serta keimanan seseorang, pengetahuan amal ibadah seseorang,
sehingga mereka dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi.10
Pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh Panti Asuhan ‘Anak’ An-
Najah terhadap anak-anak asuh diantaranya yaitu:
1. Pengajian (Qira’atu Al-Qura’an, yasinan dan dzikiran)
Salah satu kewajiban kaum muslimin adalah belajar membaca Al-
Qur’an, oleh karena itu para pengasuh panti asuhan sangat menekankan
kepada anak-anak asuh agar bisa membaca Al-Qur’an.
Disini pengasuh dan pengajar berusaha memberikan bimbingan dan
mengenalkan kepada anak-anak asuh bagaimana cara membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar, caranya yaitu mengenalkan kepada mereka mengenai
lafaz-lafaz huruf hijaiyah, mempelajari tajwid, mengenal berbagai ragam
lagu Al-Qur’an, serta belajar mengerti dan memahami makna yang
terkandung dalam Al-Qur’an.
2. Pembelajaran Ilmu Fiqih
Pembelajaran ilmu fiqih adalah salah satu bagian dari pendidikan
agama Islam yang mempelajari tentang fiqih ibadah, terutama menyangkut
pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam
mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, shalat, puasa, zakat,
sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan
10
Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 05
Oktober 2013
65
dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam
meminjam.
Bagi pengasuh dan pengajar di panti ini memberikan ilmu fiqih yang
menjelaskan tentang hukum syari’ah, yang berhubungan dengan segala
tindakan manusia baik berupa ucapan ataupun perbuatan, melaksanakan dan
mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai
perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran Islam baik dalam
hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri,
sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan
lingkungannya.
Pembelajaran fiqih adalah sebuah proses belajar untuk membekali
anak asuh agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam
secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil aqli atau naqli.
3. Pembinaan Keterampilan.
Di Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah tidak banyak keterampilan yang
diberikan kepada anak-anak asuh, yang ada hanya ketika malam minggu
yaitu muhadoroh (latihan ceramah), dan di dalamnya diselingi dengan
latihan membaca puisi, menjadi MC, bermain marawis, menjadi Qori,
membacakan sari tilawah dan juga menyanyi lagu keagamaan Islam.
Disini yang berperan membina keterampilan keagamaan yaitu
pengasuh. Pengasuh mengajari anak asuh agar bisa mengeluarkan bakat
mereka di acara muhadoroh yang diadakan setiap malam minggu. Agar para
anak asuh tidak memendam bakat yang mereka punya masing-masing.
66
4. Memperingati hari-hari besar agama Islam.
Peringatan hari-hari besar agama Islam yang dilaksanakan oleh Panti
Asuhan ‘Anak’ An-Najah selain diikuti oleh anak-anak asuh, biasanya juga
terbuka untuk masyarakat sekitar. Di acara ini anak-anak asuh pun bisa
menunjukan bakat mereka masing-masing dengan melalui pertunjukan, yaitu
berpidato, membaca puisi dan sebagainya. Adapun hari-hari besar agama
Islam yang dirayakan oleh yayasan yaitu:
a. Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Syawal.
b. Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul
Awal.
c. Isra Mi’raj yang jatuh pada tanggal 27 Rajab.
d. Peringatan 10 Muharram.
e. Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah.
Keadaan Anak Asuh di Panti Asuhan Anak An-Najah (Periode 2013-2014)
Jumlah anak asuh yang ada di Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah berjumlah 25
anak asuh dengan perincian sebagai berikut:
67
Tabel 2
Jumlah Anak Asuh Panti Asuhan Anak’ An-Najah11
No Jenis Kelamin Jumlah Anak Asuh
1 Pria 12
2 Wanita 13
Jumlah 25
Sumber: M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah)
Jumlah anak asuh di panti asuhan anak An-Najah berjumlah 25 anak, yang
terdiri dari 12 anak asuh laki-laki dan 13 anak asuh perempuan. Jadi dapat
disimpulkan lebih banyak anak asuh perempuan dibanding anak asuh laki-
laki.Kemudian keadaan anak asuh di panti asuhan anak An-Najah menurut usia
dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 3
Keadaan Anak Asuh Panti Asuhan Anak’ An-Najah Menurut
Usia
No Usia Anak Asuh Jumlah Anak Asuh
1 8-12 Tahun 1
2 13-18 Tahun 23
3 19-20 Tahun 1
4 20-Keatas -
Jumlah 25
Sumber: M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah)
11
Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 05
Oktober 2013
68
Jumlah anak asuh di panti asuhan anak An-Najah menurut usia yaitu dengan
usia 9 tahun berjumlah 1 anak, usia 13 sampai 18 tahun berjumlah 23 anak, dan usia
19 tahun berjumlah 1 anak. Jadi dapat disimpulkan lebih banyak anak asuh yang
berusia antara 13 sampai 18 tahun. Kemudian keadaan anak asuh di panti asuhan
anak An-Najah menurut tingkat pendidikan dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 4
Keadaan Anak Asuh Panti Asuhan Anak’ An-Najah Menurut
Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Anak Asuh
1 SD/Madrasah Ibtidaiyah 1
2 SLTP/Madrasah Tsanawiyah 11
3 SLTA/Madrasah Aliyah 11
4 Perguruan Tinggi 2
Jumlah 25
Sumber: M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah)
Jumlah anak asuh di panti asuhan anak An-Najah menurut tingkat pendidikan
yaitu anak asuh yang masih SD berjumlah 1 anak, anak asuh yang duduk di SLTP
berjumlah 11 anak, anak asuh yang duduk di SLTA berjumlah 11 anak, dan yang
sudah mencapai perguruan tinggi berjumlah 2 anak. Jadi dapat disimpulkan bahwa
anak asuh yang duduk di SLTP dan SLTA berjumlah sama dan paling banyak
diantara SD dan perguruan tinggi. Disini yang dapat meneruskan ke perguruan tinggi
hanya yang mendapatkan reward karena memiliki prestasi yaitu beasiswa ke
69
perguruan tinggi yang diinginkan anak asuh. Yang terakhir keadaan anak asuh di
panti asuhan anak An-Najah menurut status dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 5
Keadaan Anak Asuh Panti Asuhan Anak’ An-Najah Menurut
Status
No Usia Anak Asuh Jumlah Anak Asuh
1 Yatim 10
2 Dhuafa 15
Jumlah 25
Sumber: M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah)
Jumlah anak asuh di panti asuhan anak An-Najah menurut status yaitu anak
asuh dengan status yatim berjumlah 10 anak dan anak asuh dengan status dhuafa
berjumlah 15 anak. Jadi dapat disimpulkan mayoritas anak asuh di panti asuhan anak
An-Najah berstatus dhuafa dan anak yatim.
70
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Aktivitas Komunikasi Verbal Yang Dilakukan Pengajar Dalam Pembinaan
Keagamaan Anak Yatim Dan Dhuafa Di Panti Asuhan Anak An-Najah
Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
Anak merupakan karunia Ilahi dan amanah dalam dirinya melekat harkat
dan martabat manusia yang harus dijunjung tinggi. Anak juga merupakan potensi
sumber daya insan bagi pembangunan nasional, karena itu pembinaan dan
pengembangan harus dimulai sedini mungkin agar dapat berpartisipasi secara
optimal bagi pembangunan bangsa dan Negara. Begitupun dengan anak asuh,
mereka adalah generasi penerus bangsa yang harus kita perhatikan pula.
Sebagaimana kita tahu, bahwa anak asuh setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Karena banyak faktor yang membuat anak asuh dimasukan ke
panti, seperti: kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan,
ditinggalkan orang tua, dan adapula yang salah satu orang tua atau kedua orang
tuanya meninggal dunia.
Tapi walau bagaimanapun anak asuh memerlukan perhatian khusus untuk
diberikan pengarahan, pelatihan, pembinaan dalam keagamaan yang mereka
belum dapatkan sejak dini. Untuk itulah, Panti Asuhan Anak An-Najah selain
membiayai kehidupan dan sekolah mereka, panti ini juga memberikan
71
pembinaan keagamaan dengan menggunakan komunikasi verbal yang dilakukan
oleh pengasuh dan pengajar di panti ini melalui program pembinaan keagamaan
yaitu:
Pertama, pengajian (Qira’atu Al-Qura’an, yasinan dan dzikiran). Salah
satu kewajiban kaum muslimin adalah belajar membaca Al-Qur‟an, oleh karena
itu para pengasuh panti asuhan sangat menekankan kepada anak-anak asuh agar
bisa membaca Al-Qur‟an.
Kedua, pembelajaran ilmu fiqih yaitu salah satu bagian dari pendidikan
agama Islam yang mempelajari tentang fiqih ibadah, terutama menyangkut
pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam mulai
dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, shalat, puasa, zakat, sampai
dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan minuman,
khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
Ketiga, pembinaan keterampilan. Yang diterapkan di panti ini adalah
muhadoroh (latihan ceramah), dan di dalamnya diselingi dengan latihan
membaca puisi, menjadi MC, bermain marawis, menjadi Qori, membacakan sari
tilawah dan juga menyanyi lagu keagamaan Islam.
Keempat, memperingati hari-hari besar agama Islam. Peringatan hari-hari
besar agama Islam yang dilaksanakan oleh Panti Asuhan „Anak‟ An-Najah selain
diikuti oleh anak-anak asuh, biasanya juga terbuka untuk masyarakat sekitar. Di
72
acara ini anak-anak asuh pun bisa menunjukan bakat mereka masing-masing
dengan melalui pertunjukan, yaitu berpidato, membaca puisi dan sebagainya.1
Komunikasi verbal merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan
dalam pembinaan keagamaan anak asuh di panti asuhan anak An-Najah. Dan ini
didukung oleh pengasuh dan pengajar yang mempunyai syarat-syarat sebagai
komunikator, yaitu memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya,
memiliki keterampilan berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas,
memiliki sikap yang baik terhadap komunikan dan memiliki daya tarik dalam
artian komunikator memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau
penambahan pengetahuan bagi atau pada diri komunikan.2
Jika seorang pengajar (komunikator) telah memahami syarat-syarat
tersebut, maka bentuk komunikasi yang dilakukan akan dapat diterima dengan
baik oleh komunikannya (anak asuh).
Dari hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan, peneliti
menganalisis beberapa aktivitas komunikasi verbal yang dilakukan oleh
pengasuh kepada anak asuh dalam pembinaan keagamaan di panti asuhan anak
annajah. Di antara data yang peneliti peroleh, yaitu:
1. Memberikan wadah untuk share
Setiap orang mempunyai masalah dalam dirinya, baik masalah dengan
keluarga, masalah dengan teman, dan masalah dengan pelajaran juga prestasi
1 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 20
November 2013 2 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), cet.
ke-2, h. 93-94
73
dalam pendidikannya. Oleh karena itu, orang yang banyak masalah
memerlukan solusi dan wadah untuk mengungkapkan masalah-masalahnya.
Dari hasil wawancara beberapa anak asuh kurang lebih mempunyai
jawaban yang sama dan menjelaskan bahwa di panti ini selalu ada interaksi
antara pengasuh dengan anak asuh dengan cara sharing. Dari yang peneliti
wawancara Qona‟ah, Arya, Katrin dan Fauzan mengatakan bahwa kalau
belum mengerti masalah pelajaran atau ada masalah pribadi bisa di sharing
kepada pengasuh secara individu hanya anak asuh dengan pengasuh saja.3
Pengasuh dan pengajar di panti ini memberikan kesempatan kepada
para anak asuh untuk mengutarakan permasalahannya. Karena pengasuh dan
pengajar di panti asuhan anak annajah ini menganggap anak-anak asuh
sebagai anak-anak mereka. Selayaknya seorang orang tua, maka selalu
mengayomi dan melengkapi kebutuhan anak-anaknya. Kegiatan sharing ini
tidak di jadwalkan karena hal ini dibebaskan untuk anak asuh kapanpun
mereka ingin meminta sharing kepada pengasuh atau pengajar. Tempat
melakukan sharing nya bisa dikelas, bisa juga dikantor panti. Hal ini
diutarakan oleh pengasuh di panti asuhan anak annajah.4
2. Memberikan teguran dan nasehat
“anak asuh juga manusia” sebuah ungkapan yang menandakan bahwa
seorang pasti pernah melakukan kesalahan, ada kesalahan yang kecil juga
3 Wawancara pribadi dengan Qona‟ah, Arya, Kartin dan Fauzan (Anak Asuh Panti Asuhan
Anak An-Najah), Jakarta 07 Desember 2013 4 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 20
November 2013
74
yang besar. Apalagi seorang ini adalah seorang anak asuh yang notabene
masih remaja dan masih labil serta masih suka bermain-main atau bercanda
dengan temannya.
Dari hasil wawancara beberapa anak asuh masing-masing pernah
mendapatkan tegoran karena melakukan kesalahan. Qona‟ah mengatakan
“pernah dimarahi kalau sudah adzan ga langsung naik ke musholla”,
kemudian Arya mengatakan “pas belajar ngobrol ditegor pasti dimarahin”,
lalu Katrin mengatakan “bercanda diruangan kelas ditegor”. Yang terakhir
Fauzan mengatakan “tidak sholat karena keasyikan bermain ditegor,
dimarahin”.5
Masing-masing anak asuh pasti pernah melakukan kesalahan dan
pernah ditegor oleh pengasuh atau pengajar. Dari hasil wawancara kepada
pengasuh didapat tentang keseluruhan sikap anak asuh yang pernah
melakukan kesalahan.
Alhasil pada saat di kelas pun mereka ada yang bercanda dengan
temannya, yang mengakibatkan kegaduhan di dalam ruangan sehingga
pengajar harus menegurnya supaya kondisi dan suasana belajar kondusif
kembali.
Kadang juga banyak anak asuh yang terlambat jika sudah adzan atau
pelajaraan keagamaan dimulai belum juga hadir akan ditegor oleh pengasuh
dan diberi sanksi.
5 Wawancara pribadi dengan Qona‟ah, Arya, Kartin dan Fauzan (Anak Asuh Panti Asuhan
Anak An-Najah), Jakarta 07 Desember 2013.
75
Ada pula anak asuh yang terpengaruh oleh lingkungan luar yang tidak
baik seperti berbohong kepada pengasuh contohnya anak asuh ingin pergi
bersama teman-temannya tetapi meminta izin kepada pengasuh ingin belajar
kelompok tentu pengasuh pun menegur dan menasehatinya.
Kemudian ada yang diam-diam merokok, berdua-duaan di panti pasti
akan langsung mendapat teguran dari pengasuh. Karena peraturan di panti
asuhan boleh suka-sukaan tetapi tidak boleh berdekatan dan berdua-duan
dengan yang bukan muhrimnya.
Jika teguran dan nasehat pertama tidak berpengaruh, bisa disebut anak
asuh itu mengulangi kesalahan lagi. Anak asuh akan mendapatkan sanksi
seperti menghafal beberapa ayat al-Qur‟an , jika masih mengulanginya lagi.
akan diberikan sanksi yang lebih berat seperti membersihkan kamar mandi,
menyuci piring dan lain-lain. Tetapi jika masih mengulanginya lagi juga,
panti asuhan akan memberikan surat peringatan dan pemanggilan orang tua
atau wali anak asuh. Jika masih mengulangi kesalahan lagi tindakan terakhir
yaitu dikeluarkan dari panti asuhan anak annajah.6
Hukuman dan sanksi yang diberikan dari pengasuh berlaku pada
semua tingkatan. Dari SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Jadi tidak ada
perbedaan mengenai sanksi yang diberikan apabila melakukan kesalahan
atau pelanggaran di Panti Asuhan Anak An-Najah ini.
6 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 20
November 2013.
76
3. Memberikan apresiasi dan reward kepada anak asuh yang berprestasi
Apresiasi merupakan suatu tindakan menghargai perbuatan atau
pekerjaan yang dilakukan orang lain karena dia berprestasi ataupun memiliki
jasa yang banyak dan bermanfaat kepada diri kita, kepada perusahaan,
sebuah instansi atau pun kepada Negara. Bukan saja wajar dilakukan, akan
tetapi sudah menjadi keharusan supaya orang tersebut merasa dihargai.
Dari hasil wawancara beberapa anak asuh yang berprestasi yaitu
Qona‟ah mengatakan “mendapatkan ucapan selamat dari teman-teman yang
buat lebih semangat. Dan bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi seperti saat ini”. Kemudian Arya mengatakan “Waktu
saya mendapatkan peringkat saya diajak jalan-jalan ke puncak untuk hadiah
yang mendapatkan juara-juara kelas untuk lebih termotivasi”.
Lalu Katrin mengatakan “untuk yang berprestasi mendapatkan
beasiswa dari panti untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Tetapi jika tidak
berprestasi tidak diberikan beasiswa bisa langsung kerja atau langsung
keluar dari panti. Hadiah yang diberikan pastinya membuat lebih semangat
lagi untuk lebih baik lagi. Yang terakhir Fauzan mengatakan “kadang suka
dikasih hadiah seperti sengaja dimasakin masakan kesukaan anak kalau
dapat peringkat. Pasti buat aku lebih semangat dalam belajar”.7
Begitu juga ketua yayasan di panti asuhan ini yang mengapresiasi anak
asuh yang dapat berprestasi, baik di panti asuhan, di sekolah maupun di
7 Wawancara pribadi dengan Qona‟ah, Arya, Kartin dan Fauzan (Anak Asuh Panti Asuhan
Anak An-Najah), Jakarta 07 Desember 2013.
77
kalangan luar panti dan sekolah. Seperti mengikuti perlombaan-perlombaan
tingkat daerah, tingkat nasional maupun tingkat internasional. Anak asuh
yang dapat mempertahankan prestasinya akan mendapatkan reward dari
ketua sekaligus pemilik yayasan panti asuhan anak annajah yaitu beasiswa
perguruan tinggi, anak asuh diperbolehkan memilih perguruan tinggi yang
diinginkan agar anak yang kurang berprestasi termotivasi untuk terus giat
belajar agar bisa mencapai keinginan dan cita-citanya.8
Selain dari beberapa aktivitas komunikasi verbal tersebut. Dari hasil
wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan, di dapat bahwa aktivitas
komunikasi verbal yang digunakan pengasuh dan pengajar dalam pembinaan
keagamaan di Panti Asuhan Anak An-Najah juga menggunakan teori operant
conditioning yang dikembangkan oleh Burrhud Federic Skinner. Skinner
berpendapat setiap suatu tindakan yang telah dibuat ada konskuensinya,
penghargaan untuk tindakan yang benar, hukuman untuk yang salah. Tindakan
yang ingin mendapatkan penghargaan akan menjadi suatu kebiasaan, dan secara
tidak disadari kebiasaan lama akan hilang.9
Teori ini diaplikasikan oleh pengasuh di Panti Asuhan Anak An-Najah
dalam pembinaan keagamaan anak asuh. Prestasi yang di dapat anak asuh
merupakan hasil dari kemampuan anak asuh itu sendiri dan dibantu dengan
pembinaan keagamaan yang diterapkan oleh pegasuh di Panti Asuhan Anak An-
Najah ini.
8 Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 20
November 2013 9 Prasetyani, Belajar Behavioristik dan Teori Belajar Humanistik (Yogyakarta: 2007), h. 77
78
Ketika pengasuh mengatakan kepada anak asuh agar selalu rajin dan giat
belajar, konsen saat mendapatkan materi pelajaran, harus selalu ingat Allah SWT
dimanapun berada, dan tak lupa mengerjakan perintah Allah SWT dan menjauhi
laranganNyaa anak asuh mendengarkannya.
Tetapi ketika pengasuh memberikan contoh dari alumni panti yang saat ini
sudah sukses, beliau menceritakan sejarahnya yang bisa sukses walau mereka
berasal dari kalangan tidak mampu dan memberi kesempatan bagi yang
berprestasi akan di beri beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi hingga
lulus menjadi sarjana, lalu ada keinginan dan niat anak asuh untuk melakukan
dan mengusahakan yang disampaikan oleh pengasuh agar berusaha menjadi anak
yang berprestasi dan tak pernah lupa dengan ajaran Allah SWT.10
Dari hasil wawancara dari beberapa anak asuh dalam metode pembelajaran
pembinaan keagamaan ini Qona‟ah sebagai anak asuh dari tingkatan perguruan
tinggi mengatakan “kalau sudah berprestasi tidak boleh langsung merasa puas
maka harus terus digali lagi agar terus selalu berprestasi”.11
Kemudian Arya anak asuh dari tingkatan pendidikan SMA mengatakan
“pembelajarannya mudah dimengerti dan selalu diberi contohnya. Ada metode
khusus seperti pengajaran Al-Qur’an disuruh maju satu-satu untuk
10
Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 20
November 2013 11
Wawancara pribadi dengan Qona‟ah (Anak Asuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta
07 Desember 2013
79
menghafalkan dan disini diadakan sharing, sesi tanya jawab kesulitannya
dimana”.12
Lalu selanjutnya Katrin anak asuh dari tingkatan pendidikan SMP
mengatakan “Kalau lagi mood belajar ya gampang masuknya pelajaran, kalau
lagi malas susah mengertinya dan bisa jadi semangat untuk yang berprestasi
mendapatkan beasiswa dari panti untuk melanjutkan ke perguruan tinggi”.13
Yang terakhir Fauzan anak asuh dari tingkatan pendidikan SD mengatakan
“Diberi semangat setiap hari agar tidak malas”.14
Dari kesimpulan diatas dapat peneliti menyimpulkan bahwa pengasuh
dalam pembinaan keagamaan anak asuh ini memberi motivasi agar harus terus
berprestasi yang berbeda-beda pada tingkatan SD, SMP, SMA dan Perguruan
Tinggi.
Pada anak SD diberikan motivasi seperti semangat setiap hari agar
mendorong anak lebih giat dalam belajarnya, kemudian pada tingkatan SMP
diberikan motivasi jika berprestasi akan mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi, kemudian pada tingkatan SMA diberikan
pembelajaran secara individual dan dilakukan sharing agar lebih bisa secara
leluasa menanyakan kesulitannya dan pada tingkatan Perguruan Tinggi diberikan
motivasi agar tidak boleh langsung puas akan hasil yang dicapai agar prestasi
tidak menurun.
12
Wawancara pribadi dengan M. Arya (Anak Asuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 07
Desember 2013 13
Wawancara pribadi dengan Katrin Nivira (Anak Asuh Panti Asuhan Anak An-Najah),
Jakarta 07 Desember 2013 14
Wawancara pribadi dengan Fauzan Firdaus (Anak Asuh Panti Asuhan Anak An-Najah),
Jakarta 07 Desember 2013
80
Pengasuh dan pengajar di panti selain memberikan motivasi kepada anak
asuh, mereka pula selalu mengadakan sharing, melihat jika ada anak yang tidak
konsen dalam belajarnya ditanya secara individu apakah anak asuh itu sedang
ada masalah atau tidak, jika anak asuh menceritakan masalahnya tentunya
pengasuh dan pengajar di panti akan memberikan solusi, semangat dan motivasi
agar anak asuh dapat konsen dalam belajar.
Dan untuk anak asuh yang sudah berprestasi juga di berikan arahan agar
tidak mudah merasa puas dengan apa yang diraihnya, agar anak asuh yang
berprestasi dapat mempertahankan prestasinya agar tidak menurun dan terus di
tingkatkan lagi.
Kemudian menggunakan teori kognitif yang dikembangkan oleh Jean
Piaget. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil
kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan
hasil interaksi diantara keduanya. Jean Piaget mengatakan bahwa anak dapat
membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri, terdapat dua proses yang
mendasari perkembangan dunia individu yaitu pengorganisasian dan penyesuaian
(adaptasi).15
Teori ini pula diaplikasikan di panti asuhan anak An-Najah ini. Saat ini
panti asuhan membiayai 25 anak asuh yang berbeda beda latar belakangnya. Ada
yang dari Tangerang, Jakarta, Kuningan, Cirebon, Bogor, Sumedang, Brebes,
dan Cianjur. Kemampuan bahasa anak asuh pun berbeda-beda. Ada yang
menggunakan bahasa sunda, jawa, dan betawi. Tetapi anak-anak asuh selalu bisa
15
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Erlangga, 2011). h. 56
81
berkomunikasi dengan baik, dengan memberi tahu maksud perkataannya apabila
tidak dipahami oleh anak asuh lain.
Walau memiliki latar belakang yang berbeda-beda, pengasuh dan pengajar
selalu memberikan ajaran kepada anak-anak asuh agar dapat berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar apabila diluar lingkungan panti asuhan. Dalam pembinaan
keagamaan di panti asuhan anak annajah pengasuh dan pengajar menekankan
agar anak asuh dapat bertutur kata dengan baik mengikuti ajaran agama Islam.16
Anak asuh di Panti ini sangat mudah untuk beradaptasi menyesuaikan diri
dengan anak asuh lain agar selalu terjalin keharmonisan dan tak ada pertikaian
antara anak asuh. Faktor pendukung pembentukan perilaku bukan hanya dari
lingkungan sekitar Panti Asuhan tetapi juga dalam pengorganisasian
dilingkungan sekolah masing-masing anak asuh.
Jadi dari kesimpulan diatas peneliti menyimpulkan bahwa pada tingkatan
SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi diberikan arahan yang sama kepada
pengasuh dan pengajar di Panti Asuhan Anak An-Najah ini agar anak asuh dapat
bertutur kata dengan baik mengikuti ajaran agama Islam. Dan beradaptasi
menyesuaikan diri dengan anak asuh lain agar selalu terjalin keharmonisan dan
tak ada pertikaian antara anak asuh.
Lalu yang terakhir menggunakan teori mediating (penengah). Teori ini
dipopulerkan oleh Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa manusia dalam
mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap
16
Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 20
November 2013
82
stimulus (rangsangan) dari luar tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang
terjadi dalam dirinya. Dalam hal ini respon (gerak balas) dan stimulus
(rangsangan) terjadi pada otak (organ) manusia. Menurut Osgood makna
merupakan hasil proses pembelajaran dan pengalaman seseorang yang
merupakan suatu proses penengah untuk melambangkan sesuatu. 17
Tidak semua orang, jika menerima stimulus (rangsangan) dari luar akan
langsung mempengaruhi gerak dan tindakan seseorang atau dirinya sendiri.
Seperti yang diterapkan di panti ini yaitu pengasuh dan pengajar telah menasehati
dan memberikan semangat agar anak asuh rajin belajar, tetapi jika hal tersebut
tidak digubris atau dilakukan oleh anak asuh, maka hal itu juga akan menjadi sia-
sia. Seberapa hebat perkataan dan nasehat pengasuh dan pengajar kepada anak
asuh, jika si anak tidak ingin mengubah dan bertindak dari dalam dirinya sendiri,
maka perkataan yang hebat itu, tidak akan mengubah apapun. Pengasuh tidak
lelah memberikan motivasi agar anak asuh dapat giat belajar. 18
Jadi dari kesimpulan diatas peneliti menyimpulkan bahwa walaupun
perilaku yang ada pada anak asuh dari tingkatan SD, SMP, SMA maupun
Perguruan Tinggi bergantung dari kemauan anak asuh apakah ingin menjadi
lebih baik atau tidak, tetapi pengasuh disini memiliki peranan yang melakukan
tugasnya agar terus memberikan nasehat dan motivasi kepada sang anak agar
jauh lebih baik dari sebelumnya.
17
Chaer Abdul. Psikolinguistik (Kajian Teoritik). (Jakarta: Rineka Cipta, 2003). h. 73 18
Wawancara pribadi dengan M. Guntur (Pengajar Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 04
November 2013
83
B. Aktivitas Komunikasi Non Verbal Yang Dilakukan Pengajar Dalam
Pembinaan Keagamaan Anak Yatim Dan Dhuafa Di Panti Asuhan Anak
An-Najah Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan
tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan
tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka,
kedekatan jarak dan sentuhan.19
Komunikasi non verbal juga merupakan salah satu unsur yang sangat
menentukan dalam pembinaan keagamaan anak asuh di panti asuhan anak An-
Najah.
Panti Asuhan Anak An-Najah selain membiayai kehidupan dan sekolah
mereka, panti ini juga memberikan pembinaan keagamaan dengan mengunakan
komunikasi non verbal yang dilakukan oleh pengasuh dan pengajar di panti ini
melalui program pembinaan keagamaan yaitu: pengajian (Qira’atu Al-Qura’an,
yasinan dan dzikiran), pembelajaran ilmu fiqih, pembinaan keterampilan dan
memperingati hari-hari besar agama Islam.
Dari hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan, di dapat
bahwa aktivitas komunikasi non verbal yang digunakan pengasuh dan pengajar
dalam pembinaan keagamaan di Panti Asuhan Anak An-Najah yaitu:
19
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar, h. 97
84
1. Memberikan keteladanan
Pada dasarnya, kebutuhan manusia akan figur teladan bersumber dari
kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia. Peniruan
bersumber dari kondisi mental seseorang yang senantiasa merasa bahwa
dirinya berada dalam perasaaan yang sama dengan kelompok lain sehingga
dalam peniruan ini, anak-anak cenderung meniru orang dewasa, kaum lemah
cenderung meniru kaum kuat, serta bawahan cenderung meniru atasannya.
Dari hasil wawancara beberapa anak asuh yaitu Qona‟ah mengatakan
“diberi nasehat melihat orang yang sukses dari kalangan bawah dilihat
sebagai contoh, bisa menjadi semangat baru”. Kemudian Arya mengatakan
“pasti dituntut selalu semangat, berprestasi. Sebagai contoh baik orang
sukses dari panti asuhan maupun luar”. Lalu Katrin mengatakan “pengasuh
selalu memberi motivasi dengan membandingkan alumni dari panti yang
sekarang sudah sukses, kadang alumninya didatangkan untuk memotivasi
anak-anak asuh. Dan membuat kita jadi semangat agar bisa menjadi kaka-
kaka yang sudah sukses”. Yang terakhir Fauzan mengatakan “Harus
semangat dalam belajar. Bisa bikin semangat giat belajarnya”.20
Pengajar dan pengasuh di Panti Asuhan Anak An-Najah ini sangat
mengedepankan akhlak dan keteladanan. Itulah yang membuat anak asuh
nyaman dan suka kepada pengajar dan pengasuhnya, sehingga terdapat kasih
20
Wawancara pribadi dengan Qona‟ah, Arya, Kartin dan Fauzan (Anak Asuh Panti Asuhan
Anak An-Najah), Jakarta 07 Desember 2013.
85
sayang yang menimbulkan kedekatan antara pengasuh dan pengajar dengan
anak asuh.21
Pengasuh juga sering memberikan motivasi untuk anak-anak asuhnya
dan memberikan contoh keteladanan dari kakak-kakak alumni panti yang
sudah sukses atas prestasi yang telah mereka capai. Agar anak-anak asuh
dapat mengikuti kakak-kakaknya yang sukses walau hanya dari kalangan
tidak mampu harus terus berusaha karena dimana ada niat, usaha dan doa
disitu pasti akan ada hasil.22
Jadi dari kesimpulan diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam
penerapan mengedepankan akhlak dan keteladanan ini para pengasuh
memberikan pengarahan dari tingkatan SD, SMP, SMA dan Perguruan
Tinggi itu sama tidak ada yang dibedakan karena sama-sama mempunyai
tujuan agar memiliki akhlak yang baik dan dapat mencontoh keteladanan
kakak-kakak alumni panti yang sudah sukses.
2. Menerapkan Kedisiplinan
Pada dasarnya kedisiplinan tercipta karena adanya peraturan dalam
Panti Asuhan Anak An-Najah ini, seperti hadir waktu shalat berjamaah,
waktu sekolah, waktu makan, waktu pembelajaran dengan tepat waktu.
Karena jika anak-anak tidak disiplin atau melanggar peraturan pasti akan ada
21
Wawancara pribadi dengan M. Guntur (Pengajar Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 04
November 2013
22
Wawancara pribadi dengan M. Ansor (Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah), Jakarta 20
November 2013
86
sanksi yang diberikan entah dari hukuman yang ringan sampai hukuman
yang berat tergantung kesalahan anak asuh.
Dari hasil wawancara beberapa anak asuh yaitu Qona‟ah mengatakan
“hadir tepat waktu saat sholat berjamaah, tidak boleh berpacaran, berdua-
duaan atau berdekat-dekatan sama cowok di panti”. Kemudian Arya
mengatakan “tidak boleh merokok dan harus bertutur kata yang baik”. Lalu
Katrin mengatakan “bangun pagi dan harus sholat lima waktu”. Yang
terakhir Fauzan mengatakan “harus pulang sekolah tepat sekolah tepat
waktu, jika terlambat pulang sekolah atau pergi diluar sekolah harus izin
dulu sama pengasuh”.23
Maka dari itu pengasuh dan pengajar selalu memberikan arahan agar
dapat menjaga kedisiplinan di Panti Asuhan Anak An-Najah ini agar dapat
menjadi suri tauladan bagi adik-adiknya kelak.24
Dari kesimpulan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa dalam
menerapkan kedisiplinan ini pengasuh mengajarkan hal yang sama dari
tingkatan SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi agar dapat menjaga
kedisiplinan dan menjadi suri tauladan bagi adik-adiknya kelak.
Jadi dalam aktivitas komunikasi non verbal yang diterapkan di panti
asuhan ini adalah memberikan keteladanan dari pengasuh kepada anak asuh
dan menerapkan kedisiplinan agar selalu mematuhi peraturan.
23
Wawancara pribadi dengan Qona‟ah, Arya, Kartin dan Fauzan (Anak Asuh Panti Asuhan
Anak An-Najah), Jakarta 07 Desember 2013. 24
Wawancara pribadi dengan Muhammad Guntur (Pengajar Panti Asuhan Anak An-Najah),
Jakarta 04 November 2013
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Aktivitas komunikasi verbal yang dilakukan pengasuh dan pengajar dalam
pembinaan keagamaan anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Anak An-
Najah Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan yaitu:
a. Memberikan wadah untuk share
Pengasuh memberikan kesempatan kepada para anak asuh untuk
mengutarakan permasalahannya. Kegiatan ini tidak di jadwalkan karena
hal ini dibebaskan untuk anak asuh kapanpun mereka ingin meminta
sharing kepada pengasuh atau pengajar. Tempat sharing dilakukan bisa
dikelas atau dikantor panti.
b. Memberikan teguran dan nasehat
Hukuman dan sanksi yang diberikan dari pengasuh berlaku pada
semua tingkatan. Dari SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Jadi tidak
ada perbedaan mengenai sanksi yang diberikan apabila melakukan
kesalahan atau pelanggaran.
c. Memberikan apresiasi dan reward kepada anak asuh yang berprestasi
Anak asuh yang dapat mempertahankan prestasinya akan
mendapatkan reward dari ketua sekaligus pemilik yayasan panti asuhan
88
anak Annajah yaitu beasiswa ke perguruan tinggi. Anak asuh
diperbolehkan memilih perguruan tinggi yang diinginkan agar anak
yang kurang berprestasi termotivasi untuk terus giat belajar agar bisa
mencapai keinginan dan cita-citanya.
Adapun teori yang diterapkan di panti ini dalam komunikasi verbal nya
yaitu teori operant conditioning yang mana menerapkan pengasuh
memberikan motivasi yang berbeda-beda pada tingkatan SD, SMP, SMA
dan Perguruan Tinggi. Kemudian teori kognitif yang mana pengasuh
memberikan arahan kepada semua tingkatan sama yaitu dari SD, SMP, SMA
dan Perguruan Tinggi yang mengharuskan bertutur kata dengan baik
mengikuti ajaran agama Islam.
Yang terakhir teori mediating bahwa walaupun perilaku yang ada pada
anak asuh dari tingkatan SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi bergantung
dari kemauan anak asuh apakah ingin menjadi lebih baik atau tidak, tetapi
pengasuh disini memiliki peranan yang melakukan tugasnya agar terus
memberikan nasehat dan motivasi kepada sang anak agar jauh lebih baik dari
sebelumnya.
2. Aktivitas komunikasi non verbal yang dilakukan pengasuh dan pengajar
dalam pembinaan keagamaan anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Anak
An-Najah Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Komunikasi
non verbal yang dilakukan yaitu:
89
a. Memberikan keteladanan
Dalam penerapan mengedepankan akhlak dan keteladanan ini para
pengasuh memberikan pengarahan dari tingkatan SD, SMP, SMA dan
Perguruan Tinggi itu sama tidak ada yang dibedakan karena sama-sama
mempunyai tujuan agar memiliki akhlak yang baik dan dapat mencontoh
keteladanan kakak-kakak alumni panti yang sudah sukses.
b. Menerapkan kedisiplinan
Diadakan peraturan dan sanksi bagi yang melanggar. Dalam
menerapkan kedisiplinan ini pengasuh mengajarkan hal yang sama dari
tingkatan SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi agar dapat menjaga
kedisiplinan seperti mematuhi peraturan yang ada di panti dan menjadi
suri tauladan bagi adik-adiknya kelak.
B. Saran-Saran
1. Komunikasi verbal yang dilakukan dalam pembinaan keagamaan anak asuh
dalam sharing, memberikan teguran atau nasehat, motivasi dan reward
sudah bagus, namun masih harus terus diperhatikan lagi pengawasan atau
monitoring dalam aspek perilaku antar sesama anak asuh. Baik dari
perkataan maupun perbuatan mereka karena dari hasil pengamatan peneliti,
masih ada beberapa anak asuh yang suka bercanda dan tidak konsen dalam
belajar.
2. Komunikasi non verbal yang diterapkan sudah dapat dipahami dari pengasuh
kepada anak asuh. Tingkatkan lagi kedisplinan dan harus selalu
mengedepankan akhlak dan keteladanan sesuai ajaran agama Islam.
90
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Chaer. Psikolinguistik; Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Arifin, M. Pedoman Pelaksana Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Golden
Rayon Press, 1991.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1998.
Assamrqondi, Abdul Laits, dan Bahreis, H. Salim. Tanbihul Ghofilin. Jakarta:
Sa’diyah Putra, 1984.
Asmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.
Ayub, Hasan. Etika Islam: Menuju Islam Yang Hakiki. Bandung: Trigenda Karya,
1994.
Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (BPPKS). Standarisasi Panti
Sosial. Jakarta: 2005.
Cangara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2009.
----------. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Dagun, Ave M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara PKN, 1997.
Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga, 2011.
Darajat, Zakiyah. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: PT Gunung
Agung, 1996.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 1988.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka 2002.
Depsos RI. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan Pengentasan Anak
Terlantar Melalui Panti Asuhan Anak. Jakarta: Binkesos, 1989.
Djunaidi, Ahmad Zurzani dan Syarif, Ismail Mulana. Sepuluh Inti Perintah Allah.
Jakarta: PT Fikhati Aneska, 1991.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005.
91
Fitriani. Bentuk Komunikasi Antara Guru dan Orang Tua Dalam Membantu
Pembelajaran Agama di SDI Al-Izhar Pondok Labu. Jakarta: Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1992.
Harahap, Syahrini. Islam: Konsep dan Implementasi Pemberdayaan. Yogyakarta: PT
Tiara Wacana, 1999.
Hasbullah. Praktek Pengasuhan Anak di Panti Sosial Anak: Kajian Pada Beberapa
Panti Sosial Asuhan Anak di Kasel, Tesis Sarjana. Jakarta: Perpustakaan
Nasional RU, 1997.
Ismail, Usman Asep. Pengamalan Al-Qur’an tentang Pemberdayaan Dhua’afa.
Jakarta: Dakwah Press, 2008.
Jumroni dan Suhaimi. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Press,
2006.
Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007.
Manaf, Mujahid Abdul. Sejarah Agama-agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996.
Modul Pelayanan Sosial Anak Terlantar Dalam Panti. PSBR, 2010.
Modul Pelayanan Sosial Anak Terlantar Luar Panti Melalui Penguatan Ekonomi
Keluarga Dalam Bentuk Kelompok Usaha Bersam (KUBE).
Moelino, Anton M. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Moleong. Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Muhsin, MK. Menyayangi Dhu’afa. Jakarta: Gema Insani Press.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003.
Nasution, Harun. Islam ditinjau dari Beberapa Aspek. Jakarta: UI Press, 1987.
Nawari, Al. Tahrir Alfaz Al-Tambih, di-tahqiq oleh Abd Al-Gani Al-Daqr. Damaskus:
Daar El-Qolam, 1408 H.
Ngajenan, Muhammad. Kamus Etimologi Bahasa Indonesia. Semarang: Dahara
Prize, 1992.
92
Prasetyani, Belajar Behavioristik dan Teori Belajar Humanistik. Yogyakarta: 2007.
Purwadaminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Risdakarya, 2008.
Rumondor, Alex H. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
Rosyidy, T.A Latief. Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi. Medan: 1985.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Press, 2007.
Salim, Peter dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English, 1991.
Sendjaja, Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005.
Setiadi, Rudi. Menyantuni Anak Yatim. dalam renungan jum’at, 10 Desember 2004.
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1990.
Soerjono, Sukanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003.
Sojogyo dan Sajogyo, Pujiwati. Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan. Yoryakarta:
Gajah Mada University, 1999.
Sukri, Sri Suhadjati. Menyantuni Anak Yatim Psikologis. dalam suara merdeka,21
November 2003.
Suprapto, Tommu. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo,
2006.
Sya’idah, Khasanah. Pemikiran Pendidikan Anak “Abdullah NashihbUlwan”.
Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1425 H/ 2005.
Widjaya, H. A.W. Komunikasi dan Hubungan Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2002.
---------------------. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Zahrah, Muhammad Abu. Membangun Masyarakat Islam. Jakarta: PT. Pustaka
Firdaus, 1994.
KEMENTERTAN AGAMAUhIIVERSITAS ISLAI!{ NEGERI ruTN)syARrF HTDAyATULLAH "lexanieFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
ll Ir. H. Juanda No. 95 Cipurat 15412 Indonesiaweosrte s4ftlqjqiqf,4443s](l Telepon/Far : (021) 1 432728 / 7 47 03580
E-mail : [email protected]
Nomor : Un.Ol/F5 tpp.00.gt6? 9ZOttLamp :l(satu)bundel ' t'Hal : Binrbingan Skripsi
\l
Tembusan: ,
l. Dekan2. Ketua Jurusan Komunikasi dan penyiaran Islam (KpI)
Kepada Yth.Wati Nilamsari, M.Si.Dosen Fakultas Ilmu Dak,,vah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarra
Ass alamu' qlaikum lltr. t4tb.
Bersama ini kami sampaikan t"bu.oL:|t^line skripsi yang diajukan oleh mahasiswaFakrrltas Ilmu Dakwah tla'Ilmu Komunikasi uIN syarif Hiiuyu,rilurr likartasebagai berikut,NamaNomor PokokJurusanSemesterTelp.Judul Skripsi
: Darwis Fitra Makmur:109C51C;1C090
Jakarta, Z Agustus 2013
Dekan Bidang Akademik
Komunikasi dan penyiaran Islarn (KpI)IX (Sernbilan,)08s69400844sPola Komunikasi Antar pribadi A'ak Jalanan di perempatanLampu Merah Ciledug i(arang Tengah furrg".unf--aAu*Menumbuhkan Rasa Kepercayaui Oiri.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenlusunan dan penyelesaian skripsinya pada rvaktu y""giio"r. terralu iama.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sa.mpaikan terima kasih.Wassal amu' alaikum l4/r. Wb.
an. D
ahidin Saputra,9700903 199603 1 00tV
VZ ft H HA*a
WEH H
KEMENTERIAN AGAIVIATINIVERSITAS ISLAN{ NEGERI (UIN)SYAI{IF HIDAYAT ULLAH JAKAIITA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNII(ASITelepon/Fax (021) 7432'128 I 71103580
NornorLampiran :
Hal : Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth,Pimpinan Panti Asuhan Annajahdi
Tempat
A s s al arnu' al ai kum LVr. Wb.
Dekan Fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta menerangkan bahwa:
Jl. Ir. H. JuandaNo,95 Ciputat Ii4l2lndonesia
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusan/KonsentrasiAlamatTelp.
Tembusan :
1. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ka/Sekprodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Website: l'u'rv ldkuiniakarta.ac id, E-mail : dakwalr@tl'tlk !riniakarta ac id
Darwis Fitra Makrrur1 0905 l 000090Tangerang, 15 Mei 1991
IX (Sembilan)Komunikasi dan Penyiaran IslamJl. Sunan Kalijaga RT 021011 Ciledug Tangerang085694008445
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UiNSyarif l{idayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalamrangka penulisan skripsi berjudul Bentuk Kontunikosi Yerbal dan Jrlon-Verbal dalantPembinaan Keagamaan Anak Yatim Piatu dan Dhuafa di Panti Asuhan AnakAnnajah Petukangan Selatan Pesanggrahan,Iakarta Selatan.
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapat
menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatandimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
W s s al amu' al aikum Wr. I4tb .
Dekan,
Subhan, MA19660110 199303 t 004y
16)t"-y"
ANNAJAH
PANTI SOSTAL ASUHAN ANAK'ANNAIAH''Jalan Ciledug Raya PetuKangan Selatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan
Telepon . (021) 7359229, Fax : (02'i ) 73886134Website : www.annajah-jkt.com
Surat Keterangan
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Ketua Panti Asuhan Anak An-Najah,
menyatakan bahwa mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta :
Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
Darwis Fitra Makmur
10905 1000090
Komunikasi dan Penyiaran Islam
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Pada tanggal 04 November 2013 telah melakukan penelitian/ wawancara untuk bahan
penelitian skripsi yang berjudul Bentuk Komunikasi Verbal dan Nonverbal dalam Pembinaan
Keagamaan Anak Yatim Piatu dan Dhuafa di Panti Asuhan Anak An-Najah Petukangan Selatan
Pesanggrah an Jakarta Selatan.
Demikianlah surat ini kami buat, agar dapat diketahui dan digunakan sebagaimana
mestinya.
Pedoman Wawancara
Nama :
Jabatan : Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah
Hari/ Tanggal :
Waktu Wawancara :
Tempat Wawancara :
1. Apa saja program pembinaan keagamaan di Panti Asuhan Anak An-Najah ini?
2. Bagaimana metode belajar dikelas, apakah ada metode belajar khusus yang
membuat murid mudah memahami pelajaran dengan baik?
3. Apakah berkomunikasi kepada anak asuh hanya pada saat belajar mengajar atau
ada waktu lain yang dilakukan untuk berkomunikasi?
4. Bagaimana cara menasehati atau memberikan semangat kepada anak asuh agar
mereka dapat berprestasi, reward apa yang diberikan?
5. Jika anak asuh tidak mengikuti pelajaran dengan baik, apakah ada sanksi. Dan
apakah sanksi tersebut dapat membuat murid lebih berprestasi?
6. Apakah anda pernah kesal atau marah kepada anak asuh yang susah diatur dan
suka membangkang. Kekesalan atau kemarahan seperti apa yang ditunjukan
Bapak kepada anak asuh tersebut baik saat Bapak mengajar dikelas atau di lain
waktu?
7. Bentuk apresiasi apa saja yang anda berikan jika ada anak asuh yang berprestasi?
8. Bagaimana anda menjaga dan mengusahakan agar pencapaian prestasi oleh anak
asuh tidak menurun bahkan selalu menambah prestasi mereka?
9. Ketika ada seseorang atau beberapa anak asuh yang menurut Bapak tidak atau
kurang berprestasi di panti asuhan ini, apa saja yang anda lakukan atau upayakan
agar anak asuh tersebut maju dalam pelajarannya atau minatnya?
10. Faktor-faktor apa yang mendukung upaya tersebut dan faktor apa saja yang
menghambat upaya tersebut?
Pedoman Wawancara
Nama :
Jabatan : Pengajar Panti Asuhan Anak An-Najah
Hari/ Tanggal :
Waktu Wawancara :
Tempat Wawancara :
1. Bagaimana metode belajar dikelas, apakah ada metode belajar khusus yang
membuat murid mudah memahami pelajaran dengan baik?
2. Apakah berkomunikasi kepada anak asuh hanya pada saat belajar mengajar atau
ada waktu lain yang dilakukan untuk berkomunikasi?
3. Bagaimana cara menasehati atau memberikan semangat kepada anak asuh agar
mereka dapat berprestasi, reward apa yang diberikan?
4. Jika anak asuh tidak mengikuti pelajaran dengan baik, apakah ada sanksi. Dan
apakah sanksi tersebut dapat membuat murid lebih berprestasi?
5. Apa harapan Bapak ke depan untuk anak asuh di Panti Asuhan Anak An-Najah?
6. Apakah anda pernah kesal atau marah kepada anak asuh yang susah diatur dan
suka membangkang. Kekesalan atau kemarahan seperti apa yang ditunjukan
Bapak kepada anak asuh tersebut baik saat Bapak mengajar dikelas atau di lain
waktu?
7. Bentuk apresiasi apa saja yang anda berikan jika ada anak asuh yang berprestasi?
8. Bagaimana anda menjaga dan mengusahakan agar pencapaian prestasi oleh anak
asuh tidak menurun bahkan selalu menambah prestasi mereka?
9. Ketika ada seseorang atau beberapa anak asuh yang menurut Bapak tidak atau
kurang berprestasi di panti asuhan ini, apa saja yang anda lakukan atau upayakan
agar anak asuh tersebut maju dalam pelajarannya atau minatnya?
10. Faktor-faktor apa yang mendukung upaya tersebut dan faktor apa saja yang
menghambat upaya tersebut?
Pedoman Wawancara
Nama :
Jabatan : Anak Asuh Panti Asuhan Anak An-Najah
Hari/ Tanggal :
Waktu Wawancara :
Tempat Wawancara :
1. Bagaimana cara penyampaian materi yang diajarkan oleh pengajar kepada anak-
anak asuh. Apakah ada metode khusus yang dilakukan supaya kamu mudah
menerima materi yang diajarkan?
2. Apakah pengajar selalu memberikan motivasi belajar kepada kamu. Motivasi apa
yang diberikan olehnya. Dan menurut kamu apakah motivasi itu membuat kamu
semakin berprestasi?
3. Jika kamu berprestasi reward apa yang kamu dapatkan di panti. Apakah hadiah
itu membuat kamu terpacu untuk semakin berprestasi atau malah membuat kamu
bahwa inilah maksimal usaha kamu?
4. Jika kamu tidak mengikuti materi dengan baik apakah ada sanksi yang diberikan
oleh pengajar. Sanksi seperti apa?
5. Menurut kamu faktor apa saja yang mendukung adik untuk berprestasi di panti
asuhan ini. Dan juga menurut kamu faktor apa saja yang menghambat kamu
dalam berprestasi?
6. Bagaimana cara pengajar merangkul kamu supaya prestasi kamu lebih meningkat
lagi?
7. Apakah kamu pernah dimarahi oleh pengajar ketika kamu salah atau
membangkang perkataan pengajar. Bentuk kemarahan seperti apa yang dilakukan
oleh pengajar kamu dan apakah kecewa atau sedih ketika dimarahi. Apakah hal
tersebut membuat nilai/prestasi kamu menurun atau bahkan menjadi terpacu atau
lebih giat lagi dalam belajar?
8. Ketika ada teman kamu yang kurang berprestasi apa yang kamu perbuat kepada
teman kamu tersebut supaya dia lebih termotivasi lagi untuk berpretasi?
9. Menurut kamu, fasilitas yang ada di panti asuhan ini mendukung kamu untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dalam belajar?
10. Seperti apa contoh kedisiplinan yang diterapkan di panti asuhan ini?
Nama : M. Ansor
Jabatan : Pengasuh Panti Asuhan Anak An-Najah
Hari/ Tanggal : Rabu, 20 November 2013
Waktu Wawancara : Pukul 16.00 WIB
Tempat Wawancara : Kantor Panti Asuhan Anak An-Najah
Tanya : Apa saja program pembinaan keagamaan di Panti Asuhan Anak An-Najah
ini?
Jawab : Program pembinaan keagamaan di Panti Asuhan ini ada empat, yaitu
seperti pengajian dan menghafal ayat Al-Qur’an, pembelajaran fiqih,
pembinaan keterampilan muhadoroh dan memperingati hari-hari besar
Isam.
Tanya : Bagaimana metode belajar dikelas, apakah ada metode belajar khusus yang
membuat murid mudah memahami pelajaran dengan baik?
Jawab : Untuk menggiatkan difokuskan agama seperti pengajian dan diberikan
hadits-hadits yang membuat giat belajar.
Tanya : Apakah berkomunikasi kepada anak asuh hanya pada saat belajar mengajar
atau ada waktu lain yang dilakukan untuk berkomunikasi?
Jawab : Ada, seperti sharing santai-santai barangkali ada masalah. Terlihat jika
anak ini ada masalah langsung dipanggil dan ditanya masalahnya apa
sehingga membuat anak ini terlihat memiliki beban pikiran. Walau disini
berbeda-beda latar belakang, ada bermacam-macam bahasa. Tetapi saya
selalu mengarahkan bahwa harus berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Dan bertutur kata yang baik menurut ajaran agama Isam.
Tanya : Bagaimana cara menasehati atau memberikan semangat kepada anak asuh
agar mereka dapat berprestasi, reward apa yang diberikan?
Jawab : Alumni yang pernah sukses dijadikan contoh agar termotivasi serta
disebutkan beberapa hadits yang mengarahkan kita harus terus giat
belajar. Dan reward yang diberikan yaitu mendapatkan beasiswa ke
perguruan tinggi apabila memiliki prestasi.
Tanya : Jika anak asuh tidak mengikuti pelajaran dengan baik, apakah ada sanksi.
Dan apakah sanksi tersebut dapat membuat murid lebih berprestasi?
Jawab : Disini ada tata tertib, apabila melanggar tata tertib akan diberikan sanksi
hafalan surat, kemudian disuruh membersihkan halaman atau bahkan
cuci piring sekian hari. Kadang bisa lebih baik, kadang malah diulangi
lagi. Kalau masih terus diulangin akan mendapatkan surat tegoran untuk
wali. Bisa-bisa dikeluarkan dari panti.
Tanya : Apakah anda pernah kesal atau marah kepada anak asuh yang susah diatur
dan suka membangkang. Kekesalan atau kemarahan seperti apa yang
ditunjukan Bapak kepada anak asuh tersebut baik saat Bapak mengajar
dikelas atau di lain waktu?
Jawab : Kalau dia benar-benar melanggar seperti merokok atau pacaran pernah
saya jewer, kalau diulangi terus langsung saya kasih sanksi yang tertera
pada tata tertib panti dan kalau sedang belajar kelas berisik banget
langsung saya tinggalkan.
Tanya : Bentuk apresiasi apa saja yang anda berikan jika ada anak asuh yang
berprestasi?
Jawab : Saya merasa bangga sekali. Dan pasti saya ucapkan selamat dan saya
peluk anak asuh itu.
Tanya : Bagaimana anda menjaga dan mengusahakan agar pencapaian prestasi
oleh anak asuh tidak menurun bahkan selalu menambah prestasi mereka?
Jawab : Memberikan semangat harus lebih giat lagi belajar agar prestasi tidak
menurun dan kadang alumni yang sudah suskes dipanggil untuk
mengajar di panti.
Tanya : Ketika ada seseorang atau beberapa anak asuh yang menurut Bapak tidak
atau kurang berprestasi di panti asuhan ini, apa saja yang anda lakukan
atau upayakan agar anak asuh tersebut maju dalam pelajarannya atau
minatnya?
Jawab : Paling ditegor langsung, sharing dimana yang sulit dan apa masalahnya.
Tanya : Faktor-faktor apa yang mendukung upaya tersebut? Dan faktor apa saja
yang menghambat upaya tersebut?
Jawab : Pendukungnya dari orang tuanya yang sudah mengajari anak sebelum
masuk panti, dan penghambatnya dipengaruhi dari lingkungan luar.
M. Ansor Darwis Fitra Makmur
(Narasumber) (Pewawancara)
Nama : Muhammad Guntur
Jabatan : Pengajar Panti Asuhan Anak An-Najah
Hari/ Tanggal : Senin, 04 November 2013
Waktu Wawancara : Pukul 15.30 WIB
Tempat Wawancara : Kantor Panti Asuhan Anak An-Najah
Tanya : Bagaimana metode belajar dikelas, apakah ada metode belajar khusus yang
membuat murid mudah memahami pelajaran dengan baik?
Jawab : Menjelaskan dengan pelan-pelan dan jelas agar anak mudah mengerti
dan menerimanya dengan baik.
Tanya : Apakah berkomunikasi kepada anak asuh hanya pada saat belajar mengajar
atau ada waktu lain yang dilakukan untuk berkomunikasi?
Jawab : Ada, Memberikan wadah untuk share agar jika ada anak yang belum
mengerti atau ada masalah bisa langsung ditanyakan.
Tanya : Bagaimana cara menasehati atau memberikan semangat kepada anak asuh
agar mereka dapat berprestasi, reward apa yang diberikan?
Jawab : Memberi semangat menceritakan sejarah-sejarah orang sukses dan jika
yang bisa berprestasi akan diberikan beasiswa melanjutkan ke perguruan
tinggi,tetapi sehebat apapun nasehat jika si anak tidak ingin mengubah.
Nasehat itupun tidak akan mengubah apapun.
Tanya : Jika anak asuh tidak mengikuti pelajaran dengan baik, apakah ada sanksi.
Dan apakah sanksi tersebut dapat membuat murid lebih berprestasi?
Jawab : Sanksinya saya beri tugas atau hafalan. Kadang ada yang mengulanginya,
kadang ada yang diulangi lagi.
Tanya : Apa harapan Bapak ke depan untuk anak asuh di Panti Asuhan Anak An-
Najah?
Jawab : Saya berharap agar anak-anak asuh ini dapat meraih cita-cita mereka
masing-masing dan dapat berguna dan bermanfaat bagi orang lain.
Tanya : Apakah anda pernah kesal atau marah kepada anak asuh yang susah diatur
dan suka membangkang. Kekesalan atau kemarahan seperti apa yang
ditunjukan Bapak kepada anak asuh tersebut baik saat Bapak mengajar
dikelas atau di lain waktu?
Jawab : Pernah, kalau ada yang berisik atau tidak memperhatikan dikelas. Akan
saya tegor agar tidak berisik dan harus memperhatikan.
Tanya : Bentuk apresiasi apa saja yang anda berikan jika ada anak asuh yang
berprestasi?
Jawab : Saya akan berikan selamat dengan memeluknya karena merasa bangga.
Tanya : Bagaimana anda menjaga dan mengusahakan agar pencapaian prestasi
oleh anak asuh tidak menurun bahkan selalu menambah prestasi mereka?
Jawab : Memberikan keteladanan dan menerapkan kedisplinan agar anak-anak
asuh tetap pada pestasi mereka dan malah lebih meningkat. Dan di
berikan arahan agar tidak mudah merasa puas dengan apa yang
diraihnya, agar anak asuh yang berprestasi dapat mempertahankan
prestasinya agar tidak menurun dan terus di tingkatkan lagi
Tanya : Ketika ada seseorang atau beberapa anak asuh yang menurut Bapak tidak
atau kurang berprestasi di panti asuhan ini, apa saja yang anda lakukan
atau upayakan agar anak asuh tersebut maju dalam pelajarannya atau
minatnya?
Jawab : Dibicarakan secara individu menanyakan masalah dan apa kendalanya.
Dan diusahakan memberikan solusi agar anak tersebut dapat lebih giat
lagi dalam belajar.
Tanya : Faktor-faktor apa yang mendukung upaya tersebut? Dan faktor apa saja
yang menghambat upaya tersebut?
Jawab : Pendukungnya karena anak-anak yang bersemangat yang membuat
mereka dapat menerima pelajaran dengan baik dan penghambatnya
karena anak-anak kadang suka malas dan menjadi susah untuk
menerangkan pelajaran agar mereka mengerti.
Muhammad Guntur Darwis Fitra Makmur
(Narasumber) (Pewawancara)
Data Singkat Subjek Penelitian
Nama : Muhammad Arya Alfatihah
Umur : 18 tahun
Jabatan : Anak Asuh Panti Asuhan Anak An-Najah
Hari/ Tanggal : Rabu, 07 Desember 2013
Waktu Wawancara : Pukul 15.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Kelas Panti Asuhan An-Najah
Tanya : Bagaimana cara penyampaian materi yang diajarkan oleh pengajar kepada
anak-anak asuh. Apakah ada metode khusus yang dilakukan supaya kamu
mudah menerima materi yang diajarkan?
Jawab : Langsung di pengajaran, dapat mudah dimengerti dan diberi contohnya.
Metode khususnya seperti pengajaran Al-Qur’an disuruh maju satu-satu
untuk menghafalkan.
Tanya : Apakah pengajar selalu memberikan motivasi belajar kepada kamu.
Motivasi apa yang diberikan olehnya. Dan menurut kamu apakah
motivasi itu membuat kamu semakin berprestasi?
Jawab : Itu pasti dituntut selalu semangat, berprestasi. Sebagai contoh baik orang
sukses dari panti asuhan maupun luar
Tanya : Jika kamu berprestasi reward apa yang kamu dapatkan di panti. Apakah
hadiah itu membuat kamu terpacu untuk semakin berprestasi atau malah
membuat kamu bahwa inilah maksimal usaha adik?
Jawab : Waktu saya mendapatkan peringkat saya diajak jalan-jalan ke puncak
untuk hadiah yang mendapatkan juara-juara kelas untuk lebih
termotivasi.
Tanya : Jika kamu tidak mengikuti materi dengan baik apakah ada sanksi yang
diberikan oleh pengajar. Sanksi seperti apa?
Jawab : Pertama dinasehati, kemudian dihukum ringan, kalau melakukan lagi
ditegor, lalu dihukum berat, kalau masih berulang lagi dipanggil orang
tua dan bisa dikelurkan.
Tanya : Menurut kamu faktor apa saja yang mendukung kamu untuk berprestasi
di panti asuhan ini. Dan juga menurut kamu faktor apa saja yang
menghambat kamu dalam berprestasi?
Jawab : Pendukungnya yaa rajin giat belajar, berdoa jangan lupa sholat. Dan
penghambatnya selalu merasa pengen main, karena banyak teman disini.
Tanya : Bagaimana cara pengajar merangkul kamu supaya prestasi kamu lebih
meningkat lagi?
Jawab : Sharing, sesi tanya jawab kesulitannya dimana.
Tanya : Apakah kamu pernah dimarahi oleh pengajar ketika kamu salah atau
membangkang perkataan pengajar. Bentuk kemarahan seperti apa yang
dilakukan oleh pengajar kamu. Apakah kecewa atau sedih ketika
dimarahi. Apakah hal tersebut membuat nilai/prestasi kamu menurun atau
bahkan menjadi terpacu atau lebih giat lagi dalam belajar?
Jawab : Pasti pernah, pas belajar berisik ngobrol pasti diomelin dan ditegor. Ga
sedih atau kecewa kalau menyadari kesalahan kita yaa engga. Dimarahi
pengasuh atau pengajar tidak berpengaruh kok dalam prestasi saya.
Tanya : Ketika ada teman kamu yang kurang berprestasi apa yang kamu perbuat
kepada teman kamu tersebut supaya dia lebih termotivasi lagi untuk
berpretasi?
Jawab : Sharing sharing kenapa malas, kemudian cari kendalanya apa.
Tanya : Menurut kamu, fasilitas yang ada di panti asuhan ini mendukung kamu
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam belajar?
Jawab : Alhamduillah bisa mendukung, harus terus digali saja prestasi yang sudah
diraih.
Tanya : Seperti apa contoh kedisiplinan yang diterapkan di panti asuhan ini?
Jawab : tidak boleh merokok dan harus bertutur kata yang baik.
Muhammad Arya Alfatihah Darwis Fitra Makmur
(Narasumber) (Pewawancara)
Data Singkat Subjek Penelitian
Nama : Qona’ah
Umur : 19 tahun
Jabatan : Anak Asuh Panti Asuhan Anak An-Najah
Hari/ Tanggal : Rabu, 07 Desember 2013
Waktu Wawancara : Pukul 16.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Kelas Panti Asuhan An-Najah
Tanya : Bagaimana cara penyampaian materi yang diajarkan oleh pengajar kepada
anak-anak asuh. Apakah ada metode khusus yang dilakukan supaya kamu
mudah menerima materi yang diajarkan?
Jawab : Enak, gampang masuk pelajarannya. Disesuaikan dengan kemampuan
anaknya, jadi kalau anaknya belum mengerti diulangi lagi meneranginya.
Mungkin metode khususnya yaitu interaktif dan cara individu tanya
masing-masing.
Tanya : Apakah pengajar selalu memberikan motivasi belajar kepada kamu.
Motivasi apa yang diberikan olehnya. Dan menurut kamu apakah
motivasi itu membuat kamu semakin berprestasi?
Jawab : Itu pasti setiap malam diberi nasehat melihat orang yang sukses dari
kalangan bawah dilihat sebagai contoh, bisa menjadi semangat baru. .
Dan kalau sudah berprestasi tidak boleh langsung merasa puas, harus
terus digali lagi agar terus selalu berprestasi.
Tanya : Jika kamu berprestasi reward apa yang kamu dapatkan di panti. Apakah
hadiah itu membuat kamu terpacu untuk semakin berprestasi atau malah
membuat kamu bahwa inilah maksimal usaha kamu?
Jawab : Ucapan selamat dari teman-teman yang buat lebih semangat. Dan bisa
mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Yaa tentu
saja, termotivasi lebih baik lagi.
Tanya : Jika kamu tidak mengikuti materi dengan baik apakah ada sanksi yang
diberikan oleh pengajar. Sanksi seperti apa?
Jawab : Ada sanksinya, disuruh bersih-bersih dan ditegor.
Tanya : Menurut kamu faktor apa saja yang mendukung adik untuk berprestasi di
panti asuhan ini. Dan juga menurut kamu faktor apa saja yang
menghambat kamu dalam berprestasi?
Jawab : Pendukungnya motivasi dari pengasuh dan motivasi dari teman. Dan
penghambatnya suka malas, kalau kita sudah melihat teman malas.
Tanya : Bagaimana cara pengajar merangkul kamu supaya prestasi kamu lebih
meningkat lagi?
Jawab : Ada sharing, interaksi antara pengasuh dengan anak asuh.
Tanya : Apakah kamu pernah dimarahi oleh pengajar ketika kamu salah atau
membangkang perkataan pengajar. Bentuk kemarahan seperti apa yang
dilakukan oleh pengajar kamu dan apakah kecewa atau sedih ketika
dimarahi. Apakah hal tersebut membuat nilai/prestasi kamu menurun atau
bahkan menjadi terpacu atau lebih giat lagi dalam belajar?
Jawab : Pernah, kalau disuruh sholat ga langsung naik ke musholla ditegor pasti
dimarahi. Kalau memang salah ya tidak kecewa tetapi kalau tidak salah
dimarahi yaa pasti kecewa. Berpengaruh, kadang kalau abis dimarahi
suka bikin jadi malas.
Tanya : Ketika ada teman kamu yang kurang berprestasi apa yang kamu perbuat
kepada teman kamu tersebut supaya dia lebih termotivasi lagi untuk
berpretasi?
Jawab : Didekati, lebih dekat dengan dia. Kalau bisa dibantu diajari.
Tanya : Menurut kamu, fasilitas yang ada di panti asuhan ini mendukung kamu
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam belajar?
Jawab : Belum, kalau ada komputer bisa membantu kita mencari materi dari
internet.
Tanya : Seperti apa contoh kedisiplinan yang diterapkan di panti asuhan ini?
Jawab : Hadir tepat waktu saat sholat berjamaah, tidak boleh berpacaran, berdua-
duaan atau berdekatan sama cowo di panti.
Qona’ah Darwis Fitra Makmur
(Narasumber) (Narasumber)
Data Singkat Subjek Penelitian
Nama : Katrin Nivira
Umur : 15 tahun
Jabatan : Anak Asuh Panti Asuhan Anak An-Najah
Hari/ Tanggal : Rabu, 07 Desember 2013
Waktu Wawancara : Pukul 17.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Kelas Panti Asuhan An-Najah
Tanya : Bagaimana cara penyampaian materi yang diajarkan oleh pengajar kepada
anak-anak asuh. Apakah ada metode khusus yang dilakukan supaya kamu
mudah menerima materi yang diajarkan?
Jawab : Kalau lagi mood belajar ya gampang masuknya pelajaran, tapi kalau lagi
malas ya susah masuknya. Metode khusunya mungkin ditanyakan satu-
satu anak asuh yang masih belum dimengerti dimana.
Tanya : Apakah pengajar selalu memberikan motivasi belajar kepada kamu.
Motivasi apa yang diberikan olehnya. Dan menurut kamu apakah
motivasi itu membuat kamu semakin berprestasi?
Jawab : Pengasuh selalu member motivasi dengan membandingkan alumni dari
panti yang sekarang sudah sukses, kadang alumninya didatangkan untuk
memotivasi anak-anak asuh. Dan membuat kita jadi semangat agar bisa
menjadi kaka-kaka yang sudah sukses.
Tanya : Jika kamu berprestasi reward apa yang kamu dapatkan di panti. Apakah
hadiah itu membuat kamu terpacu untuk semakin berprestasi atau malah
membuat kamu bahwa inilah maksimal usaha kamu?
Jawab : Untuk yang berprestasi mendapatkan beasiswa dari panti untuk
meanjutkan perguruan tinggi. Tetapi jika tidak berprestasi tidak
diberikan beasiswa bisa langsung kerja atau langsung keluar dari panti.
Hadiah yang diberikan pastinya membuat lebih semangat lagi untuk lebih
baik lagi.
Tanya : Jika kamu tidak mengikuti materi dengan baik apakah ada sanksi yang
diberikan oleh pengajar. Sanksi seperti apa?
Jawab : Sanksinya biasanya disuruh membersihkan ruangan, atau menyuci piring.
Tanya : Menurut kamu faktor apa saja yang mendukung adik untuk berprestasi di
panti asuhan ini. Dan juga menurut kamu faktor apa saja yang
menghambat kamu dalam berprestasi?
Jawab : Pendukungnya karena banyak teman disini yang membuat semangat, dan
penghambatnya kadang suka malas dan inginnya tiduran aja dikamar.
Tanya : Bagaimana cara pengajar merangkul kamu supaya prestasi kamu lebih
meningkat lagi?
Jawab : Diberikan semangat dan motivasi agar terus giat belajar.
Tanya : Apakah kamu pernah dimarahi oleh pengajar ketika kamu salah atau
membangkang perkataan pengajar. Bentuk kemarahan seperti apa yang
dilakukan oleh pengajar kamu dan apakah kecewa atau sedih ketika
dimarahi. Apakah hal tersebut membuat nilai/prestasi kamu menurun atau
bahkan menjadi terpacu atau lebih giat lagi dalam belajar?
Jawab : Pernah, kalau bercanda lagi dalam ruangan kelas. Ditegor, tapi tidak
membuatku sedih karena kan aku yang salah. Malahan ditegor membuat
aku jadi konsen belajar.
Tanya : Ketika ada teman kamu yang kurang berprestasi apa yang kamu perbuat
kepada teman kamu tersebut supaya dia lebih termotivasi lagi untuk
berpretasi?
Jawab : Diajak sharing dan datangi pengajar untuk diberitahukan mana yang sulit
dalam pelajaran.
Tanya : Menurut kamu, fasilitas yang ada di panti asuhan ini mendukung kamu
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam belajar?
Jawab : Sudah sih, karena kita sudah mendapatkan yang terbaik dipanti ini.
Dipanti sudah seperti keluarga yang membuat semangat dalam belajar.
Tanya : Seperti apa contoh kedisiplinan yang diterapkan di panti asuhan ini?
Jawab : Bangun pagi dan harus sholat lima waktu
Katrin Nivira Darwis Fitra Makmur
(Narasumber) (Pewawancara)
Data Singkat Subjek Penelitian
Nama : Fauzan Firdaus
Umur : 9 tahun
Jabatan : Anak Asuh Panti Asuhan Anak An-Najah
Hari/ Tanggal : Rabu, 07 Desember 2013
Waktu Wawancara : Pukul 14.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Kelas Panti Asuhan An-Najah
Tanya : Bagaimana cara penyampaian materi yang diajarkan oleh pengajar kepada
anak-anak asuh. Apakah ada metode khusus yang dilakukan supaya kamu
mudah menerima materi yang diajarkan?
Jawab : Enak aja kok, kalau belum mengerti ditanyakan langsung sampai
mengerti.
Tanya : Apakah pengajar selalu memberikan motivasi belajar kepada kamu.
Motivasi apa yang diberikan olehnya. Dan menurut kamu apakah
motivasi itu membuat kamu semakin berprestasi?
Jawab : Harus semangat dalam belajar. Bisa bikin menjadi giat belajarnya.
Tanya : Jika kamu berprestasi reward apa yang kamu dapatkan di panti. Apakah
hadiah itu membuat kamu terpacu untuk semakin berprestasi atau malah
membuat kamu bahwa inilah maksimal usaha kamu?
Jawab : Kadang suka dikasih hadiah seperti sengaja dimasakin masakan kesukaan
anak kalau dapat peringkat. Pasti buat aku lebih semangat dalam
belajar.
Tanya : Jika kamu tidak mengikuti materi dengan baik apakah ada sanksi yang
diberikan oleh pengajar. Sanksi seperti apa?
Jawab : Dimarahi kemudian dihukum dsuruh menghafalkan surat-surat pendek.
Tanya : Menurut kamu faktor apa saja yang mendukung adik untuk berprestasi di
panti asuhan ini. Dan juga menurut kamu faktor apa saja yang
menghambat kamu dalam berprestasi?
Jawab : Pendukungnya karena ada acara muhadoroh sebagai penghibur jadi
tidak bosan, dan penghambatnya karena banyak teman yang mengajak
bermain terus jadi buat malas belajar.
Tanya : Bagaimana cara pengajar merangkul kamu supaya prestasi kamu lebih
meningkat lagi?
Jawab : Diberi semangat setiap hari agar tidak malas.
Tanya : Apakah kamu pernah dimarahi oleh pengajar ketika kamu salah atau
membangkang perkataan pengajar. Bentuk kemarahan seperti apa yang
dilakukan oleh pengajar kamu dan apakah kecewa atau sedih ketika
dimarahi. Apakah hal tersebut membuat nilai/prestasi kamu menurun atau
bahkan menjadi terpacu atau lebih giat lagi dalam belajar?
Jawab : Pernah, waktu tidak sholat karena keasyikan bermain. Dimarahi, ditegor
agar suruh sholat. Sedih sih, tapi tidak apa-apa karena kan buat
kebaikan. Tidak pengaruh kok dalam pelajaran.
Tanya : Ketika ada teman kamu yang kurang berprestasi apa yang kamu perbuat
kepada teman kamu tersebut supaya dia lebih termotivasi lagi untuk
berpretasi?
Jawab : Kasih semangat biar sama-sama giat belajar.
Tanya : Menurut kamu, fasilitas yang ada di panti asuhan ini mendukung kamu
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam belajar?
Jawab : Sudah cukup yang ada di panti ini.
Tanya : Seperti apa contoh kedisiplinan yang diterapkan di panti asuhan ini?
Jawab : Harus pulang sekolah tepat waktu, kalau terlambat pulang sekolah atau
pergi diluar sekolah harus izin dulu sama pengasuh.
Fauzan Firdaus Darwis Fitra Makmur
(Narasumber) (Pewawancara)
Data 25 Anak Asuh Panti Asuhan Anak An-Najah
1. Nama : Fauzan Firdaus
Tempat, tanggal Lahir : Tangerang, 20 Juni 2004
Usia : 9 Tahun
Tempat Asal : Tangerang
Sekolah / Kelas : MI Nurul Hakim / IV (empat) sd
Status : Yatim
2. Nama : Zidane Ali Akbar
Tempat, tanggal Lahir : Tangerang, 04 Maret 2000
Usia : 13 Tahun
Tempat Asal : Tangerang
Sekolah / Kelas : SMPN 267 / VII (tujuh)
Status : Dhuafa
3. Nama : Ari Budi Santoso
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 07 September 2000
Usia : 13 Tahun
Tempat Asal : Kuningan
Sekolah / Kelas : SMP Al-Hikmah / VII (tujuh)
Status : Yatim
4. Nama : Badlir Rahman
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 26 Januari 1999
Usia : 14 Tahun
Tempat Asal : Cidodol
Sekolah / Kelas : Mts An-Najah
Status : Dhuafa
5. Nama : Muhammad Faisal
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 14 Mei 1999
Usia : 14 Tahun
Tempat Asal : Ulujami
Sekolah / Kelas : SMP Putra Satria / IX (Sembilan)
Status : Yatim
6. Nama : Muhammad Firman Nuddin
Tempat, tanggal Lahir : Cirebon, 11 Mei 1999
Usia : 14 Tahun
Tempat Asal : Jakarta
Sekolah / Kelas : Mts An-Najah / IX (Sembilan)
Status : Dhuafa
7. Nama : Hilwa Anggita
Tempat, tanggal Lahir : Bogor, 12 Agustus 1999
Usia : 14 Tahun
Tempat Asal : Bogor
Sekolah / Kelas : Mts An-Najah / VII (Tujuh)
Status : Yatim
8. Nama : Katrin Nivira
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 07 Desember 1998
Usia : 15 Tahun
Tempat Asal : Kunciran Indah, Tangera ng
Sekolah / Kelas : Mts An-Najah / IX (Sembilan)
Status : Yatim
9. Nama : Yunanda
Tempat, tanggal Lahir : Tangerang, 20 Agustus 1998
Usia : 15 Tahun
Tempat Asal : Pondok Aren
Sekolah / Kelas : Mts An-Najah
Status : Dhuafa
10. Nama : Tiya Monita
Tempat, tanggal Lahir : Sumedang, 30 Juni 1998
Usia : 15 Tahun
Tempat Asal : Sumedang
Sekolah / Kelas : Mts An-Najah / IX (Sembilan)
Status : Dhuafa
11. Nama : Firda Syamsiah
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 18 Januari 1998
Usia : 15 Tahun
Tempat Asal : Jakarta
Sekolah / Kelas : Mts An-Najah / IX (Sembilan)
Status : Dhuafa
12. Nama : Misbahul Huda
Tempat, tanggal Lahir : Brebes, 22 Juli 1998
Usia : 15 Tahun
Tempat Asal : Brebes
Sekolah / Kelas : Mts An-Najah / IX (Sembilan)
Status : Dhuafa
13. Nama : Farhatun
Tempat, tanggal Lahir : Cirebon, 13 Desember 1998
Usia : 15 Tahun
Tempat Asal : Jakarta
Sekolah / Kelas : MAN 19 / X AGM (Sepuluh)
Status : Yatim
14. Nama : Hayatun
Tempat, tanggal Lahir : Brebes, 01 Februari 1997
Usia : 16 Tahun
Tempat Asal : Brebes
Sekolah / Kelas : MA An-Najah / XI IPS (Sebelas)
Status : Yatim
15. Nama : Sugiani
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 26 Januari 1997
Usia : 16 Tahun
Tempat Asal : Jakarta
Sekolah / Kelas : SMK Putra Satria / XI PM (Sebelas)
Status : Dhuafa
16. Nama : Izma Adlin Nazib
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 15 Juli 1997
Usia : 16 Tahun
Tempat Asal : Jakarta
Sekolah / Kelas : SMK Putra Satria / XI AP (Sebelas)
Status : Dhuafa
17. Nama : Darma Saputra
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 05 Maret 1997
Usia : 16 Tahun
Tempat Asal : Cianjur
Sekolah / Kelas : SMK Al-Hikmah / X Akutansi (Sepuluh)
Status : Dhuafa
18. Nama : Muhammad Fathin
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta 11 Oktober 1997
Usia : 16 Tahun
Tempat Asal : Jakarta
Sekolah / Kelas : MA An-Najah / XI IPS (Sebelas)
Status : Yatim
19. Nama : Ahmad Firdaus
Tempat, tanggal Lahir : Bogor, 24 Januari 1997
Usia : 16 Tahun
Tempat Asal : Bogor
Sekolah / Kelas : MA An-Najah / XII IPS (Duabelas)
Status : Dhuafa
20. Nama : Layla Khairiyah
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 14 Mei 1996
Usia : 17 Tahun
Tempat Asal : Jakarta
Sekolah / Kelas : MA An-Najah / XII IPA (Duabelas)
Status : Dhuafa
21. Nama : Siti Romiah
Tempat, tanggal Lahir : Tangerang, 05 Januari 1995
Usia : 18 Tahun
Tempat Asal : Tangerang
Sekolah / Kelas : MA An-Najah / XII IPS (Duabelas)
Status : Dhuafa
22. Nama : Muhammad Arya Alfatihah
Tempat, tanggal Lahir : Bogor, 27 Desember 1995
Usia : 18 Tahun
Tempat Asal : Bintaro
Sekolah / Kelas : MA An-Najah / XII IPA (Duabelas)
Status : Yatim
23. Nama : Muhammad Chaidar
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 09 Agustus 1995
Usia : 18 Tahun
Tempat Asal : Jakarta
Sekolah / Kelas : SMK Al-Hikmah / XII Akutansi (Duabelas)
Status : Dhuafa
24. Nama : Siti Shofia
Tempat, tanggal Lahir : Bogor, 07 Januari 1995
Usia : 18 Tahun
Tempat Asal : Bogor
Sekolah / Kelas : UHAMKA / Semester 1 PAI (Pendidikan Agama Islam)
Status : Yatim
25. Nama : Qona’ah
Tempat, tanggal Lahir : Brebes, 08 Mei 1994
Usia : 19 Tahun
Tempat Asal : Brebes
Sekolah / Kelas : UHAMKA / Semester 3 PAI (Pendidikan Agama Islam)
Status : Dhuafa
Jadwal Kegiatan Harian Anak Asuh
Tabel 6 Jadwal Kegiatan Anak Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah Hari Senin S/D Jumat.
Jam Jenis Kegiatan
04.30
04.45
05.00
05.30
06.00
06.30
07.00
13.30
13.45
14.00
15.15
16.30
17.00
18.15
18.30
19.10
19.30
20.00
22.00
Bangun Pagi
Shalat Subuh
Pengajian
Mandi
Sarapan Pagi
Persiapan Sekolah
Kegiatan Sekolah
Shalat Zuhur
Makan Siang
Istirahat Siang
Shalat Ashar
Mandi
Pengajian atau Pembinaan Agama
Shalat Magrib
Pengajian atau Pembinaan Agama
Shalat Isya
Makan Malam
Belajar untuk Sekolah
Istirahat
Jadwal Kegiatan Anak Panti Asuhan ‘Anak’ An-Najah Hari Sabtu Malam dan Hari
Minggu
Hari Sabtu Malam Hari Minggu
Jam Jenis Kegiatan Jam Jenis Kegiatan
18.15
18.30
19.10
19.30
20.00
22.00
Setelah istirahat siang
Shalat Magrib
Makan malam
Shalat Isya
Persiapan Muhadoroh
Muhadoroh
Istirahat
04.30
04.45
05.00
05.30
06.00
07.00
07.30
09.00
12.00
12.30
13.30
15.10
15.30
17.00
18.15
18.30
19.15
Bangun pagi
Shalat Subuh
Pengajian
Persiapan olah raga
Olah Raga
Sarapan Pagi
Gerakan Kebersihan
Acara pribadi di panti
Shalat Zuhur
Makan Siang
Istirahat siang
Shalat Ashar
Kesibukan pribadi
Mandi
Shalat Magrib
Pengajian atau pembinaan
Agama
Shalat Isya
19.30
20.00
22.00
Makan Malam
Kegiatan Belajar
Istirahat
FOTO-FOTO PENELITIAN
Apresiasi seni anak-anak asuh laki-laki
Apresiasi seni anak asuh perempuan
Pembacaan Al-Qur’an dan sari tilawah
Pembelajaran pidato dan ceramah anak asuh laki-laki
Pembelajaran pidato dan ceramah anak asuh perempuan
Pembinaan keagamaan anak asuh
Bapak M. Ansor pengasuh panti asuhan anak An-Najah
Bersama seluruh anak asuh dan pengasuh panti asuhan anak An-Najah