beresiko tinggi anemia fix

32
LAPORAN PENDAHULUAN IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI ANEMIA DISUSUN OLEH : OKTAVIANTI NIM : 13200110 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

Upload: hamid

Post on 09-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Beresiko Tinggi Anemia Fix

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI ANEMIA

DISUSUN OLEH :

OKTAVIANTI

NIM : 13200110

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2015

Page 2: Beresiko Tinggi Anemia Fix

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI ANEMIA

1. DEFINISI

  Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam

darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).

Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit

lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan

Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Arif

Mansjoer,dkk. 2001)

     Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada

trimester II (Saifudin, 2002)

2. ETIOLOGI

Menurut Mochtar( 1998) penyeban anemia pada umunya adalah :

1)      Perdarahan

2)      Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat.

3)      Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema,

dll.

4)      Kelainan darah

5)      Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.

6)      Malabsorpsi

Penyebab anemia pada kehamilan :

1)        Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin

2)        Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil

3)        Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan

4)        Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe)

5)        Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.

Page 3: Beresiko Tinggi Anemia Fix

Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil

1)      Umur < 20 tahun atau > 35 tahun\

2)      Perdarahan akut

3)      Pekerja berat

4)      Makan < 3 kali dan makanan yang dikonsumsi kurang zat besi

C. TANDA GEJALA DAN KLASIFIKASI

1. Gejala Klinis

Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang – kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun( anoreksia),

konsentrasi hilang, nafas pendek,( pada anemia parah), dan keluhan mual muntah

pada hamil muda, palpitasi.

2. Klasifikasi

Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :

1)      Anemia defisiensi besi (62,3%)

Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat

kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya

unsur besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan,

atau karena terlapau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada

pendarahan. Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan , terutama pada

trisemester terakhir. Apabila masuknya besi tidak bertambah dan kehamilan, maka

mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih – lebih pada kehamilan kembar.

2)      Anemia megaloblastik( 29,0%)3

Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena difisiensi asam folat (

pteroylglutamic acid, jarang sekali karena difiesiensi vitamin

B12( cynocobalamin).

3)      Anemia Hipoblastik ( 8, 0%)

Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguan sumsum tulang

kurang mampu membuat sel – sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik

dalam kehamilan. Darah tepi menunjukan gambara normositer dan normokrom,

tidak ditemukan ciri – ciri defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12. Etiologi

Page 4: Beresiko Tinggi Anemia Fix

anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti,

kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar Roentgen, racunatau obat – obatan.

4)      Anemiahemolitik

Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah merah berlangsung

lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi

hamil, apabila hamil maka anemianya akan menjadi lebih berat. Sebaliknya

mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis henolitik pada wanita yang

sebelumnya tidak menderita anemia. Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi

dalam 2 golongan besar, yakni :

(1)      Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti pada

sferositosis, eliptositosis, anemia hemolitik herediter , thalasemia, anemia sel

sabit, hemoglobinopatia C, D, G, H, I, dan paraxysmal noctural haemoglobinuria.

(2)      Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskular , seperti pada

infeksi ( malaria, sepsis, dsb), keracunan arsenikum , neoarsphenamin, timah,

sulfonamid, kinin, paraquin, pimaquin, nitrofuratoin ( Furadantin), racun ular pada

defisiensi G6PD , antagonismus rhesus atau ABO, leukemia, penyakin Hodgkin,

limfasarkoma, penyakit hati, dll. ( Ilmu Kebidanan, 451-457)

D.  PATOFISIOLOGI

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena

perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan

payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II

kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000

ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah

partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta,

yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.

Palpasi : turgor kulit, capillary refill, pembesaran kelenjar limfa, tinggi

fundus uteri, kontraksi uterus.

Page 5: Beresiko Tinggi Anemia Fix

Auskultasi : auskultasi DJJ dan denyut jantung ibu

2. Pemeriksaan Diagnostik.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :

1)   Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%

2)   Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )

3)   Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )

4)   Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi

5)   Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemaH.

G. Penatalaksanaan

              1) Therapy pengobatan

(1) Therapy oral

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian

besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu

polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit

sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2

tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu

pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan

akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu

menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang

normal dan tidak berbahaya. Dan biasanya asupan nutrisi yang mengandung zat

besi cenderung lebih tinggi pada ibu hamil daripada wanita normal. Umumnya

asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat daripada wanita normal.Pengobatan yang

lain:

Asam folik 15 – 30 mg per hari

Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat

diberikan transfusi darah.

                  

Page 6: Beresiko Tinggi Anemia Fix

(2) Therapi parenteral

Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada gangguan

penyerapan oenyakit saluran pencernaan atau apabila kehamilannya sudah tua.

Therapy parenteral ini diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat

disuntikan dextran besi (imferon) atau sorbitol besi (Jectofer)

    a.  Pencegahan.

(1)      Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur.

(2)      Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar

penyerapan zat besi.

(3)      Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakit

infeksi dan penyakit cacingan.

(4)      Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapat

menghambat penyerapan zat besi.

H. Diagnosa yang mungkin muncul:

1)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah

2)      Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai

oksigen ke jaringan/ke sel

3)      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

kebutuhan dan suplai oksigen

4)      Risiko cedera terhadap janin

5)      Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan

mengenai anemia

6)      PK Anemia.

I. Rencana  asuhan keperawatan

1)      Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x.... jam diharapkan

kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil:

Page 7: Beresiko Tinggi Anemia Fix

-          Berat badan klien dalam batas normal.

-          Klien tidak mengalami mual-muntah

-          Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan

            

INTERVENSI

NO MANDIRI KOLABORASI

1 1.   Tentukan keadekuatan kebiasaan

asupan mutrisi dulu/sekarang

dengan menggunakan batasan 24

ja. Perhatikan kondisi rambut

kuku dan kulit.

R: kesejahteraan janin dan ibu

tergantung pada nutrisi ibu

selama kehamilan sebagaimana

selama 2 tahun sebelum

kehamilan.

2.  Dapatkan riwayat kesehatan;

catat usia (khususnya kurang dari

17 tahun, lebih dari 35 tahun).

R: remaja dapat cenderung

malnutrisi/anemia, dan klien

lansia mungkin cenderung

obesitas/diabetes gestasional.

3.  Pastikan tingkat penegetahuan

tentang kebutuhan diet.

R: menentukan kebutuhan

belajar khusus. Pada periode

pranatal, laju basal metabolik

meningkatkan (khususnya pada

kehamilan lanjut) karena

peningkatan aktivitas tiroid yang

berhubungan dengan

1.  Buat rujukan yang perlu sesuai

indikasi (misalnya, pada ahli diet,

pelayanan sosial)

R: mungkin diperlukan bantuan

tambahan terhadap pilihan nutrisi;

dapat membatasi anggaran

keuangan.

2.  Rujuk pada program makanan

wanita, bayi, anak-anak dengan

tepat.

R: yayasan penyelenggara program

makanan suplemen membantu

meningkatkan secara optimal nutrisi

ibu/janin.

Page 8: Beresiko Tinggi Anemia Fix

pertumbuhan fetus dan jaringan

pada ibu, menjadi potensial

risiko terhadap klien dengan

nutrisi buruk. Penambahan 800

mg zat besi diperlukan selama

kehamilan untuk perkembangan

jaringan ibu/janin dan kondisi

janin di dalam rahim. Selama

trismester ketiga, kebutuhan

terhadap zat besi minimal, dan

diet seimbang dengan

peningkatan kebutuhan kalori

biasanya adekuat.

4.   Berikan informasi tertulis/verbal

yang tepat tentang diet pranatal

dan suplemen vitamin/zat besi

setiap hari.

R: materi referensi yang dapat

dipelajari dirumah kemudian

meningkatkan kemungkinan

klien memilih diet seimbang.

5. Evaluasi motivasi/sikap dengan

mendengar keterangan klien dan

meminta umpan balik tentang

informasi yang telah diberikan.

R: bila klien telah termotivasi

untuk emmperbaiki diet, evaluasi

lebih lanjut atau intervensi lain

mungkin dapat diindikasikan.

6.   Tanyakan keyakinan berkenaan

dengan diet sesuai budaya dan

hal-hal yang tabu selama

Page 9: Beresiko Tinggi Anemia Fix

kehamilan.

R: dapat menunjukkan motivasi

untuk mengikuti anjuran pemberi

layanan kesehatan. Sebagai

contoh beberapa budaya menolak

zat besi, meyakini bahwa ini

mengeraskan tulang ibu dan

emmbuat sulit melahirkan.

7.   Perhatikan adanya pika/ngidam.

Kaji pilihan bahan bukan

makanan dan tingkat motivasi

untuk memakannya.

R: memakan bahan bukan

makanan pada kehamilan

mungkin didasarkan pada

kebutuhan psikologis,fenomena

budaya, respon terhadap lapar,

dan/atau respon tubuh terhadap

kebutuhan nutrisi. (misalnya

mengunyah es dapat

menandakan anemia). Catatan:

mencerna kanji untuk pakaian

dapat menimbulkan anemia

defisiensi; dan mencerna

lempung/tanah liat dapat

mengakibatkan gangguan

fekal/BAB.

8.  Timbang berat badan klien;

pastikan berat badan pregravid

biasanya. Berikan informasi

tentang penambahan pranatal

yang optimum.

Page 10: Beresiko Tinggi Anemia Fix

R: ketidak adekuatan

penambahan berat badan pranatal

dan/atau di bawah berat badan

normal masa kehamilan,

meningkatkan risiko reetardasi

pertumbuhan intrauterin (IUGR)

pada janin dengan berat badan

lahir rendah. Penelitian

menemukan adanya hubungan

positif antara kegemukan ibu

pregravid dan peningkatan angka

morbiditas perinatal berkenaan

dengan kelahiran preterm.

9.  Tinjau ulang frekuensi dan

beratnya mual/muntah.

R: mual/muntah trimester

pertama dapat berdampak negatif

pada status nutrisi pranatal,

khususnya pada periode kritis

perkembangan janin.

10. Pantau kadar hemoglobin

(Hb)/hematokrit (Ht).

R: mengidentifikasi adanya

anemia dan potensial penurunan

kapasitas pembawa oksigen ibu.

Klien dengan kadar Hb kurang

dari 12 g/dL atau kadar Ht

kurang atau sama dengan 37 %

dipertimbangkan anemia pada

trimester pertama.

11.  Ukur pembesaran uterus.

R: malnutrisi ibu berefek negatif

Page 11: Beresiko Tinggi Anemia Fix

terhadap pertumbuhan janin dan

memperberat penurunan

komplemen sel otak pada janin,

yang mengakibatkan

kemunduran perkembangan janin

dan kemungkinan lebih lanjut.

2)      Dx 2 : Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai

oksigen ke jaringan/ke sel

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam,perfusi ke

jaringan/ke sel efektif dengan kriteria hasil :

-       Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)

-       Tidak terdapat kebiruan pada kulit

-       CRT dalam batas normal (kembali dalam kurun waktu kurang dari 2 detik)

Intervensi :

N

O

MANDIRI KOLABORASI

1. 1. Perhatikan status fisiologis ibu,

status

sirkulasi dan volume darah.

R: kejadian perdarahan potensial

merusak hasil kehamilan,

kemungkinan menyebabkan

hipovolemia atau hipoksia

uteroplasenta.

2. Lakukan pemeriksaan fisik CRT

dengan menekan kuku pasien.

R: keadaan capillary refill test yang

tidak kembali dalam waktu

1. Berikan suplemen oksigen pada

klien

R: meningkatkan ketersediaan

oksigen untuk ambilan

janin.sehingga kapasitas oksigen

yang dibawa janjin meningkat.

2. Lakukan/ ulang NST sesuai

indikasi

R: mengevaluasi secara elektronik

respon DJJ terhadap gerakan janin,

bermanfaat dalam menentukan

kesejahteraan janin (tes reaktif)

Page 12: Beresiko Tinggi Anemia Fix

kurang dari 2 dapat menandakan

anemia.

3. Auskultasi dan laporkan DJJ,

catat bradikardi, atau takikardi.

Catat perubahan pada aktivitas

janin (hipoaktif atau hiperaktif).

R: mengkaji berlanjutnya hipoksia

janin. Pada awalnya janin

berespon pada penurunan kadar

oksigen dengan takikardia dan

peningkatan gerakan. Bila tetap

deficit, bradikardia dan

penurunan aktivitas terjadi.

4. Catat kehilangan darah ibu

mungkin dan adanya kontraksi

uterus.

R: Bila kontraksi uterus disertai

dilatasi serviks, tirah baring dan

medikasi mungkin tidak efektif

ddalam mempertahankan

kehamilan. Kehilangan darah ibu

secara berlebihan menurunkan

perfusi plasenta.

5. Anjurkan tirah baring pada posisi

miring kiri

R: menghilangkan tekanan vena

kava inferior dan meningkatkan

sirkulasi plasenta atau janin dan

pertukaran oksigen.

versus hipoksia (nonreaktif).

3. Ganti kehilangan darah/ cairan ibu.

R: mempertahankan volume

sirkulasi yang adekuat untuk

transport oksigen. Bila penyimpanan

oksigen menetap, janin kehabisan

tenaga untuk melakukan mekanisme

koping, dan kemungkinan SSP

rusak / janin meninggal.

Page 13: Beresiko Tinggi Anemia Fix

Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

kebutuhan dan suplai oksigen.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan

pasien dapat beraktivitas dengan baik.

            Kriteria hasil :

-       Nadi dan tekanan darah dalam batas normal (nadi 60-100x/menit; TD

90/60-140/90 mmHg)

-       Pasien tidak mengeluh lemah dan lelah 

Intervensi :

  

N

O

MANDIRI KOLABORASI

1 Mandiri

1.  Jelaskan alasan perlunya tirah

baring, penggunaan posisi

rekumben lateral kiri/miring, dan

penurunan aktivitas.

R : Tindakan ini ditujukan untuk

mempertahankan janin jauh dari

serviks dan meningkatkan perfusi

uterus. Tirah baring dapat

menurunkan peka rangsang

uterus.

2.  Berikan tindakan kenyamanan

seperti gosokan punggung,

perubahan posisi, atau penurunan

stimulus dalam ruangan (mis.

Lampu redup)

R : Menurunkan tegangan otot

dan kelelahan serta

meningkatkan rasa nyaman.

Page 14: Beresiko Tinggi Anemia Fix

3.  Berikan latihan gerak pada pasien

secara bertahap (aktif dan pasif).

R: aktivitas dan latihan sangat

penting bagi pasien yang

mengalami intoleransi aktivitas

karena 

     kurang latihan akan

menyebabkan otot menjadi atrofi.

4. Kelompokkan aktivitas sebanyak

mungkin, seperti pemberian obat,

tanda vital, dan pengkajian.

R : Meningkatkan kesempatan

klien untuk beristirahat lebih

lama diantara interupsi untuk

tindakan berikutnya

5.  Berikan periode tanpa interupsi

untuk istirahat/tidur.

R : Meningkatkan istirahat,

mencegah kelelahan, dan dapat

meningkatkan relaksasi.

6.  Berikan aktivitas pengalihan,

seperti membaca, mendengarkan

radio, dan menonton televisi,

atau kunjungan dengan teman

yang dipilih atau keluarga.

R : Membantu klien dalam

koping dengan penurunan

aktivitas.

               

Page 15: Beresiko Tinggi Anemia Fix

4)      Dx 4 : Risiko cedera terhadap janin

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x….diharapkan

risiko cedera pada janin dapat tertanggulangi, dengan kriteria hasil :

-          Denyut jantung bayi dalam batas normal (120-160 x/menit)

-          Hasil USG tidak menunjukan tanda – tanda abnormalitas.

-          Tinggi fundus arteri sesuai umur kehamilan

Intervensi

NO MANDIRI KOLABORASI

1 1. Perhatikan kondisi ibu yang

berdampak pada sirkulasi janin.

R: Faktor yang mempengaruhi

atau menurunkan

sirkulasi/oksigenasi ibu

mempunyai dampak yang sama

pada kadar oksigen

janin/plasenta. Janin yang tidak

mendapatkan cukup oksigen

untuk kebutuhan metabolisme

anaerob yang menghasilkan

asam laktat yang menimbulkan

kondisi asidosis.

2.  Ajari ibu untuk mengobservasi

gerakan janin

R: secara normalnya dalam

kandungan janin bergerak dan

merupakan tanda yang sehat

pada janin. Jika janin tidak

bergerak perlu diwaspai terjadi

cedera pada janin akibat

kekurangan nutrisi.

3.   Kaji terhadap mual/muntah

1. Berikan suplemen oksigen

sesuai kebutuhan

R: meningkatkan

ketersediaan oksigen untuk

ambilan janin, khususnya

pada adanya anemia berat

atau bila sirkulasi maternal

menurun

2. Ultrasonografi

R: Penyakit anemia dapat

mengakibatkan IUGRnya

menurun

Page 16: Beresiko Tinggi Anemia Fix

berlebihan.

R: Memajankan perkembangan

janin pada status asidotik dan

malnutrisi dan dapat

memperberat IUGR dan

pertumbuhan otak yang buruk.

4.   Bantu dalam screening dan

kelainan genetik.

R: Kelainan seperti anemia sel

sabit mengharuskan tindakan

yang khusus untuk mencegah

efek negatif dalam pada

pertumbuhan janin.

5.   Diskusikan efek negatif yang

potensial terjadi akibat kelainan

genetik

R: Retardasi pertunbuhan

intrauterus/pascanatal,

malformasi dan retardasi

mental dapat terjadi.

6.   Pantau DJJ selama krisis sel

sabit

R: Asidosis /hipoksia ibu,

khusus pada trimester ketiga

dapat mengakibatkan kelainan

SSP janin. Krisis berulang

mempredisposisikan klien dan

janin pada peningkatan

mortalitas dan laju morbiditas.

7.  Lakukan pemeriksaan leofold

untuk mengetahui keadaan

janin terutama mengukur tinggi

Page 17: Beresiko Tinggi Anemia Fix

fundus.

R: tinggi fundus sesuai usia

kehamilan merupakan satu

tanda bahwa pertumbuhan janin

dalam kandungan ibu tidak

mengalami gangguan.

5)      Dx 5 ; Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan

mengenai anemia

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan

pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat.

            Kriteria hasil :

-            Dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian anemia

-            Dapat mengikuti instruksi dan prosedur perawatan

-            Dapat menunjukkan prilaku kesehatan yang positif untuk menanggulangi

anemia

Intervensi :

NO MANDIRI KOLABORASI

1 1.    Kaji kesiapan klien untuk belajar.

R : Faktor-faktor seperti ansietas atau

kurang kesadaran tentang kebutuhan

terhadap informasi dapat

mempengaruhi kesiapan untuk

belajar. Penyerapan informasi

ditingkatkan bila klien termotivasi dan

siap untuk belajar.

2.   Libatkan orang terdekat dalam proses

belajar-mengajar.

R : Dukungan dari orang terdekat

Page 18: Beresiko Tinggi Anemia Fix

dapat membantu menghilangkan

ansietas yang nantinya menguatkan

prinsip-prinsip belajar dan mengajar.

3.   Berikan informasi tentang perawatan

tindak lanjut bila klien pulang.

R : Klien mungkin perlu kembali

untuk keteraturan pemantauan

dan/atau tindakan.

4.   Anjurkan periode istirahat reguler 2

sampai 3 kali sehari pada posisi

miring kiri setelah pulang. Bila tirah

baring dilanjutkan, anjurkan klien

menggunakan sebagian waktu dalam

sehari di tempat tidur.

R : Tingkatkan relaksasi dan kurangi

kelelahan. Bila klien bangun dan

bergerak, istirahat di kamar tidur

dapat memaksimalkan istirahat.

Namun, klien yang sepenuhnya tirah

baring dapat merasa terisolasi dan

bosan tanpa ”perubahan pandangan”.

5.  Anjurkan pemberian intake yang

adekuat, banyak nutrisi untuk

kebutuhan ibu dan janin.

R : Intake nutrisi yang adekuat dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan

janin terutama zat besi, asam folat,

vit. B 12, dll. Dan berikan informasi

kepada pasien tentang dampak obat-

obatan terutama SF yang dapat

menyebabkan mual dan muntah oleh

karena itu ajarkan cara memakan obat

Page 19: Beresiko Tinggi Anemia Fix

dengan benar misalnya

mengkonsumsi buah-buahan yang

mengandung vitamin C untuk

membantu mempercepat reabsorpsi

obat dan menganjurkan pasien untuk

tidak meminum kopi atau teh selama

meminum obat karena akan

memperlambat reabsorpsi obat.

Evaluasi

1. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tidak adanya mual muntah

2. Tidak terdapat perubahan karakteristik pada kulit(rambut, kuku,dan

kelembapan)

3. Pasien dapat beraktivitas dengan baik dengan tidak mengeluh lemah dan

lelah

4. Tidak adanya risiko cedera pada janin dengan tinggi fundus sesuai

kehamilan

5. Pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat dengan mengikuti

tindakan dan prosedur perawatan.

Page 20: Beresiko Tinggi Anemia Fix

DAFTAR PUSTAKA

1.      Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

2.      Prawirahardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina

Pustaka.

3.      Saifudin,A.B.2002. Buku Acuan Pelyanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal.Jakarta:YBP-SP.

4.      Doenges, M.E ( 2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk

Perencanaan & Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC

5.      Manjoer,Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI:Media Aekulatius

6.      Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP-SP