anemia defisiensi besi fix

Upload: debby-seresthia

Post on 29-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    1/14

    PENDAHULUAN

    Anemia defisiensi besi ialah anemia yang secara primer disebabkan oleh kekurangan zat

    besi sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang dengan gambaran darah yang beralih

    secara progresif dari normositer normokrom menjadi mikrositik hipokrom dan memberi respon

    terhadap pengobatan dengan senyawa besi (WHO).

    Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien tersering pada anak

    di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini

    disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita.

    Banyak etiologi yang mendasari terjadinya anemia, salah satunya adalah defisiensi zat

    gizi. Zat gizi tersebut antara lain asam folat, vitamin B12 dan besi. Dari ketiganya yang paling

    sering terjadi adalah anemia defisiensi besi. Penyebab utama anemia defisiensi besi adalahinfeksi cacing tambang yang masih menjadi masalah kesehatan yang besar di Indonesia. Di

    negara berkembang seperti Indonesia penyakit cacingan masih merupakan masalah yang besar

    untuk kasus anemia defisiensi besi karena diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setiap

    harinya.

    Infeksi cacing tambang tersebut yang paling sering terjadi adalah diakibatkan oleh

    Ancylostoma duodenale dan Necator Americanus. Infeksi kedua jenis cacing tersebut merupakan

    penyebab terpenting anemia defisiensi besi. Infeksi kecacingan ini sangat merugikan proses

    tumbuh kembang anak dan berperan besar dalam mengganggu kecerdasan anak usia sekolah.

    Prevalensi infeksi kecacingan di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006, yaitu

    sebesar 32,6 %, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu dari sisi ekonomi.

    Kelompok ekonomi lemah ini mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit kecacingan karena

    kurang adanya kemampuan dalam menjaga higiene dan sanitasi lingkungan tempat tinggalnya.

    METABOLISME ZAT BESI

    1

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    2/14

    Zat besi bersama dengan protein (globin) dan protoporfirin mempunyai peranan penting

    dalam pembentukan hemoglobin. Selain itu besi juga terdapat dalam beberapa enzim yang

    berperan dalam metabolisme oksidatif, sintesis DNA, neurotransmiter, dan proses katabolisme.

    Kekurangan zat besi akan memberikan dampak yang merugikan terhadap sistem saluran

    pencernaan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, imunitas dan perubahan tingkat selular.

    Jumlah zat besi yang diserap oleh tubuh dipengaruhi oleh jumlah besi dalam makanan,

    bioavailabilitas besi dalam makanan dan penyerapan oleh mukosa usus. Di dalam tubuh orang

    dewasa mengandung zat besi sekitar 55 mg/kgBB atau sekitar 4 gram. Lebih kurang 67% zat

    besi tersebut dalam bentuk hemoglobin, 30% sebagai cadangan dalam bentuk feritin atau

    hemosiderin dan 3% dalam bentuk mioglobin. Hanya sekitar 0,07% sebagai transferin dan 0,2%

    sebagai enzim. Bayi baru lahir dalam tubuhnya mengandung besi sekitar 0,5 gram.

    Asa 2 cara penyerapan besi dalam usus, yang pertama adalah penyerapan dalam bentuk

    non heme (sekitar 90% dalam bentuk makanan), yaitu besinya harus diubah dulu menjadi bentuk

    yang diserap, sedangkan bentuk yang kedua adalah bentuk heme ( sekitar 10% berasal dari

    makanan) besinya dapat langsung diserap tanpa memperhatikan cadangan besi dalam tubuh,

    asam lambung ataupun zat makanan yang dikonsumsi.

    Besi non heme di lumen usus akan berikatan dengan apotransferin membentuk kompleks

    transferin besi yang kemudian akan masuk ke dalam sel mukosa. Di dalam sel mukosa, besi akan

    dilepaskan dan apotransferinnya kembali ke dalam lumen usus. Selanjutnya sebagian besi

    bergabung dengan apoferitin membentuk feritin, sedangkan besi yang tidak diikat oleh apoferitin

    akan masuk ke peredaran darah dan berikatan dengan apotransferin membentuk transferin serum.

    Penyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus, terutama di

    duodenum sampai pertengahan jejunum, makin ke arah distal usus penyerapannya semakin

    berkurang. Besi dalam makanan terbanyak ditemukan dalam bentuk senyawa besi non heme

    berupa kompleks senyawa besi inorganik (feri/Fe3+)yang oleh pengaruh asam lambung, vitamin

    C, dan asam amino mengalami reduksi menjadi bentuk fero (Fe2+). Bentuk fero ini kemudian

    diabsorpsi oleh sel mukosa usus dan di dalam sel bentuk fero ini mengalami oksidasi menjadi

    bentuk feri yang selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin. Selanjutnya besi feritin

    dilepaskan ke dalam peredaran darah setelah melalui reduksi menjadi bentuk fero dan di dalam

    plasma ion fero direoksidasi kembali menjadi bentuk feri. Yang kemudian berikatan dengan 1

    globulin membentuk transferin. Absorpsi besi non heme akan meningkat pada penderita ADB.

    Transferin berfungsi untuk mengangkut besi dan selanjutnya didistribusikan ke dalam jaringan

    hati, limpa dan sumsum tulang serta jaringan lain untuk disimpan sebagai cadangan besi tubuh.

    2

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    3/14

    Di dalam sumsum tulang sebagian besi dilepaskan ke dalam eritrosit (retikulosit) yang

    selanjutnya bersenyawa dengan porfirin membentuk heme dan persenyawaan globulin dengan

    heme membentuk hemoglobin. Setelah eritrosit berumur + 120 hari fungsinya kemudian

    menurun dan selanjutnya dihancurkan didalam sel retikuloendotelial. Hemoglobin mengalami

    proses degradasi menjadi biliverdin dan besi. Selanjutnya biliverdin akan direduksi menjadi

    bilirubin, sedangkan besi akan masuk ke dalam plasma dan mengikuti siklus seperti di atas atau

    akan tetap disimpan sebagai cadangan tergantung aktivitas eritropoesis.

    Bioavailabilitas besi dipengaruhi oleh komposisi zat gizi dalam makanan. Asam askorbat,

    daging, ikan dan unggas akan meningkatkan penyerapan besi non heme. Jenis makanan yang

    mengandung asam tanat (terdapat dalam teh dan kopi), kalsium, fitat, beras, kuning telur,

    polifenol, oksalat, fosfat, dan obat-obatan (antasid, tetrasiklin dan kolestiramin) akan

    mengurangi penyerapan zat besi.

    Besi heme didalam lambung dipisahkan dari proteinnya oleh asam lambung dan enzim

    proteosa. Kemudian besi heme mengalami oksidasi menjadi hemin yang akan masuk ke dalam

    sel mukosa usus secara utuh, kemudian akan dipecah oleh enzim hemeoksigenase menjadi ion

    feri bebas dan porfirin. Selanjutnya ion feri bebas ini akan mengalami siklus seperti di atas.

    Di dalam tubuh cadangan besi ada 2 bentuk, yang pertama feritin yang bersifat mudah

    larut, tersebar di sel parenkim dan makrofag, terbanyak di hati. Bentuk kedua adalah

    hemosiderin yang tidak mudah larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibandingkan feritin.

    Hemosiderin ditemukan terutama dalam sel Kupfer hati dan makrofag di limpa dan sumsum

    tulang. Cadangan besi ini akan berfungsi untuk mempertahankan homeostasis besi dalam tubuh.

    Apabila pemasukan besi dari makanan tidak mencukupi, maka terjadi mobilisasi besi dan

    cadangan besi untuk mempertahankan kadar Hb.

    ETIOLOGI

    3

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    4/14

    Terjadinya ADB sangat ditentukan oleh kemampuan absorpsi besi, diit yang mengandung

    besi, kebutuhan besi yang meningkat dan jumlah yang hilang. Kekurangan besi dapat

    disebabkan:

    1. Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis

    a. Pertumbuhan

    Periode pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun pertama dan masa remaja

    kebutuhan besi akan meningkat, sehingga pada periode ini insiden ADB

    meningkat. Bayi umur 1 tahun berat badannya meningkat 3 kali dan massa

    hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 2 kali lipat dibanding saat lahir.

    b. Menstruasi

    Penyebab kurang besi yang sering terjadi pada anak perempuan adalah

    kehilangan darah lewat menstruasi.

    2. Kurangnya besi yang diserap

    a. Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat

    Bayi pada 1 tahun pertama kehidupannya membutuhkan makanan yang

    banyak mengandung besi. Bayi cukup bulan akan menyerap lebih kurang

    200mg besi selama 1 tahun pertama (0,5 mg/hari) yang terutama digunakan

    untuk pertumbuhannya. Besi yang terkandung dalam ASI lebih mudah diserap

    dibandingkan besi yang terkandung dalam susu formula. Diperkirakan sekita

    40% besi dalam ASI diabsorpsi bayi, sedangkan dari PASI hanya 10% besi

    yang dapat diabsorpsi.

    b. Malabsorpsi besi

    Keadaan ini dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa ususnya mengalami

    perubahan secara histologis dan fungsional. Pada orang yang telah mengalami

    gastrektomi parsial atau total sering disertai ADB walaupun penderita

    mendapat makanan yang cukup besi. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah

    asam lambung dan makanan lebih cepat melalui bagian atas usus halus,

    tempat utama penyerapan besi heme dan non heme.

    3. Perdarahan

    Kehilangan darah akibat perdarahan merupakan penyebab penting terjadinya ADB.

    Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan besi 0,5 mg sehingga

    kehilangan darah 3-4 ml/hari (1,5-2 mg besi) dapat mengakibatkan keseimbangan

    negatif besi. Perdarahan dapat berupa perdarahan saluran cerna, milk induced

    4

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    5/14

    enteropathy, ulkus peptikum, karena obat-obatan (asam asetil salisilat, kortikosteroid,

    indometasin, obat anti inflamasi non steroid) dan infestasi cacing (Ancylostoma

    duodenale dan necator americanus ) yang menyerang usus halus bagian proksimal

    dan menghisap darah dari pembuluh darah submukosa usus.

    4. Iatrogenic blood loss

    Pada anak yang banyak diambil darah vena untuk pemeriksaan laboratorium beresiko

    untuk menderita ADB.

    5. Idiopathic pulmonary hemosiderosis

    Penyakit ini jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan paru yang hebat

    dan berulang serta adanya infiltrat pada paru yang hilang timbul. Keadaan ini dapat

    menyebabkan kadar Hb menurun drastis hingga 1,5-3g/dl dalam 24 jam.

    6. Latihan yang berlebihan

    Pada atlit yang berolahraga berat seperti olah raga lintas alam, sekitar 40% remaja

    perempuan dan 17% remaja laki-laki kadar feritin serumnya < 10 ug/dl. Perdarahan

    saluran cerna yang tidak tampak sebagai akibat iskemia yang hilang timbul pada usus

    selama latihan berat terjadi pada 50% pelari.

    Infestasi Cacing

    Penyakit cacing tambang pada manusia (ancylostomiasis) disebabkan oleh Necator

    americanus dan Ancylostoma duodenale. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

    adalah dua spesies cacing tambang yang dewasa di manusia. Habitatnya ada di rongga usus

    halus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai

    panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S

    atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi.

    Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama

    tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam

    waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat

    bertahan hidup 7-8 minggu di tanah.

    Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan

    mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya

    kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron.

    Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru.

    5

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    6/14

    Di paru larvanya menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan

    laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing

    dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan.

    Patofisiologi Infestasi Cacing

    Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus. Selain mengisap darah, cacing tambang

    juga menyebabkan perdarahan pada luka tempat bekas tempat isapan. Infeksi oleh cacing

    tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami

    kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan

    produktifitas. Kekurangan darah akibat cacingan sering terlupakan karena adanya penyebab lain

    yang lebih terfokus.

    Patogenesis

    Cacing dewasa di dalam usus halus penderita akan mengkaitkan dirinya pada mukosa

    usus halus induk semang, dan menghisap darah. Cacing tidak tinggal di satu tempat untuk

    bebarapa lama, tetapi cenderung berpindah-pindah mengkaitkan dirinya pada mukosa usus

    disebelahnya. Dalam satu hari seekor cacing dewasa menghisap darah sekitar 0,001-0,2 ml.

    Cacing juga mengeluarkan zat anti koagulan yang menyebabkan darah tetap mengalir beberapa

    lama dari tempat cacing mengkaitkan dirinya.

    Akibat dari cacing tersebut akan dapat menyebabkan anemia pada induk semang dan

    nekrosa pada tempat-tempat cacing mengkaitkan dirinya. Anemia yang ditimbulkan bersifat

    mikrositik hipokromik dan terjadi defesiensi zat besi dan protein, selanjutnya bila infeksi berat

    terjadi hypoproteinemia yang dapat menyebabkan terjadinya oedema pulmonum.

    Bekas luka karena kaitan cacing pada membrana mukosa usus sering diikuti dengan

    terjadinya sekunder oleh bakteri, sehingga menimbulkan enteritis yang ditandai dengan diare

    berdarah dan berlendir.

    6

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    7/14

    Pada infeksi melalui kulit dapat terjadi reaksi lokal pada tempat masuknya larva berupa

    adanya kemerahan dan tampak vesikel kecil. Migrasi larva pada paru-paru mengakibatkan

    perdarahan bintik-bintik atau perdarahan yang lebih luas. Radang paru-paru disertai perdarahan

    ditimbulkan sebagai akibat dari larva infektif, ketika larva meninggalkan sirkulasi darah ke

    alveoli. Bila alveoli ditutupi oleh perdarahan yang banyak maka berakibat fatal bagi induk

    semang.

    7

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    8/14

    PATOFISOLOGI

    Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi yang

    berlangsung lama. Terdapat 3 tahap defisiensi besi, yaitu :

    Tahap pertama (Iron Depletion )

    Ditandai dengan berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Pada

    keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme, feritin serum menurun

    sedangkan pemeriksaan lain masih normal.

    Tahap kedua (Iron Deficient Erythropoietin )

    Didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eritropoesis. Dari hasil

    pemeriksaan diperoleh nilai besi serum menurun, saturasi transferin menurun. Sedangkan

    Total Iron Binding Capacity (TIBC) danfree erythrocyte porphyrin (FEP) meningkat.

    Tahap ketiga (Iron Deficiency Anemia )

    Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga

    menyebabkan penurunan kadar Hb. Gambaran tepi didapatkan mikrositosis dan

    hipokromik yang progresif.

    MANIFESTASI KLINIS

    Gejala klinis ADB terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh penderita dan

    keluarganya. Diagnosis ditegakkan hanya dari temuan laboratorium saja. Gejala yang umum

    terjadi adalah pucat. ADB dengan kadar Hb 6-10 g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang

    efektif sehingga gejala anemia hanya ringan saja. Bila kadar Hb turun

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    9/14

    100%

    Limpa hanya teraba pada 10-15% pasien dan pada kasus kronis bisa terjadi pelebaran

    diploe tengkorak. Perubahan ini dapat diperbaiki dengan terapi yang adekuat.

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Untuk menegakkan diagnosis ADB diperlakukan pemeriksaan laboratorium yang

    meliputi pemeriksaan darah rutin seperti Hb, PCV, Leukosit, Trombosit ditambah pemeriksaan

    indeks eritrosit, retikulosit, morfologi darah tepi dan pemeriksaan status besi (Fe serum, Total

    Iron Binding Capacity(TIBC), saturasi transferin, FEP, feritin), dan apus sumsum tulang.

    Pada ADB, nilai indeks eritrosit MCV, MCH, MCHC menurun sejajar dengan penurunan

    kadar Hb. Jumlah retikulosit biasanya normal, pada keadaan berat karena perdarahan jumlahnya

    meningkat. Gambaran morfologi darah tepi ditemukan keadaan hipokromik, mikrositik,

    anisositosis dan poikilositosis ( dapat ditemukan sel pensil, sel target, ovalosit, mikrosit dan sel

    fragmen).

    Jumlah leukosit biasanya normal, tetapi pada ADB yang berlangsung lama dapat terjadi

    granulositopenia. Pada keadaan yang disebabkan infestasi cacing sering ditemukan eosinofilia.

    Jumlah trombosit meningkat 2-4 kali dari nilai normal. Trombositosis hanya terjadi pada

    penderita dengan perdarahan yang masif. Kejadian trombositopenia dihubungkan dengan anemia

    yang sangat berat.

    Pada pemeriksaan status besi, kadar Fe serum menurun dan TIBC meningkat. Fe serum

    menentukan jumlah besi yang terikat pada transferin, sedangkan TIBC untuk mengetahui jumlah

    transferin yang berada dalam sirkulasi darah. Perbandingan antara Fe serum dan TIBC (saturasi

    transferin merupakan suatu nilai yang menggambarkan suplai besi ke eritroid sumsum tulang dan

    sebagai penilain terbaik untuk mengetahui pertukaran besi antara plasma dan cadangan besi

    dalam tubuh. Bila saturasi transferin (ST) < 16% menunjukkan suplai besi yang tidak adekuat

    untuk mendukung eritropoesis. ST < 7% diagnosis ADB dapat ditegakkan, sedangkan kadar ST

    7-16% dapat dipakai untuk mendiagnosis ADB bila didukung oleh nilai MCV yang rendah atau

    pemeriksaan lainnya.

    Fe serum

    TIBC

    Untuk mengetahui kecukupan penyediaan besi ke eritroid sumsum tulang dapat diketahui

    dengan memeriksa kadarFree Erythrocyte Protoporphyrin (FEP). FEP > 100 ug/dl eritrosit

    9

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    10/14

    menunjukkan adanya ADB. Pemeriksaan ini mendeteksi adanya ADB lebih dini. Meningkatnya

    FEP disertai ST yang menurun merupakan tanda ADB yang progresif.

    Jumlah cadangan besi tubuh diketahui dengan memeriksa kadar feritin serum. Bila kadar

    feritin < 10-12 ug/l menunjukkan telah terjadi penurunan cadangan besi dalam tubuh.

    Pemeriksaan apus sumsum tulang memberikan gambaran yang khas ADB, yaitu

    hiperplasia sistem eritropoitik dan berkurangnya hemosiderin. Untuk mengetahui ada tidaknya

    besi dapat diketahui dengan pewarnaanPrussian Blue.

    DIAGNOSIS

    Diagnosis ADB ditegakkan berdasarkan hasil temuan dari anamnesis, pemeriksaan fisik

    dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan gejala klinis yang sering tidak

    khas. Beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk menentukan ADB:

    10

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    11/14

    Cara lain untuk menentukan adanya ADB adalah dengan trial pemberian preparat besi. Bila

    dengan pemberian preparat besi dosis 6 mg/kgBB/hari selama 3-4 minggu terjadi peningkatan

    kadar Hb 1-2 g/dl dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan menderita ADB.

    DIAGNOSIS BANDING

    Diagnosis banding ADB adalah semua keadaan yang memberikan gambaran anemia

    hipokrom mikrositik lain. Keadaan yang sering memberi gambaran klinis dan laboratorium yang

    hampir sama dengan ADB adalah Talasemia minor dan anemia karena penyakit kronis.

    Pada talasemia minor, morfologi darah tepi sama dengan ADB. Cara sederhana untuk

    membedakan kedua penyakit tersebut melihat jumlah sel darah merah yang meningkat meski

    sudah anemia ringan dan mikrositosis, sebaliknya pada ADB jumlah sel darah merah menurun

    sejajar dengan penurunan kadar Hb dan MCV. Cara mudah dengan cara membagi nilai MCV

    dengan jumlah eritrosit, bila nilainya < 13 menunjukkan talasemia minor sedangkan bila > 13

    11

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    12/14

    merupakan ADB. Pada talasemia minor didapatkan basophilic stippling, peningkatan kadar

    bilirubin plasma dan peningkatan kadar HbA2.

    Gambaran morfologi darah tepi anemia karena penyakit kronis biasanya normokrom

    normositik, tetapi bisa juga ditemukan hipokrom mikrositik. Terjadinya anemia pada penyakit

    kronis disebabkan terganggunya mobilisasi besi dan makrofag oleh transferin. Kadar Fe serum

    dan TIBC menurun meskipun cadangan besi normal atau meningkat sehingga nilai saturasi

    transferin normal atau sedikit menurun, kadar FEP meningkat.

    PENATALAKSANAAN

    Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya

    serta memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Pemberian preparat Fe dapat secara

    peroral atau parenteral. Pemberian per oral lebih aman, murah dan sama efektifnya dengan

    pemberian secara parenteral. Pemberian secara parenteral dilakukan pada penderita yang tidak

    dapat memakan obat per oral atau kebutuhan besinya tidak dapat terpenuhi secara per oral karena

    ada gangguan pencernaan.

    Pemberian preparat besi per oral

    Garam ferous diabsorpsi sekitar 3 kali lebih baik dibandingkan garam feri. Preparat yang

    tersedia berupa ferous glukonat, fumarat dan suksinant. Yang sering dipakai adalah ferous sulfat

    karena harganya murah.

    Untuk mendapatkan respons pengobatan dosis besi yang dipakai 4-6 mg besi

    elemental/kgBB/hari. Absorpsi besi yang terbaik adalah pada saat lambung kosong, diantara dua

    waktu makan, akan tetapi dapat menimbulkan efek samping pada saluran cerna. Obat diberikan

    12

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    13/14

    dalam 2-3 dosis sehari. Preparat ini harus terus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada

    penderita teratasi.

    Pemberian preparat besi parenteral

    Pemberian besi secara intramuskular menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Dapat

    menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi alergi. Kemampuan untuk menaikkan kadar Hb

    tidak lebih baik dibanding per oral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi. Larutan

    ini mengandung 50 mg besi/mL.

    Transfusi Darah

    Transfusi hanya diberikan pada keadaan anemia yang sangat berat atau yang disertai

    infeksi yang dapat mempengaruhi respons terapi. Koreksi anemia berat dengan transfusi darah

    tidak perlu secepatnya, malah akan membahayakan karena dapat menyebabkan hipervolemia dan

    dilatasi jantung. Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk

    menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon terapi besi. Penderita anemia

    berat dengan kadar Hb < 4 g/dl hanya diberi PRC dengan dosis 2-3 ml/kgBB persatu kali

    pemberian disertai pemberian diuretik seperti furosemid.

    PENCEGAHAN

    Tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada masa

    awal kehidupan :

    Meningkatkan penggunaan ASI eksklusif

    Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun sehubungan dengan risiko terjadinya

    perdarahan saluran cerna yang tersamar pada beberapa bayi

    Memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan yang kaya dengan

    asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan padat (usia 4-6 bulan).

    Memberikan suplementasi Fe kepada bayi kurang bulan.

    Pemakaian PASI (susu formula) yang mengandung besi

    Upaya umum untuk pencegahan kekurangan besi adalah dengan cara :

    Meningkatkan konsumsi Fe

    Meningkatkan konsumsi besi dari sumber alami terutama sumber hewani mudah diserap.

    Juga perlu peningkatan penggunaan makanan yang mengandung vitamin C dan A.

    13

  • 7/14/2019 Anemia Defisiensi Besi Fix

    14/14

    Fortifikasi bahan makanan

    Dengan cara menambah masukan besi dengan mencampurkan senyawa besi ke dalam

    makanan sehari-hari.

    SuplementasiTindakan ini merupakan cara yang paling tepat untuk menanggulangi ADB di daerah

    yang prevalensinya tinggi.

    PROGNOSIS

    Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan besi saja dan diketahui

    penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan

    manifestasi klinis lainnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.

    DAFTAR PUSTAKA

    14