bedah fiqh kepemimpinan - naltra (rubrik: kajian)

2
April 2010 | MEDIA ICMI | 07 Fikih Kepemimpinan kurang berkembang dalam kelimuan Islam karena sekian ratus tahun pemerintahan atau kepemimpinan politik Islam berbentuk monarki Sehingga ada campur tangan kekuatan politik untuk menekan bahasan-bahasan menyangkut kepemimpinan. Lahirnya aliran-aliran teologis seperti khawarij, jabariah, sunni, syiah, dsb, isu pertamanya adalah kepemimpinan . dikehendakiNYA. Sehingga di sebagian kalangan umat Islam ada pemahaman fatalistis; kemimpinan tidak bisa disiapkan atau dikader karena Allah yang menentukan. “Di satu sisi tidak salah, memang Allah yang Maha Kuasa. Tapi katanya kita sunni yaitu antara usaha ujungnya ridha Allah. Paling tidak harus diyakini kepemimpinan memang penjatahan dari Allah,” jelas narasumber rutin ICMI Orsat Houston, Amerika Serikat. Kedua , kepemimpinan adalah amanah. Sahabat Abu Dzar al Ghifari bertanya tentang kepemimpinan. Jawab Rasulullah; Jabatan kepemimpinan itu amanah dari Allah dan tiap amanah dari kepemimpinan akan selalu melahirkan penyesalan dan kesedihan. Kecuali bagi mereka yang mampu mengambilnya dengan cara yang baik dan dapat melaksanakan tugas kajian Pentingnya Mengangkat Pemimpin Mengapa waktu Rasulullah meninggal atau sebelum jenazahnya dikuburkan, justru isu utama menyangkut kepemimpinan? Menurut Anggota Dewan Pakar ICMI Pusat bidang Agama, Budaya dan Pengembangan Karakter Bangsa, Prof. Dr. Miftah Faridl, itu karena para sahabat paham umat Islam wajib punya pemimpin jadi mereka memberi perhatian luar biasa terhadap hal tersebut. Dalam Al Imran: 26. Wahai Allah Yang Maha Kuasa di atas segala yang berkuasa, kau berikan kekuasaan kepada orang yang Kau kehendaki dan Kau renggut kekuasaan itu dari orang yang Kau kehendaki. Kamu berikan kemuliaan kepada orang yang kau kehendaki. Kamu berikan kehinaan kepada orang yang Kau kehendaki. Kau bisa lakukan apa saja yang Kau kehendaki. Salahsatu landasan mengenai bagaimana menurut konsep Islam, Allah adalah pemimpin yang absolut dan mendistribusikan kepemimpinan kepada orang-orang yang Bedah Fiqh Kepemimpinan National Leadership Training ICMI Angkatan I Villa Prabu Putragus - Cisarua, Puncak, Bogor, 4-6 juni 2010 Pleno III “Islam dan Tanggung Jawab Kecendekiawanan”

Upload: icmi-pusat

Post on 24-May-2015

574 views

Category:

Education


6 download

DESCRIPTION

MEDIA ICMI, APRIL 2010 (HAL 7-8)

TRANSCRIPT

Page 1: BEDAH FIQH KEPEMIMPINAN - NALTRA (RUBRIK: KAJIAN)

April 2010 | MEDIA ICMI | 07

Fikih Kepemimpinan kurang berkembang dalam kelimuan Islam karena sekian ratus tahun pemerintahan atau kepemimpinan politik Islam berbentuk monarki Sehingga ada campur tangan kekuatan politik untuk menekan bahasan-bahasan menyangkut kepemimpinan. Lahirnya aliran-aliran teologis seperti khawarij, jabariah, sunni, syiah, dsb, isu pertamanya adalah kepemimpinan .

dikehendakiNYA. Sehingga di sebagian kalangan umat Islam ada pemahaman fatalistis; kemimpinan tidak bisa disiapkan atau dikader karena Allah yang menentukan. “Di satu sisi tidak salah, memang Allah yang Maha Kuasa. Tapi katanya kita sunni yaitu antara usaha ujungnya ridha Allah. Paling tidak harus diyakini kepemimpinan memang penjatahan dari Allah,” jelas narasumber rutin ICMI Orsat Houston, Amerika Serikat.

Kedua , kepemimpinan adalah amanah. Sahabat Abu Dzar al Ghifari bertanya tentang kepemimpinan. Jawab Rasulullah; Jabatan kepemimpinan itu amanah dari Allah dan tiap amanah dari kepemimpinan akan selalu melahirkan penyesalan dan kesedihan. Kecuali bagi mereka yang mampu mengambilnya dengan cara yang baik dan dapat melaksanakan tugas

kajian

Pentingnya Mengangkat Pemimpin

M e n g a p a wa k t u R a s u l u l l a h meninggal atau sebelum jenazahnya d i k u b u r k a n , j u s t r u i s u u t a m a menyangkut kepemimpinan? Menurut Anggota Dewan Pakar ICMI Pusat b i d a n g A g a m a , B u d a y a d a n Pengembangan Karakter Bangsa, Prof. Dr. Miftah Faridl, itu karena para sahabat paham umat Islam wajib punya pemimpin jadi mereka memberi perhatian luar biasa terhadap hal tersebut.

Dalam Al Imran: 26. Wahai Allah Yang Maha Kuasa di atas segala yang berkuasa, kau berikan kekuasaan kepada orang yang Kau kehendaki dan Kau renggut kekuasaan itu dari orang yang Kau kehendaki. Kamu berikan kemuliaan kepada orang yang kau kehendaki. Kamu berikan kehinaan kepada orang yang Kau kehendaki. Kau bisa lakukan apa saja yang Kau kehendaki. Salahsatu landasan mengenai bagaimana menurut konsep Islam, Allah adalah pemimpin yang a b s o l u t d a n m e n d i s t r i b u s i k a n kepemimpinan kepada orang-orang yang

Bedah Fiqh Kepemimpinan

National Leadership Training ICMI Angkatan I Villa Prabu Putragus - Cisarua, Puncak, Bogor, 4-6 juni 2010

Pleno III “Islam dan Tanggung Jawab Kecendekiawanan”

Page 2: BEDAH FIQH KEPEMIMPINAN - NALTRA (RUBRIK: KAJIAN)

pemikiran. Waktu ICMI berdiri, praktis ICMI melebur segala macam corak aktivitas dan kecenderungan politik dan pemikiran. Dalam ICMI termasuk juga para birokrat dan politikus. “Itu yang merepotkan ketika ada saatnya ICMI mengalami suasana dilematis yang tidak bisa teratasi,” ungkapnya.

Ketika reformasi dan harapan baru muncul, untuk pertamakali pemikir-pemikir ICMI yang non birokrat dan non-politikus masuk dalam kekuasaan. Sementara itu dalam pemikiran terjadi kekacauan. Suatu spektrum yang sangat luar biasa, dari paling ujung sampai paling kiri. Ada yang radikal malah cenderung teror, ada yang menganggap orang lain salah lalu diberantas dengan melakukan kesalahan lain, ada juga yang mengingkari keabsahan RI karena yang penting jaman khalifah. Ada yang sangat liberal, inklusif dan toleran. Juga ada yang berada di tengah; baik dalam sikap juga cara pemikiran yang menganggap Islam harus kontekstual. “Sekarang ini tidak satupun masalah selesai karena kita sudah kehilangan mutual trust dan yang lebih parah lagi terjadi disconected antara pemimpin dan yang dipimpin. Inilah tugas ICMI bagaimana menerjemahkan Islam sebagai sumber ajaran yang otentik bagi kekinian di jaman yang selalu berubah ini,” ujar Mantan Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dalam uraiannya; “Peran Strategis Kepemimpinan Cendekiawan Muslim dalam Dinamika Perubahan Regional dan Global”, Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat, Adi Sasono mengajak para peserta Naltra untuk lebih menajamkan anal is is ekonomi pol i t ik dalam memahami permasalahan bangsa hingga mampu mencari solusinya. “Alangkah celakanya ICMI kalau Anda jadi pemimpin karena tidak punya pisau analisis yang realistis melihat keadaan untuk reposisi. Kita pro rakyat kecil dan m e n d o r o n g k o r e k s i t e r h a d a p kepincangan. Kita membangun kembali kedaulatan ekonomi sebagai dasar kedaulatan politik bangsa. Kalau Anda tidak menjadi pencerah bagi rakyat jelata, lantas apa gunanya ICMI? Saya khawatir Anda tidak relevan lagi dalam perubahan. Sebab perubahan akan terjadi dengan atau tanpa Anda,” tegas mantan meneg Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI.

mengingatkan tentang r e-thinking Muhammad Abduh terhadap Jamaludin al Afghani yang mengembangkan sistem kekhalifahan. Abduh melihat Spanyol bertahan 850 tahun. Tapi begitu habis kekuasaannya habis juga Islamnya. Jadi ternyata tidak menjadi jaminan konstitusi dan politik yang Islami dari atas kalau tidak berbasis dari bawah. Kata Abduh yang penting adalah membangun muslim society. Untuk itu perlu diperkuat gerakan berbasis kultural seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, perkawinan dan media massa. “Ketika Kristen melakukan gerakan-gerakan kultural di Cianjur yang daerah santri bobol, juga Garut dan Majalengka. Sekarang daerah-daerah Jawa Barat tidak ada yang tidak berkembang Kristen,” sebut anggota Majelis Pembina Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB).

Perkembangan Pemikiran Islam

P r o f D r. Ta u f i k A b d u l l a h memaparkan “Dinamika Sejarah Perkembangan Kecendekiawanan Muslim Indonesia”. Awal munculnya cendekiawan muslim adalah anak-anak sekolah MULO yang memakai wacana Barat tapi referensi Islam. Saat orde baru, diskursus Islam terjadi perubahan misalnya banyak yang bertolak dari pemikiran pesantren dibawa ke wilayah sekuler. Untuk mengantisipasi sikap Pemerintah yang menguasai politik dan ekonomi, Cendekiawan Islam saat itu mengenal tiga wilayah yang tidak dikuasai Orba. Pertama, seruan terhadap ukhuwah islamiyah dan wathaniyah. Kedua, seruan kepada berlomba-lombalah dalam kebaikan. Ketiga, di samping dakwah billisan perlu dakwah bilhal.

Di samping itu, lanjut Taufik, terjadi juga perpecahan cendekiawan dalam aktifitas antara lain aktivis, dakwah dan

kepemimpinan itu dengan baik. Pesan Rasulullah di Kalau amanah sudah disia-siakan, Tunggulah tanggal kehancurannya. Para sahabat bertanya; Ya Rasulullah, apa yang dimaksud menyia-nyiakan amanah itu? Nabi menjawab; kalau suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya tunggu tanggal kehancurannya.

Ketiga, adanya saling dukung dan k e b e r p i h a k a n . R a s u l u l l a h menyampaikan; Sebaik- baik pemimpin kamu adalah mereka yang kamu cintai dan mereka pun cinta kepada kamu. Kamu hormat sama mereka dan mereka pun hormat kepadamu. Sejelek-jelek pemimpin kamu adalah mereka yang kamu benci dan mereka pun sebetulnya benci kepada kamu. Kamu melaknat mereka, mereka pun melaknat kamu.

Perkuat Gerakan Kultural

Kata Narasumber “Perspektif Al Qur'an dan Hadist sebagai Dasar Pemikiran dan Tindakan”, Al Qur'an mengungkapkan sangat umum tatacara pemilihan dengan prinsip syura. Sehingga dalam pelaksanaan prosesnya, kita diberi kebebasan seperti dicontohkan generasi pertama tentang berbagai macam cara pemilihan selama prinsip-prinsip tadi dipenuhi. Misalnya Umar bin Khattab dipilih lewat konsep ahlul hali wal aqdi. “Bukan karena untuk hemat biaya. Tapi a d a s a t u y a n g l e b i h d a p a t dipertanggungjawabkan. Yaitu orang-orang yang sudah diuji. Terdiri dari mereka yang sempat jalan kaki 500km pada waktu hijrah di mana puncak panas Saudi. Lalu sempat dijuji di perang Badar, Uhud, Khandaq, dsb,” ujarnya.

Sekali lagi, berbagai pemikiran mengenai kepemimpinan justru tumbuh di komunitas masyarakat yang kurang mendapatkan kesempatan berkiprah dalam kekhalifahan dan politik. Miftah