makalah fiqh dan ushul fiqh
DESCRIPTION
makalah fiqh dan ushul fiqhTRANSCRIPT
MAKALAH FIQH DAN USHUL FIQH
“Hukum Islam Di Indonesia”
Disusun oleh
Kelompok III:
1. NIM: 14670014
2. NIM: 14670021
3. Ilham Ulumudin NIM: 14670034
4. NIM: 14670044
5. NIM: 14670047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014/2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Hukum Islam Di Indonesia”. Shalawat dan salam semoga selalu terlantunkan
untuk sang Maha Guru Kebaikan sekalian manusia, yaitu sang Panutan Nabi
Agung Muhammad SAW.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fiqh dan
Ushul Fiqh yang berisi tentang Hukum Islam Di Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Fatma Amalia S.Ag M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Fiqh dan
Ushul Fiqh.
2. Pustakawan perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah
membantu dalam mencari sumber dan literature untuk bahan pembuatan
makalah ini.
3. Semua rekan yang telah membantu hingga selesainya penulisan makalah ini.
Penulis berkeyakinan bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Yogyakarta, 10 Mei 2016
Penulis
i
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. . . ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
BAB II. ISI ………........................................................................................... 2
2.1. Sejarah Singkat Masuknya Hukum Islam Di Indonesia dan
Perkembangannya................................................................................ 2
2.2. Teori-Teori Keberadaan Dan Pemberlakuan Hukum Islam Di
Indonesia........................................................................................ 4
2.2.1. Teori Receptio in Complexu................................................ 4
2.2.2. Teori Receptie...................................................................... 4
2.2.3. Teori Receptie Exit dan Receptie a Contrario..................... 5
2.3. Tokoh-Tokoh Ulama Fiqh Indonesia Pasca Kemerdekaan............ 5
2.4. Lembaga-Lembaga Kajian Hukum Islam Di Indonesia ................ 6
BAB III. PENUTUP ........................................................................................ 9
3.1. Kesimpulan.................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan hukum Islam di Indonesia tidak dapat
dipisahkandari sejarah Islam itu sendiri. Membicarakan hukum Islam sama artinya
denganmembicarakan Islam sebagai sebuah agama. Benarlah apa yang dikatakan
olehJoseph Sacht, tidak mungkin mempelajari Islam tanpa mempelajari hukum
Islam.Ini menunjukkan bahwa hukum sebagai sebuah institusi agama memiliki
kedudukan yang sangat signifikan.
Islam masuk ke Indonesia pada abad 1 Hijriah atau VII Masehi
yangdibawa oleh pedagang-pedagang Arab. Tidak berlebihan jika era ini adalah
eradimana hukum Islam untuk pertama kalinya masuk ke wilayah Indonesia.
Namun penting untuk dicatat, seperti apa yang dikatakan oleh Martin van
Bruinesen, penekanan pada aspek fiqih sebenarnya adalah fenomena yang
berkembang belakangan. Pada masa-masa yang paling awal berkembangnya
Islam di Indonesia penekanannya tampak pada tasawuf. Kendati demikian hemaat
penulis pernyataan ini tidaklah berarti fiqih tidak penting mengingat tasawuf yang
berkembang diIndonesia adalah tasawuf sunni yang menempatkan fiqih pada
posisi yang signifikan dalam struktur bangunan sunni tersebut.
Beberapa ahli menyebut bahwa hukum Islam yang berkembang di Indonesia
bercorak syafi‟iyyah. Ini ditunjukan dengan bukti-bukti sejarah diantaranya,
Sultan Malikul Zahir dari Samudra pasai adalah seorang ahli agama dan hukum
Islam terkenal pada pertengahan abad ke XIV Masehi.
1
1.1. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang
perlu dijawab, yaitu:
1.2.1. Bagaimana perkembangan hokum islam di indonesia ?
1.2.2. Apa saja teori-teori keberadaan dan pemberlakuan hukum islam
di indonesia ?
1.2.3. Siapakah tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan hukum
islam di indonesia ?
1.2.4. Apa saja lembaga yang mengkaji hukum islam di indonesia ?
1.2. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1.2.1. Menjelaskan perkembangan hokum islam di Indonesia.
1.2.2. Menjelaskan teori-teori keberadaan dan pemberlakuan hukum
islam di Indonesia.
1.2.3. Menjelaskan tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan hukum
islam di Indonesia.
1.2.4. Menjelaskan lembaga yang mengkaji hukum islam di Indonesia.
2
BAB II
ISI
2.1. Sejarah Singkat Masuknya Hukum Islam Di Indonesia dan
Perkembangannya
Dalam catatan sejarah, Islam masuk ke indonesia pada abad VII
Masehi yang dibawa oleh para pedagang Arab. Beberapa ahli menyebutkan
bahwa hukum islam yang berkembang di Indonesia bercorak Syafi’iyah. Hal
ini tersebut dilihat dari bukti-bukti sejarah diantaranya, Sultan Malikul Zahir
dari samudra pasai, beliau merupakan ahli agama dan hukum islam yang
terkenal pada pertengahan XIV M. Melalui kerajaan inilah hukum islam
madzhab Syafi’i tersebar ke kerajaan-kerajaan islam lainnya di Nusantara,
seperti kerajaan malaka yang sedang datang ke samudra pasai untuk mencari
penyelesaian atas persoalan-persoalan hukum yang muncul di malaka.
Berikutnya tokoh islam pada abad XVII M adalah Nurruddin ar-Raniri
(w.1068H) yang memiliki karya berupa kitab-kitab fiqh seperti kitab Sirath
al-Mustaqim, Jawahir al-‘ulum fi kasf al-Ma’lum, serta Khaifiyah ash-Shalah.
Tokoh yang sama dengan ar-Raniri adalah Abd ar-Rauf as-Sinkili (1042-1105
H), beliau termasuk mujtahid Nusantara yang memiliki karya fiqh yang cukup
baik yakni Mir’ah at-Tullab fi Tasyyi’ Ma’rifah al-Ahkam as-Syar’iyyah li al-
Malik al-Wahhab, karya yang di tulis atas permintaan Sultan Aceh ini
diselesaikan pada tahun 1633 M.
Pada abad XVIII M terdapat ulama Fiqh Syekh Arsyad al-Banjari
(1710-1812) yang menulis kitab fiqh berjudul Sabil al-Muhtadin li Tafaqquh
fi Amr ad-Din (merupakan syarah kita ar-Ranini Syirath al-Mustaqim yang
juga bercorak Syafi’iyyah yang dijadikan rujukan dan pedoman penyelesaian
sengketa kesultanan Banjar. Berbeda dengan kitab-kitab fiqh sebelumnya yang
berangkat dari realitas dan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
masyarakat, Al-Banjari telah memperkenalkan corak baru penulisan fiqh yang
3
dikenal dengan istilah fiqh iftiradli (fiqh andaian). Selain al-Banjari, pada abad
ini juga dikenal tokoh yang bernama Syekh Abd al-Malik bin Abdullah
Trengganu yang hidup di Aceh pada masa Zainal Abidi(1725-1733 M). Karya
beliau dalam bidang fiqh adalah Risallah an-Naql dan Kafiyyah an-Niyah.
Selanjutnya pada abad XIX M Tokoh terkenal yang karyanya masih
banyak dipelajari sampai saat ini adalah Syekh Muhammad bin Umar Nawawi
al-Bantani lahir diserang (1813-1879 M) yang terkenal dengan sebutan an-
Nawawi. Karya fiqhnya yang terkenal ialah ‘Uqud al-Lujain. Tokoh lain abad
ini adalah: Abdul Hamid Hakim seorang ulama Minangkabau yang kitab-
kitabnya bukan hanya dipelajari di Indonesia, tetap juga di Malasyia dan
Thailand Selatan. Kaya fiqhnya yang terkenal adalah al-Mu’in al mubin,
sedang kitab ushul al-fiqhnya adalah mabadi al-Awaliyyah, as-Sullam, dan al-
Bayan.
Dari paparan di atas, nampak bahwa hampir dalam setiap masa, kajian-
kajian hukum islam senantiasa diwarnai oleh ulama-ulama yang bermadzhab
Syafi’i. Bukti yang lain adanya fakta yang menunjukkan bahwa kebanyakan
kitab-kitab dikaji dan dipelajari dalam Madrasah-madrasah dan Pesantren-
pesantren di Indonesia sampai saat ini adalah kita-kitab yang beradzhab
Syafi’i, maka corak Syafi’iyyah itulah yang kemudian tampak pada praktik
keagamaan umat Islam Indonesia.
Dapat dikatakan bahwa pada masa dulu hukum islam telah di
praktekkan oleh masyarakat dan menjadi sistem hukum mandiri yang
digunakan di kerajaan-kerajaan Islam Nusantara, oleh karenanya tidaklah
berlebihan jika dikatakan bahwa pada masa dulu hukum islam telah menjadi
hukum positif di Indonesia.
Untuk lebih jelas melihat bagaimana keberadaan hukum Islam di
Indonesia, berikut ini akan diuraikan tentng teori-teori yang terkait dengn
keberadaan dan pemberlakuan hukum islam di indonesia.
4
2.2. Teori-Teori Keberadaan Dan Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
2.2.1. Teori Receptio in Complexu
Teori yang digagas oleh Salomon Keyzer (1823 – 1868) yang
kemudian dikuatkan oleh Christian Van den Berg (1845 – 1927) itu
hukum mengikuti agama yang dianut seseorang. Teori tersebut bisa
dilihat dari bukti – bukti yang sebagian akan di sebutkan berikut ini :
a. Statuna Batavia 1642 yang menyebutkan bahwa : “sengketa
warisan antara orang pribumi yang beragama islam harus
diselesaikan dengan mempergunakan hukum islam”.
b. Pada tahun 1760, VOC mengeluarkan peraturan senada yang
disebut dengan Resolutie der Indiscbe Regeering.
c. Dikeluarkannya Stbl. No. 22 pasal 13 pada tahun 1820 yang
mnentukan bahwa bupati wajib mmperhatikan soal – soal agama
islam dan untuk menjaga supaya para pramuka agama dapat
melakukan tugas mereka sesuai dengan adat kebiasaan orang jawa
seperti dalam soal perkawinan, pembagian pusakan dan yang
sejenis.
d. Melalui Stbl. 1882 No. 152 dibentuklah pengadilan Agama
dengan nama Priesterraad, yang wewenangnya adalah
menyelaskan perkara antara umat Islam menurut hukum Islam.
Bukti – bukti diatas jelas menunjukkan pemberlakuan hukum
Islam bagi umat Islam, meski harus diingat bahwa hukum Islam
yang berlaku hanya dalam masalah hukum keluarga.
2.2.2. Teori Receptie
Teori yang dikembangkan oleh Christian Snouck Hurgronje
(1857 – 1936) dan juga oleh Cornelis Van Vollenhoven (1874 – 1933)
ini berarti bahwa : Hukum yang berlaku pada umat islam adalah
hukum adat mereka . hukum Islam baru berlaku apabila telah diterima
oleh hukum adat. Bukti adanya hukum tersebut antara lain. Pasal 134
5
ayat (2) yang menyatakan bahwa : Dalam hal terjadi perkara antara
sesama orang Islam akan diselesaikan oleh hakim agama Islam
apabila keadaan tersebut telah diterima oleh hukum adat mereka dan
sejauh tidak ditentukan lain oleh ordonasi.
2.2.3. Teori Receptie Exit dan Receptie a Contrario
Teori ini dikembangkan oleh Hazairin. Pokok – pokok pikiran
Hazairin terkait dnegan hal tersebut adalah :
a. Teori receptie telah patah, tidak berlaku dan exit dari tatanegara
Indonesia sejak tahun 1945 dengan merdekanya negara Indonesia
dan mulai berlakunya UUD 1945.
b. Sesuai denga UUD 1945 pasal 29 ayat 1, maka negara Republik
Indonesia berkewajiban membentuk hukum nasional Indonesia
yang bahannya hukum agama.
c. Hukum agama yang masuk dan menjadi hukum nasional Indonesia
bukan hanya hukum agama islam, melainkan juga hukum agama
lain. Hukum agama dibidang hukum perdata maupun hukum
pidana diserap menjadi hukum nasional Indonesia. Itulah hukum
baru Indonesia dengan berdasarkan Pancasila .
2.3. Tokoh-tokoh
Masa sebelum kemerdekaan, pada pasca kemerdekaan juga banyak tokoh dan ualama yang lahir di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah Tengku Muhammad Hasbi Asy-Syiddieqy dan K.H. Ahmad Azhar Basyir MA.
a. Tengku Muhammad Hasbi Asy-SyiddieqyKarya-karya Hasbi:1. Karya tulis Hasbi yang pertama adalah dalam bentuk booklet yang
berjudul Penoetoep Moeloet, selain itu banyak sekali karya-karya beliau dalam bentuk buku baik dalam bidang tafsir, hadits maupun
6
fiqh antara lain: As-Islam, Pedoman Zakat, Tafsir an-Nur, Mutiara Hadits, Koleksi Hadits Hukum, Kuliah Ibadah, Pengantar Ilmu Fiqh Mu’amalah, Falsafah Hukum Islam, Pedoman Haji dan masih banyak lagi.
2. Dalil-dalil yang digunakan adalah:1) Al-Qur’an 2) As-Sunnah3) Imma’4) Al-Qiyasn dan ar- Ra’yu5) Al-Urf
b. K.H. Ahmad Azhar Basyir MAK.H. Ahmad Azhar Basyir lahir di Yogyakarta pada tanggal 21 November 1928. Beliau lulus dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri Yogyakarta dan Universitas Kairo.Karya-karya Beliau diantaranya adalah: hukum perkawinan islam, hukum waris islam, asas-asas hukum mu’amalat, hukum islam tentang riba, hukum islam tentang wakaf, falsafah ibadah dalam islam, kawin campur, hukum zakat, dan lain sebagainya.
2.4. Lembaga-Lembaga Kajian Hukum Islam di Indonesia
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam,terdapat beberapa organisasi sosial keagamaan yang masing-masing organisasi tersebut memiliki lembaga kajian hukum Islam. Di samping itu Negara sendiri memiliki lembaga kajian hukum Islam yang berfungsi untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat Islam. Adapun lembaga-lambaga kajian hukum Islam tersebut antara lain:
a. Majelis Ulama Indonesia (MUI)Terdiri dari para ulama dan cendekiawan muslim dari
berbagai organisasi dan berbagai daerah. MUI adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama dan cendekiawan muslim Indonesia. Berdiri tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta. Pendiriannya merupakan hasil dari pertemuan
7
atau musyawarah para ulama dan cendekiawan yang datang dari berbagai penjuru tanah air. Dalam khittah pengabdian MUI telah dirumuskan lima fungsi MUI yaitu:1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (warasatul
anbiya)2. Sebagai pemberi fatwa (mufti)3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (khadim al
ummah)4. Sebagai gerakan Islah wa al tajdid5. Sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar.
Sumber fatwa di dalam MUI berasal dari fatwa yang ditetapkan dala sidang komisi fatwa, Musyawarah Nasional MUI, dan fatwa ijtima’ ulama Komisi Fatwa se-Indonesia. Sisi keunggulan MUI dalam istinbath yang bersifat lintas mazhab dan tidak mempunyai keterikatan dengan mazhab fiqh tertentu. Metode yang dipergunakan oleh Komisi Fatwa MUI dalam proses penetapan fatwa meliputi :1. pendekatan Nash Qath’i, dilakukan dengan berpegang
kepada nash Al Quran atau Hadis untuk sesuatu masalah, jika masalah yang ditetapkan terdapat dalam nash Al Quran ataupun Hadis secara jelas. Apabila tidak terdapat dalam Al Quran maupun Hadis maka penjawaban dilakukan dengan pend1ekatan Qauli dan manhaji
2. pendekatan Qauli adalah pendekatan dalam proses penetapan fatwa dengan mendasarkannya pada pendapat para imam mazhab dalam kitab-kitab fiqh terkemuka. Pendapat Qauli dilakukan apabila jawaban
8
dapat dicukupi oleh pendapat dalam kitab-kitab fiqh terkemuka dan hanya terdapat satu pendapat (qaul)
3. pendekatan manhaji dilakukan dengan mempergunakan kaidah-kaidah pokok dan metodologi yang dikembangkan oleh imam mazhab dalam merrumuskan hukum suatu masalah. Pelaksanaannya dilakukan melalui ijtihad secara kolektif dengan menggunakan metode: mempertemukan pendapat yang berbeda, memilih pendapat yang lebih akurat dalilnya, menganalogikan permasalahan yang muncul dengan permasalahan yang telah ditetapkan hukumnya dalam kitab-kitab fiqh dan istinbathi.
b. Majlis Tarjih, Lembaga kajian hukum Islam yang ada dalam
organisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah organisasi sosial keagamaan yang memiliki misi utama pembaharuan (tajdid) terhadap pemahaman agama. Yakni pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada keasliannya/kemurniannya yang sasarannya adalah soal-soal prinsip perjuangan yang sifatnya tetap/tidak berubah-ubah dan pembaharuan dalam arti modernisasi yang sasarannya mengenai masalah seperti: metode, system,teknik, strategi, taktik perjuangan, dan lain sebagainya yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi/ruang dan waktu. Dengan demikian, pembaharuan dalam organisasi ini memiliki arti memurnikan ajaran dan memodernkan. Fungsi dari majlis ini mengeluarkan fatwa atau memastikan hukum tentang masalah-masalah
9
tertentu, tidak hanya pada bidang agama dalam arti sempit, tetapi juga menyangkut masalah sosial kemasyarakatan. Majlis ini berusaha untuk mengembalikan suatu persoalan kepada sumbernya, yakni Al-Qur’an dan Hadits, baik masalah itu sudah ada hukumnya tetapi masih diperselisihkan, atau masalah-masalah baru yang sejak semula belum ada ketentuan hukumnya.
c. Lajnah Bahtsul MasailLembaga kajian hukum Islam yang ada dalam
organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Nahdhatul ulama (NU) sejak awal berdirinya telah menjadikan faham Ahlussunah Wal Jama’ah sebagai basis teknologi (dasar beraqidah). Dalam keseharian ulama NU lebih banyak menggunakan fiqh yang bersumber dari mazhab Syafi’i. Para ulama NU mendasarkan pengambilan hukum kepada aqwal ala mujtahidin (pendapat para mujtahid) baik yang muthlaq ataupun muntashib. Bila ditemukan pendapat yang berdasar teks/nash (Al-Qur’an maupun Hadits), maka pendapat itulah yang dipegangi. Bahtsul Masail NU menunjukkan sebuah forum ijtihad yang dinamis, demokratis dan berwawasan luas. Dikatakan dinamis sebab persoalan (masail) yang dibahas selalu mengikuti perkembangan (trend) hukum di masyarakat. Demokratis karena dalam forum tersebut semua peserta dianggap sama kedudukannya, tidak ada perbadaan antara kyai dan santri baik yang tua maupun yang muda. Pendapat siapa yang apaling kuat itulah yang diambil. Dikatakan
10
berwawasan luas sebab dalam forum bahtsul masail tidak ada dominasi mazhab dan selalu sepakat dalam khilaf.
BAB III
PENUTUP
2.3. KESIMPULAN
a. hampir dalam setiap masa, kajian-kajian hukum islam senantiasa diwarnai
oleh ulama-ulama yang bermadzhab Syafi’i. Bukti yang lain adanya fakta
yang menunjukkan bahwa kebanyakan kitab-kitab dikaji dan dipelajari
dalam Madrasah-madrasah dan Pesantren-pesantren di Indonesia sampai
saat ini adalah kita-kitab yang beradzhab Syafi’i, maka corak Syafi’iyyah
itulah yang kemudian tampak pada praktik keagamaan umat Islam
Indonesia.
b. Teori Receptio in Complex, Teori Receptie, dan Teori Receptie Exit dan
Receptie a Contrario
c. K.H. Ahmad Azhar Basyir MA dan Tengku Muhammad Hasbi Asy-Syiddieqy
d. Lajnah Bahtsul Masail, Majlis Tarjih, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
11
DAFTAR PUSTAKA
Jatnika, Rahmat. 1991. Hukum Islam di Indonesia Perkembangan dan Pembentukannya. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Taufiq, H. 1998. Hukum Islam dalam Tatanan Masyarakat Indonesia. Bandung : Logos.
Yusuf, Muhammad., dkk. 2005. Fiqh dan Ushul Fiqh. Yogyakarta. Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga
12