ushul fiqh ijtihad pdf miftah'll everafter

22
i MAKALAH USHUL FIQH Ijtihad dan Perannya dalam IslamDosen Pengampu : Dr. Ali Trigiyatno, M. Ag Disusun oleh : 1. Miftahuddin (2013002009) 2. Tri Hadi Susanto (2013002005) PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM STIE MUHAMMADIYAH PEKALONGAN 2013/2014

Upload: miftah-iqtishoduna

Post on 27-May-2015

905 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

All about of Ijtihad Ushul fiqh

TRANSCRIPT

Page 1: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

i

MAKALAH USHUL FIQH

“Ijtihad dan Perannya dalam Islam”

Dosen Pengampu : Dr. Ali Trigiyatno, M. Ag

Disusun oleh :

1. Miftahuddin (2013002009)

2. Tri Hadi Susanto (2013002005)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

STIE MUHAMMADIYAH PEKALONGAN

2013/2014

Page 2: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.,

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta

Hidayah-Nya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Ijtihad dan Perannya dalam Islam” yang mana pembahasannya meliputi :

Pengertian Ijtihad, Kedudukan Ijtihad, Syarat Mujtahid, serta Benar dan Salah

dalam Berijtihad.

Makalah ini dapat kami susun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

nilai Mata Kuliah Ushul Fiqh pada salah satu Mata Kuliah Program Studi

Ekonomi Islam di STIE Muhammadiyah Pekalongan. Tak Luput makalah ini

dapat terselesaikan berkat bantuan serta dorongan dari Orangtua, Dosen

Pengampu dan Teman-teman seperjuangan, Dalam Penyusunan Makalah kami

mengambil referensi dari buku-buku Ushul Fiqh seperti Karya Dr. KH. Ahmad

mukri Aji, Prof. Dr. Muhammad Abu Zahrah, Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Prof. Dr.

Rachmat Syafe’i, Prof. Dr. H. Satria Effendi, Drs. H. Moh Rifa’i serta 3% dari

Penelusuran Internet.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini

masih jauh dari kesempurnaan serta masih terdapat kekurangan, Oleh karena itu

semua kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Kami harapkan guna

perbaikan selanjutnya. Akhirnya Penyusun berharap kiranya makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.,

Pekalongan, 5 Mei 2014

Penyusun

Page 3: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I ....................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5

C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 5

BAB II ...................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ....................................................................................................... 6

A. Pengertian Ijtihad.............................................................................................. 6

B. Kedudukan Ijtihad ............................................................................................ 8

C. Syarat Mujtahid .............................................................................................. 11

D. Ijtihad Bisa Benar dan Bisa Salah ................................................................... 13

BAB III................................................................................................................... 19

PENUTUP .............................................................................................................. 19

Kesimpulan ......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 21

Biografi Pemakalah ................................................................................................. 22

Page 4: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fiqih merupakan ilmu yang membahas hukum-hukum syara’ yang bersifat

amali yang digali dari dalil-dalil yang terperinci. Berbeda dengan ilmu Ushul Fiqh

yang membahas tentang dalil-dalil fiqih yang bersifat global serta membahas

cara/metode pengaplikasian dalil-dalil tersebut juga keadaan orang-orang yang

boleh menggunakan dalil-dalil tersebut. Dalam kata lain, fiqih lebih bersifat

khusus sedangkan Ushul Fiqh memiliki karakteristik ‘am yang menaungi segala

urusan fiqhiyah.

Salah satu bab dari Ushul Fiqh tahap lanjut yakni ijtihad. Secara global,

ijtihad bisa diartikan sebagai sebuah tindakan bersungguh-sungguh, berusaha

keras atau mengerjakan sesuatu dengan susah payah.

Selanjutnya, akan dibahas lebih lanjut mengenai Pengertian Ijtihad,

Kedudukan Ijtihad, Syarat Mujtahid serta Benar atau salah dalam berijtihad.

Banyak hikmah yang bisa kita petik dari pembahasan bab ijtihad ini. Niscaya,

dengan kebulatan keimanan kita Insya Allah dengan adanya ijtihad akan semakin

mempertebal iman Islam kita bukan justru membuat kerisauan dalam hati tentang

konsistensi dalil. Semua kembali terhadap pemahaman kaffah/menyeluruh kita

terhadap suatu hal. Apabila kita memahami benar-benar sebuah permasalahan

syar’i secara detail dan terperinci niscaya akan kita temukan mutiara indah yang

bercahaya didalamnya, sebuah timbal balik pengetahuan luar biasa untuk kita

kuasai.

Dari paparan latar belakang di atas, Serta mengingat banyak mahasiswa yang

masih belum memahami sepenuhnya mengenai Ijtihad, Maka dari itu kami akan

membahas mengenai Ijtihad itu sekaligus memenuhi tugas mata kuliah Ushul

Fiqh.

Page 5: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

5

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Ijtihad ?

2. Bagaimana Kedudukan Ijtihad ?

3. Apa Saja Syarat Mujtahid ?

4. Bagaimana Ijtihad Bisa Benar dan Juga Bisa Salah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Makna Ijtihad.

2. Untuk Mengetahui Kedudukan Ijtihad.

3. Untuk Mengetahui Syarat Mujtahid.

4. Untuk Mengetahui Benar dan Salah dalam Berijtihad.

Page 6: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ijtihad

Secara etimologis kata “ijtihad” merupakan bentuk masdar dari lafadz

“ijtihada-yajtahidu-ijtihadan”, yang diambilkan dari akar kata “jahada-yajhadu-

jahdan”, yang berarti: mengarahkan segala kemampuan atau menanggung beban.

Oleh karena itu, “ijtihad” menurut bahasa adalah pengarahan seluruh daya upaya

yang dimiliki secara optimal dan maksimal.1

Ijtihad menurut ulama’ ushul ialah usaha seorang yang ahli fiqih yang

menggunakan seluruh kemampuannya untuk menggali hukum yang bersifat

amaliah (praktis) dari dalil-dalil yang terperinci.

Sementara itu, sebagian ulama’ yang lain memberikan definisi ijtihad

merupakan usaha mengerahkan seluruh tenaga dan segenap kemampuannya baik

dalam menetapkan hukum-hukum syara’ maupun untuk mengamalkan dan

menerapkannya.2

1 Dr. KH. Ahmad mukri Aji, MA, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd, (Bogor: Pustaka Pena Ilahi,

2010). Hal. 21. 2 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2012), hlm 567.

Page 7: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

7

Secara terminologis, para ulama telah memberikan definisi dengan

berbagai versinya antara lain:3

1. Abdul Wahab Khallaf

Artinya: “Ijtihad adalah pencurahan daya kemampuan untuk menghasilkan

hukum (berdasarkan) dalil-dalil “syara’” yang detail.”

2. Muhamad Abu Zahrah

Artinya: “Ijtihad adalah pencurahan daya upaya dari seorang faqih (ahli hukum

islam) dalam rangka mengistimbatkan hukum yang berkait dengan hukum

‘amaliyyah berdasarkan argumentasi yang detail.”

3. Al-Amidi

Artinya: “Ijtihad adalah pengarahan segala daya upaya untuk mencari hukum

yang bersifat dzanni, dimana seseorang tidak mampu lagi untuk berusaha

maksimal dari itu.”

3 Dr. KH. Ahmad mukri Aji, MA, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd, (Bogor: Pustaka Pena Ilahi,

2010). Hal. 21-22.

Page 8: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

8

4. Asy-Syaukani

Artinya: “Ijtihad adalah pencurahan segala daya upaya didalam mencari hukum

syar’i yang bersifat amaliah (praktis) dengan menggunakan beberapa metode

istinbat, (penggalian hukum).”

B. Kedudukan Ijtihad

Imam Syafi’i dalam bukunya Ar-Risalah, ketika menggambarkan

kesempurnaan Alquran menegaskan: ‘maka tidak terjadi suatu peristiwapun pada

seorang pemeluk agama Allah, kecuali dalam kitab Allah terdapat petunjuk

tentang hukumnya. Menurutnya, hukum-hukum yang dikandung oleh alquran

yang bisa menjawab berbagai permasalahan itu harus digali dengan kegiatan

ijtihad. Oleh karena itu, menurutnya Allah mewajibkan kepada hamba_Nya untuk

berijtihad dalam upaya menimba hukum-hukum dari sumbernya itu. Selanjutnya

ia mengatakan bahwa Allah menguji ketaatan seseorang untuk melakukan ijtihad,

sama halnya seperti Allah menguji ketaatan hamba-Nya dalam hal-hal yang

diwajibkan lainya.

Pernyataan Imam Syafii diatas, menggambarkan betapa pentingnya kedudukan

ijtihad disamping alquran dan sunah Rasullah. Dalam surat an-Nisa ayat 59:

Page 9: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

9

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat

tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.

yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Surat Al-Hasyr Ayat 2:

Artinya: “Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli

kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu

tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa

benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka

Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka

sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka

memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan

orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran,

Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.

Page 10: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

10

Perintah mengembalikan sesuatu yang diperbedakan pada al-Qur’an dan

sunnah adalah peringatan agar orang tidak mengikuti hawa nafsunya, dan

mewajibkan untuk kembali kepada Allah dan Rasulnya dengan jalan ijtihad dalam

membahas kandungan ayat atau hadist yang barang kali tidak mudah untuk

dijangkau begitu saja, atau berijtihad dengan menerapkan kaidah-kaidah umum

yang disimpulkan dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah.4

Ijtihad sangat diperlukan sepanjang masa karena manusia terus

berkembang dan permasalahan pun semakin kompleks, sehingga perlu adanya

tatanan hukum yang sesuai dengan perkembangan zaman tetapi tetap mengacu

pada Al-Qur’an dan As-Sunah. Tentang kedudukan hasil ijtihad dalam masalah

fiqih terhadap dua golongan, yaitu:

a. Golongan pertama berpendapat bahwa tiap-tiap mujtahid adalah benar, dengan

alasan karena masalah tersebut Allah swt. tidak menentukan hukum tertentu

sebeluim diijtihadkan. Oleh karena itu, wajib mengikuti hasil ijtihad para

mujtahid. Adapun perselisihan hukum dalam suatu masalah adalah karena

berbedanya jangkauan para mujtahid.

b. Golongan kedua berpendapat bahwa yang benar itu hanya satu, yaitu hasil

ijtihad yang cocok jangkauannya dengan hukum Allah. Sedangkan yang tidak

cocok dengan jangkauan hukum Allah maka dikategorikan salah. Golongan ini

beralasan bahwa Allah telah meletakkan hukum tertentu pada salah satu masalah

sebelum diijtihadkan, hanya saja terkadang mujtahid dapat menjangkaunya dan

terkadang tidak. Demikian pendapat para jumhur ulama, termasuk di dalamnya

Imam Syafi’i. Ia berpendapat dengan dikuatkan oleh sabda Nabi saw:

4 Prof. Dr. H. Satria Effendi, M. Zein, MA, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada media, 2005). Cet 1.

Hal. 247-248

Page 11: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

11

Artinya: “Siapa yang berijtihad dan ternyata benar maka ia mendapatkan

dua pahala, dan barang siapa yang berijtihad tetapi salah maka ia mendapatkan

satu pahala.” (HR. Bukhari Muslim).5

Ijtihad berfungsi baik untuk menguji kebenaran riwayat hadist yang tidak

sampai ke tingkat hadist mutawatir seperti hadist ahad atau sebagai upaya

memahami redaksi ayat atau hadist yang tidak tegas pengertianya sehingga tidak

langsung dapat dipahami kecuali dengan ijtihad, dan berfungsi untuk

mengembangkan prinsip-prinsip hukum yang terdapat dalam al-quran dan sunah

seperti dengam qiyas, istihsan, dan maslahah mursalah.

Hal yang disebut terakhir ini, yaitu pengembangan prinsip-prinsip hukum

dalam Alquran dan Sunnah adalah penting, karena dengan itu ayat-ayat dan hadis-

hadist hukum yang sangat terbatas jumlahnya itu dapat menjawab berbagai

permasalahan yang tidak terbatas jumlahnya.6

C. Syarat Mujtahid

Ulama’ ushul berbeda pendapat dalam mnenetapkan syarat-syarat ijtihad

atau syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid (orang yang

melakukan ijtihad). Secara umum, pendapat mereka tentang persyaratan seorang

mujtahid dapat disimpulkan sebagai berikut:7

a. Menguasai dan mengetahui arti ayat-ayat hukum yang terdapat dalam

Alqur’an, baik menurut bahasa maupun syari’ah. Akan tetapi, tidak

disyaratkan menghafalnya, melainkan cukup mengetahui letak-letaknya

5 Mundzier Suparta dan Djejen Zainuddin, Pendidikan Agama Islam Fiqih, (Jakarta: Karya Toha

Putra, 2008), cet.1, hal.40 6 Prof. Dr. H. Satria Effendi, M. Zein, MA, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada media, 2005). Cet 1.

Hal. 249-250.

7 Prof. Dr. Rachmat Syafe’i, MA, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2010). Cet 4. Hal.

104-106.

Page 12: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

12

saja, sehingga memudahkan baginya apabila ia membutuhkan. Imam

Ghazali, Ibnu Arabi dan Ar Razi membatasi ayat-ayat hukum tersebut

sebanyak lima ratus ayat.

b. Menguasai dan mengetahui hadits-hadits tentang hukum, baik menurut

bahasa maupun syari’ah. Akan tetapi, tidak disyaratakan harus

menghafalnya, melainkan cukup mengetahui letak-letaknya secara pasti

untuk memudahkannya jika ia membutuhkannya. Ibnu Arabi

membatasinya sebanyak 3000 hadits. Menurut Ibnu Hanbal dasar ilmu

yang berkaitan dengan hadits nabi berjumlah sekitar 1200 hadits. Oleh

karena itu, pembatasan tersebut dinilai tidak tepat karena hadits-hadits

hukum itu tersebar dalam berbagai kitab yang berbeda-beda.

Menurut Asy-Syaukani, seorang mujtahid harus mengetahui kitab-

kitab yang menghimpun hadits dan bisa membukanya dengan cepat,

misalnya dengan menggunakan kamus hadits. Selain itu, ia pun harus

mengetahui persambungan sanad dalam hadits. (Asy-Syaukani : 221)

Sedangkan menurut At-Taftaji, sebaiknya mujtahid mengambil

referensi dari kitab-kitab yang sudah masyhur keshahihannya, seperti

Bukhari, Muslim, Baghawi, dan lain-lain. (At-Tafzi, 11 : 117).

c. Mengetahui nasakh dan mansukh dari Alqur’an dan As-Sunnah supaya

tidak salah dalam menetapkan hukum, namun tidak disyaratkan harus

menghafalnya. Di antara kitab-kitab yang bisa dijadikan rujukan dalam

nasakh dan mansukh adalah kitab karangan Ibnu Khuzaimah, Abi Ja’far

An-Nuhas, Ibnu Jauzi, Ibnu Hazm, dan lain-lain.

d. Mengetahui permasalahan yang sudah ditetapkan melalui ijma’ ulama’

sehingga ijtihadnya tidak bertentangan dengan ijma’. Kitab yang bisa

dijadikan rujukan di antaranya Kitab Maratibu al-ijma’ (Ibnu Hazm).

e. Mengetahui qiyas dan berbagai persyaratannya serta menginstinbathnya,

karena qiyas merupakan kaidah dalam berijtihad.

f. Mengetahui bahasa arab dan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan

bahasa serta berbagai problematikanya. Hal ini antara lain karena Alqur’an

dan As-Sunnah ditulis dengan bahasa arab. Namun, tidak disyaratkan

Page 13: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

13

betul-betul menguasainya atau menjadi ahlinya, melainkan sekurang-

kurangnya mengetahui maksud yang dikandung dari Alqur’an dan Al-

Hadits (Al-Amidi : 140).

g. Menegetahui Ilmu Ushul Fiqh yang merupakan fondasi dari ijtihad.

Bahkan menurut Fakhru Ar-Razi, ilmu yang paling penting dalam

berijtihad adalah ilmu Ushul Fiqh.

h. Mengetahui maqashidu Asy-Syari’ah (tujuan Syari’at) secara umum,

karena bagaimanapun juga syari’at itu berkaitan dengan maqashidu asy-

syari’ah atau rahasia disyari’atkannya suatu hukum. Sebaiknya,

mengambil rujukan pada istihsan, maslahah mursalah, ‘urf dan sebagainya

yang menggunakan maqashidu asy-syari’ah sebagai standarnya.

Maksud dari maqashidu asy-syari’ah, antara lain menjaga

kemaslahatan manusia dan menjauhkan dari kemadharatan. Namun

standarnya adalah syara’, bukan kehendak manusia, karena manusia tidak

jarang menganggap yang haq menjadi tidak haq dan sebaliknya.

D. Ijtihad Bisa Benar dan Bisa Salah

Bila seorang mujtahid melakukan ijtihad terhadap suatu masalah dalam

lapangan ijtihad dan sampai pada suatu kesimpulan berupa hukum, maka secara

lahir dapat dikatakan bahwa ia telah menetapkan hukum syara’, namun pada

hakikatnya, mujtahid itu bukan menetapkan dan membuat hukum, karena sesuai

dengan keyakinan dalam islam, bahwa yang berhak menetapkan hukum syara’

hanyalah Allah. Dan tiada hukum kecuali dari Allah.

Bahwa ijtihad itu berlaku dalam hal-hal yang hukumnya tidak terdapat

secara dalam Alqur’an maupun Sunnah, ataupun ada Nashnya akan tetapi dalam

bentuk yang tidak meyakinkan (dzanni). Dengan demikian tidak tertutup

kemungkinan beberapa orang mujtahid yang sama-sama melakukan ijtihad

terhadap suatu masalah yang sama menghasilkan pendapat yang berbeda, maka

Page 14: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

14

muncul pertanyaan: “mana di antara pendapat itu yang benar?”. Pertanyaan ini

muncul karena hasil yang dicapai mujtahid itu adalah hukum Allah, seandainya

semua pendapat yang berbeda itu dinyatakan benar tentu akan beragam hukum

Allah dalam suatu masalah tertentu. Karenanya persoalan ini menjadi

perbincangan yang tidak ada hentinya di kalangan ulama’, terutama tentang mana

di antara pendapat yang berbeda tersebut yang benar, salah satu di antaranya atau

semuanya. Kalau hanaya satu yang benar, maka tentu yang lainnya salah. Jika

salah dalam berijtihad apakah berdosa atau tidak. Seandainya berdosa apakah

hanya sekadar berdosa atau membawa akibat kekafiran.

Dalam menjelaskan persoalan di atas, para ahli ushul memilah-memilah

masalah yang menjadi lapangan ijtihad. Dalam hal ini para ahli membaginya pada

dua lingkup yang besar, yaitu :

a. Masalah ‘aqliyah atau nazharriyah; yaitu masalah yang berkaitan dengan

‘aqidah.

Bidang ‘aqliyah dalam kajian ini dibagi dalam dua masalah:

1. Masalah paling dasar dalam agama yang seandainya salah dalam bidang

ini, dapat menghilangkan keimanan dan menyimpang dari ketentuan

agama. Umpamanya tentang keberadaan Allah SWT dengan segala

sifat-sifat-Nya dan kerasulan Nabi Muhammad SAW

2. Masalah ‘aqliyah yang seandainya salah dalam hal ini, tidak sampai

menghilangkan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Umpamanya masalah kemungkinan manusia melihat Allah atau tidak,

Alqur’an sebagai makhluk atau Bukan, dan sebagainya.

Mayoritas Jumhur Ulama’ sependapat dalam bidang ‘aqliyah tersebut,

bahwa yang betul hanya satu, yaitu yang mencapai kebenaran Allah,

sedangkan yang lainnya adalah salah.

Dalam bidang ‘aqliyah bentuk pertama :

Mereka juga bersepakat bahwa yang salah dalam ijtihadnya, di

samping berdosa juga kafir atau keluar dari islam karena hasil

ijtihadnya itu telah menafikan keimanannya.

Page 15: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

15

Tetapi dalam bidang ‘aqliyah bentuk kedua

Mereka berbeda pendapat dalam menyatakan kafir (keluar dari

islam) terhadap mujtahid yang salah dalam berijtihad:

Sebagian besar ulama’ mengatakan bahwa mujtahid yang salah

dalam hal ini hanya berdosa namun tidak kafir, karena dasar

keimanannya tetap ada. Ia hanya berdosa dari segi bahwa ia

telah menyimpang dari kebenaran; dinilai sesat serta salah dari

segi telah menyalahi sesuatu yang benar dan meyakinkan; dan

dianggap pembuat bid’ah dari segi ia menyalahi sesuatu yang

popular di kalangan ulama’salaf, namun tidak kafir.

Sebagian ulama’ berpendapat bahwa mujtahid yang tersalah

dalam bidang ‘aqliyah bentuk kedua ini adalah kafir karena

telah menyimpang dari aqidahnya. Termasuk yang mengatakan

kafir ini adalah Imam Syafi’i. namun para sahabatnya

meluruskan anggapan orang tentang pendapat Syafi’i ini

dengan ucapan bahwa yang dimaksud dengan kafir di sini

adalah kafir menurut lahirnya; sebagian shabatnya menjelaskan

bahwa kafir di sini maksudnya kafir nikmat.

Pendapat Al-Jahizh dan ‘Ubaidullah Ibn Al-Hasan Al-Anbari

dari ulama’ muktazilah;

“Al-jahizh” berpendapat bahwa yang betul di antara mujtahid

dalam bidang ini hanayalah satu, sedangkan yang lainnya

salah, namun yang salah tersebut dibebaskan dari dosa, selama

ia tidak bersikap melawan dengan hasil ijtihadnya itu terhadap

‘aqidah islam.

“Al-Anbari” berpendapat bahwa hasil ijtihad dari beberapa

mujtahid yang berbeda pendapat dalam bidang ‘aqliyah atau

‘aqidah semuanya betul dan dengan sendirinya tidak ada yang

berdosa dengan hasil ijtihadnya itu.

Page 16: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

16

b. Masalah Syar’iyyah

Mengenai Ijtihad dalam bidang Syari’ah ini Jumhur Ulama’ membaginya

kepada dua bentuk:

1. Bidang syari’ah yang sudah pasti dan dapat diketahui secara dharurui

(tanpa memerlukan pemikiran atau ra’yu) bahwa ia termasuk

ketentuan agama; seperti: wajibnya shalat lima waktu, puasa

ramadhan, zakat dan haji yang sudah memenuhi syarat, haramnya zina

serta minum khamr itu haram, dan lain-lain yang termasuk masalah

pokok-pokok dalam agama.

Hasil ijtihad dalam bidang ini hanya satu yang benar , yaitu hasil

ijtihad dari mujtahid yang sanggup mencapai kebenaran tersebut, dan

yang lainnya adalah salah. Kesalahannya itu tidak dapat dimaafkan,

sehingga mujtahid tersebut dengan sendirinya menjadi berdosa.

Bahkan ada ulama’yang menganggapnya kafir karena si mujtahid itu

dianggap telah menyalahi suatu yang bersifat dharuriyat (masalah

pokok) dalam agama.

2. Bidang syari’ah yang tidak memiliki dalil yang qath’i dan meyakinkan,

seperti: kedudukan wali dalam nikah, hak waris cucu, ijab qabul dalam

jual beli, investasi dalam mudharabah dan sebagainya. Para ulama’

berbeda pendapat hasil ijtihad yang berbeda antar para mujtahid:

a. Kebanyakan ulama’ (menurut riwayat Al-Mawardi dan Al-Royani)

seperti Abu Hasan Al Asy’ari dan Al-Mu’tazilah

(menurut Al-Mawardi) berpendapat bahwa setiap mujtahid yang

mengemukakan hasil ijtihadnya terdapat kebenaran. Karena itu,

setiap mujtahid itu adalah benar, dalam hal ini berlaku ketentuan

bahwa hukum Allah ada pada lisan setiap mujtahid.

b. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam syafi’i dan kebanyakan

ulama’ berpendapat bahwa yang benar hanya terdapat pada satu di

antara beberapa pendapat mujtahid yang berbeda itu. Namun

mengenai satu pendapat mana yang benar, tidak bisa ditentukan

oleh pandangan manusia, hanya Allah yang mengetahuinya.

Page 17: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

17

Jumhur ulama’ (yang mengatakan bahwa yang benar hanya satu dan yang

lain salah namun tidak berdosa) mengemukakan argumen dengan dalil dari

Alqur’an, Sunnah dan Ijma;

a. Dalil Alqur’an yang di antaranya adalah surat Al-Anbiya’ Ayat 78-79:

78. dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan

keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing

kepunyaan kaumnya. dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan

oleh mereka itu,

79. Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum

(yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan

Hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung,

semua bertasbih bersama Daud. dan kamilah yang melakukannya.

Jalan pikiran argumentasi dari ayat di atas bahwa Allah telah memberikan

secara khusus kepada Sulaiman pemahaman yang haq tentang kejadian yang

dihadapi itu. Berarti dalam hal ini Dawud tidak memiliki pemahaman. Ini

mengandung arti bahwa di antara keduanya ada yang betul dan ada yang salah.

Page 18: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

18

b. Dalil dari Sunnah adalah sabda Nabi Muhammad SAW:

Artinya: “Siapa yang berijtihad dan ternyata benar maka ia mendapatkan dua

pahala, dan barang siapa yang berijtihad tetapi salah maka ia mendapatkan satu

pahala.” (HR. Bukhari Muslim)

Dari sabda Nabi Muhammad di atas jelaslah bahwa ijtihad itu ada yang

salah di samping itu ada pula yang benar. Hal ini berarti bahwa dari sekian banyak

pendapat mujtahid yang berbeda tidak mungkin benar semua.

c. Argumen dalam bentuk ijma’ adalah bahwa para sahabat berijma’ dalam

menggunakan kata “salah” dalam berijtihad. Di antaranya apa yang

diriwayatkan dari Abu Bakar yang mengatakan:

“Saya berkata tentang hukum kalalah itu berdasarkan pendapat saya. Bila

betul, maka itu adalah dari Allah. Bila salah, itu adalah dari saya sendiri

dan dari syaithan. Sedangkan Allah dan Rasul-Nya terlepas dan bersih

dari kesalahan itu.”

Dari ucapan Abu Bakar itu jelaslah bahwa para sahabat dalam

berijtihadnya ada yang mencapai kebenaran dan ada pula yang yang salah. Tidak

pernah terjadi seorang sahabat mengingkari pendapat sahabat lain karena

kesalahannya. Ini berarti bahwa mereka telah ijma’ bahwa yang benar dari

beberapa pendapat yang berbeda itu hanya satu.8

8 Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011). Cet 6. Hal. 310-318.

Page 19: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

19

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Secara etimologis kata “ijtihad” merupakan bentuk masdar dari lafadz

“ijtihada-yajtahidu-ijtihadan”, yang diambilkan dari akar kata “jahada-yajhadu-

jahdan”, yang berarti: mengarahkan segala kemampuan atau menanggung beban.

Oleh karena itu, “ijtihad” menurut bahasa adalah pengarahan seluruh daya upaya

yang dimiliki secara optimal dan maksimal.

Ijtihad menurut ulama’ ushul ialah usaha seorang yang ahli fiqih yang

menggunakan seluruh kemampuannya untuk menggali hukum yang bersifat

amaliah (praktis) dari dalil-dalil yang terperinci.

Ijtihad sangat diperlukan sepanjang masa karena manusia terus

berkembang dan permasalahan pun semakin kompleks, sehingga perlu adanya

tatanan hukum yang sesuai dengan perkembangan zaman tetapi tetap mengacu

pada Al-Qur’an dan As-Sunah.

Ijtihad berfungsi baik untuk menguji kebenaran riwayat hadist yang tidak

sampai ke tingkat hadist mutawatir seperti hadist ahad atau sebagai upaya

memahami redaksi ayat atau hadist yang tidak tegas pengertianya sehingga tidak

langsung dapat dipahami kecuali dengan ijtihad, dan berfungsi untuk

mengembangkan prinsip-prinsip hukum yang terdapat dalam al-quran dan sunah

seperti dengam qiyas, istihsan, dan maslahah mursalah.

Pengembangan prinsip-prinsip hukum dalam Alquran dan Assunah adalah

penting, karena dengan itu ayat-ayat dan hadis-hadist hukum yang sangat terbatas

jumlahnya itu dapat menjawab berbagai permasalahan yang tidak terbatas

jumlahnya.

Page 20: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

20

Ijtihad bisa benar dan juga bisa salah. jika berijtihad dan ternyata benar

maka mendapatkan dua pahala, dan jika berijtihad tetapi salah maka

mendapatkan satu pahala.

Page 21: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

21

DAFTAR PUSTAKA

Mukri Aji, Ahmad. 2010. Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd. Bogor: Pustaka Pena

Ilahi.

Effendi, Satria dan M. Zein. 2005. Ushul Fiqh. Jakarta: Prenada Media.

Saputra, Mundzier dan Djejen Zainuddin. 2008. Pendidikan Agama Islam Fiqih.

Jakarta : Karya Toha Putra.

Abu Zahrah, Muhammad. 2012. Ushul Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Syarifuddin, Amir. 2011. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana.

Syafe’i, Rachmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia.

Rifa’i, Moh. 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: PT Karya Toha Putra

Semarang.

Wikipedia. “Ijtihad”. 4 Mei 2014. http://en.wikipedia.org/wiki/Ijtihad.

Page 22: Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter

22

Biografi Pemakalah

Nama : Miftahuddin

Tempat dan Tanggal Lahir : Pekalongan, 5 April 1994.

Alamat : Wonoyoso Gg. 3 Buaran Pekalongan.

Motto : Belajarlah!, karena sesungguhnya Ilmu akan menjadi

penghias bagi Ahlinya.

Nama : Tri Hadi Susanto

Tempat dan Tanggal Lahir : Pekalongan, 10 April 1988.

Alamat : Landung Sari Gg. 2 Pekalongan.

Motto : Tiada keyakinanlah yang membuat orang takut

menghadapi tantangan dan Saya percaya pada Saya

sendiri.