makalah ushul fiqh

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Dalil Dalam bahasa arab, dalil bararti “penunjuk bagi segala sesuatu yang bersifat konkrit maupun abstrak, yang baik maupun yang buruk”. Menurut istilah Ahli Ushul, pengertian dalil adalah “sesuatu yang dipakai sebagai hujjah berdasarkan perundang-undangan yang benar atas hukum syara’ tentang tindakan manusia, baik secara qath’i maupun zhanni”. Yang dimaksud dengan dalil-dallil hukum, pokok-pokok hukum dan sumber-sumber hukum Islam ialah lafazh-lafazh yang sinonim (sama artinya) antara yang satu dan lainnya. 1.2. Mengenal Dalil-dalil Syar’iyyah Berdasarkan penyelidikan yang handal, hukum-hukum amaliyah yang diambil dari dalil-dalil syar’iyyah berdasarkan kepada empat dasar pokok, yaitu al-Qur’an, as- Sunnah, al-Ijma’ dan al-Qiyas. Oleh sebagian besar ulama keempat landasan tersebut disepakati sebagai dalil, disamping kesepakatan mengenai cara penggunaan dalil tersebut, secara kronologis dengan susunan : (1) al-Qur’an, (2) as- Sunnah, (3) al-Ijma’ dan (4) al- Qiyas. 1

Upload: muhammad-akhi-yusuf

Post on 13-Jun-2015

3.320 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hopefully this is useful for us

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ushul Fiqh

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Dalil

Dalam bahasa arab, dalil bararti “penunjuk bagi segala sesuatu yang

bersifat konkrit maupun abstrak, yang baik maupun yang buruk”. Menurut istilah

Ahli Ushul, pengertian dalil adalah “sesuatu yang dipakai sebagai hujjah

berdasarkan perundang-undangan yang benar atas hukum syara’ tentang tindakan

manusia, baik secara qath’i maupun zhanni”. Yang dimaksud dengan dalil-dallil

hukum, pokok-pokok hukum dan sumber-sumber hukum Islam ialah lafazh-lafazh

yang sinonim (sama artinya) antara yang satu dan lainnya.

1.2. Mengenal Dalil-dalil Syar’iyyah

Berdasarkan penyelidikan yang handal, hukum-hukum amaliyah yang

diambil dari dalil-dalil syar’iyyah berdasarkan kepada empat dasar pokok, yaitu

al-Qur’an, as- Sunnah, al-Ijma’ dan al-Qiyas. Oleh sebagian besar ulama keempat

landasan tersebut disepakati sebagai dalil, disamping kesepakatan mengenai cara

penggunaan dalil tersebut, secara kronologis dengan susunan : (1) al-Qur’an, (2)

as- Sunnah, (3) al-Ijma’ dan (4) al-Qiyas.

Dengan kata lain, jika terdapat permasalahan, maka upaya yang dilakukan

pertama adalah mencari dalil atau hukum di dalam al-Qur’an. Jika di dalam al-

Qur’an terdapat hukum maka hukum tersebut harus dilaksanakan. Jika di dalam

al-Qur’an tidak terdapat hukumnya, maka harus melihat kepada as-Sunnah. Jika

di dalam as-Sunnah terdapat ketetuan hukumnya, maka hukum itu harus

dilaksanakan. Jika di dalam as-Sunnah tidak terdapat ketentuan hukumnya, maka

harus melihat ijma’, jika di dalam ijma’ terdapat hukumnya itu juga harus

dilaksanakan. Atau jika tidak melaksanakan ijma’ tersebut, harus melakukan

ijtihad sendiri dalam rangka menemukan hukum atas suatu permasalahan dengan

jalan qiyas kepada hukum yang terdapat nashnya. Alasan mengenai penggunaan

empat dalil tersebut, adalah firman Allah :

1

Page 2: Makalah Ushul Fiqh

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.

yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (Q.S. an-

Nisaa’ : 59)

Sumber hukum Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Dua

sumber tersebut disebut juga dalil-dalil pokok hukum Islam karena keduanya

merupakan petunjuk (dalil) utama kepada hukum Allah. Ada juga dalil-dalil lain

selain al-Qur’an dan Sunnah seperti qiyas, istihsan dan istishlah,, tetapi tiga dalil

disebut terakhir ini hanya sebagai dalil pendukung yang hanya merupakan alat

bantu untuk sampai kepada hukum-hukum yang dikandung oleh al-Qur’an dan

Sunnah Rasulullah. Karena hanya sebagai alat bantu untuk memahami al-Qur’an

dan Sunnah, sebagian ulama menyebutnya sebagai metode istinbat. Imam al-

Ghozali misalnya, menyebut qiyas sebagai metode istinbat. Dalam tulisan ini,

isthilah sumber sekaligus dalil kita gunakan untuk al-Qur’an dan Sunnah,

sedangkan untuk selain al-Qur’an dan Sunnah seperti ijma’, qiyas, istihsan,

maslahah mursalah, istishab, ‘urf dan sadd az-zari’ah “dalil-dalil pendukung” di

atas pada sisi lain disebut juga sebagai metode istinbat, maka ketika menjelaskan

pembahasan mengenai metode istinbat melalui maqasid syari’ah, akan dijelaskan

sepintas kaitan dalil-dalil tersebut dengan metode istinbat.

BAB II

PERMASALAHAN

2

Page 3: Makalah Ushul Fiqh

2.1. Obyek Kajian Ushul fiqh

Banyak obyek yang dikaji dalam ilmu ushul fiqh, namun kali ini kita akan

membahas tentang sumber dan dalil-dalil hukum tentang al-Qur’an dan as-

Sunnah, secara terperinci dapat disimpulkan mengenai hal tersebut, yakni :

1. Pembahasan tentang pengertian dalil-dalil syara’

2. Pembahasan tentang dari mana asal-usul sumber dalil tersebut.

3. Meresume mengenai penjelasan dalil-dalil hukum al-Qur’an dan as-Sunnah

.

2.2 Kegunaan Obyek Kajian

Dalam mengkaji obyek ini, maka terdapat beberapa kegunaan yang dapat

dikemukakan, diantaranya sebagai beriklut :

1. Dengan mempelajari ini, maka kita dapat mengetahui tentang sumber dan

dalil-dalil tentang al-Qur’an dan as-Sunnah.

2. Setelah mengetahui sumber dan dalil-dalil tersebut, kita juga dapat

menggunakannya sebagai dasar-dasar ilmu untuk suatu ketentuan atau

permasalahan.

2.3. Perumusan Pokok Permasalahan

Dari keterangan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwasanya

terdapat beberapa permasalahan diantaranya sebagai beruikut :

1. Apa pengertian tentang dalil?

2. Mengapa al-Qur’an dan as-Sunnah dijadikan dalil yang pertama dan utama?

3. Apa yang menjadikan hujjah bahwasanya al-Qur’an dan Sunnah dianggap

menjadi dalil yang pokok?

4. Apa saja masalah yang dibahas dalam al-Qur’an?

BAB III

METODE PENULISAN

3

Page 4: Makalah Ushul Fiqh

3.1. Metode Pemahaman

Dalam pemahaman penulisan ini, penulis merangkum beberapa kaidah-

kaidah yang terdapat dalam beberapa karangan Ushul Fiqh dari para ulama’,

dimasudkan agar mudah dibaca dan dipelajari oleh kita semua, sehingga kita

dapat memahami dan mengaplikasikan dalil-dalil hukum yang terdapat dalam al-

Qur’an dan as-Sunnah.

3.2. Hasil Observasi

Seluruh hukum syar’iyyah yang berkaitan dengan berbagai tindakan

manusia, ucapan atau perbuatan, diambil dari nash-nash yang telah ada. Di

samping itu istinbat dalil-dalil syari’ah Islam yang tidak terdapat nashnya disusun

dalam sebuah ilmu fiqh. Dengan demikian, pengetahuan tentang hukum-hukum

Islam mengenai perbuatan manusia yang diambil berdasarkan dalil-dalil secara

detail.

berdasarkan hasil observasi, penulis memaparkan bahwa ulama telah

menetapkan tentang dalil-dalil itu sebagai dasar acuan hukum syari’ah tentang

perbuatan manusia dikembalikan kepada empat sumber, al-Qur’an, as-Sunnah, al-

Ijma’ dan al-Qiyas. Kemudian yang dijadikan sebagai dalil pokok atau sumber

hukum syari’ah, pertama adalah al-Qur’an, kemudian as-Sunnah, sekaligus

sebagai penjelas serta pelengkap bagi keglobalan al-Qur’an.

Untuk pembahasan tentang dalil-dalil ini digunakan sebagai hujjah bagi

kita umat manusia dan juga sebagai sumber hukum syari’at Islam yang setiap

ketetapannya harus diikuti dan dilaksanakan.

BAB IV

PEMBAHASAN

4

Page 5: Makalah Ushul Fiqh

4.1. Dalil Pertama : al-Qur’an

a. Pengertian al-Qur’an

Al-Qur’an dalam kajian Ushul Fiqh merupakam objek pertama dan

utama pada kegiatan penelitian dalam memecahkan suatu hukum. al-

Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan” dan menurut istilah Ushul Fiqh

al-Qur’an berarti “kalam” (perkataan) Allah yang diturunkan-Nya dengan

perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. dengan bahasa

Arab serta dianggap beribadah membacanya.

b. Keistimewaan al-Qur’an

Al-Qur’an itu dikompilasikan di antara dua ujung yang dimulai

dari surat al-Fatihah, dan ditutup dengan surat an-Naas, yang sampai

kepada kita secara tertib dalam bentuk tulisan maupun lisan dalam

keadaan utuh atau terpelihara dari perubahan dan pergantian, sekaligus

dibenarkan oleh Allah di dalam firman-Nya :

Artinya : “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-

Qur’an, dan Sesungguhnya Kami benar-benar

memeliharanya”. (Q.S. al-Hijr : 9)

Beberapa kekhususan al-Qur’an, ialah dari segi

lafazh dan maknanya yang datang dari Allah swt. dan

sesungguhnya lafazh yang berbahasa Arab itu diturunkan

Allah kepada kalbu Rasulullah saw. sedangkan Rasulullah

hanya membacakan al-Qur’an dan menyampaikan kepada

umat manusia. Kekhususan lainnya adalah :

a. Bahwa al-Qur’an itu diturunkan secara mutawatir.

5

Page 6: Makalah Ushul Fiqh

b. Keindahan uslub atau gaya bahasanya, makna, hukum,

dan pandangan-pandangannya.

c. Keselarasan ayat-ayat al-Qur’an dengan teori-teori

ilmiyah yang diungkapkan dalam ilmu pengetahuan.

d. Pemberitaan peristiwa-peristiwa yang tidak diketahui,

melainkan Allah yang mengetahui hal-hal yang gaib itu.

Serta masih banyak lagi keistimewaan yang terkandung

di dalamnya.

c. Kehujjahan al-Qur’an

Argumentasi bahwa al-Qur’an adalah hujjah bagi umat manusia,

dan hukum-hukumnya merupakan undang-undang yang wajib dipatuhi,

ialah karena al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt. secara qath’i yang

kebenarannya tidak diragukan.

d. Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah

Al-Qur’an diturunkan dalam dua periode, yaitu pertama periode

Mekkah sebelum Rasululullah hijrah ke Madinah dan ayat yang

diturunkan pada periode ini dikenal ayat Makkiyah, dan periode kedua

setelah Rasulullah hijrah ke Madinah yang dikenal dengan ayat-ayat

Madaniyah, ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah pada umumnya yang

menjadi inti pembicaraannya adalah masalah-masalah keyakinan (akidah),

dalam rangka meluruskan keyakinan umat dimasa jahiliyah dan

menanamkan ajaran tauhid. Kenapa masalah akidah yang harus lebih dulu

ditanamkan, karena tanpa itu syariat Islam belum diterima oleh umat.

Misalnya firman Allah :

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun

sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya:

6

Page 7: Makalah Ushul Fiqh

"Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku,

Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Q.S. al-

Anbiya’ : 25)

Disamping itu ayat-ayat Makkiyah juga berbicara

tentang kisah umat-umat masa lampau sebagai pelajaran

bagi umat Nabi Muhammad saw.

Peristiwa hijrah Rasulullah ke Madinah adalah garis

pemisah antara dua periode tersebut di mana pada saat

hijrah ini masalah iman telah tertanam ke dalam hati

segenap pribadi yang ikut hijrah bersama Rasulullah. Dari

kelompok kecil inilah kemudian menjadi komunitas yang

besar menjadi masyarakat Islam. Maka mulailah turun

ayat-ayat Madaniyah yang banyak terkait dengan hukum

dari berbagai aspeknya. Misal tentang perintah untuk

membayar zakat, Allah berfirman :

Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan

ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'”. (Q.S. al-Baqarah

: 43).

Dan banyak lagi masalah-masalah hukum yang turun

yang disebut dengan ayat-ayat Madaniyah, diantaranya

mengenai perintah berpuasa, menunaikan ibadah haji,

larangan memakan harta orang lain, masalah pernikahan,

dan lain sebagainya.

e. Hukum-hukum yang Terkandung dalam al-Qur’an

7

Page 8: Makalah Ushul Fiqh

Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup secara umum mengandung tiga

ajaran pokok :

1. Ajaran-ajaran yang berhubungan dengan akidah (keimanan)

membicarakan tentang hal-hal yang wajib diyakini, seperti masalah

tauhid, masalah kenabian, kitab-kitab-Nya, Malaikat, dan sebagainya.

2. Ajaran-ajaran yang berhubungan dengan akhlak, yaitu hal-hal yang

harus dijadikan perhiasan oleh setiap mukalaf berupa sifat-sifat

keutamaan dan menghindarkan diri dari hal-hal yang membawa

kepada kehinaan.

3. Hukum-hukum amaliyah, yaitu ketentuan-ketentuan yang

berhubungan dengan amal perbuatan mukalaf. Dari hukum-hukum

amaliyah inilah timbul dan berkembangnya ilmu fiqh.

Dengan demikian di dalam istilah syara’ hukum-hukum selain ibadah

disebut hukum mu’amalah. Abdul Wahhab Khallaf memerinci macam

hukum-hukum bidang mu’amalat dan jumlah ayatnya sebagai berikut :

1. Hukum keluarga, mulai dari terbentuknya pernikahan, sampai masalah

talak, rujuk, ‘iddah, warisan dan lain-lain. Ayat-ayat yang mengatur

masalah ini tercatat sekitar 70 ayat.

2. Hukum perdata, yakni yang berhubungan mu’amalh antar individu,

masyarakat dan kelompok, misalnya masalah jual-beli, sewa-

menyewa, penggadaian, utang-piutang, dan lain sebagainya. Ayat-ayat

yang mengatur masalah ini tercatat sekitar 70 ayat.

3. Hukum jinayat (pidana), yaitu hukum-hukum yang menyangkut

dengan tindakan kejahatan dan sanksi pidananya. Terdapat sekitar 30

ayat yang membicarakan hal ini.

4. Hukum al-murafa’at (acara), yakni berhubungan dengan masalah

peradilan, kesaksian dan sumpah. Hukum-hukum seperti ini

dimaksudkan agar keputusan hakim dapat seobjektif mungkin. Ayat-

ayat yang mengatur masalah ini tercatat sekitar 13 ayat.

8

Page 9: Makalah Ushul Fiqh

5. Hukum ketatanegaraan, yaitu kretentuan-ketentuan yang berhubungan

dengan pemerintahan. Hukum-hukum seperti ini dimaksudkan untuk

mengatur hubungan pemerintah dengan rakyatnya. Ayat-ayat yang

mengatur masalah ini tercatat sekitar 10 ayat.

6. Hukum antar bangsa (internasional), yaitu hukum-hukum yang

mengatur hubungan antara Negara Islam dengan non-Islam, dan juga

tata cara pergaulan di dalamnya. Ayat-ayat yang mengatur masalah ini

tercatat sekitar 25 ayat.

7. Hukum ekonomi dan keuangan, yaitu hukum yang mengatur

kewajiban-kewajiban dan hak-hak antara si kaya dan si miskin, juga

mengatur sumber-sumber pendapatannya dan pembelanjaannya. Ayat-

ayat yang mengatur masalah ini tercatat sekitar 10 ayat.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketentuan-ketentuan

hukum dalam al-Qur’an sebagian besarnya disampaikan dalam bentuk

prinsip-prinsip dasar, umum, dan bersifat global, kecuali dalam beberapa

hal, seperti dalam masalah kaffarat dan hukum keluarga serta beberapa hal

yang lainnya.

4.2. Dalil Kedua : as-Sunnah

a. Pengertian as-Sunnah

Kata sunnah secara bahasa berarti “perilaku seseorang tertentu,

baik perilaku yang baik atau perilaku yang buruk”. Menurut istilah Ushul

Fiqh, Sunnah Rasulullah, seperti dikemukakan oleh Muhammad ‘Ajjaj al-

Khatib (guru besar hadits Universitas Damaskus), berarti segala perilaku

Rasulullah yang berhubungan dengan hukum, baik berupa ucapan (Sunnah

qauliyyah), perbuatan (Sunnah Fi’liyyah), atau pengakuan (sunnah

Taqririyah)”.

b. Kehujjahan as-Sunnah

9

Page 10: Makalah Ushul Fiqh

Umat Islam sepakat bahwa apa saja yang datang dari Rasulullah

saw. baik ucapan, perbuatan dan taqrir membentuk suatu hukum, dengan

kata lain hukum-hukum yang ada pada as-sunnah adalah hukum yang ada

dalam al-Qur’an sebagai peraturan perundangan yang harus ditaati.

Kehujjahan as-Sunnah ini dapat dibuktikan sebagai berikut :

a. Adanya nash-nash al-Qur’an, yang dalam hal ini Allah

memerintahkan melalui ayat-ayat-Nya untuk taat kepada

Rasulullah saw. yang taat kepada Rasullullah ini berarti mentaati

kepada Allah swt. Alllah swt. berfirman :

………

Artinya : “Barang siapa yang mentaati Rasul itu,

sesungguhnya ia telah mentaati Allah”. (Q.S. an-

Nisaa’ : 80)

b. Ijma’ para sahabat ketika Rasul masih hidup dan sepeninggal

beliau tentang keharusan taat kepada Rasulullah saw. atau sunnah

Rasul.

c. Di dalam al-Qur’an, Allah swt. telah mewajibkan kepada umat

manusia untuk melakukan sesuatu dengan lafazh yang ‘am, dan

yang menjelaskan keumuman tersebut adalah Rasuluyllah saw.

dengan sunnah qauliyah maupun amaliyah. Seperti ibadah shalat,

firman Allah :

..… …..

Artinya : “......Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.....”.

(Q.S. an-Nisaa’ : 77)

c. Pembagian Sunnah atau Hadits

Sunnah atau hadits dari segi sanadnya atau periwayatnya dalam

kajian Ushul Fiqh dibagi kepada dua macam, yaitu hadits mutawatir dan

hadits ahad.

10

Page 11: Makalah Ushul Fiqh

Hadits Mutawatir ialah hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah

oleh sekelompok perawi yang menurut kebiasaan individu-individunya

jauh dari kemungkinan berbuat bohong, karena banyak jumlah mereka dan

diketahui sifat masing-masing mereka yang jujur serta berjauhan tempat

antara yang satu dengan yang lain.

Hadits Ahad ialah hadits yang diriwayatkan oleh seseorang atau

lebih tetapi tidak sampai kebatas hadits mutawatir. Hadits Ahad terbagi

kepada tida macam, pertama hadits masyhur, yaitu hadits yang pada masa

sahabat diriwayatkan oleh tiga orang perawi, tetapi kemudian pada masa

tabi’in dan seterusnya hadits itu menjadi hadits mutawatir dilihat dari segi

jumah perawinya. Kedua, hadits ‘aziz, yaitu hadits yang pada satu periode

diriwayatkan oleh dua orang meskipun pada periode-periode yang lain

diriwayatkan oleh banyak orang. Contoh :

ومسلمة مسلم كل على فريضة العلم اه( طلب رو

البيهقى )

Artinya : “Menuntut ilmu itu adalah merupakan kewajiban bagi tiap-tiap

orang Islam baik laki-laki atau perempuan”. (HR. al-Baihaqi)

Ketiga, hadits gharib yaitu hadits yang diriwayatkan orang perorangan

pada setiap periode sampai hadits itu dibukukan.

d. Fungsi Sunnah Terhadap Ayat-ayat Hukum

Secara umum fungsi sunnah adalah sebagai bayan (penjelasan)

atau tabyin (menjelaskan ayat-ayat hukum dalam al-Qur’an) seperti

ditunjukkan oleh 44 Surat an-Nahl :

Artinya : “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-

kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu

11

Page 12: Makalah Ushul Fiqh

menerangkan pada umat manusia apa yang telah

diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka

memikirkan”. (Q.S. an-Nahl : 44)

Ada beberapa fungsi as-sunnah terhadap al-Qur’an,

diantaranya :

1. Menjelaskan isi al-Qur’an, antara lain dengan merinci

ayat-ayat global. Misalnya hadits fi’liyah (dalam

bentuk perbuatan) Rasulullah yang menjelaskan cara

melakukan shalat yang diwajibkan dalam al-Qur’an,

demikian pula tentang masalah haji. Di samping itu

juga sunnah Rasulullah berfungsi utuk mentakhsis

ayat-ayat umum dalam al-Qur’an yaitu menjelaskan

bahwa yang dimaksud oleh Allah adalah sebagian

dari cakupan lafal umum itu, bukan seluruhnya.

2. Membuat aturan tambahan yang bersifat teknis atas

suatu kewajiban yang disebutkan pokok-pokoknya di

dalam al-Qur’an. Misalnya masalah li’an, bilamana

seseorang menuduh istrinya berzina tetapi tidak

mampu mengajukan empat orang saksi padahal

istrinya itu tidak mengakuinya, maka jalan keluarnya

adalah dengan cara li’an. Li’an adalah sumpah

empat kali dari pihak suami bahwa tuduhannya

benar dan pada kali yang kelima ia berkata : “laknat

(kutukan) Allah atasku jika aku termasuk ke dalam

orang-orang yang berdusta”. Setelah itu istri pula

mengadakan lima kali sumpah membantah tuduhan

tersebut sebagaimana dijelaskan dalam firman

Allah :

12

Page 13: Makalah Ushul Fiqh

Artuinya : “6. Dan orang-orang yang menuduh

isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada

mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri,

maka persaksian orang itu ialah empat kali

bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia

adalah termasuk orang-orang yang benar.

7. dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah

atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang

berdusta.

8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh

sumpahnya empat kali atas nama Allah

Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk

orang-orang yang dusta.

9. dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah

atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang

yang benar”. (Q.S. an-Nur : 6-9)

Sehingga dengan li’an yang dilakukannya,

suami lepas dari hukuman qazaf (depalan puluh kali

dera atas orang yang menuduh lain berzina tanpa

saksi) dan istripiun bebas dari tuduhan berzina itu.

Namun dalam ayat tersebut tidak dijelaskan apakah

hubungan suami istri antara keduanya masih lanjut

13

Page 14: Makalah Ushul Fiqh

atau terputus. Sunnah Rasulullah menjelaskan hal itu

yaitu bahwa diantara keduanya dipisahkan buat

selamanya. (HR. Ahmad dan Abu Daud)

3. Menetapkan hukum yang belum disinggung dalam

al-Qur’an. Contohnya : hadits riwayat al-Nasa’i dari

Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda mengenai

keharaman memakan binatang buruan yang

mempunyai taring dan burung-burung yang

mempunyai cakar sebagaimana disebutkan dalam

hadits :

ناب : ذى كل قال م ص النبى عن هريرة أبى عن

حرام فأكله السباع ئى( ) من النسا اه رو

Artinya : Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. bersabda : “Semua

jenis binatang buruan yang mempunyai taring dan burung yang

mempunyai cakar, maka hukum memakannya adalah haram”.

(HR. an-Nasa’i)

14

Page 15: Makalah Ushul Fiqh

BAB V

KESIMPULAN

Dari penjelasan-penjelasan sebelumnya maka kami penulis dapat meresume dan

menyimpulkan beberapa kesimpulan, diantara kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah :

1. Dalil adalah merupakan sesuatu yang dapat dijadikan bukti dengan sudut pandang

yang benar atas hukum syara’ mengenai perbuatan manusia, baik secara qath’i

maupun zhanni.

2. Sumber hukum Islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah, dua dalil ini juga disebut

dalil-dalil pokok hukum Islam karena keduanya merupakan petunjuk (dalil) utama

kepada hukum Allah.

3. al-Qur’an dan as-Sunnah disebut dalil yang paling pokok juga karena ada

kehujjahannya, yaitu :

a. al-Qur’an, yang menjadi hujjah bagi umat manusia, dan hukum-hukumnya

merupakan undang-undang yang wajib dipatuhi ialah karena al-Qur’an

diturunkan dari Allah secara qath’i dan kebenarannya tidak diragukan lagi,

dan tidak ada satupun makhluk yang mampu menirunya.

b. Dalam as-Sunnahpun demikian terdapat hujjah yang dibuktikan dengan

beberapa alasan :

15

Page 16: Makalah Ushul Fiqh

Adanya nash-nash al-Qur’an yang memerintahkan kepada umat Islam

untuk mentaati Rasulullah saw. karena dengan mentaati Rasulullah,

maka ini berarti mentaati Allah swt.

Ijma’ para sahabat

Sunnah juga berfungsi sebagai penjelas dan perinci tentang ayat-ayat

dalam al-Qur’an yang mujmal (umum)

4. Beberapa masalah yang terdapat di dalam al-Qur’an adalah secara garis besar yang

disampaikan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar, umum, dan bersifat global, kecuali

dalam beberapa hal tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Depertemen Agama RI (al-Jumanatul ‘Ali), Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung :

CV. Penertbit J-Art, 2005

Effendi, Satria, Ushul Fiqh, Jakarta : Kencana, 2008, Cet. II

Effendi, Satria, Pengantar Ushul Fiqh dan Ushul Fiqh Perbandingan, Jakarta : Pustaka

Hidayah, 1993, Cet. I

Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung : Gema Risalah Press, 1996, Cet. II

16

Page 17: Makalah Ushul Fiqh

CURRICULUM VITAE

Nama : M. Akhi Yusuf

Alamat : Jl. Asrama Zeni AD No. 62

Lubang Buaya, Jakarta Timur

Tempat dan Tanggal Lahir : Lampung, 04 Maret 1990

Semester : III (Tiga)

Jurusan : PAI (Pendidikan Agama Islam)

17

Page 18: Makalah Ushul Fiqh

18