basalioma
DESCRIPTION
BEDAH PLASTIKTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma sel basal (KSB) disebut juga Basalioma adalah tumor ganas
kulit yang paling sering ditemukan terutama pada orang kulit putih. Di Australia
jumlah kasus baru KSB 652/tahun /100 ribu penduduk, sedangkan di Amerika
Serikat 480/tahun/100 ribu penduduk.1,2,3
Sinar matahari memiliki efek mendalam pada kulit menyebabkan
penuaan dini kulit, kanker kulit, dan sejumlah perubahan kulit.. Paparan sinar
ultraviolet, UVA atau UVB, dari sinar matahari mencapai 90% menyebabkan
gejala penuaan kulit dini. Banyak perubahan kulit yang umumnya diyakini karena
penuaan, seperti mudah memar, sebenarnya hasil dari kontak yang terlalu lama
terhadap radiasi UV.
Dengan merusak DNA sel kulit, radiasi UV yang berlebihan
menghasilkan mutasi genetik yang dapat menyebabkan kanker kulit. US
Department of Health and Human Services dan Organisasi Kesehatan Dunia telah
mengidentifikasi UV terbukti sebagai karsinogen manusia. Radiasi UV dianggap
sebagai penyebab utama kanker kulit nonmelanoma (NMSC), termasuk
karsinoma sel basal (KSB) dan karsinoma sel skuamosa (SCC).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Karsinoma sel basal adalah neoplasma ganas dari sel epitelial yang
lebih mirip sel germinatif folikel sel rambut dibandingkan dengan sel basal
epidermis. KSB merupakan tumor fibroepitelial yang terdiri atas stroma
independen (jaringan fibrosa) dan epitelial. Sel tumornya berasal dari
primordial pluropotensial di sel basal,dan dapat juga dari selubung akar luar
folikel rambut atau kelenjar sebasea atau adneksa kulit lain.2
Nama lain dari karsinoma sel basal adalah Basalioma, Basal Sel Epitelioma,
ulkus Rodent, ulkus Jacob, tumor Komprecher, Basal Sel Karsinoma.4
2. Epidemiologi
Pertama kali dilaporkan oleh Jacob pada tahun 1827 yang
merupakan invasi dan metastase yang lambat serta jarang menimbulkan
kematian.5 Karsinoma Sel Basal ini lebih sering ditemui pada orang kulit
putih daripada orang kulit berwarna, dan pengaruh sinar matahari sangat
berperan dalam perkembangan Karsinoma Sel Basal. Pria lebih banyak
daripada wanita, dan biasanya usianya diatas 40 tahun.6,7
Menurut penelitian Tjarta di Indonesia pringkat kanker kulit
adalah:8
i. Karsinoma Sel Basal 36,67 %
ii. Karsinoma sel Squamosa 11,4 %
2
iii. Melanoma Maligna 0,59 %
iv. Tumor ganas adneksa kulit dan tumor ganas kulit lainnya 8,5 %
3. Patogenesis3,4
Komprecher (1903) mengatakan bahwa KSB berasal dari sel basal
epidermis, Adamson menyangsikan bahwa KSB berasal dari sel basal dan
mengajukan teori bahwa KSB berasal dari fokus embrionik laten yang
timbul dari keadaan dorman pada usia lanjut.
Lever (1948) mengatakan KSB bukan karsinoma dan tidak berasal
dari sel basal tetapi adalah tumor nevoid dan hamartoma yang berasal dari
sel germinativum epitel primer yaitu sel-sel yang belum matang. Teori lain
dari Pinkus mengatakan bahwa KSB bersal dari sel pluripotensial yang
terbentuk secara kontinu sepanjang hidup, menjadi aktif pada usia tua dan
mempunyai potensi untuk membentuk rambut, kelenjar sebum dan kelenjar
apokrin.
Patogenesis Karsinoma Sel Basal didahului dengan kolagen yang
sering dijumpai pada kulit yang sedikit pigmennya dan mendapat sinar
matahari yang berlebih sehingga nutrisinya terganggu dimana hal ini
merupakan predileksi terjadinya suatu kelainan kulit. Melanin berfungsi
sebagai energi amorf yang dapat menyerap energi dan menghilangkannya
dalm bentuk panas. Jika energi yang masuk terlalu besar, maka dapat
merusak dan mematikan sel atau mengalami mutasi untuk selanjutnya
menjadi sel kanker.
Faktor predisposisi dari karsinoma sel basal :4,6,7
3
a) Faktor internal : umur, ras, jenis kelamin dan genetik.
b) Faktor eksternal :
1) Sinar UV (UVB 290 – 320 um).
2) Trauma pada kulit seperti bekas vaksinasi dan luka bakar.
3) Zat – zat kimia hidrosiklik polikarbon.
4) Radiasi ionisasi.
5) Arsen organik.
4.Gambaran histopatologis
Berdasarkan gambaran histopatologis Lever (1993) membagi KSB dalam 2
golongan:
I. Differensiasi yaitu:
1. Jenis keratotik
Disebut juga tipe pilar karena berdifferensiasi ke arah rambut,
menunjukkan sel-sel para keratotik dengan gambaran inti yang
memanjang dan sitoplasma agak eosinafilik dan dijumpai horn cyst
(kista keratin). Sel parakeratonic dapat membentuk susunan
konsentris atau mengelilingi kista keratin.
2. Jenis differensiasi sebasea
Dulu disebut bentuk kistik, merupakan bentuk solid yang
mengalami nekrobiosis. Tetapi tidak terbukti secara histokimia
bahwa bentuk tersebut adalah differensiasi kelenjar sebasea.
3. Jenis adenoid
4
Adanya gambaran struktur mirp kelenjar yang dibatasi jaringan
ikat. Kadang-kadang ditemukan lumen yang dikelilingi sel-sel
bersekresi. Sel tersusun berhadapan, melingkari pulau-pulau
jaringan ikat sehingga tumor berbentuk seperti renda. Dalam lumen
dapat ditemukan semacam substansi koloid atau materi granuler
yang amorph. Akan tetapi belum ada bukti aktivitas sel yang
bersifat sekretoris pada tepi lumen.
II. Tidak berdifferensiasi:
1. Jenis solid
Merupakan gambaran histopatologik yang banyak ditemukan.
Berupa pulau-pulau sel dengan bentuk dan ukuran bermacam-
macam, terdiri dari sel-sel basaloid, denga inti basofilik yang bulat
atau lonjong, sitoplasma sedikit, sel-sel pada tepi massa tumor
tersusun palisade.
Bentuk solid dibagi menjadi 2 sub kelompok:
1. Sirkumskrip
- Tampak parenkim tumor dengan berbagai bentuk dan ukuran pada
dermis lebih dari 90% parenkim tumor berhubungan dengan
epidermis.
- Batas tepi tumor terdiri dari sel yang tersusun palisade (seperti
pagar), sedangan sel didalam tumor tidak beraturan.
- Kadang-kadang terjadi disintegrasi sel pada pusat tumor sehingga
terbentuk kista.
5
2. Infiltrative
- Disebut karsinoma sel basal yang agresif.
- Terdiri dari sel basaloid yang tersusun memanjang dengan
ketebalan hanya beberapa lapis dengan atau tanpa susunan palisade
pada tepinya. Tumor ini dapat mengadakan invasi dalam batas
tumor tidak jelas, sel dan inti sel bentuk dan ukurannya bervariasi.
5. Manifestasi Klinis
Predileksinya terutama pada wajah ( pipi, dahi, hidung, lipat naso
labial, daerah periorbital ), leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada
lengan, tangan, badan, tungkai kaki dan kulit kepala.
Gambaran klinis KSB bervariasi, Lever membagi KSB menjadi 5
bentuk :
a) Nodulo-ulseratif termasuk ulkus rodens
b) Berpigmen
c) Morfea, fibrosing atau sklerosing
d) Superficial
e) Fibroepitelioma
Tipe Nodulo Ulseratif
Merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Lesi biasanya tampak
sebagai lesi tunggal. Paling sering mengenai wajah terutama pipi, lipat
nasolabial, dahi dan tepi kelopak mata. Pada awalnya tampak papul atau
nodul kecil, transparan seperti mutiara, diameter kurang dari 2 cm,
dengan tepi meninggi. Pada permukaanya tampak mengkilat, sering
6
dijumpai adanya teleangiektasia, dan kadang- kadang dengan skuama
yang halus atau krusta tipis. Berwarna seperti mutiara, kadang seperti
kulit normal sampai eritem yang pucat. Lesi membesar secara perlahan
dan suatu saat bagian tengah lesi menjadi cekung, meninggalkan tepi
yang meninggi keras. Jika terabaikan, lesi-lesi ini akan mengalami
ulserasi (disebut ulkus rodens), dengan dekstruksi jaringan di sekitarnya.
Tipe Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan tipe nodulo ulseratif. Bedanya pada
tipe ini warnanya coklat atau hitam berbintik-bintik atau homogen yang
secara klinis dapat menyerupai melanoma.
Tipe Morfea/Fibrosing/Sklerosing
Biasanya terjadi pad kepala dan leher, lesi tampak sebagai plak sklerotik
yang cekung, berwarna putih kekuningan, batas tidak jelas. Pertumbuhan
perifer diikuti perluasan sklerosis di tengahnya.
Tipe superfisial
Lesi biasanya multipel mengenai badan. Secara klinis tampak sebagai
plak transparan, erimatosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval
sampai iregulerdengan tepi berbatas tegas dan sedikit meninggi, seperti
benang atau kawat. Biasanya dihubungkan dengan ingesti arsenik kronis.
Tipe fibroepitelial
Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa
papul kecil yang tidak bertangkai, atau bertangkai pendek, dengan
permukaan halus dan warna bervariasi.
7
Nodular type rodent ulcer type
Sclerosing type nodular type in “danger zone”
Pigmented solitary lesion
8
Multiple superficial
basal cell carcinoma
Disamping itu terdapat tiga sindroma klinis dimana epitelioma sel
basal berperan penting, yaitu :
a) Sindrom epitelioma sel basal nevoid
b) Nevus sel basal unilateral linier
c) Sindroma bazex ( merupakan atrofoderma folikuler dengan epitelioma
sel basal multiple).
Sindrom Epitelioma Sel Basal Nevoid
Dikenal pula sebagai sindrom Gorlin-Goltz. Merupakan kelainan
autosomal dominan dengan penetrasi bervariasi, ditandai dengan 5 gejala
mayor yaitu :
1. KSB multiple yang gterjadi pada usia muda
2. Cekungan – cekungan pada telapak tangan dan kaki
3. Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk
4. Kista pada tulang rahang
5. Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya
Disamping gejala mayor ini dijumpai banyak kelainan system organ
multiple yang berhubungan dengan sindroma ini.
Nevus Sel Basal Unilateral Linier
9
Merupakan jenis yang sangat jarang dijumpai. Lesi berupa nodul dan
komedo, dengan tepi atrofi berbentuk striae, distribusi zosteriformis atau
linier, unilateral. Lesi biasanya dijumpai sejak lahir dan lesi ini tidak
meluas dengan meningkatnya usia.
Sindrom Bazex
Sindroma ini pertama kali dgambarkan oleh Bazex, diturunkan secara
dominan dengan cirri khas sebagai berikut :
1. Atrofoderma Folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka
lebar, seperti ice pick marks terutama pada ekstremitas.
2. Epitelioma sel basal kecil, multiple pada wajah, biasanya pertama
kali saat remaja atau dewasa. Namun kadang-kadang dapat pula
dijumpai pada akhir ilik dengan masa anak- anak.
Disamping itu dapat pula dijumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis
generalisata, hipotrikosis congenital pada kulit kepala dan daerah
lainnya.
6 . Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan histopatologis. Dari anamnesis terdapat kelainan kulit
terutama dimuka yag sudah berlangsung lama berupa benjolan kecil,
tahi lalat, luka yang sukar sembuh, lambat menjadi besar dan mudah
berdarah. Tidak ada rasa gatal/sakit. Pada pemeriksaan fisik terlihat
papul/ulkus dapat berwarna seperti kulit atau hiperpigmentasi. Pada
palpasi teraba indurasi. Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah
10
bening regional. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
histopatologi yaitu dengan dilakukan biopsi. Pada setiap kelainan kulit
yang tersangka KSB harus dilakukan biopsi.
7.Terapi
Penatalaksanaan BCC dipandu oleh lokasi anatomi dan gambaran
histologis. Pendekatan-pendekatan yang digunakan mencakup bedah
mikrografi Mohs (MMS), eksisi bedah standar, pemusnahan tumor oleh
berbagai modalitas, dan kemoterapi topikal. Peluang terbaik untuk
mencapai penyembuhan adalah melalui pengobatan BCC utama secara
memadai, karena tumor-tumor rekuren lebih besar kemungkinannya
kambuh dan menyebabkan kerusakan lokal lebih lanjut.
BedahMikrografi Mohs (MMS)
MMS memberikan analisis histologis yang lebih unggul untuk batas-batas
tumor disamping memungkinkan penjagaan jaringan secara maksimal jika
dibandingkan dengan bedah eksisi standar. Rowe, Carrol, dan Day
melaporkan tingkat rekurensi 1 persen untuk BCC primer yang diobati
dengan MMS. Ini lebih baik dibanding tingkat rekurensi untuk metode
lain, termasuk eksisi standar (10 persen), kuretasi dan desikasi (C&D) (7,7
persen), XRT (8,7 persen), dan krioterapi (7,5 persen). BCC rekuren yang
diobati dengan MMS memiliki persentase 5,6 persen, yang lagi-lagi lebih
baik dibanding untuk metode lain, termasuk eksisi (17,6 persen), XRT (9,8
persen), dan C&D (40 persen). MMS merupakan pengobatan yang dipilih
untuk BCC morfeaformis, tidak berbatas tegas, tidak dieksisi sempurna,
11
dan BCC primer yang berisiko tinggi. Ini merupakan pengobatan yang
dipilih untuk BCC rekuren dan untuk BCC lain yang terjadi pada tempat
dimana konservasi jaringan diperlukan. MMS sangat bermanfaat
khususnya dalam mengobati BCC pada tempat-tempat anatomik yang
berisiko tinggi, seperti bidang fusi embrionik yang diwakili oleh junction
nasofacial dan sulkus retroaurikular (Tabel 115-1).
Eksisi Standar
Jika dibandingkan dengan teknik-teknik non-eksisi, eksisi bedah standar
memiliki kelebihan evaluasi histologis yakni spesimen yang dilepaskan.
Walaupun eksisi standar cocok untuk banyak BCC, tingkat penyembuhan
untuk bedah eksisi standar lebih rendah dibanding untuk MMS pada kasus
BCC morfeaformis primer, BCC rekuren, dan tumor-tumor yang terdapat
pada tempat-tempat anatomi yang berisiko tinggi. Wolf dan Zitelli
menunjukkan bahwa margin 4 mm sudah memadai untuk 95 persen BCC
non-morfeaformis yang memiliki diameter kurang dari 2 cm ketika diobati
dengan eksisi standar. Johnson, Tromovitch, dan Swanson melaporkan
96,7 persen tingkat penyembuhan ketika eksisi mencakup margin 2-mm
selain daerah yang ditentukan dengan kuretasi. Tumor terdapat pada 64
dari 403 margin kuret dan 12 dari 403 margin eksisi. Sub-tipe histologis
menjadi agresif pada 11 dari 12 kasus dengan margin eksisi positif.
Margin 5 mm diperlukan untuk BCC morfeaformis atau BCC rekuren.
Eksisi BCC primer harus mencakup jaringan lemak untuk memastikan
pemindahan tumor secara lengkap.
12
Kuretasi dan Desikasi (C & D)
C&D merupakan salah satu modalitas pengobatan yang paling sering
digunakan untuk BCC. Kopf dkk. menunjukkan bahwa C&D tergantung
pada operator, dimana mereka mengidentifikasi perbedaan penyembuhan
yang signifikan antara pasien yang diobati oleh dokter swasta (94,3
persen) dengan yang diobati oleh penduduk (81,2 persen). Spiller dan
Spiller melaporkan tingkat penyembuhan 97 persen pada 233 pasien.
Tingkat penyembuhan berkurang sebagai fungsi dari ukuran lesi primer:
untuk lesi yang lebih kecil dari 1,0 cm, tingkat penyembuhan adalah 98,8
persen; untuk lesi antara 1,0 sampai 2,0 cm, 95,5 persen; dan untuk lesi
yang lebih besar dari 2,0 cm, 84 persen. Rekurensi ditemukan paling
sering pada dahi, pelipis, telinga, hidung, dan bahu. C&D tidak
direkomendasikan untuk BCC primer besar, BCC morfeaformis, atau BCC
rekuren.
Kriosurgeri
Kriosurgeri merupakan modalitas destruktif lainnya yang telah digunakan
dalam pengobatan BCC. Dua siklus pembekuan-pencairan dengan suhu
jaringan -50oC (-58oF) diperlukan untuk memusnahkan BCC. Disamping
itu, batas jaringan yang normal secara klinis harus dimusnahkan untuk
memberantas perluasan sub-klinis. Kriosurgeri kekurangan manfaat
konfirmasi histologis penghilangan tumor. Kuflik dan Gage melaporkan
99 persen tingkat penyembuhan pada 628 pasien setelah periode 5 tahun.
Komplikasi yang mungkin dari kriosurgeri mencakup scarring hipertropi
13
dan perubahan pigmen pasca-inflamasi. Masalah potensial lainnya adalah
menjadi kaburnya rekurensi tumor oleh jaringan scar fibrosa. Setiap
perubahan terbaru pada scar kriosurgeri setelah penyembuhan normal
selesai harus menimbulkan kecurigaan tentang BCC rekuren.
Pengobatan Topikal
Imiquimod. Imiquimod (krim 5 persen) telah digunakan dalam pengobatan
kanker kulit. Imiquimod merupakan sebuah agonis reseptor Toll-like 7 dan
diyakini meginduksi interferon-α dan sitokin-sitokin lain untuk mendorong
imunitas tipe T helper 1. Pada dua trial samar-ganda, acak, dan terkontrol
plasebo, tingkat bersihan histologis dan klinis untuk dosis lima dan tujuh
kali per pekan masing-masing adalah 75 persen dan 73 persen untuk BCC
superfisial. Pada penelitian lain, 10 dari 19 BCC nodular (sekitar 53
persen) bersih setelah pengobatan dengan imiquimod. Secara umum, efek-
efek samping berbahaya terbatas pada reaksi kulit lokal. Follow-up pada
seri-seri kasus pada umumnya lebih singkat dibanding pada penelitian-
penelitian retrospektif tentang tingkat rekurensi setelah penatalaksanaan
bedah definitif. 5-fluorourasil. 5-fluorourasil (5-FU), sebuah agen
kemoterapeutik yang diaplikasikan secara topikal dan digunakan dalam
pengobatan aktinik keratosis, juga telah digunakan untuk mengobati BCC.
Pada satu seri kasus, Epistein menunjukkan tingkat rekurensi 5-tahun
sebesar 21 persen setelah pengobatan 5-FU, yang berkurang menjadi 6
persen ketika kuretasi dilakukan terlebih dahulu. 5-FU dimetabolisasi oleh
dihidropirimidin dehidrogenase, dan penggunaannya dikontraindikasikan
14
pada pasien-pasien yang kekurangan enzim tersebut. Penggunaan 5-FU
untuk mengobati BCC harus dipertimbangkan secara cermat dan harus
mencakup evaluasi risiko rekurensi dan gagal pengobatan.
Terapi Fotodinami
Terapi fotodinami melibatkan aktivasi obat-obat pemeka-cahaya
(fotosensitizer) melalui sinar tampak untuk menghasilkan spesies oksigen
teraktivasi yang memusnahkamn sel kanker konstituen. Asam δ-
aminolevulinat eksogen meningkatkan produksi seluler protoporfirin
pemeka-cahaya endogen tipe IX, yang lebih cenderung berakumulasi
dalam sel-sel tumor. Morrison dkk. melaporkan bersihan awal 88 persen
untuk 40 BBC besar (>2 cm) setelah satu sampai tiga pengobatan. Waktu
follow-up adalah antara 12 sampai 60 bulan. Laporan-laporan dengan
tingkat rekurensi lebih tinggi oleh peneliti lain menunjukkan bahwa
metode ini bisa dijadikan dipersiapkan untuk memilih situasi-situasi
dimana metode yang lebih tidak memungkinkan penggunaannya. Marmur
dkk. mereview terapi fotodinami untuk kanker kulit non-melanoma dan
melaporkan tingkat rekurensi antara 0 persen sampai 31 persen untuk
BCC.
Terapi Radiasi (XRT)
XRT bisa bermanfaat pada kasus BCC primer atau pada kasus dimana
batas-batas kanker pasca-bedah masih positif untuk kanker. Kelebihannya
15
mencakup rasa sakit yang minimal dan penghindaran prosedur invasif
untuk pasien yang tidak mau atau tidak mampu mengalami bedah.
Kekurangan utamanya mencakup kurangnya verifikasi histologis untuk
penghilangan tumor, perjalanan pengobatan yang lama, hasil kosmetik
yang mungkin semakin buruk dari waktu ke waktu, dan predisposisi
terhadap rekurensi yang agresif dan ekstensif. Tingkat pengendalian lokal
sebesar 93 persen sampai 97 persen telah dilaprkan; akan tetapi, konsmesis
dianggap lebih rendah dibanding hasil
yang dicapai oleh prosedur bedah.11
8. Rekurensi
Karsinoma sel basal mempunyai rekurensi tinggi terutama bila
pengobatan tidak adekuat. Biasanya rekurensi terjadi 4 bulan pertama
sampai 12 bulan setelah pengobatan. 2
9 . Prognosis
Prognosis umumnya baik dengan five year survival rate mencapai
99%. 2
BAB III
KESIMPULAN
16
1. Karsinoma sel basal merubakan tumor kulit malignan yang berasal
dari sel-sel basal epidermis dan appendiknya, berkembang lambat
dan tidak/jarang bermetastase, serta tidak mengakibatkan kematian.
2. Faktor predisposisi dan pajanan sinar matahari sangat berperan
dalam perkembangan karsinoma sel basal.
3. Diagnosa karsinoma sel basal ditegakkan berdasarkan gambaran
klinis dan pemeriksaan histopatologis.
4. Pengobatan karsinoma sel basal bertujuan untuk kesembuhan
dengan hasil kosmetik yang baik.
5. Prognosis karsinoma sel basal umumnya baik apabila dapat
ditegakkan diagnosis dini dan pengobatan segera.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Tambunan G.W. Karsinoma Kulit Dalam Sepuluh Jenis Kanker
Terbanyak di Indonesia. EGC, 1995 :52- 56
2. Handayani I, Kuswadji. Penatalaksanaan Karsinoma Sel Basal.
Dalam : MDVI Vol 1, No. 26, 1999
3. Hamzah M, Kanker Kulit : Aspek Deteksi Dini, Diagnosis Tingkat
Penyakit dan Pencegahannya. Dalam Kumpulan Makalah Lengkap PIT
V, PERSDOSKI, Semarang, 2000
4. Rata I.G.K. Tumor Kulit. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Editor Djuanda A. Dkk ed 3 FK-UI,1999 : 207-22
5. Rahndle W H, Basal cell Carcinoma. Dalam : Premalignant and
Malignant Non Melanoma skin Tumor Dermatology, A color Guide to
diagnosis and Therapy, 3 th ed, St. Louis Baltimore, Mosby 1999: 649-
59
6. Fitzpatrick TB. Dermatology in General Medicine 5th ed. Vol I, Mc-
Graw Hill, 1992 : 1488-94
7. Habif TP, MD. Basal cell Carcinoma. Dalam : Pre Malignant and
Malignan Non Melanoma skin Tumor Clinical Dermatology, A color
Guide to diagnosis and Therapy, 3 th ed, St. Louis Baltimore, Mosby,
1996 : 649-59
8. Tjarta A. Spektrum Kanker Kulit di Indonesia MDVI, Vol 3. No 22,
1995 : 100-6
9. Buditjahjono S. Tumor- tumor Kulit. Dalam : Harahap M. Ilmu
Penyakit Kulit, Hipocrates, 2000 : 206-36
18
10. Lever WF. Histopathology of the Skin 6 edition JB Lippincot
Company, 1983 :562-74
11. Masdin. 2010. Karsinoma Sel Basal.
http://www.pajjakadoi.co.tv/2010/04/karsinoma-sel-basal.html (1 Juli
2012).
12. Djuanda, Adi. 2007, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi V. Jakarta: FKUI. hal: 229-241.
13. Medicastore. 2010. Kerusakan Kulit Akibat Sinar Matahari.
http://medicastore.com/penyakit/370/Karsinoma_Sel_Basal.html (1
Julii 2012).
14. Heather Brannon, MD. 2008. Health's Disease and Condition.
American: Medical Review Board. page: 205-231.
19