baruuuuuuuuuuu

99
BAB II PEMBAHASAN A. Aspek Ruang Letak Geografis Gambar peta animasi Kabupaten Pacitan Kabupaten Pacitan merupakan bagian wilayah Propinsi Jawa Timur paling selatan, yang berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pacitan terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta merupakan pintu gerbang bagian barat dari Jawa Timur dengan kondisi fisik pegunungan kapur selatan yang membujur dari gunung kidul ke Kabupaten Trenggalek menghadap ke Samudera Indonesia. Pacitan adalah kecamatan yang menjadi Lima Pilar Kabupaten Pacitan, Jawa Timur 1

Upload: ucnul-setengah

Post on 30-Jun-2015

1.643 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB II

PEMBAHASAN

A. Aspek Ruang

Letak Geografis

Gambar peta animasi Kabupaten Pacitan

Kabupaten Pacitan merupakan bagian wilayah Propinsi Jawa Timur

paling selatan, yang berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Pacitan terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan

Propinsi Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta merupakan pintu

gerbang bagian barat dari Jawa Timur dengan kondisi fisik pegunungan

kapur selatan yang membujur dari gunung kidul ke Kabupaten Trenggalek

menghadap ke Samudera Indonesia. Pacitan adalah kecamatan yang menjadi

ibukota Kabupaten Pacitan, provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota Pacitan

adalah denyut nadi pemerintahan dan perekonomian kabupaten pacitan

secara keseluruhan. Lansekap kota Pacitan terletak di lembah, di tepi Teluk

Pacitan dan dialiri sungai Grindulu yang membentang dari wilayah selatan

menuju pantai Teleng Ria.

1

Kabupaten Pacitan terletak 276 km sebelah barat daya kota

Surabaya dengan letak geografis terletak antara 110o 55’ – 111o 25’ Bujur

timur dan 7o 55’ – 8o 17’ Lintang Selatan. Batas-batas wilayah kabupaten

Pacitan adalah:

Sebelah Utara        : Kabupaten Ponorogo

Sebelah Barat           : Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah)

Sebelah Selatan        : Samudera Indonesia

Sebelah Timur           : Kabupaten Trenggalek

Kabupaten Daerah Tingkat II Pacitan merupakan daerah

bergelombang, berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan luas wilayah

1.389,87 km2 atau 138.987,16 Ha. Luas tersebut sebagian besar berupa

perbukitan yaitu kurang lebih 85%, gunung-gunung kecil lebih kurang 300

buah menyebar diseluruh wilayah Kabupaten Pacitan dan jurang terjal yang

termasuk dalam deretan Pegunungan Seribu yang membujur sepanjang

Selatan Pulau Jawa, sedang selebihnya merupakan dataran rendah. Apabila

diukur dari permukaan laut, ketinggian tempat itu dapat dirinci sebagai

berikut :

1. Ketinggian 0 – 25 m, seluas 37,76 km atau 2,62 % luas wilayah.

2. Ketinggian 25 – 100 m, seluas 38 km atau 2,67 % luas wilayah.

3. Ketinggian 100 – 500 m, seluas 747,75 km atau 52,68 % luas wilayah.

4. Ketinggian 500 – 1000 m, seluas 517,13 km atau 36,43 % luas wilayah.

5. Ketinggian 1000 m, seluas 79,40 km atau 5,59 % luas wilayah.

2

Sebagian besar tanahnya terdiri atas :

1. Sawah, seluas 130,15 km2.

2. Sawah Sederhana, seluas 31,43 km2.

3. Sawah tadah hujan, seluas 65,73 km2.

4. Tegalan, seluas 973,76 km2.

5. Pemukiman, seluas 264, 17 km2.

6. Perkebunan, seluas 2,50 km2.

7. Hutan, seluas 11,49 km2.

8. Lain - lain seluas 41,48 km2

Dalam struktur Pemerintahan Wilayah Administratif, Kabupaten

Pacitan terbagi menjadi: 12 Kecamatan, 159 Desa dan 5 Kelurahan. Secara

administratif Pacitan terbagi menjadi 12 kecamatan:

1. Pacitan

2. Kebonagung

3. Arjosari

4. Tulakan

5. Ngadirojo

3

6. Punung

7. Pringkuku

8. Donorojo

9. Nawangan

10. Tegalombo

11. Sudimoro

4

Kondisi Iklim

Kabupaten Pacitan beriklim tropis, mempunyai 2 musim yaitu

penghujan dan kemarau dengan temperatur rata-rata 24º-37º C. Rata-rata

curah hujan di Kabupaten Pacitan 1,762 mm/tahun.

Data Stasiun Curah Hujan Biasa

No.Nama

StasiunLokasi Desa/Kec.

Kondisi

Ket.

Bai

k

Rusa

k

Ring

an

Rusak

Berat

1 2 3 4 5 6 7

1 Pacitan Kel. Pacitan Kec.

Pacitan

B - -

2 Arjosari Ds. Arjosari Kec.

Arjosari

B - -

3 Purwoasri Ds. Purwoasri Kec. Kb.

Agung

- - RB Corong

Bocor

4 Kerti Ds. Gunungsari Kec.

Arjosari

- - RB Corong

Bocor

5 Bungur Ds. Bungur Kec.

Tulakan

- - RB Corong

Bocor

6 Cokrokemban

g

Ds. Cokrokembang

Kec.Ngadirojo

- - RB Corong

Bocor

7 Sukorejo Ds. Sukorejo Kec.

Sudimoro

- - RB Corong

Bocor

8 Pringkuku Ds. Pringkuku Kec.

Pringkuku

- - RB Corong

Bocor

9 Punung Ds. Punung Kec.

Punung

- RR -

1

0

Donorojo Ds. Donorojo Kec.

Donorojo

- - RB Corong

Bocor dan

5

Gelas Pecah

1

1

Tegalomb

o

Ds. Tegalombo Kec.

Tegalombo

- RR -

1

2

Tahunan Ds. Tahunan Kec.

Tegalombo

- - RB Corong

Bocor dan

Gelas Pecah

1

3

Bandar Ds. Bandar Kec. Bandar - - RB Corong

Bocor dan

Gelas Pecah

1

4

Nawanga

n

Ds. Nawangan Kec.

Nawangan

- RR -

Sumber data : Kondisi Jalan Kabupaten Pacitan Keadaan Januari 2010

Dinas BM & Pengairan Kab. Pacitan

Keterangan : Dikelola oleh Bidang Pengairan Dinas Bina Marga dan

Pengairan Kabupaten Pacitan

       Data Stasiun Curah Hujan Otomatis

No.Nama

Stasiun

Lokasi

Desa/Kec.

Kondisi

Ket.Bai

k

(B)

Rusak

Ringan

(RR)

Rusa

k

Bera

t

(RB)

1 2 3 4 5 6 7

1 PacitanKel. Pacitan Kec.

PacitanB - -

Dikelola oleh

BBWSBS

2Nawanga

n

Ds. Nawangan Kec.

NawanganB - -

Dikelola oleh

BBWSBS

Sumber data : Kondisi Jalan Kabupaten Pacitan Keadaan Januari 2010 Dinas

BM & Pengairan Kab. Pacitan

6

Kondisi Demografi

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah

penduduk Pacitan adalah sebesar 540.516 orang, yang terdiri dari 263.919

laki-laki dan 276.597 perempuan. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk

Pacitan adalah sebesar 389 orang per km. Kecamatan yang paling tinggi

kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Pacitan, yaitu sebesar 947 orang

per km. Sementara itu, kecamatan yang paling rendah tingkat kepadatan

penduduknya adalah Kecamatan Pringkuku, yaitu sebesar 223 orang per

km2. Sex ratio penduduk Pacitan adalah sebesar 95%, yang artinya jumlah

penduduk perempuan lima persen lebih banyak dibandingkan jumlah

penduduk laki-laki, atau setiap 100 perempuan terdapat 95 laki-laki. Sex

ratio terbesar terdapat di Kecamatan Sudimoro yakni sebesar 100 dan yang

terkecil terdapat di Kecamatan Donorojo yakni sebesar 90. Laju

pertumbuhan penduduk Kabupaten Pacitan per tahun selama sepuluh tahun

terakhir adalah sebesar 0,28 persen.

Transportasi

Ibukota Kabupaten Pacitan terletak 101 km sebelah selatan Kota

Madiun. Terminal utama adalah terminal Arjowinangun. Akses jalan timur

(dari Ponorogo & Madiun) yang cukup banyak tikungan tajam masih

menjadi kendala utama transportasi, sementara akses jalan barat ke arah

Jawa Tengah ada 2 pilihan, yaitu melewati jalur selatan dengan rute lebih

panjang namun jalan relatif lebar atau melewati rute Sedeng dengan jarak

tempuh lebih pendek namun harus melewati tanjakan sedeng barata (desa

Sedeng) yang cukup tajam, sehingga bus besar tidak memungkinkan lewat

jalur ini.

Rute terjauh dari akses jalur timur adalah ke Surabaya yang dilayani

bus besar patas AC, namun dalam 1 hari hanya ada 2x pemberangkatan dari

dan ke Pacitan. Rute selanjutnya adalah Ponorogo - Pacitan dilayani bus 3/4,

armada tipe ini cukup banyak sehingga dalam 1 hari lebih dari 5

pemberangkatan bus dari terminal Arjowinangun.

7

Rute barat (ke Surakarta) dilayani bus AKAP dengan jumlah yang

cukup banyak, namun hanya beroperasi dari jam 05.00 hingga 16.00. Untuk

rute barat yang lewat Sedeng hanya dilayani kendaraan umum tipe kecil

seperti colt dan carry dengan pemberhentian terakhir di Kecamatan Punung.

Via Surabaya ( Bandara Juanda ),  selanjutnya dengan kendaraan darat dari

Surabaya ke Pacitan + 340   km melalui Mojokerto - Jombang - Nganjuk -

Madiun - Ponorogo - Pacitan dengan waktu tempuh +   6 jam.

Via Yogyakarta ( Bandara Adisucipto ), selanjutnya dengan

kendaraan darat sejauh +   108 km, melalui Wonosari - Pracimantoro - Giri

belah - Punung - Pacitan dengan waktu tempuh + 3 jam.

Via Surakarta ( Bandara Adisumarmo ),  selanjutnya dengan

kendaraan darat sejauh +  110 km, melalui Sukoharjo - Wonogiri -

Baturetno - Giriwoyo - Donorojo - Punung - Pacitan dengan waktu tempuh

+  3 jam.

Gambar: Rute menuju Kabupaten Pacitan

Kondisi Geologi

Kabupaten Pacitan terdiri dari daerah pegunungan dan berbukit-

bukit, sedangkan selebihnya merupakan dataran rendah. Pacitan disamping

8

merupakan daerah pegunungan yang terletak pada ujung timur Pegunungan

Seribu, juga berada pada bagian selatan Pulau Jawa dengan rentangan

sekitar 80 km dan lebar 25 km. Tanah Pegunungan Seribu memiliki ciri

khas yang tanahnya didominasi oleh endapan gamping bercampur koral dari

kala Milosen (dimulai sekitar 21.000.000 – 10.000.000 tahun silam).

Endapan itu kemudian mengalami pengangkatan pada kala Holosen, yaitu

lapisan geologi yang paling muda dan paling singkat (sekitar 500.000 tahun

silam – sekarang). Gejala-gejala kehidupan manusia muncul di permukaan

bumi pada kala Plestosen, yaitu sekitar 1.000.000 tahun Sebelum Masehi.

Endapan-endapan itu kemudian tererosi oleh sungai maupun

perembesan – perembesan air hingga membentuk suatu pemandangan

KARST yang meliputi ribuan bukit kecil. Ciri-ciri pegunungan karst ialah

berupa bukit-bukit berbentuk kerucut atau setengah bulatan.

Bersamaan dengan kala geologis tersebut, yakni pada zaman kwarter

awal telah muncul di muka bumi ini jenis manusia pertama : Homo Sapiens,

yang karena kelebihannya dalam menggunakan otak atau akal, secara

berangsur-angsur kemudian menguasai alam sebagaimana tampak dari

tahap-tahap perkembangan sosial dan kebudayaan yaitu dari hidup

mengembara ( nomaden ) sebagai pengumpul makanan, menjadi setengah

pengembara / menetap dengan kehidupan berburu, kemudian menetap

dengan kehidupan penghasil makanan. Adapun tingkat kebudayaannya yaitu

dari zaman batu tua ( Palaeolithicum ), zaman batu madia ( messolithicum ),

dan zaman batu muda ( neolithicum ).

Sekitar 63% dari daerah Pacitan adalah daerah yang berfungsi

penting untuk hidrologis karena mempunyai tingkat kemiringan lebih 40%.

Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Daerah Tingkat II Pacitan

adalah bagian dari pegunungan kapur selatan yang bermula dari Gungung

Kidul, Yogyakarta dan membujur sampai daerah Trenggalek yang relatif

tanahnya tandus. Tanah tersebut kurang cocok untuk pertanian terutama

padi, sehingga ketela pohon menjadi alternative untuk ditanam.

9

Gambar: Lokasi Sesar Grindulu, salah satu sesar panjang di Pulau Jawa yang

berada di wilayah Jawa Timur

Kondisi Morfologi

Topografi

Topografi di Kabupaten Pacitan menunjukkan bahwa bentang

daratnya bervariasi, dengan kemiringan sebagai berikut:

1. 0-2 % meliputi 4,3 % dari luas wilayah merupakan daerah tepi pantai.

2. 2-15 % meliputi 6,60 % dari luas wilayah baik untuk usaha pertanian

dengan memperhatikan usaha pengawetan tanah dan air.

3. 15-40 % meliputi 25,87 % dari luas wilayah,sebaiknya untuk usaha

tanaman tahunan.

4. 40 % keatas meliputi 63,17 % dari luas wilayah merupakan daerah yang

harus difungsikan sebagai kawasan penyangga tanah dan air serta untuk

menjaga keseimbangan ekosistem di Kabupaten Daerah Tingkat II

Pacitan.

Pegunungan di Pacitan adalah rangkaian pegunungan tandus di

mulai dari Kebumen Jateng (Pegunungan Sewu), terputus di Wates

Jogjakarta, dilanjutkan di Gunung Kidul (Yogyakarta) hingga Pacitan,

Ponorogo, Trenggalek dan terus ke Malang dan Jember. Bukit-bukit di

wilayah ini ujungnya berbentuk kerucut, berlipat-lipat, ada pula yang seperti

tempurung kelapa.

10

Kondisi Tanah

Bila ditinjau dari struktur dan jenis tanah terdiri dari Assosiasi Litosol

Mediteran Merah, Aluvial kelabu endapan liat, Litosol campuran Tuf

dengan Vulkan serta komplek Litosol Kemerahan yang ternyata di

dalamnya banyak mengandung potensi bahan galian mineral. Adapun bahan

tambang yang ada dengan klasifikasi golongan A, golongan B dan golongan

C yang sampai saat ini pengelolaannya masih dirasakan belum optimal

karena terbatasnya sarana dan prasarana pertambangan sehingga belum

banyak memberikan kontribusi kepada peningkatan pendapatan mesayarakat

yang akhirnya peningkatan pendapatan daerah. Berdasarkan hasil pemetaan

yang dilakukan oleh Dinas Pertambang Propinsi Jawa Timur menunjukkan

adanya sebaran, luas aresal, bersarnya cadangan serta kualitas bahan galian

yang ada di Kabupaten Pacitan sejumlah 33 jenis bahan tambang.

Kondisi Hidrologi

Luas wilayah laut Kabupaten Pacitan mencapai 7.636 Mil persegi

dengan 12 pantai merupakan daerah untuk pendaratan ikan oleh nelayan.

Beberapa lokasi instalasi pengelolaan air minum (IPA) yang berda di kota

Pacitan perlu meningkatkan kapasitas produksinya. Perluasan jaringan-

jaringan yang ada sehingga menjangkau daerah-daerah yang mebutuhkan

fasilitas air bersih. Mencari sumber-sumber mata air yang ada dan

mencukupi debitnya untuk memenuhi kebutuhan air bersih khususnya di

daerah rawan air bersih. Mengoptimalkan keberadaan sumur sebagai satu-

satunya fasilitas penyediaan air bersih di desa-desa rawan air. Kondisi

hidrologi di Kecamatan Ngadirojo dilalui oleh sungai yang berhulu dibagian

utara dan pada umumnya sungai – sungai tersebut dipergunakan untuk

pengairan sawah dan tempat pencarian ikan. Dengan pemilikan panjang

pantai 70,709 Km. dan terdapatnya 23 Desa / Kelurahan di 7 (tujuh) wilayah

Kecamatan yang berada di pantai, dan sebanyhak 14 tempat pendaratan ikan

(TPI), Pacitan mempunyai potensi kelautan ZEE yang cukup besar.

Berdasarkan data pada peta Hidrogeologi yang diterbitkan oleh

Direktorat Geologi Tata Lingkungan Bandung dan disusun oleh A. Djaelani

11

(1982) keberadaan air di wilayah Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan

menempati daerah-daerah yang tersusun oleh kelompok batuan aluvium,

batuan vulkanik, dan batu gamping menurut tingkat permeabilitas. Menurut

cara terdapatnya air tanah dan jenis akuifernya maka Kecamatan Punung

termasuk pada dua kelompok dari empat kelompok jenis akuifer. Dua

kelompok jenis akuifer tersebut adalah:

1. Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan, dan saluran.

Contoh batas kontak sesar antara kelompok batuan vulkanik (breksi

vulkanik, tufa, dan lava) batu gamping, napal, serpih, batu pasir, dan

konglomerat dengan batu gamping berlapis, batu gamping terumbu

dengan tingkat pembentukan karst beragam yang dijumpai di Desa

Margorejo. Berdasarkan penelitian ditemukan sumur bor air di Dusun

Margorejo Desa Punung dengan debit air sebesar 4,7 liter/detik yang

mampu memenuhi kebutuhan penduduk Desa Punung sebanyak 4500

jiwa sedangkan sisanya yang berjumlah 1933 jiwa dipasok dari sumur

bor yang ada di Dusun Sumbon Desa Kendal dengan debit sebesar 7,5

liter/detik. Jenis akuifer ini termasuk akifer produktifitas sedang, aliran

air tanah terbatas pada zona rekahan, celahan, dan saluran pelarutan,

muka air tanah umumnya dalam, debit sumur dan mata air beragam

dalam kisaran yang besar yaitu mulai dari <5 liter/detik hingga 100-500

liter/detik

2. Akifer bercelah atau sarang dengan produktifitas kecil dan daerah air

tanah langka. Jenis akifer semacam ini biasanya dicirikan oleh muka air

tanah yang dalam, debit sumur dan mata air beragam, biasanya antara

pori-pori batuan yang satu dengan yang lain tidak saling berhubungan,

tingkat kelulusan air sangat rendah. Contoh: Di Desa Gondosari dan

Desa Mendolo Kidul. Kedua desa tersebut masing-masing disusun oleh

batuan-batuan dari Formasi Jaten (untuk Desa Gondosari) dan Formasi

Wuni (untuk Desa Mendolo Kidul).

PENGAIRAN

 

12

Pembentukan dan Pengembangan HIPPA

Tahun 2009

Formation and Development of HIPPA

 

No KecamatanBanyaknya

Desa Kel

Jumlah

Jaringan

Irigasi

Luas 

Sawah

Jumlah

HIPPA

telah

terbentuk

Gabungan

HIPPA

telah

terbentuk

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Donorojo 4 8 80 4 -

2 Punung 6 9 205 6 -

3 Pringkuku 5 14 173 5 -

4 Pacitan 22 27 499 22 2

5 Kebonagung 15 48 1,195 15 5

6 Arjosari 15 37 595 15 9

7 Nawangan 8 49 644 8 3

8 Bandar 8 37 1,067 8 -

9 Tegalombo 10 61 954 10 -

10 Tulakan 12 39 553 12 4

11 Ngadirojo 15 30 493 15 6

12 Sudimoro 6 17 207 6 -

Jumlah / Total 126 376 6,665 126 29

 

Sumber Data : PACITAN DALAM ANGKA / in Figures 2010

13

B. Aspek Biofisik Ekosistem

Bila ditinjau dari struktur dan jenis tanah terdiri dari asosiasi litosol

mediteran merah, alluvial kelabu endapan liat, litosol campuran tuf dengan

vulkan serta komplek litosol kemerahan yang ternyata di dalamnya banyak

mengandung potensi bahan galian mineral.

Endapan-endapan itu kemudian tererosi oleh sungai maupun

perembesan-perembesan air hingga membentuk suatu pemandangan karst yang

meliputi ribuan bukit kecil. Ciri-ciri pegunungan karst ialah berupa bukit-bukit

berbentuk kerucut atau setengah bulatan.

Ditinjau dari sudut geografisnya wilayah Kabupaten Pacitan seluas

1.389,87 km2 sebagian besar tanahnya terdiri atas Sawah, seluas 130,15

km2Sawah Sederhana, seluas 31,43 km2, sawah tadah hujan, seluas 65,73 km2,

tegalan, seluas 973,76 km2, pemukiman, seluas 264, 17 km2, perkebunan,

seluas 2,50 km2, hutan, seluas 11,49 km2, Lain-lain seluas 41,48 km2.

PERTANIAN

Pembangunan Pertanian Dalam Arti Luas (Pertanian Tanaman Pangan,

Peternakan dan Perikanan) bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan pengan dan

kebutuhan industri daeraha, meningkatnya pendapaatn petani dan memperluas

kesempatan kerja melalui usaha-usaha intensifikasi dan diversifikasi secara

terpadu, serasi dan merata dengan tetap memelihara kelestarian sumber daya

alam dan lingkungan hidup. Berdasarkan penggunaan Sumber Daya Lahan,

dari luas wilayah Kabupaten Pacitan 141.944 Ha, hampir 89,66 % atau seluas

113.910,36 Ha paling dominan peruntukannya untuk kegiatan pertanian dalam

arti luas, dengan rincian: -Persawahan: 13.369,00 Ha.(9,42 %)- Tegalan:

112.403,00 Ha ( 79,19 %)- Perkebunan rakyat : 1.494,00 Ha (1,05 %)dari data

tersebut menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk persawahan hanya

sebagian kecil yaitu untuk sawah setengah teknis, sawah teknis dan sawah

sederhana.

Khusus untuk sawah setengah teknis dan sawah sederhana sebagian

besar menggunakan pola terasiring dengan mengandalkan pengairan dari

14

hujan.Sedang sawah teknis berasa di dataran rendah dan di daerah perkotaan,

dengan adanya kegiatan pembangunan telah terjadi perubahan-perubahan

peruntukkan pad penggunaan sumber daya lahan dari pertanian ke areal

pemukiman dan kegiatan usaha lainnya. Sektor pertanian cukup menjanjikan

untuk dikembangkan di masa yang akan datang mengingat areal pertanian cuku

luas, komoditii yang cukup besar dan beragam dan tersedianya tenaga kerja

yang bergerak di bidang ini.

Dilihat dari kontribusi prosenta sektor lahan usaha terhadap produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku, pada tahun 1999

sektor pertanian masih dominan yaitu sebesar 44,35 %. Berdasarkan penelitian

terhasdap prodduk unggulan di Kabupaten Pacitan, komoditi yang

diprioritaskan terdiri atas:

a. Kelapa

Kelapa merupakan komuditas utama yang tersebar di seluruh Kecamatan di

Kabupaten Pacitan dengan luas areal 21.424 Ha. Produksi 13.262,80 Ton dan

produktivitas 1.213,76 Kg/Ha/Tahun. Besarnya produksi kelapa ternyata belum

diimbangi dengan sentuhan teknologi pengolahan pasca panen sehingga hasil

kelapa dijual secara langsung ke pasar tradisional di Desa terdekat.Dalam

rangka meningkatkan pendapatan keluarga, beberapa rumah tangga yang

mempunyai pohon kelapa melakukan pembuatan gula kelapa yan gdimulai

proses dari proses penyadapan sampai menjadi kelapa.Di samping itu untuk

meningkatkan kualitas dan kemasan, produksi gula kelapa saat ini tidak hanya

dibuat dalam bentuk batangan besar dan bulat, melainkan dibuat dalam

bentukgula semut.Produk kemasan dipasarkan di Surabaya, Solo, Yogyakarta

dan Jakarta.

b. Janggelan

Tanaman ini tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian lebih 600 m di

atas permukaan laut yaitu di kecamatan Nawangan, Tulakan dan Bandar seluas

15

20 Ha.Kegunaan: selain untuk bahan Cao, digunakan pula utnuk bahan obat

(pembungkus obat), bahan industri kimia dan kosmetik.Pemasaran: Luas areal

pemasaran dalam bentuk brangkas janggelan kering ke pedagang.

c. Cengkeh

Luas areal cengkeh mencapai 7.632 Ha dengan Produksi lebih 1.700 ton yang

tersebar di 12 Kecamatan. Cengkeh yang sudah dikeringkan dijual ke pedagang

lokal dengan harga yang sangat tinggi., sedang daun cengkeh yang sudah

kering diproses lebih lanjut untuk pembuatan minyak cengkeh (minyak asiri).

d. Jahe

Luas areal Jahe mencapai 755 ha dengan produksi mencapai 1.235.000 Ka

setiap tahunya.Jahe yang banyak dikembangkan di Pacitan adalan Jahe Gajah

terutama di Kecamatan Nawangan, Bandar dan Tegalombo. Daerah pemasaran:

selain dijual ke pedagang lokal, juga ke Ponorogo, Tulung agung dan

Wonogiri. solo, Jakarta dan Surabaya.

e. Belinjo

Luas areal belinko mencapai 2.434 Ha Mlinju selain untuk campuran bahan

makanan , biji juga digunakan untuk bahan baku kegiatan industri kecil rumah

tangga berorientasi ekspor yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan.

Daerah pemasaran: disamping untuk kebutuhan dimestik, juga dipasarkan ke

Semarang, Yogyakarta, Magetan, solo, Tulung agung, wonogiri, Jakarta dan

Surabaya

f. Jeruk Manis Pacitan

Luas areal komoditi ini mencapai 20 Ha dengan 22.000 batang yang saat ini

baru dikembangkan di Desa Wonoanti, jetak dan Nglaran Kecamatan Tulakan.

Keunggulan: jeruk ini disamping rasanya manis, nutrisinya seimbang, juga

dapat obat sariawan dan menurunkan panas

16

g. Kolong

Bahan baku dari kolong adalah ubi kayu yang merupakan komoditi pokok

Kabupaten Pacitan dengan luas areal mencapai 36.104 Ha. Sentra Industri

kolong ini terdapat di Kecamata Ngadirojo dan Kecamatan Tulakan.Daerah

pemasaran: Surabaya, Solo,Yogyakarta disamping unguk kebutuhan domestik.

h. Sale Pisang

Sale pisang dibuat khusus dari pisang yang manis, gurih dan lezat dengan dua

kemasan yaitu basah dan kering. Untuk basah melalui proses pengeringan dan

dikemas dalam berbagai macam bentuk yang beranekan ragam. Sedang sale

kering dikemas dalam plastik. Sale pisang merupakan industri kecil yang

banyak dilakukan oleh masyarakat sedang sentra industri kecil sale pisang

terdapat di Desa Wiyoro Kecamatan Ngadirojo.

Tabel Luas Tanaman, Luas Panen, Produktifitas, Produksi Tahun 2008

No Segmen TanamanLuas Tanam( Ha )

Luas Panen( Ha )

Produktifitas( Kw /Ha )

Produksi( Ton )

1. Padi Sawah 18.620 16.063 58,36 93.7432. Padi Ladang 16.908 16.866 32,22 54,335

3.Padi Sawah dan Ladang

35.528 32.929 44,97 148.078

4. Jagung 24.651 23.998 45,65 109.5425. Kedelai 4.317 4.169 10,89 4.5406. Ubi Kayu 36.129 35.055 225,96 792.1157. Ubi Jalar 135 128 90,19 1.1558. Kacang Tanah 8.086 7.949 12,48 9.9219. Kacang Hijau 99 93 11,29 10510.

Sorgum 13 13 12,31 16

11.

Cabe Rawit 298 202 24,11 487

12.

Buncis 49 43 37,44 161

13.

Bawang Putih 1 1 40,00 4

14.

Bawang Merah 20 13 51,54 67

17

15.

Sawi 84 66 37,12 245

16.

Kentang 1 1 80,00 8

17.

Kacang Panjang 421 334 20,84 696

18.

Tomat 23 15 47,33 71

19.

Terong 76 62 61,77 383

20 Mentimun 110 74 49,59 36721.

Kangkung 63 53 56,42 299

22.

Bayam 91 66 17,12 113

23.

Cabe Besar 56 45 41,56 187

24.

Labu Siam 15 8 48,75 39

25.

Petai 106.861 22.923 1,02 2.333

26.

Jeruk Siam 116.471 60.028 0,25 1.473

27.

Jeruk Besar 19.376 16.489 0,27 447

28.

Durian 79.824 15.939 2,07 3.301

29.

Jambu Biji 41.564 18.116 0. 44  789

30.

Mangga 329.720 175.861 0,33 5.785

31.

Pisang1.734.976

1.399.031

0,23 31.740

32.

Rambutan 102..906 35.763 0,28 986

33.

Nangka 199.708 110.043 0.48 5.337

34.

Manggis 6.887 1.161 0,32 37

35.

Pepaya 55.282 41.037 0,49 1.996

36.

Salak 58.860 18.248 0,12 228

37.

Sawo 10.574 3.302 0,29 95

38 Sirsak 45.392 14.190 0,17 235

18

.39 Sukun 34.615 13.924 0,24 33840.

Melinjo 733.327 147.552 0,34 5.048

41.

Alpukat 96.873 8.446 0,49 417

42.

Belimbing 9.329 3.887 0,23 89

43.

Duku/Langsat/Kokosan

5.455 849 0,85 72

44.

Nanas 54.284 23.667 0,08 183

45.

Jambu Air 40.637 7.273 0,28 207

46.

Semangka 18 18 98,33 177

47.

Jahe7.082.851

3.728.500

0,863.207.639

48.

Kunyit7.458.086

2.662.993

1,022.721.625

49.

Lempuyang 231.959 119..085 0,62 73.364

50.

Lengkuas1.716.255

870.955 0,66 575.922

51.

Kencur1.725.351

895.300 6,58 588.845

52.

Temu Lawak4.814.608

2.119.100

1,102.336.746

53.

Temu Ireng 163.074 55.876 0,58 32.664

54.

Kejibeling 43.347 30.000 0,76 22.700

55.

Dringo 6.240 6.000 1,20 7.200

56.

Kapulogo 73.500 32.000 1,03 33.000

57.

Temu Kunci 52.710 30.100 0,35 10,830

58.

Mengkudu 11.290 4.547 4,72 21481

59 Sambiloto 193 - - -60.

Lidah Buaya 31.398 20.200 2 10.200

61 Mahkota Dewa 3.186 1.606 1,45 2.335BPS 2008

19

INVESTASI PERIKANAN

Luas wilayah laut Kabupaten Pacitan mencapai 7.636 Mil persegi

dengan 12 pantai merupakan daerah untuk pendaratan ikan oleh nelayan.

Adapun potensi wilayah laut tersebut (LPPL 1980) sebesar kurang lebih

84.4330 ton pertahun, dengan perincian ikan dasar (demesral) = 24.577 ton,

ikan pelagis 98.310 ton, sejenis udang mencapai kurang lebih 2.220 ton

pertahun (8,22 %) berupa Lobster ground yang mempunyai nilai jual tinggi.

Potensi budidaya laut yang potensial dikembangkan di Teluk Segoro

Anakan di Kecamatan Ngadirojo seluas kurang lebih 400 Ha, yang digunakan

untuk budidaya rumput laut mencapai 64 unit rakit dan budidaya ikan kerapu.

Potensi budidaya air payau mencapai luas lahan pottensial kurang lebih

866 Ha yang dikembangkan di Desa Kembang, Desa Watu Karung, Desa

Sidumulyo dan Hadiwarno; sedang di Desa Watukarung telah dirintis 1,00 Ha.

Potensi usaha budidaya air tawar yang dikembangkan di perairan umum

yaitu kolam seluas kurang lebih 0,88 Ha, tadah hujan lebih 5,58 Ha melalui

budidaya keramba jaring apung dan penebaran jenis ikan di Telaga,

Cekdam,Pusat pelelangan ikan (TPI) di Kabupaten Pacitan antara lain:

Pantai Watukarung Kecamatan Pringkuku

- Pantai Tamperan, Pantai Teleng Ria dan Pancer (kembang di kec. Pacitan)

- Pantai Wawaran Kecamatan Kebonagung

- Pantai Sidomulyo Kecamatan Ngadirojo

- Pantai Sukorejo Kecamatan Sudimoro

Komoditi perikanan yang sudah dieksport:

a. Udang Lobster

Salah satu komoditi bidang perikanan yang sangat bagus dan mempunyai

nilai jual yang sangat bagus dan mempunyai nilai jual sangat tinggi adalah

udang Lobster. Jenis udang Lobster yang dihasilkan di perairan Pacitan

adalah jenis Mutiara, Pasir, Batu dengan Produksi mencapai 15.625 Kg

20

pertahun. Komoditi ini sudah menembus pasar ekspor seperti Singapura,

Hongkong dan Jepang melalui pedagang dan perusahaan yang ada di

Surabaya, Semarang, Kediri dan Jakarta.

b. Rumput Laut

Rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan yang saat ini mulai di

budidayakan di Kabupaten Pacitan kegunaan Rumput Laut adalah

pembuatan bahan makanan seperti agar-agar, juga untuk bahan kosmetika

dan kesehatan.Produksi setiap tahun mencapai 72.550 kg.Daerah

pemasaran: Bali, Surabaya, dan Jakarta.

c. Ikan dan Sirip Ikan

Jenis ikan yang berorientasi ekspor ialah:- Bawal mencapai 6.281 Kg.-

Layur mencapai 65.647 Kg.- Kerapu mencapai 5.631 Kg.Sedang yang

dimaksud dengan sirip ikan adalah Sirip Ikan Hiu yang berguna untuk

menambah gizi (multi vitamin). Produksinya mencapai 3.630

Kg/tahunDaerah pemasaran: Surabaya, Bandung, dan Jakarta.

Penguasa di Bidang Perikanan:

a. Nama perusahaan: UD Wahyu Samudra- alamat : Desa Semanten,

Kec./Kab. Pacitan- Bidang Usaha : Udang Lobster, bermacam jenis ikan-

Pemilik : Badri

b. Nama Perusahaan: UD Gunung Agung- alamat : Kel. Sidoarjo

Kec./Kab.Pacitan- Bidang Usaha : Udang Lobster, bermacam jenis ikan-

Pemilik : Badri

c. Nama Perusahaan: UD Wahyu Samudra- alamat : Desa Semanten,

Kec./Kab. Pacitan- Bidang Usaha : Udang Lobster, bermacam jenis ikan-

Pemilik : Suwandi

d. Nama Perusahaan: UD Mina Usaha- alamat : Kel. Poso, Kec. Pacitan,

Kab. Pacitan- Bidang Usaha : Udang Lobster, bermacam jenis ikan-

Pemilik : Karim

21

e. Nama Perusahaan: UD Sari Laut - alamat : Desa Sekar, Kec. Donorojo-

Bidang Usaha : Rumput Laut- Pemilik : Sakiman

f. Nama Perusahaan: UD Grindulu Emas- alamat : Desa Arjowinangun,

Kec./Kab. Pacitan- Bidang Usaha : Rumput Laut- Pemilik : Elsye Martini

INVESTASI PERTAMBANGAN

Sektor pertambangan juga mempunyai prospek yang cukup

menjanjikan dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),

peningkatan kesempatan berusaha dan penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan kondisi dasar, topografi, struktur dan jenis batuan yang 85

% merupakan bagian seluruh wiyaha Kabupaten Pacitan, ternyata di dalamnya

banyak mengandung bahan tambang yang melimpah. Adapun bahan tambang

yang ada dengan klasifikasi golongan A, golongan B dan golongan C yang

sampai saat ini pengelolaannya masih dirasakan belum optimal karena

terbatasnya sarana dan prsasrana perambangn sehingga belum banyak

memberikan kontribusi kepada peningkatan pendapatan mesayarakat yang

akhirnya peningkatan pendapatan daerah.

Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Dinas Pertambang

Propinsi Jawa Timur menunjukkan adanya sebaran, luas aresal, bersarnya

cadangan serta kualitas bahan galian yang ada di Kabupaten Pacitan sejumlah

33 jenis bahan tambang.

Bahan Tambang Yang di Eksploitasi

1. Bentonit

Deskripsi: berupa tanah lait yang dapat mengembang bila menyerap air. Bahan

tanbang ini sudah diusahakan sejak tahun 1987 oleh PT. Indobent Wijaya Mineral

di Kecamatan Punun, luas area : 21.000.000 m3, areal yang dieksploitasi : 55,518

Ha, SIPD : 7 buah. Kegunaan: bahan keramik halus penjernih minyak kelapa dan

kelapa sawit, pemboran minyak, gas dan panas bumi, industri pengecoran logam,

pengelolaan limbah, pemboran air bersih.

22

2. Feldspar

Diskripsi: merupakan jenis mineral berbentuk kristal, terutama Kalium,

Aluminosilika, Sodium dan Kalsimum yang dibentuk oleh dua lempengan

menyerupai bentuk sudut. Umumnya berwarna abu-abu muda, kuning

kecokklatan. Bahan tambang ini sudah dieksplorasi oleh beeberapa perusahaan

dengan berbagai jenis seperti keramik dinding, lantai, kebun maupun kebutuhan

rumah tangga lain seperti vas bunga, tempat lilin, lamoou dan pigura foto yang

telah menembus luar negeri melalui bali. Luas areal kandungan = 950 Ha/46 juta

m³, areal yang dieksploitasi = 18,3818 Ha, PID = 6 buah.

Kegunaan: industri keramik, porsilin, isolasi listrik, cat, gelas flux dan karet.

3. Kalsit

Deskripsi: Batu kalsit lebih dikenal dengan “Batu Bintang”. Unsur utama marmer

dan zat kapur: CaCO3 dengan warna putih ke kuning-kuningan serta

memancarkan cahaya. Luas areal = 443.700 m², areal yang dieksploitasi = 18 Ha,

PID = 6 buah kegunaan: bahan gelas/kaca, Kosmetik dan pasta.

4. Piropilit

Deskripsi: Mineral berwarna hijau, berbentuk foliat dan butiran granula

berdaarkan hsil penelitian oleh PT. Sucofindo Jakarta tahun 1990 komposisi

Piropilit Kabupaten Pacitan terdiri dari: Ca O = 0,12 % - Ai2 O3 = 17,17 % , Mg

O = 0,08 % - Fe2 O3 = 0,15 %, Si O2 = 73,44 % - Ti O2 = 0,76 % , K2 O = 0,86

% - Na2 O = 0,42 %, areal siap dieksplorasi = 37 Ha , SIPD = 4 buah

Kegunaan: sebagai bahan baku industri keramik dan porselin. Dewasa ini piropilit

diusahakan hanya berskala kecil dengan produksi rata-rata ± 25-50 m³ perhari dan

dikirim ke industri keramik di Jakarta, Cirebon, Surabaya, Semarang dan Tulung

Agung.

5. Marmer

23

Deskripsi: meruupakan jenis batuan dengan warna abu-abu, kuning kecoklatan

dan kemerahan diusahakan masih sebatas tradisional. Luas areal = 300 Ha.

( 77juta m³ ), areal yang dieksploitasi = 47 Ha, SIPD = 3 buah, eksploitasi = masih

dilakukan masyarakat secara tradisional. Kegunaan: Batuan hias, Ornamen, Ubin,

mebel dan bahan bangunan lainnya.

6. Zeolit

Deskripsi: Komposisi

- Ca O = 2,07 %

- Ai2 O3 = 13,43 %

- Mg O =1,67 %

- Fe2 O3 = 1,75 %

- Si O2 = 6,49 %

- Ti O2 = 1,40 %

- K2 O = 1,18 %

- Na2 O = 0,80 %

- Luas Areal = 59.100 Ha

- Areal yang dieksploitasi = 11,292 Ha

- SIPD = 1 buah

Kegunaan: sebagai bahan pembersih/ penyerap zat cair dan udara, campuran

makan ternak.

7. Batuan Beku

Deskripsi: Yang termasuk dalam jenis batuan beku antara lain Batu Desit, Basalt

dan Andesit dan banyak terdapat di Nawangan, Pacitan, Ngadirojo dan Tulakan.

Luas areal = 10 juta m³, Luas eksploitasi = 1 buah. Kegunaan: Untuk keperluan

bahan bangunan (pondasim Jalan dan lain-lain) dan diusahakan secara

Tradisional. Sedang untuk batuan beku yang berbentuk bongkahan-bongkahan

besar saat ini sudah diusahakan oleh perusahaan untuk Tegel dan Keramik,

Tempat lilin dan lampu.

8. Ball Clay

24

Bahan Galian Ball Clay disebut juga “ Tanah Liat Plastis “. Ciri khas dari bahan

galian ini adalah warna abu-abu, kemerahan, berbutir sangat halus dan

mempunyai kekenyalan yang tinggi sehingga apaabila kena paanas bentuk dan

warna tidak berubah. Eksploitasi masih dilakukan oleh penduduk secara

tradisional. Kegunaan: industri keramik halus dan porselin dan kerajinan (Gerabah

halus ).

9. Sirtu

Deskripsi: terdiri dari pasir, kerikil, kerakal yang merupakan material lepas

sebagai hasil pelapukan, erosi dan pengendapan batuan yang berasal dari

sekitarnya. Luas areal tidak terbatas, sepanjang aliran sungai grindulu, barak,

brongkah, sundeng, tani, tumpuk, guyangan dan Ngrato. Areal dieksoloitsi

berdasarkan SIPD, sampai saat ii terdapat 46 penambang yang mencapai 48,93 Ha

dengan jumlah produksi: 20.688 ton. Kegunaan: untuk bahan pembangunan jalan

dan campuran beton.

10. Batu Gamping

Deskripsi: komposisi batu gamping yang ada di Kabupaten Pacitan terdiri dari:

- Ca O = 52,93 – 54 %

- Fe 2 O3 = 0,04 %

- H2 O3 = 1,75 %

- Si O2 = 0,97 %

- Hp = 43,35 %

- Ai2 O3 = 0,75 %

- Mg O = -

Luas areal = sangat luas. Eksploitasi = saat ini banyak dilakukan oleh masyarakat

setempat secara tradisional sebagai bahan bangunan ( pondasi dan campuran

semen bangunan) itupun untuk konsumsi lokal. Kegunaan lain: bahan pembuatan

gelas, pertanian, industri gula Filter cat, kaporit dan industri plastik.

11. Emas

Biji emas dijumpai bersama-sama di lingkungan biji “Base Metal” di Desa

Pagerejo Kecamatan Ngadirojo dan Desa Kebonsari Kecamatan Punung. Luas

areal = Cukup luas (belum diketahui secara pasti dan perlu penelitian detail).

Areal yang dieksploitasi : Saat ini untuk lokasi di Kecamatan Punung sudah

25

dilaksanakan/ditambang secara terhimpun dakam kelompok-kelompok sebayak 12

pengusaha dikoordinasikan oleh KUD Punung. Kegunaan: Bahan perhiasan

INVESTASI INDUSTRI

Sektor industri mempunyai peranan strategi untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi, meningkatnya produktifitas, masyarakat, menciptakan

langpangan usaha, memperluas lapangan kerja seta meningkatnya pendapatan

masyarakat.

Kegiatan sektor industri ki Kabupaten Pacitan masih tergolong skala

menengah dan kecil, khusus industri kecil yang merupakan industri rumah tangga

dan dilakukan oleh kelompok masyarakat serta merupakan kegiatan sampingan.

Kegiatan ini berbasis di pedesaan. Dalam perkembangannya sektor ini mulai

berorientasi pada kegiatan ekspor baik tingkat regional, nasional maupun

Internasional. Beberapa komoditi industri kecil tersebut anatar alain Anyaman

Bambu, Mainan Anak (toys), Batu Mulia, Gerabah Seni, Batik Tulis telah mampu

menembus pasar ekspor.

1. Batu Aji/ Batu Mulia

Berbagai jenis bahan baku akik seperti jasper, Fosil Kayu, Kalsedon dan

Pasir Kwarsa banyak dijumpai di sekitar sentra industri kecil batu mulia/akik.

Industri kecil batu mulia tidak hanya merupakan kegiatan rumah tangga saja,

melainkan sudah menjadi sumber mata pencaharian masyarakat di beberapa desa

Kecamatan Donorojo dan sekitarnya. Unit Bina industri Batu Mulia (UBIBAM)

merupakan bapak angkat beberapa industri kecil batu akik yang dibina oleh badan

usaha milik negara Pt. Pupuk Pusri Palembang: dimana dalam perkembangannya

industri kedil ini telah mencapai sekitar 72 buah unit usaha dan telah mampu

meningkatkan pendapatan masyarakat pengrajin itu sendiri.

Jenis produksi: mencapai 37.500 biji setiap bulan, berupa mata cincin, anting,

liontin, aksesoris, pakaian, tasbih, kalung, miniatur, buah-buahan, arca dan hiasan.

Pemasaran: Surabaya, Solo, Yogyakarta, Sukabumi, Jakarta dan Saudi Arabia.

2. Maianan Anak (toys)

berbagai jenis mainan anak dan keperluan assesori rumah tangga terbuat dari kayu

Jati, Sono keling dan Pohon kelapa 9tu) dengan dimodifikadi model dan sentuhan

seni, hasil tosys sangant artistik. Produksi ini dapat dijumpai di Jl Pacitan-Solo

26

tepatnya Desa Punung Kecamatan Punung. Jenis produksi: berbagai jenis dan

model mobil-mobilan, assesoris dan perabot rumah tangga, keris dan jam dinding.

Daerah Pemasaran: Solo, Surabaya, jakarta( Sarinah departemen store).

3. keramik/gerabah seni

gerabah seni terbuat dari “tanah liat Plastis” (Ball clay), dimana bahan galian ini

mempunyai spesifikasi daya kenyal tinggi, warna abu-abu, kemerahan dan butir

sangat halus sehingga dalam proses pemanasan tidak terjadi perubahan warna dan

bentuk jenis tanah ini terdapat di Desa Ploso Kecamatan Punung.

Berbagai produksi ini telah menyentuh berbagai lapisan masyarakat dan

mendukung kegiatan kepariwisataan. Jenis Produksi: Tempat bunga, tempat

lampu, aneka mainan. Daerah pemasaran: Surabaya, Jakarta, Bali dan Taiwan.

4. Batik Tulis

Batik tulis khas pacitan tergolong jenis klasik seperti Motif Sidomulyo, sekar

jagat, Semen Romodan kembang-kembang. Kegiatan ini banyak dilakukan

sebagai kegiatan sampingan di Kecamatan Pacitan dan Ngadirojo.

Jenis: Kain Panjang, Sarung, Baju, Selendang, Ikat Kepala, Taplak Meja dan lain-

lain. Daerah pemasaran: Surabaya, Jakarta, Solo, Tanjung Pinang, Singapura dan

Yogyakarta.

5. Anyaman Bambu/ Rotan

Bahan Baku bambu cukup banyak terdapat di sekitar sentra industri ini, sehingga

cukup mendukung kegiatan industri rakyat setyta adanya tenaga trampil dan

murah. Beberapa jenis produksi seperti tempat koran/majalah, meja kursi,

menyekat ruangan, kipas keranjang dan lain-lain. Daerah pemasaran: disamping

untuk keperluan domestik, produk industri kecil dipasarkan ke yogyakarta, jakarta

serta diekspor ke luar negeri melalui perantara eksportir C.V. Mande Handicraft

Jakarta.

6. Terasi

27

Terasi merupakan komponen masakan Indonesia yang sangat digemari, terbuat

dari campuran ikan-ikan kecil dan udang. Meningkatnya penangkapan ikan berarti

ikut mendukung laju pertumbuhan industri kecil terasi di Pacitan.

Daerah pemasaran: Pasuruan, Sidoarjo, dan Surabaya. C. Aspek Sosial Ekonomi

Kondisi Ekonomi

Masyarakat Desa Kalak yang hidup jauh dari pusat keramaian memiliki

hubungan kekeluargaan yang erat. Kondisi rumah yang saling berdekatan,

memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi. Begitupula kondisi

perekonomian masyarakat terlihat sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan

banyaknya lapangan pekerjaan seperti, PNS, wirasuwasta, pertaniaan, dan buruh

yang tersedia baik di Kalak maupun Donorojo padaumumnya. Kondisi

perekonomian masyarakat Desa Kalak disokong oleh beberapa sumber daya

alam. Sektor-sektor tersebut diantaranya seperti perikanan, pertanian,

perkebunan, peternakan, pertambangan dan bahan galian, pariwisata, dan

perindustrian.

Jumlah pengangguran

Kendati termasuk kategori daerah tertinggal, angka pengangguran di

kabupaten Pacitan terbilang rendah di Jawa timur.Sesuai hasil survey angkatan

kerja nasional (sakernas) 2008, Tingkat pengangguran terbuka (TPT) kabupten

Pacitan hanya 3,1 persen meskipun ada sedikit peningkatan dibanding tahun

sebelumnya yakni 2.7, angka tersebut  relatif kecil di tingkat propinsi atau masih

berada di papan bawah setelah kabupaten sampang. Survei mencatat angka

pengangguran terbuka di kota Pacitan itu sebanyak 3,1% (11.746 orang) dari

total angkatan kerja 378.866 jiwa.

Hasil itu memberi gambaran bahwa dari 100 orang angkatan kerja yang

ada di Pacitan saat ini, tiga di antaranya menganggur. Kenaikan jumlah

pengangguran itu disebabkan beberapa faktor. Diantaranya, krisis global serta

musim kemarau berkepanjangan satu tahun terakhir ini. Sehingga, banyak tenaga

kerja di sektor pertanian dan perkebunan yang menganggur. Sementara, Kepala

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Pacitan, Marwan, membenarkan

28

rendahnya angka pengangguran di Pacitan. Hanya, berdasarkan jumlah pencari

kartu kuning, jumlahnya sebanyak 15.789 orang. Artinya, pencari kartu kuning

bisa dikategorikan sebagai pengangguran. Kendati begitu, keberadaan mereka

tidak sepenuhnya sebagai pengangguran. “Sebab, masih ada aktivitas

mendapatkan pendapatan. Selain itu, sebagian diantaranya sudah mendapatkan

kerja.

Kebanyakan pengangguran di Pacitan muncul dari para pekerja musiman.

Dikabupaten Pacitan sendiri tandas Sunaryo hampir tidak ada masyarakat yang

benar-benar tidak memiliki pekerjaan seperti halnya di kota besar. Mereka mau

melakukan pekerjaan apapun, kendati pendapatannya tidak sesuai standart rata-

rata. Sifat pantang menyerah inilah yang membuat masyarakat Pacitan tidak

kenal menganggur. Seseorang dikatakan pengangguran  jika yang bersangkutan

sedang mencari pekerjaan atau tidak bekerja sama sekali.Selain itu juga mereka

yang mempersiapkan usaha tetapi belum bisa beroperasi, merasa tidak mungkin

bisa bekerja semisal cacat, atau punya pekerjaan tetapi masih menunggu

panggilan.  Sedangkan Orang dikatakan tidak menganggur jika melakuan

pekerjaan minimal satu jam berturut turut selama seminggu yang lalu atau diatas

35 jam  perminggu. Dengan laju pertumbuhan ekonomi di pacitan yang sudah

mencapai 5 persen, kabupaten di ujung selatan Jawa Timur ini memiliki peluang

cukup besar, menekan angka pengangguran hingga titik minimal. Apalagi

dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat seiring kian pesatnya

laju investasi. Situasi ini secara tidak langsung akan memunculkan fenomena

baru, yakni migrasi warga luar yang ingin mencoba peluang kerja di Pacitan.

Dari total angka pengangguran terbuka yang mencapai 11.746 orang itu,

paling banyak didominasi angkatan kerja dengan latar belakang pendidikan

SLTP, yakni 51,22%," katanya. Selebihnya, merupakan angkatan kerja dengan

ijazah terakhir SLTA/SMK (40,94%) dan sarjana/diploma (7,8%).

Untuk kelompok pengangguran dengan latar belakang SLTP, misalnya.

Dari sekitar 6.016 pengangguran pada jenjang pendidikan itu, 54% atau sekitar

3.249 (54%) orang di antaranya berjenis kelamin laki-laki. Selebihnya, sebanyak

2.767 (46%) pengangguran lainnya berjenis kelamin perempuan. Jika

pengangguran dengan jenjang SLTP lebih banyak didominasi laki-laki, tidak

29

demikian halnya dengan tingkat pengangguran terbuka dengan latar belakang

pendidikan terakhir SLTA/SMK. Pada jenjang pendidikan ini, sebagaimana hasil

laporan yang sama, proporsi laki-laki jauh lebih sedikit, yakni sekitar (38%)

dibanding perempuan yang tercatat mencapai 44%

kemiskinan

Angka kemiskinan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, hingga saat ini

masih tergolong tinggi dengan jumlah mencapai 19,01 persen dari total

penduduk yang telah mendekati kisaran 570 ribu jiwa. “Persentase kemiskinan

ini dihitung berdasar hasil sensus penduduk sebelumnya,” Badan Pusat Statistik

(BPS) Pacitan, Sunaryo, Kamis (30/12/2010).

Indikator kemiskinan tersebut, terlihat dari masih banyak warga yang

asupan gizinya masih rendah atau pemenuhan makanan yang kurang dari 2.100

kilo kalori/hari. Selain itu, parameter kemiskinan juga terukur berdasarkan

jenjang pendidikan serta kondisi perumahan/tempat tinggal.Pendataan oleh BPS

tersebut secara keseluruhan dilakukan untuk mengetahui kondisi warga di

Kabupaten Pacitan secara detail sehingga diharapkan permasalahan sosial yang

masih terjadi secara rutin bisa mendapat perhatian dari pemerintah. Selain

masalah pengangguran dan kemiskinan, dalam hasil pendataan yang dilakukan

BPS juga diketahui beberapa hal seperti jumlah penduduk, pekerjaan, serta

berbagai data sosial-ekonomi masyarakat lainnya. Terkait jumlah atau tingkat

pengangguran, tercatat masih ada sekitar 4.991 orang atau 1,32 persen dari total

jumlah angkatan kerja sebanyak 378.135 orang. Itu sesuai hasil pendataan BPS

untuk tahun 2009.

Pendapatan

Pendapatan per kapita penduduk Pacitan tahun 2008 mencapai Rp.

4.724.665,86 (empat juta tujuh ratus dua puluh empat ribu enam ratus enam

puluh lima rupiah delapan puluh enam sen). Naik kembali di tahun 2009 menjadi

Rp. 5.215.554,63 (lima juta dua ratus lima belas ribu lima ratus lima puluh

empat rupiah enam puluh tiga sen)  atau meningkat 10,38 %. Begitu juga dengan

30

indeks pembangunan manusia (IPM), pada tahun 2008 sebesar 70,91, terus

meningkat 71,23 ditahun 2009. meningkatnya pencapaian tersebut dipengaruhi

oleh beberapa hal seperti, membaiknya angka harapan hidup, angka rata – rata

lama sekolah serta meningkatnya angka melek huruf masyarakat pacitan.

Pacitan masuk nominasi Satya Lencana Karya Bhakti Praja Nugraha,

dengan indikator Pemkab sukses mensejahterakan masyarakat Pacitan dari segi

pendapatan perkapita 10%, atau IPM yang meningkat sekitar 2%, namun

ternyata Pacitan belum memiliki SDM – SDM dengan spesialisasi keilmuan

masing – masing yang berguna dalam rangka pembangunan Pacitan.

31

D. Aspek Sosial Budaya

KONDISI SOSIAL

Jumlah Panti Asuhan / Panti Wreda Menurut Kapasitas Tampung ,

Jumlah Penghuni dan Kecamatan

Tahun 2008

 

Jumla

h

PenghuniKapasitasPanti

Wreda

KecamatanNo

PerempuanLaki-

laki

-----Donorojo1

-----Punung2

-----Pringkuku3

402218701Pacitan4

-----Kebonagung5

-----Arjosari6

-----Nawangan7

-----Bandar8

-----Tegalombo9

-----Tulakan10

-----Ngadirojo11

-----Sudimoro12

402218701Jumlah Total

 

 

32

Jumlah Penyandang Cacat Menurut Jenis Cacat dan Kecamatan

Tahun 2008

 

Jumla

h

Tuna

Mental

Tuna

Rungu

&Wicara

Tuna

Netra

Cacat

TubuhKecamatanNo

264411995109Donorojo1

353433292186Punung2

256242963140Pringkuku3

361111630304Pacitan4

182213031100Kebonagung5

370233882227Arjosari6

12111131978Nawangan7

194251736116Bandar8

18221336167Tegalombo9

5469289164201Tulakan10

2443364174Ngadirojo11

522-446Sudimoro12

3.1253173197411.748Jumlah Total

 

Jumlah Permasalahan Kesejahteraan Sosial ( PMKS )

Tahun 2003 s.d. Tahun 2008

33

  

34

No. Jenis PMKSTahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 Anak Balita Terlantar 1,125 1,125 1,605 1,444 1,376

3 Anak Terlantar 16,289 16,039 16,348 11,121 10,452

3 Anak yang Menjadi

Korban Tindak

Kekerasan atau

Dipelakukan Salah

-

-

-

-

-

-

2

-

-

-

-

-

-

-

-

4 Anak Nakal 57 14 46 7 47

5 Anak Jalanan 84 13 4 - 15

6 Anak Cacat 458 428 897 854 1,138

7 Wanita Rawan Sosial

Ekonomi5,173 5,173 5,311 5,361 5,142

8 Wanita yang Menjadi

Korban Tindak

Kekerasan atau

Diperlukan Salah

-

-

-

-

-

-

87

-

-

-

-

-

-

-

-

9 Lanjut Usia Terlantar 8,437 8,407 3,332 4,261 4,225

10 Lanjut Usia yang Menjadi

Korban Tindak

Kekerasan atau

Dipelakukan Salah

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

11 Penyandang Cacat 3,360 3,320 2,768 1,501 3,105

12 Penyandang Cacat Bekas

Penderita Penyakit

Kronis

47

-

47

-

358

-

61

-

-

-

13 Tuna Susila 20 27 22 - 6

14 Pengemis 20 4 3 3 1

15 Gelandangan 67 67 3 2 5

16 Gelandangan Psykotik - 35 9 1 4

17 Bekas Narapidana 48 122 62 1 54

18 Korban Penyalahgunaan

Napza4 2 184 1 4

19 Keluarga Fakir Miskin 56,434 54,090 54,090 54,232 44,162

20 Keluarga Berumah Tak

Layak Huni16,636 16,606 15,975 6,371 12,825

35

No. Jenis PMKSTahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 Anak Balita Terlantar 1,125 1,125 1,605 1,444 1,376

3 Anak Terlantar 16,289 16,039 16,348 11,121 10,452

3 Anak yang Menjadi

Korban Tindak

Kekerasan atau

Dipelakukan Salah

-

-

-

-

-

-

2

-

-

-

-

-

-

-

-

4 Anak Nakal 57 14 46 7 47

5 Anak Jalanan 84 13 4 - 15

6 Anak Cacat 458 428 897 854 1,138

7 Wanita Rawan Sosial

Ekonomi5,173 5,173 5,311 5,361 5,142

8 Wanita yang Menjadi

Korban Tindak

Kekerasan atau

Diperlukan Salah

-

-

-

-

-

-

87

-

-

-

-

-

-

-

-

9 Lanjut Usia Terlantar 8,437 8,407 3,332 4,261 4,225

10 Lanjut Usia yang Menjadi

Korban Tindak

Kekerasan atau

Dipelakukan Salah

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

11 Penyandang Cacat 3,360 3,320 2,768 1,501 3,105

12 Penyandang Cacat Bekas

Penderita Penyakit

Kronis

47

-

47

-

358

-

61

-

-

-

13 Tuna Susila 20 27 22 - 6

14 Pengemis 20 4 3 3 1

15 Gelandangan 67 67 3 2 5

16 Gelandangan Psykotik - 35 9 1 4

17 Bekas Narapidana 48 122 62 1 54

18 Korban Penyalahgunaan

Napza4 2 184 1 4

19 Keluarga Fakir Miskin 56,434 54,090 54,090 54,232 44,162

20 Keluarga Berumah Tak

Layak Huni16,636 16,606 15,975 6,371 12,825

PENDIDIKAN

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid menurut Jenjang Pendidikan

Tahun 2008

 

JENIS SEKOLAH JUMLAH

SEKOLAH

JUMLAH

GURU

JUMLAH

MURID

KET.

Taman Kanak- Kanak 296 617 7.029  

Sekolah Dasar :

Negeri

Swasta

 

413

4

 

4.501

39

 

45.543

488

 

Sekolah Menengah

Tingkat Pertama:

Negeri

Swasta

 

 

43

19

 

 

1.186

343

 

 

17.202

2.647

 

Sekolah Menengah

Tingkat Pertama

Terbuka

 

8

 

120

 

274

 

Sekolah Menengah

Atas Umum dan

Kejuruan:

Negeri

Swasta

 

 

16

13

 

 

758

325

 

 

9.023

2.914

 

Madrasah Ibtidaiyah:

Negeri

Swasta

 

5

100

 

92

1.015

 

592

6.297

 

Madrasah

Tsanawiyah:

Negeri

Swasta

 

3

33

 

86

762

 

764

4.765

 

Madrasah Aliyah:        

36

Negeri

Swasta

1

10

48

479

744

1.335

Sumber Data : PACITAN DALAM ANGKA / in Figures 2010

37

KESEHATAN

 TAHUN 2009

Jumlah fasilitas kesehatan:

 

         Rumah sakit umum

         Puskesmas

         Puskesmas Pembantu

         Praktek Dokter

         Balai Pengobatan

         Posyandu

 

 

      1 buah

      24 buah

      55 buah

      55 buah

      2 buah

      792 buah

 

Jumlah tenaga kesehatan non

RSUD:

 

Tenaga Medis

Perawat

Bidan Puskesmas

Bidan Desa

Non Paramedis

Lain-lainya

JUMLAH

 

 

         49 orang

         160

orang

         49 orang

         168

orang

         213

orang

         195

orang

 

834 orang

 

Pencapain jumlah peserta KB

baru terhadap target:

 

 

 

 

 

38

Target Sasaran

Akseptor Baru :

IUD

Pil

Ondom

MOW

MOP

Suntik

Implant

JUMLAH

PRESENTASE

12,500 orang

 

         888

orang

         1,871

orang

         297

orang

         207

orang

         124

orang

         9,471

orang

         448

orang

 

13,306 orang

106,45 %

Pencapaian pserta KB aktif

terhadap pasangan usia subur:

 

Pasangan Usia  Subur

Akseptor KB Aktif:

IUD

Pil

Ondom

MOW

MOP

Suntik

 

 

 

117,818 orang

 

         35,111

orang

         6,981

orang

         319

 

39

Implant 

JUMLAH

PRESENTASE

orang

         4,434

orang

         216

orang

         41,374

orang

         4,562

orang

 

92,997 orang

78,93 %

 Sumber Data : PACITAN DALAM ANGKA /  in Figures 2010

INVESTASI WISATA

Sektor pariwisata di Kabupaten Pacitan mempunyai peluang yang

cukup prospektif untuk dikembangkan menjadi industri Pariwisata yang mampu

bersaing dengan Pariwisata di daerah yang lain bahkan manca negara, ini cukup

beralasan, karena obyek wisata yang ada cukup beragam dan mempunyai ciri

khusus dan nilai lebih dibanding dengan daerah lainnya.

Pengembangan kepariwisataan tidak hanya mampu meningkatkan

pendapatan asli daerah semata, yang lebih penting kepariwisataan di Kabupaten

Pacitan mampu memberdayakan masyarakat sendiri sehingga mereka merasa

memiliki, melaksanakan, melestarikan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat melaui cara memberikan lapangan kerja dan

kesempatan berusaha.

Potensi Pariwisata di Kabupaten Pacitan meliputi Wisata Pantai,

Wisata Goa, Wisata Budaya/ Religius, Wisata Rekrekeasi, Wisata Industri.

Potensi obyek wiata dikembangkan melalui Program Pembangunan

40

Kepariwisataan mencakup kegiatan peningkatan dan rehabilitasi obyek wisata

yang ada, peningkatan sarana dan prasarana ke lokasi obyek wisata,

pengelolaan obyek wisata berupa menggalang kerja sama dengan biro

perjalanan dan perhotelan, penataan manajerian perhotelan dan rumah makan

serta kegiatan promosi.

Dari segi pendapatan, obyek wisata telah mampu menyumbangkan

pendapatan daerah yang cukup besar, ini terlihat pada tahun 1999/2000

mencapai Rp 420.686.150,-. Di banding kontribusi ke kas daerah selama lima

tahun terakhir rata-rata mengalami kenaikan sebesar 180,85 %.

Sedang jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Pacitan

tahun 1999/2000 mencapai 557.346 orang dimana 704 orang wiatawan manca

negara. Dibanding tahun 1995/1996 dimana jumlah wisatawan mencapai 89.601

orang, maka terjadi kenaikan yang sangat pesat selama lima tahun diman rata-

rata setiap tahun mencapai 104,41 %.

Sedang kontribusi Pendapatan sektor pariwisata setiap tahunnya

mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar 15,87 %, ini disebabkan

adanya upaya pengembangan dan pembangunan obyek-obyek wisata andalan,

promosi yang efektif. Untuk realisasi pemasukan beberapa obyek wisata untuk

tahun 2000 (bulan) mencapai Rp 48.418.880,-.

Obyek-obyek wisata di Kabupaten Pacitan dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa katagori antara lain:

1. Obyek wisata yang sudah dibangun dan telah memberikan kontribusi bagi

pendapatan masyarakat dan daerah antara lain: Pantai Teleng Ria, Pantai

Tamperan, Goa Gong, Goa Tabuhan, Pemandian air hangat dan Pantai

Srau.

2. Obyek wisata yang mempunyai prospek yang baik perlu pengangan dan

pembangunan yang konseptual seperti Pantai Klayar, Pantai Watukarung,

Pantai Srau, Pantai Sidomulyo, Luweng Jaran dan Luweng Ombo serta

kegiatan atraksi wisata seperti Ceprotan, Tari Khetek Ogleng dan

Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman.

3. Obyek wisata lainnya yang menjadi wahana pelengkap kepariwisataan baik

itu Goa dan Obyek wisata Sejarah dan sebagainya.

41

Obyek Wisata

Pantai Teleng Ria

Pantai ini menghadap ke Pantai Selatan dengan hamparan Pasir Putih

sepanjang kurang lebih 3 Km. Jarak dari Ibukota Kabupaten ke lokasi wisata

hanya 3,5 Km, dan dapat dengan mudah dicapai dengan berbagai jeniss

kendaraan. Berbagai sarana yang telah dibangun antaara lain adanya Gardu

Pandangn untuk menikmati desiran ombak laut selatan, Kolam Renang dan

Arena Bermain Anak-anak, Penginapan Serba Guna Bonggo Budoyo dann

Aareal Perkemahan, arena Pemancingan, dan makanan khas Pacitan.selain itu

pantai ini digunakan juga untuk Tempat Pendaratan Ikan (TPI) sehingga

pengunjung dapat membeli ikan segar.

Pantai Srau

Pantai Srau berada di wilayah kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan, yang

jaraknyaa kurang lebih 25 Km ke arah barat kota Pacitan dapat dilalui dengan

kendaraan umum dan pribadi. Pantai yang berpasir putih ini sangat cocok

untuk kegiatan arena pancing samodra.

Pantai Klayar

Pantai Klayar berada di wilayah kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan,

yang jaraknya kurang lebih 35 Km ke arah barat kota Pacitan. Pantai berpasir

putih ini memiliki suatu keistimewaan yaitu adanya seruling laut yang

sesekali bersiul di antara celah batu karang dan semburan ombak.

Di samping itu juga terdapat Air Mancur Alami yang sangat Indah. Air

mancur ini terjadi karena tekanan ombak airu laut yang menerpa tebing

karang berongga. Air muncrat yang dapat mencapai ketinggian 10 meter

menghasilkan gerimis dan embun air laut yang diyakini berkhasiat sebagai

obat awet muda.

Pantai Sidomulyo

Pantai ini terletak di desa Sidomulyo kecamatan Ngadirajo yang berjarak 50

Km dari Ibu kota Kabupaten dan dapat dijangkaru dengan segala jebis

kendaraaan. Pantai dengan pasir putihnya menghadap ke pantai selatan yang

42

panjangnya 2 Km.

Goa Gong

Goa dengan stalagtit dan stalagmit yang konon terindah se Asia Tenggara

mempunyai kedalaman kurang lebih 256 m, selain itu mempunyai 5 sendang

yaitu Sendang Jampi Rogo, Sendang Panguripan, Sendang Relung Jiwo,

sendang Kamulyan, dan sendang Ralung Nisto yang kono memiliki nilai

magis untuk menyembuhkan penyakit. Keindahan Stalagnit dan

stalagmitnya sangat memukau diabadikan dengan nama Selo Cengger Bumi,

Selo Gerbang Giri, Selo Citro Cipto Agung, Selo Pakuan Bomo, Selo Adi

Citro Buwono, Selo Bantaran Angin dan Selo Susuh Angin.

Goa ini terletak 30 Km arah barat kotak Pacitan tepatnya desa bomo

kecamatan Punung dan dapat dengan mudah dijangkau dengan segala jenis

kendaraan. Fasilitas yang tersedia adalah souvenir, rumah makan, Tempat

Parkir, MCK, Musholla.

Goa Tabuhan

Dinamaka Goa Tabuhan karena stalagtit dan stalagmitnya pesinden atau

waranggono. Dengan keunikannya tersebut Goa ini telah dikenal luas,

hingga saat ini pun juga masih banyak dinikmati wisatawan maupun

seniman untuk ajang pentas seni. Gua ini terletak di desa Wareng kecamatan

Punung kurang lebih 40 km dari pusat kota Pacitan ke arah barat. Fasilitas

yang ada seperti Musholla dan souvenir (Aneka produk batu Mulia/Akik).

Pemandian Air Hangat

Mata air yang masih menyimpan berbagai khasiat dan manfaat utamanya

bagi kesehatan dan kebugaran tubuh. Pemandian ini diberi nama “ Tirto

Husodo “ saat ini telah dibangun dua tempat berendam, dua buah kolam

renang dan tempat Penginapan. Aksesibilitas ke obyek wisata ini relatif

mudah, dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dengan kondiri jalan

baik, kurang lebih 15 Km dari Kota Pacitan, tepatnya di kecamatan Arjosari.

43

Upacara Ceprotan

Upacara Ceprotan ini sudah menjadi acara/event yang masuk kalender

Pariwisata jawa timur, upacara ini merupakan kegiatan tradisi adat di desa

Sekar secara turun temurun yang selalu dilaksanakan tiap tahun pada bulan

Dulkangidah (lngkang) hari jum'at atau senin kegiatan ini dimaksudkan

untuk mengenang Legenda rakyat Desa sekar yaitu dewi sekartaji dan pani

Asmorobangun melalui kegiatan bersih desa. Lokasi upacara Ceprotan di

desa sekar kecamatan Donorojo kota Pacitan ± 40 Km ke arah barat.

Sarana Pendukung Pariwisata

Salah satu pendukung kepariwisataan adalah adanya hotel yang

refresentatif untuk kenyamanan para wisatawan. Hotel merupakan sarana yang

sangat vital dalam menunjang kepariwisataan di Kabupaten Pacitan. Beberapa

hotel yang ada di Kabupaten Pacitan masih katagori hotel melati yang

jumlahnya 9 buah, yaitu:

1. Pacitan Hotel

Alamat : Jl. A. Yani No. 37 Pacitan

Telp. : (0357) 881224

Fasilitas : Kamar VIP dan ekonomi, Rumah makan.

2. Hotel Permata

Alamat : Jl. Gatot Subroto No. 26Pacitan

Telp. : (0357) 881224

Fasilitas : Tersedia kamar kategori VIP dan ekonomi, standar, fasilitas

lain adalah Restoran, tempat parkir dan lokasi di pusat kota.

3. Hotel Bali Asri Hotel

Alamat : Jl. A. Yani No. 69 Pacitan

Telp. : (0357) 881170

Fasilitas : Family Room, VIP ekonomi, dan sarana olahraga dan parkir

kendaraan.

4. Hotel Srikandi

Alamat : Jl. A. Yani No. 67 Pacitan

Telp. : (0357) 881170

44

Fasilitas : Kamar VIP, dan Rumah makan, ruang pertemuan dan tempat

parkir.

5. Hotel remaja

Alamat : Jl. A. Yani No. 67 Pacitan

Telp. : (0357) 881188

Fasilitas : Kamar VIP dan klas ekonomi, parkir kendaraan.

6. Hotel Sidomulyo

Alamat : Jl. P. Sudirman No. 25 Pacitan

Telp. : (0357) 881207

Fasilitas : Kamar, parkir kendaraan.

7. Hotel Wijaya

Alamat : Jl. P. Sudirman No. 41 Pacitan

Telp. : (0357) 881128

Fasilitas : Kamar, parkir kendaraan.

8. Happy Bay Beach Bungalows

Alamat : Pantai Teleng Ria Kelurahan Sidoarjo, Pacitan

Telp. : (0357) 881474

Fasilitas : Kamar, Parkir kendaraan.

9. Hotel Pakis Permai

Alamat : Ds. Pakis Baru Kec Nawangan

Fasilitas : Kamar VIP dan ekonomi, Parkir kendaraan

Dikelola oleh kantor arsip

E. Aspek Sosial Politik

Kabupaten Pacitan sebagai salah satu kabupaten dari Propinisi Jawa

Timur, mempunyai sistem pemerintahan yang sama dengan kabupaten-kabupaten

yang lainnya. Unit pemerintahan dibawah kabupaten secara langsung adalah

kecamatan. Masing-masing kecamatan terbagi habis dalam desa/kelurahan.

Organisasi

45

Perangkat Daerah Kabupaten Pacitan meliputi Organisasi/Lembaga pada

Pemerintah Kabupaten yang bertanggung jawab kepada Bupati dan membantu

Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan, terdiri dari Sekretariat Daerah,

Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan

Kelurahan sesuai dengan kebutuhan Daerah. Pada bulan Desember 2007 telah

ditetapkan peraturan daerah yang mengatur tentang organisasi perangkat daerah

sesuai dengan Peraturan Pemeritah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah. Peraturan Daerah tersebut sebagai berikut :

Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 19 Tahun 2007 tentang

Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Pacitan;

Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 20 Tahun 2007 tentang

Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Pacitan;

Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 21 Tahun 2007 tentang

Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pacitan;

Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 22 Tahun 2007 tentang

Organisasi Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Pacitan.

Sekertariat Daerah

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Organisasi

Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Sekretariat

Daerah marupakan unsur staf dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang

berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati.

Sekretaris Daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu Bupati dalam

menyusun kebijakan danmengoordinasikan Dinas Daerah dan Lembaga Teknis

Daerah. Susunan Organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari :

a. Asisten terdiri dari :

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat

Asisten Perekonomian dan Pembangunan

Asisten Administrasi Umum

b. Kelompok Jabatan Fungsional

46

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, terdiri dari :

a. Bagian Administrasi Pemerintahan Umum;

b. Bagian Kerjasama dan Perbatasan;

c. Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat;

d. Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan, terdiri dari :

a. Bagian Administrasi Pembangunan;

b. Bagian Administrasi Perekonomian;

c. Bagian Administrasi Sumber Daya Alam;

Asisten Administrasi Umum, terdiri dari :

a. Bagian Hukum;

b. Bagian Organisasi;

c. Bagian Keuangan;

d. Bagian Umum.

e. Bagian Pengolah Data Elektronik.

Sekretariat DPRD

Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadapDPRD dipimpin oleh

seorang Sekretaris Dewan yang secarateknis operasional berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada pimpinan DPRD dan secara administrasi

bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi

kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi

DPRD dan menyediakan serta mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh

DPRD sesuai dengan kemampuan daerah.

Dinas Daerah

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibentuk Dinas Daerah, sesuai

dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 20 Tahun 2007 tentang

Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Pacitan.

47

Pemerintah Kabupaten Pacitan terdiri dari 14 dinas

daerah yaitu :

a. Dinas Pendidikan;

b. Dinas Kesehatan;

c. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga;

d. Dinas Bina Marga dan Pengairan;

e. Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan;

f. Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan;

g. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

h. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil;

i. Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan;

j. Dinas Kehutanan dan Perkebunan;

k. Dinas Kelautan dan Perikanan;

l. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;

m. Dinas Pertambangan dan Energi;

n. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.

Lembaga Teknis Daerah

Sebagai unsur penunjang Pemerintah Kabupaten dibentuk lembaga teknis daerah.

Lembaga teknis daerah mempunyai tugas membantu Bupati dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Lembaga teknis

daerah dipimpin oleh seorang Kepala Badan/Kantor. Sesuai Peraturan Daerah

Nomor 21 Tahun 2007 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten

Pacitan, di Kabupaten Pacitan terdiri dari 14 lembaga teknis daerah yaitu :

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal;

b. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;

c. Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik;

d. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa;

e. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan;

f. Badan Kepegawaian Daerah;

g. Inspektorat;

48

h. Rumah Sakit Umum Daerah;

i. Kantor Pendidikan dan Pelatihan;

j. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi;

k. Kantor Lingkungan Hidup;

l. Kantor Ketahanan Pangan;

m. Kantor Pelayanan Perizinan;

n. Satuan Polisi Pamong Praja.

Pembangunan daerah yang pada dasarnya diorientasikan pada

pengembangan suatu wilayah, dalam perkembangannya semakin dihadapkan pada

berbagai permasalahan yang tidak saja sulit untuk diatasi sendiri, tapi juga

mengharuskan dilakukannya kerjasama dengan daerah lain. Berbagai akibat

pembangunan di suatu daerah tertentu seringkali harus pula dipikul oleh daerah-

daerah sekitarnya. Hal ini hanya mungkin diatasi melalui kerjasama antar daerah,

dimana kepentingankepentingan mereka dapat diwujudkan tanpa mengorbankan

pihak lain. Dengan kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan,

kesinambungan pembangunan dapat terpelihara.

Inisiatif kerja sama antara kabupaten Pacitan, kabupaten Wonogiri dan

kabupaten Gunungkidul sudah digagas sejak akhir tahun 1986-an. Faktor

persamaan sebagai daerah tertinggal di Selatan Pulau Jawa yang tandus,

kedekatan kultural serta mempunyai masalah di daerah perbatasan telah

membentuk ikatan ketiga daerah itu. Ketiga kabupaten di wilayah Pawonsari

mempunyai potensi dan permasalahan yang hampir sama, sebagaimana tabel

berikut:

No. Nama Kabupaten Potensi Permasalahan

1. Pacitan • Pertanian

• Perikanan

• Keaslian alam

(pariwisata)

• Sarana dan

prasarana

• Pengangguran

• Jumlah keluarga

prasejahtera tinggi

• Ketersediaan

sarana dan

prasarana

49

• Industri kecil dan

menengah

penunjang sektor

perikanan dan

kelautan

• Jalur transportasi

• Ketersediaan air

bersih

• Kurangnya

program kemitra

2. Wonosari • Pertanian

• Peternakan

• Perkebunan

Rakyat

• Perindustrian

• Pariwisata

(pantai, gua,

budaya)

• Sumberdaya

Mineral

• Kemiskinan

• Banyaknya

Pengangguran

• Rendahnya

pelayanan

kesehatan

• Rendahnya

pelayanan

pendidikan

• Kekeringan

• Rendahnya

kualitas SDM

aparatur

pemerintah

kabupaten

• Rendahnya

pendapatan asli

daerah

50

3. Gunung Kidul • Pertanian

• Sumber air

• Hutan

• Pertambangan

• Kelautan

• Industri

• Pariwisata

• Kondisi geografis

• Banyaknya

urbanisasi (pegi ke

luar)

• Belum

tersedianya

fasilitas yang

dimanfaatkan

untuk menggali

sumberdaya alam

yang ada

• Terbatasnya

SDM yanag

berkualitas

Sumber: RTRW Kab Wonogiri, Renstra Kab. Wonogiri 2001-2005, renstra Kab.

Pacitan 2001-2005, Renstra Kab. Gunung Kidul 2001-200, RTRW Kab.

Gunungkidul

Bidang kerjasama dalam KAD Pawonsari adalah bidang-bidang pelayanan

publik, yaitu: pendidikan, kesehatan, perhubungan, peternakan, ketenagakerjaan,

keamanan dan air bersih. Dari semua bidang kerjasama tersebut merupakan

kerjasama untuk mengatasi permasalahan pelayanan publik di daerah perbatasan

dikerjasamakan. Beberapa item dari bidang yang dikerjasamakan tersebut

merupakan kegiatan yang rutin dilakukan oleh dinas terkait dengan bidang

kerjasama, yaitu:

1. KSO bidang Kelautan, perikanan, peternakan adalah: pemberdayaan kelompok

nelayan dan pembudidayaan ikan di pantai Selatan Pawonsari, intensifikasi

kegiatan peleyanan inseminasi buatan pada sapi potong, sapi perah, kambing

dan domba.

2. KSO bidang Pendidikan adalah: informasi pendidikan, praktek kerja lapangan

siswa, peningkatan kualitas metode pembelajaran, peningkatan sarana dan

prasarana pendidikan

51

3. KSO bidang Kesehatan adalah: penyehatan lingkungan pariwisata dan tempat

umum, perbaikan gizi masyarakat, penyuluhan perilaku hidup sehat,

meningkatkan manajemen pelayanan kesehatan dengan sistem informasi

kesehatan.

Untuk memformalkan kerja sama membutuhkan proses birokrasi yang

tidak mudah. Berdasarkan UU 5/1974, kerja sama tiga kabupaten ini memerlukan

persetujuan gubernur masing-masing selaku atasan bupati/walikota. Hal ini

mengingat tiga daerah ini meliputi tiga propinsi, yaitu Kabupaten Pacitan (Jawa

Timur), Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) dan Kabupaten Gunungkidul

(Daerah Istimewa Yogyakarta).

Formalisasi kerja sama ketiga daerah tidak banyak menemukan kendala.

Selain persepsi eksekutif yang mendukung kerja sama, lembaga legislatif pun

memberikan dorongan. Ini dibuktikan dengan persetujuan DPRD di tiga daerah

tersebut mengenai kerja sama sebelum MoU tiga bupati ditandatangani yaitu: 1)

Keputusan DPRD Pacitan No.8/2002, 2) Keputusan DPRD Wonogiri No. 32/2002

dan 3) Keputusan DPRD Gunungkidul No.12/KPTS/2002.

Kerjasama ketiga kabupaten tersebut dapat dikatakan istimewa karena

ketiga kabupaten tersebut berada dalam propinsi yang berbeda. Sehingga secara

tidak langsung kerjasama tersebut merupakan kerjasama 3 (tiga) propinsi.

Walaupun pada pada proses pembentukannya tidak melibatkan pemerintah

propinsi.

Tujuan Kerjasama Antar Daerah Pawonsari yang tercantum dalam naskah

Surat Keputusan Bersama adalah untuk memelihara persatuan dan kesatuan serta

mengembangkan berbagai potensi daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan

masyarakat dan kesejahteraan masyarakat. Kerjasama tersebut meliputi aspek

sumber daya, aspek pelayanan masyarakat dan aspek prasarana/sarana, yang

diwujudkan dalam bentuk Kerja Sama Operasional (KSO).

No. KSO Bidang Yang

Dikerjasamakan

1. Kerjasama Antar Daerah

Pawonsari Bidang

Perhubungan

• Bidang Lalu Lintas

meliputi: manajemen dan

rekayasa

52

lalu lintas, kecelakaan

lalu lintas, pengendalian

operasional

• Bidang Angkutan

Penumpang Umum

meliputi: jenis

layanan, penentuan

kebutuhan angkutan

perbatasan,

kebutuhan angkutan antar

kota antar propinsi,

perijinan

angkutan perbatasan,

perijinan angkutan antar

kota antar

propinsi, penetapan tarip

angkutan umum,

pembangunan

terminal

• Bidang Pengujian

Kendaraan Bermotor

2. Kerjasama Antar Daerah

Pawonsari Bidang

Keamanan

• Pengadaan Pos

keamanan bersama

dengan

pelengkapnya

• Pengadaan alat

komunikasi

• Personil

3. Kerjasama Antar Daerah

Pawonsari Bidang

Kelautan, Perikanan,

Peternakan/Kehewanan

• Pemanfaatan prasarana

pendaratan kapal/perahu

dan

tempat Pelelangan Ikan

53

pantai Selatan Pawonsari

• Penangkapan dan

Pelestarian sumberdaya

ikan di pantai

Selatan Pawonsari

• Pemberdayaan

kelompok nelayan dan

pembudidayaan

ikan di pantai Selatan

Pawonsari

• Pengawasan tata niaga

hasil kelautan dan

perikanan,

hewan dan lalulintas

Kesmavet (Kesehatan

Masyarakat

Vetermier)

• Pencegahan dan

pemberantasan penyait

hewan menular

• Peningkatan sarana

pengawasan mutasi ternak

antar

daerah

• Intensifikasi kegiatan

peleyanan inseminasi

buatan pada

sapi potong, sapi perah,

kambing daan domba

• Pengendalian

Organisme Pengganggu

Tanaman (OPL)

54

• Jaringan Benih Antar

Lapang (JABAL)

komoditas

palawija

4. Kerjasama Antar Daerah

Pawonsari Bidang

Ketenagakerjaan

• Penyuluhan dan

penempatan tenaga kerja

• Pemberian Kerja

Darurat

• Peningkatan Sumber

Daya Manusia

Sumber: Sekretariat BKAD Pawonsari

Di kabupaten Gunungkidul instansi perhubungan merupakan suatu dinas

tersendiri yaitu Dinas Perhubungan sedangkan di Wonogiri hanya merupakan

Subdin Perhubungan yang merupakan bagian dari Dinas Perhubungan Pariwisata

dan Seni Budaya (DPPSB). Adanya perbedaan ini menyebabkan adanya

perbedaan sistem penganggaran, yang berujung pada perbedaan prioritas di

masing-masing kabupaten. Sehingga sampai saat belum ada trayek perbatasan

antara Kabupaten Wonogiri-Gunungkidul. Peluang ini dimanfaatkan oleh

masyarakat dengan menggunakan kendaraan plat hitam untuk angkutan jarak

pendek. Disatu sisi hal ini menguntungkan masyarakat karena terlayani kebutuhan

pelayanan angkutan tetapi disisi lain juga merugikan karena kendaraan plat hitam

tidak bisa dikenai peraturan tarif, sehingga tarif angkutan di perbatasan menjadi

mahal dan tidak terkendali. Walaupun melanggar peraturan, angkutan plat hitam

ini tidak ditindak mengingat hal diatas. Untuk angkutan jarak jauh AKAP (antar

kota antar propinsi) pengusaha bus tanpa melihat konteks KAD Pawonsari,

memberikan pelayanan rute Pawonsari, yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

pergi ke Yogyakarta. Bagi masyarakat kabupaten Pacitan trayek ini sangat

menguntungkan. Apabila dulu Pacitan-Yogyakarta (Pacitan-Wonogiri-Solo-

Yogyakarta) ditempuh dalam waktu 5 jam, sekarang dengan adanya trayek ini

(Pacitan-Wonogiri-Yogyakarta) ditempuh dalam waktu 2-3 jam.

55

Sinergitas yang mendukung kerjasama bidang Perhubungan ini juga belum

terlihat pada pembangunan Jalur Lintas Selatan. Pada penetapan jalur jalan Lintas

Selatan pada perbatasan Wonogiri-Pacitan terdapat perbedaan jalur (misslink). Di

kabupaten Wonogiri, jalur Lintas Selatan ini melintasi kecamatan Pracimantoro,

Giritontro dan Giriwoyo atau sering disebut dengan jalur Duwet-Glonggong.

Dengan diputuskannya jalur Duwet-Glonggong menjadi JLS maka jalur Duwet-

Bayemharjo (masyarakat setempat mengenal jalur ini sebagai jalur Pawonsari)

menjadi prioritas ke sekian. Padahal dalam rangka mempersiapkan jalur Duwet-

Bayemharjo menjadi JLS, pemerintah kabupaten Pacitan telah mengadakan

pelebaran jalan yang berbatasan dengan Bayemharjo. Pemerintah kabupaten

Pacitan menginginkan jalur Duwet-Bayemharjo jadi bagian dari JLS sedangkan

Pemkab Wonogiri telah memutuskan jalur Duwet-Glonggong sebagai bagian dari

JLS yang saat ini dalam tahap pembebasan lahan. Kewenangan penentuan jalur ini

berada pada Propinsi karena merupakan jalan propinsi yang akan ditingkatkan

statusnya menjadi jalan negara.

Nama-nama Bupati Pacitan 

1745-1750 : R.T. Notopoero

1750-1757 : R.T. Notopoero

1757-         : R.T.Soerjonegoro I

1757-1812 : R.T.Setrowidjojo II

1812-         : R.T.Setrowidjojo III

1812-1826 : M.T.Djogokarjo I

1826-         : M.T.Djogokarjo II

1826-1850 : M.T.Djogokarjo III

1866-1879 : R.Adipati Martohadinegoro

1879-1906 : R.Adipati Harjo Tjokronegoro I

1906-1933 : R.Adipati Tjokroegoro II

1937-1942 : R.T.Soerjo Hadijokro

56

1943-         : Soekardiman

1944-1945 : MR. Soesanto Tirtoprodjo

1945-1946 : R.Soetomo

1946-1948 : R.Soetomo

1948-1950 : Soebekti Poesponoto

1950-1956 : R.Anggris Joedoediprodjo

1956-1961 : R. Soekijoen Sastro Hadisewojo(bupati)

1957-1958 : R.Broto Miseno (Kepala Daerah Swantara II)

1958-1960 : Ali Moertadlo (Kepala Daerah)

1961-1964 : R.Katamsi Pringgodigdo

1964-1969 : R.S. Tedjo Soemarto

1969-1980 : R.Moch Koesnan

1985-1990 : H.Mochtar Abdul Kadir

1990-1995 : H. Soedjito

1995-2000 : Sutjipto. Hs

2000-2005 : H. Soetrisno

2005- ....... : H. Sujono.

57

B. Pengembangan Kabupaten pacitan

Pembangunan Tanaman pangan dan peternakan kabupaten pacitan

Pembangunan Tanaman Pangan dan Peternakan bertujuan untuk

meningkatkan kesejaheraan petani dan peternak agar meningkatkan pendapatan

dan daya beli serta menumbuhkembangkan usaha ekonomi produktif. Oleh karena

itu pembangunan dibidang tanaman pangan dan peternakan diorientasikan pada

peningkatan produksi melalui pembangunan infrastruktur pertanian, optimasi

penggunaan lahan dan air, penggunaan benih/bibit unggul, penerapan teknologi

pertanian/peternakan tepat guna, dan penerapan pemupukan berimbang, dan

pemberdayaan SDM Penyuluh Pertanian/Peternakan serta penanganan proses

budidaya sampai penanganan pasca panen. Sejalan dengan hal tersebut, maka

implementasi pembangunan harus berwawasan pada pengembangan komoditas

unggulan dan berkualitas atau komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Pembangunan tanaman pangan dan peternakan yang telah dilakukan

sampai saat ini sebagai upaya pemerintah dalam menumbuhkembangkan ekonomi

di perdesaan sebagai lokomotif penggerak dibidang tanaman pangan dan

peternakan serta guna mendorong sektor riil lainnya. Hal ini dimaksudkan agar

akselerasi pertumbuhan ekonomi pedesaan cepat berkembang dengan

memberdayakan usaha ekonomi produktif dibidang pertanian dan peternakan.

Sehingga pembangunan yang dilaksanakan menyentuh dan langsung dirasakan

oleh masyarakat petani/peternak.

Dalam kesinambungan program pembangunan tanaman pangan dan

peternakan ditahun mendatang, diharapkan dapat memacu pertumbuhan wilayah

serta mensejahterakan petani/peternak, dan mendorong masyarakat petani untuk

membuka usaha dan investasi baru secara mandiri.

Tujuan strategis meningkatnya  pertumbuhan  ekonomi  daerah  dan  

pemerataan pendapatan masyarakat, ditempuh melalui kebijakan penguatan dan

perluasan jaringan pasar lokal serta optimalisasi sektor prioritas, dengan

sasaran :

a.    Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian ;

58

b.    Meningkatnya  kuantitas dan kualitas hasil peternakan sebagai pemenuhan

kebutuhan gizi masyarakat ;

c.    Meningkatnya potensi ekonomi sumberdaya perikanan dan laut ; dan

d.    Terwujudnya potensi ekonomi sumberdaya hutan.

Tujuan strategis meningkatnya kualitas pengelolaan lingkungan hidup dan

SDA, ditempuh melalui kebijakan Konservasi ekologi kawasan, dengan sasaran :

a.    Terwujudnya lingkungan yang bersih, hijau dan lestari;

b.    Terjaganya kualitas dan kuantitas sumber daya air.

Pemerintah kabupaten Pacitan kembangkan tiga kawasan wisata menjadi

segi tiga emas paket pariwisata.

Tahun ini, Pemerintah kabupaten Pacitan memfokuskan pengembangan

pariwisata di tiga titik kawasan. Diwilayah barat terdapat, goa gong, pantai Srahu,

pantai Klayar dan sekitarnya, sedangkan wilayah tengah meliputi kawasan teleng

ria. Sementara dikawasan timur utara meliputi pemandian Banyu Anget, pantai

Taman hingga Pantai Sidomulyo dan sekitarnya. Tiga wilayah segi tiga emas itu

menurut Kabid Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda

dan Olah Raga Pacitan Rahmad Dwiyanto, memiliki prospek yang cerah untuk

dikembangkan. Terlebih menyongsong keberadaan jalur lintas selatan (JLS) serta

mega proyek PLTU Sudimoro. Tidak hanya itu, tiga kawasan wisata tersebut juga

menjadi menyumbang terbesar PAD dari sektor wisata. Dari total pendapatan

selama tahun 2009 senilai 1 milyar rupiah, hamper 90 persen diantaranya berasal

dari obyek-obyek wisata tersebut. Hanya saja tegas Rahmad, belum semua potensi

wisata disemua kawasan tersebut bisa dijadikan produk wisata. Banyak lokasi

wisata potensial namun terkendala infrastruktur. Seperti akses jalan menuju lokasi

wisata yang kurang memadai. Dari sekian banyak lokasi wisata di Pacitan, baru

tiga yang akses jalannya memadai. Yakni kawasan Goa Gong, Pantai Teleng Ria

dan kawasan wisata Banyu Anget.

Lebih lanjut Rahmad Dwiyanto mengatakan, untuk pengembangan

kawasan wisata, dibutuhkan kerjasama semua pihak. Tidak cukup hanya

59

mengandalkan pemerintah, namun peran masyarakat dan swasta sangat

dibutuhkan. Terlebih dengan APBD kabupaten Pacitan yang sangat terbatas.

Untuk skala prioritas, lanjut Rahmad, pihaknya tahun ini mengalokasikan 80

persen anggaran untuk pemenuhan infrastruktur di tiga kawasan tersebut. Bahkan,

melalui pemerintah propinsi tahun ini akan dibangun sarana jalan didua lokasi

wisata yakni pantai Klayar dan bumi perkemahan Pancer Door senilai 2 milyar

rupiah.

Daerah potensial, itulah kata – kata yang tepat untuk menggambarkan

Pacitan, sebuah kabupaten kecil dipojok selatan Jawa Timur ini memang

menyimpan potensi daerah yang besar, terutama potensi yang bisa dihasilkan dari

aspek Sumber Daya Alam yang melimpah yang tersebar di bebarapa Kecamatan

di Kabupaten pacitan. Kita bisa melihat dari potensi itu dari berbagai hasil bumi

maupun potensi Pariwisata di Pacitan. Pantai Teleng Ria yang sudah tidak asing

lagi dan kini sudah mulai dilirik oleh investor – investor, home industri dan

kerajinan alam batu akik di kecamatan donorojo, sampai dengan Tambang emas

di Daerah Kecamatan Ngadirojo yang justru saat ini malah digarap oleh investor

luar pun dengan beberapa potensi alam dan wisata lainnya seperti pantai Klayar,

Pantai Srau, goa Gong, dan obyek wisata lain di Pacitan yang masih menunggu

gebrakan dari kebijakan Pemkab untuk meledakkan potensi itu. Dan melihat

mekanisme pembangunan Pacitan yang sudah dilakukan Pemerintah daerah,

sepertinya memang perlu beberapa evaluasi pola kebijakan pembangunan yang

diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan, karena kita melihat dari tahun ke

tahun, sepertinya pembangunan di Pacitan hanya berjalan ditempat, dan hasil

daripada pembangunan itu hanya bisa dirasakan sebagian masyarakat di kota

Pacitan, belum dirasakan sepenuhnya oleh seluruh masyarakat Pacitan dari desa

kalak di ujung barat Pacitan sampai desa Gemaharjo di ujung timur Pacitan. Dan

memang kedepan, masyarakat Pacitan, lebih khusus Pemkab Pacitan perlu

merumuskan sebuah pembangunan Pacitan yang integratif-strategis-solutif, yang

harus dekelola secara sungguh–sungguh proyek besar ini, proyek besar

membangun Pacitan.

Mencermati beberapa aspek pembangunan di Indonesia, sepertinya

memang hampir sama ketika kita khususkan kedalam konteks Pacitan. Masalah

60

yang menghambat laju pembangunan bermula dari metode pendidikan yang

memang masih menjadi kendala stagnanisasi pembangunan di Pacitan. Budaya

yang ada di pelosok pedesaan, orang tua melarang anaknya untuk sekolah tinggi

karena alasan biaya yang tidak mencukupi masih  menjadi kebiasaan para orang

tua di pelosok–pelosok desa. Artinya faktor kesadaran orang tua terhadap

pendidikan anaknya menjadi sebuah keprihatinan tersendiri di Pacitan. Dan

akibatnya, pemuda–pemuda desa tersebut menjadi pengangguran baru dengan

otak tumpul. Lalu setelah itu, para orang tua menyuruh mereka pergi keluar kota

untuk bekerja sebagai buruh atau karyawan pabrik, setelah beberapa tahun bekerja

di luar kota, para pemuda desa tersebut pulang kampung, dan bergaya sok kaya

dan sok pinter, lalu setelah itu menikah dengan orang yang tidak jauh beda

nasibnya dengan pemuda tersebut.  Kondisi seperti ini berulang setiap tahun di

pacitan, sehingga Pacitan selalu menghasilkan generasi – generasi muda yang

mempunyai kualitas rendah. Dan kalau iklim kesadaran tentang pentingnya

pendidikan ini masih menjadi kebiasaan, maka sampai kapanpun kita tidak akan

melihat Pacitan berjaya.

Akar mula dari kondisi semacam ini bisa kita lihat dari kondisi Pacitan

yang tidak banyak menciptakan peluang kerja bagi masyarakatnya. Hal ini bisa

dilihat dari minimnya lapangan kerja yang prospektif di Pacitan, sehingga para

pemuda–pemuda di Pacitan banyak yang berlarian keluar kota untuk lebih

menemukan lapangan kerja yang menghasilkan property dan keuntungan lebih

banyak daripada bekerja di daerahnya sendiri. Kalaupun ada lapangan kerja,

proyek untuk mengembangkan lapangan kerja tersebut menjadi sebuah lahan kerja

yang prospektif  masih menjadi kendala tersendiri sehingga kita bisa melihat

masyarakat Pacitan yang tidak memiliki etos kerja yang tinggi. Artinya adalah

bahwa semisal masyarakat  bercocok tanam, mereka hanya bercocok tanam lalu

setelah itu panen. Dan pokoknya asal kerja. Ketidak semangatan masyarakat

untuk menemukan formulasi tentang bibit unggul, formulasi agar panennya

sukses, agar proyek tambak menjadi lahan prospektif inilah sebenarnya yang

kemudian menyebabkan Pacitan menjadi agak tertinggal dari kabupaten–

kabupaten lainnya. Dan korelasi dari beberapa problematika yang menghambat

61

kemajuan pembangunan Pacitan adalah kurangnya putra – putra daerah yang

memiliki spesialisasi keilmuan masing – masing untuk membangun Pacitan.

Pacitan tidak memiliki stok Sumber Daya Manusia (SDM) yang

memadai untuk membangun Pacitan. Kalau saja Pacitan memiliki master – master

insinyur pertanian, pasti kita akan melihat  Pertanian di pacitan bukan hanya

rutinitas bercocok tanam saja, tetapi bagaimana merumuskan sebuah konsep

bercocok tanam yang menghasilkan profit, atau insinyur perikanan yang mampu

membuat pasar ikan di Pacitan menjadi komoditi yang menghasilkan. Pun

demikian dengan insinyur pertambangan yang mampu mengemas beberapa

tambang potensial di Pacitan, seperti bentonite, emas, dan batu mulia menjadi

sebuah proyek raksasa, sebesar PT Freeport barangkali.

Dan salah satu masalah lagi, adalah bahwasanya ketika putra daerah

Pacitan menjadi orang sukses di rantauan, mereka enggan kembali ke pacitan,

enggan untuk bekerjasama dengan masyarakat pacitan mengembangkan dan

membangun Pacitan menjadi lebih baik. Paling banter andil para putra daerah

tersebut adalah pendanaan saja. Tidak lebih dari itu. Padahal kita mengetahui

sebenarnya Pacitan tidak hanya butuh dana, tetapi yang terpenting dibutuhkan

Pacitan saat ini adalah kader – kader yang mampu memoles semua potensi yang

dimiliki pacitan dalam rangka mensejahterakan pacitan, menuju Pacitan bukan

hanya menjadi kota 1001 Goa saja, tetapi menjadi kota 1001 potensi.

Dari segi alamnya, walaupun Pacitan begitu besar menyimpan potensi

alamnya, juga banyak problematika yang ditimbulkan. Sering terjadi bencana

alam seperti tanah longsor di beberapa tempat rawan longsor, seperti daerah

sepanjang sungai Grindulu di Kecamatan Arjosari dan Tegalombo di Kabupaten

Pacitan tentu akan sangat mempengaruhi, bahkan bisa menghambat potensi besar

yang dimiliki Pacitan. Topografi Pacitan yang berbukit – bukit dan minim daerah

dataran rendah memang membutuhkan penanganan secara khusus agar kedepan

tidak terjadi bencana tanah longsor yang sering, bahkan tiap musim penghujan

selalu dihantui tanah longsor.

Analisa peluang

62

Melihat Pacitan dengan potensi alamnya yang melimpah, baik dari sektor

pertambangan, perikanan, maupun sektor pariwisata, maka peluang yang bisa

dilihat dan prospektif adalah ketiga sektoral tersebut. Dari sektor perikanan

misalnya, kalau kita lihat daerah perairan pacitan yang mempunyai luas wilayah

mencapai 7.636 mil² dengan 12 pantai merupakan daerah untuk pendaratan ikan

oleh nelayan. Adapun potensi wilayah laut adalah sebesar kurang lebih 84.4330

ton pertahun, dengan perincian ikan dasar (demesral) = 24.577 ton, ikan pelagis

98.310 ton, sejenis udang mencapai kurang lebih 2.220 ton pertahun (8,22 %)

berupa Lobster ground yang mempunyai nilai jual tinggi. Potensi budidaya laut

yang potensial dikembangkan di Teluk Segoro Anakan di Kecamatan Ngadirojo

seluas kurang lebih 400 Ha, yang digunakan untuk budidaya rumput laut

mencapai 64 unit rakit dan budidaya ikan kerapu. Dari sektor perikanan lainnya,

yaitu potensi budidaya air payau mencapai luas lahan potensial kurang lebih 866

Ha yang dikembangkan di Desa Kembang, Desa Watu Karung, Desa Sidumulyo

dan Hadiwarno; sedang di Desa Watukarung telah dirintis 1,00 Ha. Kemudian

masih dari sektor perikanan, potensi usaha budidaya air tawar yang dikembangkan

di perairan umum yaitu kolam seluas kurang lebih 0,88 Ha, tadah hujan lebih 5,58

Ha melalui budidaya keramba jaring apung dan penebaran jenis ikan di Telaga,

pusat pelelangan ikan (TPI) di Kabupaten Pacitan.

Dari sektor pertambangan, Pacitan memiliki daerah pertambangan yang

mempunyai prospek yang cerah, karena di beberapa tempat di Pacitan, terdapat

tambang – tambang yang mempunyai nilai jual yang tinggi. Berdasarkan kondisi

dasar, topografi, struktur dan jenis batuan yang 85 % merupakan bagian seluruh

wiyaha Kabupaten Pacitan, ternyata di dalamnya banyak mengandung bahan

tambang yang melimpah. Adapun bahan tambang yang ada dengan klasifikasi

golongan A, golongan B dan golongan C yang sampai saat ini pengelolaannya

masih dirasakan belum optimal karena terbatasnya sarana dan prsarana

pertambangn sehingga belum banyak memberikan kontribusi kepada peningkatan

pendapatan mesayarakat yang akhirnya peningkatan pendapatan daerah.

Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Dinas Pertambang Propinsi Jawa

Timur menunjukkan adanya sebaran, luas areal, bersarnya cadangan serta kualitas

63

bahan galian yang ada di Kabupaten Pacitan sejumlah 33 jenis bahan tambang.

Berikut adalah potensi pertambangan yang dimiliki oleh Pacitan.

Peluang dari sektor Pariwisata Pacitan sangat menjanjikan, mampu

bersaing dengan Pariwisata di daerah yang lain bahkan manca negara, ini cukup

beralasan, karena obyek wisata yang ada cukup beragam dan mempunyai ciri

khusus dan nilai lebih dibanding dengan daerah lainnya. Potensi Pariwisata di

Kabupaten Pacitan meliputi Wisata Pantai, Wisata Goa, Wisata Budaya/ Religius,

Wisata Rekreasi, Wisata Industri. Berikut adalah bagan tempat wisata yang

tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Pacitan.

Pemberlakuan kebijakan otonomi daerah dengan kebijakan yang bottom

up memberikan kebebasan bagi daerah memiliki potensi daerah yang besar baik

Sumber Daya Alam dan konsep pengelolaannya untuk maju dan berkembang.

Begitu pula dengan Pacitan yang kita bisa melihat begitu kaya akan potensi SDA-

nya. Salah satu sektor pembangunan yang digarap di Kabupaten Pacitan, yaitu

sektor pertambangan, memiliki 11 macam hasil tambang yang sebenarnya ini juga

merupakan potensi besar jika mampu untuk mengelolanya. Tambang bentonite,

feldspar, kalsit, piropilit, Marmer, Zeolit, batuan beku, Ball Clay, Sirtu, Batu

gamping, dan emas menjadi sebuah sektor potensial untuk menghasilkan

pendapatan daerah. Dan kebanyakan dari potensi pertambangan yang dimiliki

Pacitan berada di daerah Pedesaan, seperti tambang emas yang terletak di

Ngadirojo dan Tulakan. Ada beberapa strategi pencapaian yang bersifat strategis

yang saat ini memungkinkan untuk segera dilakukan dalam konteks pembangunan

di kabupaten Pacitan.

Pembangunan berbasis pedesaan.

Kalau Jawa Tengah ada program ‘Bali Ndeso Mbangun Ndeso’, maka di

Pacitan perlu ada program yang serupa untuk mengembangkan potensi daerah

yang dimilki Pacitan. Ada beberapa alasan mengapa konsep pembangunan

berbasis pedesaan ini menjadi pprioritas utama sekaligus peluang utama untuk

pembangunan Pacitan. Yang pertama kita melihat bahwa mayoritas masyarakat

Pacitan hidup dilingkungan Pedesaan, sehingga populasi mayoritas Kabupaten

Pacitan adalah masyarakat pedesaan. Yang kedua, lahan garapan di daerah

64

pedesaan yang belum terkelola masih sangat luas dan sangat memungkinkan

untuk di garap dengan konsep – konsep yang solutif, seperti di daerah perbukitan

di Desa Tegalombo, di dearah Pakisbaru Nawangan, dan beberapa daerah lainnya.

Ketiga, sebagian besar potensi kekayaan alam yang dimiliki Pacitan berasal dari

daerah Pedesaan, seperti Tambang Emas, Bentonite, Batu Mulia, dan beberapa

kekayaan alam lainnya. Keempat,  kentalnya iklim gotong royong yang terjadi di

masyarakat pedesaan menjadi poin penting untuk kesuksesan pembangunan di

Kabupaten Pacitan. Karena selain mengurangi anggaran pembangunan, juga akan

menambah soliditas dan solidaritas masyarakat Pacitan yang sesuai dengan

konstitusi Undang – Undang Dasar 1945. Kelima, bahwa kita masih melihat

kesenjangan antara kawasan pedesaan dengan perkotaan di Pacitan, sehingga

terjadi dikotomi pembangunan di perkotaan dan pedesaan, dan mengakibatkan

tersedotnya potensi pedesaan menuju kota yang diangap lebih menjanjikan.

Kondisi ini yang juga terjadi di Pacitan sehingga perlu penataan pembangunan

yang didasarkan pada asas pemerataan dan keadilan.

Optimalisasi pembangunan di wilayah sektor potensial

Sebagai daerah bahari, Pemkab seharusnya memusatkan kegiatan ekonomi

sektor kelautan, walaupun tanpa mengesampingkan dua sektor potensial lainnya,

seperti pertambangan dan pariwisata. Walaupun Pacitan memiliki panjang garis

pantai 636 mil² dengan 12 pantai digunakan untuk pendaratan ikan oleh nelayan,

tetapi ternyata pemberdayaan masyarakat/nelayan untuk mengoptimalkan sektor

perikanan ini masih jauh dari sempurna. Para nelayan masih “mati dilumbung

ikannya sendiri”. Ada eksploitasi – eksploitasi yang masih terjadi di sektor ini.

Yang pertama adalah pemetaan modal, yang secara langsung nelayan akan terbagi

menjadi tiga kasta, nelayan besar (modal besar), nelayan menengah (modal

sedang), dan nelayan kecil (modal kecil/buruh nelayan). Perbedaan mencolok ini

akan terlihat terutama dalam pengadaan sarana prasarana, seperti jarring, perahu,

dll. Nelayan besar dengan modal yang mereka miliki mengeksploitasi buruh

nelayan, misalnya dalam penentuan upah yang tidak sebanding dengan

keselamatan nelayan ketika melaut, serta penetapan jam kerja yang berlebihan.

Kondisi buruh nelayan tersebut masih diperparah dengan adanya para tengkulak,

65

yang tak jarang menjerat nelayan – nelayan miskin itu dengan segudang bunga

hutang. Waluapun dai pihak pemkab sudah meluncurkan pembangunan KUD

nelayan, namun sistemnya masih terlalu birokratis dan tidak menyediakan

pinjaman lunak untuk kebutuhan sehari – hari para nelayan miskin. Sehingga

mereka tetap memilih menggantungkan nasibnya pada tengkulak. Maka dari itu,

penulis kira perlu adanya program terstruktur dari Pemkab untuk memaksimalkan

potensi laut dan perikanan di Pacitan, terutama untuk melindungi dan

mensejahterakan para nelayan – nelayan dengan modal kecil.

Mempersiapkan SDM untuk visi pembangunan Pacitan jangka panjang

Peningkatan dan pengembangan SDM senantiasa menjadi isu penting bagi

setiap pengembangan potensi daerah. Bahkan disaat teknologi dianggap sebagai

parameter sebuah daereah dikatakan maju, SDM tetap menjadi faktor penting

yang diyakini mempengaruhi secara signifikan eksistensi daerah tersebut. Ada

orang dibalik senjata, begitu kira-kira analogi pembahasan betapa pentingnya

unsur manusia disamping teknologi. Bagaimanapun canggihnya teknologi, tidak

akan bermanfaat bila tidak ada manusia yang bisa menggunakannya. Pun

demikian dalam konteks Pacitan. Perlu ada ahli – ahli di sektor potensial yang

dimilki Pacitan agar pengembangannya menjadi lebih mudah. SDM yang

dimaksud dalam poin ketiga ini adalah peningkatan kemampuan, kompetensi dan

kapabilitas sesuai bakat, minat dan spesialisasinya. Bahwa pengembangan dalam

teknologi, metodologi atau apapun tak akan berarti apa-apa jika tak diiringi

dengan peningkatan kemampuan manusianya. Singkatnya, kita dapat mengatakan

bahwa teknologi, metodologi dan kawan-kawannya hanyalah tools atau alat,

manusialah yang menentukan apakah ia bermanfaat atau justru menjadi bencana.

Biarkan anak – anak muda pacitan untuk menuntut ilmu setinggi – tingginya di

berbagai daerah di Indonesia ataupun luar negeri, bahkan kalau perlu, dari

Pemerintah kabupaten memberikan ruang gerak yang luas untuk mengeksplor

segenap kemampuannya dengan memberikan bantuan, misalnya bea siswa untuk

mereka. Dan pad akhirnya para intelegensia tersebut harus kembali kedaerah

untuk membangun daerahnya sendiri. Dengan begitu dua proyek besar untuk

membangun pacitan, proyek sinkronik dan diakronik, proyek sinkroniknya dengan

66

melanjutkan konsep pembangunan yang sudah ada dan bersifat strategis,

sedangkan proyek diakroniknya adalah mempersiapkan SDM baru yang berguna

bagi kemajuan Kabupaten pacitan dimasa yang akan datang.

67

ANALISIS

Kabupaten Pacitan merupakan wilayah Provinsi Jawa Timur paling

selatan dengan kondisi fisik pegunungan kapur selatan yang membujur dari

gunung kidul ke Kabupaten Trenggalek menghadap ke Samudera Indonesia.

Dengan demikian di Kabupaten Pacitan kaya akan mineral kapur yang dapat

digunakan masyarakat Pacitan sebagai sumber daya mineral yang dapat bernilai

ekonomis dan sebagai bahan bangunan. Kabupaten Pacitan terdiri dari daerah

pegunungan dan berbukit-bukit, sedangkan selebihnya merupakan dataran rendah.

Dengan demikian Kapubaten Pacitan kaya akan barang tambang.

Batas Kabupaten Pacitan sebelah utara adalah Kabupaten Ponorogo,

sebelah barat Kabupaten wonogiri (Jawa Tengah), sebelah timur Kabupaten

Trenggalek, dengan batas-batas berupa daratan tersebut memungkinkan

aksesailitas Kabupaten Pacitan dengan kabupaten disekitarnya sangat mudah

yakni dapat dengan transportasi darat. Sehingga aktivitas-aktivitas penduduknya

pun berjalan dengan lancar, seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan. Dengan

demikian Kabupaten Pacitan dapat mengembangkan wilayahnya dengan mudah.

Sedangkan batas bagian selatan yaitu Samudra Indonesia, dengan batas berupa

lautan ini, Kabupaten Pacitan memiliki potensi laut yang besar.

Banyak terdapat pantai dan hasil laut seperti ikan, udang, rumput laut

yang dapat bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan oleh penduduk sebagai

bahan pangan. Dengan demikian Kabupaten Pacitan dapat dengan mudah

mengembangkan potensi sumber daya laut karena kaya akan hasil laut.Sarana

transportasi di Kabupaten Pacitan cukup banyak, sehingga memudahkan

masyarakat dalam melakukan mobilitas. Diantaranya dapat menggunakan bus,

mobil, dan sepeda motor. Jalan di Kabupaten Pacitan, terutama akses dari timur

(dari Ponorogo dan Madiun) jalanannya masih banyak tingkungan yang tajam,

serta ada tanjakan yang melewati rute Sedeng. Hal ini berakibat sulitnya

perjalanan menuju pacitan.

Rencana pemanfaatan kawasan lindung. Kawasan lindung adalah

kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumber alam. Kabupaten Pacitan memiliki

beranega ragam sumber daya. Sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya

68

bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan tingkat

potensi yang ada serta kecenderungan perkembangan kawasan lindung yang ada

di wilayah perencanaan. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan cirri khas

tertentu baik darat maupun pengairan yang memiliki fungsi pokok sebagai

kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistem

kawasan ini juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan.

Kondisi hidrologi di Desa Ngrejo kurang baik, dengan demikian

diharapkan pemerintah dapat membangun bangunan sumur bor yang direncanakan

berlokasi di Desa Ngrejo dan Desa Plumbungan dengan kedalaman diperkirakan

antara 100–150 meter (hasil penelitian Dinas ESDM Provinsi JATIM di Desa

Cemeng Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan Tahun 2005, yaitu di sebelah

Barat laut). Di Kabupaten Pacitan terdiri dari dataran rendah dan perbukitan.

Kondisi tersebut membawa konsekuensi munculnya keberagaman perilaku

masyarakat terutama perbedaan mata pencaharian. Penduduk merupakan

faktor penting dalam pembangunan karena selain sebagai pelaku

pembangunan juga sebagai obyek pembangunan. 540.516 orang, yang terdiri

dari 263.919 laki-laki dan 276.597 perempuan. Rata-rata tingkat kepadatan

penduduk Pacitan adalah sebesar 389 orang per km. Lapangan usaha pertanian

masih menjadi mata pencaharia utama penduduk Pacitan, lebih dari separuh

pendudu umur 15 tahun keatas (238.402 jiwa) berusaha di sektor pertanian.

Kendati termasuk kategori daerah tertinggal, angka pengangguran di

kabupaten Pacitan terbilang rendah di Jawa timur.Sesuai hasil survey angkatan

kerja nasional (sakernas) 2008, Tingkat pengangguran terbuka (TPT) kabupten

Pacitan hanya 3,1 persen meskipun ada sedikit peningkatan dibanding tahun

sebelumnya yakni 2.7, angka tersebut  relatif kecil di tingkat propinsi atau masih

berada di papan bawah . Namun kita patut bangga dengan program pemerinah

kabupten Pacitan yang sukses membangun kota kelahiran Presiden ini. Dengan

kata lain kita dapat melihat perkembangan perekonomian masyarakatnya di

daerah Pacitan ini, meskipun tidak semua masyarakat memiliki pekerjaan yang

tetap namun masyarakat di Pacitan ini tidak pantang menyerah untuk mencari

sumber penghasilan lain.

69

Kebanyakan pengangguran di Pacitan muncul dari para pekerja musiman.

Dengan laju pertumbuhan ekonomi di pacitan yang sudah mencapai 5 persen,

kabupaten di ujung selatan Jawa Timur ini memiliki peluang cukup besar,

menekan angka pengangguran hingga titik minimal. Apalagi dengan

pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat seiring kian pesatnya laju

investasi. Situasi ini secara tidak langsung akan memunculkan fenomena baru,

yakni migrasi warga luar yang ingin mencoba peluang kerja di Pacitan. Selain

itu Angka kemiskinan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, hingga saat ini masih

tergolong tinggi dengan jumlah mencapai 19,01 persen dari total penduduk yang

telah mendekati kisaran 570 ribu jiwa. Indikator kemiskinan tersebut, terlihat

dari masih banyak warga yang asupan gizinya masih rendah atau pemenuhan

makanan yang kurang dari 2.100 kilo kalori/hari. Selain itu, parameter

kemiskinan juga terukur berdasarkan jenjang pendidikan serta kondisi

perumahan/tempat tinggal selain masalah pengangguran dan kemiskinan, dalam

hasil pendataan juga diketahui beberapa hal seperti jumlah penduduk, pekerjaan,

serta berbagai data sosial-ekonomi masyarakat lainnya. Dengan demikian perlu

diperhatikan juga masalah-maslah tersebut karena sangat berpengaruh juga

terhadap pengembangan dan pembangunan kabupaten Pacitan ini khususnya.

Dalam sosial politiknya, kabupaten Pacitan melakukan kerjasama dengan

kabupaten Wonogiri dan Wonosari (Pawonsari) dengan latar belakang adanya

permasalahan perbatasan antar kabupaten/ propinsi dan potensi sumber daya

alam yang belum dikelola, belum berfungsi optimal. Tujuannya untuk

memelihara persatuan dan kesatuan serta mengembangkan berbagai potensi

daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan masyarakat dan kesejahteraan

masyarakat.

70