balance energi pada proses torefaksi sampah kota

9

Upload: khairil-amri

Post on 09-Feb-2016

45 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Teknik Kimia

TRANSCRIPT

Page 1: Balance Energi Pada Proses Torefaksi Sampah Kota
Page 2: Balance Energi Pada Proses Torefaksi Sampah Kota

Seminar NasionalTeknikMesin X 2-3 November 2011 JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | i

Ketua Peyunting Dr.Eng. Yudy Surya I,ST.,M.Eng.

Sekretaris Penyunting

Dr. Slamet Wahyudi, ST.,MT.

Penelaah Ahli Prof. Dr. Ir Pratikto, MMT (Universitas Brawijaya Malang)

Prof. Ir. ING Wardhana, M.Eng., Ph.D.(Universitas Brawijaya Malang) Dr.Eng. Anggit Murdani, ST.,M.Eng. (POLINEMA) Dr.Eng. Budi Prawara,ST.,M.Eng. (LIPI-TELIMEK)

Penyunting Pelaksana

Francisca Gayuh Utami D, ST., MT.

Tata Letak Fikrul Akbar Alamsyah, ST

Dodik & Very

Cetak dan Distribusi Totok S.

Penanggung Jawab Ketua Jurusan Mesin

Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang

Perancang Sampul Dodik & Very

Penerbit

Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang

Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145 Telp./Fax. +62-341-554291

Email: [email protected]

The statements and opinion expressed in the papers are those of the authors themselves and not necessarily reflect the opinion of the editors and organizers. Any mention of company or trade name does not imply endorsement by organizers. ISBN: 978 – 602 – 19028 – 0 – 6 Copyright © 2011, Departement Mechanical of Engineering Faculty, Brawijaya University of Malang Not to be commercially reproduced by any means without written permission Printed in Malang, Indonesia, November 2011

Optimalisasi Peran Teknik Mesin Dalam Meningkatkan Ketahanan Energi

Page 3: Balance Energi Pada Proses Torefaksi Sampah Kota

Seminar NasionalTeknikMesin X 2-3 November 2011 JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii KEYNOTE SPEAKER Tantangan Keilmuwan teknik mesin di bidang nuclear reactor safety Deendarlianto .......................................................................................................................... 1 Rancang Bangun dan Aplikasi Engine Rusnas 500 cc I Nyoman Jujur ........................................................................................................................ 10 BIDANG KONVERSI ENERGI Peningkatan Efisiensi Pembakaran Tungku Kayu Bakar Tradisional Dengan Modifikasi Disain Bambang Yunianto, Nazarudin Sinaga ..................................................................................... 24 Studi Pemanfaatan Briket Kulit Jambu Mete Dengan Kombinasi Sekam Padi Dan Tongkol Jagung Sebagai Bahan Bakar Alternatif Lydia M Salam, H Baharuddin Mire, M. Fachry. A.R ............................................................... 29 Efek Ash Campuran Batubara Mutu Rendah Terhadap Potensi Pembentukan Slagging dan Fouling Pada Boiler PT. Semen Tonasa Ismail ....................................................................................................................................... 37 Pengembangan Bahan Bakar Briket dari Campuran Kulit Mete dan Sekam Padi Muchammad ............................................................................................................................ 42 Pengaruh Air Fuel Ratio Terhadap Emisi Gas Buang Berbahan Bakar Lpg Pada Ruang Bakar Model Helle-Shaw Cell I Gusti Ngurah Putu Tenaya, Made Hardiana. ......................................................................... 47 Kajian Numerik Aliran Udara Pembakaran pada Tangentially Fired Pulverized-Coal Boiler Wawan Aries Widodo, Is Bunyamin Suryo, Giri Nugroho ......................................................... 52 Perbandingan Simulasi Dengan Asumsi Ideal gas Dengan Kondisi Real gas Effect pada Kasus Combustion Albert Meigo R.E.Y, Romie O.Bura, Bambang Kismono Hadi .................................................. 57 Karakteristik Pembakaran Briket Limbah Tongkol Jagung Dan Sekam Padi Dengan Berbagai Perbandingan Tongkol Jagung Dan Sekam Padi Andi Mangkau, Prof. Dr. Ir. Effendy Arif, M. Eng .................................................................... 66 Efek Katalisator (Broquet) Terhadap Emisi Gas Buang Mesin Bensin Arijanto, Andhika Mahardika ................................................................................................... 76

Page 4: Balance Energi Pada Proses Torefaksi Sampah Kota

Seminar NasionalTeknikMesin X 2-3 November 2011 JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | xxii

Analisa Performa Alat Pengering Kopra dengan Sistem Rak Bertingkat Made Sucipta, I Gusti Agung Kade Suriadi, Ketut Wiradana .................................................... 1529 Dampak Perubahan Putaran Dan Sudut Cetakan Pengecoran Sentrifugal Terhadap Densitas, Distribusi Ketebalan, Distribusi Kekerasan Dan Cacat Coran Aluminium Paduan Sugiarto, Tjuk Oerbandono, Jamasri, M. Waziz Wildan ........................................................ 1535

Analisis Keuntungan dan Kerugian Peniadaan Welding Buffer Area pada Sebuah Perusahaan Perakitan Kendaraan Bermotor Sri Raharno, Yatna Yuwana M., David Lukman........................................................................ 1545

Balance Energi pada Proses Torefaksi Sampah Kota Menjadi Bahan Bakar Padat Ramah Lingkungan Setara Batubara untuk Memperhitungkan Tingkat Kelayakannya Toto Hardiantoa, Aryadi Suwonoa, Ari Darmawan Paseka, Amrul ................................. ........................ 1553

Aplikasi Artificial Intelligence Dalam Mikro Kontroler RoboticAmijoyo Mochtar, ....................................................1529.................................................................

Page 5: Balance Energi Pada Proses Torefaksi Sampah Kota

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011 Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1553

Balance Energi pada Proses Torefaksi Sampah Kota Menjadi Bahan Bakar Padat Ramah Lingkungan Setara Batubara untuk Memperhitungkan

Tingkat Kelayakannya

Dr. Ir. Toto Hardiantoa, Prof. Dr. Ir. Aryadi Suwonoa, Dr. Ir. Ari Darmawan Paseka, Amrul ST. MTb

a Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung

Jl. Ganesa 10, Bandung, Indonesia b Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lampung

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung, Indonesia

Abstract Municipal Solid Waste (MSW) production in the big cities in Indonesia has a big quantity. In fact in Jakarta, its MSW

production has reached 4,500 tons per day. More than 60% of the MSW is biomass-based component, which potentially can be used as the new and renewable energy source. However, a special treatment is needed, one of it is heat treatment called torrefaction process.

The result from continuous study by this team in laboratory shows that torrefaction process on MSW increases its heating value as same as sub-bituminous coal’s. In this experiment, the sample of MSW has been conditioned in order to reach a high heating value by decreasing its water content until 20% left. It is different from MSW in the real condition in the field which its water content can reach 80%. A comprehensive study is needed to determine maximum water content limitation so the MSW can be processed, but still adequate from energy aspect.

This research is completed by stimulating MSW continuous torrefaction process using ASPENTM software. From its result, energy balance of the system is made as a requirement to determine whether the energy content from torefaction product can fulfill positive energy rules, including the energy requirement for the process itself. The research’s result shows that the acceptable maximum water content of the MSW for the torrefaction process considering the energy aspect is 60%. Keywords: Municipal Solid Waste (MSW), torrefaction, solid fuel, energy balance Kata Kunci: sampah perkotaan, torefaksi, bahan bakar padat, balans energi 1. Pendahuluan

Populasi penduduk dunia dan konsumsi energi per kapita cenderung meningkat, sementara sumber energi primer saat ini masih banyak bertumpu pada bahan bakar fosil yang terbatas dan tidak bisa diperbarui. Di Indonesia, keadaannya lebih parah lagi karena penggunaan energi nuklir belum ada, sedangkan hidroelektrik porsinya kecil, sehingga praktis hanya bertumpu pada minyak bumi, gas alam, dan batubara. Data tahun 2007 menunjukkan bahwa konsumsi energi primer Indonesia pertahunnya mencapai 114,6 juta toe (tonnes oil equivalent atau ton setara minyak).

Usaha yang intensif untuk mencari sumber energi baru sebagai energi alternatif yang bersifat terbarukan dan berdampak positif ganda, yaitu mendapatkan energi baru pengganti bahan bakar fosil dan mencegah laju pemanasan global akibat produksi CO2 hasil pembakaran bahan bakar fosil, sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan pemenuhan energi dalam negeri. Alternatif yang cukup menjanjikan di antaranya adalah biomassa, baik yang berasal dari limbah pertanian maupun sampah kota (Municipal Solid Waste, MSW).

Sampah, yang selama ini lebih dikenal sebagai sumber permasalahan, khususnya di kota-kota besar di Indonesia, sebenarnya berpotensi untuk diolah menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Produksi sampah perkotaan di kota-kota

besar di Indonesia cukup besar, bahkan untuk Jakarta mencapai 4.500 ton per hari. Lebih dari 60% komponen sampah tersebut merupakan biomassa [1].

Namun dalam aplikasinya, pemanfaatan sampah secara langsung sebagai bahan bakar mempunyai banyak kendala, baik secara teknis maupun non-teknis. Kendala teknis di antaranya adalah kandungan air yang tinggi, densitas energi yang rendah serta komponen yang heterogen dengan bentuk yang beragam. Sedangkan kendala non-teknis adalah berupa bau busuk dan potensi sumber penyakit. Berbagai kendala tersebut menyebabkan sampah masih belum layak digunakan sebagai bahan bakar. Sebaliknya, jika dalam pengelolaan sampah diterapkan teknologi yang tepat maka akan didapatkan dua keuntungan sekaligus, yakni berkurangnya jumlah sampah secara signifikan dan dihasilkannya bahan bakar alternatif dari sampah.

Teknologi pengolahan sampah melalui proses perlakuan panas yang dapat menghasilkan bahan bakar di antaranya adalah gasifikasi dan pirolisis. Proses gasifikasi menghasilkan sejumlah gas yang mampu terbakar (combustable gases), yakni karbon monoksida, hidrogen, dan gas lainnya. Sedangkan pada proses pirolisis, produk yang dihasilkan dapat berupa gas, cairan dan padatan (arang). Proses pirolisis pada temperatur relatif rendah yang

Page 6: Balance Energi Pada Proses Torefaksi Sampah Kota

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011 Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1554

menghasilkan produk utama berupa padatan dikenal dengan nama Torefaksi.

Penelitian tentang torefaksi sampah yang dilakukan secara kontinu oleh team ini di lab. Termodinamika telah menghasilkan bahan bakar padat dengan kualitas setara batubara Sub-bituminous bernilai kalor (HHV) 4.900-6.800 kcal/kg [2]. Namun demikian, untuk menjamin kelayakan keenergian yang harus dipenuhi secara global, diperlukan kajian tentang balance energi pada proses torefaksi kontinu sampah perkotaan. Makalah ini membahas kelayakan ke-energian terhadap sistem torefaksi kontinu sampah perkotaan berkapasitas 10 ton/jam, terutama mengenai parameter kandungan air dalam sampah umpan. 2. Torefaksi Sampah

Torefaksi, yaitu proses perlakuan panas pada temperatur 200-300oC dan tekanan atmosfer tanpa kehadiran oksigen, telah diterapkan pada material homogen berupa biomassa, kayu, dan gambut. Proses tersebut telah berhasil menaikkan nilai kalornya. Oleh team ini, metode torefaksi tersebut telah diterapkan untuk memproses sampah perkotaan, yang berkarakter komponen hiterogen, menjadi bahan bakar padat bernilai kalor setara batubara tingkat sub-bituminous C menurut kualifikasi standard ASTM D 388.

Batubara adalah mineral padat yang kandungan utamanya adalah Karbon, Hidrogen, dan Oksigen, serta kandungan dalam jumlah kecil meliputi Sulfur, Nitrogen, dan abu. Peringkat Batubara dibuat berdasarkan standard ASTM D 388, yaitu dari peringkat paling rendah (lignite) sampai dengan yang paling tinggi (antrasit). Peringkat tersebut didasarkan atas nilai kalor untuk jenis lignite sampai dengan bituminous, sedangkan untuk jenis bituminous dan antrasit didasarkan atas kandungan fixed carbon. Di samping standard ASTM D 388, kualitas batubara juga didasarkan atas kandungan abu, Sulfur, dan ash fusion temperature (AFT) [3].

Innovasi pada topik penelitian ini adalah dalam hal peningkatan densitas energi sampah padat perkotaan yang bersifat hiterogen, dengan cara mendekomposisi fraksi lignocellulose secara simultan melalui proses torefaksi pada temperatur 200-300oC, menjadi bahan bakar padat ramah lingkungan setara batubara sub-bituminous C. Dalam proses torefaksi tersebut, ada dua parameter utama sebagai penentu densitas energi, yaitu temperature dan waktu tinggal. Kedua parameter tersebut akan dikombinasikan pada seluruh specimen uji untuk mendapatkan hasil terbaik.

Eksperimen torefaksi sampah, yang telah dilakukan oleh team ini di Lab. Termodinamika ITB pada tahun-tahun terakhir, berhasil meningkatkan kualitas sampah menjadi bahan bakar padat bernilai-kalor setara batubara sub-bituminous.

Pengujian torefaksi sampah selama ini dilakukan dengan sistem batch, menggunakan reaktor torefaksi skala lab. Komponen sampah kota yang dijadikan sampel dikondisikan dengan kandungan air di bawah

25%. Kondisi ini berbeda dengan kondisi riil sampah perkotaan yang kandungan airnya mencapai 80%. Oleh karena itu, dalam penelitian ini telah dikembangkan sebuah model sistem torefaksi kontinu sampah perkotaan dan dilakukan penghitungan balance energi sistem untuk memprediksi pengaruh kandungan air dalam material sampah perkotaan dalam rangka menganalisis tingkat kelayakannya dari sisi ke-energi-an. 3. Sistem Torefaksi Kontinu Sampah Perkotaan

Sistem torefaksi kontinu sampah perkotaan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah model pabrik skala industri kecil yang akan memproduksi bahan bakar padat dari sampah kota melalui proses torefkasi. Balance energi proses ditentukan melalui simulasi menggunakan perangkat lunak ASPENTM. 3.1. Pemodelan Sistem Torefaksi Kontinu Sampah

Model yang dikembangkan adalah sebuah sistem torefaksi kontinu sampah dengan kapasitas 10 ton/jam dan kandungan air yang bervariasi. Komponen utama sistem terdiri dari sebuah wadah pentiris (bungker), mesin pencacah sampah, boiler, reaktor pengering dan reaktor torefaksi.

Langkah awal dalam proses torefaksi ini adalah meniriskan sampah dalam sebuah bunker atau berupa wadah pentiris lainnya untuk menurunkan kandungan airnya. Selanjutnya sampah dicacah agar ukurannya seragam.

Boiler digunakan untuk mensuplai uap panas lanjut (super heated steam) sebagai sumber panas utama untuk proses pengeringan dan torefaksi. Pada proses torefaksi, uap yang disuplai dari boiler tidak digunakan secara langsung untuk memanaskan sampah. Media inert yang digunakan torefaksi adalah uap air hasil penguapan pada proses torefaksi itu sendiri. Pada proses pengeringan, media yang digunakan adalah udara panas, yang sumber panasnya diambil dari uap boiler setelah keluar dari reaktor torefaksi. Kapasitas sampah umpan masuk pengering direncanakan sebesar 10 ton/jam. Gambar skematik model sistem torefaksi sampah kontinu ini ditunjukkan melalui Gambar 1. 3.2. Simulasi Sistem Torefaksi Kontinu Sampah

Balance energi sistem dihitung menggunakan program simulasi berupa perangkat lunak ASPEN Plus 11. Dalam simulasi ini, diasumsikan tidak ada penahanan waktu selama proses torefaksi, karena memang tidak didukung oleh ASPEN. Di samping itu, basis penghitungan balance energi adalah khusus pada penggunaan energi panas untuk kebutuhan proses dan kandungan energi panas total yang diperoleh dari bahan bakar produk torefaksi sampah. Balance energi dimaksudkan untuk menentukan apakah energi yang diperoleh dari bahan bakar mampu memenuhi kebutuhan energi proses.

Page 7: Balance Energi Pada Proses Torefaksi Sampah Kota

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011 Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1555

Gambar 1. Model sistem torefaksi kontinu sampah perkotaan Jumlah produksi bahan bakar bergantung pada

jumlah kandungan air yang terdapat dalam sampah umpan ketika masuk reaktor pengering. Untuk itu, parameter yang divariasikan dalam program simulasi ini adalah kandungan air sampah umpan. Kandungan air divariasikan mulai dari 80 hingga 50 persen. Angka ini dianggap dapat mewakili kandungan air sampah awal riil maupun kandungan air sampah awal minimum setelah melalui proses non termal.

Parameter yang akan dihitung dalam simulasi ini adalah kebutuhan udara untuk pengering, jumlah panas yang dibutuhkan untuk proses torefaksi dan pengeringan, jumlah suplai uap dari boiler, serta jumlah produksi bahan bakar padat. Balance energi sistem dihitung untuk kapasitas sampah masuk pengering sebesar 10 ton/jam, nilai kalor bahan bakar

padat produk torefaksi sampah diasumsikan sebesar 25,2 MJ/kg (6.000 kcal/kg), efisiensi pembakaran boiler sebesar 80% dan rugi-rugi panas total sebesar 20%.

Langkah-langkah utama dalam menjalankan program simulasi ini adalah memvariasikan kandungan air sampah umpan, menentukan jumlah kebutuhan udara pengering, dan mengatur jumlah konsumsi uap serta kebutuhan panas torefaksi sehingga sisa panas dari uap sesuai dengan kebutuhan panas udara pengering. Pemodelan sistem torefaksi sampah kontinu melalui program simulasi ASPEN ini dikembangkan dari model yang sudah dibuat team ini sebelumnya untuk proses torefaksi gambut [4]. Gambar skema pemodelan ditunjukkan melalui Gambar 2.

Gambar 2. Skema pemodelan sistem torefaksi kontinu sampah menggunakan ASPEN

Page 8: Balance Energi Pada Proses Torefaksi Sampah Kota

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011 Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1556

4. Hasil dan Pembahasan Perubahan kandungan air sampah umpan

berpengaruh langsung pada kebutuhan udara pengering. Semakin tinggi kandungan air sampah umpan, maka semakin tinggi pula jumlah udara panas yang dibutuhkan, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 3. Penambahan udara pengering dalam simulasi ini diatur sedemikian rupa agar temperatur dan kandungan air sampah serta temperatur udara keluar pengering bisa dipertahankan. Dalam model sistem torefaksi sampah ini, kandungan air sampah keluar reaktor pengering dipertahankan tetap konstan, sebesar 30%. Sedangkan temperatur sampah dan udara keluar pengering dijaga konstan 44C.

Variasi kandungan air dalam simulasi ini adalah 50%-80% dengan selang 5%. Untuk rentang variasi ini, jumlah kebutuhan udara pengering bertambah dari 120 ton/jam menjadi sekitar 380 ton/jam.

Gambar 3. Pengaruh kandungan air sampah umpan

terhadap kebutuhan udara pengering. Peningkatan jumlah kandungan air sampah umpan

juga berpengaruh secara langsung terhadap laju produksi bahan bakar padat produk torefaksi sampah. Jumlah produksi bahan bakar padat ditentukan oleh jumlah sampah kering (padatan) pada proses pengumpanan. Penambahan kandungan air sampah berarti mengurangi jumlah padatan dalam sampah untuk laju pengumpanan yang sama, yang pada akhirnya juga menurunkan produksi bahan bakar padat, sebagaimana ditunjukkan melalui Gambar 4.

Gambar 4. Pengaruh kandungan air sampah umpan

terhadap produksi bahan bakar padat.

Untuk variasi kandungan air yang diberikan, laju produksi bahan bakar padat berkurang dari sekitar 3,7 ton/jam menjadi 1,5 ton/jam.

Selanjutnya, peningkatan kandungan air sampah umpan juga akan mempengaruhi kebutuhan panas untuk proses pengeringan dan torefaksi. Kandungan air yang tinggi dalam sampah membutuhkan energi panas yang lebih besar untuk mengeringkannya. Sebaliknya, peningkatan kandungan air menyebabkan jumlah sampah kering yang masuk reaktor torefaksi berkurang, sehingga kebutuhan energi panasnya juga menurun. Temperatur reaktor torefaksi dijaga konstan sekitar 275C dengan cara mengatur kebutuhan panasnya (heat duty) yang berasal dari uap boiler. Kebutuhan panas pengering meningkat dari sekitar 2,8 MW menjadi 6,8 MW, sedangkan kebutuhan panas torefaksi turun dari sekitar 4,2 MW menjadi 1,7 MW.

Dengan meningkatnya kandungan air sampah umpan, hasil simulasi menunjukkan bahwa laju peningkatan kebutuhan panas untuk proses pengeringan lebih tinggi daripada laju penurunan kebutuhan panas untuk proses torefaksi, sebagaimana ditunjukkan melalui Gambar 5.

Gambar 5. Pengaruh kandungan air sampah umpan

terhadap kebutuhan panas proses. Hal ini mengisyaratkan bahwa kebutuhan panas

total sistem cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan air sampah umpan. Karena sumber energi panas proses pada sistem ini berasal dari uap panas lanjut yang diproduksi dari sebuah boiler, maka peningkatan kebutuhan panas total secara langsung menyebabkan peningkatan konsumsi uap, seperti ditunjukkan melalui Gambar 6. Kebutuhan uap meningkat dari sekitar 9,25 ton/jam menjadi 11,3 ton/jam.

Balance energi antara kebutuhan energi panas total untuk proses dan produksi energi panas, yang dihitung dari laju produksi bahan bakar padat, ditunjukkan melalui Gambar 7. Peningkatan kandungan air sampah umpan menyebabkan laju produksi energi panas turun cukup tajam, sementara di sisi lain peningkatan laju kebutuhan energi panas total tidak begitu tinggi. Produksi energi panas untuk kandungan air sampah umpan 50% jauh lebih tinggi dari

150

200

250

300

350

400

45 50 55 60 65 70 75 80 85

Kebu

tuha

n ud

ara

peng

erin

g(t

on/j

am)

Kandungan air sampah umpan (%)

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

45 50 55 60 65 70 75 80 85

Prod

uksi

bah

an b

akar

pad

at

(ton

/jam

)

Kandungan air sampah umpan (%)

1

2

3

4

5

6

7

45 50 55 60 65 70 75 80 85

Kebu

tuha

n en

ergi

pan

as p

rose

s( M

W )

Kandungan air sampah umpan (%)

Pengering Torefaksi

Page 9: Balance Energi Pada Proses Torefaksi Sampah Kota

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011 Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1557

kebutuhan panas total, yakni sekitar 17 banding 7 MW. Sedangkan untuk kandungan air sampah 80%, produksi energi sedikit lebih rendah dari kebutuhan panas total, yakni sekitar 7 banding 8,5 MW. Untuk itu, hasil simulasi menunjukkan bahwa balance energi panas antara kebutuhan dan produksi terletak pada kandungan air sampah umpan sekitar 75%. Secara teoritik, dengan beberapa asumsi di atas, yakni nilai kalor bahan bakar padat produk torefaksi sampah sebesar 25,2 MJ/kg, efisiensi pembakaran boiler sebesar 80 persen dan rugi-rugi panas total sebesar 20 persen, maka proses torefaksi sampah pada kondisi ini masih layak dilakukan apabila ditinjau dari sisi energi.

Gambar 6. Pengaruh kandungan air sampah umpan

terhadap kebutuhan uap torefaksi.

Gambar 7. Pengaruh kandungan air sampah umpan

terhadap balance energi panas sistem.

5. Kesimpulan

Dari hasil simulasi sistem torefaksi kontinu sampah dengan kapasitas sampah umpan masuk pengering sebesar 10 ton/jam, maka balance energi sistem, yakni kemampuan sistem untuk memproduksi bahan bakar padat yang mampu memenuhi kebutuhan energi proses, diperoleh pada jumlah kandungan air sampah umpan sekitar 75%. Dengan mengupayakan kandungan air sampah umpan serendah mungkin tanpa menggunakan proses termal, maka model sistem torefaksi sampah kontinu untuk memproduksi bahan bakar padat ramah lingkungan setara batubara yang dikembangkan ini cukup layak bila ditinjau dari aspek balance energi.

Daftar Pustaka

[1] Ari Darmawan Pasek, Toto Hardianto, Willy Adriansyah, dll., Laporan Akhir Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Dengan Bahan Bakar Sampah Di Kota Bandung, LPPM ITB, Bandung, 2007.

[2] Toto Hardianto, Amrul, Aryadi Suwono, and Ari Darmawan Pasek, Upgrading of Municipal Solid Waste as Solid Fuel to Subbituminous Coal Grade by Torrefaction Process, Proceedings of Regional Conference on Mechanical and Aerospace Technology 2010, Bali, Indonesia, February 9-10, 2010.

[3] Borman, Gary L., Ragland, Kenneth W.. Combustion Engineering, McGraw-Hill Book Co., Singapore, 1998.

[4] Haryadi, Toto Hardianto, Ari D. Pasek, Aryadi Suwono, Riza Azhari, W. Ardiansyah, The AspenTM Software Simulation of a Peat Torrefaction System Using RYield and SSplit Block as Reactor Model, Proceedings of International Symposium on Sustainable Energy and Environmental Protection (ISSEEP) 2009, Yogyakarta, Indonesia, 23-26 Nopember 2009.

8,0

8,5

9,0

9,5

10,0

10,5

11,0

11,5

12,0

45 50 55 60 65 70 75 80 85

Kebu

tuha

n ua

p to

refa

ksi

(ton

/jam

)

Kandungan air sampah umpan (%)

4

6

8

10

12

14

16

18

45 50 55 60 65 70 75 80 85

Bala

nce

ener

gi p

anas

sist

em( M

W )

Kandungan air sampah umpan (%)

Kebutuhan total Produksi