bahan pemicu etika

140
Vivi Anggelia

Upload: vivi-anggelia-ang

Post on 25-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

universitas tarumanagara

TRANSCRIPT

  • Vivi Anggelia

  • Persetujuan tindakan kedokteran yg diberikan o/ pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yg akan dilakukan thdp pasien tsb. (PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008, UU no 29 th 2004 Pasal 45, Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008)

  • Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan Permenkes no 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentangPersetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2 menyebutkan dalam memberikan informasi kepada pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat / paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting.Persetujuan yg ditanda tangani o/ pasien atau keluarga terdekatnya tsb, tidak membebaskan dokter dr tuntutan jika dokter melakukan kelalaian.

  • Implied consent (tersirat/ dianggap telah diberikan)Keadaan normalKeadaan daruratExpressed consent (dinyatakan)LisanTulisan

    Bentuk

  • Implied ConsentPersetujuan yg diberikan ps secara tersirat, tanpa pernyataan tegas.Isyarat persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakan ps.Tindakan dokter tindakan yg biasa dilakukan atau sudah diketahui umum.mis. pengambilan darah utk pem lab.Bentuk lain keadaan gwt darurat di mana dokter perlu melakukan tindakan segera, sementara ps dlm keadaan tdk bs memberikan persetujuan dan keluarganya tdk ditempat, dokter dpt melakukan tindakan medik terbaik menurut dokter (Permenkes No. 585 thn 1989 ps 11) Presumed consent, artinya bila ps dlm keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan yg akan dilakukan dokter.

  • Expressed ConsentPersetujuan yg dinyatakan secara lisan / tulisan bila yg akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yg biasa.Sebaiknya kpd ps disampaikan terlebih dahulu tindakan apa yg akan dilakukan spy tdk sampai tjd salah pengertian, mis pemeriksaan dlm rektal / vaginal, cabut kuku, dll belum diperlukan pernyataan tertulis, persetujuan secara lisan sudah mencukupi.Jika tindakan yg akan dilakukan mengandung risiko spt tindakan bedah, pemeriksaan / pengobatan invasif, sebaiknya didptkan PTM tertulis.

  • WHAT(mengenai penyakit pasien) WHEN(waktu yg tepat untuk dokter dan keluarga)WHICH(informasi yg mana yg akan diberi tau keluarga pasien adalah selengkap lengkapnya)WHO(yg menyampaikan informasi tim medis yg bersangkutan)INFORMASI

  • InformasiBag. yg terpenting dari PTM informasi / penjelasan yg perlu disampaikan kpd ps atau keluarga.Permenkes no 585 thn 1989 ttg PTM, dinyatakan bahwa dokter hrs menyampaikan informasi atau penjelasan kpd ps/keluarga diminta atau tdk diminta.

  • InformasiApa (what) yg hrs disampaikan?Segala sesuatu yg berkaitan dgn penyakit ps.Tindakan apa yg akan dilakukan (prosedur tindakan yg akan dijalani ps baik diagnostik / terapi dll) ps/keluarga dpt memahaminya.Mencakup bentuk, tujuan, risiko, manfaat dari th/ yg akan dilaksanakan dan alternatif th/.Penyampaian informasi haruslah secara lisan.

  • Kapan (when) disampaikan?Bergantung pd wkt yg tersedia setelah dokter memutuskan akan melakukan tindakan invasif dimaksud.Ps atau keluarga ps hrs diberi wkt yg cukup utk menentukan keputusannya.Informasi

  • Yg menyampaikan (who) informasi?Bergantung pd jenis tindakan yg akan dilakukan.Dlm Permenkes, tindakan bedah & invasif lainnya hrs diberikan o/ dokter yg akan melakukan tindakan.Dlm keadaan ttt dpt pula o/ dokter lain atas sepengetahuan & petunjuk dokter yg bertanggung jwb.Bukan tindakan bedah/invasif, dpt disampaikan o/ dokter lain / perawat.Penyampaian informasi ini perlu kebijaksanaan dari dokter yg akan melakukan tindakan tsb atau petugas yg ditunjuk utk itu dan disesuaikan dgn tingkat pendidikan dan kondisi ps.Informasi

  • InformasiInformasi mana (which) yg disampaikan?Dlm Permenkes hrslah selengkap-lengkapnya, kecuali dokter menilai informasi tsb dpt merugikan kepentingan kesehatan ps / ps menolak diberikan informasi.Jk perlu, informasi dpt diberikan kpd keluarga ps.

  • InformasiMenurut UU No. 29 /2004 ttg Persetujuan Tindakan Kedokteran / Kedokteran Gigi penjelasan minimal mencakup:Diagnosis dan tata cara tindakan medisTujuan tindakan medis yg dilakukanAlternatif tindakan lain dan risikonyaRisiko dan komplikasi yg mungkin terjadiPrognosis thd tindakan yg dilakukan

  • Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut; Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurangkurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding; Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan kedokteran;Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan.

  • Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik, terapeutik, ataupun rehabilitatif.Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi.Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan tindakan yang direncanakan.Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif tindakan.Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.

  • Meliputi semua risiko dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan, kecuali:risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau yang dampaknya sangat ringan risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya (unforeseeable)

  • Informasi yang diberikan haruslah dengan bahasa yang dimengerti pasien. Pasien harus memperoleh informasi tentang penyakitnya, tindakan-tindakan yang akan diambil, kemungkinan komplikasi dan resiko- resikonya Untuk anak-anak dan pasien akit jiwa, maka informasi diberikan kepada orang tua atau walinya.

  • UUD 1945 pasal 28G ayat 1 disebutkan setiap org berhak atas perlindungan pribadi, ...

    Pasal 2 ayat 1 permenkes no 585 th 1989 ttg persetujuan tindakan medik secara tegas menyebutkan setiap tindakan medik yg akan dilakukan thdp pasien hrs mendapat persetujuan

    Pasal 53 UU no 23 th 1992 ttg kesehatan jg memberi hak kpd pasien atas informasi & hak memberikan persetujuan tindakan medik

    Pasal 45 ayat 1 UU no 29 th 2004 ttg praktek kedokteran yg menyatakan setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yg akan dilakukan o/ dokter atau dokter gigi thdp pasiennya hrs mendapat persetujuan

  • Unsur-unsur informed consent:KompetensiKebebasanPenyampaian info oleh dokterRekomendasi oleh dokterPemahaman pasienKeputusan pasienOtorisasio oleh pasienK.Bertens, Etika Biomedis, Penerbit Kanisius, Jakarta, 2011

  • Kompetensi:Pts kompeten harus bisa: menilai, memahami, menalarAmbil keputusan berdasar alasan rasionalMengerti prosedurMempertimbangkan risiko & manfaatAmbil keputusan dalam terang pengetahuannya, nilai2 & tujuan2 pribadinyaYg tidak kompeten:AnakPasien sakit jiwaPasien tak sadarOrang cacat mental, dsbKompetensi yg berkurang / dikurangi:Orang yg depresi berat (misal: ingin bunuh diri)Dokter tak boleh cepat mengganggap pts inkompetenKesesuaian dengan preferensi dokter bukan kriteria kompetensiPerhatikan: petunjuk sebelumnya

    K.Bertens, Etika Biomedis, Penerbit Kanisius, Jakarta, 2011

  • Kebebasan:Syarat sahnya informed consent: persetujuan tak diberikan atas dasar paksaan/penipuan pts bebas memutuskan

    Informasi:Diberikan oleh dokter pada pasiennya; berisi:Keadaan medis pts: hasil diagnosis, prognosis bila tak dilakukan pengobatanProsedur / pengobatan yg dipertimb angkanCara pengobatan lain yg mungkinRisiko & manfaat yg menyangkut pengobatan/ prosedur doagnostik tertentu atau alternatifnya (jk ada)Pandangan profesional ttg pengobatan lain/alternatif itu (jk ada)Hak pasien = kewajiban dokterStandard untuk tentukan info apa yg akan disampaikan ke pts:The professional practice standard: info sesuai yg biasa diberikan ke ptsThe reasonable person standart: info yg rata2 ingin diketahui yg berakal sehatThe subjective standart: info sesuai kebutuhan khusus orang tertentu: K.Bertens, Etika Biomedis, Penerbit Kanisius, Jakarta, 2011

  • Rekomendasi dokter:Tidak boleh menghilangkan kebebasan ptsHarus pertimbangkan keadaan pts

    Pemahaman pts:Cara penyampaian sesuai kemampuan ptsTak boleh diandaikanSecond opinion: tersinggung >< introspeksi

    Keputusan pts:A shared decision making: dr-pts, suami-istri, dllInformed refusalDokter hanya boleh ambil keputusan sendiri dlm keadaan darurat

    Otorisasi: berdasarkan keputusan ptsK.Bertens, Etika Biomedis, Penerbit Kanisius, Jakarta, 2011

  • Persetujuan wali (proxy consent):Jika pts tak kompeten, persetujuan oleh wali:Orang tua untuk anak di bawah umurSuami untuk istri, istri untuk suamiAnak dewasa untuk orang tua yg tak kompetenSaudara yg lebih dewasa, guardian, induk semang, dllBerlaku semua syarat seperti informed consentSyarat tambahan: keputusan diambil untuk kepentingan pts, bukan u/ wali atau lainnya tidak boleh ada conflict of interestDlm keadaan gawat tak butuh proxy consent dokter berbuat berdasarkan prinsip beneficenceK.Bertens, Etika Biomedis, Penerbit Kanisius, Jakarta, 2011

  • Persetujuan tertulisDi RS persetujuan tindak medis harus tertulis, untuk pembuktian secara hukumPersetujuan diberikan oleh pts, namun boleh diwakilkan (misal pts tua yg kompeten diwakilkan pada anaknya)Tanda tangan di informed consent bukan formalitas (asal ada tanda tangan pts); syarat syarat harus terpenuhiK.Bertens, Etika Biomedis, Penerbit Kanisius, Jakarta, 2011

  • Peraturan hukum di IndonesiaPermenkes ttg persetujuan tindakan kedokteran (2008) yg menggantikan permenkes ttg persetujuan tindakan medis (1989)Batasan usia kompeten:Permenkes 1989 ps 8: umur 21 thn atau telah menikahPermenkes 2009 ps 13 (1): dewasa atau bukan anak menurut peraturan perundang undangan atau telah/pernah menikahUU perkawinan th 1974: 16thn, 19thnKTP & Pemilu: 17 thnUntuk amannya: 21thn atau telah/pernah menikahK.Bertens, Etika Biomedis, Penerbit Kanisius, Jakarta, 2011

  • Dalam hal pasien tidak sadar/ pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medis berada dalam keadaan gawat dan atau darurat yang memerlukan tindakan medis segera untuk kepentingannyaPerluasan operasi yang tidak diduga sebelumnya, dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasienDalam hal tindakan medis yang harus dilaksanakan sesuai dengan program pemerintah di mana tindakan medis tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak

  • Perlindungan pd pasien thdp tindakan dokter yang sebenarnya tdk diperlukan dan scr medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasienMemberi perlindungan hukum kpd dokter thdp suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur medik modern tidak tanpa resiko dan setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko(Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3)

  • Mengemukakan hak otonomi individuProteksi pasienMencegah penipuan atau paksaanRangsangan profesi medis untuk introspeksi diri sendiriAgar keputusan-keputusan medik harus rasionalKeterlibatan masyarakat dlm memajukan prinsip otonomi sbg nilai sosial dan pengawasan dlm penyelidikan biomedik

  • Sanksi administratif : dokter yg melakukan tindakan medik tanpa persetujuan pasien atau keluarganya bs dicabut SIPnya (pasal 13 permenkes 585 th 1989)

    Sanksi perdata : tindakan medik tanpa persetujuan pasien a/ melanggar hukum. Bl menimbulkan kerugian, mk dokter yg melakukan & institusi penyelenggara pelayanan kedokteran yg bersangkutan dpt dikenai sanksi perdata dgn acuan pasal 1365 KUH Perdata

    Sanksi pidana : kelalaian menjalankan persetujuan tindakan medik dpt dikenai delik penganiayaan dlm KUHP. Kesengajaan penyimpangan dlm praktek kedokteran yg mengakibatkan kerugian bg pasien dgn delik yg sesuai

  • Persetujuan Tindakan

    Yang bertanda tangan di bawah ini , saya, nama, umur.Laki-laki/perempuan, No KTP..Dengan ini menyatakan persetujuan untuk dilakukan tindakan.Terhadap saya/saya bernama.Umur.laki-laki/perempuan, No KTP

    Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut sebagaimana telah dijelaskan kepada saya termasuk resiko/komplikasi yang mungkin terjadi. Saya menyadari bahwa ilmu kedokteran bukan ilmu pasti. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan saya tidak akan menuntut.

    Jakarta,jam.

    Yang menyatakan,Saksi,

    (..)(..)

  • PenolakanPasien / keluarga menolak usul tindakan yg akan dilakukan informed refusal.Dokter tdk berhak memaksa ps mengikuti anjurannya, walaupun penolakan bs berakibat gawat atau kematian pd ps.Dokter gagal dlm menyakinkan ps pd alternatif tindakan yg diperlukan dokter / RS meminta ps atau keluarga menandatangani surat penolakan.Dianggap sbg pemutusan transaksi terapeutik.

  • Informed Refusal

  • Pasal 11. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.

  • 4. Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.5. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan.6. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.7. Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan perundang-undangan atau telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran perkembangan (retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu membuat keputusan secara bebas.

  • Pasal 2

    (1) Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan.(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara tertulis maupun lisan.(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran dilakukan.

  • (1) Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.(2) Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dengan persetujuan lisan.(3) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir khusus yang dibuat untuk itu.(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan dalam bentuk ucapan setuju atau bentuk gerakan menganggukkan kepala yang dapat diartikan sebagai ucapan setuju.(5) Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.

  • (1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.(2) Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan dicatat di dalam rekam medik.(3) Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dokter atau dokter gigi wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasien setelah pasien sadar atau kepada keluarga terdekat.

  • (1) Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi persetujuan sebelum dimulainya tindakan.(2) Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan.(3) Segala akibat yang timbul dari pembatalan persetujuan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab yang membatalkan persetujuan.

  • Pemberian persetujuan tindakan kedokteran tidak menghapuskan tanggung gugat hukum dalam hal terbukti adanya kelalaian dalam melakukan tindakan kedokteran yang mengakibatkan kerugian pada pasien

  • Pasal 7(1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung kepada pasien dan/atau keluarga terdekat, baik diminta maupun tidak diminta.(2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar, penjelasan diberikan kepada keluarganya atau yang mengantar.(3) Penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya mencakup:a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;c. Altematif tindakan lain, dan risikonya;d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dane. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.f. Perkiraan pembiayaan.

  • (1) Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman.(2) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dan didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan tanggal, waktu, nama, dan tanda tangan pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.(3) Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan, maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan tersebut kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.

  • Pasal 13(1) Persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten atau keluarga terdekat.(2) Penilaian terhadap kompetensi pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh dokter pada saat diperlukan persetujuan

  • Pasal 17(1) Pelaksanaan tindakan kedokteran yang telah mendapat persetujuan menjadi tanggung jawab dokter atau dokter gigi yang melakukan tindakan kedokteran.(2) Sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas pelaksanaan persetujuan tindakan kedokteran.

  • Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan.

    Penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan secara tertulis.

    Akibat penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi tanggung jawab pasien.

    Penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memutuskan hubungan dokter dan pasien.

  • Pasal 20

    Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585/MENKES/PER/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

  • the diagnosis of a chronic illness (e.g., diabetes mellitus),disability, or loss of function (e.g., impotence);a treatment plan that is burdensome, painful, or costly;and even information that physicians may perceive as neutral or benign.a pregnant womans ultrasound verifies a fetal demisea middle-aged womans magnetic resonance imagingscan confirms the clinical suspicion of multiple sclerosis,an adolescents polydipsia and weight loss prove tobe the onset of diabetes.It might simply be a diagnosis that comes at an inopportune time, such as unstable angina requiring angioplasty during the week ofa daughters wedding,or it may be a diagnosis that is incompatible with ones employment, such as a coarse tremor developing in a cardiovascular surgeon.

  • Why Is Breaking Bad News So Difficult?TAKUT DISALAHKANTAKUT KEGAGALAN TERAPITAKUT SISTEM MEDIKOLEGAL

  • KEBERHASILAN PENYAMPAIAN INFORMASI YG DIPENGARUHI OLEH :Keterampilan berkomunikasiProfesionalisme seorang dokterPengetahuan dan kemampuan analisisAhlak atau budi pekertiKecerdasan emosiKecerdasan spiritual

  • S SETTING UP interviewP assessing the patients PERCEPTIONI obtaining patients INVITATIONK giving KNOWLEDGE and information to the patientE adressing the patients EMOTIONS with emphatic responsesS STRATEGY AND SUMMARY

  • S-SETTING UP interviewDari lingkungannya, libatkan orang terdekat, duduk bersama dengan mata sejajar, buat hubungan erat dengan pasienHal penting lainnya, jangan sampe deh pertemuan tersebut terganggu dengan hal-hal kecil seperti dering hp, melihat jam, menguap, bahkan sms sekalipunfokuskan perhatian hanya pada pasien.P-assessing the patients perceptionSebelum memberitahu, tanya terlebih dahulu, apa yang anda ketahui sejauh ini tentang kondisi anda? Hal ini berguna untuk mempersiapkan dokter akan kemungkinan respon yang diberikan pasien nanti.I-obtaining patients invitationSebagian besar pasien pasti ingin mendengar diagnosis serta harapan hidupnya kelak. Ada juga sebagia kecil pasien yang justru tidak ingin mendengar apapun tentang kondisinya (sudah tak peduli atau pasrah mungkin?) Nah, dokter juga harus jeli nih dalam melihat hal iniintinya, janganmemberitahu lebihdari yang ia inginkan.

  • K-giving KNOWLEDGE and information to the patientPasien harus diberitahu diagnosis dan prognosis sejujurnya dalam bahasa yang sederhana dan cara yang halus. Terkadang, kita perlu juga memberikan semacam warning shot sebagai indikasi bahwa akan menyampaikan berita buruk.Satu yang perlu diingat juga, jangan pernah menggunakan medical jargon atau bahasa medis yang gak pasien ngerti. Dan bila prognosis kurang baik, pasien harus diyakinkan bahwa akan selalu mendapat dukungan yang sebesar-besarnya.E-adressing the patients emotions with emphatic responsesAmati emosi pasien dan cari tahu apa penyebab dari emosi pasien tersebut. Beri waktu juga kepada pasien untuk mengekspresikan perasaannya.S-strategy and summarySampaikan tindakan apa yang harus dilakukan oleh pasien serta sampaikan ringkasannya.

  • ABCDE untuk Breaking Bad NewsAdvance preparationTempat tenang, cukup waktu, tak ada gangguanReview informasi klinisSiapkan kata-kata (bisa dengan sharing pengalaman dengan kolega)Siapkan emosiBuild a therapeutic environment/ relationshipKeluarga atau orang terdekat pasien hadirMulai peringatkan akan adanya berita burukGunakan sentuhan jika memungkinkanMenjadwalkan pertemuan berikutnyaCommunicate wellDengan kesabaran dan kasih sayangBiarkan keheningan dan air mataPastikan pasien mengertiBeri waktu untuk bertanya

  • Deal with patient and family reactionsEmpatiJangan mendebatEncourage and validate emotionsBerikan harapan yang realistisDiskusikan terapiBekali diri dengan bahan pendukung interdisiplinerCari tahu apa makna berita ini kepada pasien

  • Definisi Malpraktik dalam pandangan Hyat adalah:

    Kegagalan dokter/ahli bedah mengerahkan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya sampai pada tingkat yang wajar, seperti biasanya dimiliki para rekannya dalam melayani pasien

    Atau kegagalannya dalam menjalankan perawatan serta perhatian (kerajinan, kesungguhan) yang wajar dan lazim dalam pelaksanaan keterampilannya serta penerapan pengetahuannya

    Atau kegagalannya dalam mengadakan diagnosis terbaik dalam menangani kasus yang dipercayakan kepadanya

    Atau kegagalannya dalam memberikan keterampilan merawat serta perhatian yang wajar dan lazim, seperti biasanya dilakukan oleh para dokter/ahli bedah didaerahnya dalam menangani kasus yang sama.

  • KlasifikasiCivil Malpractice Criminal MalpracticeTerjadi apabila seorang dokter telah menyebabkan pasiennya menderita luka atau mati, tetapi tidak dapat dituntut secara pidana. Dalam hal ini dia dapat digugat secara perdata oleh pasien dan keluarganya. Terjadi apabila seorang dokter dalam menangani suatu kasus telah melanggar hukum pidana dan menempatkan dirinya sebagai seorang tertuduh.Seorang dokter yang melupakan kewajibannya untuk melaporkan kepada polisi bahwa dia merawat seorang penjahat yang harus dilaporkanSeorang ahli bedah plastik yang mengubah wajah atau menghilangkan sidik jari seorang penjahat untuk mempersulit identifikasi.

  • Menurut Hubert W. Smith tindakan malpraktek meliputi 4D, yaitu:

    Duty of Care (kewajiban perawatan)Dereliction of That Duty (penyimpangan kewajiban)Damage (kerugian)Direct Causal Relationship (harus ada kaitan kausal antara tindakan yang dilakukan dengan kerugian yang diderita )

  • Duty (kewajiban)Dalam hubungan perjanjian dokter dengan pasien, dokter haruslah bertindak berdasarkan: Adanya indikasi medisBertindak secara hati-hati dan telitiBekerja sesuai standar profesiSudah ada informed consent.Sesuai dengan UU Praktek Kedokteran No. 29 tahun 2004 Bab IV tentang Penyelenggaraan Praktik Kedokteran : bagian kesatu pasal 36,37 dan 38 bahwa sorang dokter harus memiliki surat izin praktek, dan bagian kedua tentang pelaksanaan praktek yang diatur dalam pasal 39-43. Pada bagian ketiga menegaskan tentang pemberian pelayanan.

  • Duty (kewajiban)Sesuai dengan UU Praktek Kedokteran Pasal 45 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan. Sebelum memberikan persetujuan pasien harus diberi penjelasan yang lengkap akan tindakan yang akan dilakukan oleh dokter. Di mana penjelasan itu mencakup sekurang-kurangnya : a. diagnosis dan tata cara tindakan medis; b. tujuan tindakan medis yang dilakukan; c. alternatif tindakan lain dan risikonya; d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.Seorang dokter wajib untuk membuat rekam medis, yang sudah diatur dalam undang-undang parktek kedokteran pasal 46.

  • Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)Apabila sudah ada kewajiban (duty), maka sang dokter atau perawat rumah sakit harus bertindak sesuai dengan standar profesi yang berlaku. Jika seorang dokter melakukan penyimpangan dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka dokter tersebut dapat dipersalahkan. Bukti adanya suatu penyimpangan dapat diberikan melalui saksi ahli, catatan-catatan pada rekam medik, kesaksian perawat dan bukti-bukti lainnya.

  • Direct Causation (penyebab langsung)Penyebab langsung yang dimaksudkan dimana suatu tindakan langsung yang terjadi, yang mengakibatkan kecacatan pada pasien akibat kealpaan seorang dokter pada diagnosis dan perawatan terhadap pasien. Secara hukum harus dapat dibuktikan secara medis yang menjadi bukti penyebab langsung terjadinya malpraktik dalam kasus manapun. Damage (kerugian)Damage yang dimaksud adalah cedera atau kerugian yang diakibatkan kepada pasien. Walaupun seorang dokter atau rumah sakit dituduh telah berlaku lalai, tetapi jika tidak sampai menimbulkan luka/cedera/kerugian (damage, injury, harm) kepada pasien, maka ia tidak dapat dituntut ganti-kerugian. Istilah luka (injury) tidak saja dalam bentuk fisik, namun kadangkala juga termasuk dalam arti ini gangguan mental yang hebat (mental anguish). Juga apabila tejadi pelanggaran terhadap hak privasi orang lain.

  • Dokter dikatakan melakukan malpraktek jika :Dokter kurang menguasai iptek kedokteran yang sudah berlaku umum di kalangan profesi kedokteranMemberikan pelayanan kedokteran dibawah standar profesi (tidak lege artis)Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan dengan tidak hati-hatiMelakukan tindakan medik yang bertentang dengan hukum

  • TuntutanPenggugat harus dapat membuktikan adanya 4 unsur berikut :Adanya suatu kewajiban bagi dokter terhadap pasienDokter telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim dipergunakanPenggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti ruginyaSecara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan dibawah standar

  • Terkadang penggugat tidak perlu membuktikan adanya kelalaian yang tergugat. Dalam hukum terdapat kaedah yang berbunyi Res Ipsa Loquitur yang berarti faktanya telah berbicaraMisalnya : kain kassa yang tertinggal di rongga perut pasien, sehingga menimbulkan komplikasi pasca bedah

  • Istilah & definisi MALPRAKTIK tdk ada, baik dlm KUHP (kitab UU hukum pidana) maupun dlm UU No 23 tahun 1993 tentang kes. Yg tercantum pd kedua UU tsb : KELALAIAN

    Sanksi pidana :u/ kelalaian yg berlaku bagi setiap org, diatur dlm pasal 359, 360 dan 361 KUHP

  • Pasal 359 KUHP Barang siapa krn kelalaiannya menyebabkan kematian org lain, diancam dg pidana penjara 5th atau kurungan plg lama 1th

    Pasal 360 ayat (1) KUHP Barang siapa krn kelalaiannya menyebabkan org lain menderita luka berat, diancam dg pidana penjara plg lama 5th atau kurungan plg lama 1th

    Pasal 360 ayat (2) KUHP Barang siapa krn kelalaiannya menyebabkan org lain luka sedemikian rupa sehingga menderita sakit u/ sementara wkt & menjalankan jabatan atau pekerjaannya slm wkt tertentu diancam dg pidana penjara plg lama 9 bln atau kurungan 6 bln atau denda plg tinggi Rp 4500

  • Sanksi perdata :Seorang dr yg telah terbukti melakukan kelalaian shg pasiennya menderita luka atau mati, dpt digugat scr perdata berdasarkan pasal 1366, 1370 atau 1371 KUHPdt

  • Pasal 1366 KUHPdt Setiap org bertanggung jawab tdk saja atas kerugian yg disebabkan krn perbuatannya, tetapi juga atas kerugian yg disebabkan krn kelalaian atau < hati2

    Pasal 1370 KUHPdt Dalam hal pembunuhan (menyebabkan matinya seseorang) dg sengaja/< hati2, maka suami & istri yg ditinggalkan, anak atau ortu korban yg biasanya mendapat nafkah dr pekerjaan korban, mempunyai hak u/ menuntut semua ganti rugi, yg harus dinilai menurut kedudukannya & kekayaan k2 belah pihak serta menurut keadaan

    Pasal 1371 KUHPdt Penyebab luka atau cacatnya suatu anggota badan dg sengaja atau < hati2, memberikan hak kpd korban, selain penggantian biaya2 penyembuhan, jg menuntut penggantian kerugian yg disebabkan o/ luka atau cacat tsb

  • Penanganan MalpraktekDalam etik sebenarnya tidak ada batas-batas yang jelas, antara boleh atau tidak, oleh karena itu kadang kala sulit memberikan sanksi-sanksinyaDi negara-negara maju terdapat Dewan Medis (Medical Council) yang bertugas melakukan pembinaan etik profesi dan menanggulangi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan terhadap etik kedokteranDi Indonesia terdapat :Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) masalah etika murniPanitia Pertimbangan dan Pembinaan Etik Kedokteran (P3EK) masalah yang tidak murni etika

  • Upaya Pencegahan Malpraktik Senantiasa berpedoman pd standar pelayanan medik & standar prosedur operasionalBekerjalah scr profesional, berlandaskan etik & moral yg tinggiIkuti peraturan perundangan yg berlaku, terutama tentang kes & praktik kedokteranJalin komunikasi yg harmonis dg pasien & keluarganya. Dan jgn pelit informasi baik tentang diagnosis, pencegahan & terapiTingkatkan rasa kebersamaan, keakraban & kekeluargaan sesama sejawat & tingkatkan kerja sama tim medik demi kepentingan pasienJgn berhenti belajar, selalu tingkatkan ilmu & keterampilan dlm bidang yg ditekuni

  • Rahasia : sesuatu yg disembunyikan dan hanya diketahui oleh 1 org, beberapa org, atau kalangan tertentu

    Rahasia kedokteran : rahasia dibidang medis dari pasien, bukan dari dokternya, bukan urusan profesi dokter yg tidak perlu diketahui pasiennya, atau rahasia yg boleh diketahui oleh sesama teman sejawat

    Rahasia jabatan : rahasia dokter sbg jabatan struktural

    Rahasia pekerjaan : rahasia dokter pd waktu menjalankan praktiknya (fungsional)

  • Tingkah laku dokter dlm rahasia jabatan yg ditilik dr sudut hukum :Tingkah laku yg bersangkutan dg pekerjaan sehari2Pasal 322 KUHP :Barang siapa dg sengaja membuka rahasia yg ia wajib menyimpan oleh karena jabatan/pekerjaannya, baik yg sekarang maupun yg dulu, dihukum dg hukuman penjara selama2nya 9bln/ denda max Rp. 600 ,-Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seorg tertentu, ia hanya dituntut atas pengaduan org ituPasal 1365 KUHP perdata :Barang siapa yg berbuat salah sehingga seorg lain menderita kerugian, berwajib mengganti kerugian itu

  • Tingkah laku dalam keadaan khususSbg saksi/ saksi ahli seolah2 diharuskan melanggar rahasia pekerjaan

    Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk :Kepentingan kesehatan pasienMemenuhi permintaan aparatur penegak hukum dlm rangka penegakan hukumPermintaan pasein sendiri/ berdasarkan ketentuan per-UU

  • Syarat utk dpt dikatakan sbg rahasia kedokteran :Keadaan kesehatan/ penyakit pasien yg memeng tidak diketahui oleh umum sebelumnyaKeadaan pasien yg dianggap perlu dirahasiakan tsb tidak membahayakan masy.Keadaan penyakit/ kesehatan tsb didapat dr hub sbg pasien dam dokter ketika menjalankan profesinyaTidak ada faktor dr pasien yg menyebabkan dokter harus memberi keterangan/ penjelasan tentang keadaan pasien itu sendiriPembantu dokter (perawat, bidan, org lain ) yg mendengar/ mengetahui keadaan pasien ketika seorg berobat ke dokter, tmsk pihak yg harus memegang rahasia kedokteran

  • Pasal 1 PP No. 10 Thn 1966 Yang dimaksud dengan Rahasia Kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.Pasal 2 PP No. 10 Tahun 1966pengetahuan tsb oleh pasal 1 hrs dirahasiakan oleh org2 tsb dlm pasal 3, kecuali oleh suatu peraturan lain yg sederajat atau lbh tinggi drpd PP ini menentukan lain. Pasal 3 PP No. 10 Tahun 1966Yang diwajibkan menyimpan rahasia yg dimksd dlm pasal 1 ialah : a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU ttg tenaga Kesehatan b. Mahasiswa kedokteran, murid yg bertugas dlm lap pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan, dan org lain yg ditetapkan oleh menteri kesehatan. Sumpah Dokter PP no.26/1960: Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter.

  • Pasal 2 pp Nomor 32 Tahun 1966 menyebutkan :Tenaga kesehatan terdiri dari: a. Tenaga medis ; b. Tenaga Keperawatan ; c. Tenaga Kefarmasian ; d. Tenaga Kesehatan Masyarakat ; e. Tenaga Gizi ; f. Tenaga Keterapian Fisik ; g. Tenaga Keteknisan Medik.Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluhan kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.Tenaga gizi rneliputi nutrisionis dan dietisien.Tenaga keterapian fisik meiiputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara.Tenaga keteknisan medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis

  • Akibat yang mungkin timbul karena pembocoran rahasia ini, misalnya :Tidak jadi menerima santunan asuransi karena pihak asuransi membatalkan keputusannya setelah mendapat informasi tentang penyakit yang diderita oleh calon kliennya.Tidak jadi menikah, karena salah satu pihak mendapat informasi mengenai penyakit yang diidap oleh calon pasangannya.Terjadinya perceraian . karena salah satu pihak mengetahui penyakit yang diidap oieh pasangannya.Seorang pemimpin kalah dalam percaturan politik karena lawan politiknya mendapat inforrnasi mengenai penyakit yang diidapnya.Merugikan negara, apabila informasi yang dibocorkan itu merupakan rahasia negara.

  • Pasal 322 Kitab Undang undang Hukum Pidana ( KUHP ) menyebutkan bahwa :Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia, yang menurut jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, ia di wajibkan untuk menyimpannya, dihukum dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seseorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.Pasal 112 KUHP : Barang siapa dengan sengaja mengumumkan atau mengabarkan atau menyampaikan surat, kabar dan keterangan tentang suatu hal kepada negara asing, sedang diketahuinya bahwa surat, kabar atau keterangan itu harus dirahasiakan demi kepentingan negara, maka ia dihukum dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun

  • Hal ini diatur dalam Undang Undang Tentang Kesehatan maupun dalam Kitab Undang Undang Hukum Sipil atau Perdata ( KUHS ).Pasal 55 Undang Undang Tentang kesehatan menyebutkan bahwa : Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahnya atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.Pasal 1365 KUHS. Setiap perbuatan melanggar hukum yang nrengakibatkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya mengakibatkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut .

  • Pasal 1366 KUHS. Setiap orang bertanggung jawah tidak saja atas kerugian karena perbuatannya, tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati hatinya Pasal 1367 KUHS. .Seorang tidak saja bertanggung jawah untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang di.sebabkan karena perbuatan orang orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang barang yang dibawah kekuasaannya .

  • Sanksi administratif untuk tenaga kesehatan sehubungan dengan peraturan tentang rekam medis diatur dalam pasal 20 PERMENKES Tentang Rekam Medis yang berbunyi : Pelanggaran terhadap ketentuan ketentuan dalam peraturan ini dapat dikenakan sanksi administratif mulai dari teguran sampai pencabutan ijin

  • Sesudah diterbitkannya Undang-Undang Praktik kedokteran (UU Pradok) tahun 2004, norma disiplin menjadi hal baru yang perlu diperhatikan dan dikaji, karena didalam Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) ada lembaga yang disebut sebagai Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) dengan tujuan menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran

  • adalah norma kepatuhan aturan-aturan/ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan atau lebih khusus kepatuhan menerapkan kaidah-kaidah penatalakasanaan klinis (asuhan medis) yang mencakup: penegakan diagnosis, tindakan pengobatan, menetapkan prognosis

  • 1. Hubungan Kebutuhan2. Hubungan Kepercayaan3. Hubungan Keprofesian4. Hubungan Hukum

  • Aspek medikolegal hubungan antara dokter-pasien ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:1. Komunikasi antara dokter dengan pasien2. Persetujuan tindakan kedokteran. yang sering mengundang timbulnya masalah antara dokter dan pasien.

  • Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagaiaspek yang berkaitan pelayanan kedokteranuntuk kepentingan hukum untuk kepentingan hukum.Secara garis besar prosedur mediko-legal mengacu kepada peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran

  • pengadaan visum et repertum,tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka.pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan Pemberian keterangan ahli di persidangan dan pemberian keterangan ahli di dalam persidangankaitan visum et repertum dengan rahasia kedokterantentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan surat keterangan mediktentang fitness / kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik

  • Kriteria PidanaSeorang dokter dapat dikenakan sanksi pidana, bilamana ia berbuat kriminal seperti :Melakukan penipuan terhadap pasien ( pasal 378 KUHP)Pembuatan surat keteranan palsu ( pasal 263 KUHP)Kesengajaan membiarkan penderita tidak tertolong ( pasal 349 KUHP)Tidak memberikan pertolongan pada orang yang berada dalam bahaya ( pasal 304 KUHP )Euthanasia ( pasal 344 KUHP )Melakukan pengguguran atau abortus provocatus ( pasal 346-349 KUHP )Penganiayaan ( pasal 351 KUHP) dan luka berat ( pasal 90 KUHP )

  • Kealpaan sehingga mengakibatkan kematian atau luka luka berat pada diri orang lain ( pasal 359-361 KUHP )Pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran ( pasal 322 KUHP )Penyerangan seksual ( pasal 284-294 KUHP )Pelanggaran kesopanan ( pasal 290 ayat 1, pasal 285 dan 286 KUHP )Memberikan atau menjual obat palsu ( pasal 386 KUHP )

  • Kriteria PerdataPasal 1365 KUHPdt : penimbul ganti rugi atas diri orang lain pelakunya harus membayar ganti rugiPasal 1366 KUHPdt : selain penimbul / kesengajaan, juga akibat kelalaian atau kurang berhati-hatiPasal 1367 KUHPdt : majikan ikut bertanggung jawab atas perbuatan orang dibawah pengawasannyaPasal 1388 KUHPdt : wanprestasi ganti rugiPasal 58 UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan : ganti rugiPasal 66 UU No.29 tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran : ganti rugiDoktrin perbuatan melawan hukum seperti tindakan tanpa informed consent, salah orang/ salah organ, product liability

  • Hak & kewajiban pasal 4-13

  • Pasal 4Setiap orang berhak atas kesehatanPasal 5Setiap orang punya hak yg sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatanSetiap orang punya hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yg aman,bermutu dan terjangkauSetiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yg diperlukan bagi dirinyaPasal 6Setiap orang berhak untuk mendapatkan lingkungan yg sehat bagi pencapaian derajat kesehatanPasal 7Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yg seimbang dan bertanggung jawabPasal 8Setiap orang berhak untuk memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yg telah maupun yg akan diterimanya dari tenaga kesehatan

  • Pasal 9Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,mempertahankan,dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yg setinggi tingginyaKewajiban sebagaimana dimaksud ayat 1,pelaksanaaannya meliputi upaya kesehatan perseorangan,upaya kesehatan masyarakat,dan pembangunan berwawasan kesehatanPasal 10Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yg sehat, baik fisik, biologi, maupun sosialPasal 11Setiap orang berkewajiban berprilaku hidup sehat untuk mewujudkan,mempertahankan,dan memajukan kesehatan yg setinggi tingginyaPasal 12Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yg menjadi tanggung jawabnyaPasal 13Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosialProgram jaminan yg diatur ayat 1 diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan

  • Tenaga kesehatan Pasal 21-29

  • Pasal 21 Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Ketentuan mengenai perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah. Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan Undang-Undang. Pasal 22 Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum. Ketentuan mengenai kualifikasi minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

  • Pasal 23 Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah. Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang mengutamakan kepentingan yang bernilai materi. Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.

  • Pasal 24 Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi. Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 25 Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat melalui pendidikan dan/atau pelatihan. Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah. Ketentuan mengenai penyelengaraan pendidikan dan/atau pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

  • Pasal 26 Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk pemerataan pelayanan kesehatan. Pemerintah daerah dapat mengadakan dan mendayagunakan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan dengan memperhatikan: jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat; umlah sarana pelayanan kesehatan; dan jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban kerja pelayanan kesehatan yang ada. Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap memperhatikan hak tenaga kesehatan dan hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang merata. Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan tenaga kesehatan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

  • Pasal 27 Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 28 Untuk kepentingan hukum, tenaga kesehatan wajib melakukan pemeriksaan kesehatan atas permintaan penegak hukum dengan biaya ditanggung oleh negara. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kompetensi dan kewenangan sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki. Pasal 29 Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.

  • Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pasal 30-35

  • Pasal 30(1) Fasilitas pelayanan kesehatan, menurut jenis pelayanannya terdiri atas :a. Pelayanan kesehatan perseorangan; danb. Pelayanan kesehatan masyarakat.(2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:Pelayanan kesehatan tingkat pertama;Pelayanan kesehatan tingkat kedua; danPelayanan kesehatan tingkat ketiga.

  • Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pd ayat (1) dilaksanakan oleh pihak pemerintah, pemerintah daerah dan swastaKetentuam persyaratan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pd ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan yg berlakuKetentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pd ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah

  • Pasal 31Fasilitas pelayanan kesehatan wajib:Memberikan akses yg luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan; danMengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah daerah atau MenteriPasal 32Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahuluDalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan /atau meminta uang muka

  • Pasal 35Pemerintah daerah dapat menentukan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta pemberian izin beroperasi di daerahnyaPenentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pd ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah daerah dengan mempertimbangkan:Luas wilayah;Kebutuhan kesehatan;Jumlah dan persebaran penduduk;Pola penyakitPemanfaatannya;Fungsi sosial; danKemampuan dalam memenfaatkan teknologi

  • Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta pemberian izin beroperasi sebagaimana dimaksud pd ayat (1) berlaku juga untuk fasiliatas pelayan kesehatan asingKetentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pd ayat(2) tidak berlaku untuk jenis rumah sakit khusus karantina, penelitian dan asilumKetentuan lebih lanjut mangenai penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah

  • Upaya kesehatan pasal 46-49

  • Bagian KesatuUmumPasal 46 Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.

  • Pasal 47Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.Pasal 48(1) Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 dilaksanakan melalui kegiatan :a. Pelayanan kesehatan;b. Pelayanan kesehatan tradisional;c. Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

  • d. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatane. Kesehatan reproduksi Keluarga berencanaKesehatan sekolahKesehatan olahragaPelayanan kesehatan pd bencanaPelayanan darahKesehatan gigi dan mulutPenanggulangan gangguan pengluhatan dan gangguan pendengaranKesehatan matraPengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatanPengamanan makanan dan minumanPengamanan zat adiktif; dan / atauBedah mayat

  • Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada (1) didukung oleh sumber daya kesehatanPasal 49Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan upaya kesehatan.Penyelenggaraan upaya kesehatan harus memperhatikan fungsi sosial, nilai, dan norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi.

  • Pasal 50Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab meningkatkan dan mengembangkan upaya kesehatan.Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurang nya memenuhi kebutuhan kesehatan dasar masyarakatPeningkatan dan pengembangan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pengkajian dan penelitian Ketentuan mengenai peningkatan dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakn melalui kerja sama antar-Pemerintah dan antarlintas sektor

  • Pasal 51Upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yg setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakatUpaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada standard pelayanan minimal kesehatanKetentuan lebih lanjut mengenai standard pelayanan minimal kesehatna sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah

  • Pemberian pelayanan kesehatan pasal 52-54

  • Pasal 52 Pelayanan kesehatan terdiri atas: pelayanan kesehatan perseorangan; dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

  • Pasal 53 Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat. Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.

  • Pasal 54 Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

  • Perlindungan kesehatan pasal 56-58

  • Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tinfakan pertolongan yang akan di berikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap2. Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku pada:a. penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara menular ke dalam masyarakat yang lebih luasb. keadaan seseorang yang tidak sadarkan diric. gangguan mental berat3. Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana pada ayat 1 di atur dengan ketentuan perundang-undangan

  • Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatanKetentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana di maksud pada ayat 1 tidak berlaku dalam hal:a. perintah undang-undangb. perintah peradilanc. izin yang bersangkutand. kepentingan masyarakate. kepentingan orang tersebut

  • Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan dan atau penyelenggara kesehatan menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang di terimanyaTuntutan ganti rugi sebagaimana di maksud ayat 1 tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan daruratKetentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana di maksud pada ayat 1 di atur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan

  • Ketentuan Pidana Pasal 189-200

  • Selain penyidik polisi negara Republik Indonesia, kepada pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan pemerintahan yg menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan jg diberi wewenang khusus sbg penyidik sebagaimana dimaksud dlm Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana utk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang kesehatan.Penyidik sebagaimana dimaksud pd ayat (1) berwenang:Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak pidana di bidang kesehatan;Melakukan pemeriksaan terhadap org yg diduga melakukan tindak pidana di bidang kesehatan;Meminta keterangan & bahan bukti dr org atau badan hukum sehubungan dgn tindak pidana di bidang kesehatan;Melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain ttg tindak pidana di bidang kesehatan;Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dlm perkara tindak pidana di bidang kesehatan;Meminta bantuan ahli dlm rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang kesehatan;Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yg membuktikan adanya tindak pidana di bidang kesehatan.Kewenangan sebagaimana dimaksud pd ayat (2) dilaksanakan oleh penyidik sesuai dgn ketentuan Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

  • Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yg melakukan praktik atau pekerjaan pd fasilitas pelayanan kesehatan yg dgn sengaja tidak memberikan pertolongan pertama thdp pasien yg dlm keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dlm Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dgn pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

    Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pd ayat (1) mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dgn pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

  • Setiap orang yg tanpa izin melakukan praktik pelayanan kesehatan tradisional yg menggunakan alat & teknologi sebagaimana dimaksud dlm Pasal 60 ayat (1) sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat atau kematian dipidana dgn pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).Setiap orang yg dgn sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dgn dalih apa pun sebagaimana dimaksud dlm Pasal 64 ayat (3) sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat atau kematian dipidana dgn pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).Pasal 192

  • Pasal 193Setiap orang yg dgn sengaja melakukan bedah plastik & rekonstruksi utk tujuan mengubah identitas seseorang sebagaimana dimaksud dlm Pasal 69 diancam dgn pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).Pasal 194Setiap orang yg dgn sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dgn ketentuan sebagaimana dimaksud dlm Pasal 75 ayat (2) dipidana dgn pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).Pasal 195Setiap orang yg dgn sengaja memperjualbelikan darah dgn dalih apapun sebagaimana dimaksud dlm Pasal 90 ayat (3) dipidana dgn pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

  • Pasal 196Setiap orang yg dgn sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yg tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dlm Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) diancam dgn pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).Pasal 197Setiap orang yg dgn sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yg tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dlm Pasal 106 ayat (1) dipidana dgn pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).Pasal 198Setiap orang yg tidak memiliki keahlian & kewenangan utk melakukan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dlm Pasal 108 dipidana dgn pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

  • Setiap orang yg dgn sengaja memproduksi atau memasukkan rokok ke dlm wilayah Kesatuan Republik Indonesia dgn tidak mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar sebagaimana dimaksud dlm Pasal 114 dipidana dgn pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).Setiap orang yg dgn sengaja melanggar kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud dlm Pasal 115 dipidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).Pasal 200Setiap orang yg dgn sengaja menghalangi produksi pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dlm Pasal 128ayat (2) dipidana dgn pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

  • Dokter obsgin tidak memberi penjelasan dan meminta persetujuan baik dari perempuan maupun suaminyaMelanggar:Pasal 2 ayat 1 permenkes no 585 th 1989 ttg persetujuan tindakan medik secara tegas menyebutkan setiap tindakan medik yg akan dilakukan thdp pasien hrs mendapat persetujuanMenurut UU No. 29 /2004 ttg Persetujuan Tindakan Kedokteran / Kedokteran Gigi Pasal 53 UU no 23 th 1992 ttg kesehatan jg memberi hak kpd pasien atas informasi & hak memberikan persetujuan tindakan medik

    Dokter menyampaikan kabar buruk tanpa mempedulikan perasaan si ibuMelanggar kodeki pasal8Bersikap tidak etisDokter tidak dpt menyelamatkan si janin, dan dokternya mengatakan bahwa penyebab janin meninggal dikarenakan si Ibu positif HIVKodeki pasal 2profesionalitas

  • Dokternya malpraktek?Rahasiaan pasien?

    **********Persetujuan tindakan medik******************************Pendonor??..*****************************************Ayat ( 2 ) menunjukkan bahwa delik ini adalah delik aduan, dimana perkara itu tidak dapat diusust tanpa pengaduan dari orang yang dirugikan. Pengaduan itu dapat dicabut kembali, selama belum diajukan ke sidang pengadilan. Namun demikian, pada pasal 4 Penjelasan PP Nomor 10 Tahun 1966 disebutkan bahwa : Demi kepentingan umum Menteri Kesehatan dapat bertindak terhadap pembocoran rahasia kedokteran, meskipun tidak ada suatu pengaduan. *****************