kelompok 1 blok etika dan forensik pemicu 4

140
Pemicu 4 Blok Etika dan Hukum Kedokteran Diperkosa atau Tidak?

Upload: rachel-davis

Post on 14-Feb-2015

38 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

untar

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pemicu 4 Blok Etika dan Hukum Kedokteran

Diperkosa atau Tidak?

Page 2: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Kelompok 1

Page 3: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Diperkosa Atau Tidak?Xe, seorang perempuan berumur 15thn diantar oleh keluarganya ke sebuah RS untuk dibuatkan visum. Ia mengaku telah diperkosa sekitar 12 jam yang lalu oleh tetangganya, Qe yang berumur 20thn. Menurut penuturannya, kejadian berawal dari Xe yang bertemu dengan Qe pada sore hari saat pulang sekolah. Qe menawarkan Xe pulang bersama dengan mobil. Merasa kenal baik dengan tetangganya itu, ia tidak menolak. Di tengah perjalanan, Qe mengajak Xe mampir ke sebuah café temannya. Tanpa curiga, Xe memesan minusan bersoda. Xe mengaku setelah minum soda tersebut saat masuk ke dalam mobil, kepalanya terasa berat dan akhirnya tak sadarkan diri. Ia terbangun keesokan harinya di sebuah rumah dalam keadaan tak berpakaian dan merasa sakit di daerah kemaluannya. Qe mengancam Xe untuk tidak menceritakan ke siapapun karena Qe akan bersikeras hubungan seks itu dilakukan atas dasar suka sama suka. Tetapi Xe tetap mengadu ke orang tuanya.Sesampainya di RS, dokter yang bertugas menyuruh kedua orang tua Xe melapor terlebih dahulu ke kantor polisi terdekat. Setelah itu, dokter tersebut baru memeriksa keadaan Xe secara menyeluruh dan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang. Dari pemeriksaan fisik secara menyeluruh ditemukan :

o Laserasi di dasar hymen pada jam enam.o Spermatozoa dalam keadaan motil di dalam vagina.

Dokter kemudian mengobati Xe dan membuat visum et repertum.Sementara Qe diperiksa polisi lebih lanjut. Orang tua Qe marah dan akan menuntut balik Xe, pihak polisi dan dokter yang memeriksa karena telat menuduh anaknya melakukan perbuatan asusila.Apa yang dapat Anda pelajari dari kasus di atas?

Page 4: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

LO I

Visum et Repertum

Page 5: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Visum et Repertum

• Menurut Staatsblad tahun 1937 nomor 350 :– Visa Reperta (Visum et Repertum) adalah

laporan tertulis untuk Yustisi yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah, tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan pada benda yang diperiksa menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.

Page 6: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Visum et Repertum

• KUHAP pasal 1 butir ke-28, menyatakan : “Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan”.

Page 7: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Dasar hukum pengadaan• Pasal 120 KUHAP

Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus

• Pasal 133 KUHAP(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya

Page 8: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Macam-macam Visum et Repertum

1. Visum et Repertum korban hidup:– Visum et repertum definitif dibuat setelah pemeriksaan

selesai, korban tidak perlu dirawat lebih lanjut atau meninggal.– Visum et Repertum sementara dibuat setelah pemeriksaan

selesai, korban masih perlu mendapat perawatan lebih lanjut.– Visum et Repertum lanjutan dibuat bila:

• Setelah selesai perawatan korban sembuh.• Setelah mendapat perawatan, korban meninggal.• Perawatan belum selesai, korban pindah RS atau dokter lain.• Perawatan belum selesai, korban pulang paksa atau

melarikan diri

Page 9: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Macam-macam Visum et Repertum

2. Visum et Repertum mayat– (Harus dibuat berdasarkan hasil autopsi lengkap)– Tujuan pembuatan VeR ini adalah untuk menentukan

sebab, cara, dan mekanisme kematian3. Visum et Repertum pemeriksaan TKP

– Hubungan sebab akibat luka yang ditemukan pada tubuh korban.

– Saat kematian korban.– Barang bukti yang ditemukan.– Cara kematian korban jika mungkin.

Page 10: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Macam-macam Visum et Repertum

4. Visum et Repertum penggalian mayat5. Visum et Repertum mengenai umur6. Visum et Repertum Psikiatrik7. Visum et Repertum mengenai barang bukti

Page 11: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli

• Pasal 133 ayat 1 KUHAP :– Yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik

yang menyakut tubuh manusia dan membuat keterangan ahli adalah dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik), dokter, dan ahli lainnya

– Jadi :• Keterangan yang dibuat oleh dokter ahli

kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli• Keterangan yang dibuat selain ahli kedokteran

kehakiman disebut keterangan

Page 12: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pihak yang berhak memintavisum et repertum

• PenyidikPejabat Polri yang sekurang-kurang berpangkat Pelda Polisi– Penyidik Pembantu adalah Pejabat Polri yang sekurang-

kurangnya berpangkat Serda Polisi.– Kapolsek yang berpangkat Bintara dibawah Pelda Polisi karena– Jabatannya adalah Penyidik

• Hakim pidanaHakim pidana biasanya tidak langsung minta visum et repertum pada dokter, tetapi memerintahkan kepada jaksa untuk melengkapi berita acara pemeriksaan dengan visum et repertum. Kemudian jaksa melimpahkan permintaan hakim kepada penyidik.

Page 13: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pihak yang berhak meminta visum et repertum

• Hakim perdataKarena di sidang pengadilan perdata tidak ada jaksa,maka hakim perdata minta langsung visum et repertum kepada dokter.

• Hakim agamaDasar hukumnya Undang-undang No. 14 tahun 1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman pasal 10.

Hakim agama mengadili perkara yang bersangkutan dengan agama islam,sehingga permintaan visum et repertum hanya berkenaan dengan hal syarat untuk berpoligami, syarat untuk melakukan perceraian dan syarat waktu tunggu seorang janda.

Page 14: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Ketentuan umum dalam pembuatan Visum et Repertum

a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa.b. Bernomor dan bertanggal.c. Mencantumkan nama “Pro justitia” dibagian atas (kiri atau

tengah)d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.e. Tidak menggunakan singkatan terutama pada waktu

mendeskripsikan temuan pemeriksaan.f. Tidak menggunakan istilah asing atau istilah kedokteran.g. Berstempel instansi pemeriksa tersebut.h. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan.i. Hanya diberikan kepada penyidik peminta Visum et

Repertum (instansi).

Page 15: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Format Visum et Repertum

• Pembukaan PRO JUSTITIA

• Pendahuluan Identitas

• Pemberitaan Hasil pemeriksaan

(objektif)• Kesimpulan Pendapat pemeriksa

(subjektif, ilmiah)• Penutup Sumpah, ilmiah, tandatangan,

cap, dsb

Page 16: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Bagian-bagian Visum et Repertum1. PRO JUSTISIA• Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et

repertum tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.2. PENDAHULUAN• Bagian ini memuat antara lain :

– Identitas pemohon visum et repertum– Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et repertum– Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya)– Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan– Identitas korban– Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana

korban dirawat, waktu korban meninggal– Keteranganmengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban

pada dokter dan waktu saat korban diterima dirumah sakit

Page 17: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

3. PEMBERITAAN– Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis

kel,TB/BB), serta keadaan umum .– Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada

korban.– Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.– Hasil pemeriksaan tambahan.

• Syarat-syarat :– Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang

awam.– Angka harus ditulis dengan huruf (4 cm ditulis empat

sentimeter).– Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka (luka bacok, luka

tembak dll).– Luka harus dilukiskan dengan kata-kata.– Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang

dilihat dan ditemukan).

Page 18: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

4. KESIMPULAN– Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang

memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.

– Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan).

– Sifatnya subjektif.5. PENUTUP

– Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan”.

– Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.

Page 19: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Peranan Visum et Repertum

• PENYIDIK

• PENUNTUT UMUM • HAKIM

• PENASEHAT HUKUM

MENGUNGKAP PERKARA

MEMBUAT DAKWAANKEYAKINAN MEMBUAT PUTUSAN

FUNGSI PEMBELAAN

SEBAGAI PENGGANTI BENDA BUKTI

Page 20: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Tujuan Visum et RepertumSebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang sah di pengadilan

karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan berlangsung. Jadi VeR merupakan barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai dengan KUHP pasal 184.

Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:1. Keterangan saksi2. Keterangan ahli3. Keterangan terdakwa4. Surat-surat5. Petunjuk

Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu:1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan VeR yang lebih baru

Page 21: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Bantuan dokter pada penyidik :1. Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP)2. Pemeriksaan korban hidup3. Pemeriksaan korban mati4. Penggalian mayat5. Menentukan umur seorang korban /

terdakwa6. Pemeriksaan jiwa seorang terdakwa7. Pemeriksaan barang bukti lain (trace

evidence)

Page 22: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pemeriksaan dokter tersebut sesuai dengan jenis tindak pidananya, yg diatur dalam KUHP :

• Buku kesatu ( Aturan umum ) :– Bab III pasal 44 – 45, tentang hal yang menghapus,

mengurangi atau memberatkan pidana.

• Buku kedua ( kejahatan ) :– Bab XIV pasal 284 –290 / 292 – 295, tentang kejahatan

kesusilaan.– Bab XIX pasal 338 – 348, tentang kejahatan terhadap

nyawa.– Bab XX pasal 351 – 355, tentang penganiayaan.– Bab XXI pasal 359 – 360, tentang meyebabkan mati

atau luka karena kealpaan.

Page 23: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Sanksi Hukum

• Sanksi hukum untuk bedah mayat, diatur dalam pasal 82 UU No. 23 tahun 1992 Ayat (1):– Barangsiapa yang tanpa keahlian dan

kewenangannya dengan sengaja melakukan bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp.100.000.000,00,- (seratus juta rupiah).

Page 24: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Tata Cara PermintaanVisum et Repertum

1. Pasal 133 ayat (2) KUHAP :1. “Permintaan Keterangan ahli sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat”

2. Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR) harus dibuat dengan menggunakan format sesuai dengan jenis kasus yang sedang ditangani.

3. SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik yang syarat kepangkatan dan pengangkatannya diatur dalam BAB II pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27 tahun 1983.

Page 25: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

4. Korban yang meninggal dunia harus diantar oleh seorang anggota POLRI dengan membawa SPVR.

5. Korban yang meninggal dunia harus diberi label sesuai dengan peraturan yang tercantum didalam pasal 133 ayat (3) KUHAP

6. Sebaiknya penyidik yang meminta Visum et Repertum mengikuti jalannya pemeriksaan bedah jenazah.

Page 26: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Prosedur Permintaan VeR Korban Hidup

1. Permintaan harus secara tertulis, tdk dibenarkan secara lisan / telepon / via pos.

2. Korban adalah BB, maka permintaan VetR harus diserahkan sendiri oleh polisi bersama-sama korban/tersangka.

3. Tidak dibenarkan permintaan VetR tentang sesuatu peristiwa yang telah lampau, mengingat rahasia kedokteran (Instruksi Kapolri No.Ins/E/20/IX/75).

Page 27: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Prosedur Permintaan VeR Korban Mati(mayat):

1. Permintaan harus diajukan secara tertulis, tidak dibenarkan melalui telepon, lisan atau pos.

2. Korban yang meninggal dunia harus diantar oleh seorang anggota POLRI dengan membawa SPVR.

3. Korban yang meninggal dunia harus diberi label sesuai dengan peraturan yang tercantum didalam pasal 133 ayat (3) KUHAP.

4. Sebaiknya penyidik yang meminta Visum et Repertum mengikuti jalannya pemeriksaan bedah jenazah.

Page 28: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

KEWAJIBAN PENYIDIKTERHADAP KELUARGA KORBAN

KUHAP Pasal 134 • (1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan

pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.

• (2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.

• (3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

Page 29: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

SANKSI HUKUM BAGI YANGMENGHALANG-HALANGI PEMERIKSAAN MAYAT

Pasal 222 KUHP :• “Barangsiapa dengan sengaja mencegah,

menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, dipidana dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”.

Page 30: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAKPERMINTAAN PENYIDIK

Pasal 216 KUHP :1. Barangsiapa dengan sengaja tidak menurut perintah atau

permintaan keras, yang dilakukan menurut peraturan Undang-undang oleh Pegawai Negeri yang diwajibkan mengawasi atau oleh pegawai negeri yang diwajibkan atau yang dikuasakan mengusut atau memeriksa tindak pidana.Demikian juga barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan suatu pekerjaan yang diusahakan oleh salah seorang pegawai negeri itu untuk menjalankan suatu peraturan undang-undang, dipidana dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah

Page 31: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

2. Yang disamakan dengan pegawai negeri yang tersebut dalam bagian pertama ayat diatas ini ialah semua orang yang menurut peraturan undang-undang selalu atau sementara diwajibkan menjalankan suatu jabatan umum apapun juga.

3. Kalau pada waktu melakukan kejahatan itu belum lagi dua tahun sesudah pemidanaan yang dahulu menjadi tetap karena kejahatan yang sama itu juga, maka pidana itu dapat ditambah sepertiganya.

Page 32: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Larangan untuk jadi ahli (KUHP 168)

• Sedarah / garis lurus sampai derajat 3 atau yg bersama2 dengan terdakwa.

• Saudara dari terdakwa/yg bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu, bapak, juga mereka yg punya hubungan perkawinan dan anak-anak sampai derajat 3.

• Suami/istri/meski sudah cerai.

Page 33: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pencabutan Visum Et Repertum

1. Pencabutan permintaan Visum et Repertum pada prinsipnya tidak dibenarkan, namun kadang kala dijumpai hambatan dari keluarga korban yang keberatan untuk dilaksanakan bedah mayat dengan alasan larangan Agama, adat dan lain-lain.

2. Bila timbul keberatan dari pihak keluarga, sesuai dengan ketentuan KUHAP Pasal 134 ayat 2, maka penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan bedah jenazah tersebut.

Page 34: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Lama PenyimpananVisum et Repertum

• 10 tahun– MENGACU PADA PERMENKES NO. 749A TAHUN

1989 TENTANG REKAM MEDIS

• 30 tahun– MENGACU PADA SISTEM ARSIP NASIONAL

Page 35: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Visum et Repertum Sementara

• Dibuat atas permintaan penyidik.• Penatalaksanaan korban belum selesai

perawatannya.• Keterangan tentang cedera korban diperlukan oleh

penyidik.• Perlu dibuat apabila korban pindah tempat

perawatan.• Memuat identitas korban, jenis luka, jenis kekerasan.

Kualifikasi luka belum dapat ditentukan.

Page 36: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Visum et Repertum Psikiatrik

• Suatu persaksian tertulis dalam perkara pidana / perkara perdata, yang dibuat atas permintaan hakim Ketua Pengadilan dan mengingat sumpah dokter.

• Tentunya persakitan tersebut adalah tentang keadaan kesehatan jiwa penderita/terdakwa yang berperkara atau yang telah melanggar hukum.

Page 37: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Visum et Repertum Psikiatrik

• Menurut Permenkes No.1993/Kdj/U/70, tentang perawatan penderita penyakit jiwa pasal 15 ayat 2 membedakan kesaksian ahli jiwa menjadi 2 macam yaitu :– Keterangan dokter– Visum et Repertum Psikiatrik

Page 38: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Keterangan dokter

• Keterangan dokter adalah keterangan yang diberikan oleh dokter atas permintaan jaksa, polisi atau pamong praja dalam pemeriksaan pendahuluan suatu perkara pengadilan.

• Yang berhak membuat keterangan ini adalah dokter (tidak harus Psikiater).

• Pada prinsipnya setiap dokter yang terdaftar pada DepKes dan telah mendapat ijin bekerja dari MenKes, berhak membuatnya.

Page 39: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Visum et Repertum Psikiatrik

• Yang berhak meminta visum et repertum psikiatrik ialah Hakim Ketua PN.

• Yang berhak membuat visum et repertum psikiatrik ialah ahli kedokteran jiwa suatu tempat perawatan penderita penyakit jiwa yang ditunujuk pengawas/Kepala DinKes Propinsi.

Page 40: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Syarat pembuatanVisum et Repertum Psikiatrik

• Harus selesai dalam waktu 3 x 24 jam.• Bila ada kekuatiran penderita/terdakwa akan lari,

dapat ditempuh pemeriksaan secara jalan dalam waktu yang sama 3 x 24 jam.

• Bila ternyata penderita/terdakwa benar sakit jiwa, maka kepala tempat perawatan harus membuat laporan kepada hakim PN (keterangan bahwa pdrta/terdakwa menderita sakit jiwa dan perlu perawatan dan pengobatan segera).

Page 41: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Kesimpulan Visum et RepertumKorban Hidup

• Identitas korban• Jenis luka• Jenis kekerasan• Kualifikasi luka

Page 42: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Kesimpulan Visum et Repertum Kejahatan Seksual

• Jenis luka• Jenis kekerasan• Tanda persetubuhan• Identitas korban / umur

Page 43: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Kesimpulan Visum et RepertumKorban Mati (Jenasah)

• Identitas korban• Jenis luka• Jenis kekerasan• Sebab kematian

Page 44: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Beberapa peraturan yg harusdiperhatikan

• Menurut Standar Pelayanan Medis yang disusun oleh IDI dan diterbitkan oleh Dek-Kes RI tahun 1993.– Daerah yg tidak ada dokter SpF maka

pemeriksaan oleh dokter umum (minimal di RS kelas D).

– Daerah yg punya dokter SpF maka pemeriksaan oleh dokter spesialis Forensik.

Page 45: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pemeriksaan penunjangdi bidang Ilmu Kedokteran Forensik

• Pemeriksaan Toksikologi• Pemeriksaan Histopatologi.• Pemeriksaan Antropologi• Pemeriksaan/ teknik superimposisi• Pemeriksaan Laboratorium Forensik Khusus

Page 46: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Contoh pendahuluan

Yang bertanda tangan di bawah ini, …(nama)…, dokter umum, atas permintaan dari Polsek …… dengan nomor surat …/…/……… pada hari ……… tanggal ……… bulan …….. tahun ……… bertempat di klinik …………… telah melakukan pemeriksaan terhadap seorang korban yang menurut surat permintaan tersebut adalah:Nama : ……… dst

Page 47: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Contoh pemberitaan atau hasil pemeriksaan

Korban mengaku 2 jam sebelum masuk RS dipukul dengan menggunakan tangan kosong pada ………………… (anamnesa / wawancara)

Pada korban ditemukan :• Pada dahi kanan ditemukan luka? Tepi luka?

Ukuran luka?• Pada ……………… dst• Setelah pencatatan luka-luka selanjutnya

diterangkan pula langkah pemeriksaan penunjang, pengobatan dan atau tindakan medis

Page 48: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Contoh penutup

Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya berdasarkan keilmuan saya.

Page 49: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Penutup• Dicantumkan kalimat”• “demikianlah visum et repertum ini dibuat

dengan mengingat sumpah”

• Diakhiri dengan tanda tangan dan nama lengkap dokter

Page 50: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 51: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 52: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

LO II

Visum et Repertum dan Kasus Perkosaan

Page 53: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pengertian perkosaan

Menurut hukum yang berlaku saat ini masih mengacu pada pasal 285 KUHP yaitu: “Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetebuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun

Page 54: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pembuktian perkosaan dilakukan dengan bantuan ilmu kedokteran forensik yaitu pembuatan visum et repertum. Pembuatan visum et repertum dilakukan oleh seorang dokter forensik atas permintaan penyidik berdasarkan pasal 133 KUHAP.

Page 55: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Dalam penanganan korban (hidup) perkosaan,dokter memiliki peran ganda yaitu sebagai :•pemeriksa yang membuat visum et repertum (VeR)•tenaga medis yang mengobati dan merawat korban.

Page 56: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Visum et repertum adalah laporan tertulis untuk kepentingan peradilan (pro yustisia):- atas permintaan yang berwenang, - dibuat oleh dokter:

- terhadap segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan barang bukti,- berdasarkan sumpah pada waktu menerima jabatan,- berdasarkan pengetahuannya yang sebaik-baiknya.

Page 57: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pembuatan VeR Untuk membuat VeR:

– Korban harus datang diantar petugas– Surat permintaan VER ditanda tangani penyidik– Dokter pemeriksa mencocokkan nama tersebut dalam

surat dengan korban, bila tidak sesuai harap dikembalikan kepada penyidik

– Petugas pengantar menulis nama, pangkat dan jabatan serta tanda tangan.

VeR dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan saat permintaan diajukan.

Page 58: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Visum et repertum

• VeR pd kasus perkosaan di mata hakim pada hakikatnya berperan penting dalam mempengaruhi keputusan hakim.

• Karena visum et repertum dapat membuktikan ada atau tidaknya unsur-unsur perkosaan.

• Jadi visum et repertum bersifat mengikat hakim, akan tetapi tidak memaksa karena sesuai dengan sistem pembuktian yang dianut oleh negara kita yaitu sitem pembuktian negatif bahwa selain alat bukti juga harus disertai keyakinan hakim.

Page 59: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Peranan visum et repertum dalam pengungkapan kasus perkosaan

• Menunjukkan peran yang cukup penting bagi tindakan pihak Kepolisian selaku aparat penyidik.

• Pembuktian terhadap tindak pidana perkosaan dari hasil pemeriksaan yang dimuat dalam visum et repertum, menentukan langkah yang diambil pihak Kepolisian dalam mengusut suatu kasus perkosaan.

Page 60: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

2 pendapat mengenai anamnesis dalam VeR saat ini

• Ada yang memasukkannya dalam VeR karena merupakan bagian dari pemeriksaan.

• Tetapi, ada yang memilih tidak dimasukkan dalam VeR karena bukan fakta yang dilihat dan ditemukan dokter sendiri.

• Namun, bila diminta yang berwajib, anamnesis adalah ‘keterangan dari yang diperiksa’ yang dilampirkan pada visum.

Page 61: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Anamnesis• Tanyakan apakah pasien telah mandi, membersihkan diri, mengganti pakaian,

atau minum obat-obatan sejak kejadian tersebut. Secara keseluruhan data yang didapat harus meliputi:

1. Identitas: umur, tanggal dan tempat lahir, status perkawinan.

2. Riwayat medis.

3. Riwayat ginekologi; termasuk riwayat menstruasi (menars, lama, jumlah, siklus, keteraturan, nyeri), metode kontrasepsi, riwayat penyakit menular seksual, riwayat penyakit radang panggul, koitus terakhir, dst.

4. Riwayat obstetri; cara melahirkan, graviditas, dan paritas.

5. Tempat, tanggal dan jam terjadinya perkosaan.

6. Deskripsi kejadian dengan kata-kata pasien sendiri.

• Perlu ditanyakan apakah korban pingsan dan apa sebabnya, apakah karena korban ketakutan hingga pingsan atau korban dibuat pingsan dengan obat tidur atau obat bius yang diberi pelaku

Page 62: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

ALUR PEMERIKSAAN KORBAN PERKOSAAN

KORBANPENYIDIK POLRI DOKTER

Surat permintaan visum et repertum

DOKTER

VISUM ET REPERTUM

DOKTER +PENYIDIK POLRI

VISUM ET REPERTUM

SURAT KETERANGAN DOKTER

DOKTER FORENSIK

PENYIDIK POLRI

VISUM ET REPERTUM (ALUR NORMAL KUHP)

(ALUR IDEAL PUSAT PENANGANAN KEKERASAN

TERPADU)

(ALUR DI LAPANGAN)

Page 63: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

ALUR YANG DAPAT DITEMPUH RELAWAN

KORBAN + RELAWAN (PENDAMPING) DOKTER SPESIALIS FORENSIK & MEDIKOLEGAL

PENYIDIK POLRIDOKTER :

OBTETRI-GINEKOLOGIPSIKIATER

BIDANG SPESIALIS LAINUMUM

DOKTER SPESIALIS FORENSIK & MEDIKOLEGAL

Page 64: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

ALUR PEMERIKSAAN FORENSIK KLINIK

KORBAN + SURAT PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM

DOKTER :OBTETRI-GINEKOLOGI

BEDAHBIDANG SPESIALIS LAIN

UMUM

VISUM ET REPERTUM

DOKTER SPESIALIS FORENSIK

Keterlibatan dokter forensik dalam hal ini adalah di

dalam pemeriksaan maupun pembuatan visum et

repertum, mengedit, agar bahasa dalam pembuatan visum et repertum dapat dimengerti dan dipahami

oleh aparat penegak hukum serta pihak penasehat

hukum

Page 65: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

KEJAHATAN SEKSUAL

• Bantuan Ilmu Kedokteran dalam kasus kejahatan seksual dalam kaitannya dengan fungsi penyelidikan di tujukan kepada

1. Menentukan Adanya tanda-tanda persetubuhan2. Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan3. Memperkirakan umur4. Menentukan pantas tidaknya korban buat kawin

Page 66: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

1. Menentukan adanya tanda-tanda persetubuhan

• Tanda pasti:– Adanya sperma di dalam liang senggama (vagina)– Faktor waktu berperan untuk menemukan sperma

hidup/ mati• Aspermia:

– Tidak ditemukan sperma– Pemeriksaan asam fosfatase, spermin dan kholin

– Kehamilan:• Pasti telah terjadi persetubuhan• Penilaian harus hati-hati apakah kehamilan tersebut

disebabkan oleh tersangka/ tidak

Page 67: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Tanda tidak pasti:– Adanya robekan pada hymen

• Jika hymen elastis tidak ada robekan walaupun ada persetubuhan

– Penyakit kelamin:• Pemeriksaan bakteriologis untuk mencari kuman

GO/ sifilis

Page 68: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

2. Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan

• Kekerasan tidak selalu mennggalkan luka/ bekas luka, tergantung:– Penampang benda– Daerah yang terkena kekerasan– Kekuatan dari kekerasan itu

• Yang termaksud kekerasan:– Luka tajam– Luka tumpul– Lebam– Tindakan pembiusan perlu di cari racun, gejala-gejala

obat bius/ racun

Page 69: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

3. Memperkirakan umur• Pemeriksaan keadaan pertumbuhan gigi• Pemeriksaaan tulang Rontgen

• Pada kasus KUHP pasal 285 (kekerasan)/ KUHP pasal 286 (keadaan tidak berdaya) penentuan umur tidak diharuskan

• Perkiraan umur diperlukan untuk menentukan sudah cukup dewasa/ belum (21 tahun) – khususnya pada kasus homo/lesbian.– KUHP pasal 287 belum cukup umur

Page 70: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• 4. Menentukan pantas tidaknya korban buat dikawin

Pada Undang-Undang perkawinan pada Bab II pasal 7 ayat 1 berbunyi

- Perkawinan hanya di izinkan jika pihak pria sudah mencapai 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun.

Page 71: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Yang perlu diKetahui dalam kasus kejahatan seksual1. Sperma masih dapat ditemukan dalam keadaan

bergerak dalam vagina sampai 4-5 jam setelah persetubuhan

2. Pada orang hidup sperma masih dapat diketemukan (tidak bergerak) sampai sekitar 24-36 jam setelah persetubuhan: sedangkan pada orang yang mati sperma masih dapat diketemukan dalam vagina paling lama sampai 7-8 hari setelah persetubuhan

Page 72: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

3. Pada laki-laki yang sehat air mani yang keluar setiap ejakulasi sebanyak 2-5 mL, yang mengandung sekitar 60 juta sperma setiap milimeternya dan sebanyak 90% dari jumlah tersebut dalam keadaan bergerak (motile)

4. Untuk menjaga keasliaan barang bukti/korban, maka korban tidak perkenankan untuk membersihkan diri atau mengganti pakaian; hal ini dimaksudkan supaya bercak air mani, bercak darah, rambut, sisir, pasir dan lain sebagainya tidak hilang

Page 73: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Untuk mencari bercak air yang mungkin tercecer di TKP, misalnya pada sprei atau kain maka barang-barang tersebut disinari dengan cahaya ultra violet dimana bagian yang mengandung bercak air mani akan berfluoresensi putih, bagian ini harus diambil atau dikirim kelaboratorium.

Page 74: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Jika pelaku kejahatan segera tertangkap tidak setelah kejadian, kepala zakar harus (glans penis) harus diperiksa, yaitu untuk mencari sel-sel epitel vagina yang melekat pada zakar.

• VeR yang baik mencakup dan menjelaskan ke-4 hal seperti diatas, serta disertai waktu perkiraan terjadinya persetubuhan. Hal ini dapat di ketahui dari keadaan sperma serta dari keadaan normal lupa ( pada selaput darah, yang pada keadaan normal luka akan sembuh dalam waktu sekitar 7-10 hari)

Page 75: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Dalam kesimpulan Visum et Repertum dokter tidak akan dan tidak boleh mencantumkan kata pemerkosaan oleh karena kata tersebut mempunyai arti yuridis dalam hal “paksaan”, hal mana diluar jangkauan ilmu kedokteran.

• Untuk mencegah hal negatif pada saat pemeriksaan dilakukan, pemeriksa perlu didampingi orang ketiga, misalnya juru rawat/ polwan, sedangkan dengan korban yang masih dibawah umur izin dari wali atau orang tua diperlukan, demikian pula mengenai pemberitahuan prosedur pemeriksaan.

Page 76: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Robekan baru pada selaput dara dapat diketahui jika pada daerah robekan tersebut masih terlihat darah/ tampak kemerahan (hyperaemia). Letak robekan selaput dara pada persetubuhan pada umumnya di bagian belakang (commisura posterior), letak robekan di nyatakan sesuai menurut angka pada jam, robekan lama selaput dara dapat diketahui jika robekan tersebut sampai ke dasar (insertio) dari selaput dara

Page 77: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Hasil Pemeriksaan yang DiHarapakan

Penyebab Hasil Pemeriksaan

Penetrasi Zakar 1. Robekan pada selaput dara

2. Luka-luka pada bibir kemaluan dan dinding vagina

Pancaran Air Mani (ejakulasi) 1. Sperma didalam vagina

2. Asam fostase, Kholin, dan sperma didalam vagina

3. Kehamilan

Penyakit Kelamin 1. GO (kencing nanah)

2. Lues (Sifilis)

Page 78: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

BAGAN KEJAHATAN SEKSUAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN HUKUM

Diluar perkawinan

Dalam perkawinanPsl. 288

PersetubuhanDgn persetujuan

perempuan

Tanpa persetujuan

Dlm keadaanPingsanPsl. 286

kekerasan/AncamanPsl. 285

<15 thnPsl. 287

>15 thnPsl. 284

Page 79: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Faktor yang mempengaruhi

• Saat pemeriksaan dilakukan– Keaslian barang bukti (kondisi korban)– Kualifikasi pemeriksa– Koordinasi dokter dan penyidik

• Variasi biologis– Hymen yang elastis– Derajat penetrasi penis– Ukuran dan kaliber penis– Azoospermia

• Penggunaan kondom

Page 80: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Menurut KUHP bantuan dokter diperlukan untuk membuktikan adanya persetubuhan, kekerasan, perkiraan umur serta pantas tidaknya seseorang untuk dikawin

• KUHP pasal 285“Barangsiapa dgn kekerasan atau ancaman memaksa seorang perempuan bersetubuh dengan daia di luar

perkawinan karena pemerkosaan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 12 tahun”

– Dokter tidak membuktikan adanya paksaan serta ancaman tapi menyatakan pada diri korban telah terjadi persetubuhan yang disertai kekerasan

– Kekerasan dimanifestasikan sebagai perlukaan atau adanya obat-obatan

Page 81: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pemeriksaan forensik salam kasus kejahatan kesusilaan

• KORBAN– Identifikasi– Tanda-tanda

persetubuhan– Tanda-tanda kekerasan– Perkiraan umur– Pantas dikawin atau

tidak

• TERSANGKA– Sel epitel dinding vagina– Penyakit Menular

Seksual– Golongan darah– Enzimatik– DNA

Page 82: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

LO III

PENANGANAN TERHADAP KORBAN PERKOSAAN

Page 83: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

PENANGANAN YANG TEPAT TERHADAP KASUS DUGAAN

PEMERKOSAAN

Page 84: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pendahuluan

• Kekerasan Seksual kekerasan yang bernuansa seksual, termasuk berbagai perilaku yang tak diinginkan dan mempunyai makna seksual yang disebut pelecehan seksual, maupun berbagai bentuk pemaksaan hubungan seksual yang disebut sebagai perkosaan

Page 85: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Penanganan harus mencakup aspek pelayanan medikolegal dan psikososial penanganannya harus bekerjasama dengan lintas program dan sektor terkait melalui jejaring

• Upaya Promotif dan Preventif :– Meningkatkan pengetahuan tentang hak-hak

perempuan dan anak– Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak

tindakan Kekerarasan thdp wanita atau anak (KtP/A)– Meningkatkan kemampuan mengendalikan emosi untuk

tidak melakukan tindak kekerasan• Upaya Kuratif : pengobatan• Upaya Rehabilitatif : pemulihan

Page 86: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Penanganan Kasus KtP/A

• Merahasiakan identitas pelapor demi keamanannya• Lindungi korban dari pelaku dan upaya bunuh diri • Laporkan kejadian kekerasan kepada pihak yang

berwenang dengan persetujuan korban. Bila terdapat ancaman pembunuhan, ancaman kepada anak atau hal yg wajib lapor lainnya, tenaga kesehatan dapat melaporkan kasusnya tanpa harus minta persetujuan

• Sediakan penanganan medis komprehensif• Perhatikan kondisi keluarga demi keamanan korban• Rujuk ke jejaring untuk pendampingan dan

penanganan aspek nonmedis• Dahulukan kepentingan terbaik bagi anak, baik sebagai

korban maupun pelaku• Sanksi hukum terhadap pelaku, hanya bisa dilakukan

sebagai pilihan terakhir

Page 87: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Penanganan medis kedokteran wanita korban perkosaan

• Pencatatan anamnesis secara lengkap• Pemeriksaan fisik dengan hati-hati• Penatalaksanaan medis cedera fisik• Pengumpulan bukti-bukti hukum• Pencegahan kehamilan• Pencegahan penyakit menular seksual• Penanganan psikologis dan/atau psikiatri

selanjutnya • Dokter memiliki peran ganda :

– Sebagai pemeriksa yang membuat visum et repertum (VeR)

– Tenaga medis yang mengobati dan merawat korban

Page 88: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

“RADAR”

• Recognize : kenali kemungkinan kekerasan

• Ask & Listen : tanyakan secara langsung dan dengarkan dengan empati

• Discuss options : bicarakan berbagai pilihannya

• Assess danger : nilai kemungkinan adanya bahaya

• Refer to other groups that could provide assistance : rujuk ke lembaga atau kelompok yang membantu

Page 89: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Penatalaksanaan korban kekerasan

terhadap perempuan dan anak• Aspek medis

– Harus bersikap membantu korban dalam mengatasi perasaan tidak berdaya

– Pemeriksaan dilakukan setelah korban tenang, dan didampingi oleh keluarga/ pendamping, serta dibantu oleh perawat/bidan

– Lakukan informed consent sebelum melakukan pemeriksaan fisik

– Pemeriksaan Medis, Pemeriksaan Status Mental, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan medik

Page 90: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Aspek medikolegal– Pemeriksaan medis untuk mengumpulkan barang-

barang bukti Visum et Repertum (VeR)– Sebelumnya dijelaskan proses, manfaat dan risiko

pemeriksaan tersebut bagi korban sehubungan dengan perkara pidananya serta dikaitkan dengan upaya pengobatan bagi korban informed consent

– Penolakan: disertai alasannya atau bila hal itu tidak mungkin dilakukan rekam medis

• Aspek psikososial– Penanganan krisis, konseling, pendampingan, kunjungan

rumah dan rumah aman bagi korban

Page 91: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Jika tenaga kesehatan mendapatkan tekanan atau terancam keselamatannya, maka dapat menggunakan Surat Pernyataan Penolakan (informed refusal), tetapi kemudian tetap melaporkan ke kepolisian

Page 92: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Wajib lapor oleh tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan:– Tidak dibebani pembuktian atas kasus

dugaan Kekerasan yang dilaporkan– Tidak dapat dituntut pidana maupun

perdata atas pelaporan kepada kepolisian, sepanjang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

– Bukan dalam kapasitas saksi pelapor namun sebagai pemberi informasi

Page 93: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Peran Dokter Dalam Proses Keadilan

• Memastikan sebab, cara, dan waktu kematian pada peristiwa kematian tidak wajar pada pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan atau kematian yang mencurigakan.

Page 94: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Keterangan Ahli

• Pasal 1 butir 28 KUHAP : “Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan”

• Pasal 184 KUHAP : Akan dijadikan alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan.

Page 95: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

KUHAP (Keterangan Ahli)

• Pasal 186: Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

• Pasal 187(c): Surat keterangan dari seorang ahli yang dimuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya.

Kedua pasal tersebut termasuk dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP.

Page 96: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Keterangan Ahli

• Pihak yang berwenang meminta:– KUHAP Pasal 133 ayat (1) : penyidik– KUHAP Pasal 11 : penyidik pembantu

• Kategori penyidik KUHAP Pasal 6 ayat (1) PP 27 tahun 1983 Pasal 2.1)Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus

oleh UU, pangkat paling rendah Pembantu Letnan Dua. Penyidik pembantu pangkat paling rendah Sersan Dua.Jika pegawai negri, penyidik pangkat paling rendah golongan II/b. Penyidik pembantu II/a.

2)Bila di suatu Kepolisian Sektor tidak ada pejabat penyidik spt diatas, Kapolsek berpangkat bintara dibawah Pembantu Letnan Dua dikategorikan sbg penyidik k/ jabatannya.

Page 97: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Kategori penyidik– Surat Keputusan Pangab No :

Kep/04/P/II/1983 tentang Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian Militer• Pasal 4 huruf c : Polisi militer sebagai

penyidik• Pasal 6 ayat c : Provoost dalam

membantu Komandan/Ankum dalam penyidikan perkara pidana, tetapi penyelesaian selanjutnya diserahkan kepada POM atau POLRI

Page 98: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Keterangan Ahli(Prosedur permintaan keterangan ahli)

Permintaan oleh penyidik secara tertulis (KUHAP Pasal 133 ayat (2) terutama untuk korban mati)

Jenasah harus diperlakukan baik, diberi label identitas, penyidik

wajib memberitahu keluarga pemeriksaan yg

akan dilakukan

Korban yg masih hidup sebaiknya diantar petugas kepolisian

guna kepastian identitas

Ditujukan kepada instansi kesehatan atau instantsi khusus, bukan individu dokter yang

bekerja dalam instansi itu

Page 99: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Kewajiban Dokter Sbg Saksi Ahli

• Wajib memberikan keterangan ahli:– Pasal 120 KUHAP

– Pasal 179 ayat (1) KUHAP

• Wajib mengucapkan sumpah atau janji.

Page 100: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Dasar Hukum

• Dalam hal demikian maka bantuan seorang ahli sangat penting diperlukan dalam rangka mencari kebenaran materiil selengkap-lengkapnya bagi para penegak hukum tersebut.

• u/ permintaan bantuan tenaga ahli pada tahap penyidikan disebutkan pada KUHAP pasal 120 ayat (1), yg menyatakan : “Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli / orang yg memiliki keahlian khusus”.

• u/ permintaan bantuan keterangan ahli pada tahap pemeriksaan persidangan, disebutkan pada KUHAP pasal 180 ayat (1) yg menyatakan : “Dalam hal diperlukan u/ menjernihkan duduknya persoalan yg timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yg berkepentingan”.

Page 101: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Jenis Bantuan Ahli

• Membuat terang suatu perkara pidana, mengumpulkan bukti-bukti yang memerlukan keahlian khusus.

• Memberikan petunjuk yang lebih kuat mengenai pelaku tindak pidana.

• Membantu hakim dalam menjatuhkan putusan dengan tepat terhadap perkara yang diperiksanya.

Page 102: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Alasan Sah Tidak Menjadi Saksi

• Keluarga sedarah dalam garis lurus keatas /kebawah sampai derajat ketiga dari terdakwa / yg bersama-sama sebagai terdakwa.

• Saudara dari terdakwa / yg bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak, juga mereka yg mempunyai hubungan keluarga/ perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga.

• Suami / istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yg bersama-sama sebagai terdakwa.

Page 103: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 104: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 105: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 106: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

1. Memberikan pelayanan klinis– Riwayat– Pemeriksaan– Perawatan– konseling

2. Mengumpulkan bukti forensik3. Merujuk untuk intervensi krisis lebih lanjut

Page 107: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Riwayat dan pemeriksaan– Menunjukkan simpati dan tidak mengadili– Korban menceritakan sendiri, jangan lakukan

pengulangan yang tidak perlu– Menjelaskan semuanya yang akan anda lakukan– Jangan melakukan apapun tanpa persetujuan– Mengikuti formulir riwayat dan pemeriksaan– Mendokumentasi semua secara menyeluruh

Page 108: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 109: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 110: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 111: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 112: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 113: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 114: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 115: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 116: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 117: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 118: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 119: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 120: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 121: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 122: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

LO IV

KEWAJIBAN DOKTER DALAM MEMBANTU PROSES PERADILAN

Page 123: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Yang berwenang/wajib melakukan pemeriksaan

• Menurut KUHP pasal 133 ayat (1) yang berwenang melakukan pemeriksaan atas tubuh manusia, baik masih hidup maupun sudah mati, adalah :– Ahli kedokteran kehakiman– Dokter– Ahli lain, karena dengan dipergunakannya kata-

kata ‘dan atau ahli’ berarti ahli lain dapat memeriksa sendiri tanpa bekerjasama dengan dokter

Page 124: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

SIAPA YANG BERHAK MEMINTA VISUM ET REPERTUM

1. Penyidik (KUHAP I butir 1, 6,7,120, 133, PP RI NO 27 Th 1983)

* Pejabat polisi negara RI tertentu sekurang-kurangnya berpangkat PELDA (AIPDA)* Kapolsek berpangkat Bintara dibawah PELDA (AIPDA)

2. Penyidik Pembantu (KUHAP I Butir 3, 10, PP RI NO. 27 Th 1983)

* Pejabat polisi negara RI tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat SERDA Polisi (BRIPDA)

3. Provos

* UU No I Darurat Th 1958* Keputusan Pangab No. Kep/04/P/II/1984* UU No. 31 tahun 1997 ttg Peradilan Militer

4. Hakim Pidana (KUHAP 180)

Page 125: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

SYARAT KEPANGKATAN DAN PENGANGKATAN PENYIDIK• Pasal 2 (PP no.27 1983)(1)Penyidik adalah :a.Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang

sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi;b.Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tk.I (Golongan II/b) atau yang disamakan dengan itu;

(2)Dalam hal di suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Sektor Kepolisian yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatanya adalah penyidik.

(3)Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4)Wewenang penunjukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dilimpahkan kepada pejabat Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(5)Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b diangkat oleh Menteri atas usul dari Departemen yang membawahkan pegawai negeri tersebut. Menteri sebelim melaksanakan pengangkatan terlebih dahulu mendengar pertimbangan Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia.

(6)Wewenang pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dapat dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.

Page 126: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4
Page 127: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

DASAR HUKUM• Beberapa peraturan perundang-undangan yang

mengatur pekerjaan dokter dalam membantu peradilan:

* KUHAP 133* KUHAP 134* KUHAP 179* KUHP 222* Reglemen pencatatan sipil Eropa 72* Reglemen pencatatan sipil Tionghoa 80* STBL 1871/91* UU RI No 23 Th 1992 Pasal 70

Page 128: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Pasal 179 KUHAP

• Ayat 1:Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.• Ayat 2:Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Page 129: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• UU RI No 23 Th 1992 Pasal 70

• Ayat 1:Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan dapat dilakukan bedah mayat untuk penyelidikan sebab penyakit dan atau sebab kematian serta pendidikan tenaga kesehatan.• Ayat 2:Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat.• Ayat 3:Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Page 130: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik,

• dapat dikenakan sanki pidana :Pasal 216 KUHP

Page 131: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pasal 224• Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau

juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam:1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.

Page 132: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Sanksi keterangan palsu

Pasal 225• Barang siapa dengan sengaja tidak memenuhi perintah

undang-undang untuk menyerahkan surat-surat yang dianggap palsu atau dipalsukan, atau yang harus dipakai untuk dibandingkan dengan surat lain yang dianggap palsu atau dipalsukan atau yang kebenarannya disangkal atau tidak diakui, diancam:

• 1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;

• 2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan;

Page 133: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pasal 267• (1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan

surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun

• (2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seseorang ke dalam rumah sakit jiwa atau untuk menahannya di situ, dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun enam bulan.

• (3) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.

Page 134: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

• Pasal 242• (1) Barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang menentukan

supaya memberi keterangan di atas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada keterangan yang demikian, dengan sengaja memberi keterangan palsu di atas sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

• (2) Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

• (3) Disamakan dengan sumpah adalah janji atau penguatan diharuskan menurut aturan-aturan umum atau yang menjadi pengganti sumpah.

• (4) Pidana pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 4 dapat dijatuhkan.

Page 135: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Larangan untuk menjadi sanksi

Pasal 168 KUHAP• Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang

ini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan dapatmengundurkan diri sebagai saksi :

a.Keluarga sedarah atau semendadalam garis lurus ke atas atau kebawah sampai sederajat ketiga dariterdakwa atau yang bersama-samasebagai terdakwa

Page 136: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

b.Saudara dari terdakwa atau yangbersama-sama sebagai terdakwa,saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyaihubungan karena perkawinan dananak-anak saudara terdakwa sampaiderajat ketiga

c.Suami atau isteri terdakwa meskipunsudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa

Page 137: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Pasal 169 KUHAP(1)Dalam hal mereka sebagaimanadimaksud

dalam pasal 168 menghendakinya dan penuntut umum serta terdakwa secara tegas menyetujuinya dapat memberi keterangan dibawah sumpah

(2)Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mereka diperbolehkan memberikan keterangan tanpa sumpah

Page 138: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

KESIMPULAN

• Telah diperiksa seorang perempuan Xe yang berumur 15 tahun, dari pemeriksaan fisik ditemukan robekan pada dasar hymen dengan arah jam 6 dan spermatozoa motil dalam vagina. Dari hasil ini didapatkan telah terjadi persetubuhan.

• Menurut kelompok kami, tersangka dikenakan pasal KUHP 285, 286 dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun.

Page 139: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

SARAN

• Melakukan penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi untuk korban perkosaan

Page 140: Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

Daftar pustaka

• Mun’im Abdul, Tjiptomartono Agung L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan Edisi Revisi. Jakarta: Sagung Seto, 2008.