bahan lbm 2

Upload: nabila-rizkika

Post on 04-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    1/15

    Dalam masa Perawatan Saluran Akar (PSA) gigi, adakalanya gigi mengalami rasa sakit,

    bisakarena saraf pulpa belum seluruhnya mati, bisa juga karena pembersihan yang belum

    selesai.Bila gigi mempunyai akar yang bengkok, maka tingkat kesulitan pembersihan saluran

    akarlebih tinggi daripada saluran akar yang normal lurus. Belum lagi bila saluran akar

    utamamempunyai cabang-cabang. Oleh karena itu PSA kadang bisa gagal.Kriteria

    keberhasilan perawatan saluran akar menurut Quality Assurance Guidelines yangdikeluarkan

    oleh American Associaton of Endodontics adalah tidak peka terhadap perkusidan palpasi,

    mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakit periodontium, gigi dapatberfungsi

    dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi atau pembengkakan, dan tidak adakeluhan pasien

    yang tidak menyenangkan. Berdasarkan gambaran radiografis, suatuperawatan dianggap

    berhasil bila ligamen periodontium normal atau sedikit menebal (kurangdari 1mm),

    harusradioopak dimana radiolusensi di apeks hilang, lamina dura normal, tidak ada resorbsi,

    dan pengisian terbatas pada ruang saluran akar, padat mencapai kurang lebih 1mm dari apeks.

    Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dilihat dari beberapa faktor antaralain adanya lesi

    periradikular sebelum dan sesudah perawatan, kualitas pengisian danefektifitas penutupanbagian korona.(Friedman, 2002)

    Keberhasilan perawatan saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluranakar

    yang baik, terutama pada bagian sepertiga apikal. Pengisian haruslah bersifat

    hermetis(sempurna)Bahan pengisi harus menutup seluruh saluran akar sampai ke apikal

    (seluruh panjang kerja).Pengisiansaluran akar haruslah padat dan rapat, sehingga tak ada

    ruang

    ruang kosongdimanamikroorganisme dapat hidup di sana. Sebab-sebab terjadinya kegagalan

    tersebut dapatdikatagorikan dalam tiga hal, yaitu(Tarigan,1994) :1. Iritasi apikal oleh cairan

    jaringan yang terinfeksi pada saluran akar yang diisi tidak hermetisadalah 63,46 %.2.Kesalahan-kesalahan selama dilakukan perawatan, misalnya perforasi, pengisianyang

    berlebih, instrumen patah, adalah 14,42 %.3. Kesalahan pada waktu diagnosis, 22,12 %

    Kegagalan perawatan saluran akar yang dilihat secara klinis yang lazim dinilai adalah

    tandagejala klinis, yaitu:1. Rasa nyeri baik secara spontan maupun bila kena rangsang.2.

    Perkusi dan tekanan terasa peka.3. Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka.4. Pembengkakan

    pada mukosa sekitar gigi dan nyeri bila ditekan.5. Adanya fistula pada daerah apikal.

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DAN

    KEGAGALANPERAWATAN SALURAN AKAR

    Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa faktor mempengaruhi hasil

    suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan

    perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor anatomi, faktor

    perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton &

    Torabinejab, 1996).

    1.Faktor Patologis

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    2/15

    Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat keberhasilan

    perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin menentukan

    secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran akar dan derajat keterlibatan

    jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar

    adalah (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad, 1996) :

    a.Keadaan patologis jaringan pulpa.

    Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalamkeberhasilan atau

    kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringanpulpa vital dengan pulpa

    nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus denganpulpa nekrosis memiliki prognosis

    yang lebih baik bila tidak terdapat lesiperiapikal.

    b.Keadaan patologis periapikal

    Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar.

    Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih burukdibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara

    radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi

    kista periapikal sulit dilakukan.

    c.Keadaan periodontal

    Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis

    perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah periapikal

    melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan

    lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah

    bertahannya reaksi inflamasi.

    d.Resorpsi internal dan eksternal

    Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan

    perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena sulit

    menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi.

    Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian

    yang hermetis.

    2.Faktor Penderita

    faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan

    saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994; Walton

    &Torabinejad, 1996) :

    e.Motivasi Penderita

    Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,

    mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama

    perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer, 1961).

    a.Usia Penderita

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    3/15

    Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau

    kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami penyembuhan

    yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan

    lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali

    ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya

    (Ingle, 1985)

    b.Keadaan kesehatan umum

    Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk

    terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawahnormal. Oleh karena itu

    keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat

    menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk,

    1961; Cohen & Burns, 1994).

    3.Faktor Perawatan

    Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan

    saluran akar bergantung kepada :

    a.Perbedaan operator

    Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta

    pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan

    instrumeninstrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan

    saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi

    dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara

    benar dan efektif (Healey, 1960; Walton &Torabinejad, 1996).

    b.Teknik-teknik perawatan

    Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi,

    namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan secara

    umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang

    menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk pula

    (Walton & Torabinejad, 1996).

    c.Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.

    Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan pasti.

    Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar radiografis

    dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah biasanya

    berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan

    dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih

    pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal

    yang lebih jauh (Walton & Torabinejad, 1996).

    4.Faktor Anatomi Gigi

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    4/15

    Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan

    saluran akar dengan mempertimbangkan :

    a.Bentuk saluran akar

    Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormallainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang dilakukan

    yang memberi efek langsung terhadap prognosis (Walton & Torabinejad, 1996).

    b.Kelompok gigi

    Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai hasil

    yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada hubungannya

    dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal

    gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi

    pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas.

    Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi

    lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih

    mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi

    dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior (Walton & Torabinejad, 1989).

    c.Saluran lateral atau saluran tambahan

    Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja, tetapijuga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan akar. Sebagian

    besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi molar yang

    umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal (Ingle, 1985).

    Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran tambahan,

    sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah

    kegagalan perawatan akhir (Guttman, 1988).

    5.Kecelakaan Prosedural

    Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan

    saluran akar, misalnya :

    a.Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.

    Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran

    akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran (Guttman, et all,

    1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan

    urutan; penempatan instrumen yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen

    yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine,

    1996).

    Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis

    selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yangmemadai (Walton & Torabinejad, 1966).

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    5/15

    b.Instrumen patah

    Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan

    mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung

    pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan

    belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahaninstrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja.

    Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat

    apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton &

    Torabinejad, 1996).

    c.Fraktur akar vertikal

    Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan

    pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar

    vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan iritasi

    terhadap ligamen periodontal (Walton &Torabinejad, 1996).

    MACAM-MACAM PENYEBAB TERJADINYA KEGAGALAN PERAWATAN

    SALURAN AKAR

    Secara umum penyebab kegagalan dapat didaftar secara kasar dari yang frekuensinya paling

    sering sampai ke yang paling jarang, yaitu kesalahan dalam diagnosis dan rencana perawatan;

    kebocoran tambalan di mahkota; kurangnya pengetahuan anatomi pulpa; debridement yang

    tidak memadai; kesalahan selama perawatan; kesalahan dalam obturasi; proteksi tambalan

    yang tidak cukup; dan fraktur akar vertikal. Berbagai prosedur yang terkait dengan perawatan

    saluran akar dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap praperawatan, selama perawatan dan pasca

    perawatan. Mengingat kegagalan perawatan saluran akar terkait dengan tiap-tiap tahap

    tersebut, maka penyebab kegagalannya pun diklasifikasi sesuai dengan tahap-tahap itu

    (Cohen 1994; Walton & Torabinejad, 1996).

    1.Faktor Kegagalan Tahap Praperawatan

    Kegagalan perawatan saluran akar pada tahap praperawatan sering disebabkan oleh :

    a.Diagnosis yang kelirub.Kesalahan dalam perencanaan perawatanc.Seleksi kasus

    yang burukd.Merawat gigi dengan prognosis yang buruk

    Diagnosis yang tidak tepat, biasanya berasal dari kurangnya atau salahnya interpretasi

    informasi, baik informasi klinis maupun radiografis. Radiograf merupakan alat bantu utama

    dalam penilaian konfigurasi anatomik sistem saluran akar perawatan. Tidak teridentifikasinya

    penyimpangan berbagai sistem saluran akar pada radigraf sering menjadi penyebab kegagalan

    perawatan saluran akar. Fraktur dentin akar atau didiagnosis keliru. Inflamasi kronis yang

    timbul akan menyebabkan defek periodontal, defek ini sering baru terlihat di kemudian hari.

    Dalam mendiagnosis suatu penyakit sangat diperlukan ketelitian dan pemahaman dokter gigi

    akan gejala-gejala suatu penyakit. Karena keterbatasan pengetahuan, peralatan ataupun

    karena kelalaian dokter gigi, tidak jarang terjadi kesalahan dalam mendiagnosis penyakit

    yang dapat mengakibatkan timbulnya masalah dalam proses penyembuhan.

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    6/15

    Seleksi kasus menentukan apakah perawatan dapat dilakukan atau tidak. Sebagian rencana

    perawatan adalah mengidentifikasi kasus-kasus mana yang cenderung akan mengalami

    kegagalan walaupun baiknya perawatan yang dilakukan. Sejumlah kegagalan yang

    disebabkan oleh seleksi kasus yang buruk akan menimbulkan kekliruan dalam menilai

    kerjasama pasien serta kesukaran yang mungkin timbul selama perawatan (Cohen, 1994;

    Ingle, 1985, Grossman, 1988, Walton & Torabinejad, 1996).

    2.Faktor Kegagalan Selama Perawatan

    Banyak kegagalan perawatan saluran akar yang disebabkan oleh kesalahankesalahan dalam

    prosedur perawatan, kesalahan dapat terjadi pada saat pembukaan kamar pulpa, saat

    melakukan preparasi saluran akar dan saat pengisian saluran akar.

    a.Kesalahan Pembukaan Kamar Pulpa

    Tujuan utama pembukaan kamar pulpa adalah untuk mendapatkan jalan langsung ke foramen

    apikal tanpa adanya hambatan serta untuk memudahkan penglihatan pada semua orofissaluran akar. Pembukaan kamar pulpa untuk setiap gigi mempunyai desain yang berbeda,

    suatu pembukaan yang dilakukan dengan baik akan menghilangkan kesulitankesulitan teknis

    yang dijumpai dalam perawatan saluran akar (Grossman, 1988; Cohen, 1994; Walton &

    Torabinejad, 1996).

    Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi selama melakukan pembukaan kamar pulpa adalah :

    1)Perforasi Permukaan akar

    Perforasi dapat terjadi ke arah proksimal atau labial. Perforasi disebabkan karena preparasipembukaan dilakukan dengan sudut yang tidak mengarah ke kamar pulpa. Hal ini terjadi

    karena waktu melakukan preparasi akses, ditemui kesulitan menemukan lokasi kamar pulpa

    walaupun dari gambaran foto Rontgen jelas.

    2)Perusakan dasar kamar pulpa

    Bor yang memotong dasar kamar pulpa dapat menyebabkan terjadinya perforasi pada furkasi.

    Selai itu, pemakaian bor fisur yang berujung datar akan membuat dasar kamar pulpa menadi

    datar sehingga merusak bentuk corong alamiah orifis yang akan menyulitkan pemasukan

    instrumen, paper point serta bahan pengisian ke dalam saluran akar.

    3)Preparasi saluran melalui tanduk pulpa

    Preparasi yang terlalu dangkal akan menyebabkan saluran akar dicapai melalui tanduk pulpa,

    selain itu akan menyulitkan pembersihan kamar pulpa dan saluran akar dengan baik.

    4)Membuat pembukaan proksimal

    Pembukaan yang dilakukan melalui karies yang ada proksimal akan menyebabkan instrumenyang dipakai untuk saluran akar harus dibengkokkan, akibatnya preparasi saluran akar tidak

    tepat dan instrumen dapat patah dalam saluran akar.

    5)Membuat pembukaan yang terlalu kecil

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    7/15

    Pembukaan yang terlalu kecil akan mengakibatkan terperangkapnya jaringan pulpa terutama

    yang berada dibawah tanduk pulpa, juga akan menyulitkan pencarian orifis sehingga saluran

    akar tidak dapat ditemukan.

    6)Preparasi pembukaan melebar ke arah dasar kamar pulpa

    Pada preparasi yang melebar ke arah dasar kamar pulpa akan mengakibatkan melemahnya

    kemampuan menerima daya kunyah sehingga dapat melepaskan tambalan sementara dan

    akhirnya terjadi kebocoran.

    b.Kesalahan Selama Preparasi Saluran Akar

    Tahap preparasi saluran akar mencakup proses pembersihan (cleaning) dan pembentukan

    (shaping). Pada tahap ini dapat terjadi kegagalan perawatan saluran akar yang disebabkan

    oleh :

    1)Instrumentasi berlebih (over instrumentasi)

    Instrumen menembus ke luar melalui foramen apikal sehingga dapat menyebabakan

    terjadinya inflamasi periapikal. Instrumentasi yang melewati konstriksi apikal dapat

    mentransfer mikroorganisme dan mendorong bubuk dentin dari saluran akar ke jaringan

    periapikal sehingga dapat memperburuk hasil perawatan (Grossman, 1988; Walton &

    Torabinejad, 1996).

    2)Instrumentasi kurang (underinstrumentasi)

    Instrumen tidak mencapai panjang kerja yang benar sehingga pembersihan saluran akar tidak

    sempurna, masih meninggalkan jaringan nekrotik di dalam saluran akar (Grossman, 1988;

    Walton & Torabinejad, 1996).

    3)Preparasi berlebihan

    Yang dimaksud dengan preparasi berlebihan adalah pengambilan jaringan gigi yang berlebihdalam arah mesio-distal dan buko-lingual. Hal ini dapat terjadi dibagian koronal atau

    pertengahan saluran sehingga melemahkan akar dan dapat menyebabkan fraktur akarselama

    berlangsungnya kondensasi (Gutmann et all, 1992).

    4)Preparasi yang kurang

    Preparasi yang kurang adalah kegagalan dalam pengambilan jaringan pulpa, kikiran dentin

    dan mikroorganisme dari sistem saluran akar. Saluran dibentuk sempurna sehingga pengisian

    kurang hermetis (Gutmann et all, 1992).

    5)Terbentuknya birai (ledge) dan perforasi

    Terbentuknya birai atau perforasi laterala dapat menghalangi proses pembersihan,

    pembentukan dan pengisian saluran akar yang sempurna. Adanya birai atau perforasi lateral

    akan meninggalkan bahan iritasi dan atau akan menambah buruk keadaan pada ligamen

    perodontal sehingga prognosisnya menjadi buruk (Gossman, 1988; Cohen, 1994, Walton &Torabinejad, 1996).

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    8/15

    6)Instrumen patah dalam saluran akar

    Instrumen patah dalam saluran menyebabkan kesulitan tahap perawatan saluran akar

    selanjutnya. Prognosisnya buruk bila saluran akar disebelah apikal patahan yang belum

    dibersihkan masih panjang atau fragmen patahan keluar dari foramen apikal (Grossman,

    1988; Weine, 1996).

    7)Kesalahan pada waktu irigasi saluran akar

    Bila bahan irigasi yang dipakai bersifat toksik, dapat menyebabkan iritasi pada jaringan

    periapikal. Cara penyemprotan bahan irigasi terlalu keras atau memasukkan jarumnya terlalu

    dalam dapat mendorong bubuk dentin dan mikroorganisme keluar dari foramen apikal,

    sehingga dapat mengiritasi jaringan periapikal.

    8)Kesalahan dalam sterilisasi saluran akar

    Mikroorganisme masih tersisa di dalam tubuli dentin, saluran lateral atau ramifikasi saluranakar karena obat-obat disinfeksi yang digunakan kurang efektif, sehingga dapat menyebabkan

    terjadinya reinfeksi (Ingle, 1985; Weine, 1996).

    c.Kesalahan Saat Pengisian Saluran Akar

    Kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan karena kesalahankesalahan yang terjadi

    saat pengisian saluran akar, yaitu (Ingle, 1985; Cohen, 1994; Walton & Torabinejad, 1996:

    Weine, 1996) :

    1)Pengisian yang tidak sempurna

    Pengisian yang berlebih (overfilling), pengisian yang kurang (underfilling) atu pengisian

    yang tidak hermetis, dapat memicu terjadinya inflamasi jaringan periapikal, saluran akar

    dapat terkontaminasi bakteri dari periapikal sehingga terjadi reinfeksi.

    2)Pengisian saluran akar dilakukan pada saat yang tidak tepat.

    Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan belum steril, masih terdapat eksudat yang

    persisten atau masih terdapat sisa jaringan yang terinfeksi.

    3)Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan tidak steril.

    Keadaan rongga mulut maupun alat-alat yang digunakan pada waktu dilakukan pengisian

    saluran akar, tidak steril.

    3.Faktor Penyebab Kegagalan Pasca Perawatan

    Kejadian pasca perawatan dapat menyebabkan kegagalan perawatan secara langsung atau

    tidak langsung, misalnya (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad, 1996).

    a.Restorasi yang kurang baik atau desain restorasi yang buruk.

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    9/15

    Restorasi yang baik akan melindungi sisa gigi dan mencegah kebocoran dari rongga mulut

    kedalam sistem saluran akar. Restorasi pasca perawatan saluran akar yang kurang baik akan

    menyebabkan terbukanya semen dan menyebabkan terkontaminasinya kamar pulpa dan

    saluran akar oleh saliva dan bakteri, sehingga mengakibatkan kegagalan perawatan saluran

    akar.

    b.Trauma dan fraktur

    Kesalahan preparasi padawaktu pembuatan pasak dapat menyebabkan kegagalan perawatan.

    Pengambilan dentin saluran akar yang terlalu banyak akan melemahkan akar gigi, sehingga

    dapat menyebabkan terjadinya fraktur vertikal.

    c.Terkenanya jaringan periodontal

    Kegagalan bisa disebabkan karena non endodontik, walaupun perawatan saluran akar

    dilakukan dengan baik. Hal ini dapat disebabkan karena efek merusak dari perawatan

    ortodontik atau penyakit periodontium.

    TANDA-TANDA KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR

    Di samping kurangnya konsensus mengenai kriteria untuk menilai keberhasilan atau

    kegagalan, rentang waktu yang diperlukan bagi tindak lanjut pasca perawatan yang memadai

    juga masih kontroversial. Periode yang dianjurkan berkisar 6 bulan sampai 4 tahun.

    Keberhasilan yang nyata dalam kurun waktu satu tahun bukan keberhasilan yang langgeng

    karena kegagalan mungkin terjadi setiap saat. Penentuan berhasil atau tidaknya suatu

    perawatan diambil dari pemeriksaan klinis dan radigrafis dan histologis (mikroskopis). Hanya

    temuan klinis dan radiografis yang dapat dievaluasi dengan mudah oleh dokter gigi,

    pemeriksaan histologis pada umumnya digunakan sebagai alat penelitian (Walton &

    Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003).

    1.Tanda-tanda Kegagalan secara Klinis

    Kegagalan perawatan saluran akar yang dilihat secara klinis yang lazim dinilai adalah tanda

    gejala klinis, yaitu : (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) :

    a.Rasa nyeri baik secara spontan maupun bila kena rangsang.b.Perkusi dan tekanan

    terasa peka.c.Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka.d.Pembengkakan pada mukosa

    sekitar gigi dan nyeri bila ditekan.e.Adanya fistula pada daerah apikal.

    2.Tanda-tanda Kegagalan secara Radiografis

    Kemungkinan kesalahan dalam interprestasi radiografis adalah faktor penting yang dapat

    merumitkan keadaan. Konsistensi dalam jenis film dan waktu pengambilan, angulasi tabung

    sinar dan film, kondisi penilaian radiograf yang sama merupakan hal-hal yang penting untuk

    diperhatikan. Biasa perorangan juga akan mempengaruhi interpretasi radiografis. Perubahan

    radiologis cenderung bervariasi menurut orang yang memeriksanya sehingga pendapat yang

    dihasilkan pun berbeda. Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar secara radiografis

    adalah adanya (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) :

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    10/15

    a. Perluasan daerah radiolusen di dalam ruang pulpa (internal resorption). b.

    Pelebaran jaringan periodontium. c. Perluasan gambaran radiolusen di daerah

    periapikal.

    3.Tanda-tanda Kegagalan secara Histologis (Mikroskopis)

    Karena kurangnya penelitian histologis yang terkendali dengan baik, ada ketidakpastian

    mengenai derajat korelasi antara temuan histologis dengan gambaran radiologisnya.

    Pemeriksaan histologis rutin jaringan periapikal pasien jarang dilakukan. Tanda-tanda

    kegagalan secara histologis adalah (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) :

    a.Adanya sel-sel radang akut dan kronik di dalam jaringan pulpa dan periapikal. b.

    Ada mikro abses.c.Jaringan pulpa mengalami degeneratif sampai nekrotik.

    Di dalam washington Study yang dipublikasikan oleh Ingle dan Beverige (1976) dalam

    Tarigan (1994) dianalisa secara statistik sebab-sebab yang dapat mengakibatkan terjadinya

    kegagalan perawatan saluran akar dua tahun setelah selesainya perawatan. Dari 1229 kasusyang dirawat endodontik, ditemukan 91,5 % berhasil tanpa keluhan dan yang mengalami

    kegagalan adalah 8,5 %. Sebab-sebab terjadinya kegagalan tersebut dapat dikatagorikan

    dalam tiga hal, yaitu (Tarigan, 1994) :

    a.Iritasi apikal oleh cairan jaringan yang terinfeksi pada saluran akar yang diisitidakhermetis adalah 63,46 %. b. Kesalahan-kesalahan selama dilakukan perawatan,

    misalnya perforasi, pengisian yang berlebih, instrumen patah, adalah 14,42 %. c.

    Kesalahan pada waktu diagnosis, 22,12 %.

    Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa perawatan saluran akar yang tidak sempurna

    dan pengisian saluran akar yang salah hampir meliputi du pertiga penyebab kegagalan

    perawatan saluran akar yang dilakukan (Ingle, 1985; Tarigan, 1994).

    Kegagalan perawatan saluran akar kebanyakan disebabkan oleh kesalahan diagnosa, seleksi

    kasus dan prosedur perawatan. Ketiga tahap ini saling berkaitan : kesalahan pada salah satu

    tahap dapat menyebabkan kegagalan. Kegagalan dapat ditanggulangi dengan perawatan

    ulang, bedah apeks, atau pencabutan. Di beberapa negara termasuk Amerika Serikat, kelainanperiodontitis apikalis khronis terdapat pada lebih dari 30% gigi yang telah dirawat saluran

    akar. Kelainan yang timbul setelah perawatan saluran akar terutama disebabkan oleh infeksi

    pada sistem saluran akar. Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme yang dapat bertahan

    hidup dalam sistim saluran akar atau masuk ke dalam saluran akar yang sudah diisi akibat

    bocornya restorasi.

    Keberhasilan perawatan saluran akar tidak lepas dari kualitas pengisian saluran akar dan

    pembuatan restorasi akhirnya. Dari beberapa literatur yang sudah dipublikasikan terungkap

    bahwa prognosis gigi setelah perawatan saluran akar dapat ditingkatkan dengan menutup

    saluran akar dan meminimalkan kebocoran sehingga cairan rongga mulut dan mikro

    organisme dapat dicegah masuk ke dalam area periradikular.

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    11/15

    Restorasi pasca perawatan saluran akar mempunyai karakteristik tersendiri karena pada gigi

    pasca perawatan saluran akar terjadi perubahan fisik dan sisa jaringan gigi tinggal

    sedikit.Untuk mencegah kegagalan restorasi pasca perawatan saluran akar maka perlu

    pertimbangan-pertimbangan, karena kegagalan restorasi dapat menyebabkan secara langsung

    kegagalan perawatan saluran akar.

    Kriteria Keberhasilan Perawatan Saluran Akar

    Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dievaluasi berdasarkan pemeriksaan klinis,

    radiografis, dan histologis. Evaluasi klinis dan radiografis dapat dilakukan dengan mudah,

    namun evaluasi histologis memerlukan pemeriksaan laboratorium. Evaluasi klinis dan

    radiografis dianjurkan untuk dilakukan 6 bulan sampai 4 tahun setelah perawatan.

    Kriteria keberhasilan perawatan saluran akar menurut Quality Assurance

    Guidelines yang dikeluarkan oleh American Associaton of Endodontics adalah tidak peka

    terhadap perkusi dan palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakitperiodontium, gigi dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi atau

    pembengkakan, dan tidak ada keluhan pasien yang tidak menyenangkan. Berdasarkan

    gambaran radiografis, suatu perawatan dianggap berhasil bila ligamen periodontium normal

    atau sedikit menebal (kurang dari 1mm), radiolusensi di apeks hilang, lamina dura normal,

    tidak ada resorbsi, dan pengisian terbatas pada ruang saluran akar, padat mencapai kurang

    lebih 1 mm dari apeks.5 Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dilihat dari beberapa

    faktor antara lain adanya lesi periradikular sebelum dan sesudah perawatan, kualitas

    pengisian dan efektifitas penutupan bagian korona.

    Penyebab Kegagalan Perawatan Saluran Akar

    Menurut tahapan perawatannya, kegagalan perawatan saluran akar dapat digolongkan dalam

    kegagalan pra perawatan, selama perawatan, dan pasca perawatan. Kegagalan yang terjadi

    sebelum perawatan biasanya disebabkan oleh diagnosis dan seleksi kasus yang salah.

    Prognosis gigi yang akan dirawat sebetulnya buruk akan tetapi perawatan tetap dilakukan

    sehingga dalam waktu yang tidak lama akan timbul lagi gejala yang merupakan kegagalan

    perawatan.

    Kegagalan selama perawatan biasanya disebabkan oleh tahap pembersihan, pembentukan,dan pengisian saluran akar yang benar. Perawatan endodontik yang baik biasanya

    berpedoman pada Triad Endodontik. Triad endodontik yang pertama adalah mendapatkanakses yang lurus kedalam saluran akar. Triad endodontik yang kedua adalah preparasi saluran

    akar untuk membuang atau mengurangi iritan yang berbahaya dalam ruang pulpa dan

    menutup ruang tersebut, mengontrol mikroorganismenya dan menangani inflamasi

    periapeksnya. Preparasi yang tidak melebihi saluran akar akan memberikan prognosis yang

    baik. Instrumentasi yang melewati apeks (over instrumentation) dapat menyebabkan

    terdorongnya mikroorganisme, serpihan dentin dan sementum ke periapeks dan menyebabkan

    inflamasi yang persisten. Triad endodontik yang ketiga adalah pengisian saluran akar.

    Kesalahan dalam pengisian terjadi akibat proses pembentukan saluran akar yang kurang baik

    atau pengisian yang kurang tepat. Kondensasi isi saluran akar menyebabkan hasil pengisian

    lebih hermetis, sehingga iritan yang tertinggal di dalam saluran akar tidak menimbulkan

    masalah di kemudian hari. Demikian pula pengisian saluran akar yang terlalu pendek ataupanjang juga akan menimbulkan masalah.

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    12/15

    Kegagalan pasca perawatan dapat disebabkan oleh penutupan bagian korona gigi yang tidak

    baik karena restorasi yang tidak adekuat Gigi pasca perawatan saluran akar mempunyai sifat

    fisik yang berbeda dengan gigi vital, yaitu rentan terhadap fraktur karena struktur gigi yang

    hilang akibat karies atau prosedur perawatan.1 Restorasi pasca perawatan saluran akar harus

    mempunyai retensi dan berfungsi, serta dapat melindungi sisa jaringan gigi terhadap fraktur

    dan mempunyai kerapatan (seal) yang baik. Apabila salah satu persyaratan tidak dipenuhidapat menyebabkan lepasnya restorasi atau terjadinya fraktur pada gigi atau restorasi

    sehingga perawtan menjadi gagal

    Penyebab Kegagalan Restorasi

    Kebocoran tepi restorasi dapat terjadi karena hubungan antara gigi dan restorasi tidak

    harmonis dikaitkan dengan kualitas restorasi yang buruk atau restorasi yang tidak mencapai

    tepi ginggiva dengan baik. Dampak yang paling ringan dari kebocoran tepi ini adalah

    terjadinya karies sekunder yang dapat berlanjut ke dasar kavitas dan melarutkan semen

    sehingga akan mencapai daerah apeks.7,8,9,10 Faktor penyebab lainnya adalah pemilihan

    jenis restorasi.Restorasi dipilih yang sesuai dengan kondisi sisa jaringan gigi dan posisinya.Struktur restorasi disesuaikan dengan sisa jaringan gigi agar dapat mencegah gigi fraktur atau

    dicabut.Kegagalan restorasi pasca perawatan saluran akar kebanyakan disebabkan bentuk

    restorasi yang tidak adekuat.7 Misalnya penggunaan pasak, pasak berulir dan yang

    diameternya terlalu besar.7,11,12 Demikian juga dengan hal ini sangat berhubungan dengan

    retensi dan kebocoran tepi dari restorasi. Penanggulangan kegagalan perawatan saluran akar

    dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perawatan ulang secara konvensional atau ortograd

    dan bedah atau retrograd.

    Perawatan ulang saluran akar dilakukan dengan mengulang perawatan melalui akses mahkota

    dengan tujuan untuk membuang iritan pada saluran akar yang sebagian besar terdiri atas

    mikroorganisme yang tinggal atau berkembang setelah perawatan. Penanggulangan dengan

    bedah apeks (retrograd) dimaksudkan untuk menutup rapat saluran akar pada apeksnya.1,2

    Meninggalkan debris dan mikroorganisme dalam saluran akar berlawanan dengan prinsip

    biologis, oleh karena itu bedah apeks merupakan pilihan kedua jika akses mahkota pada

    perawatan ulang saluran akar tidak dapat dilakukan.

    Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan ulang

    dilakukan.Riwayat penyakit mengenai adanya kegagalan perawatan ulang dan kegagalan

    bedah apeks maka kasus ini tidak di indikasikan untuk perawatan ulang.1 Demikian juga

    kondisi klinis pasien. Ada beberapa kondisi klinis yang dapat di indikasikan sebagai

    kegagalan yaitu adanya gejala periodontitis yang menetap sesudah dilakukan oclusaladjusment, sensitivitas terhadap termal yang kemungkinan disebabkan ada salah satu saluran

    akar yang tidak dirawat dan adanya sinus tract.1, 13 Radiogram pathosis atau adanya lesi

    periodontium yang tidak ditanggulangi dengan perawatan saluran akar, ada lesi periapeks

    yang tidak mengalami penyembuhan setelah perawatan dan fraktur pada akar. Keadaan

    tersebut tidak dapat ditanggulangi dengan perawatan ulang.13

    Sedangkan kegagalan akibat adanya saluran akar yang tidak terdeteksi pada saat perawatan

    saluran akar perlu dipertimbangkan. Pada saluran akar yang bengkok, kalsifikasi dan

    menyebar akan sangat sulit apabila dilakukan perawatan ulang saluran akar.1,14 Sama seperti

    pengisian saluran akar yang sangat padat dan menggunakan bahan logam. Pembuangan bahan

    restorasi atau semen sangat sulit dilakukan perlu dipertimbangan, karena dapat menjadiperforasi atau fraktur.1 Faktor iatrogenik meliputi adanya sumbatan pada saluran akar akibat

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    13/15

    instrumen patah, bahan pengisi yang sangat keras, perforasi, birai dan prognosis yang

    meragukan 1 Untuk melakukan perawatan ulang saluran perlu kerja sama yang baik dengan

    pasien, karena kemungkinan akan terjadi kegagalan kembali.1,14Ketrampilan operator dan

    tersedianya alat-alat untuk perawatan ulang merupakan persyaratan utama ,karena

    pengalaman operator sangat menunjang keberhasilan perawatan ulang saluran akar.1,14

    1. mengapa terbentuknya abses setelah PSA ?karena si dokter salah mendiagnosis sebelum dilakukan PSA dan perawatan PSA pertama

    karena obturasi belum bersih dan ada faktor dari PSA itu sendiri yaitu faktor operatornya

    dll

    under filling ada bakteri yang tersisa

    pengisian yang tidak hermetis

    faktor kesalahan dalam sterilisasi dalam SA

    2. mengapa masih terdapat pelebaran ligamen periodontal pada bagian mesial dan distal ?karena ada abses dibagian apeks jadi menekan dibagian periodontal jadi melebar

    3. mengapa pada rontgen pada gigi 11 terdapat gambaran difus radiopaque mesial meluassampai setengah mahkota gigi ?

    karena ada tambalan komposit

    4. mengapa terdapat radiopaque pada saluran akar gigi ?karena ada pengisian gutta perca pada SA

    karena ada filling atau sealer SA

    5. etiologi terjadinya fistula ?karena ada abses ada nanah mencari jalan keluar pada apikal sudah tertutup karena PSAmembentuk fistula

    6. disebabkan oleh apa , benjolan kecil yang terdapat pada gusi bagian atas ?fistula

    abses

    7. apa alasan dokter pada pasien dilakukan pencabutan gigikarena prognosis sudah buruk

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    14/15

    kontra indikasi PSA gigi tidak didukung oleh jaringan periodotal , gigi tidak dapat di

    restorasi baik secara fungsional dan estetik

    8. apa yang terjadi jika gigi tersebut tidak dicabut ?dapat menyebabkan fokal infeksi

    kenapa kok menyebabkan fokal infeksi padahal sudah mempunyai jalur sendiri ???

    9. faktor penyebab dari diagnosa diatas ?karena si dokter salah mendiagnosis sebelum dilakukan PSA dan perawatan PSA pertama

    karena obturasi belum bersih dan ada faktor dari PSA itu sendiri yaitu faktor

    operatornya dll

    under filling ada bakteri yang tersisa

    pengisian yang tidak hermetis

    faktor kesalahan dalam sterilisasi dalam SA

    10. patofisiologi dari diagnosa ?kegagalan PSA under filling masih ada bakteri masuk melalui for. apikal inflamasi

    periapikal abses

    restorasi mahkota karies sekunder bakteri masuk for. apikal inflamasi periapikal abses

    11. rencana perawatan yang dilakukan dokter pada pasien tsb ?DHE

    PSA ulang

    pembedahan jika PSA tdk bisa dilakukan ( kontra indikasi )

    apikoektomi

    insisi pada absesnya

    jika pembedahan gagal indikasi dari ektraksi

    12. tanda klinis dan radiografi apa , jika PSA itu gagal ?perkusi + palpasi +, fistula pada apikal, rasa nyeri spontan saat terkena rangsangan dan

    tekan, ada difus radiolusen di periapikal, difus radiolusen SA, pelebaran jaringan

    periodontal

  • 7/30/2019 bahan lbm 2

    15/15