bahan lbm 2
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 bahan lbm 2
1/15
Dalam masa Perawatan Saluran Akar (PSA) gigi, adakalanya gigi mengalami rasa sakit,
bisakarena saraf pulpa belum seluruhnya mati, bisa juga karena pembersihan yang belum
selesai.Bila gigi mempunyai akar yang bengkok, maka tingkat kesulitan pembersihan saluran
akarlebih tinggi daripada saluran akar yang normal lurus. Belum lagi bila saluran akar
utamamempunyai cabang-cabang. Oleh karena itu PSA kadang bisa gagal.Kriteria
keberhasilan perawatan saluran akar menurut Quality Assurance Guidelines yangdikeluarkan
oleh American Associaton of Endodontics adalah tidak peka terhadap perkusidan palpasi,
mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakit periodontium, gigi dapatberfungsi
dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi atau pembengkakan, dan tidak adakeluhan pasien
yang tidak menyenangkan. Berdasarkan gambaran radiografis, suatuperawatan dianggap
berhasil bila ligamen periodontium normal atau sedikit menebal (kurangdari 1mm),
harusradioopak dimana radiolusensi di apeks hilang, lamina dura normal, tidak ada resorbsi,
dan pengisian terbatas pada ruang saluran akar, padat mencapai kurang lebih 1mm dari apeks.
Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dilihat dari beberapa faktor antaralain adanya lesi
periradikular sebelum dan sesudah perawatan, kualitas pengisian danefektifitas penutupanbagian korona.(Friedman, 2002)
Keberhasilan perawatan saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluranakar
yang baik, terutama pada bagian sepertiga apikal. Pengisian haruslah bersifat
hermetis(sempurna)Bahan pengisi harus menutup seluruh saluran akar sampai ke apikal
(seluruh panjang kerja).Pengisiansaluran akar haruslah padat dan rapat, sehingga tak ada
ruang
ruang kosongdimanamikroorganisme dapat hidup di sana. Sebab-sebab terjadinya kegagalan
tersebut dapatdikatagorikan dalam tiga hal, yaitu(Tarigan,1994) :1. Iritasi apikal oleh cairan
jaringan yang terinfeksi pada saluran akar yang diisi tidak hermetisadalah 63,46 %.2.Kesalahan-kesalahan selama dilakukan perawatan, misalnya perforasi, pengisianyang
berlebih, instrumen patah, adalah 14,42 %.3. Kesalahan pada waktu diagnosis, 22,12 %
Kegagalan perawatan saluran akar yang dilihat secara klinis yang lazim dinilai adalah
tandagejala klinis, yaitu:1. Rasa nyeri baik secara spontan maupun bila kena rangsang.2.
Perkusi dan tekanan terasa peka.3. Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka.4. Pembengkakan
pada mukosa sekitar gigi dan nyeri bila ditekan.5. Adanya fistula pada daerah apikal.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DAN
KEGAGALANPERAWATAN SALURAN AKAR
Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa faktor mempengaruhi hasil
suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor anatomi, faktor
perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton &
Torabinejab, 1996).
1.Faktor Patologis
-
7/30/2019 bahan lbm 2
2/15
Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat keberhasilan
perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin menentukan
secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran akar dan derajat keterlibatan
jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar
adalah (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad, 1996) :
a.Keadaan patologis jaringan pulpa.
Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalamkeberhasilan atau
kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringanpulpa vital dengan pulpa
nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus denganpulpa nekrosis memiliki prognosis
yang lebih baik bila tidak terdapat lesiperiapikal.
b.Keadaan patologis periapikal
Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar.
Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih burukdibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara
radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi
kista periapikal sulit dilakukan.
c.Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis
perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah periapikal
melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan
lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah
bertahannya reaksi inflamasi.
d.Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan
perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena sulit
menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi.
Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian
yang hermetis.
2.Faktor Penderita
faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan
saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994; Walton
&Torabinejad, 1996) :
e.Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,
mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama
perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer, 1961).
a.Usia Penderita
-
7/30/2019 bahan lbm 2
3/15
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau
kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami penyembuhan
yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan
lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali
ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya
(Ingle, 1985)
b.Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk
terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawahnormal. Oleh karena itu
keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat
menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk,
1961; Cohen & Burns, 1994).
3.Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan
saluran akar bergantung kepada :
a.Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta
pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan
instrumeninstrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan
saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi
dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara
benar dan efektif (Healey, 1960; Walton &Torabinejad, 1996).
b.Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi,
namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan secara
umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang
menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk pula
(Walton & Torabinejad, 1996).
c.Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan pasti.
Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar radiografis
dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah biasanya
berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan
dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih
pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal
yang lebih jauh (Walton & Torabinejad, 1996).
4.Faktor Anatomi Gigi
-
7/30/2019 bahan lbm 2
4/15
Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan
saluran akar dengan mempertimbangkan :
a.Bentuk saluran akar
Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormallainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang dilakukan
yang memberi efek langsung terhadap prognosis (Walton & Torabinejad, 1996).
b.Kelompok gigi
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai hasil
yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada hubungannya
dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal
gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi
pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas.
Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi
lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih
mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi
dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior (Walton & Torabinejad, 1989).
c.Saluran lateral atau saluran tambahan
Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja, tetapijuga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan akar. Sebagian
besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi molar yang
umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal (Ingle, 1985).
Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran tambahan,
sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah
kegagalan perawatan akhir (Guttman, 1988).
5.Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan
saluran akar, misalnya :
a.Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran
akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran (Guttman, et all,
1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan
urutan; penempatan instrumen yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen
yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine,
1996).
Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis
selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yangmemadai (Walton & Torabinejad, 1966).
-
7/30/2019 bahan lbm 2
5/15
b.Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan
mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung
pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan
belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahaninstrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja.
Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat
apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton &
Torabinejad, 1996).
c.Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan
pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar
vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan iritasi
terhadap ligamen periodontal (Walton &Torabinejad, 1996).
MACAM-MACAM PENYEBAB TERJADINYA KEGAGALAN PERAWATAN
SALURAN AKAR
Secara umum penyebab kegagalan dapat didaftar secara kasar dari yang frekuensinya paling
sering sampai ke yang paling jarang, yaitu kesalahan dalam diagnosis dan rencana perawatan;
kebocoran tambalan di mahkota; kurangnya pengetahuan anatomi pulpa; debridement yang
tidak memadai; kesalahan selama perawatan; kesalahan dalam obturasi; proteksi tambalan
yang tidak cukup; dan fraktur akar vertikal. Berbagai prosedur yang terkait dengan perawatan
saluran akar dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap praperawatan, selama perawatan dan pasca
perawatan. Mengingat kegagalan perawatan saluran akar terkait dengan tiap-tiap tahap
tersebut, maka penyebab kegagalannya pun diklasifikasi sesuai dengan tahap-tahap itu
(Cohen 1994; Walton & Torabinejad, 1996).
1.Faktor Kegagalan Tahap Praperawatan
Kegagalan perawatan saluran akar pada tahap praperawatan sering disebabkan oleh :
a.Diagnosis yang kelirub.Kesalahan dalam perencanaan perawatanc.Seleksi kasus
yang burukd.Merawat gigi dengan prognosis yang buruk
Diagnosis yang tidak tepat, biasanya berasal dari kurangnya atau salahnya interpretasi
informasi, baik informasi klinis maupun radiografis. Radiograf merupakan alat bantu utama
dalam penilaian konfigurasi anatomik sistem saluran akar perawatan. Tidak teridentifikasinya
penyimpangan berbagai sistem saluran akar pada radigraf sering menjadi penyebab kegagalan
perawatan saluran akar. Fraktur dentin akar atau didiagnosis keliru. Inflamasi kronis yang
timbul akan menyebabkan defek periodontal, defek ini sering baru terlihat di kemudian hari.
Dalam mendiagnosis suatu penyakit sangat diperlukan ketelitian dan pemahaman dokter gigi
akan gejala-gejala suatu penyakit. Karena keterbatasan pengetahuan, peralatan ataupun
karena kelalaian dokter gigi, tidak jarang terjadi kesalahan dalam mendiagnosis penyakit
yang dapat mengakibatkan timbulnya masalah dalam proses penyembuhan.
-
7/30/2019 bahan lbm 2
6/15
Seleksi kasus menentukan apakah perawatan dapat dilakukan atau tidak. Sebagian rencana
perawatan adalah mengidentifikasi kasus-kasus mana yang cenderung akan mengalami
kegagalan walaupun baiknya perawatan yang dilakukan. Sejumlah kegagalan yang
disebabkan oleh seleksi kasus yang buruk akan menimbulkan kekliruan dalam menilai
kerjasama pasien serta kesukaran yang mungkin timbul selama perawatan (Cohen, 1994;
Ingle, 1985, Grossman, 1988, Walton & Torabinejad, 1996).
2.Faktor Kegagalan Selama Perawatan
Banyak kegagalan perawatan saluran akar yang disebabkan oleh kesalahankesalahan dalam
prosedur perawatan, kesalahan dapat terjadi pada saat pembukaan kamar pulpa, saat
melakukan preparasi saluran akar dan saat pengisian saluran akar.
a.Kesalahan Pembukaan Kamar Pulpa
Tujuan utama pembukaan kamar pulpa adalah untuk mendapatkan jalan langsung ke foramen
apikal tanpa adanya hambatan serta untuk memudahkan penglihatan pada semua orofissaluran akar. Pembukaan kamar pulpa untuk setiap gigi mempunyai desain yang berbeda,
suatu pembukaan yang dilakukan dengan baik akan menghilangkan kesulitankesulitan teknis
yang dijumpai dalam perawatan saluran akar (Grossman, 1988; Cohen, 1994; Walton &
Torabinejad, 1996).
Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi selama melakukan pembukaan kamar pulpa adalah :
1)Perforasi Permukaan akar
Perforasi dapat terjadi ke arah proksimal atau labial. Perforasi disebabkan karena preparasipembukaan dilakukan dengan sudut yang tidak mengarah ke kamar pulpa. Hal ini terjadi
karena waktu melakukan preparasi akses, ditemui kesulitan menemukan lokasi kamar pulpa
walaupun dari gambaran foto Rontgen jelas.
2)Perusakan dasar kamar pulpa
Bor yang memotong dasar kamar pulpa dapat menyebabkan terjadinya perforasi pada furkasi.
Selai itu, pemakaian bor fisur yang berujung datar akan membuat dasar kamar pulpa menadi
datar sehingga merusak bentuk corong alamiah orifis yang akan menyulitkan pemasukan
instrumen, paper point serta bahan pengisian ke dalam saluran akar.
3)Preparasi saluran melalui tanduk pulpa
Preparasi yang terlalu dangkal akan menyebabkan saluran akar dicapai melalui tanduk pulpa,
selain itu akan menyulitkan pembersihan kamar pulpa dan saluran akar dengan baik.
4)Membuat pembukaan proksimal
Pembukaan yang dilakukan melalui karies yang ada proksimal akan menyebabkan instrumenyang dipakai untuk saluran akar harus dibengkokkan, akibatnya preparasi saluran akar tidak
tepat dan instrumen dapat patah dalam saluran akar.
5)Membuat pembukaan yang terlalu kecil
-
7/30/2019 bahan lbm 2
7/15
Pembukaan yang terlalu kecil akan mengakibatkan terperangkapnya jaringan pulpa terutama
yang berada dibawah tanduk pulpa, juga akan menyulitkan pencarian orifis sehingga saluran
akar tidak dapat ditemukan.
6)Preparasi pembukaan melebar ke arah dasar kamar pulpa
Pada preparasi yang melebar ke arah dasar kamar pulpa akan mengakibatkan melemahnya
kemampuan menerima daya kunyah sehingga dapat melepaskan tambalan sementara dan
akhirnya terjadi kebocoran.
b.Kesalahan Selama Preparasi Saluran Akar
Tahap preparasi saluran akar mencakup proses pembersihan (cleaning) dan pembentukan
(shaping). Pada tahap ini dapat terjadi kegagalan perawatan saluran akar yang disebabkan
oleh :
1)Instrumentasi berlebih (over instrumentasi)
Instrumen menembus ke luar melalui foramen apikal sehingga dapat menyebabakan
terjadinya inflamasi periapikal. Instrumentasi yang melewati konstriksi apikal dapat
mentransfer mikroorganisme dan mendorong bubuk dentin dari saluran akar ke jaringan
periapikal sehingga dapat memperburuk hasil perawatan (Grossman, 1988; Walton &
Torabinejad, 1996).
2)Instrumentasi kurang (underinstrumentasi)
Instrumen tidak mencapai panjang kerja yang benar sehingga pembersihan saluran akar tidak
sempurna, masih meninggalkan jaringan nekrotik di dalam saluran akar (Grossman, 1988;
Walton & Torabinejad, 1996).
3)Preparasi berlebihan
Yang dimaksud dengan preparasi berlebihan adalah pengambilan jaringan gigi yang berlebihdalam arah mesio-distal dan buko-lingual. Hal ini dapat terjadi dibagian koronal atau
pertengahan saluran sehingga melemahkan akar dan dapat menyebabkan fraktur akarselama
berlangsungnya kondensasi (Gutmann et all, 1992).
4)Preparasi yang kurang
Preparasi yang kurang adalah kegagalan dalam pengambilan jaringan pulpa, kikiran dentin
dan mikroorganisme dari sistem saluran akar. Saluran dibentuk sempurna sehingga pengisian
kurang hermetis (Gutmann et all, 1992).
5)Terbentuknya birai (ledge) dan perforasi
Terbentuknya birai atau perforasi laterala dapat menghalangi proses pembersihan,
pembentukan dan pengisian saluran akar yang sempurna. Adanya birai atau perforasi lateral
akan meninggalkan bahan iritasi dan atau akan menambah buruk keadaan pada ligamen
perodontal sehingga prognosisnya menjadi buruk (Gossman, 1988; Cohen, 1994, Walton &Torabinejad, 1996).
-
7/30/2019 bahan lbm 2
8/15
6)Instrumen patah dalam saluran akar
Instrumen patah dalam saluran menyebabkan kesulitan tahap perawatan saluran akar
selanjutnya. Prognosisnya buruk bila saluran akar disebelah apikal patahan yang belum
dibersihkan masih panjang atau fragmen patahan keluar dari foramen apikal (Grossman,
1988; Weine, 1996).
7)Kesalahan pada waktu irigasi saluran akar
Bila bahan irigasi yang dipakai bersifat toksik, dapat menyebabkan iritasi pada jaringan
periapikal. Cara penyemprotan bahan irigasi terlalu keras atau memasukkan jarumnya terlalu
dalam dapat mendorong bubuk dentin dan mikroorganisme keluar dari foramen apikal,
sehingga dapat mengiritasi jaringan periapikal.
8)Kesalahan dalam sterilisasi saluran akar
Mikroorganisme masih tersisa di dalam tubuli dentin, saluran lateral atau ramifikasi saluranakar karena obat-obat disinfeksi yang digunakan kurang efektif, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya reinfeksi (Ingle, 1985; Weine, 1996).
c.Kesalahan Saat Pengisian Saluran Akar
Kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan karena kesalahankesalahan yang terjadi
saat pengisian saluran akar, yaitu (Ingle, 1985; Cohen, 1994; Walton & Torabinejad, 1996:
Weine, 1996) :
1)Pengisian yang tidak sempurna
Pengisian yang berlebih (overfilling), pengisian yang kurang (underfilling) atu pengisian
yang tidak hermetis, dapat memicu terjadinya inflamasi jaringan periapikal, saluran akar
dapat terkontaminasi bakteri dari periapikal sehingga terjadi reinfeksi.
2)Pengisian saluran akar dilakukan pada saat yang tidak tepat.
Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan belum steril, masih terdapat eksudat yang
persisten atau masih terdapat sisa jaringan yang terinfeksi.
3)Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan tidak steril.
Keadaan rongga mulut maupun alat-alat yang digunakan pada waktu dilakukan pengisian
saluran akar, tidak steril.
3.Faktor Penyebab Kegagalan Pasca Perawatan
Kejadian pasca perawatan dapat menyebabkan kegagalan perawatan secara langsung atau
tidak langsung, misalnya (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad, 1996).
a.Restorasi yang kurang baik atau desain restorasi yang buruk.
-
7/30/2019 bahan lbm 2
9/15
Restorasi yang baik akan melindungi sisa gigi dan mencegah kebocoran dari rongga mulut
kedalam sistem saluran akar. Restorasi pasca perawatan saluran akar yang kurang baik akan
menyebabkan terbukanya semen dan menyebabkan terkontaminasinya kamar pulpa dan
saluran akar oleh saliva dan bakteri, sehingga mengakibatkan kegagalan perawatan saluran
akar.
b.Trauma dan fraktur
Kesalahan preparasi padawaktu pembuatan pasak dapat menyebabkan kegagalan perawatan.
Pengambilan dentin saluran akar yang terlalu banyak akan melemahkan akar gigi, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya fraktur vertikal.
c.Terkenanya jaringan periodontal
Kegagalan bisa disebabkan karena non endodontik, walaupun perawatan saluran akar
dilakukan dengan baik. Hal ini dapat disebabkan karena efek merusak dari perawatan
ortodontik atau penyakit periodontium.
TANDA-TANDA KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR
Di samping kurangnya konsensus mengenai kriteria untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan, rentang waktu yang diperlukan bagi tindak lanjut pasca perawatan yang memadai
juga masih kontroversial. Periode yang dianjurkan berkisar 6 bulan sampai 4 tahun.
Keberhasilan yang nyata dalam kurun waktu satu tahun bukan keberhasilan yang langgeng
karena kegagalan mungkin terjadi setiap saat. Penentuan berhasil atau tidaknya suatu
perawatan diambil dari pemeriksaan klinis dan radigrafis dan histologis (mikroskopis). Hanya
temuan klinis dan radiografis yang dapat dievaluasi dengan mudah oleh dokter gigi,
pemeriksaan histologis pada umumnya digunakan sebagai alat penelitian (Walton &
Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003).
1.Tanda-tanda Kegagalan secara Klinis
Kegagalan perawatan saluran akar yang dilihat secara klinis yang lazim dinilai adalah tanda
gejala klinis, yaitu : (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) :
a.Rasa nyeri baik secara spontan maupun bila kena rangsang.b.Perkusi dan tekanan
terasa peka.c.Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka.d.Pembengkakan pada mukosa
sekitar gigi dan nyeri bila ditekan.e.Adanya fistula pada daerah apikal.
2.Tanda-tanda Kegagalan secara Radiografis
Kemungkinan kesalahan dalam interprestasi radiografis adalah faktor penting yang dapat
merumitkan keadaan. Konsistensi dalam jenis film dan waktu pengambilan, angulasi tabung
sinar dan film, kondisi penilaian radiograf yang sama merupakan hal-hal yang penting untuk
diperhatikan. Biasa perorangan juga akan mempengaruhi interpretasi radiografis. Perubahan
radiologis cenderung bervariasi menurut orang yang memeriksanya sehingga pendapat yang
dihasilkan pun berbeda. Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar secara radiografis
adalah adanya (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) :
-
7/30/2019 bahan lbm 2
10/15
a. Perluasan daerah radiolusen di dalam ruang pulpa (internal resorption). b.
Pelebaran jaringan periodontium. c. Perluasan gambaran radiolusen di daerah
periapikal.
3.Tanda-tanda Kegagalan secara Histologis (Mikroskopis)
Karena kurangnya penelitian histologis yang terkendali dengan baik, ada ketidakpastian
mengenai derajat korelasi antara temuan histologis dengan gambaran radiologisnya.
Pemeriksaan histologis rutin jaringan periapikal pasien jarang dilakukan. Tanda-tanda
kegagalan secara histologis adalah (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) :
a.Adanya sel-sel radang akut dan kronik di dalam jaringan pulpa dan periapikal. b.
Ada mikro abses.c.Jaringan pulpa mengalami degeneratif sampai nekrotik.
Di dalam washington Study yang dipublikasikan oleh Ingle dan Beverige (1976) dalam
Tarigan (1994) dianalisa secara statistik sebab-sebab yang dapat mengakibatkan terjadinya
kegagalan perawatan saluran akar dua tahun setelah selesainya perawatan. Dari 1229 kasusyang dirawat endodontik, ditemukan 91,5 % berhasil tanpa keluhan dan yang mengalami
kegagalan adalah 8,5 %. Sebab-sebab terjadinya kegagalan tersebut dapat dikatagorikan
dalam tiga hal, yaitu (Tarigan, 1994) :
a.Iritasi apikal oleh cairan jaringan yang terinfeksi pada saluran akar yang diisitidakhermetis adalah 63,46 %. b. Kesalahan-kesalahan selama dilakukan perawatan,
misalnya perforasi, pengisian yang berlebih, instrumen patah, adalah 14,42 %. c.
Kesalahan pada waktu diagnosis, 22,12 %.
Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa perawatan saluran akar yang tidak sempurna
dan pengisian saluran akar yang salah hampir meliputi du pertiga penyebab kegagalan
perawatan saluran akar yang dilakukan (Ingle, 1985; Tarigan, 1994).
Kegagalan perawatan saluran akar kebanyakan disebabkan oleh kesalahan diagnosa, seleksi
kasus dan prosedur perawatan. Ketiga tahap ini saling berkaitan : kesalahan pada salah satu
tahap dapat menyebabkan kegagalan. Kegagalan dapat ditanggulangi dengan perawatan
ulang, bedah apeks, atau pencabutan. Di beberapa negara termasuk Amerika Serikat, kelainanperiodontitis apikalis khronis terdapat pada lebih dari 30% gigi yang telah dirawat saluran
akar. Kelainan yang timbul setelah perawatan saluran akar terutama disebabkan oleh infeksi
pada sistem saluran akar. Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme yang dapat bertahan
hidup dalam sistim saluran akar atau masuk ke dalam saluran akar yang sudah diisi akibat
bocornya restorasi.
Keberhasilan perawatan saluran akar tidak lepas dari kualitas pengisian saluran akar dan
pembuatan restorasi akhirnya. Dari beberapa literatur yang sudah dipublikasikan terungkap
bahwa prognosis gigi setelah perawatan saluran akar dapat ditingkatkan dengan menutup
saluran akar dan meminimalkan kebocoran sehingga cairan rongga mulut dan mikro
organisme dapat dicegah masuk ke dalam area periradikular.
-
7/30/2019 bahan lbm 2
11/15
Restorasi pasca perawatan saluran akar mempunyai karakteristik tersendiri karena pada gigi
pasca perawatan saluran akar terjadi perubahan fisik dan sisa jaringan gigi tinggal
sedikit.Untuk mencegah kegagalan restorasi pasca perawatan saluran akar maka perlu
pertimbangan-pertimbangan, karena kegagalan restorasi dapat menyebabkan secara langsung
kegagalan perawatan saluran akar.
Kriteria Keberhasilan Perawatan Saluran Akar
Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dievaluasi berdasarkan pemeriksaan klinis,
radiografis, dan histologis. Evaluasi klinis dan radiografis dapat dilakukan dengan mudah,
namun evaluasi histologis memerlukan pemeriksaan laboratorium. Evaluasi klinis dan
radiografis dianjurkan untuk dilakukan 6 bulan sampai 4 tahun setelah perawatan.
Kriteria keberhasilan perawatan saluran akar menurut Quality Assurance
Guidelines yang dikeluarkan oleh American Associaton of Endodontics adalah tidak peka
terhadap perkusi dan palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakitperiodontium, gigi dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi atau
pembengkakan, dan tidak ada keluhan pasien yang tidak menyenangkan. Berdasarkan
gambaran radiografis, suatu perawatan dianggap berhasil bila ligamen periodontium normal
atau sedikit menebal (kurang dari 1mm), radiolusensi di apeks hilang, lamina dura normal,
tidak ada resorbsi, dan pengisian terbatas pada ruang saluran akar, padat mencapai kurang
lebih 1 mm dari apeks.5 Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dilihat dari beberapa
faktor antara lain adanya lesi periradikular sebelum dan sesudah perawatan, kualitas
pengisian dan efektifitas penutupan bagian korona.
Penyebab Kegagalan Perawatan Saluran Akar
Menurut tahapan perawatannya, kegagalan perawatan saluran akar dapat digolongkan dalam
kegagalan pra perawatan, selama perawatan, dan pasca perawatan. Kegagalan yang terjadi
sebelum perawatan biasanya disebabkan oleh diagnosis dan seleksi kasus yang salah.
Prognosis gigi yang akan dirawat sebetulnya buruk akan tetapi perawatan tetap dilakukan
sehingga dalam waktu yang tidak lama akan timbul lagi gejala yang merupakan kegagalan
perawatan.
Kegagalan selama perawatan biasanya disebabkan oleh tahap pembersihan, pembentukan,dan pengisian saluran akar yang benar. Perawatan endodontik yang baik biasanya
berpedoman pada Triad Endodontik. Triad endodontik yang pertama adalah mendapatkanakses yang lurus kedalam saluran akar. Triad endodontik yang kedua adalah preparasi saluran
akar untuk membuang atau mengurangi iritan yang berbahaya dalam ruang pulpa dan
menutup ruang tersebut, mengontrol mikroorganismenya dan menangani inflamasi
periapeksnya. Preparasi yang tidak melebihi saluran akar akan memberikan prognosis yang
baik. Instrumentasi yang melewati apeks (over instrumentation) dapat menyebabkan
terdorongnya mikroorganisme, serpihan dentin dan sementum ke periapeks dan menyebabkan
inflamasi yang persisten. Triad endodontik yang ketiga adalah pengisian saluran akar.
Kesalahan dalam pengisian terjadi akibat proses pembentukan saluran akar yang kurang baik
atau pengisian yang kurang tepat. Kondensasi isi saluran akar menyebabkan hasil pengisian
lebih hermetis, sehingga iritan yang tertinggal di dalam saluran akar tidak menimbulkan
masalah di kemudian hari. Demikian pula pengisian saluran akar yang terlalu pendek ataupanjang juga akan menimbulkan masalah.
-
7/30/2019 bahan lbm 2
12/15
Kegagalan pasca perawatan dapat disebabkan oleh penutupan bagian korona gigi yang tidak
baik karena restorasi yang tidak adekuat Gigi pasca perawatan saluran akar mempunyai sifat
fisik yang berbeda dengan gigi vital, yaitu rentan terhadap fraktur karena struktur gigi yang
hilang akibat karies atau prosedur perawatan.1 Restorasi pasca perawatan saluran akar harus
mempunyai retensi dan berfungsi, serta dapat melindungi sisa jaringan gigi terhadap fraktur
dan mempunyai kerapatan (seal) yang baik. Apabila salah satu persyaratan tidak dipenuhidapat menyebabkan lepasnya restorasi atau terjadinya fraktur pada gigi atau restorasi
sehingga perawtan menjadi gagal
Penyebab Kegagalan Restorasi
Kebocoran tepi restorasi dapat terjadi karena hubungan antara gigi dan restorasi tidak
harmonis dikaitkan dengan kualitas restorasi yang buruk atau restorasi yang tidak mencapai
tepi ginggiva dengan baik. Dampak yang paling ringan dari kebocoran tepi ini adalah
terjadinya karies sekunder yang dapat berlanjut ke dasar kavitas dan melarutkan semen
sehingga akan mencapai daerah apeks.7,8,9,10 Faktor penyebab lainnya adalah pemilihan
jenis restorasi.Restorasi dipilih yang sesuai dengan kondisi sisa jaringan gigi dan posisinya.Struktur restorasi disesuaikan dengan sisa jaringan gigi agar dapat mencegah gigi fraktur atau
dicabut.Kegagalan restorasi pasca perawatan saluran akar kebanyakan disebabkan bentuk
restorasi yang tidak adekuat.7 Misalnya penggunaan pasak, pasak berulir dan yang
diameternya terlalu besar.7,11,12 Demikian juga dengan hal ini sangat berhubungan dengan
retensi dan kebocoran tepi dari restorasi. Penanggulangan kegagalan perawatan saluran akar
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perawatan ulang secara konvensional atau ortograd
dan bedah atau retrograd.
Perawatan ulang saluran akar dilakukan dengan mengulang perawatan melalui akses mahkota
dengan tujuan untuk membuang iritan pada saluran akar yang sebagian besar terdiri atas
mikroorganisme yang tinggal atau berkembang setelah perawatan. Penanggulangan dengan
bedah apeks (retrograd) dimaksudkan untuk menutup rapat saluran akar pada apeksnya.1,2
Meninggalkan debris dan mikroorganisme dalam saluran akar berlawanan dengan prinsip
biologis, oleh karena itu bedah apeks merupakan pilihan kedua jika akses mahkota pada
perawatan ulang saluran akar tidak dapat dilakukan.
Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan ulang
dilakukan.Riwayat penyakit mengenai adanya kegagalan perawatan ulang dan kegagalan
bedah apeks maka kasus ini tidak di indikasikan untuk perawatan ulang.1 Demikian juga
kondisi klinis pasien. Ada beberapa kondisi klinis yang dapat di indikasikan sebagai
kegagalan yaitu adanya gejala periodontitis yang menetap sesudah dilakukan oclusaladjusment, sensitivitas terhadap termal yang kemungkinan disebabkan ada salah satu saluran
akar yang tidak dirawat dan adanya sinus tract.1, 13 Radiogram pathosis atau adanya lesi
periodontium yang tidak ditanggulangi dengan perawatan saluran akar, ada lesi periapeks
yang tidak mengalami penyembuhan setelah perawatan dan fraktur pada akar. Keadaan
tersebut tidak dapat ditanggulangi dengan perawatan ulang.13
Sedangkan kegagalan akibat adanya saluran akar yang tidak terdeteksi pada saat perawatan
saluran akar perlu dipertimbangkan. Pada saluran akar yang bengkok, kalsifikasi dan
menyebar akan sangat sulit apabila dilakukan perawatan ulang saluran akar.1,14 Sama seperti
pengisian saluran akar yang sangat padat dan menggunakan bahan logam. Pembuangan bahan
restorasi atau semen sangat sulit dilakukan perlu dipertimbangan, karena dapat menjadiperforasi atau fraktur.1 Faktor iatrogenik meliputi adanya sumbatan pada saluran akar akibat
-
7/30/2019 bahan lbm 2
13/15
instrumen patah, bahan pengisi yang sangat keras, perforasi, birai dan prognosis yang
meragukan 1 Untuk melakukan perawatan ulang saluran perlu kerja sama yang baik dengan
pasien, karena kemungkinan akan terjadi kegagalan kembali.1,14Ketrampilan operator dan
tersedianya alat-alat untuk perawatan ulang merupakan persyaratan utama ,karena
pengalaman operator sangat menunjang keberhasilan perawatan ulang saluran akar.1,14
1. mengapa terbentuknya abses setelah PSA ?karena si dokter salah mendiagnosis sebelum dilakukan PSA dan perawatan PSA pertama
karena obturasi belum bersih dan ada faktor dari PSA itu sendiri yaitu faktor operatornya
dll
under filling ada bakteri yang tersisa
pengisian yang tidak hermetis
faktor kesalahan dalam sterilisasi dalam SA
2. mengapa masih terdapat pelebaran ligamen periodontal pada bagian mesial dan distal ?karena ada abses dibagian apeks jadi menekan dibagian periodontal jadi melebar
3. mengapa pada rontgen pada gigi 11 terdapat gambaran difus radiopaque mesial meluassampai setengah mahkota gigi ?
karena ada tambalan komposit
4. mengapa terdapat radiopaque pada saluran akar gigi ?karena ada pengisian gutta perca pada SA
karena ada filling atau sealer SA
5. etiologi terjadinya fistula ?karena ada abses ada nanah mencari jalan keluar pada apikal sudah tertutup karena PSAmembentuk fistula
6. disebabkan oleh apa , benjolan kecil yang terdapat pada gusi bagian atas ?fistula
abses
7. apa alasan dokter pada pasien dilakukan pencabutan gigikarena prognosis sudah buruk
-
7/30/2019 bahan lbm 2
14/15
kontra indikasi PSA gigi tidak didukung oleh jaringan periodotal , gigi tidak dapat di
restorasi baik secara fungsional dan estetik
8. apa yang terjadi jika gigi tersebut tidak dicabut ?dapat menyebabkan fokal infeksi
kenapa kok menyebabkan fokal infeksi padahal sudah mempunyai jalur sendiri ???
9. faktor penyebab dari diagnosa diatas ?karena si dokter salah mendiagnosis sebelum dilakukan PSA dan perawatan PSA pertama
karena obturasi belum bersih dan ada faktor dari PSA itu sendiri yaitu faktor
operatornya dll
under filling ada bakteri yang tersisa
pengisian yang tidak hermetis
faktor kesalahan dalam sterilisasi dalam SA
10. patofisiologi dari diagnosa ?kegagalan PSA under filling masih ada bakteri masuk melalui for. apikal inflamasi
periapikal abses
restorasi mahkota karies sekunder bakteri masuk for. apikal inflamasi periapikal abses
11. rencana perawatan yang dilakukan dokter pada pasien tsb ?DHE
PSA ulang
pembedahan jika PSA tdk bisa dilakukan ( kontra indikasi )
apikoektomi
insisi pada absesnya
jika pembedahan gagal indikasi dari ektraksi
12. tanda klinis dan radiografi apa , jika PSA itu gagal ?perkusi + palpasi +, fistula pada apikal, rasa nyeri spontan saat terkena rangsangan dan
tekan, ada difus radiolusen di periapikal, difus radiolusen SA, pelebaran jaringan
periodontal
-
7/30/2019 bahan lbm 2
15/15