bahan jiwa yang dicopy

47
Catatan Edy El Nino Mencoba mengaktifkan dan menjalankan blog yang sudah lama dibuat! :) Kamis, 06 September 2012 Defisit Perawatan Diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah suatu pelayan kesehatan tentang masalah kesehatan jiwa dari rentang sehat jiwa sampai gangguan jiwa yang terjadi pada anak sampai lansia. Salah satu pilar model keperawatan profesional adalah pelayan keperawatan dengan menggunakan sistem pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery system ). Dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan. Salah satu asuhan keperawatan yang kami bahas ini adalah auhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit keperawatan diri. Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. (Depkes 2000). Manusia sebagai makhluk holistik yang dipengaruhi oleh lingkungan dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga,

Upload: tiya-monica-baminda

Post on 25-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Catatan Edy El Nino Mencoba mengaktifkan dan menjalankan blog yang sudah lama dibuat! :)Kamis, 06 September 2012Defisit Perawatan Diri

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKeperawatan jiwa adalah suatu pelayan kesehatan tentang masalah kesehatan jiwa dari rentang sehat jiwa sampai gangguan jiwa yang terjadi pada anak sampai lansia. Salah satu pilar model keperawatan profesional adalah pelayan keperawatan dengan menggunakan sistem pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery system ). Dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan. Salah satu asuhan keperawatan yang kami bahas ini adalah auhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit keperawatan diri. Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuandasarmanusiadalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggukeperawatandirinya jika tidakdapatmelakukan perawatan diri. (Depkes 2000).Manusia sebagai makhluk holistik yang dipengaruhi oleh lingkungan dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu beradaptasi (Susilowati, 2005).Kegagalan dalam memberi koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antar individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007).Kesehatan jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi kesehatan jiwa, misalnya: kualitas Sumber Daya Manusia dalam mengawasi emosional, kemudian aspek sosial yakni kejadian di lingkungan yang berdampak pada gangguan jiwa seperti tindakan kekerasan dan merasa tidak nyaman. Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS) tahun 2007, menunjukkan gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11, 6 % dari populasi orang dewasa. Jumlah populasi orang dewasa di Indonesia kurang lebih 150. 000. 000 orang yang mengalami gangguan mental emosional. (Sunaryo, 2004).

B. Tujuan1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri dan memberi pengetahuan kepada mahasiswa dan mahasiswi tentang asuhan keperawatan kepada klien defisit perawatan diri.2. Tujuan Khususa. Mengetahui tentang konsep dasar defisit perawatan dirib. Mengetahui tentang jenis jenis defisit keperawtan diric. Mengetahui tentang penyebab defisit keperawtan dirid. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawat diri.e. Mengetahui strategi pelaksaan

C. Ruang Lingkup PenulisanPada makalah ini, kelompok hanya membatasi konsep dasar defisit perawatan diri, jenis jenis defisit keperawtan diri, penyebab defisit keperawtan diri, asuhan keperawatan defisit perawat diri, strategi pelaksaanD. Metode PenulisanDalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriftif yaitu dengan menggambarkan konsep dasar defisit perawatan diri dan asuhan keperawatan klien dengan gangguan defisit perawatan diridengan melakukan tinjauan terhadap beberapa referensi baik melalui buku literatur yang terdapat di perpustakaan maupun melalui media informasi online (internet).

E. Sistematika PenulisanPenulisan makalah ini terdiri dari 4 bab yang meliputi :BAB I: Pendahuluan : Latar belakang, Tujuan penulisan, Ruang lingkup, Metode penulisan, Sistematika penulisan.BAB II:Tinjauan teoritis : membatasi konsep dasar defisit perawatan diri, jenis jenis defisit keperawtan diri, penyebab defisit keperawtan diri, asuhan keperawatan defisit perawat diri, strategi pelaksaan

BAB III:Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan defisit perawatan diriBAB IV:Penutup : Kesimpulan dan Saran.

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Defisit Perawatan DiriPerawatan diri meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh individu dikehidupan sehari hari.1. DefenisiPerawatan diri adalah salah satu kemampuandasarmanusiadalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggukeperawatandirinya jika tidakdapatmelakukan perawatan diri ( Depkes 2000).Defisit perawatan diri adalahgangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).Menurut Poter dan Perry (2005), personal hygine adalah suatutindakanuntuk memelihara kebersihan dankesehatanseseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.Personal hygine berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygine berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatubtindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

2. Jenis-jenis defisit perawatan diriAda beberapa jenis defisit perawatan diri :a. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan.Kurang perawatan diri (mandi) adalahgangguankemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias.Kurang perawatan diri(mengenakan pakaian) merupakan gangguankemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.c. Kurang perawatan diri : makanKurang perawatan diri (makan) adalahgangguankemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.d. Kurang perawatan diri : toiletingKurang perawatan diri (toileting) adalahgangguankemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri. (Nurjannah : 2004,77-79 ).3. Penyebab defisit perawatan diriMenurut Tarwoto dan Wartonah, (2003)penyebabkurang perawatan diri adalah sebagai berikut :a. Kelelahan fisikb. Penurunan kesadaran

4. Pohon masalah

Akibat : Isolasi sosial

Defisitperawatan diri

Core problem :

Penyebab :Harga diri rendah

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003),penyebabkurang perawatan diri adalah :a. Faktor prediposisi1) BiologisPenyakitkronisyangmenyebabkanklientidak mampu melakukan perawatan diri.Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus tersebut berpengaruh kepada proses kognitif, ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa, gangguan sistem limbic akan berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen serta glukosa terganggu.

2) Kemampuan psikologi turunKlien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang meyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.Beberapa masalah psikologi yang menyebabkan defisit perawatan diri diantaranya :a) Harga diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat dirib) Body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.3) SosialKurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuandalamperawatan diri.b. Faktor presipitasiFaktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,cemas, lelah atau lemah yangdialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.Menurut Tarwoto & Wartonah (2003: 59) faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:1) Body imageGambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanyaperubahanfisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.2) Praktik sosialPadaanakanakselalu dimanjadalamkebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadiperubahanpolapersonal hygiene.3) Status sosial ekonomiPersonal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.4) PengetahuanPengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya padapasienpenderita diabetes mellitusia harus menjaga kebersihan kakinya.5) BudayaDisebagianmasyarakatjika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.6) Kebiasaan seseorangAda kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentudalamperawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.7) Kondisi fisik atau psikisPada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.8) Dampak fisikBanyak gangguankesehatanyang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritaskulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi padamatadantelingadan gangguan fisik pada kuku.9) Dampak psikososialMasalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

c. Penilaian terhadap stressPada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif).

d. Mekanisme kopingMekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen, 2000) yaitu :1) Mekanisme koping adaptifMekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri2) Mekanisme koping maladaptifMekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

RENTANG RESPONS PERAWATAN DIRI

Adaptifmaladaptif

- Pola perawatan- Kadang perawatan diri- Tidak melakukan diri seimbang kadang tidak perawatan saat stres

- Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.- Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stresor kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,- Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.e. Tanda dan gejalaMenurut Depkes (2000: 20) tanda dan gejalakliendengan defisit perawatan diri adalah :1) FisikBadan bau, pakaian kotor, rambut dankulitkotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi.2) PsikologisMalas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.3) SosialInteraksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur bak dan bab di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian1. Riwayat keperawatana. Pola kebersihan tubuhb. Perlengkapan personal hygine yang dipakaic. Faktor -faktor yang mempengaruhi personal hygine2. Alasan masuk rumah sakitDefisit dalam merawat diri, dari perawatan perawatan diri yang biasa dilakukan, dan sekarang jarang dilakukan dengan diawali masalah seperti senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung.3. Faktor yang mempengaruhia. Faktor prediposisi1) BiologisPenyakitkronisyangmenyebabkanklientidak mampu melakukan perawatan diri.Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus tersebut berpengaruh kepada proses kognitif, ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa, gangguan sistem limbic akan berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen serta glukosa terganggu.

2) Kemampuan psikologi turunKlien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang meyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.Beberapa masalah psikologi yang menyebabkan defisit perawatan diri diantaranya :c) Harga diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat dirid) Body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

3) SosialKurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dari lingkungannya.

4) Faktor presipitasiFaktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,cemas, lelah atau lemah yangdialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Cara klien menilai masalah merupakan awal dari terbentuknya sumber koping. Jika sumber koping tidak adekuat, bahkan jika ada namun mekanisme koping maladaptif maka akan menimbulkan permasalahan.4. Pemeriksaan fisik a. Rambut: Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.b. Kepala: Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.c. Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merahd. Hidung: Lihat kebersihan hidung, membran mukosae. Mulut: Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihanf. Gigi: Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigig. Telinga: Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksih. Kulit: Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.i. Genetalia: Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkanB. Diagnosa keperawatanKurangnya perawatan diri : Kebersihan diri.Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.Kemungkinan ditemukan data :a. Badan kotor dan berbaub. Rambut kotorc. Kuku panjang dan kotord. Bau mulut dan kotorKondisi klinis :a. Strokeb. Frakturc. KomaTujuan yang diharapkan :a. Kebersihan diri sesuai polab. Keadaan badan, mulut, rambut dan kuku bersihc. Pasien merasa nyamanIntervensi :a. Kaji pola kebersihan diri.R : Data dasar dalam melakukan intervensib. Bantu klien dalam kebersihan badan, mulut, rambut dan kukuR : Mempertahankan rasa nyamanc. Lakukan penkes : pentingnya kebersihan diri, pola kebersihan diri, cara kebersihan.R : Meningkatkan pengetahuan dan lebih kooperatifObjektif :1. Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.2. Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri.4. Ketidakmampuan bab/bak secara mandiri ditandai bab/bak tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah bab/bak.C. Diagnosa Defisit perawatan diriD. Rencana Tindakan Keperawatan1. Tujuana. Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan bab/bak.b. Tindakan keperawatan untuk klienTindakan yang dilakukan mencakup SP 1, 2, 3 dan Sp kelurgaNoKemampuanTglTglTglTglTglTglTgl

APasien

SP I

1Mengidentifikasi penyebab defisit perawatan diri pasien

2Berdiskusi dengan pasien tentang pentingnya kebersihan diri

3Berdiskusi dengan pasien tentang cara menjaga kebersihan diri

4Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP II

1Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2Menjelaskan cara mandi yang baik

3Membantu pasien mempraktekkan cara mandi yang baik

4Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP III p

1Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2Menjelaskan cara eliminasi yang baik

3Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan memasukkan dalam jadual

4Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV p

1Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2Menjelaskan cara berdandan

3Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan

4Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

BKeluarga

SP I

1Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya

3Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit perawatan diri

SP II

1Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri

2Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan diri

SP III

1Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)

2Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

BAB IVSTRATEGI PELAKSANAAN

A. Proses Keperawatan 1. Kondisi kliena. Data Subyektif :Klien mengatakan sudah tidak mandi selama 7 hari.Klien mengatakan malas untuk mandib. Data Obyektif :Baju kotorRambut acak acakanBadan bauKulit kotorMenggaruk tubuh2. Diagnosa KeperawatanDefisit perawatan diri3. Tindakan Keperawatana. Tujuan Sp11) Mengidentifikasi penyebab defisit perawatan diri pasien2) Berdiskusi dengan pasien tentang pentingnya kebersihan diri3) Berdiskusi dengan pasien tentang cara menjaga kebersihan diri 4) Membantu pasien mempraktekan cara menjaga kebersihan diri5) Menganjurkan pasien memasukan kegiatan perawatan diri di kegiatan harianb. Intervensi1) Bina hubungan saling percayaDalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:a) Mengucapkan salam terapeutikb) Berjabat tanganc) Menjelaskan tujuan interaksid) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku malas untuk melakukan perawatan diri3) Menjelaskan pentingnya kebersihan diria) Kaji pengetahuan klien tentang kebersihan dirib) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan ketika tidak melakukan perawatan diric) Diskusikan kepada klien tentang pentingnya kebersihan untuk dirid) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya tentang perawatan diri4) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diria) Menjelaskan berapa kali sehari mandib) Menjelaskan cara eliminasi yang benarc) Menjelaskan cara menggosok gigi yang benard) Menjelaskan cara berhias diri5) Membantu pasien mempraktekan cara menjaga kebersihan diria) Mempraktekkan cara gosok gigi yang benarb) Mempraktekkan cara berhias diri

6) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harianDiskusikan bersama klien tentang aktivitas yang akan dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan1. Orientasi a. Salam KenalAssalamualaikum..selamat pagi pak?Perkenalkan nama saya Mariyani, biasa dipanggil yani.saya mahasiswi stikes yarsi pontianak yang akan praktek di ruang 5 ini, selama dua minggu, yang nantinya saya akan membantu menyelesaikan atau mengurangi masalah yang bapak rasakan, bapak namanya siapa?Senang dipanggil apa?Asalnya dari mana pak?b. Evaluasi/validasiBagaimana keadaan bapak hari ini? Apa ada keluhan atau masalah selama tinggal disini? Apa bapak sudah makan?Sudah mandi??c. Kontrak : 1) TopikPak, mari kita berbincang-bincang tentang mengapa bapak tidak mau melaskukan perawatan diri.selain itu juga kita akan berdiskusi tentang bagaimana manfaat jika bapak melakukan perawatan diri, Dan kegiatan ini akan kita masukan dikegiatan harian bapak.2) WaktuBaiklah pak, berapa lama kita akan berbincang-bincang?3) Tempatbapak maunya kita berbincang-bincang dimana? Disini atau dimana?2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)a. .b. .dst3. Terminasi a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan Evaluasi klien subjektif Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yangtelah dilakukan):c. Kontrak yang akan datang Topik : Waktu : Tempat :

BAB VPENUTUPA. KesimpulanPerawatan diri merupakan suatu hal yang penting bagi setiap individu, karena dengan melakukan perawatan diri pada tubuh kita dapat menciptakan suatu pola hidup yang sehat dan memberikan kepedulian pada diri suatu individu. Perawatan diri merupakan suatutindakanuntuk memelihara kebersihan dankesehatanseseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Ketidakmampuan individu yang melakukan perawatan diri itu hampir 90 %, dialami oleh orang yang mengalami gangguan jiwa. Defisit perawatan diri yang sering dialami yaitu mengenai mandi, makan, berhias diri, dan eliminasi. Oleh sebab itu peran perawatan sangat penting bagi klien yang mengalami defisit perawatan diri, agar dapat memberikan motivasi dan mengajarkan klien agar dapat melakukan perawatan diri secara individu sesuai dengan asuhan keperawatan.

B. SaranBerdasarkan kesimpulan diatas, maka kelompok mengambil saran dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Saran-saran adalah sebagai berikut :1. Untuk KeluargaApabila sudah mengetahui dan memahami akibat yang akan dilakukan oleh klien yang mengalami defisit perawatan diri, maka sebagai orang terdekat / keluarga harus memberikan motivasi dan nasehat agar pasien dapat melakukan perawatan diri secara individu.2. Untuk PerawatBagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis maupun praktek tentang defisit perawatan diri agar dapat memberikan nasehat, motivasi, dorongan pada klien yang mengalami defisit perawatan diri agar dapat melakukan perawatan diri pada dirinya dan dapat memberikan asuhan keperawatan defisit perawatan diri dengan baik.

3. Untuk Rumah SakitBagi rumah sakit agar dapat memfasilitasi klien dalam melakukan perawatan dirinya secara individu, agar dapat memberikan atau membiasakan klien dalam melakukan perawatan diri secara individu

DAFTAR PUSTAKACarpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta : EGCKaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGCKeliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGCKeliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGCNurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : MomediaPerry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGCRasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung SetoStuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGCSantosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 2006. Jakarta : Prima Medika.Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC

DEFISIT PERAWATANDIRIPosted: Oktober 9, 2011 in ASUHAN KEPERAWATAN 0LAPORAN PENDAHULUAN1. 1. Masalah UtamaDefisit Perawatan Diri1. 2. Proses Terjadinya Masalah 1. a. PengertianPerawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000).Tanda dan Gejala : Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada tempatnya Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihakan diri dengan baik setelah BAB/BAK1. b. Penyebab Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.Tanda dan GejalaMenurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:a)Fisik Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan kotor Gigi kotor disertai mulut bau Penampilan tidak rapib) Psikologis Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.c) Sosial Interaksi kurang Kegiatan kurang Tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat1. 3. Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan minum dan berdandan)

2. Pohon masala

Defisit perawatan diri

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi sosial

1. 4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji a) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diriData subyektif1. Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apa-apa,Data obyektif1. Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, badan bau, kulit kotorb) Isolasi SosialData subyektif1. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.Data obyektif1. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihanc) Defisit Perawatan Diri Data subyektif1. Pasien merasa lemah2. Malas untuk beraktivitas3. Merasa tidak berdaya.Data obyektif1. Rambut kotor, acak acakan2. Badan dan pakaian kotor dan bau3. Mulut dan gigi bau.4. Kulit kusam dan kotor5. Kuku panjang dan tidak terawat1. 5. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri2. Isolasi Sosial3. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK1. 6. Rencana Tindakan KeperawatanDiagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diriTujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diriTujuan Khusus :TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.Intervensi1. Berikan salam setiap berinteraksi.2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.3. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.4. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.5. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.6. Buat kontrak interaksi yang jelas.7. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.8. Penuhi kebutuhan dasar klien. TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. Intervensi1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.2. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.3. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.4. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.5. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.6. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.7. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.Intervensi1. Motivasi klien untuk mandi.2. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.3. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.4. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.5. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.6. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.Intervensi1. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.Intervensi1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.Intervensi1. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.2. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.3. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.4. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.5. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.6. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.7. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain. Diagnosa 2 : Isolasi sosialTujuan Umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsiTujuan Khusus :TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percayaIntervensi1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diriIntervensi1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannyaTUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.Intervensi1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain 1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain3. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain4. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain2. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain3. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lainTUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosialIntervensi1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain2. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan5. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan7. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruanganTUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lainIntervensi1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAKTujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diriTujuan Khusus : Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik Pasien mampu melakukan makan dengan baik Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiriIntervensi1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diria) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diric) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan dirid) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri2) Melatih pasien berdandan/berhiasUntuk pasien laki-laki latihan meliputi :a) Berpakaianb) Menyisir rambutc) BercukurUntuk pasien wanita, latihannya meliputi :a) Berpakaianb) Menyisir rambutc) Berhias3) Melatih pasien makan secara mandiria) Menjelaskan cara mempersiapkan makanb) Menjelaskan cara makan yang tertibc) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makand) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiria) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuaib) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAKc) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAKReferensiCarpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGCKeliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGCKeliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGCNurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : MomediaPerry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGCRasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung SetoStuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGCSantosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 2006. Jakarta : Prima Medika.Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC

LP DEFISIT PERAWATAN DIRI A. Masalah Utama

Defisit perawatan diri: higiene

B. Proses Terjadinya Masalah

Defisit perawatan diri : higiene adalah keadaan dimana individu mengalami kegagalan kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan aktivitas kebersihan diri (Carpenito, 1977).

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perawatan diri kurang (higiene) antara lain:

a. Perkembangan:

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif dan keterampilan.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan dari lingkungannya.

C. 1. Pohon Masalah

Perawatan diri kurang: higiene

Menurunnya motivasi perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri

2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Masalah keperawatan:

1). Defisit perawatan diri

2). Menurunnya motivasi perawatan diri

3). Isolasi sosial: menarik diri

b. Data yang perlu dikaji:

1). Data Subyektif:

Mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri.

2). Data Obyektif:

Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.

C. Diagnosa keperawatan

1. Perawatan diri kurang: higiene berhubungan dengan menurunnya motivasi perawatan diri

2. Menurunnya motivasi perawatan diri berhubungan dengan menarik diri.

D. Rencana tindakan

a. Tujuan umum : klien mampu melakukan perawatan diri: higiene.

b. Tujuan khusus:

1. Klien dapat menyebutkan pengertian dan tandatanda kebersihan diri

Tindakan :

1.1. Diskusikan bersama klien tentang pengertian bersih dan tandatanda bersih

1.2. Beri reinforcement positif bila klien mampu melakukan hal yang positif.

2. Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri

Tindakan :

2.1. Bicarakan dengan klien penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri

2.2. Diskusikan akibat dari tidak mau menjaga kebersihan diri

3. Klien dapat menyebutkan manfaat higiene

Tindakan:

3. 1. Diskusikan bersama klien tentang manfaat higiene

3.2. Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan untuk menjaga kebersihan diri

4. Klien dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan diri

Tindakan:

4. 1. Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri: andi 2x sehari (pagi dan sore) dengan memakai sabun mandi, gosok gigi minimal 2x sehari dengan pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x seminggu dengan sampo, memotong kuku minimal 1x seminggu, memotong rambut minimal 1 x sebulan.

4.2. Beri reinforcement positif bila klien berhasil

5. Klien dapat melaksanakan perawatan diri higiene dengan bantuan minimal

Tindakan:

5. 1. Bimbing klien melakukan demonstrasi tentang cara menjaga kebersihan diri

5.2. Dorong klien untuk melakukan kebersihan diri dengan bantuan minimal

6. Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri

Tindakan:

6. 1. Beri kesempatan klien untuk membersihkan diri secara bertahap

6.2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah membersihkan diri

6.3 Bersama klien membuat jadwal menjaga kebersihan diri

6.4. Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene secara teratur

7. Klien mendapat dukungan keluarga

Tindakan:

7. 1. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga

7.2. Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga

c. Perencanaan Keperawatan Jiwa.Perencanaan keperawatan terdiri dari 3 aspek yaitu, tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus kepada penyelesaian permasalahan sedangkan tujuan umum dapat dicapai apabila serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi sehingga tujuan ini perlu dicapai atau dimiliki klien. Umumnya kemampuan klien pada tujuan khusus dapat menjadi 3 aspek yaitu kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif. Rencana tindakan ini disesuaikan dengan standar Asuhan Keperawatan Jiwa di Indonesia atau standar Keperawatan Amerika. Tindakan keperawatan yang telah direncanakan dicatat dalam formulir dokumen keperawatan.

d. Implementasi Keperawatan Jiwa.Perilaku yang perlu dilakukan perawat-perawat adalah membina hubungan saling percaya dengan melakukan kontrak, mengkaji data dari klien dan keluarga, memvalidasi data dengan klien, mengorganisir atau mengelompokkan data, serta menetapkan kebutuhan atau masalah klien. Implementasi tindakan keperawatan jiwa disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata implementasi sering kali jauh berbeda dengan rencana. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini. Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta yang diharapkan dari klien.

e. Evaluasi Keperawatan Jiwa.Evaluasi keperawatan jiwa merupakan proses berkelanjutan menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan pendekatan SOAP yaitu:S:Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakanO:Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakanA:Analisa ulang atas data subjektif dan data objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap / muncul masalah baru P:Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien.

Kemudian dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Gail. W. Stuart. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.ASIH, Yasmisn. 2001. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC : JakartaKeliat Anna, Budi. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Penerbit : EGC. Jakarta.Keliat Anna, Budi. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Penerbit : EGC. Jakarta.Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Penerbit : EGC. Jakarta.Suliswati, dkk.2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC : Jakarta.Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri Edisi I, II, III. EGC : Jakarta.Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga. PT. Fajar Interpratama : Jakarta.