bahan ajar moral perkawinan

6

Click here to load reader

Upload: astroirma

Post on 30-Jul-2015

70 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Ajar Moral Perkawinan

II. Bahan Ajar Moral Perkawinan

1. Norma moral KristianiMoral adalah pedoman atau ajaran tentang- baik buruk, halal-haram, wajib-dosa

yang mengatur sikap batin dan perilaku kita, atau pedoman yang mengatur hidup kita supaya menjadi baik sesuai dengan maksud Tuhan Pencipta Yang Maha Baik. Ukuran untuk menilai tentang baik-buruknya sikap dan perbuatan kita pada dasarnya ada dua:-Hati nurani atau suara hati, berasal dari dalam.-Norma (perintah, larangan, atau pedoman) berasal dari luar, yang secara objektif memberitahu mana yang “baik” yang harus dilakukan dan mana yang “ tidak baik “ yang harus dihindari supaya kita hidup dengan tenang dalam masyarakat.- Salah = objektif tidak sesuai dengan norma.- Dosa = dengan sengaja ( dengan tahu dan mau ) melanggar norma yang diketahui.Hati nurani adalah “pedoman“ atau “guru dari dalam“ yang:- Memberitahu kepada kita mana yang harus kita lakukan;

- Menuntut kita untuk berbuat baik dan menjauhi yang buruk;

- Menilai perbuatan kita sebelum – sedang – sesudah berbuat.Kalau kita berbuat baik, hati kita tenteram. Tetapi, kalau kita berbuat yang tidak baik, hati nurani akan menegur. Oleh karena itu sering disebut sebagai ”guru dari dalam“ dan sebagai ”suara Tuhan dalam hati manusia”.

Tetapi suara hati juga dapat keliru; menganggap baik yang sebenarnya buruk; menganggap tidak apa-apa padahal sebenarnya ”apa-apa saja“; atau menganggap buruk apa yang sebenarnya tidak buruk. Masalah timbul karena perkembangan jaman yang begitu cepat, dimana banyak aturan/norma lama semakin sering ditinggalkan, tetapi yang baru belum ditemukan.Misalnya hubungan seks sebelum menikah dianggap “nggak apa-apa“, baru merasa bersalah kalau ketahuan/hamil,lalu dari pada mendapat malu lebih baik anak dihilangkan saja. Oleh karena itu kita perlu belajar norma.

Norma tingkah laku yang kita terima dari luar, dari pendidikan oleh orang tua, dari lingkungan masyarakat sekitar, adat kbiasaan, hukum Negara dan ajaran agama. Ada norma yang hanya menunjukkan mana yang “biasa“ atau “normal“, mana yang tidak dapat diterima oleh lingkungan kita. Ada juga yang mewajibkan kita melakukan (atau tidak melakukan) sesuatu, disertai sanksi kalau tidak ditaati.

Sumber moralSumber moral kristiani ada dua (yang saling melengkapi)

- Kitab Suci dan Ajaran Gereja, pedoman/prinsip umum yang diberikan kepada kita “dari atas“.

- Penalaran akal budi manusia, dilengkapi dengan pengalaman dan Ilmu Pengetahuan yang “dari bawah“.

Pedoman dasar moral menurut Kitab Suci dan ajaran agama adalah Hukum Kasih. Untuk mewujudkan hukum dasar tersebut, kita diberi sejumlah besar pedoman, baik berupa perintah, nasehat maupun larangan. Tetapi penerapannya pada situasi konkrit masih tetap memerlukan pemikiran dan tanggung jawab sendiri. Maka kita perlu berpikir sendiri, berdoa mohon petunjuk dari Tuhan dan mempertimbangkan masak-masak apa/bagaimana perbuatan kita, apa akibat-akibatnya, motivasinya, situasi dan kondisi yang ikut mempengaruhi dsb, dan juga mau belajar dari pengalaman (baik pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain) dan juga perkembangan ilmu. Misalnya tentang KB yang dianjurkan adalah KB alamiah.

Orang bertindak dengan “baik“ kalau bertindak sesuai dengan hati nurani yang jujur dan benar dan dapat mempertanggungjawabkan tingkah laku dan perbuatannya dihadapan Tuhan dan sesama.

Moral Perkawinan bermaksud memberikan pedoman: apa yang harus kita lakukan supaya perkawinan kita betul-betul sesuai dengan maksud Tuhan Pencipta (tentu saja dengan menghindari dosa dan penyelewengan). Maka kita bertanya:

Page 2: Bahan Ajar Moral Perkawinan

- Pedoman apa yang dapat kita temukan dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang maksud perkawinan?

- Kita dapat belajar apa dari pengalaman dan dari ilmu pengetahuan?

- Bagaimana membangun keluarga yang baik, supaya kita meniru,Bagaimana keluarga yang “berantakan“. Apa sebab-sebab atau sumbernya, agar kita dapat menghindarinya.

KITAB SUCI DAN AJARAN GEREJA

A. Beberapa teks penting dari Kitab Suci- Kejadian 1: 27-28, 1: 31, 2:23-24 Penciptaan manusia

- Ulangan 5: 1-22 Kesepuluh firman/Perintah Allah

- Mateus 19: 1-12 // Markus 10: 1-12 Perceraian dan Zinah

- Yohanes 2: 1-11 Perkawinan di Kana tanda Yesus yang pertama

- Yohanes 8: 1-11 Wanita berzinah

- Yohanes 13: 35 //15: 12 saling mencintai sama seperti Aku…

- Efesus 5: 22-33 suami mencintai istri sama seperti dirinya sendiri-sama seperti Kristus…suatu sakramen yang agung

- I Korintus 7: 2-11 Kewajiban suami istri dalam bidang seksual.

- Dan masih banyak yang lainnya.B. Beberapa pokok ajaran kitab suci dan ajaran gereja katolik

1. Kitab Suci dibuka dengan kisah penciptaan.Bab-bab pertama buku Kejadian mau menunjukkan maksud Allah yang sebenarnya dengan manusia dan dunia. Intinya ialah bahwa duni seisinya dinyatakan “ baik “, berasal dari Allah Sang Pencipta dan mencerminkan sesuatu dari keagungan Allah sendiri. Iman kita mengakui Kasih Allah sebagai awal dan sumber kehidupan.

2. Allah menciptakan manusia menurut citra Allah, dan memberkati mereka, ini berarti bahwa adanya pria dan wanita, adanya dua jenis kelamin dengan segala daya tarik antara keduanya. Dengan kata lain, adanya seksualitas, juga adanya hubungan seks dan akibatnya yaitu mempunyai keturunan itu berasal dari Sang Pencipta, diberkatiNya dan dimaksudkan untuk kebahagiaan manusia.

3. Pria dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi sebagai teman hidup dan menempuh jalan hidup bersama.Maka pria dan wanita itu mempunyai kesamaan harkat, derajat, dan martabat pria dan wanita sebagaimana yang dimaksud Allah.

4. Tuhan menciptakan manusia sebagai pria dan wanita dengan maksud agar mereka bersatudalam ikatan perkawinan dan membentuk suatu keluarga. Keluarga dimaksudkan sebagai suatu unit yang baru, mereka akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, dengan demikian keluarga menjadi sel masyarakat dan sumber kehidupan baru.”meninggalkan ayah dan ibunya berarti bahwa hubungan dengan orang tua harus berubah, tidak lagi menggantungkan diri pada orang tua melainkan secara batin berpisah dengan mereka dan mandiri.5. Maksud Tuhan dengan perkawinan adalah agar pria dan wanita sebagai sepasang

suami istri menjadi satu dalam ikatan lahir batin yang stabil dan tetap. Kesatuan itu didasarkan atas kasih setia sebagai ikatan pemersatu dan diwujudkan secara konkret dalam persekutuan hidup bersama: tinggal serumah, makan bersama, tidur seranjang dan juga setubuh.Suami istri saling mencintai dengan eksklusif artinya satu dengan Satu(Monogami), untuk seumur hidup (tak terceraikan)dan dinamis. Dinamis juga dalam subur dan berkembang, termasuk berkembang biak dalam keturunan.

6. Tujuan Pokok perkawinan menurut Kitab Suci adalah kesatuan dan kebahagiaan bersama suami istri dalam cinta-mencintai.Maka itulah yang harus diutamakan bukan keibu-bapakan melainkan kesuami-istrian. Kesatuan suami istri harus

Page 3: Bahan Ajar Moral Perkawinan

dibangun setiap hari kembali, dengan saling member perhatian, dengan kerelaan berkomunikasi, dengan saling menerima apa adanya, dengan kasih sayang, kelembutan tanpa paksaan, dengan rela berkorban, rela saling membantu, saling memaafkan, dengan berdoa bersama dan saling menanggung beban. Kebiasaan saling mengampuni hendaknya juga saling ditumbuh-kembangkan dalam keluarga.

7. Kristus dengan tegas menolak zinah dan perceraian. Secara positif hal ini berarti tuntutan mutlak untuk tetap SETIA satu sama lain, apapun yang terjadi, “ Apa yang telah dipersatukan Allah janganlah diceraikan oleh manusia.” Ungkapan ini sebagai gambaran Pertanda dan lambang dari perjanjian Tuhan dengan umatNya. Intisari upacara perkawinan adalah JANJI SETIA, dalam suka dan duka, dalam untung dan malang.

8. Suami–istri telah saling memiliki, dan mempunyai kewajiban suci untuk saling memenuhi kebutuhan seksual yang satu terhadap yang lain. Hubungan seks dalam perkawinan itu merupakan hal yang suci, baik, dan indah. Seks bukan sesuatu yang kotor, tabu dan memalukan, melainkan ikut disucikan oleh Sakramen Perkawinan sebagai suatu sarana pemersatu suami – istri. Perintah Allah “ jangan berzinah “ melarang adanya hubungan intim dengan pihak ke tiga, artinya secara positif perintah itu berarti hendaklah kamu setia satu sama lain, dan penyeluran kebutuhan seksual haruslah terjadi di dalam ikatan perkawinan, sehingga tidak ada yang mencari kepuasan di tempat lain.

9. Seks hanya merupakan salah satu segi dari pribadi manusia, yang tidak boleh dipisahkan dari segi-segi psikologis, emosional, spiritual, tanggung jawab, budaya, dan ekspresi manusia yang kita sebut cinta,kepuasan dan kenikmatan seks diterima sebagai anugerah Allah, dan tidak perlu dirusak oleh raa bersalah, takut, malu, dan tabu. Seks ikut diselamatkan oleh Kristus dan diangkat menjadi penyaluran rahmat Allah. Tentu dengan mengindahkan prinsip dasar bahwa nafsu birahi seseorang tidaklah untuk dirinya sendiri tetapi untuk pasangannya. Setiap kegiatan seks yang hanya mencapai kenikmatannya sendiri adalah “ salah arah “. Seks itu dilindungi oleh rasa malu, bukan karena seks itu jorok dan tabu melainkan karena menyangkut hal yang pribadi dan suci. Yang jorok adalah penyalahgunaan, yaitu diluar pager ayu perkawinan.Untuk suami istri, hubungan seks dengan segala variasi dan seninya adalah baik dan wajar.

10. Kesatuan pria dan wanita dalam perkawinan diragakan dalam hubungan seks secara psikologis dimaksudkan untuk mewujudkan kesatuan jiwa dan hati ( disebut segi unitif ). Secara biologis hubungan seks dimaksudkan untuk mendapatkan keturunan ( disebut segi reproduksi atau pro-kreatif ). Dengan demikian suami-istri terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam karya penciptaan Tuhan sendiri. Hubungan seks dimaksudkan bukan untuk melampiaskan nafsu birahi saja, tetapi dilakukan dengan kesadaran dan tanggungjawab penuh, bahwa itu merupakan pelaksanaan dari sabda Tuhan sendiri. Oleh karena itu juga disertai kesediaan untuk menerima hidup baru bila itu terjadi. Tanggung jawab suami terhadap istri menurut ajaran Kitab Suci dapat diringkas dalam dua kata, yakni “ memimpin “ dan “ mengasihi “.

11. Memimpin menurut Kitab Suci berarti melayani, memperhatikan kepentingan, keperluan, keselamatan orang yang menjadi tanggungannya. Pria disebut kepala istrinya dan kepala keluarga, sama seperti Kristus adalah kepala umat-Nya. Kristus dating tidak untuk dilayani melainkan untuk melayani dan rela mengurbankan diriNya sendiri. Tuhan Yesus mendampingi, menjaga, menghibur, mengajar, mendoakan, menjadi teladan, dan panutan bagi murid-muridNya,maka suamipun diharapkan bertindak demikian.Melayani istri haruslah seperti dirinya sendiri, bahkan sama seperti Kristus mengasihi umatNya.Tentang kasih Kristus kita tahu dari Kitab Suci tanpa syarat, rela berkorban, setia sampai mati, suami membuktikan cintanya kepada istri

Page 4: Bahan Ajar Moral Perkawinan

dengan menyediakan segala keperluannya, tidak hanya kebutuhan jasmani atau uang tetapi juga kebutuhan emosional, intelektual, social, seksual, hiburan, rohani : dengan melindungi, mendampingi, dan membantu dalam tugas-tugasnya dan kewajibannya, dan selalu mengikutsertakan dia dalam suka dan duka, memperlakukan dengan lemah lembut, sopan, ksatria dengan ssering memberikan kata-kata pujian dan penghargaan.

12. Tanggung jawab istri terhadap suaminya menurut Kitab Suci, disebutkan tunduk kepada suaminya, dan menolong dia. Patuh pada suami tidak berarti istri sebagai pembantu, yang tak boleh buka mulut, harus diam dan tunduk, melainkan sama seperti umat kepada Kristus. Kepatuhan istri berarti bahwa ia sebagai pendamping suami yang sepadan dengan dia menghormati dan melengkapi suaminya, dan rela memakai segala bakat dan kemampuannya demi kebaikan suami dan anak-anaknya dalam kerja sama dan dibawah pimpinan suami.

13. Setiap orang pasti mengalami percobaan dan godaan. Godaan terkuat rupa-rupanya adalah godaan kekayaan, kekuasaan, kedudukan, dan kenikmatan seks. Godaan di bidang seksual memang ada daya tariknya yang sangat kuat. Dosa dalam hubungan suami-istri tidak hanya terjadi dengan berbuat serong (melanggar janji setia) tetapi juga bila menolak tanggung jawab atas akibat perbuatannya sendiri, egois, bertindak kasar, memaksakan kehendaknya sendiri, tertutup, menolak berkomunikasi, mencari kepuasan sendiri dsb.

14. Abortus atau pengguguran kandungan yang disengaja dilarang keras tak hanya oleh hukum agama tetapi juga oleh undang-undang Negara dan diancam dengan hukuman yang berat.

15. Hidup bersama juga menyangkut komunikasi. Menurut maksud Tuhan dua orang yang dipersatukan oleh Allah harus membagi segala sesuatu,tubah mereka, milik mereka, pengetahuan mereka, pendapatan mereka, kemampuan, dan persoalan mereka,cita-cita dan keberhasilan, tetapi juga kegagalan dan penderitaan mereka. Karena suami-istri Kristiani telah saling mengikat diri untuk seumur hidup sampai kematian memisahkan mereka berdua, maka segala masalah yang pada orang lain mungkin menjadi alasan untuk minta cerai harus diselesaikan bersama.

Surakarta, 29 Oktober 2011