bab4_studi kelayakan frontage

7
38 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan 4.1.1 Sosial Budaya 1. Permasalahan di bidang pendidikan, meliputi : (1) rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang ditandai dengan angka rata-rata lama sekolah (RLS) masih berada pada angka 6,8 atau setingkat Kelas 1 SMP; (2) rendahnya partisipasi sekolah pada jenjang SLTP dan SLTA yang diperlihatkan oleh APK SLTP dan SLTA; (3) Masih terdapatnya angka putus sekolah; (4) Masih rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan; (5) masih belum optimalnya penerapan tata kelola pendidikan. 2. Permasalahan di bidang kesehatan, meliputi : (1) Masih rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat; (2) Masih adanya potensi resiko kematian ibu melahirkan dan bayi yang diperlihatkan oleh Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih ada namun dalam tingkat yang relatif masih rendah dibandingkan provinsi dan nasional; (3) Masih terdapatnya penderita gizi buruk dan bayi berat badan lahir rendah; (4) intensitas penyakit berbasis lingkungan antara lain demam berdarah dan potensi penyakit fillariasis; (5) Masih belum meratanya pemenuhan akses pelayanan kesehatan dasar dan ketersediaan tenaga kesehatan terlatih di wilayah perdesaan. 3. Permasalahan di bidang pemuda dan olahraga lebih diperlihatkan pada masih minimnya sarana dan prasarana olahraga masyarakat khususnya di pedesaan. 4. Permasalahan di bidang pemberdayaan perempuan lebih diperlihatkan pada masih terdapatnya tindak kekerasaan perempuan serta kasus trafficking.

Upload: kelanasukawijaya

Post on 28-Sep-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pembangunan prasarana jalan harus ditunjang dengan ketersediaan frontage sebagai akses dari dan menuju beberapa kawasan perumahan maupun industri

TRANSCRIPT

  • 38

    BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

    4.1 Permasalahan Pembangunan

    4.1.1 Sosial Budaya

    1. Permasalahan di bidang pendidikan, meliputi : (1) rendahnya tingkat

    pendidikan masyarakat yang ditandai dengan angka rata-rata lama

    sekolah (RLS) masih berada pada angka 6,8 atau setingkat Kelas 1

    SMP; (2) rendahnya partisipasi sekolah pada jenjang SLTP dan SLTA

    yang diperlihatkan oleh APK SLTP dan SLTA; (3) Masih terdapatnya

    angka putus sekolah; (4) Masih rendahnya kualitas sarana dan

    prasarana pendidikan; (5) masih belum optimalnya penerapan tata

    kelola pendidikan.

    2. Permasalahan di bidang kesehatan, meliputi : (1) Masih rendahnya

    perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat; (2) Masih adanya

    potensi resiko kematian ibu melahirkan dan bayi yang diperlihatkan

    oleh Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) yang

    masih ada namun dalam tingkat yang relatif masih rendah

    dibandingkan provinsi dan nasional; (3) Masih terdapatnya penderita

    gizi buruk dan bayi berat badan lahir rendah; (4) intensitas penyakit

    berbasis lingkungan antara lain demam berdarah dan potensi penyakit

    fillariasis; (5) Masih belum meratanya pemenuhan akses pelayanan

    kesehatan dasar dan ketersediaan tenaga kesehatan terlatih di

    wilayah perdesaan.

    3. Permasalahan di bidang pemuda dan olahraga lebih diperlihatkan

    pada masih minimnya sarana dan prasarana olahraga masyarakat

    khususnya di pedesaan.

    4. Permasalahan di bidang pemberdayaan perempuan lebih diperlihatkan

    pada masih terdapatnya tindak kekerasaan perempuan serta kasus

    trafficking.

  • 39

    5. Permasalahan di bidang kesejahteraan sosial meliputi : (1) tingkat

    kemiskinan masih tinggi yaitu di atas 30 persen dari jumlah penduduk;

    (2) kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang masalah

    kesejahteraan sosial (PMKS) terutama kelompok anak jalanan, anak

    terlantar, lanjut usia terlantar, gelandangan dan pengemis di

    perkotaan, ketuna susilaan serta penyalahgunaan narkoba; (3) Belum

    sinerginya pemerintah bersama masyarakat dan swasta dalam

    pembentukan dan keberfungsian modal sosial.

    4.1.2 Ekonomi

    1. Permasalahan perekonomi daerah secara makro meliputi : (1)

    masih rendahnya daya beli masyarakat; (2) Masih rendahnya

    kualitas pertumbuhan ekonomi makro yang diperlihatkan dari

    kontribusi sektor industri yang tinggi namun relatif rendah dalam

    menyerap angkatan kerja sehingga terjadi pelimpahan tenaga

    kerja ke sektor-sektor informal yang memiliki nilai tambah relatif

    rendah.

    2. Permasalahan di bidang pertanian, perikanan dan peternakan

    meliputi : (1) skala usaha sektor pertanian relatif rendah dan tidak

    bankable dengan kepemilikan lahan rata-rata 0,3 Ha; (2) Usaha-

    usaha pengolahan hasil pertanian dan perikanan belum

    berkembang dalam skala tertentu sehingga mampu meningkatkan

    nilai tambah dan menyerap tenaga kerja; (3)

    3. Permasalahan di bidang industri dan perdagangan meliputi : (1)

    Belum kuatnya posisi IKM dalam rantai nilai industri daerah

    sehingga mampu bermitra usaha dalam penyediaan input bagi

    industri skala besar yang ada; (2) Masih rendahnya inovasi IKM

    dalam mengembangkan mutu dan desain produk yang mampu

    bersaing; (3) belum berkembangnya industri kreatif sebagai

    alternatif pengembangan industri daerah; (4) masih rendahnya

    skala usaha dan peluang pasar produk IKM; Masih rendahnya

    akses IKM dalam pembiayaan.

  • 40

    4. Permasalahan di bidang koperasi dan UMKM : (1) Tingkat

    kesejahteraan anggota relatif kecil dilihat dari rata-rata SHU yang

    diterima oleh anggota, sedangkan dilain pihak, koperasi belum

    mampu memanfaatkan peluang pasar, kemampuan ekspansi

    terbatas, akses kepada perbankan atau sumber pendanaan

    (investasi luar) masih minim terlihat komposisi modal usaha; (2)

    belum berkembangnya jiwa kewirausahaan UMKM yang mandiri;

    (3) Kelembagaan UMKM tidak bankable sehingga sulit untuk

    mengakses pembiayaan di sektor perbankan.

    5. Permasalahan di bidang tenaga kerja, meliputi : (1) masih

    terdapatnya angka pengangguran; (2) masih rendahnya

    kompetensi sumberdaya tenaga kerja; (3) masih adanya

    perselisihan ketenagakerjaan; (4) kesempatan kerja di sektor

    formal belum secara masif mampu menyerap angkatan kerja; (5)

    masih minimnya advokasi, sosialisasi dan perlindungan bagi calon

    tenaga kerja ke luar negeri yang diperlihatkan dengan masih

    rendahnya daya beli masyarakat.

    4.1.3 Infrastruktur Wilayah

    1. Permasalahan bidang sarana dan prasarana jalan meliputi : (1) Masih

    rendahnya tingkat kemantapan konstruksi jalan; (2) Masih rendahnya

    kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur jalan di pedesaan;

    Secara umum panjang jaringan jalan di Kabupaten Karawang adalah

    2.737,36 km, meliputi Jalan Negara 46,34 Km (1,69 %), Jalan

    Propinsi 48,19 Km (1,76 %), Jalan Kabupaten 864,53 Km (31,58 %).

    Sedangkan jalan non-status meliputi jalan desa sepanjang 1.778,3

    Km (64,96 %). Jaringan jalan sekitar 50,68% kondisinya tidak mantap

    meliputi Jalan Negara 23,17 Km (47,83 %), Jalan Propinsi 24,10 Km

    (50,01 %), Jalan Kabupaten 430,87 Km (49,96 %). Sedangkan jalan

    non-status meliputi jalan desa sepanjang 909,15 Km (51,12 %).

    Faktor penyebab ketidakmantapan jalan di Kabupaten Karawang

    adalah:

    a. Kondisi daya dukung tanah (angka CBR) di Kabupaten Karawang

    yang kurang dari persyaratan teknis jalan, sebesar 1,6 5,98%

  • 41

    sementara secara teknis minimal daya dukung tanah minimal 6

    %.

    b. Kondisi drainase jalan belum memenuhi standar teknis dan

    sebagian ruas jalan belum memiliki saluran drainase.

    c. Jaringan jalan kabupaten pada awalnya sebagian besar

    merupakan jalan inspeksi pengairan yang tidak direncanakan

    sebagai jalan umum dengan lebar sesuai standar.

    d. Kondisi indisipliner dari para supir dengan muatan berlebih dari

    kendaraannya melebihi tonase jalan yang ditetapkan.

    2. Permasalahan bidang perumahan dan permukiman meliputi : (1)

    masih rendahnya cakupan pelayanan dasar permukiman antara lain

    air bersih, sanitasi lingkungan dan prasarana jalan lingkungan; (2)

    rata-rata kondisi kepemilikan tanah di permukiman yang tidak

    beraturan sehingga menyebabkan munculnya potensi lingkungan

    kumuh. (3) Masih tingginya angka backlog serta masih rendahnya

    akses masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan

    khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah; (4) masih

    rendahnya cakupan pelayanan air bersih terutama masyarakat

    berpenghasilan rendah; (5) masih terbatasnya cakupan pelayanan

    persampahan dimana pertumbuhan volume sampah dan lokasi

    pembuangan akhir seiring dengan semakin sempitnya ruang lahan

    pembuangan. pengolahan sampah di TPA belum menerapkan pola

    sanitary landfill, pengelolaan sampah secara 3R belum berkembang

    secara luas di masyarakat.

    3. Permasalahan bidang perhubungan, komunikasi dan infromatika (1)

    Masih rendahnya sarana dan prasarana lalu lintas; (2) Belum

    terwujudnya manajemen lalu lintas yang berbasis tata ruang yang

    secara terintegrasi menghubungkan antar moda transportasi; (3)

    Belum berkembangnya penerapan e-government dalam

    penyelenggaraan administrasi publik.

    4. Permasalahan bidang sumberdaya air dan irigasi meliputi : (1) masih

    rendahnya fungsi koordinasi antar level pemerintahan dalam

  • 42

    pengelolaan air irigasi; (2) kondisi jaringan irigasi yang belum

    memadai dalam mendukung pembangunan sektor pertanian dan

    perikanan; (3) masih minimnya keterlibatan masyarakat khususnya

    pengguna air irigasi dalam pemeliharaan.

    5. Permasalahan bidang infrastruktur listrik dan energi yaitu masih

    terdapatnya wilayah dan kelompok penduduk yang belum mendapat

    cakupan pelayanan jaringan listrik.

    4.1.4 Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah

    Permasalahan di bidang tata ruang dan pengembangan wilayah

    adalah belum sinerginya program-program pembangunan dalam konteks

    pengembangan wilayah berbasis tata ruang. Implementasi pengembangan

    wilayah baik berfungsi pusat kegiatan lokal (PKL) maupun pusat pelayanan

    lokal belum diterapkan secara nyata.

    4.1.5 SDA dan Lingkungan Hidup

    1. Kondisi pencemaran air dan udara memperlihatkan beberapa

    parameter yang menunjukkan terjadinya peningkatan titik ambang

    batas.

    2. Permasalahan Kawasan Pesisir dan Pantai, yaitu intrusi dan

    pencemaran air laut. Degradasi lingkungan di kawasan pesisir

    disebabkan oleh fenomena alam seperti abrasi dan akrasi pantai,

    konversi lahan mangrove menjadi tambak, dan tidak

    berkelanjutannya praktek pengelolaan lahan di daerah hulu DAS

    serta pendangkalan muara sungai karena sedimentasi.

    4.1.6 Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan

    1. Penyelenggaraan administrasi pemerintahan sudah berjalan

    dengan baik, namun belum secara penuh seluruh perangkat

    daerah menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

    2. Struktur organisasi perangkat daerah belum terbentuk secara

    mantap sehingga sering menimbulkan inefisiensi. Dalam konteks

    besaran organisasi secara kriteria tergolong memadai, namun

    proliferasi (pemekaran) struktur birokrasi terjadi pada struktur di

  • 43

    level unit-unit kerja tanpa memperhatikan beban kerja dan

    ketersediaan sumberdaya aparatur.

    3. Penyesuaian terhadap regulasi Pemerintah dalam kerangka

    penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah sering

    diterjemahkan dalam bentuk program kerja operasional, namun

    sering melupakan aspek kepranataan meliputi juklak, juknis dan

    Norma, Standar, Pedoman dan Ketentuan (NSPK) sebagai

    pedoman pelaksanaannya, sehingga keberlanjutan pelaksanaan

    program kebijakan menjadi tidak terarah dan bahkan berhenti di

    tengah jalan.

    4. Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berbasis sistem

    informasi sudah berjalan sesuai dengan kaidah-kaidah dan

    prosedur pengelolaan keuanga. Capaian akuntabilitas keuangan

    daerah saat ini pada level wajar dengan pengecualian yang

    disebabkan belum optimalnya pengelolaan neraca aset.

    5. Kondisi kuantitas aparatur secara umum cukup besar, namun

    secara kualitas dan untuk kebutuhan kualifikasi teknis tertentu

    masih relatif terbatas. Sistem manajemen kepegawaian saat ini

    belum mampu mendorong pendayagunaan aparatur baik kinerja

    maupun kesejahteraan sesuai prinsip profesionalisme birokrasi .

    6. Pelaksanaan fungsi koordinasi perencanaan, pelaksanaan,

    pengendalian dan evaluasi pembangunan belum secara optimal

    dilakukan secara terpadu yang didukung adanya ketersediaan

    data yang valid dan akurat.

    4.1.7 Pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa

    Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat belum mampu mencapai

    tujuan yang diharapkan. Secara kuantitas, sudah banyak jumlah program

    yang bertujuan pemberdayaan, namun seringkali justru kurang memberikan

    ruang bagi pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Pola pemberdayaan lebih

    difokuskan pada apa yang diberikan oleh pemerintah, namun tidak diarahkan

    untuk mendorong munculnya potensi-potensi swakarsa masyarakat menuju

    masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Penyelenggaraan pemerintahan dan

    pembangunan desa sudah berjalan, namun masih terkendala dengan aspek

  • 44

    kemampuan keuangan desa. Di lain pihak, kemampuan perangkat desa

    dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

    kemasyarakatan di desanya masih harus terus didorong baik aspek

    kemampuan SDM, aspek kinerja dan disiplin.

    4.2 Isu Strategis

    1. Masih rendahnya aksesabilitas dan cakupan pelayanan sosial

    masyarakat terutama pelayanan pendidikan, kesehatan dan

    penanggulangan masalah kesejahteraan sosial.

    2. Kualitas pertumbuhan ekonomi yang secara riil belum terdukung

    dengan kekuatan potensi ekonomi lokal, ketersediaan sumberdaya

    tenaga kerja yang kompeten, kelembagaan usaha ekonomi

    masyarakat yang tidak bankable, keterkaitan IKM dalam posisi

    rantai nilai industri dan kapasitas inovasi serta kewirausahaan

    para pelaku usaha KUKM.

    3. Masih rendahnya ketersediaan dan keterjangkauan infrastruktur

    wilayah.

    4. Belum efektif dan efisiennya penyelenggaraan pemerintahan

    daerah dalam rangka pelayanan publik, penumbuhkembangan

    modal sosial di masyarakat serta penerapan prinsip-prinsip tata

    kelola pemerintahan yang didukung dengan profesionalisme dan

    akuntabilitas birokrasi.

    5. Peningkatan kualitas lingkungan hidup dan penerapan prinsip-

    prinsip pembangunan berkelanjutan.