kelayakan proyek

36
PRAKTIKUM STUDI KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU (TPST) KECAMATAN NGAGLIK Oleh: Bunga Rara Valeriana (337782)

Upload: bunga-rara-valeriana

Post on 20-Dec-2015

89 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

PEMBANGUNAN TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU (TPST) KECAMATAN NGAGLIK

TRANSCRIPT

PRAKTIKUM STUDI KELAYAKAN PROYEK

PEMBANGUNAN TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH

TERPADU (TPST) KECAMATAN NGAGLIK

Oleh:

Bunga Rara Valeriana (337782)

PROGRAM DIPLOMA EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2014

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar BelakangSampah merupakan bahan buangan padat dari aktivitas manusia baik di

rumah, sekolahan, kantor, pertokoan, restoran, pasar, tempat umum dan

sebagainya. Besarnya timbulan sampah yang dihasilkan dalam suatu daerah

dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masyarakat. Semakin tinggi kemampuan

ekonomi akan membuat semakin tingggi tingkat komsutivitas yang berdampak

pada besarnya timbulan sampah yang dihasilkan

Pengelolaan sampah yang umumnya dilakukan saat ini adalah

menggunakan sistem open dumping (penimbunan secara terbuka) serta tidak

memenuhi standar yang memadai. Keterbatasan lahan Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) sampah di kota besar dan metropolitan juga berpotensi menimbulkan

persoalan baru. Daerah pinggiran kota masih dianggap sebagai tempat paling

mudah untuk membuang sampah. Sehingga daerah tersebut kehilangan peluang

untuk memberdayakan sampah, memanfaatkannya serta meningkatkan kualitas

lingkungannya. Apabila hal ini tidak tertangani dan dikelola dengan baik,

peningkatan sampah yang terjadi tiap tahun itu bisa memperpendek umur TPA dan

membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara. Di

samping itu, sampah berpotensi menurunkan kualitas sumber daya alam,

menyebabkan banjir dan konflik sosial, serta menimbulkan berbagai macam

penyakit.

Penanganan sampah tersebut harus segera ditanggulangi. Apabila

ditangani secara serius, maka sampah bukan lagi musuh tapi sahabat, karena bisa

didaur ulang, dan dapat menghasilkan peningkatan ekonomi. Pengelolaan sampah

berbasis 3R yang saat ini merupakan konsensus internasional yaitu reduce, reuse,

recycle atau 3M (Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur Ulang)

merupakan pendekatan sistem yang patut dijadikan sebagai solusi pemecahan

masalah persampahan.

Untuk merencanakan dan melakukan proyek yang kompleks secara

efektif,maka dapat dibantu dengan visualisasi (gambaran) dari proyek beserta

tujuannya.Setiap tujuan akan memiliki beberapa ciri-ciri tersendiri dan aktivitas

yang mampu diidentifikasi dan dapat dipisah- dipisahkan.Aktivitas-aktivitas ini

akan mendefinisikan pekerjaan apa yang harus untuk memulai dan menyelesaikan

proyek.

Dengan meningkatnya laju pembangunan, pertambahan penduduk, serta

aktivitas dan tingkat sosial ekonomi masyarakat telah memicu terjadinya

peningkatan jumlah timbulan sampah. Hal ini menjadi semakin berat dengan hanya

dijalankannya paradigma lama pengelolaan yang mengandalkan kegiatan

pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan, yang kesemuanya membutuhkan

anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu, yang bila tidak tersedia akan

menimbulkan banyak masalah operasional seperti sampah yang tidak terangkut,

fasilitas yang tidak memenuhi syarat, cara pengoperasian fasilitas yang tidak

mengikuti ketentuan teknis, dan semakin habisnya lahan pembuangan.

Kabupaten Sleman adalah salah satu Kabupaten di Daerah Istimewa

Yogyakarata (DIY) yang mengalami pertambahan jumlah penduduk yang pesat.

Hasil sensus jumlah penduduk pada tahun 2011 tercatat sebanyak 1.125.369 jiwa.

Penduduk laki-laki berjumlah 559.302 jiwa (49,70%), perempuan 566.067 jiwa

(50,30%) dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,73% dengan jumlah kepala

keluarga sebanyak 305.376 dengan laju pertumbuhan sebesar 2,39%3 .

Pertambahan jumlah penduduk yang diikuti semakin bertambahnya tingkat

produksi dan konsumsi serta aktivitas lainnya berakibat semakin bertambahnya

pula buangan (sampah) yang dihasilkan. Sampah tersebut diangkut dan dibuang di

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Piyungan yang berlokasi di wilayah

Kabupaten Bantul.

Jumlah volume sampah di Kabupaten Sleman yang dibuang ke Tempat

Penampungan Sampah Terpadu ( TPST ) di kawasan Piyungan Bantul terus

mengalami peningkatan. Berdasarkan data DPUP Kabupaten Sleman yang

terhimpun pada bagian bersangkutan menyebutkan, volume sampah di Kabupaten

Sleman yang dibuang ke TPST Piyungan tahun 2010 sebanyak 38.672.426 kg

sampah, atau dalam perharinya 413 meter kubik perhari dan tahun 2011 meningkat

menjadi 40.068.892 kg atau 428 meter kubik perhari4 . Adanya peningkatan

volume sampah di Kabupate Sleman yang dibuang ke TPST Piyungan Bantul,

selain kesadaran masyarakat untuk membuang sampah di tempat penampungan

sampah semakin tinggi, juga meningkatnya jumlah penduduk termasuk upaya

sosialisasi kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan dalam

bentuk pengelolaan sampah mandiri di wilayahnya masing-masing.

Kabupaten Sleman merupakan salah satu Kabupaten di DIY yang

memiliki aktivitas masyarakat yang tinggi, adanya permukiman padat, banyaknya

tempat-tempat yang menyajikan hiburan malam (Cafe dan Restoran) dan semakin

banyaknya para pendatang yang masuk di Kabupaten Sleman jelas akan menambah

permasalahan khusunya sampah itu sendiri. Minimnya penyediaan sarana dan

prasarana di permukiman padat penduduk umumnya dilatarbelakangi oleh kurang

terorganisirnya antara RT dan RW di daerah permukiman tersebut dengan

pemerintah Kabupaten setempat (Kabupaten Sleman), sehingga berdampak kepada

semakin turunnya kualitas lingkungan permukiman. Sebagai contoh, dengan tidak

tersedianya sarana pembuangan sampah maka masyarakat akan cenderung

mencemari permukiman dengan sampah sehingga timbulan sampah akan

teronggok di setiap sudut permukiman.

Pengelolaan sampah di TPSS Sleman masih berpegang pada paradigma

lama, yaitu mengumpulkan, mengangkut, dan membuang sampah. Sampah yang

telah diangkut ke TPAS Piyungan hanya diratakan dan ditindih dengan alat berat

lalu ditutup dengan tanah. Mobil pengangkut sampah yang melebihi kapasitasnya

menyebabkan sampah tercecer serta kerusakan jalan yang dilalui kendaraan

tersebut. Peningkatan volume sampah yang dibuang akan menimbulkan dampak

pada peningkatan kebutuhan lahan untuk mengelola sampah seperti untuk Tempat

Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah,

serta tanah penimbun sampah di TPA. Hal tersebut akan sulit dipenuhi karena

kebutuhan lahan untuk keperluan lainnya seperti permukiman dan aktivitas

ekonomi juga akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.

Bersamaan dengan peningkatan volume sampah akibat meningkatnya jumlah

penduduk, maka pertumbuhan penduduk juga berimplikasi terhadap kebutuhan

lahan untuk tempat tinggal. Jumlah ketersediaan lahan bersifat tetap namun

kebutuhan lahan semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan diabaikannya

persyaratan lingkungan permukiman.

Kecamatan Ngaglik merupakan salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Sleman yang akan membangun TPS (Tempat Pembuangan Sementara).

Kecamatan Ngaglik terbagi dalam 6 Desa, 87 Pedukuhan, 222 Rukun Warga

(RW), dan 657 Rukun Tetangga (RT), dengan luas wilayah kurang lebih 3.852 Ha.

Kecamatan Ngaglik memiliki penduduk tidak kurang dari 78.707 jiwa dengan

23.967 Kepala keluarga. Selain itu terdapat kurang lebih 10 ribu penduduk

musiman yang sebagian besar merupakan mahasiswa. Pertumbuhan penduduk

2,28% per tahun.

Secara topografi, wilayah kecamatan Ngaglik terletak di wilayah lereng

terbawah bagian selatan Gunung Merapi, dengan ketinggian 100-499 mdpl, dengan

struktur wilayah miring dengan dataran lebih rendah di bagian selatan. Kecamatan

Ngaglik memiliki sarana kesehatan 3 Rumah Sakit Klinik, 2 Puskesmas, 3

Puskesmas Pembantu, 10 Apotek, dan 2 Laboratorium Klinik. Sarana pendidikan

di Kecamatan Ngaglik meliputi 46 TK, 33 SD, 1 SLB Dasar, 9 SMP, dan 6 SMA,

dan 2 Perguruan Tinggi.

1.2. Permasalahan

1. Meluapnya air sungai ketika musim hujan, sehingga menyebabkan banjir

karena terdapat tumpukan sampah..

2. Pembakaran sampah disekitar pemukiman menyebabkan polusi dan

mengganggu pengguna jalan.

3. Kurangnya sarana dan prasana dalam pengelolaan sampah

1.3. Tujuan Kegiatan

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dengan meningkatnya kebersihan dilingkungan permukiman.

Tujuan Spesifik:

- Mengurangi jumlah sampah liar di permukiman

- Memilah sampah organic dan anorganik dari sumber sampah

- Mengurangi penumpukan sampah disumber sampah sehingga mencegah bau

tidak sedap dan pertumbuhan lalat.

- Melakukan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dengan mendaur

ulang sampah menjadi pupuk kompos

II ANALISA DAN PEMBAHASAN

2.1 ASPEK TEKNIS

Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu berlokasi di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Berada di Jl Damai Sariharjo Ngaglik Sleman. Luas bangunan TPST seluas 5231 m2.

Luas bangunan Plant TPST direncanakan seluas 2273 m2. Fasilitas yang ada

didalamnya direncanakan terdiri dari :

a. Ruang Penerimaan seluas 160 m2

b. Ruang Pemilahan Utama seluas 90 m2

c. Ruang Pemilahan Anorganik 200 m2

d. Ruang Residu seluas 400 m2

e. Ruang Penghantar seluas 80 m2

f. Ruang Pencacah Organik seluas 80 m2

g. Ruang Pengadukan seluas 15 m2

h. Ruang Pengomposan seluas 600 m2

i. Ruang Pengering Pengayakan seluas 300 m2

j. Ruang Pengemasan & Gudang Organik seluas 400 m2

k. Ruang Pengemasan & Gudang Anorganik seluas 100 m2

l. Gudang Alat seluas 24 m2

m. Ruang Cuci Armada seluas 72 m2

n. Bengkel seluas 48 m2

o. Ruang Kantor seluas 48 m2

p. Ruang Parkir Armada seluas 600 m2

q. Ruang Parkir Pengunjung seluas 40 m2

r. Pos Jaga seluas 15 m2

Peralatan penunjang yang diperlukan selama proses pengolahan sampah di TPST

Kecamatan Ngaglik antara lain :

a. Peralatan pemilahan, bongkar muat sampah, dan pengolahan seperti sapu, sekop

cangkul, garu, golok, ember, kran air, selang air, termometer, timbangan, dan lain-

lain.

b. Perlengkapan petugas pengolah seperti pakaian seragam, topi, masker, sarung tangan,

dan sepatu boot.

2.2 Tahap Kontruksi

1. Mobilisasi Tenaga dan Alat

a. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang akan

melaksanakan pekerjaan konstruksi TPST. Untuk tenaga profesional seperti

tenaga supervisi, ahli struktur dan mandor harus direkrut sesuai dengan

persyaratan kualifikasi, sedangkan untuk tenaga buruh atau tenaga keamanan

dapat direkrut dari tenaga setempat (jika ada). Rekrutmen tenaga setempat adalah

untuk menghindari terjadinya konflik atau kecemburuan sosial.

b. Alat

Mobilisasi peralatan konstruksi mungkin akan menimbulkan dampak

kebisingan dan debu, namun sifatnya hanya sementara. Untuk itu agar dapat

diusahakan mobilisasi atau demobilisasi alat berat dilakukan pada saat lalu lintas

dalam keadaan sepi serta tidak melalui permukiman yang padat.

c. Pembersihan lahan (land clearing)

Pembersihan lahan akan menimbulkan dampak pengurangan jumlah

tanaman dan debu sehingga perlu dilakukan penanaman pohon sebagai pengganti

atau membuat green barrier yang memadai.

2. Pembangunan fasilitas umum

a. Jalan Masuk TPST

Jalan masuk TPST akan digunakan oleh kendaraan pengangkut sampah

dengan kapasitas yang cukup besar, sehingga kelas jalan dan lebar jalan perlu

memperhatikan beban yang akan lewat serta antrian yang mungkin terjadi.

Pengaturan lalu lintas untuk  kendaraan yang akan masuk dan keluar TPST

sedemikian rupa sehingga dapat menghindari antrian yang panjang karena dapat

mengurangi efisiensi pengangkutan.

b. Kantor TPST

Kantor TPTS berfungsi sebagai kantor pengendali kegiatan pembuangan

akhir mulai dari penimbangan/ pencatatan sampah yang masuk (sumber,

volume/berat, komposisi dan lain-lain), pengendalian operasi, pengaturan

menajemen TPST dan lain-lain.  Luas dan konstruksi bangunan kantor TPST perlu

memperhatikan fungsi tersebut. Selain itu juga dapat dilengkapi dengan ruang

laboratorium sederhana untuk analisis kualitas lindi maupun efluen lindi yang

akan dibuang kebadan air penerima.

c. Drainase

Drainase keliling TPST diperlukan untuk menampung air hujan agar tidak

masuk ke area timbunan TPST, selain untuk mencegah tergenangnya area

timbunan sampah juga untuk mengurangi timbulan lindi.

d. Pagar TPST

Pagar TPST selain berfungsi sebagai batas TPST dan keamanan TPST 

juga dapat berfungsi sebagai green barrier. Untuk itu maka pagar TPST sebaiknya

dibuat dengan menggunakan tanaman hidup dengan jenis pohon yang rimbun dan

cepat tumbuh seperti pohon angsana.

3. Pembangunan fasilitas perlindungan lingkungan

a. Lapisan Dasar Kedap Air

Lapisan dasar kedap air berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran

lindi terhadap air tanah. Untuk itu maka konstruksi dasar TPST harus cukup

kedap, baik dengan menggunakan lapisan dasar geomembrane/geotextile maupun

lapisan tanah lempung dengan kepadatan dan permeabilitas yang memadai (< 10-6

cm/det). Lapisan tanah lempung sebaiknya terdiri dari 2 lapis masing-masing

setebal 30 cm. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya keretakan akibat

kerusakan lapisan pertama karena  terekspose cukup lama. Selain itu untuk

menghindari terjadinya keretakan lapisan dasar tanah lempung, maka sebelum

dilakukan peninmbunan sebaiknya lapisan dasar “terlindung” . Sebagai contoh

dapat dilakukan penanaman rumput atau upaya lain yang cukup memadai.

b. Jaringan Pengumpul Lindi

Pipa jaringan pengumpul lindi di dasar TPTS berfungsi  untuk

mengalirkan lindi yang terbentuk dari timbunan sampah  ke kolam penampung

lindi. Jaringan pengumpul lindi dapat berupa pipa PVC berlubang yang dilindungi

oleh gravel. Tipe jaringan disesuaikan dengan kebutuhan seperti luas TPST,

tingggi timbunan, debit lindi dan lain-lain. Sebagai contoh :

Penampang melintang jaringan pengumpul lindi adalah sebagai berikut :

c. Pengolahan Lindi

Instalasi atau kolam pengolahan lindi berfungsi untuk menurunkan kadar

pencemar lindi sampai sesuai dengan ketentuan standar efluen yang berlaku.

Mengingat karakteristik lindi didominasi oleh komponen organik dengan nilai

BOD rata-rata 2000 – 10.000 ppm (Qasim, 1994), maka pengolahan lindi yang

disarankan minimal dengan proses pengolahan biologi (secondary treatment).

Proses pengolahan lindi perlu memperhatikan  debit lindi, karakteristik lindi dan

badan air penerima tempat pembuangan efluen. Hal tersebut berkaitan dengan

pemilihan proses pengolahan, penentuan kapasitas dan dimensi kolam serta

perhitungan waktu detensi.

Mengingat proses biologi akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan

aktivitas mikroorganisme, maka pengkondisian dan pengendalian proses

memegang peranan penting. Sebagai contoh kegagalan proses yang terjadi selama

ini adalah karena tidak adanya upaya seeding dan aklimatisasi proses biologi,

sehingga efisiensi proses tidak dapat diprediksi bahkan cenderung sangat rendah.

Secara umum proses pengolahan lindi secara sederhana terdiri dari beberapa

tahap sebagai berikut :

Pengumpulan lindi, dilakukan di kolam pengumpul

Proses anaerobik, dilakukan di kolam anaerob (kedalaman > 2m). Proses ini

diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 60 %

Proses fakultatif yang merupakan proses peralihan dari anaerobik, dilakukan di

kolam fakultatif. Proses ini diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 70 %

Proses stabilisasi, dilakukan di kolam maturasi dengan efisiensi proses 80 %

d. Land treatment, dilakukan dengan membuat lahan yang berfungsi sebagai

saringan biologi yang terdiri dari ijuk, pasir, tanah dan tanaman yang dapat

menyerap bahan polutan.

e. Ventilasi Gas

Ventilasi gas berfungsi untuk mengalirkan gas dari timbunan sampah yang

terbentuk karena proses dekomposisi sampah oleh aktivitas mikroorganisme.

Tanpa adanya ventilasi yang memadai, akan dapat menyebabkan tingginya

akumulasi gas di timbunan sampah sehingga sangat mudah terbakar. Gas yang

mengalir dan keluar dari pipa ventilasi sebaiknya diolah sebagai biogas (di negara

maju, gas dari landfill dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik). Tetapi

apabila tidak dilakukan pengolahan gas TPST, maka gas yang keluar dari pipa

vent harus dibakar, hal tersebut untuk menghindari terjadinya dampak negatif

terhadap pencemaran udara berupa efek rumah kaca (green house effect).

Pemasangan pipa gas berupa pipa PVC berlubang (vertikal) yang dilindungi oleh

casing yang diisi kerikil,  harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan

ketinggian lapisan sel sampah. Letak pipa gas agar berada pada jalur jaringan pipa

lindi.

f. Green Barrier

Untuk mengantisipasi penyebaran  bau dan populasi lalat yang tinggi,

maka perlu dibuat green barrier berupa area pepohonan disekeliling TPA. Tebal

green barrier kurang lebih 10 m (canopi). Pohon yang cepat tumbuh dan rimbun

untuk memenuhi kebutuhan ini antara lain jenis pohon  angsana.

g. Sumur Uji

Sumur uji diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran terhadap

air tanah yang disebabkan oleh adanya rembesan lindi dari dasar TPA (dasar TPA

tidak kedap, adanya retakan lapisan tanah, adanya kebocoran geomembran ).

4. Pembangunan fasilitas pendukung

a. Sarana Air Bersih

Air bersih di TPTS diperlukan untuk pembersihan kendaraan pengangkut

sampah (truck), alat berat, keperluan mandi cuci bagi petugas maupun pengunjung

TPST. Selain itu apabila memungkinkan air bersih juga diperlukan untuk

menyiram debu disekitar area penimbunan secara berkala untuk mengurangi

polusi udara.

Beberapa proses pembangunan

5. Cara Pewadahan Sampah Rumah Tangga

Sampah rumah tangga hendaknya dimasukkan kedalam tempat sampah yang tertutup, apalagi untuk sampah dari sisa - sisa makanan karena akan cepat membusuk yang dapat menimbulkan bau dan mengundang lalat serta menjadi media perkembangan

a. Tempat sampah pada pola pengumpulan individualPewadahan pada pola pengumpulan individual (langsung/ idak langsung ),

kapasitas wadah minimal dapat menampung sampah untuk 3 hari (+ 40 - 60 liter ), hal ini berkaitan dengan waktu pembusukan dan perkembangan lalat, masih cukup ringan untuk diangkat oleh orang dewasa sendirian ( dirumah atau petugas kebersihan ) serta efisiensi pengumputan (pengumpulan dilakukan 2-3 hari sekali secara reguler ). Bila tempat sampah menggunakan kantong plastik bekas, ukuran dapat bervariasi, kecuali dibuat standar. Pada pemakaian bak sampah permanen dari pasangan bata atau lainnya (tidak

dilanjutkan), sampah diharuskan dimasukkan dalam kantong plastik sehingga memudahkan sarta mempercepat proses pengumpulan.

b. Tempat sampah pada pola pengumpulan komunalKapasitas disesuaikan dengan kemudahan untuk membawa sampah tersebut

(oleh penghasil sampah) ke tempat penampungan komunal (container besar, bak sampah, TPS). Kapasitas tersebut untuk menampung sampah maksimun 3 hari (cukup berat untuk membawanya sampai ke penampungan komunal yang jaraknya kira- kira 50 - 100 m dari rumah.

c. Cara Pewadahan Sampah Bagi Pejalan KakiDisepanjang daerah pertokoan atau taman dan tempat - tempat umum dapat

dilakukan dengan menempatkan bin-bin sampah plastik. Sampah dari pejalan kaki ini umumnya terdiri dari pembungkus makanan atau lainnya yang tidak cepat membusuk. Kapasitas tempat sampah ini berkisar 50 - 120 liter

6. Operasi Pengumpulan Sampah

Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap- tiap bangunan/sumber sampah (door to door) dan langsung diangkut untuk dibuang di Tempat Pengelolaan Sampah. Pola pengumpulan ini menggunakan kendaraan truck sampah biasa, dump truck atau compactor truck.

SumberSampah

Pengumpulan /pengangkutan

PembuanganAkhir

7. JALUR KRITIS

Pemerintah akan membangun Tempat Pengelolaan Sampah( TPS) tersebutakan di

bangun dan harus melalui delapan kegiatanyakni:

Menetapkan letak proyek, Bahan dan alat Membangun kantor TPST Menetapkan Drainase Membangun Pagar TPST Membangun Lapisan Dasar Kedap Air Menetapkan bangunan Lindi Sumur Uji

Kegiatan PenjelasanPendahulu langsung

A Menetapkan letak proyek, Bahan dan alat A

B Membangun kantor TPST E

C Menetapkan Drainase F

D Membangun Pagar TPST F

E Membangun Lapisan Dasar Kedap Air G

F Menetapkan Bangunan Lindi G

G Sumur Uji G

Figure 3-2 PROSEDUR WORK BREAKDOWN STRUCTURE (WBS)

LANGKAH LANGKAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN WBS

1. Prakonstruksi1.1 Pembebasan tanah1.2 Pengukuran cross section, sebagai dasar perhitungan volume

sampah2. Konstruksi

2.1 Pembersihan Lahan2.2 Persiapan alat berat dan tenaga

3. Memeriksa setiap kegiatan dengan karakteristik kegiatan dan ketidaksesuaian antar partisi.3.1 Pembangunan Jalur Masuk TPST3.2 Pembangunan drainase3.3 Pemasangan Pagar TPST

4. Pembangunan Fasilitas Perlindungan Lingkungan4.1 Pembuatan Lapisan dasar Kedap air4.2 Pembuatan Jaringan pengumpul Lindi

Kepala UPTD

Sub UnitPerencanaan Sub Unt Retribusi Dan Pemasaran

Tata Usaha

Sub Unit Operasional

Petugas Penyuluhan dan Sosialisasi Petugas Penarik Retribusi Petugas Penyapu, Pengumpulan, Pengolahan di TPST, Pengangkutan

Figure 3-1 WORK BREAKDOWN STRUCTURE

WBS WORKSHEET

Project NamePembuatan Saluran Irigasi Pada Embung

Project Manager

Activity No Activity Description Characteristic1 2 3 4

1.1 Pembebasan tanah Y Y Y Y

1.2 Pengukuran cross section, sebagai dasar perhitungan volume sampah

Y Y Y Y

2.1 Pembersihan Lahan Y Y N Y

2.2 Persiapan alat berat dan tenaga Y Y N N3.1 Pembangunan Jalur Masuk TPST Y Y Y Y3.2 Pembangunan drainase Y Y Y Y3.3 Pemasangan Pagar TPST Y Y Y Y4.1 Pembuatan Lapisan dasar Kedap air Y Y Y Y4.2 Pembuatan Jaringan pengumpul Lindi Y Y Y N

Prepared by Date Activity Characteristics Legend1. Status/completion meassuable.2. Clearly defined start/end events.3. Time/cost easily estimated.4. Assigments manageable, meansurable,

integrable, and independent.

Approved by Date

Sheet 1 of 1

3.1 ASPEK MANAJEMEN

a. Institusi dan Kelembagaan

Pengelolaan sampah di kecamatan dilaksanakan oleh Seksi Pembangunan

pada tingkat kecamatan, dibantu oleh Seksi Pembangunan pada tingkat kelurahan.

Seksi Pembangunan pada tingkat kelurahan dibantu oleh masing-masing

pengelola pada tingkat RW yang bertugas mengkoordinir petugas pengumpul

sampah.

Struktur organisasi bagian pengelolaan sampah Kecamatan Ngaglik

direncanakan sebagai berikut :

Gb.1 : Rencana Struktur Organisasi UPTD Kecamatan Ngaglik

b. PembiayaanSistem pengelolaan sampah terpadu berbasis 3R Kecamatan Ngaglik

dibiayai dari penerimaan retribusi serta hasil penjualan produk TPST (kompos dan bahan anorganik yang masih memiliki nilai ekonomis).

c. Peran Serta MasyarakatBentuk peran serta masyarakat Kecamatan Ngaliyan terhadap

pengelolaan sampah antara lain :- Membayar retribusi sampah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

- Membuang sampah pada wadah ada di masing-masing sumber sampah. d. Teknis Operasional

- Penyapuan Jalan Penyapuan jalan dilakukan pada pagi hari dimulai pukul 05.00 – 10.00 WIB.

- Pewadahan Sampah JalanPewadahan di sepanjang jalan protokol direncanakan menggunakan bin plat besi kapasitas 70 liter, dengan dua tiang penyangga. Pewadahan diletakkan di

sepanjang jalan terletak di sebelah kanan kiri dengan jarak tiap wadah 100 m.- Pengumpulan

Alat yang digunakan sebagai sarana pengumpulan adalah kendaraan roda tiga dengan bak terbuka kapasitas 2 m3 dengan pola pengumpulan individual langsung yaitu sampah dikumpulkan dengan kemdaraan roda tiga dibawa langsung ke TPST.

Gb.2 : Armada Pengumpulan

Tabel 1 Nama Kelurahan Kebutuhan Tenaga Pengumpulan Dan Kebutuhan Armada

Nama KelurahanPetugas Armada

(orang) (unit)

Donoharjo 2 2

Minomartani 3 3

Sardonoharjo 2 2

Sariharjo 2 2

Sinduharjo 2 2

Sukoharjo 2 2

Total 13 13

e. Pengolahan di TPST

Konsep pengolahan sampah terpadu yang direncanakan meliputi pemilahan

sampah yang masuk untuk memisahkan komposisi sampah berdasarkan jenisnya.

Dari proses pemilahan ini akan ditentukan jumlah sampah organik dan anorganik.

Dari sampah organik dipisahkan lagi jumlah sampah yang dapat dijadikan kompos

dan residu yang akan dibuang ke TPA. Sedangkan sampah anorganikyang masih

bernilai ekonomi atau yang masih laku dijual akan dikumpulkan dan dijual ke

bandar lapak.

1. Pemilahan

Pemilahan dilakukan secara manual dengan menggunakanbelt conveyor sebagai

alat bantu pemilahan.

2. Pengomposan

Metode komposting yang digunakan adalah windrow system, hal ini dikarenakan

operasional yang sederhana dan tidak mahal.

3. Daur ulang

Sampah anorganik yang masih laku jual dikumpulkan di gudang hingga mencapai

berat tertentu untuk kemudian dijual ke lapak/pengepul.

Peralatandiperlukan selama proses pengolahan sampah di TPST Kecamatan

Ngaglik antara lain :

- Peralatan pokok berupa mesin pemilah, pencacah, dan pengayak.

- Peralatan penunjang seperti sapu, sekop, cangkul, garu, golok, ember, kran air, selang

air, termometer, timbangan, dan lain-lain.

- Perlengkapan petugas pengolah seperti pakaian seragam, masker, sarung tangan, dan

sepatu boot.

- Pengangkutan

Pengangkutan residu sampah yang tidak dapat diolah lagi menggunakan armada truck

armroll menuju TPA Piyungan Bantul . Pola pengangkutan sampah dilakukan dengan

sistem :

a. Truk ArmRoll ditempatkan di lokasi TPST

b. Truk ArmRoll mengambil kontainer isi dan langsung menuju ke TPA

c. Truk dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kembali ke TPST.

Demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir.

Gambar 4 Pengelolaan Sampah Kecamatan Ngaglik Secara Terpadu

3.2 Aspek Peran Serta MasyarakatBentuk peran serta masyarakat Kecamatan Ngaglik terhadap pengelolaan sampah antara lain :

- Membayar retribusi sampah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

- Membuang sampah pada wadah ada di masing-masing sumber sampah. Sistem penarikan retribusi dilakukan bersamaan dengan pembayaran rekening listrik, telepon atau air minum agar penerimaan retribusi sampah dapat optimal.

4. ASPEK BIAYA4.1 BIAYA INVESTASI

Biaya Investasi

No Kegiatan Jumlah Satuan Harga Total

1 Sosialisasi masyarakat

Honor petugas sosialisasi 2 ok Rp 75.000 Rp 150.000

Konsumsi 110 bh Rp 5.000 Rp 550.000

panitia 8 ok Rp 15.000 Rp 120.000

peserta 100 kk Rp 15.000 Rp 1.500.000

Rp 2.320.000

2 Desain gambar

Alat tulis:      

Buku gambar A3 1 bh Rp 5.000 Rp 5.000

Pensil warna 1 bh Rp 7.500 Rp 7.500

Spidol 1 bh Rp 5.000 Rp 5.000

Pensil 2 bh Rp 3.000 Rp 6.000

Pembuat design 2 Rp

75.000 Rp 150.000 Rp 150.000

Rp 173.500

3 Pembelian Material

semen 50 Kg 5 bh Rp 61.000 Rp 305.000

pasir 2 m³ Rp 250.000 Rp 500.000

batu bata 500 bh Rp 500 Rp 250.000

besi 8mm 30 bh Rp 38.000 Rp 1.140.000

cat 5kg 2 bh Rp 95.000 Rp 190.000

Batu pecah / kerikil 15 kg Rp 190.000 Rp 2.850.000

Besi beton Ø ½ " x 12 m 86 m² Rp 23.500 Rp 2.021.000

Besi beton Ø 3/8 " x 12 m 25 m² Rp 35.500 Rp 887.500

Kloset duduk 2 bh Rp 850.000 Rp 1.700.000

Kloset jongkok 1 bh Rp 125.000 Rp 125.000

Paku 75 bh Rp 14.000 Rp 1.050.000

Paku atap 110 bh Rp 27.000 Rp 2.970.000

Kayu 6 x 15 x 400 51 bh Rp 65.000 Rp 3.315.000

Kayu 3 x 15 x 400 4 bh Rp 75.000 Rp 300.000

kayu 4m 5 bh Rp 40.000 Rp 200.000

Engsel 4" 15 bh Rp 15.000 Rp 225.000

Engsel 3" 1 bh Rp 9.000 Rp 9.000

Kunci pintu 15 bh Rp 30.000 Rp 450.000

Grendel 3" 2 bh Rp 38.500 Rp 77.000

Atap asbes gelombang 3' x 8' 14 m Rp 52.600 Rp 736.400

Rabung asbes 6 bh Rp 55.000 Rp 330.000

Seng plat 3' x 6' 4 m Rp 47.000 Rp 188.000

Timah soder 0,8 bh Rp 65.000 Rp 52.000

Papan 2 x 20 x 400 4 m Rp 65.000 Rp 260.000

Pipa pralon Ø 3" x 4 m 2 m Rp 19.455 Rp 38.910

Elbo pralon Ø 3" 4 bh Rp 100.000 Rp 400.000

        Rp 20.569.810

4 Pengerjaan Proyek

Upah tukang 30hr 5 ok Rp 75.000 Rp 11.250.000

Pembantu tukang 3 ok Rp 50.000 Rp 4.500.000

Rp 15.750.000

Total INVESTASI Rp 38.813.310

4.2 BIAYA OPERASIONAL

BIAYA OPERASIOANALNO KEGIATAN JML SATUAN TOTAL  

1

Upah petugas pengangkut sampah/bulan 23 ok Rp500.000 Rp11.500.000

2

Bensin untuk 1 mobil pengangkut sampah/bulan 23 liter Rp6.500 Rp149.500

Total Rp11.649.500      

4.3 BIAYA PEMELIHARAAN

Biaya pemeliharaan1 pengecatan ulang

cat 5kg 1 bh Rp 95.000 Rp 95.000

Total Rp 95.000 4.4 BIAYA PENGGATIAN

BIAYA PENGGANTIANNO KEGIATAN JUMLAH SATUAN TOTAL

  Penggantian alat kebersihan/tahun 6 50000 Rp 300.000

TOTAL Rp 300.000

4.5 ANALISI BIAYA

ALIRAN BIAYA

TAHUN KE

BIAYA INVESTASI

BIAYA OPERASIONAL

BIAYA PEMELIHARAAN

BIAYA PENGGANTIAN

TOTAL

0 Rp 38.813.310 - - - Rp 38.813.310

1 - Rp 11.649.500 - Rp 300.000 Rp 11.949.500

2 - Rp 11.649.500 - Rp 300.000 Rp 11.949.500

3 - Rp 11.649.500 - Rp 300.000 Rp 11.949.500

4 - Rp 11.649.500 - Rp 300.000 Rp 11.949.500

5 - Rp 11.649.500 Rp 95.000 Rp 300.000 Rp 12.044.500

6 - Rp 11.649.500 - Rp 300.000 Rp 11.949.500

7 - Rp 11.649.500 - Rp 300.000 Rp 11.949.500

8 - Rp 11.649.500 - Rp 300.000 Rp 11.949.500

9 - Rp 11.649.500 - Rp 300.000 Rp 11.949.500

10 - Rp 11.649.500 Rp 95.000 Rp 300.000 Rp 12.044.500

11 - Rp 11.649.500 - Rp 300.000 Rp 11.949.500

12 - Rp 11.649.500 - Rp 300.000 Rp 11.949.500

13 - Rp 11.649.500 - Rp 300.000 Rp 11.949.500

14 - Rp 11.649.500 - Rp 300.000 Rp 11.949.500

15 - Rp 11.649.500 Rp 95.000 Rp 300.000 Rp 12.044.500

TOTAL ALIRAN BIAYA Rp 218.340.810

5. ASPEK BENEFIT

Suatu rangkaian kegiatan yang menggunakan sejumlah sumber daya untuk

memperoleh suau manfaat (benefit). Kegiatan ini tentunya memerlukan biaya (cost),

yang diharapkan dapat memberikan suatu hasil (return) dalam jangka waktu tertentu.

Dengan demikian diperlukan suatu perencanaan dan pelaksanaan, yang disesuaikan

dengan tujuan yang ingin dicapai.

Benefit adalah keuntungan/manfaat yang diterima oleh masyarakat yang

dapat diwujudkan dalam bentuk uang.Keuntunganini meliputi : Manfaat lansung

(roaduserbenefit) yaitu memberi fasilitas masyarakat Kecamatan Ngaglik Sleman

Yogyakarta dalam membuang sampah, sehingga warga tidak akan membuang sampah

pada tempat sembarangan yang menyebabkan kerugian lingkungan. Sedangkan

manfaat tidak langsung ialah Kenyamanan, kesejahteraan, keindahan lingkungan, dan

kesehatan masyarakat Kecamatan Ngagalik Sleman Yogyakarta.

5.1 ALIRAN MANFAAT PROYEK

Aliran Manfaat ProyekTahu

n Period

ePembuatan Pupuk

Kompos

2012 1 68.900.0002013 2 79.900.0002014 3 71.900.0002015 4 63.900.0002016 5 75.900.0002017 6 67.900.0002018 7 58.900.0002019 8 55.600.0002020 9 58.900.0002021 10 68.900.0002022 11 78.900.0002023 12 58.900.0002024 13 63.900.0002025 14 58.900.0002026 15 68.900.000

6. KELAYAKAN PROYEK

Secara umum manfaat suatu studi kelayakan proyek adalah, manfaat

ekonomiproyek, yang berarti apakah proyek itu cukup menguntungkan apabila

dibanding denganresiko kegagalan dari proyek tersebut dipandang dari pihak investor,

manfaat bagi negaratempat proyek tersebut dilaksanakan, yang menunjukkan manfaat

proyek tersebut bagimakro suatu negara seperti penambahan devisa, dan manfaat

sosial proyek tersebut bagimasyarakat sekitar seperti pemanfaatan tenaga kerja dan

bergeraknya roda ekonomididaerah tersebut (Husnan, 2000).

6.1 NPV

Pada perhitungan NPV, suku bunga yang digunakan berdasarkan suku bunga

yang berlaku umum saat ini, yakni 10 %. Maka, perhitungan NPV adalah sebagai

berikut:

Menghitung (Present Value) per tahun:

PV (laba tahun ke-n) = Laba tahun ke-n …………(1)

( 1+r)n

6.2 Benefit Cost Ratio (B/C)

Usaha pengolahan sampah organik pasar ini dikatakan layak dan memberikan

manfaat jika nilaiB/C > 0.

B/C = Keuntungan / Total Biaya ………………...(3)

Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa kegiatan pengolahan sampah organik

pasar ini berdasarkan B/C layak untuk direalisasikan

a. Net Benefit/Cost rate

Net B/C adalah perbandingan antara net benefit yang telah didiskon positif

(+) dengan net benefit yang telah didiskon negatif.

b. Gross Benefit/Cost rate

Gross B/C adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah didiskon

dengan cost secara keseluruhan yang telah didiskon.

NetB /C=∑i=1

n

N Bi(+)

∑i=1

n

N B i(−)

Kriteria kelayakan berdasarkan Benefit/Cost rate

Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan

Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan

Gross B/C = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP

6.3 Cash Flow proyek

Cash Flow Proyek

1 2 3 4 5=(1 x 4) 6 = (2 x 4) 7 = (3 x 4)Tahu

n Total Cost Total Benefit Net Benefit DF (10%) P V T.Cost P V T.Benefit PV Net Benefit

0 103.210.000 - -103.210.000 1 103.210.000

-

(103.210.000)

1 24.450.000 68.900.000 44.450.000 0,9091 22.227.495 62.636.990 40.409.495

2 25.450.000 79.900.000 54.450.000 0,8264 21.031.880 66.029.360 44.997.480

3 26.450.000 71.900.000 45.450.000 0,7513 19.871.885 54.018.470 34.146.585

4 24.450.000 63.900.000 39.450.000 0,6830 16.699.350 43.643.700 26.944.350

5 25.400.000 75.900.000 50.500.000 0,6209 15.770.860 47.126.310 31.355.450

6 24.450.000 67.900.000 43.450.000 0,5645 13.802.025 38.329.550 24.527.525

7 27.500.000 58.900.000 31.400.000 0,5132 14.113.000 30.227.480 16.114.480

8 30.550.000 55.600.000 25.050.000 0,4665 14.251.575 25.937.400 11.685.825

9 26.600.000 58.900.000 32.300.000 0,4241 11.281.060 24.979.490 13.698.430

10 28.800.000 68.900.000 40.100.000 0,3855 11.102.400 26.560.950 15.458.550

11 26.500.000 78.900.000 52.400.000 0,3505 9.288.250 27.654.450 18.366.200

12 24.750.000 58.900.000 34.150.000 0,3186 7.885.350 18.765.540 10.880.190

13 25.450.000 63.900.000 38.450.000 0,2897 7.372.865 18.511.830 11.138.965

14 26.150.000 58.900.000 32.750.000 0,2633 6.885.295 15.508.370 8.623.075

15 26.850.000 68.900.000 42.050.000 0,2394 6.427.890 16.494.660 10.066.770

          301.221.180 516.424.550 215.203.370

318.413.370Gross Benefit/Cost Rate 10% 1,7144 (layak) Net Benefit/Cost Rate 10% 3,0851 (layak)

Net Present Value (NPV) Rate 10% 318.413.370

GrossB /C=∑i=1

n

B(1+r )−n

∑i=1

n

Ci(1+r )−n

7. IRR (Internal Rate Of Return)

IRR

Tahun Net Benefit DF (10%) PV Net Benefit DF (45%) PV Net Benefit

0 (103.210.000) 1 (103.210.000) 1 (103.210.000)

1 44.450.000 0,9091 40.409.495 0,6900 30.670.500 2 54.450.000 0,8264 44.997.480 0,4670 25.428.150 3 45.450.000 0,7513 34.146.585 0,3280 14.907.600 4 39.450.000 0,6830 26.944.350 0,2260 8.915.700 5 50.500.000 0,6209 31.355.450 0,1560 7.878.000 6 43.450.000 0,5645 24.527.525 0,1080 4.692.600 7 31.400.000 0,5132 16.114.480 0,0740 2.323.600 8 25.050.000 0,4665 11.685.825 0,0510 1.277.550 9 32.300.000 0,4241 13.698.430 0,0350 1.130.500 10 40.100.000 0,3855 15.458.550 0,0240 962.400 11 52.400.000 0,3505 18.366.200 0,0170 890.800 12 34.150.000 0,3186 10.880.190 0,0120 409.800 13 38.450.000 0,2897 11.138.965 0,0080 307.600 14 32.750.000 0,2633 8.623.075 0,0060 196.500 15 42.050.000 0,2394 10.066.770 0,0040 168.200

Total Present Value 215.203.370   (3.050.500)IRR 0,445    

215.203.370

0 10% 44% 45%i (Tingkat Bunga)

(3.050.500)

IRR:

Tingkat pengembalian dari modal proyek yang dianalisis.

Berupa tingkat bunga pada saat NPV=0 Satuannya %/tahun

 

   

  Tingkat bunga (i) pada saat itu disebut IRR