bab1_osilasi

Upload: elza-anisa-suwandi-ii

Post on 08-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Gelombang Optik

TRANSCRIPT

  • 1.1

    Bab 1

    Osilasi

    Penyusun: Andhy Setiawan

    Pendahuluan

    Pada Bab 1 ini Anda akan mempelajari mengenai Osilasi Satu Derajat Kebebasan dan Osilasi

    Dua Derajat Kebebasan. Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan memiliki kemampuan

    untuk:

    1. Menjelaskan ciri sistim osilasi dengan satu dan dua derajat kebebasan.

    2. Menjelaskan gaya pulih dan inersia sebagai sifat fisika penyebab osilasi

    3. Menurunkan persamaan osilasi dan frekuensi osilasi harmonis sederhana, osilasi teredam

    dan osilasi teredam dengan gaya pemacu.

    4. Menjelaskan macam-macam dan syarat terjadinya osilasi teredam.

    5. Menentukan fungsi-fungsi osilasi harmonis sederhana, osilasi teredam dan osilasi teredam

    dengan gaya pemacu.

    6. Menjelaskan peristiwa resonansi berdasarkan hubungan antara frekuensi alamiah,

    frekuensi sumber dan amplitude osilasi

    7. Menurunkan persamaan dan menentukan frekuensi osilasi mode rendah dan mode tinggi

    pada osilasi gandeng (dua derajat kebebasan).

    8. menentukan perbandingan amplitudo pada mode rendah dan mode tinggi dari sistem

    osilasi gandeng serta menjelaskan perbedaan gerak osilasi pusat massa dan gerak osilasi

    relatif pada sistem osilasi gandeng pegas.

    Kemampuan tersebut sangat penting bagi guru sekolah menengah. Dengan memperoleh

    kemampuan tersebut Anda akan semakin percaya diri dalam mengajar sehingga Anda dapat

    mempersiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran secara mantap, menarik dan

    menyenangkan.

    Sesuai dengan kemampuan yang diharapkan tercapai, uraian dalam bab ini tidak dapat

    terlepas dari analisis secara matematis. Dalam mempelajari bab ini, sebaiknya Anda terlebih

    dahulu telah mempersiapkan pengetahuan matematika tentang deret pangkat, fungsi periodik,

    persamaan differensial orde dua baik yang homogen maupun yang tidak homogen beserta

    penyelesainnya, dan cara matriks dalam penyelesaian dua persamaan.

  • 1.2 B A B 1 Osilasi

    Berdasarkan teori gangguan, gelombang dipandang sebagai gejala gangguan dari suatu

    sumber yang merambat ke ruang sekitarnya. Gangguan tersebut berupa sistem yang

    berosilasi. Dengan demikian pemahaman mengenai osilasi ini merupakan dasar unuk

    memahami gelombang.

    Untuk membantu Anda dalam menguasai hal tersebut di atas, dalam bab ini akan

    disajikan uraian materi beserta tes formatif yang terbagi dalam dua kegiatan belajar sebagai

    berikut:

    Kegiatan Belajar 1: Osilasi Satu Derajat Kebebasan

    a. Derajat Kebebasan Sistem Osilasi dan Sifat Intrinsik Penyebab Osilasi

    b. Osilasi Harmonik Sederhana

    c. Osilasi Teredam

    d. Osilasi Teredam dengan Gaya Pemacu

    Kegiatan Belajar 2: Osilasi Dua Derajat Kebebasan

    a. Osilasi Gandeng Pegas

    b. Osilasi Gandeng pada Rangkaian LC

    Agar Anda lebih berhasil dalam mempelajari materi tersebut, ikuti petunjuk sebagai

    berikut:

    1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan ini sampai Anda mengetahui betul

    kemampuan apa yang harus tercapai setelah mempelajari bab ini.

    2. Baca sepintas secara keseluruan dan carilah konsep-konsep yang bersifat prinsip. Pahami

    terlebih dahulu setiap kasus atau sistem yang ditinjau dalam pembahasan. Pelajari

    pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri atau bertukar pikiran dengan

    teman.

    3. Ulangi dan lakukan sendiri setiap langkah dalam penurunan persamaan dan analisis yang

    bersifat matematis. Pahami terlebih dahulu apa yang akan ditentukan melalui pembahasan

    secara matematis tersebut.

    4. Terapkan prinsip-prinsip yang telah Anda peroleh dalam situasi yang mungkin Anda

    temukan dalam kejadian sehari-hari.

    5. Mantapkan pemahaman dan kemampuan Anda melalui diskusi dalam kelompok atau

    dengan teman.

  • 1.3 B A B 1 Osilasi

    Kegiatan Belajar 1

    Osilasi Satu Derajat Kebebasan

    Secara umum osilasi merupakan perubahan besar dan/atau arah dari suatu besaran

    fisika secara periodik. Pada sistem mekanik dikenal gerak osilasi yang merupakan gerak

    bolak balik di sekitar titik kesetimbangan. Karena gerak merupakan perubahan posisi, maka

    gerak bolak-balik ini dapat dikatakan sebagai perubahan posisi secara berulang atau periodik.

    Dengan demikian besaran fisika yang berubah secara periodik pada gerak osilasi adalah

    besaran-besaran yang berhubungan dengan posisi, seperti sudut, perpindahan atau

    pertambahan panjang pegas, kecepatan, percepatan dan lain-lain. Pada rangkaian tertutup

    induktor L dan kapasitor C bermuatan (rangkaian LC) terjadi juga osilasi. Osilasi terjadi

    karena adanya proses pengosongan dan pengisian muatan pada kapasitor yang terjadi secara

    periodik. Dalam hal ini besaran fisika yang besarnya berubah secara periodik adalah besaran

    yang berhubungan dengan muatan antara lain muatan pada kapasitor, dan arus pada

    rangkaian tersebut.

    Pada kegiatan belajar ini dibahas mengenai sistem osilasi satu derajat kebebasan yang

    meliputi osilasi harmonic sederhana, osilasi teredam dan osilasi teredam dengan gaya

    pemacu. Pembahasan dilakukan dengan meninjau osilasi pada sistem bandul, sistem pegas

    dan rangkaian LC. Sebelum membahas osilasi satu derajat kebebasan tersebut, terlebih

    dahulu dibahas mengenai derajat kebebasan suatu sistem osilasi dan sifat instrinsik dari

    sistem yang dapat menyebabkan terjadinya osilasi khususnya pada osilasi harmonic

    sederhana.

    A. Derajat Kebebasan Sistem Osilasi dan Sifat Intrinsik Penyebab Osilasi

    Besaran fisika yang berubah secara periodik pada suatu sistem osilasi secara

    matematis dapat dinyatakan oleh suatu fungsi periodik antara lain fungsi sinus, cosinus dan

    fungsi kompleks. Jika besaran fisika yang berosilasi dinyatakan oleh , maka fungsi osilasi

    dapat ditulis sebagai:

    tt m sin , atau tt m cos , atau timet , (1.1)

    dengan t dibaca sebagai fungsi waktu, m = maksimum atau amplitudo, = frekuensi

    osilasi, t = waktu, dan = konstanta yang besarnya bergantung pada syarat awal (pada t = 0).

    Pada osilasi bandul dapat berupa sudut yang terbentuk antara tali dengan garis vertical,

  • 1.4 B A B 1 Osilasi

    pada osilasi pegas menyatakan perpindahan benda dari posisi kesetimbangannya. Pada

    rangkaian LC, menyatakan arus listrik di dalam induktor atau muatan di dalam kapasitor.

    Jika kita tinjau sistem osilasi bandul sederhana, suatu benda pada pegas, dan

    rangkaian LC yang terdiri dari masing-masing satu L dan C, maka besaran fisika yang

    berosilasi dapat dinyatakan secara lengkap cukup dengan satu fungsi seperti pada persamaan

    (1.1). Sistem osilasi yang demikian disebut sebagai sistem osilasi satu derajat kebebasan.

    Sebagai contoh, pada sistem osilasi bandul sederhana hanya ada satu osilasi sudut sehingga

    cukup dinyatakan dengan satu fungsi osilasi sudut, begitu pula pada sistem satu benda satu

    pegas cukup dinyatakan dengan satu fungsi osilasi perpindahan/simpangan pegas, dan pada

    rangkaian LC cukup dinyatakan dengan satu fungsi osilasi muatan atau fungsi osilasi arus.

    Dengan kata lain hanya ada satu besaran fisika yang berosilasi sehingga besaran tersebut

    secara lengkap dapat dinyatakan dengan satu fungsi.

    Lain halnya jika besaran fisika yang berosilasi perlu dinyatakan menggunakan dua

    fungsi osilasi misalnya 1 dan 2 untuk menyatakan keadaan osilasi secara lengkap, maka

    dikatan sistem osilasi dua derajat kebebasan. Begitu seterusnya, jika keadaan osilasi dapat

    dinyatakan secara lengkap oleh N buah fungsi osilasi dari besaran sejenis, maka dikatan

    osilasi N derajat kebebasan.

    Gerak osilasi seperti yang dinyatakan oleh fungsi dalam persamaan (1.1) disebabkan

    oleh sifat instrinsik yang saling berlawanan, yaitu gaya pulih dan inersia. Gaya pulih

    cenderung mengembalikan benda kepada posisi kesetimbangannya. Dengan kata lain

    cenderung mengembalikan simpangan benda menjadi nol. Inersia merupakan

    kecenderungan suatu benda untuk mempertahankan keadaan geraknya.

    Misalkan pada sistem bandul atau pegas, ketika diberi simpangan awal tanpa

    kecepatan (ddt awal = 0), maka gaya pulih menyebabkan terjadinya perubahan menuju

    nol dan perubahan kecepatan dengan arah berlawanan dengan arah . Kecepatan benda

    sesaat setelah dilepaskan juga berlawanan dengan arah . Jadi sejak benda dilepaskan dari

    simpangan awalnya, kecepatan benda setiap saat searah dengan gaya pulihnya sampai benda

    mencapai titik kesetimbangan.

    Ketika sampai pada titik kesetimbangan maka = 0, sehingga gaya pulih sama

    dengan nol, dan kecepatannya maksimum. Sifat inersia menyebabkan benda tetap

    melanjutkan geraknya sehingga menyimpang dalam arah yang berlawanan dengan arah

    simpangan awalnya. Karena setelah melewati titik kesetimbangan ini simpangan benda

    berlawanan arah dengan simpangan awalnya, maka gaya pulihnya sekarang berbalik arah

  • 1.5 B A B 1 Osilasi

    atau berlawanan arah dengan arah kecepatan sesaatnya. Seiring dengan bertambahnya

    simpangan, besarnya gaya pulih semakin besar melawan sifat inersia yaitu kecepatan yang

    arahnya berlawanan sehingga besarnya kecepatan sesaat akan terus berkurang. Karena terus

    berkurang maka suatu saat kecepatan benda akan sama dengan nol yang akan tercapai saat

    besarnya gaya pulih maksimum, yaitu pada saat simpangannya maksimum. Sesaat setelah

    kondisi ini tercapai, gaya pulih yang maksimum ini akan menyebabkan benda berbalik arah

    sehingga kecepatannya menjadi searah dengan gaya pulih tersebut. Selanjutnya terjadi proses

    seperti proses setelah diberi simpangan awal tetapi dengan arah yang berlawanan sehingga

    benda akan kembali pada titik saat diberi simpangan awal tadi. Siklus ini berjalan terus

    menerus. Gaya pulih cenderung mengembalikan menjadi nol, menghasilkan kecepatan.

    Inersia mempertahankan kecepatan ddt dan menyebabkan kelebihan (overshoot) atau

    perubahan arah sehingga sistim berosilasi.

    B. Osilasi Harmonik Sederhana

    B.1 Bandul Sederhana

    Gambar 1.1 Osilasi pada bandul sederhana

    Tinjau sistem bandul sederhana dengan panjang tali L dan massa m. Mula-mula

    bandul diberi sedikit simpangan kemudian dilepaskan sehingga bandul berayun. Keadaan

    umum gerak bandul seperti terlihat pada Gambar 1.1.

    Proyeksi gaya berat terhadap arah yang tegak lurus dengan tali merupakan gaya yang

    cenderung mengembalikan benda pada posisi kesetimbangannya sehingga dapat disebut

    sebagai gaya pulih pada sistem tersebut. Jadi gaya pulih dapat ditulis sebagai

  • 1.6 B A B 1 Osilasi

    sinmgf p , (1.2)

    dengan g = percepatan gravitasi bumi. Tanda minus menunjukkan bahwa gaya pulih selalu

    berlawanan arah dengan .

    Berdasarkan Gambar 1.1 besarnya perpindahan s benda dapat dinyatakan sebagai

    Ls , sehingga kecepatannya dt

    dLv

    , dan percepatannya

    2

    2

    dt

    dLa

    . (1.3)

    Persamaan gerak benda dapat diperoleh melalui penerapan Hukum II Newton, yaitu

    maF sehingga dengan substitusi persamaan (1.2) dan (1.3) diperoleh

    2

    2

    sindt

    dmLmg

    ,

    atau dapat ditulis sebagai

    0sin2

    2

    L

    g

    dt

    d. (1.4)

    Untuk simpangan yang kecil, nilai sin (dapat diperoleh dengan cara menguraikan

    sinL

    g dalam bentuk deret pangkat dan memasukkan nilai yang kecil). Dengan demikian

    maka persamaan (1.4) menjadi

    022

    2

    dt

    d (1.5)

    dengan L

    g2 .

    Persamaan (1.5) merupakan persamaan differensial orde dua yang homogen, atau

    disebut sebagai persamaan osilasi harmonik sederhana. Persamaan (1.1) dapat menjadi solusi

    dari persamaan (1.5) ini, sehingga fungsi pada persamaan (1.1) dapat dikatakan sebagai

    fungsi osilasi harmonik sederhana. Berdasarkan fungsi osilasi pada persamaan (1.1) tersebut

    dapat diketahui bahwa satuan untuk adalah rad/s yang merupakan satuan frekuensi sudut,

    sehingga ini disebut sebagai frekuensi sudut. Jadi frekuensi sudut osilasi harmonic

    sederhana pada bandul adalah L

    g .

  • 1.7 B A B 1 Osilasi

    B.2 Pegas

    Ditinjau sistem yang terdiri atas suatu benda bermassa m dan satu pegas dengan

    konstanta pegas k. Gesekan antara lantai dengan pegas diabaikan. Keadaan setimbang sistem

    tersebut terlihat pada Gambar 1.2a. Benda bermassa m itu ditarik sehingga menyimpang atau

    diberi sedikit simpangan awal dan kemudian dilepaskan sehingga benda bergerak. Posisi

    benda secara umum dinyatakan sebagai dan keadaan umum ini diilustrasikan pada Gambar

    1.2b.

    Saat benda menyimpang sebesar , maka benda tersebut mendapatkan gaya pulih

    yang tiada lain adalah gaya oleh pegas sebesar

    kf p . (1.6)

    Tanda negatif pada ruas kanan persamaan (1.6) menunjukkan bahwa gaya pulih pf selalu

    berlawanan arah dengan simpangan .

    Posisi benda terhadap titik kesetimbangan pada sembarang waktu dinyatakan oleh

    seperti tampak pada Gambar 1.2. Dengan demikian percepatan yang dialami benda dapat

    dinyatakan sebagai

    2

    2

    dt

    da

    . (1.7)

    Seperti halnya pada bandul, persamaan gerak benda tersebut dapat diturunkan berdasarkan

    Hukum II Newton. Dengan substitusi persamaan (1.6) dan (1.7) pada persamaan Hukum II

    Newton maka diperoleh

    2

    2

    dt

    dmk

    atau 0

    2

    2

    m

    k

    dt

    d

    sehingga dapat diditulis ulang menjadi

    022

    2

    dt

    d, (1.8)

    Gambar 1.2 Osilasi pada pegas (a) keadaan setimbang dan (b) kedaan umum

    (a)

    (b)

    k m

  • 1.8 B A B 1 Osilasi

    dengan m

    k2 .

    Persamaan (1.8) sama dengan persamaan (1.5) yang merupakan persamaan

    differensial orde dua yang homogen, atau disebut sebagai persamaan osilasi harmonik

    sederhana. Walaupun kedua persamaan ini sama, tetapi besaran yang terlibat di dalamnya

    berbeda sesuai dengan tinjauannya masing-masing. Solusi persamaan (1.8) merupakan fungsi

    yang sama dengan solusi persamaan (1.5) yaitu berupa fungsi osilasi harmonik sederhana

    yang dapat dinyatakan oleh persamaan (1.1). Berdasarkan fungsi osilasi pada persamaan (1.1)

    tersebut maka untuk kasus sistem osilasi harmonik sederhana pada pegas seperti ini frekuensi

    sudut dapat dinyatakan sebagai m

    k .

    Untuk lebih memahami penurunan persamaan osilasi harmonic sederhana beserta

    penentuan frekuensi osilasinya dapat ditinjau sistem satu benda yang terikat pada dua pegas

    dengan gesekan diabaikan seperti pada Gambar 1.3. Masing-masing pegas memiliki

    konstanta k1 dan k2. Bagaimanakah persamaan osilasinya?, dan bagaimanakah frekuensinya?

    Seperti nampak pada Gambar 1.3, ketika benda menyimpang dari titik

    kesetimbangannya, setiap pegas memberikan gaya pulih yang besarnya bergantung pada

    konstanta masing-masing pegas dan besarnya simpangan . Gaya pulih oleh masing-masing

    pegas adalah 11 kf p dan 22 kf p .

    Gaya pulih total pada benda merupakan jumlah dari kedua gaya pulih tersebut yaitu

    21 ppp fff atau dapat ditulis 21 kkf p . Jika kedua pegas tersebut identik maka

    kkk 21 sehingga gaya pulih totalnya menjadi kf p 2 . Substitusi persamaan gaya

    pulih ini pada persamaan gerak Hukum II Newton maka diperoleh

    Gambar 1.3 Osilasi satu benda pada dua pegas (a) keadaan setimbang,

    dan (b) kedaan umum

    k1 m k2

    (a)

    (b)

  • 1.9 B A B 1 Osilasi

    2

    2

    2dt

    dmk

    atau 0

    22

    2

    m

    k

    dt

    d

    sehingga dapat diditulis ulang menjadi persamaan yang sama dengan persamaan (1.8) tetapi

    dengan m

    k22 . Jadi untuk kasus dua pegas seperti ini frekuensi sudut osilasi akan menjadi

    lebih besar dibandingkan frekuensi sudut osilasi satu pegas. Untuk kasus dua pegas dengan

    konstanta pegas yang sama yaitu menjadi sebesar m

    k

    m

    k2

    2 . Dengan demikian

    dapat disimpulkan bahwa fungsi osilasi untuk sitem satu benda yang terikat pada dua pegas

    sama seperti pada sistem satu benda yang terikat pada satu pegas, yang berbeda adalah

    frekuensinya menjadi lebih besar yaitu sebesar akar dua kalinya.

    B.3 Rangkaian LC

    Berikut ini akan dibahas osilasi harmonik sederhana pada rangkaian sederhana LC

    (induktor dengan nilai induktansi sebesar L yang hambatan murninya diabaikan, dan

    kapasitor dengan nilai kapasitansi sebesar C). Besaran yang nilainya berosilasi pada kasus ini

    dapat berupa muatan Q pada kapasitor atau arus I yang melalui induktor. Rangkaian LC

    sederhana yang ditinjau dapat dilihat pada Gambar 1.4. Mula-mula kapasitor dimuati

    sedemikian rupa sehingga muatan pada kapasitor menjadi sebesar Q0. Kapasitor yang telah

    dimuati ini kemudian dihubungkan dengan induktor dengan cara mengatur saklar S pada

    kondisi on, sehingga rangkaian menjadi tertutup.

    Setelah rangkaian tertutup maka mulai terjadi pengosongan muatan pada kapasitor,

    dan arus mulai mengalir pada inductor. Beda potensial antara ujng-ujung induktor VL dan

    antara ujung-ujung kapasitor VC masing-masing adalah

    dt

    dILVL dan

    C

    QVC . (1.9)

    Gambar 1.4 Rangkaian sederhan LC

  • 1.10 B A B 1 Osilasi

    Dengan menggunakan kaidah simpal Kirchoff yang dalam tinjauan kasus ini dapat

    dinyatakan sebagai

    0 CL VV . (1.10)

    Dengan substitusi persamaan (1.9) pada persamaan (1.10) diperoleh persamaan

    0C

    Q

    dt

    dIL atau ditulis 0

    1 Q

    LCdt

    dI. (1.11)

    Persamaan (1.11) mengandung variable I dan Q. Untuk memperoleh persamaan osilasi

    muatan atau osilasi arus maka persamaan tersebut perlu dimodifikasi terlebih dahulu agar

    variabelnya homogen. Hubungan arus dan muatan dinyatakan oleh I = dQ/dt. Jika ini

    disubstitusikan pada persamaan (1.11) maka diperoleh persamaan osilasi muatan yakni

    022

    2

    Qdt

    Qd . (1.12)

    dengan LC

    12 .

    Persamaan (1.12) merupakan persamaan osilasi muatan pada kapasitor dan memiliki

    bentuk yang sama dengan persamaan (1.5) dan (1.8). Fungsi osilasi harmonik sederhana dari

    muatan ini dapat menambil bentuk seperti pada persamaan (1.1) dengan frekuensi osilasi

    LC

    1 .

    Misalnya diambil bentuk solusi persamaan (1.12) adalah tQQ cos0 . Pada

    saat t = 0 (saklar ditutup) muatan pada pada kapasitor sebesar Q0. Berdasarkan syarat awal ini

    dapat ditentukan besarnya = 0 sehingga fungsi osilasi muatannya adalah

    tQQ cos0 . (1.13)

    Fungsi osilasi arus yang melalui induktor dapat diperoleh dengan cara substitusi

    persamaan (1.13) pada pernyataan hubungan arus dan muatan. Dengan cara demikian

    diperoleh tQI sin0 atau ditulis

    2

    cos tII m . (1.14)

    dangan Im = Q0. Jelas di sini bahwa arus dan muatan berbeda fase sebesar /2. Hal ini sesuai

    dengan kenyataan bahwa pada t = 0, muatan pada kapasitor bernilai maksimum sebesar Q0

    sedangkan arusnya masih nol. Begitu pula sebaliknya saat Q = 0 maka arus yang mengalir

    pada inductor menjadi maksimum.

  • 1.11 B A B 1 Osilasi

    Selain diturunkan dari fungsi osilasi muatan, fungsi osilasi arus dapat juga diperoleh

    dengan terlebih dahulu menentukan persamaan osilasinya. Persamaan osilasi arus dapat

    diperoleh dengan cara mendeferensialkan persamaan (1.12) terhadap waktu dan

    mensubstitusikan hubungan arus dan muatan. Dengan cara seperti ini maka diperoleh

    persamaan osilasi arus adalah

    022

    2

    Idt

    Id . (1.15)

    dengan LC

    12 . Solusi persamaan (1.15) ini merupakan fungsi osilasi arus. Dengan

    memasukkan syarat awal maka dapat ditentukan fungsi osilasi arus dan juga fungsi osilasi

    muatan (dengan mengintegralkan arus terhadap waktu). Selanjutnya dapat juga dibuktikan

    bahwa arus dan muatan berbeda fase sebesar /2 sesuai dengan yang diperoleh sebelumnya.

    C. Osilasi Teredam (Damped Oscillation)

    Pada pembahasan osilasi harmonik sederhana di atas telah diperoleh frekuensi osilasi

    untuk masing-masing kasus yang ditinjau. Frekuensi osilasi harmonik sederhana ini hanya

    bergantung pada besaran intrinsik sistem yang merupakan karakteristik dari sistem yang

    ditinjau tersebut. Oleh karena itu frekuensi osilasi harmonik sederhana dapat disebut juga

    sebagai frekuensi karakteristik atau frekuensi alamiah yang dalam pembahasan berikutnya

    dinotasikan sebagai 0 . Jadi frekuensi karakteristik untuk sistem pegas dan untuk rangkaian

    LC adalah berturut-turut m

    k0 dan

    LC

    10 .

    Osilasi harmonik sederhana akan berubah menjadi osilasi teredam jika komponen

    yang mewakili redaman diperhitungkan. Pada sistem mekanik, osilasi teredam terjadi jika

    gaya gesekan tidak diabaikan. Jadi gaya total yang bekerja pada benda adalah jumlah dari

    gaya pulih dan gaya gesek. Begitu pula pada rangkaian LC, osilasi teredam dapat terjadi jika

    hambatan murni induktor diperhitungkan atau sengaja menambahkan resistor pada rangkaian

    sehingga sekarang bukan lagi rangkaian LC tetapi rangkaian RLC. Dengan demikian maka

    beda potensial antara ujung resistor ditambahkan dalam persamaan (1.10).

    Untuk osilasi teredam pada kasus pegas, dapat ditinjau sistem osilasi seperti pada

    Gambar 1.2 tetapi dengan gaya gesek antara benda dan lantai tidak diabaikan. Gaya gesek

    atau gaya desipasi sebanding dengan kecepatan tetapi arahnya berlawanan sehingga dapat

    dinyatakan sebagai

  • 1.12 B A B 1 Osilasi

    dt

    dbf g

    , (1.16)

    dengan b disebut sebagai konstanta gaya gesek.

    Gaya total yang bekerja pada benda merupakan jumlah dari gaya pulih dan gaya

    gesek. Oleh karena itu, Hukum II Newton pada kasus ini dapat dituliskan sebagai

    maff gp . Dengan mensubstitusikan persamaan (1.6), (1.7), dan persamaan (1.16) pada

    ungkapan Hukum II Newton tersebut maka diperoleh

    2

    2

    dt

    dm

    dt

    dbk

    yang dapat disusun ulang menjadi

    02

    2

    m

    k

    dt

    d

    m

    b

    dt

    d. (1.17)

    Persamaan (1.17) dapat ditulis dalam ungkapan yang lebih umum, yaitu

    02 202

    2

    dt

    d

    dt

    d (1.18)

    dengan = b/2m dikenal sebagai faktor redaman, dan mk /20 disebut sebagai kuadrat dari

    frekuensi karakteristik seperti yang telah dijelaskan di atas. Persamaan (1.18) ini termasuk

    pada persamaan orde dua yang homogen, dan dapat dikatakan sebagai persamaan umum

    osilasi teredam.

    Osilasi teredam untuk muatan dan arus dapat dibahas dengan meninjau rangkaian

    RLC tanpa sumber. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa kehadiran R dapat berasal dari

    hambatan murni induktor yang tidak diabaikan dan atau dari resistor yang ditambahkan pada

    rangkaian. Secara sederhana rangkaian tersebut dapat diilustrasikan pada Gambar 1.5.

    Mula-mula kapasitor dimuati sampai muatannya mencapai Q0, kemudian

    dihubungkan pada rangkaian seperti pada Gambar 1.5. Ketika saklar diatur pada kondisi on,

    Gambar 1.5.Rangkaian sederhana RLC

  • 1.13 B A B 1 Osilasi

    maka pada rangkaian tertutup berlaku kaidah simpal yang dalam kasus ini berupa jumlah

    beda potensial pada ujung-ujung resistor, induktor dan kapasitor adalah sama dengan nol.

    Secara matematis dapat dituliskan sebagai VL + VR + VC = 0. Dengan menggunakan VL dan VC

    dari persamaan (1.9) dan VR = IR, maka diperoleh persamaan

    0C

    QIR

    dt

    dIL atau ditulis 0

    1 Q

    LCI

    L

    R

    dt

    dI. (1.19)

    Persamaan (1.19) dapat diungkapkan sebagai persamaan yang hanya mengandung

    variable Q saja atau hanya mengandung variabel I saja dengan menggunakan hubungan I =

    dQ/dt. Substitusi persamaan ini pada persamaan (1.19) akan diperoleh ungkapan dalam

    bentuk Q. Sedangkan persamaan dalam ungkapan arus dapat diperoleh dengan cara

    mendeferensialkan persamaan (1.19) kemudian menggunakan hubungan I dengan Q tersebut.

    Persamaan osilasi teredam dalam ungkapan Q dan I yang diperoleh dangan cara tersebut

    dapat dituliskan masing-masing sebagai berikut

    01

    2

    2

    QLCdt

    dQ

    L

    R

    dt

    Qd, (1.20)

    dan

    01

    2

    2

    ILCdt

    dI

    L

    R

    dt

    Id. (1.21)

    Kedua persamaan tersebut memiliki bentuk yang sama. Keduanya dapat diungkapkan dalam

    bentuk yang lebih umum seperti pada persamaan (1.18), yaitu masing-masing

    02 202

    2

    Qdt

    dQ

    dt

    Qd , (1.22)

    dan

    02 202

    2

    Idt

    dI

    dt

    Id , (1.23)

    dengan faktor redaman = R/2L, dan kuadrat frekuensi karakteristik LC/120 .

    Dengan mendefinisikan operator differensial D = d/dt maka ungkapan persamaan

    (1.18) dapat disederhanakan dalam bentuk

    02 202 DD , (1.24)

    yang berlaku juga untuk persamaan (1.22) dan (1.23) dengan mengubah menjadi Q dan I.

    Berdasarkan persamaan (1.24) maka diperoleh persamaan kuadrat dalam D, yaitu

    02 202 DD . Akar-akar persamaan kuadrat ini dapat ditentukan menggunakan rumus

    akar kuadrat sehingga diperoleh

  • 1.14 B A B 1 Osilasi

    2

    0

    2

    21

    2,1 44 D 2

    0

    2

    2,1 D . (1.25)

    Pada persamaan (1.25) tampak bahwa D bergantung pada besarnya faktor redaman dan

    frekuensi karakteristik. Berdasrkan hal ini maka osilasi teredam terbagi menjadi tiga yaitu

    1. Osilasi teredam kurang (under damped oscillation), terjadi jika besarnya faktor

    redaman kurang dari besarnya frekuensi karakteristik ( < 0). Konsekuensinya

    persamaan (1.25) menjadi iD 2,1 , dengan 2

    0

    2 . Solusi persamaan

    osilasi teredam untuk kasus osilasi teredam kurang menjadi titi BeAe

    atau ditulis titit BeAee . Bentuk dalam kurung persamaan tersebut

    merupakan fungsi osilasi harmonic sederhana yang dapat ditulis dalam fungsi

    sinusoidal. Dengan demikian maka fungsi osilasi teredam kurang secara umum dapat

    ditulis sebagai

    te mt cos . (1.26)

    Untuk kasus pegas dengan simpangan maksimum pada saat t = 0, maka = 0.

    2. Osilasi teredam kritis (critically damped oscilltion), terjadi apabila besarnya faktor

    redaman sama dengan besarnya frekuensi karakteristik ( = 0). Dengan demikian

    maka diperoleh dua harga D yang sama yaitu .D Solusi persamaan differensial

    dengan akar karakteristik yang sama seperti ini adalah

    teBtA . (1.27)

    Catatan: Penyelesaian persamaan differensial biasa 0yDf yang mempunya n

    akar karakteristik yang sama, misalnya sama dengan , adalah

    tnn etctctccy 12321 .

    3. Osilasi teredam lebih (over damped oscillation), terjadi apabila harga factor redaman

    lebih besar dari frekuensi karakteristiknya ( > 0). Hal ini menyebabkan D berupa

    bilangan riil dengan dua harga yang berbeda, yaitu D . Solusi persamaannya

    dapat dituliskan dalam bentuk fungsi sebagai berikut

    ttt BeAee

    (1.28)

    D. Osilasi Teredam dengan Gaya Pemacu (force damped oscillation)

    Kasus osilasi teredam denhan gaya pemacu terjadi jika ada gaya luar yang periodik

    diberikan pada sistem osilasi teredam. Untuk kasus osilasi pada pegas, andaikan gaya luar

  • 1.15 B A B 1 Osilasi

    yang bekerja adalah F = F0 cos (t + ), maka gaya total yang bekerja pada benda adalah

    Fff gp dan persamaan gerak benda diperoleh melalui Hukum II Newton adalah

    2

    2

    0 cosdt

    dmtF

    dt

    dbk

    yang dapat disusun ulang menjadi

    tm

    F

    m

    k

    dt

    d

    m

    b

    dt

    dcos0

    2

    2

    . (1.29)

    Persamaan (1.29) dapat ditulis dalam ungkapan yang lebih umum, yaitu

    tm

    F

    dt

    d

    dt

    dcos2 0202

    2

    , (1.30)

    dengan = b/2m yang merupakan faktor redaman, dan mk /20 merupakan kuadrat dari

    frekuensi karakteristik. Persamaan osilasi teredam dengan gaya pemacu tersebut merupakan

    persamaan diferensial orde dua yang tidak homogen.

    Dalam rangkaian RLC analogi untuk gaya luar yang periodik ini adalah sumber

    tegangan bolak-balik (ac) yang dihubungkan dengan rangkaian. Pembahasan mengenai

    osilasi teredam dengan gaya pemacu untuk kasus rangkaian RLC dapat dilakukan dengan

    meninjau rangkaian seperti pada Gambar 1.5 yang dihubungkan dengan sumber tegangan

    periodik. Misalkan sumber tegangan pada rangkaian tersebut adalah tVtV cos0 .

    Jumlah beda potensial keseluruhan sama dengan potensial sumber tegangan, sehingga dapat

    ditulis tVVVV CLR . Dengan memasukkan ungkapan untuk masing-masng suku maka

    diperoleh persamaan

    tVC

    Q

    dt

    dILIR cos0 .

    yang dapat diungkapkan dalam muatan menjadi

    tL

    VQ

    LCdt

    dQ

    L

    R

    dt

    Qdcos

    1 02

    2

    ,

    tosVtV c)( 0

    atau ditulis seperti ungkapan dalam persamaan (1.30) menjadi

    tL

    VQ

    dt

    dQ

    dt

    Qdcos2 0202

    2

    . (1.31)

    Penyelesaian persamaan (1.30) dan (1.31) dapat dilakukan dengan cara yang sama. Karena

    persamaan tersebut merupakan persamaan diferensial yang tak homogen, maka solusinya

  • 1.16 B A B 1 Osilasi

    memiliki bentuk )()()( ttt kp , dengan )(tp adalah solusi pelengkap atau disebut

    juga compplementary, yang merupakan solusi dari persamaan differensial homogen, dan

    )(tk adalah solusi khusus atau particular. Solusi pelengkap merupakan solusi persamaan

    osilasi teredam seperti yang telah diturunkan di atas. Sedangkan solusi khusus merupakan

    bentuk umum dari ruas kanan persamaan sehingga dapat dituliskan

    )cos( tAk , (1.32)

    dengan A adalah amplitude dan adalah sudut fase yang keduanya merupakan besaran yang

    harus dicari agar solusi khusus dapat ditentukan. Untuk memperoleh kedua besaran tersebut,

    persamaan (1.32) disubstitusikan ke dalam persamaan (1.30) sehingga diperoleh :

    0)sin( c 2sin )(

    )cos( sin 2cos )(

    22

    0

    22

    0

    tosA

    tm

    F

    (1.33)

    Berdasrkan persamaan (1.33) ini, dapat dituliskan dua bentuk persamaan yaitu

    0cos 2sin )( 22

    0 (1.34)

    dan

    0sin 2cos )( 220 m

    FA (1.35)

    Dari persamaan (1.34) dapat diperoleh

    22

    0

    2tan

    , (1.36)

    dan dari persamaan (1.17), kita peroleh :

    2222

    0 )2()(

    mF

    A (1.37)

    Solusi khusus persamaan diperoleh dengan mensubstitusikan A dan pada persamaan (1.32).

    Daftar Pustaka

    M. O. Tjia, 1994, Gelombang, Dabara Publishers, Solo.

    Frank S. Crawford, Jr.,1978, Waves, Berkeley Physics, Vol. 3, Mc Graw Hill, New York.

    Taufik Ramlan R., 2001, Diktat Gelombang Optik, Bandung : penerbit UPI

    Zahara Muslim, 1994, Gelombang dan Optik, Depdikbud-Dikti.

  • 1.17 B A B 1 Osilasi

    Tes Formatif Bab 1Kegiatan Belajar 1

    Pilih jawaban yang benar dan berikan alasan singkat dan/atau langkah pengerjaannya.

    1. Yang menyebabkan suatu sistem mekanik bergerak osilasi adalah ... a. gaya berat dan gaya pulih b. gaya pulih dan inersia c. gaya pegas dan gaya berat

    d. inersia dan gaya gesek e. gaya berat, gaya pegas, dan gaya gesek

    2. Sebuah bandul dengan massa 78,4 gram dan panjang tali 39,2 cm diberi simpangan awal yang cukup kecil (mendekati nol radian). Frekuensi osilasi bandul tersebut adalah (anggap percepatan gravitasi = 9,8 m/s

    2)

    a. 50 rad/s b. 2 rad/s c. 1,4 rad/s d. 0,5 rad/s e. 5 rad/s

    3. Pada sistem pegas seperti pada gambar, mula-mula massa m digeser sejauh 2 cm ke

    kiri kemudian dilepaskan. Konstanta pegas k1 = 50 N/m dan k2 =

    150 N/m. Massa benda m = 500 gram. Setelah dilepas, massa m berosilasi dengan

    frekuensi .........

    a. 0,4 rad/s b. 10 rad/s c. 20 rad/s d. 1,6 rad/s e. 400 rad/s

    4. Ujung-ujung kapasitor (kapasitansi 100 F) yang telah dimuati dihubungkan dengan ujung-ujung induktor (induktansi 4 H). Muatan pada kapasitor berosilasi dengan

    frekuensi a. 50 rad/s b. 500 rad/s c. 25 rad/s d. 20 rad/s e. 0,04 rad/s

    5. Pada sisitem pegas seperti pada gambar, massa m = 500 gram ditarik hingga sedikit

    menyimpang dari posisi kesetimbangannya, kemudian dilepaskan.

    Konstanta pegas k = 18 N/m dan konstanta redaman 6 Ns/m. Gerak sistem seperti ini

    termasuk pada gerak osilasi a. under damped b. critically damped c. over damped

    d. forced damped e. simple harmonic

    6. Kapasitor 100 F yang telah dimuati dihubungkan dengan induktor 500 mH membentuk rangkaian tertutup. Hambatan murni induktor adalah 100 ohm. Sistem rangkaian seperti

    ini termasuk pada contoh osilasi a. under damped b. critically damped c. over damped

    d. forced damped e. simple harmonic

    7. Induktor 400 mH (hambatan murni 10 ohm) dirangkaikan secara seri dengan kapasitor

    100 F. Pada ujung-ujung rangkaian ini diberi tegangan 10 volt ac. Sistem rangkaian seperti ini termasuk pada contoh osilasi a. under damped b. critically damped c. over damped

    d. forced damped e. simple harmonic

    8. Pada sistem forced damped oscillation, beda fase antara gaya pemacu (pemaksa) dengan osilasi sistem saat terjadi resonansi adalah

    a. b. /2 c. /3 d. /4 e. /6

    Gambar 1.3.a

    Keadaan setimbang

    Gambar 1.3.b

    Keadaan umum

    k km

  • 1.18 B A B 1 Osilasi

    9. Suatu gaya dengan fungsi F (t) = 2 cos (50t (/4)) N, bekerja pada sistem pegas-massa. Resonansi dapat terjadi jika nilai konstanta pegas k dan massa m pada sistem tersebut

    adalah a. k = 10 N/m, m = 400 gram b. k = 40 N/m, m = 100 gram

    c. k = 100 N/m, m = 40 gram d. k = 400 N/m, m = 10 gram

    e. k = 50 N/m, m = 50 gram

    10. Sumber tegangan listrik dengan fungsi V(t) = 10 sin 50t volt dihubungkan dengan rangkaian seri RLC. Arus pada rangkaian akan maksimum jika

    a. R = 4 ohm, L = 5 H, C = 100 F b. R = 4 ohm, L = 10 H, C = 200 F

    c. R = 10 ohm, L = 4 H, C = 200 F d. R = 10 ohm, L = 5 H, C = 400 F

    e. R = 10 ohm, L = 4 H, C = 100 F

  • 1.19 B A B 1 Osilasi

    Kegiatan Belajar 2

    Osilasi Dua Derajat Kebebasan

    Derajat kebebasan sistem osilasi menunjukkan banyaknya besaran fisika sejenis yang

    mengalami perubahan secara periodik. Oleh karena itu derajat kebebasan menentukan

    banyaknya fungsi yang harus ada agar keadaan sistem osilasi dapat digambarkan secara

    lengkap. Pada Kegiatan Belajar 1 telah diuraikan mengenai sistem osilasi satu derajat

    kebebasan. Jika besaran fisika yang berosilasi dapat dinyatakan secara lengkap cukup

    dengan satu fungsi seperti pada persamaan (1.1) maka tergolong pada satu derajat kebebasan.

    Tetapi jika diperlukan dua fungsi osilasi misalnya 1 dan 2 untuk menyatakan keadaan

    osilasi secara lengkap, maka dikatan sistem osilasi dua derajat kebebasan. Begitu seterusnya,

    jika keadaan osilasi dapat dinyatakan secara lengkap oleh N buah fungsi osilasi dari besaran

    sejenis, maka dikatan osilasi N derajat kebebasan.

    Osilasi dua derajat kebebasan disebut juga seagai osilsi gandeng. Persamaan osilasi

    variable yang satu tidak dapat terlepas dari vriabel lainnya. Dengan kata lain persamaan

    osilasinya merupakan persaman tergandeng atau mengandung 1 dan 2 secara serentak.

    Pada kegiatan belajar ini dibahas mengenai osilasi dua derajat kebebasan dengan

    meninjau sistem pegas dan rangkaian LC. Pembahasan meliputi penurunan persamaan osilasi

    gandeng pada masing-masing sistem yang ditinjau, kemudian dilanjutkan dengan

    pembahasan meknisme penyelesaian persamaan tergandeng untuk memperoleh fungsi osilasi

    masing-masing beserta frekuensi dan perbandingan amplitude pada mode rendah dan mode

    tinggi.

    A. Osilasi Gandeng Pegas

    m1 k1

    k2 k3 m2

    (a)

    (b)

    Gambar 2.1 Sistem pegas gandeng (a) keadaan setimban (b) kedaan umum

  • 1.20 B A B 1 Osilasi

    Ditinjau sistim pegas gandeng, terdiri dari tiga pegas yang konstanta pegasnya

    masing-masing k1, k2 dan k3 serta dua benda yang massanya masing-masing m1 dan m2.

    Sistim ini terletak pada permukaan datar tanpa gesekan seperti pada gambar 2.1a. Salah satu

    benda diberi simpangan, kemudian dilepaskan lagi sehingga sistim berosilasi dengan keadaan

    umum seperti ditunjukkan pada gambar 2.1b.

    Persamaan gerak masing-masing benda dapat diturunkan berdasarkan Hukum II

    Newton. Persaman gerak untuk benda bermassa m1 adalah

    212112

    2

    11 kk

    dt

    dm

    2

    1

    21

    1

    21

    2

    2

    1 m

    k

    m

    kk

    dt

    d

    (2.1)

    dan untuk benda bermassa m2 adalah

    2312222

    2

    2 kkdt

    dm

    2

    2

    321

    2

    2

    2

    2

    2

    m

    kk

    m

    k

    dt

    d (2.2)

    Diasumsikan bahwa osilasi dalam suatu ragam (mode) normal, maksudnya kedua

    besaran berosilasi dengan frekuensi dan fase yang sama, maka solusi kedua persamaan di atas

    dapat dituliskan sebagai

    tA nn cos , (2.3)

    dengan n = 1 dan 2. Substitusi persamaan (2.3) pada persamaan (2.1) dan (2.2) diperoleh

    02

    1

    21

    1

    212

    m

    k

    m

    kk , dan

    02

    2

    322

    1

    2

    2

    m

    kk

    m

    k .

    Kedua persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk matriks sebagai berikut

    02

    1

    2

    2

    dc

    ba

    , (2.4)

    dengan a = (k1 + k2)/m1, b = -k2/m1, c = -k2/m2, dan d = (k2 + k3)/m2.

    Ruas kanan persamaan (2.4) sama dengan nol, sehingga determinan matriks pada ruas

    kiri harus sama dengan nol. Dengan demikian diperoleh 022 bcda yang

    dapat disederhanakan ulang menjadi

    0222 bcadda (2.5)

  • 1.21 B A B 1 Osilasi

    Persamaan (2.5) merupakan persamaan kuadrat dari 2. Akar-akarnya dapat

    ditentukan dengan menggunakan rumus akar kuadrat yaitu

    bcaddada 42

    2

    21

    2,1

    2 (2.6)

    Tanda positif untuk frekuensi mode tinggi dan tanda negatif untuk frekuensi mode rendah.

    Berdasarkan persamaan (2.4) dapat juga ditentukan perbandingan amplitude yaitu

    c

    d

    A

    A

    2

    2

    1 (2.7)

    yang berlaku untuk masing-masing mode dengan mensubstitusi nilai frekuensi pada mode

    yang bersesuaian.

    Bagaimana jika ketiga pegas tersebut identik dan kedua benda bermassa sama,

    misalkan sebesar m? Jika ketiga pegas tersebut identik maka nilai konstanta pegasnya sama

    misalnya k. Untuk kasus seperti ini maka a = d = 2k/m, b = c = -k/m. Substitusi masing-

    masing pada persamaan (2.6) akan diperoleh

    ba 2,12 m

    k

    m

    k

    22,1

    2 .

    Untk mode rendah m

    k

    m

    k

    m

    kR

    22 m

    kR , sedangkan untuk mode

    tinggi diperoleh m

    kT

    3 . Perbandingan amplitude untuk masing-masing mode dapat

    ditentukan berdasarkan persamaan (2.7) yaitu;

    untuk mode rendah: c

    d

    A

    A R 2

    2

    1 12

    1 A

    A, sehingga diperoleh 12 AA

    untuk mode tinggi: c

    d

    A

    A T 2

    2

    1 12

    1 A

    A, sehingga diperoleh 12 AA

    Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mode rendah kedua benda selalu bergerak

    searah. Perpindahan kedua benda memiliki besar dan arah yang sama, sehingga pusat

    massanya selalu bergerak mengikuti pergerakan kedua benda tersebut. Osilasi seperti ini

    dapat dipandang sebagai osilasi pusat massa dengan frekuensi sebesar m

    kR . Dengan

    kata lain gerak osilasi pusat massa ini memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi osilasi

    pegas tunggal. Dalam hal ini pegas penggandeng hanya berfungsi sebagai penyelaras gerak

    osilasi. Ilustrasi mengenai gerak osilasi pusat massa dapat dilihat pada gambar 2.2a.

  • 1.22 B A B 1 Osilasi

    Berdasarkan perbandingan amplitude, nampak bahwa untuk osilasi mode tinggi,

    kedua benda selalu bergerak berlawanan arah satu sama lain dengan besar simpangan selalu

    sama besar. Dengan kata lain perpindahan benda selalu sama besar tapi berlawanan arah.

    sehingga pusat massanya tidak berubah. Osilasi seperti ini disebut juga sebagai osilasi

    relative. Pada osilasi relatif ini, frekuensinya lebih besar dari frekuensi osilasi pusat massa.

    Ilustrasi mengenai gerak osilasi relatif dapat dilihat pada gambar 2.2b

    B. Osilasi Gandeng Rangkaian LC

    Ditinjau rangkaian LC gandeng yang terdiri dari tiga kapasitor yang kapasitansinya

    berbeda, dan dua induktor yang induktansinya juga berbeda seperti ditunjukkan pada gambar

    2.3. Mula-mula masing-masing kapasitor dimuati, kemudian dirangkaikan dengan induktor

    seperti tampak pada gambar 2.3.

    12 2

    21 1

    21 1

    12 2

    (a)

    (b)

    Gambar 2.2 (a) osilasi pusat massa, dan (b) osilasi relatif

  • 1.23 B A B 1 Osilasi

    Untuk menurunkan persamaan osilasi muatan ataupun arus listrik dapat digunakan

    kaidah simpal Kirchoff. Kaidah tersebut menyatakan bahwa jumlah tegangan pada suatu

    simpal tertutup adalah sama dengan nol.

    Gambar 2.3 Rangkaian LC gandeng dua inductor dan tiga kapasitor

    Berdasarkan kaidah simpal Kirchoff, maka diperoleh untuk simpal A dan B masing-masing

    sebagai berikut:

    Simpal A : 02

    2

    1

    11

    C

    Q

    C

    Q

    dt

    dIL A 0

    11

    21

    2

    2

    1 BAAA II

    CI

    Cdt

    IdL

    01111

    21211

    2

    2

    BA

    A ICL

    ICCLdt

    Id (2.8)

    Simpal B : 03

    3

    2

    22

    C

    Q

    C

    Q

    dt

    dIL B 0

    11

    32

    2

    2

    2 BBAB I

    CII

    Cdt

    IdL

    01111

    32222

    2

    2

    BA

    B ICCL

    ICLdt

    Id (2.9)

    Dengan asumsi bahwa osilasi dalam suatu ragam (mode) normal, maka solusi kedua

    persamaan di atas dapat dituliskan seperti pada persamaan (2.3) dengan mengganti

    simpangan dalam bentuk arus. Substitusi persamaan (2.3) dalam bentuk arus pada

    persamaan (2.8) dan (2.9) diperoleh

    01111

    21211

    2

    BA I

    CLI

    CCL , dan

    01111

    322

    2

    22

    BA I

    CCLI

    CL .

    IA IB

    A BC1

    C2 C3

    L1 L2

    I

    IA IB

  • 1.24 B A B 1 Osilasi

    Kedua persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk matriks sebagai berikut

    02

    2

    B

    A

    I

    I

    dc

    ba

    , (2.10)

    dengan

    211

    111

    CCLa ,

    21

    1

    CLb ,

    22

    1

    CLc , dan

    322

    111

    CCLd .

    Ruas kanan persamaan (2.10) sama dengan nol, sehingga determinan matriks pada

    ruas kiri harus sama dengan nol. Dengan demikian diperoleh persamaan yang sama dengan

    persamaan (2.5). Langkah-langkah penyelesaian berikutnya sama seperti pada pembahasan

    osilasi gandeng pegas. Coba Anda lakukan penurunan sampai terjawab pertanyaan berikut:

    Bagaimanakah frekuensi osilasi mode rendah dan mode tinggi? Bagaimanakah perbandingan

    amplitude arus pada mode rendah dan mode tinggi? Jika ditinjau kasus khusus yaitu

    kapasitansi semua kapasitor sama sebesar C, dan induktansi induktornya juga sama sebesar L,

    bagaimanakah osilasi arus pada masing-masing simpal? Coba Anda analisis dengan

    mengikuti langkah pada pembahasan osilasi gandeng pegas.

    Daftar Pustaka

    M. O. Tjia, 1994, Gelombang, Dabara Publishers, Solo.

    Frank S. Crawford, Jr.,1978, Waves, Berkeley Physics, Vol. 3, Mc Graw Hill, New York.

    Taufik Ramlan R., 2001, Diktat Gelombang Optik, Bandung : penerbit UPI

    Zahara Muslim, 1994, Gelombang dan Optik, Depdikbud-Dikti.

  • 1.25 B A B 1 Osilasi

    Tes Formatif Bab 1Kegiatan Belajar 2

    Jawablah soal-soal di bawah ini

    1. Perhatikan gambar.

    Pada gambar di atas m1 = m2 = m, k2 = k, dan k1 = k3= 2k.

    a. Turunkan persamaan gerak osilasi untuk masing-masing benda.

    b. Tentukan frekuensi osilasi mode rendah dan mode tinggi.

    c. Tentukan perbandingan amplitudo mode rendah dan mode tinggi.

    d. Jelaskan (menggunakan gambar) bagaimana gerak osilasi mode rendah dan mode

    tinggi.

    e. Jika amplitudo osilasi benda yang bermassa m1 adalah A1 = 1(0) = 2 cm, m = 100 g,

    dan k = 10 N/m, tentukan fungsi osilasi 1(t) dan 2(t) mode rendah dan mode tinggi.

    2. Tinjau rangkaian LC gandeng yang terdiri dari

    tiga kapasitor dan dua induktor. Masing-masing

    kapasitor dimuati, kemudian dirangkaikan dengan

    induktor seperti diperlihatkan pada gambar.

    Jika L1 = L2 = L, C1 = C, C2 = 2C, dan C3 = C/2,

    a. Turunkan persamaan osilasi muatan pada masing-masing simpal.

    b. Tentukan frekuensi osilasi mode rendah dan mode tinggi.

    c. Tentukan perbandingan amplitudo mode rendah dan mode tinggi.

    d. Jika muatan pada kapasitor C1 sebelum dirangkaikan adalah Q0, tentukan fungsi

    osilasi muatan mode rendah dan mode tinggi pada tiap kapasitor.

    Keadaan umum

    Keadaan setimbang

    k3 m2 k2 m1

    L1 L2

    C1 C2 C3

    k1