bab vii mine closure
DESCRIPTION
Bab Vii Mine Closure - Laporan Perencanaan TambangTRANSCRIPT
Perencanaan dan perancangan tambang
BAB VII. MINE CLOSURE
7.1 Perencanaan Penutupan Tambang
Pertambangan berpotensi menyebabkan gangguan terhadap lingkungan. Tekanan
publik terhadap kegiatan pertambangan diakibatkan oleh perilaku kegiatan
pertambangan liar dan tanpa izin, kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap
teknologi pertambangan yang benar sehingga muncul persepsi jelek terhadap
pertambangan.
Untuk mengatasi permasalahan ini perlu ada kebijakan penutupan tambang yang
bertujuan untuk mendorong setiap kegiatan pertambangan mempunyai konsep
pemanfaatan lahan bekas tambang yang harus sesuai dengan rencana pembanguna
daerah. Selain itu adanya dokumen rencana penurtupan tambang, masyarakat akan
mengetahui bahwa lahan bekas tambang akan bermanfaat.
Pengaturan rencana penutupan tambang di Indonesia pertama kali diatur dalam
KepMen PE No.4/1977 kemudian direvisi menjadi KepMen PE No.1211.K/1995
terahir jadi KepMen No. 1737 K/13/MEM/2008. Perencanaan penutupan tambang
melibatkan banyak stake holder (perusahaan pertambangan, pemerintah dan
masyarakat). Ada beberapa alasan yang mendasari penutupan tambang, antara lain :
Cadangan bahan galian yang terdapat di suatu daerah tidak ekonomis untuk
dilakukan kegiatan penambangan
IUP yang dimiliki oleh perusahaan telah berakhir masa berlakunya
IUP yang dimiliki perusahaan dikembalikan ke pemerintah
Adanya perubahan perundang-undangan yang menyebabkan tambang harus
ditutup.
7.1.1. Perencanaan Penutupan Tambang Dari Aspek Teknis Fisik
Penambangan bahan galian batugamping akan berakhir sesuai umur tambang
kegiatan penambangan dihentikan karena sudah tidak ekonomis lagi, tidak
VII-1
Perencanaan dan perancangan tambang
memenuhi Stripping Ratio (SR) , dan adanya kondisi lereng yang tidak aman (telah
mencapai batas konndisi rekomendasi kestabilan lereng).
Setelah tambang ditutup (pada akhir tahun ke 5) maka akan tercipta bentang alam
baru yang berbeda dengan kondisi sebelum dilakukan kegiatan penambangan, yaitu
adanya bentuk pit akhir (final pit) yang merubah bentang alam daerah. Pada akhir
kegiatan penambangan pit ini harus dirubah fungsinya sebagaimana mungkin
sehingga tidak menggangu kesetabilan dari lingkungan alam. Agar tidak menggangu
kesetabilan lingkungan alam yang ada CV. X akan melakukan pengubahan fungsi
dari pit penambangannya sebagai hutan cemara yang nantinya akan dimanfaatkan
sebagai obyek wisata bagi penduduk setempat.
7.1.2. Rencana Pengembangan Masyarakat Dan Wilayah
Setelah berhentinya kegiatan penambangan dan pengolahan batugamping yang
dilakukan oleh CV. X, maka segala kegiatan maupun volume pekerjaan berkurang
secara drastis. Dengan demikian pemutusan hubungan kerja terhadap semua
karyawan tidak dapat dihindarkan. Melalui pengubahan fungsi lahan bekas tambang
menjadi obyek wisata, perusahaan merencanakan adanya pengalihan pekerjaan bagi
karyawan tambang menjadi pengelola obyek wisata tersebut. Perusahaan
merencanakan kegiatan alih fungsi tambang ini melibatkan segenap karyawan dan
masyarakat sekitar dengan memberikan pelatihan dan ketrampilan kerja dan dengan
memanfaatkan bangunan-bangunan disekitar tambang serta akses jalan sepenuhnya
diserahkan kepada pemerintah daerah. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi
terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan diharapkan dapat memberikan
pemasukan (kontribusi) bagi kas pemerintah daerah.
Desa - desa di sekitar daerah penambangan akan mendapat perhatian khusus dari CV.
X. Kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan masyarakat ini menyangkut
beberapa bidang diantaranya bidang pemberdayaan ekonomi, bidang pendidikan,
bidang kesehatan dan kebersihan, bidang keagamaan.
Kegiatan bidang ekonomi bertujuan untuk menciptakan peluang kerja dan berusaha
bagi masyarakat. Kegiatan ini meliputi beberapa kegiatan diantaranya:
VII-2
Perencanaan dan perancangan tambang
Peluang kerja pada program revegetasi
Peluang bisnis kecil pada program rehabilitasi lahan
Bantuan program bergulir untuk warung kecil
Bantuan modal kelompok budidaya ikan
Bantuan modal untuk wiraswasta
Kegiatan bidang pendidikan lebih ditekankan pada bantuan sarana dan pra sarana
pendidikan yang dimaksudkan untuk memperlancar proses belajar mengajar, serta
membantu pemerintah dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kegiatan bidang kesehatan dan kebersihan dilakukan misalnya dengan mengadakan
penyuluhan, lomba bayi sehat sunatan massal dan memberikan bantuan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat desa yang memerlukan. Disamping itu perusahaan juga
membangun sarana air bersih untuk keperluan sehari hari.
Kegiatan bidang keagamaan misalnya dilakukan dengan membangun sarana
peribadatan bagi penduduk sekitar dan juga dilakukan dengan pemberian buku buku
untuk menunjang kemajuan kehidupan keagamaan di daerah sekitar.
7.1.3. Pengelolaan Aset Dan Lokasi
Aset - aset CV. X berupa sarana pendukung seperti bengkel dan perlengkapanya,
Gudang dan kantor kantor terpaksa dibongkar karena rawan terhadap tindak
pencurian dan akan menambah biaya untuk perawatannya. Bekas bangunan seperti
lantai ataupun tiang beton akan dihancurkan dan dibersihkan kemudian dilakukan
revegetasi.
Sebagian dari asset yang masih berharga seperti mobil dinas, furniture, computer dan
sarana pendukung lainya akan di jual kepada pembeli, yang mana hasil dari
penjualan ini akan digunakan untuk membiayai kegiatan pengembangan masyarakat.
Sebagian dari dana hasil penjualan juga akan disumbangkan kepada masyarakat
sebagai bagian dari program pengembangan masyarakat dan juga diberikan kepada
karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja sebagai program”salam
perpisahan”.
VII-3
Perencanaan dan perancangan tambang
7.1.4 Manajemen Penutupan Lahan
Penutupan tambang CV. X akan dimulai satu tahun sebelum umur tambang usai,
tetapi bukan berarti semua kegiatan yang menyangkut CV. X akan berhenti begitu
saja.
Berkaitan dengan rencana penutupan tambang, maka ada hal-hal yang harus
disiapkan oleh perusahaan dalam setahun sebelum kegiatan operasi penambangan
berakhir,antara lain :
Penyampaian laporan kepada pemerintah daerah tentang seluruh kegiatan
penambangan yang telah dilakukan.
Penyusunan rencana penutupan tambang (RPT) yang didalamnya berisi :
- Arah Kegiatan
Arahan kegiatan diperlukan agar pekerjaan peralihan fungsi area lebih sistematis
dan tidak ada tumpang tindih disetiap pekerjaannya. Kegiatan awal adalah
membentuk bekas pit menjadi tempat yang layak untuk area pariwisata, dan
melakukan pembongkaran bangunan.
- Kebijakan penutupan
Kebijakan penutupan pada lahan bekas tambang bagi perusahaan CV. X tidak
terlalu banyak dibandingkan dengan perusahaan tambang terbuka lainnya, hal
yang diperlukan adalah mengalih fungsikan daerah yang awalnya merupakan
beberapa bangunan seperti pabrik pengolahan, kantor, gudang penyimpanan,
bengkel dan lain-lain menjadi area hutan (penghijauan kembali).
- Pengelolaan asset perusahaan yang meliputi peralatan, bangunan, karyawan,
lahan, sarana, dan prasarana pendukung
Asset perusahaan yang ditinggalkan oleh perusahaan nilai tidak sedikit
dikarenakan investasi yang dikeluarkan sangat besar diantaranya untuk peralatan
muat, angkut, pengolahan, mobil-mobil dinas bagi keperluan karyawan,
perlengkapan kantor. Untuk menjadikan pemasukan bagi asset yang sudah tidak
digunakan lagi maka akan dilakukan pelelangan.
- Rencana pengembalian wilayah
Rencana pengembalian wilayah terutama pada daerah permukaan adalah
menjadikannya sebagai hutan cemara.
VII-4
Perencanaan dan perancangan tambang
- Gambaran kondisi pasca tambang (peta desain pit akhir kegiatan penambangan)
Kondisi pasca tambang adalah adanya area tempat penimbunan, lahan yang
awalnya menjadi perkantoran, pabrik pengolahan, bengkel, dan lain-lain dimana
setelah penutupan tambang tempat-tempat ini menjadi tidak bermanfaat sehingga
perlu dialih fungsikan.
- Analisis tentang dampak penutupan tambang terhadap lingkungan fisik dan
ekonomi masyarakat
Menurut analisis dari perusahaan, kedepannya masalah dampak lingkungan yang
akan dialami adalah tempat penimbunan, area pabrik, kantor, bengkel yang sudah
tidak subur lagi untuk dijadikan lahan hutan cemara (penghijauan kembali).
- Perkiraan biaya penutupan tambang
Salah satu alternatif yang ada adalah dengan menetapkan jaminan reklamasi terhadap
semua kegiatan pertambangan. Namun demikian penetapan besarnya jaminan
reklamasi harus dilakukan dengan seksama agar dana jaminan tersebut benar-benar
mampu memperbaiki kualitas lingkungan bila terjadi pencemaran. Selain itu perlu
diatur dengan tegas siapa yang harus melaksanakan upaya pemulihan, apakah
instansi terkait (misalnya Dinas Pertambangan, Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah).
Sosialisasi rencana penutupan tambang (RPT) kepada karyawan, instansi terkait,
masyarakat dan pemerintah daerah.
- Karyawan
Dampak sosial pada karyawan setelah penutupan area tambang perlu menjadi
perhatian, sehingga komunikasi perlu dijalin dengan baik terutama saat cadangan
mulai habis dan akan dilakukan penutupan kegiatan penambangan. Biaya
pesangon yang dibayar perusahaan harus sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku di Indonesia.
- Instansi Terkait
Instansi terkait merupakan rekan kerja yang sangat dibutuhkan perusahaan saat
kegiatan penambangan dilakukan. Oleh karena itu ketika perusahaan akan
melakukan penutupan area penambangan maka instansi- instansi terkait perlu
diberikan informasi .
VII-5
Perencanaan dan perancangan tambang
- Masyarakat
Ketika kegiatan penambangan berakhir dampak social pada masyarakat sekitar
dipastikan akan berubah dan sudah hal biasa bila terjadi konfik- konflik antara
perusahaan dengan masyarakat sekitar sehingga selain dilakukan kegiatan
sosialisasi tetapi hak masyarakat setelah tambang berakhir perlu diperhatikan.
- Pemerintah daerah
Kegiatan penambangan merupakan salah satu motor penggerak perekonomian
suatu pemerintahan terutama pemerintah daerah yang mendapatkan dampak
langsung pertumbuhan perekonomian baik dari pajak, maupun pemenuhan
angkatan kerja dari masyarakat sekitar dan pada sector-sektor pendukung lainnya
seperti karyawan di restoran, department store, serta fasilitas pendukung lainnya.
7.1.5 Pengelolaan Tenaga Kerja
Dengan berhentinya kegiatan produksi semua tenaga kerja disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan. Para pekerja yang masih diperlukan diantaranya bagian
lingkungan, administrasi, dan keamanan. Karyawan ini di kontrak dalam jangka
waktu tertentu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan. Pengelolaan
tenaga kerja ini akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan perusahaan
yaitu dengan :
Alih Pekerjaan Non Tambang
Alih pekerjaan non tambang yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan
memindahkan kepada instansi-instansi yang membutuhkan.
Alih Pekerjaan Bidang Tambang
Untuk pekerja yang langsung berhubungan dengan bidang pertambangan dapat
dipindahkan ke area tambang lain yang masih dimiliki oleh CV. X.
7.2. Konseptual Rencana Penutupan Tambang
Konseptual Rencana penutupan tambang merupakan bagian dari AMDAL, namun
dapat saja dibuat secara terpisah. Rencana penutupan tambang akan mengalami
penyempurnaan sesuai dengan kesepakatan dengan semua stakeholder.
Muatan pengaturan rencana penutupan tambang meupakan pengembangan dari
pengaturan reklamasi yang diatur dengan keputusan Dirjen Pertambangan Umum
VII-6
Perencanaan dan perancangan tambang
No. 336.K/1996, kemudian dikombinasi dengan mengacu pengaturan pentupan
tambang di Manitoba, Kanada untuk petunjuk teknis penutupan tambang mengacu
pada yang sudah dilakukan di Australia. Penutupan tambang ini akan dikeluarkan
dalam bentuk KEPPRES/PP.
Rencana penutupan tambang meliputi deskripsi kondisi daerah penambangan pada
saat eksploitasi, operasi/produk berhasil, deskripsi kondisi daerah penambangan yang
diharapkan , lokasi dan sarana yang akan diamankan, serta rencana pembiayaan.
Proses penyusunan dokumen rencana penutupan Tambang dapat dilihat pada gambar
7.1.
Untuk memudahkan pemerintah dalam menjalankan tugasnya, perusahaan wajib
melaporkan kemajuan pelaksanaan kegiatan penutupan tambang secara berkala
setiap tiga bulan kepada menteri atau gubernur atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya. Persetujuan diberikan setelah dilakukan penilaian/evaluasi terhadap
pelaksanaan penutupan tambang.
7.3. Analisis Dampak Lingkungan Sosial Di Wilayah Pertambangan
Kegiatan penambangan akan memberikan beberapa dampak social terutama bagi
kehidupan masyarakat sekitar, seperti tersedianya lapangan kerja, peningkatan taraf
hidup masyarakat sekitar daerah penambangan, peningkatan kegiatan ekonomi dan
juga perubahan kebudayaan masyarakat sekitar.
7.3.1. Ruang Lingkup Dan Landasan Logika Analisis Dampak Sosial
Dengan berakhirnya kegiatan penambangan maka akan berdampak terhadap
ketenagakerjaan yaitu pemutusan hubungan kerja. Dampak tersebut sudah lama
disadari oleh karyawan perusahaan dan akan berakibat menurunnya penghasilan
masyarakat sekitar daerah penambangan. Oleh karena itu . CV DIYOS SEMESTA
bertanggung jawab memberikan bantuan bekal ketrampilan penduduk sekitar guna
menunjang kelangsungan hidupnya melalui Comunnity Development selama proses
penambangan masih berlangsung. Sehingga dengan berakhirnya aktivitas
penambangan diharapkan produktivitas masyarakat sekitar tambang dapat terjaga
melalui pelestarian fungsi ekonomis bekas tambang
VII-7
Perencanaan dan perancangan tambang
7.3.2. Variabel dan Indikator Dampak Sosial
Indikator yang terjadi setelah kegiatan penambangan berlangsung adalah semakin
beragamnya mata pencaharian penduduk setempat, semakin terbukanya akses
menuju lokasi tersebut, berubahnya persepsi masyarakat mengenai tambang yang
meningkatkan kesejahteraan penduduk dengan terbukanya matapencaharian baru.
7.3.3. Model-Model Analisis Dampak Sosial
Pendekatan-pendekatan terhadap dampak sosial yang terjadi sebagai akibat
berahirnya aktivitas penambangan ditinjau dari segi pendidikan masyarakat setempat,
sarana prasarana yang menunjang kebutuhan sosial di daerah bekas penambangan,
dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat
7.4. Dampak Penambangan Terhadap Lingkungan dan Pemulihan
Lingkungan Hidup
Kegiatan operasional penambangan akan mengakibatkan perubahan tata guna tanah.
Perubahan tersebut disebabkan oleh adanya pembuatan area pertambangan. Dengan
adanya perubahan tersebut akan berdampak negative terhadap lingkungan.
Kegiatan operasional penambangan juga akan mengakibatkan penurunan kualitas air.
Penurunan kualitas air tersebut disebabkan oleh erosi tanah sedangkan erosi.
mengakiibatkan sedimentasi dan kekeruhan air. Dengan begitu akan terjadi
penurunan kualitas air.
Untuk mengembalikan tata guna lahan maka areal bekas penambangan akan
ditanami vegetasi sesuai dengan macam vegetasi sebelum diadakannya sebelum
penambangan, sedangkan bekas pit penambangan akan diubah menjadi danau.
Pengendalian terhadap kualitas air akan dilakukan dalam beberapa hal diantaranya
pantauan terhadap kestabilan lereng sehingga tidak terjadi erosi yang mengakibatkan
proses sedimentasi. Disamping itu juga dibuat saluran drainage untuk mengendalikan
ke lokasi bekas penambangan lagi.
VII-8
Perencanaan dan perancangan tambang
7.4.1. Watak Penambangan dan Dampak lingkungan
Kegiatan penambangan merupakan suatu kegiatan dimana merubah rona bumi dari
keadaan sebelumnya untuk diambil mineral berharga yang terkandung didalamnya.
Sebelum dilakukan kegiatan penutupan tambang perlu dibuat suatu rumusan tentang
perkiraan kegiatan yang akan dilakukan termasuk dampak penting yang berpengaruh
terhadap manusia dan lingkungan.
Untuk identifikasi dan perkiraan kegiatan penutupan tambang beserta dampaknya,
kriteria berikut ini dapat dipakai sebagai acuan:
1. Harus selaras dengan kriteria lingkungan yang
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia
2. Mengenali dampak potensial yang dapat mempengaruhi lingkungan, terutama
yang berhubungan dengan sedimentasi
2. Mencegah dampak negative yang dapat mempengaruhi kegiatan social ekonomi
masyarakat sekitar tambang
3. Aspek penanganan terhadap lokasi bekas lubang dan daerah bahaya lainnya
Dalam mengidentifikasi dan memperkirakan dampak kegiatan penutupan tambang
juga diperhitungkan faktor fisik-kimia dan faktor social ekonomi budaya. Dampak
lingkungan yang perlu diperhatikan meliputi dampak lingkungan yang menyangkut
kualitas air, lingkungan lahan dan kualitas udara. Dampak terhadap sumber daya
manusia dan dampak terhadap masyarakat desa sekitar tambang.
7.4.2. Aspek Teknik Rehabilitasi Lahan Tambang
Rehabilitasi tambang dilakukan dengan cara pembongkaran terlebih dahulu
bangunan yang berdiri diatas lokasi yang akan dilakukan revegetasi. Setelah lokasi
bekas bangunan terbongkar semua lapisan tanah penutup yang telah ditimbun untuk
beberapa lama di tempat penimbunan dipindahkan ke lokasi yang hendak dilakukan
revegetasi kemudian baru dilakukan reklamasi sesuai dengan vegetasi semula
sebelum diadakanya kegiatan penambangan. Kegiatan ini akan terus dilakukan
pemantauan sampai dirasakan keadaan lokasi bekas penambangan tidak mengganggu
kesetabilan lingkungan alam.
VII-9
Perencanaan dan perancangan tambang
7.4.3. Kendala Pemulihan Vegetasi Pasca Tambang
Kendala yang dihadapi dalam pemulihan vegetasi pasca tambang diantaranya adalah
telah berubahnya formasi tanah karena kegiatan penambangan. Kegiatan penambang
dilakukan dengan pengupasan tanah penutup, yang pada akhirnya hasil timbunan
tanah penutup dalam suatu tempat ini akan dikembalikan ke area bekas penambangan
terutama bagian infrastuktur yang nantinya akan dilakukan revegetasi. Tanah
penutup yang sudah lama tertimbun tentunya akan mengalami perubahan unsur hara
di dalamnya karena adanya proses sedimentasi oleh air.
Kendala juga terjadi karena lahan yang akan dilakukan revegetasi merupakan daerah
daerah yang semula dibangun gedung untuk infrastuktur ataupun maintenage
sehingga sedikit banyak tanah bekas lokasi ini telah tercemar, sedangkan untuk
vegetasinya sendiri diusahakan sesuai dengan vegetasi yang sudah ada di daerah
tersebut sebelum adanya kegiatan penamban
7.5. Audit Penutupan Tambang
Prakiraan biaya rencana penutupan tambang meliputi ;
- Biaya pengurusan penyerahan asset lahan bekas tambang (decommissioning).
Dasar hukum yang digunakan adalah Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala
BPN No.4 Tahun 1998 tentang Pedoman Penetapan Uang Pemasukan dan Pemberian
Hak atas Tanah Negara serta perkiraan pengeluaran dana taktis, yang menetapkan
bahwa besaran biayanya adalah Rp.225.000,00 per hektar dan dibayarkan pada saat
semua tanggung jawab perusahaan telah selesai dipenuhi.
- Biaya Pembongkaran Asset
Terdiri dari bagian biaya konstruksi dan bagian biaya listrik, termasuk didalamnya
tenaga kerja dan biaya pembelian peralatan pembongkaran.
- Biaya Rehabilitasi Lahan Terganggu
Terdiri dari biaya langsung ( biaya pembongkaran, biaya penataan lahan, dan biaya
revegetasi), dan biaya tidak langsung ( biaya mobilisasi dan demobilisasi alat, biaya
perencanaan, biaya administrasi dan keuangan kantor, biaya supervisi, dan asumsi
biaya kenaikan harga).
VII-10
Perencanaan dan perancangan tambang
- Biaya Pemantauan Lingkungan
Terdiri dari biaya langsung :
Biaya analisis air : 3 bulan sekali, 23 parameter (air darat), dan 22
parameter(air laut)
Biaya analisis tanah : 6 bulan sekali, 15 parameter
Biaya analisis udara : 3 bulan sekali
- Biaya Pengelolaan Tenaga Kerja
Dasar hukum yang dipakai adalah pasal 27 ayat 3 KepMen Tenaker
No.150/Men/2000, yang menyebutkan bahwa :
Bagi karyawan yang terkena pemutusan tenaga kerja (PHK), pesangon yang
didapatkana sebesar sekian kali untuk masa kerja tertentu.
Dilaksanakan pendidikan dan latihan keterampilan bagi karyawan sebelum
penutupan tambang dilaksanakan
- Biaya Pengembangan Potensi wilayah pada pasca Tambang Terdiri dari :
Pembiayaan tak langsung meliputi biaya pengembangan masyarakat untuk 3
tahun ke depan, dan pemantauan kondisi social, ekonomi, dan budaya.
Biaya umum dan administrasi.
VII-11