bab v dalam pendidikan dan pembelajaran...
TRANSCRIPT
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
359
BAB V
PEMANFAATAN CERITA-CERITA RAKYAT INDRAMAYU
DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN
5.1 Pemanfaatan Cerita-Cerita Rakyat Indramayu dalam Pendidikan
Cerita-cerita rakyat mengandung nilai-nilai budaya, moral, dan kearifan
lokal yang harus dilestarikan. Dibalik isi cerita-cerita rakyat terkandung ajaran-
ajaran yang bersifat mendidik. Pemahaman nilai-nilai luhur melalui cerita rakyat
merupakan bekal masyarakat untuk mengembangkan kepribadiannya berdasarkan
etika budaya yang berlaku. Nilai-nilai luhur tersebut merupakan bagian dari
kompleksitas kebudayaan. Cerita-cerita rakyat yang merupakan budaya lokal
warisan leluhur juga mengandung kearifan lokal. Cerita-cerita rakyat tersebut,
menyimpan sejumlah nilai budaya lokal seperti filosofi, adat-istiadat, moral,
norma, sopan santun, dan perilaku masyarakat.
Cerita-cerita rakyat Indramayu mempunyai fungsi yang sangat penting
dalam pendidikan masyarakat. Bagi masyarakat Indramayu, cerita-cerita rakyat
merupakan perwujudan proses pendidikan. Oleh karena itu, cerita-cerita rakyat
Indramayu perlu dikembangkan menjadi sebuah bentuk pendidikan bagi
masyarakat. Pendidikan tersebut dilakukan melalui proses pengenalan hasil-hasil
budaya secara terus menerus sehingga dapat membentuk pemahaman masyarakat
terhadap kebudayaan dan hasil-hasilnya. Selain itu, cerita rakyat mempunyai
fungsi dalam kehidupan masyarakat, misalnya, sebagai: pelipur lara, protes sosial,
dan sarana menyampaikan ide-ide dan gagasan.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
360
Berdasarkan uraian tersebut, cerita-cerita rakyat Indramayu merupakan
karya sastra yang memiliki manfaat pendidikan bagi berbagai pihak. Manfaat
tersebut adalah sebagai berikut.
5.1.1 Manfaat bagi orang tua
Banyak orang beranggapan bahwa bercerita atau mendongeng adalah
aktivitas yang biasanya dilakukan oleh orang tua untuk meninabobokan anaknya
menjelang tidur di malam hari. Memang hal tersebut ada benarnya, tetapi di sisi
lain anggapan tersebut kurang tepat. Anggapan yang demikian dapat
mempersempit manfaat bercerita atau mendongeng. Pada umumnya, anak-anak
sangat menyukai cerita atau dongeng. Cerita yang sangat disukai anak-anak
adalah dongeng binatang, cerita rakyat, dan tokoh-tokoh sakti dan terkenal. Oleh
karena itu, setiap orang tua perlu menguasai cerita atau dongeng dan pandai
bercerita atau mendongeng.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh para orang tua dari bercerita
atau mendongeng kepada anak. Manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut.
1) Membangun hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak
Ketika berada di dekat orang tuanya sambil mendengarkan cerita, pada diri
anak akan tumbuh perasaan disayangi, dikasihi, dan diperhatikan oleh orang
tuanya. Di samping itu, ketika bercerita atau mendongeng, ada dialog langsung
antara orang tua dan anaknya. Hal inilah yang tidak dapat digantikan oleh media
lain, termasuk televisi sekalipun karena tidak dapat memberikan kehangatan dan
perasaan tersebut terhadap anak.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
361
2) Menumbuhkan imajinasi anak
Imajinasi yang dimaksud adalah daya bayang atau tanggapan anak
terhadap cerita atau dongeng. Pada saat mendengarkan cerita atau dongeng, selain
merasa senang, anak mengajukan beberapa pertanyaan tentang isi cerita atau
dongeng. Hal tersebut dapat mendorong tumbuhnya imajinasi dan berkembangnya
daya nalar anak. Para orang tua harus dapat memanfaatkan kesempatan bercerita
atau mendongeng untuk mengembangkan imajinasi dan nalar anak.
3) Menanamkan nilai-nilai budaya dan moral yang luhur kepada anak
Cerita Saida dan Saeni, dongeng Si Putih dan Si Belang, dan Asal-Usul
Kera Banjar merupakan contoh cerita-cerita rakyat Indramayu yang dapat dipetik
nilai budaya dan moral oleh anak. Cerita-cerita tersebut mengandung ajaran moral
yang sangat bermanfaat bagi anak. Bercerita atau mendongeng merupakan media
yang tepat untuk mengajarkan nilai-nilai budaya dan moral kepada anak. Semakin
sering anak membaca atau mendengarkan cerita atau dongeng, semakin peka pula
menangkap berbagai nilai-nilai budaya dan moral yang terkandung dalam cerita
atau dongeng tersebut.
4) Merangsang keinginan anak untuk gemar membaca
Dengan sering membaca buku cerita atau dongeng, anak menganggap
buku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua
tidak sekadar bercerita atau mendongeng juga mewariskan keteladanan yang baik
kepada anak dalam hal gemar membaca. Untuk itu, para orang tua hendaknya
menyediakan berbagai buku cerita rakyat atau dongeng untuk dijadikan bahan
bacaan anak.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
362
Berdasarkan penjelasan tersebut, bercerita atau mendongeng memiliki
manfaat yang penting bagi orang tua. Oleh karena itu, sebaiknya para orang tua
menyediakan kesempatan dan waktu untuk bercerita atau mendongeng kepada
anak-anaknya. Berbagai kesempatan dapat dimanfaatkan para orang tua untuk
bercerita atau mendongeng. Waktu untuk bercerita atau mendongeng tidak harus
lama. Para orang tua dapat memanfaatkan waktu-waktu luang untuk bercerita atau
mendongeng, misalnya: pada malam hari sebelum anak tidur, sebelum anak
berangkat sekolah, atau saat berkumpul bersama. Ketika bercerita atau
mendongeng, para orang tua perlu menjiwai cerita yang dibawakan sehingga
menjadikan cerita tersebut sebagai sesuatu yang menyenangkan anak.
5.1.2 Manfaat bagi masyarakat
Cerita-cerita rakyat Indramayu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk
menyalurkan buah pikiran masyarakat. Selain itu, cerita-cerita rakyat Indramayu
merupakan perwujudan alam pikiran, pandangan hidup, ekspresi keinginan, dan
cita-cita bersama masyarakat pemiliknya. Dalam kajian sastra, hal-hal tersebut
merupakan nilai-nilai budaya daerah atau kearifan lokal. Nilai-nilai budaya
tersebut hidup dan berkembang dalam alam pikiran warga masyarakat sebagai
sesuatu yang mereka anggap sangat bernilai dan berharga. Wujudnya dapat berupa
adat-istiadat, norma hukum, atau norma-norma yang mengatur tingkah laku
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, nilai-nilai budaya
tersebut menjadi milik bersama yang selalu dihargai dan dihormati.
Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat mencakup persoalan
hidup dan kehidupan. Menurut Nurgiyantoro (2000:324), ”Secara garis besar
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
363
persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan
(1) hubungan manusia dengan diri sendiri, (2) hubungan manusia dengan manusia
lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan (3)
hubungan manusia dengan Tuhannya.” Hal tersebut mengandung makna bahwa
cerita rakyat mencakup berbagai persoalan hidup dan kehidupan masyarakat
pendukungnya. Persoalan hidup tersebut meliputi hubungan manusia dengan diri
sendiri, manusia lain, lingkungan alam, dan Tuhannya. Dengan demikian, cerita
rakyat mengandung nilai-nilai budaya yang luhur yang meliputi nilai budaya
individual, sosial, dan religi.
5.1.2.1 Nilai budaya individual
Nilai budaya individual menyangkut hubungan manusia dengan kehidupan
diri sendiri. Nilai budaya individual dapat dikatakan sebagai cara manusia
memperlakukan diri pribadi. Nilai budaya individu yang ada dalam cerita-cerita
rakyat dapat diajarkan kepada anak-anak untuk memahami etika dan estetika.
Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita-cerita rakyat perlu disampaikan
kepada anak-anak kita karena merupakan bagian dari moral individu yang dapat
diterapkan dalam etika bertingkah laku sehari-hari. Dengan demikian, anak-anak
dapat mengerti bahwa perlu ada etika dalam bersikap dan bertingkah laku.
Berdasarkan analisis, nilai-nilai budaya individual yang terkandung dalam
cerita-cerita rakyat Indramayu meliputi: a) setia, b) disiplin, c) mandiri, d) jujur,
e) rela berkorban, f) bekerja keras, g) menepati janji, h) bijaksana, i) berbudi
luhur, dan j) rendah hati. Nilai-nilai budaya tersebut perlu dikembangkan dan
diterapkan masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
364
5.1.2.2 Nilai budaya sosial
Nilai budaya sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain.
Dalam hubungan tersebut, manusia perlu memahami norma-norma yang berlaku
agar hubungannya dapat berjalan lancar dan tidak terjadi kesalahpahaman.
Manusia pun harus mampu membedakan perbuatan yang baik dan yang buruk
sesuai dengan etika budaya yang berlaku. Dalam cerita-cerita rakyat Indramayu
tersirat nilai-nilai budaya sosial yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
berkomunikasi dengan sesama.
Berdasarkan analisis, nilai-nilai budaya sosial yang terkandung dalam
cerita-cerita rakyat Indramayu meliputi: a) kerjasama, b) saling menolong, c)
kasih sayang, d) kerukunan, e) musyawarah, dan f) menuruti nasihat orang tua.
Nilai-nilai budaya tersebut perlu diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan
masyarakat.
5.1.2.3 Nilai budaya religi
Nilai-nilai budaya religi adalah nilai-nilai yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan. Dalam hubungan tersebut, manusia merupakan makhluk
Tuhan Yang Mahakuasa. Sebagai makhluk Tuhan, manusia wajib percaya bahwa
Tuhanlah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Tuhan adalah Maha
Pemberi, Pengasih, dan Penyayang terhadap makhluknya. Sebagai makhluk
beragama, manusia harus meyakini dan mempercayai adanya kekuasaan dan zat
yang tertinggi yaitu Tuhan. Oleh karena itu, manusia harus beriman dan bertakwa
kepada Tuhan dengan cara menjalani segala perintah-Nya dan menjauhkan segala
larangan-Nya.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
365
Nilai-nilai budaya religi yang terdapat dalam cerita-cerita rakyat
Indramayu dapat dijadikan sebagai nasihat kepada anak-anak. Nilai-nilai religi
tersebut meliputi: a) percaya kepada Tuhan Yang Mahaesa, b) berserah diri
kepada Allah, c) tawakal, d) suka berdoa, dan e) taat beribadah. Nilai-nilai budaya
tersebut dapat dikembangkan dan diterapkan masyarakat dalam berbagai kegiatan
keagamaan.
Berdasarkan uraian tersebut, cerita-cerita rakyat Indramayu dapat
dimanfaatkan masyarakat dalam berbagai bidang kegiatan. Kegiatan-kegiatan
tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Pentas seni
Di Indramayu banyak berdiri grup kesenian. Grup kesenian tersebut di
antaranya adalah: tarling, sintren, tari topeng, genjring akrobat, sandiwara, dan
wayang. Bagi grup-grup seni tersebut, terutama tarling, sandiwara, dan wayang,
cerita-cerita rakyat dapat dijadikan sebagai salah satu lakon dalam pentasnya.
Dengan demikian, bukan hanya drama keluarga, cerita sejarah, babad, akrobat,
atau cerita mahabarata dan ramayana yang dilakonkan oleh grup-grup seni.
2) Industri batik dan bordir
Di Indramayu terdapat industri batik dan bordir. Industri batik terdapat di
Paoman. Batik Paoman adalah batik yang berciri khas pesisir dan memiliki corak
yang berbeda dengan batik daerah lainnya. Perpaduan antara kepercayaan, adat
istiadat, seni, dan lingkungan kehidupan daerah pesisir, ditambah lagi adanya
pengaruh dari luar mempengaruhi terbentuknya motif dan karakter batik tulis
Paoman. Pusat industri bordir terdapat di Desa Sukawera, Kecamatan Bangodua.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
366
Motif bordir yang cukup terkenal adalah motif seruni, tapak kebo, bunga tulip,
dan lunglungan. Dalam upaya variasi produk, cerita-cerita rakyat Indramayu dapat
dijadikan sebagai salah satu pilihan motif dan karakter batik dan bordir tersebut.
Dengan demikian, motif batik Paoman dan bordir Sukawera menjadi lebih banyak
ragam dan coraknya.
3) Kerajinan gerabah, anyaman, dan ukir
Di beberapa desa di Indramayu terdapat kerajinan gerabah, anyaman, dan
ukir. Kerajinan gerabah terdapat di Desa Parean Girang Kecamatan Kandanghaur,
Desa Anjun Kecamatan Indramayu, dan Desa Gadingan Kecamatan Sliyeg.
Bentuk dan motif gerabah yang dihasilkan berbeda. Anyaman dan seni ukir
terdapat di berbagai tempat di Indramayu. Sebagai wujud upaya perluasan,
pengembangan, dan pelestarian, cerita-cerita rakyat Indramayu dapat dijadikan
sebagai alternatif motif kerajinan gerabah , anyaman, dan seni ukir yang
dihasilkan ketiga desa tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perajin batik, bordir,
gerabah, seni ukir, anyaman, dan pelukis di beberapa tempat di Indramayu,
diperoleh informasi sebagai berikut. Cerita-cerita rakyat Indramayu dapat saja
dijadikan sebagai motif atau corak kerajinan-kerajinan tersebut. Akan tetapi,
mereka belum siap untuk mencoba menerapkan motif atau corak cerita-cerita
rakyat Indramayu dalam kerajinan mereka. Alasan mereka adalah kawatir motif
atau corak baru tersebut akan mengurangi minat pelanggan sebab selama ini para
pelanggan atau peminat kerajinan mereka sangat menyukai motif atau corak yang
sudah ada.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
367
5.1.3 Manfaat bagi Pemerintah Indramayu
Cerita-cerita rakyat Indramayu merupakan kekayaan budaya masyarakat
Indramayu. Setiap wilayah di Indramayu mempunyai cerita rakyat tersendiri.
Setiap cerita rakyat mempunyai nilai-nilai budaya dan moral yang beragam. Nilai-
nilai budaya dan moral yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat memang
berbeda-beda. Namun, mempunyai kesamaan dalam tema, pesan moral yang ingin
disampaikan, dan fungsi bagi masyarakat. Pada dasarnya, cerita-cerita rakyat
tersebut selain berfungsi sebagai hiburan, juga dapat dijadikan sebagai media
pendidikan bagi masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh
pengetahuan dan keteladanan berupa nilai-nilai budaya dan moral dari cerita-
cerita rakyat yang dinikmatinya.
Sekarang ini, cerita-cerita rakyat sudah tergeser oleh berbagai bentuk
hiburan yang ditayangkan melalui berbagai media. Media-media seperti: televisi,
radio, surat kabar, dan media-media lain mampu menyajikan hiburan yang lebih
menarik kepada masyarakat. Sebagai media audiovisual, televisi menyajikan
tayangan-tayangan yang sangat menghibur masyarakat. Meskipun tidak semenarik
televisi, radio dan surat kabar juga mampu menyajikan hiburan yang cukup
menarik. Kehadiran media-media tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan
Pemerintah Indramayu dalam upaya mengenalkan dan melestarikan cerita-cerita
rakyat. Media televisi, radio, dan koran lokal sebaiknya perlu diajak bekerja sama
dalam upaya tersebut. Cara yang ditempuh Pemerintah Indramayu misalnya,
mengimbau media televisi, radio, dan koran lokal agar memberi lebih banyak
ruang untuk menyajikan cerita-cerita rakyat sebagai tontonan dan bacaan.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
368
Nilai-nilai budaya dan moral yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat
Indramayu perlu diajarkan kepada masyarakat. Hal tersebut penting agar
masyarakat dapat memahami budayanya dan etika bertingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari. Cerita-cerita rakyat Indramayu merupakan salah satu
potensi budaya daerah yang dapat mengangkat nilai-nilai luhur sosial budaya
daerah. Cerita-cerita rakyat Indramayu yang mengandung nilai-nilai luhur tersebut
perlu dilestarikan agar tidak hilang. Cerita-cerita rakyat Indramayu yang
merupakan salah satu tradisi lisan perlu diwariskan kepada generasi muda agar
tetap hidup dan berkembang.
Berbagai cara dapat dilakukan oleh Pemerintah Indramayu dalam
melestarikan cerita-cerita rakyat Indramayu. Cara-cara tersebut di antaranya
adalah sebagai berikut.
1) Menuliskan kembali cerita-cerita rakyat yang tersebar di Indramayu
Pada umumnya, sebagian masyarakat kurang mengenal cerita-cerita rakyat
daerahnya sendiri. Masyarakat lebih mengenal cerita-cerita rakyat Nusantara,
seperti cerita Malin Kundang dan Sangkuriang. Apabila hal tersebut dibiarkan,
lambat laun cerita-cerita rakyat Indramayu punah dan tidak dikenal lagi oleh
masyarakat Indramayu. Oleh karena itu, cerita-cerita rakyat Indramayu yang
tersebar di wilayah Indramayu perlu dikumpulkan dan ditulis kembali.
2) Menerjemahkan cerita-cerita rakyat Indramayu ke dalam bahasa Indonesia
Cerita-cerita rakyat Indramayu umumnya dituturkan dalam bahasa Jawa
dialek Indramayu. Bahasa tersebut kurang dimengerti oleh sebagian masyarakat
Indramayu sendiri. Agar dapat dibaca dan dipahami oleh masyarakat, cerita-cerita
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
369
rakyat Indramayu perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dengan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, cerita-cerita rakyat Indramayu tidak
hanya dapat dibaca oleh masyarakat Indramayu sendiri, juga oleh masyarakat
daerah-daerah lain.
3) Menerbitkan cerita-cerita rakyat Indramayu menjadi buku bacaan
Buku bacaan cerita-cerita rakyat Indramayu sulit diperoleh. Kalupun ada,
buku tersebut masih dalam bentuk kumpulan cerita atau babad dan masih
tersimpan di Perpustakaan Daerah Indramayu. Sulitnya memperoleh buku cerita-
cerita rakyat Indramayu karena belum ada buku terbitan tentang cerita-cerita
rakyat Indramayu. Sebaiknya cerita-cerita rakyat Indramayu diterbitkan menjadi
buku yang dapat dibeli dan dibaca oleh masyarakat. Dengan diterbitkan menjadi
buku bacaan, cerita-cerita rakyat Indramayu dapat dibaca oleh masyarakat luas.
4) Mengadakan perlombaan pentas seni cerita rakyat
Pentas seni merupakan kegiatan yang menghibur dan menarik masyarakat
Indramayu. Perlombaan pentas seni dapat berupa seni drama dengan lakon cerita-
cerita rakyat Indramayu. Perlombaan pentas seni dapat diikuti oleh para siswa dari
TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Perlombaan pentas seni dapat juga
diikuti oleh anggota Karang Taruna atau grup-grup kesenian yang ada di setiap
desa di Indramayu. Perlombaan dapat dimulai dari tingkat kecamatan kemudian
dilanjutkan ke tingkat kabupaten. Melalui perlombaan pentas seni, ada dua hasil
yang diperoleh Pemerintah Indramayu. Pertama, kegiatan seni daerah Indramayu
memungkinkan menjadi berkembang. Kedua, cerita-cerita rakyat Indramayu
menjadi lebih dikenal masyarakat.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
370
Selain upaya-upaya tersebut, mengenalkan dan melestarikan cerita-cerita
rakyat Indramayu dapat dilakukan melalui media hiburan daerah. Media hiburan
daerah seperti tarling, sintren, wayang, tari topeng, dan sandiwara hendaknya
dibina dan diberi motivasi untuk turut serta melestarikan cerita-cerita rakyat
Indramayu. Salah satu caranya adalah menjadikan cerita-cerita rakyat Indramayu
sebagai lakon dalam setiap pentasnya. Tontonan keragaman cerita rakyat disajikan
sesering mungkin kepada generasi muda, pelajar, dan masyarakat agar mereka
mengetahui cerita-cerita rakyat daerahnya dan kearifan lokal budayanya.
5.2 Penerapan Cerita-Cerita Rakyat Indramayu dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis terhadap cerita-cerita rakyat Indramayu dan hasil
wawancara dengan beberapa guru Bahasa Indonesia di beberapa Sekolah
Menengah Pertama di Indramayu, penulis berpendapat bahwa cerita-cerita rakyat
Indramayu dapat dijadikan sebagai bahan ajar apresiasi prosa fiksi di Sekolah
Menengah Pertama.
5.2.1 Dasar pemikiran
Cerita rakyat merupakan sarana penanaman nilai terhadap peserta didik.
Cerita rakyat mengandung nilai-nilai budaya, moral, dan kearifan lokal yang
bermanfaat bagi peserta didik. Hal tersebut berkaitan dengan salah satu manfaat
pembelajaran sastra yaitu membentuk watak peserta didik. Nilai-nilai budaya
yang terkandung dalam cerita rakyat adalah: nilai individu, sosial, dan religi
sedangkan nilai-nilai moral meliputi moral terhadap diri sendiri, sesama manusia,
dan Tuhan.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
371
Menurut Zuriah (2007: 51), “Pada jenjang pendidikan sekolah menengah
pertama (SMP), pola berpikir anak sudah mampu untuk diajak memahami dan
melihat nilai-nilai hidup berdasarkan pertanggungjawabannya serta dasar
pemikirannya.” Pendapat tersebut bermakna bahwa anak SMP sudah mampu
memahami makna nilai-nilai hidup sesuai dengan tanggung jawab dan
pemikirannya. Pada diri mereka sudah terdapat pemikiran untuk mewujudkan
nilai-nilai tersebut dalam berbagai kegiatan.
Megawangi (2009: 137) mengatakan bahwa ”…sejak usia 12 tahun sampai
usia 20 tahun, anak akan menempuh fase identity versus confusion (mencari
identitas diri lawan kebingungan).” Menurut Megawangi, pada masa ini selain
anak sudah merasa mampu dan percaya diri, perkembangan selanjutnya akan
mudah baginya untuk mencari identitas diri. Konsep diri yang positif atau
bagaimana ia menilai dirinya akan meningkatkan kepercayaan dirinya.
Adapun menurut Piaget (Nasution: 1993: 84), “Anak usia 11 tahun ke atas
berada pada tingkat operasi formal yaitu kemampuan menggunakan pikiran logis
dan menerapkan aturan-aturan atau prinsip-prinsip dalam situasi yang lebih
abstrak.” Pada usia tersebut, anak sanggup mengajukan hipotesis, mengujinya,
dan merumuskan kesimpulan. Anak sudah dapat memikirkan kemungkinan-
kemungkinan memecahkan masalah sendiri.
Pendapat-pendapat tersebut mengarah pada satu kesimpulan bahwa anak
usia 11 atau 12 ke atas adalah setingkat anak SMP atau SMA. Anak pada
tingkatan tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut. Pertama, memiliki
kemampuan memahami nilai-nilai hidup sesuai dengan dasar pemikirannya.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
372
Kedua, memiliki rasa percaya diri, mampu menilai diri, dan mencari identitas diri.
Ketiga memiliki kemampuan berpikir logis dan menerapkan aturan-aturan dalam
situasi abstrak.
Pembelajaran apresiasi prosa fiksi dengan bahan ajar cerita-cerita rakyat
Indramayu mengandung beberapa manfaat. Manfaat-manfaat tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Mengenal budaya Indramayu
Cerita-cerita rakyat Indramayu berlatar budaya Indramayu. Latar tersebut
meliputi: kepercayaan, adat-istiadat, nilai-nilai, pola pikir, moral, etika, hiburan,
seni, dan matapencaharian. Cerita-cerita rakyat hendaknya menghadirkan sesuatu
yang berhubungan dengan latar kehidupan peserta didik. Peserta didik lebih
mudah tertarik pada cerita-cerita rakyat dengan latar belakang budaya sesuai
dengan latar belakang kehidupannya. Dengan membaca cerita Saida Saeni
(Ronggeng Kali Sewo), misalnya, peserta didik mengenal tempat dan budaya
cerita tersebut. Dengan demikian, tanpa disadari peserta didik dapat mengenal dan
mencintai budaya daerahnya.
2. Memperoleh ajaran moral
Banyak ajaran moral yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat
Indramayu. Misalnya, dalam cerita Saida Saeni (Ronggeng Kali Sewo) terdapat
pesan moral bahwa meraih sukses dengan mengabdi pada makhlus halus atau
siluman adalah perbuatan yang melanggar agama dan sosial. Bersama peserta
didik guru dapat membahas ajaran-ajaran moral tersebut dengan cara menanyakan
tanggapan mereka tentang cerita rakyat yang baru disampaikan.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
373
3. Belajar bahasa daerah
Dalam bercerita, guru dapat menggunakan bahasa daerah Indramayu
tingkatan ‘bahasa basan atau bebasan’. Hal tersebut merupakan salah satu cara
mengenalkan bahasa daerah Indramayu kepada peserta didik. Jika menguasai
’bahasa basan atau bebasan’, ceritakanlah cerita atau dongeng dengan bahasa
tersebut. Namun demikian, tentunya guru tetap menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa utama pengantar dalam proses pembelajaran.
4. Mengetahui asal usul cerita
Guru dapat fokus pada cerita-cerita rakyat dari wilayah tertentu di
Indramayu sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Ini adalah cara terbaik
guru dalam mengenalkan atau memberitahukan asal-usul cerita rakyat tanpa harus
menceramahi peserta didik. Guru cukup memberikan penjelasan seperlunya
mengenai cerita rakyat yang dijadikan bahan ajar. Gunakanlah segala sesuatu
yang khas dari wilayah asal cerita rakyat tersebut, seperti: tempat, adat-istiadat,
upacara adat, dan hukum adat.
5.2.2 Model Pembelajaran Cerita-Cerita Rakyat Indramayu
Pembelajaran kemampuan bersastra meliputi empat aspek keterampilan
yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan
ragam sastra. Keempat aspek tersebut merupakan bagian dari upaya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif terhadap bahasa
dan sastra Indonesia. Pembelajaran apresiasi sastra juga merupakan sarana untuk
memahami keragaman budaya Indonesia.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
374
Pembelajaran apresiasi sastra harus sesuai dengan standar proses. Hal
tersebut sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Standar Nasional Pendidikan
diyatakan bahwa salah satu standar yang harus dikembangkan guru adalah standar
proses (Peraturan Mendiknas Nomor 41 tahun 2007). Standar proses adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan proses pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.
Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran apresiasi sastra harus ditekankan
pada upaya pengembangan keterampilan bersastra peserta didik. Pembelajaran
apresiasi sastra yang dirancang guru bukan hanya teori melainkan harus apresiatif
yaitu dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk
berekspresi dan berkreasi. Oleh karena itu, pemilihan dan pengembangan bahan
ajar, tujuan, teknik, dan arah pembelajaran sastra harus menekankan pada kegiatan
pembelajaran yang bersifat apresiasi.
Untuk kepentingan tersebut, penulis menawarkan model pembelajaran
apresiasi prosa fiksi dengan bahan ajar cerita-cerita rakyat Indramayu. Model
pembelajaran tersebut adalah pembelajaran kontekstual atau lebih dikenal dengan
istilah CTL (Contextual Teaching and Learning). Menurut Mulyasa (2011: 174)
”Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang sering disingkat CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan pendidikan karakter di sekolah. Dengan kata lain, CTL dapat dikembangkan menjadi salah satu model pembelajaran berkarakter karena dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari,”
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
375
Melalui proses pembelajaran CTL, peserta didik memperoleh makna
terhadap apa yang dipelajari. Model CTL memungkinkan proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah, efektif, efisien, dan menyenangkan. Dalam proses
pembelajaran, peserta didik dapat menerapkan dan mempraktikkan nilai-nilai
karakter yang dipelajarinya secara langsung. Pembelajaran kontekstual mampu
mendorong peserta didik memahami hakikat dan manfaat belajar sehingga
termotivasi untuk terus belajar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa
(2011: 176) bahwa ”CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan
menolong para peserta didik memahami makna dari materi pembelajaran yang
dipelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks
keadaan pribadi, sosial, dan budaya dalam kehidupan sehari-hari.”
Untuk mencapai tujuan tersebut, Mulyasa (2011: 176) menawarkan delapan
komponen yang harus dipenuhi dalam pembelajaran model CTL yaitu:
• membuat hubungan-hubungan yang bermakna (making meaningful connection),
• melakukan pekerjaan yang berarti (doing significant work), • melakukan pembelajaran yang diatur sendiri (self regulated learning), • melakukan kerja sama (collaborating), • berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking), • membantu individu untuk tumbuh dan berkembang (nurturing the
individual), • mencapai standar yang tinggi (reaching high standards), dan • menggunakan penilaian yang real dan otentik (using real and authentic).
Berikut ini penulis sajikan contoh pembelajaran apresiasi prosa fiksi di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan bahan ajar cerita-cerita rakyat
Indramayu. Cerita-cerita rakyat Indramayu tersebut meliputi sebuah dongeng,
legenda, dan mite.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
376
5.2.2.1 Pembelajaran Apresiasi Prosa Fiksi di Kelas VII
1) Silabus
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/Ganjil Standar Kompetensi : Aspek mendengarkan
5. Mengapresiasi dongeng yang diperdengarkan
Kompetensi Dasar
Materi Pokok pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Nilai
Karakter Indikator
Penilaian Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Teknik Bentuk Instrumen
5.1 Menemu Kan hal-
hal yang menarik dari dongeng yang diper-
dengarkan.
1. Dongeng ”Si Putih dan Si Belang.” a. Cara menemukan hal yang menarik dari dongeng dan penerapan- nya.
♦ Mendengarkan penyajian
dongeng. ♦ Bertanya jawab untuk
menemukan ide-ide yang menarik dari dongeng.
♦ Berdiskusi untuk menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng.
♦ Merangkai ide-ide menarik menjadi hal-hal menarik dari dongeng.
♦ Berpikir
logis ♦ Rasa
ingin tahu
♦ Demo kratis ♦ Kritis
1. Mampu menemukan
ide-ide menarik dari dongeng yang diperdengarkan.
2. Mampu merangkai hal-hal menarik menjadi wacana singkat menarik dari dongeng yang diperdengarkan.
Tes tulis
Uraian
(Disajikan simak- an dongeng Si Putih dan Si Belang) Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar! 1. Carilah empat
hal-hal menarik dalam dongeng tersebut!
2. Rangkailah hal-hal menarik tersebut
menjadi wacana singkat yang menarik
2 x 40
Kaset/ CD dongeng Buku paket LKS
376
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
377
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Negeri 1 Sliyeg Indramayu Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/Ganjil Standar Kompetensi : 5. Mengapresiasi dongeng yang diperdengarkan. Kompetensi Dasar : 5.1 Menemukan hal-hal menarik dari dongeng
yang diperdengarkan. Indikator : 1. Siswa dapat menemukan dengan tepat empat
hal menarik dari dongeng yang diperdengarkan.
2. Siswa dapat merangkai dengan tepat empat ide menarik yang ditemukan dari dongeng yang
diperdengarkan menjadi wacana menarik.
Alokasi waktu : 2 x 40 menit (Satu pertemuan) A. Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat menemukan hal-hal menarik dan merangkainya menjadi wacana menarik dari dongeng yang diperdengarkan.
B. Materi Pembelajaran:
1) CD/Kaset Dongeng ”Si Putih dan Si Belang”. 2) unsur-unsur intrinsik: a) karakter tokoh, dan b) peristiwa C. Metode Pembelajaran:
1) Ceramah 2) Tanya jawab 3) Diskusi 4) Inquiri
5) Penugasan
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
378
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
1) Kegiatan Awal:
a) Guru melakukan apersepsi. b) Guru membuka pembelajaran. c) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi pembelajaran. d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. e) Guru menyampaikan secara singkat materi pembelajaran.
2) Kegiatan Inti:
a) Eksplorasi
(1) Siswa memperhatikan dan mendengarkan tayangan rekaman dongeng ”Si Putih dan Si Belang”. (2) Siswa menangkap, menemukan, dan mencatat hal-hal penting dari tayangan rekaman dongeng ”Si Putih dan Si Belang”. (3) Siswa melakukan tanya jawab tentang hal-hal menarik yang ditemukan
dari dongeng ”Si Putih dan Si Belang” yang diperdengarkan. b) Elaborasi
(4) Siswa berdiskusi untuk menemukan dan menganalisis hal-hal yang menarik dari dongeng yang diperdengarkan. (5) Siswa berdiskusi untuk merangkai hal-hal menarik yang ditemukan yang diperdengarkan menjadi wacana yang menarik. (6) Dalam kelompok masing-masing, siswa membuat laporan hasil diskusi yang akan dilaporkan dalam diskusi kelas. (7) Setiap kelompok siswa melaporkan hasil diskusi dalam diskusi kelas. c) Konfirmasi
(8) Siswa membahas materi diskusi dilanjutkan dengan tanya jawab dan penjelasan secukupnya tentang materi diskusi. (9) Guru dan siswa memilih dan memberi penghargaan kepada kelompok terbaik. (10) Siswa membahas kesan dan pesan pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir:
(a) Siswa menyimpulkan materi pembelajaran. (b) Guru menilai proses dan hasil pembelajaran. (c) Siswa bertanya jawab sebagai umpan balik pembelajaran. (d) Guru memberikan tugas dan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya kepada siswa. (e) Guru menutup pembelajaran.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
379
5. Sumber Belajar:
a. CD rekaman dongeng b. Lembar kerja siswa c. Buku paket dan buku penunjang d. Tip recorder atau audio
6. Penilaian:
a. Teknik : Tes tulis b. Bentuk Instrumen : Uraian c. Soal/instrumen :
Dengarkan tayangan dongeng ”Si Putih dan Si Belang” berikut ini dengan saksama, kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan pada lembar jawaban yang tersedia ! 1. Carilah empat hal-hal menarik yang terdapat dalam dongeng tersebut ! 2. Rangkailah ide-ide tersebut menjadi wacana singkat dan menarik !
Rubrik Penilaian
No ASPEK YANG
DINILAI DESKRIPSI/KRITERIA SKOR
1.
Ide cerita/dongeng
1. Menuliskan empat hal dengan tepat. 2. Menuliskan empat hal tetapi kurang tepat. 3. Menuliskan kurang empat hal tetapi tepat. 4. Menuliskan kurang empat dan kurang tepat.
5 4 3
2
2.
Rangkaian ide
1. Rangkaian ide selaras dan sangat menarik. 2. Rangkaian ide selaras tetapi kurang menarik. 3. Rangkaian ide kurang selaras tetapi menarik. 4. Rangkaian ide kurang selaras dan menarik.
5 4 3 2
Skor maksimal: Soal nomor 1 : 5 Soal nomor 2 : 5 10
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
380
Perhitungan nilai akhir:
Perolehan skor
X 100 = Nilai siswa Skor maksimal
Sliyeg, ……………… 2012 Mengetahui: Guru mata pelajaran, Kepala Sekolah, H. SUDIYONO, S. Pd., M. Si. ILMAN NASIRI, S. Pd. NIP 195505021976041001 NIP 196602271987031004
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
381
LEMBAR KERJA SISWA
Petunjuk Kegiatan 1. Mohon kalian dengarkan tayangan rekaman dongeng “Si Putih dan Si Belang”
berikut ini dengan saksama! 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini !
a. Temukan empat hal-hal menarik dari dongeng tersebut ! b. Rangkailah hal-hal menarik yang telah kalian temukan tersebut menjadi
wacana singkat yang menarik !
Jawaban : 1. Empat hal menarik dari dongeng: …………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
2. Rangkaian hal-hal menarik menjadi wacana singkat menarik dari dongeng:
………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
Kelompok: …………………. Anggota : 1. ………………….
2. ………………….. 3. ….......................... 4. ………………….. 5. ………………….. 6. ….......................... 7. …………………..
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
382
5.2.2.2 Pembelajaran Apresiasi Prosa Fiksi di Kelas VIII
1. Silabus
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII/Genap Standar Kompetensi : Aspek mendengarkan
13. Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan.
Kompetensi Dasar
Materi Pokok pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Nilai
Karakter Indikator
Penilaian Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Teknik Bentuk Instrumen
13.1 Meng- Identifi- kasi
karakter tokoh novel remaja (asli atau terjemah-an yang dibaca-
kan.
1.Cerita ”Asal-
Usul Kera banjar” .
2. Tokoh dan karakter tokoh cerita. 3. Identifikasi karakter tokoh
♦ Mendengarkan
pembacaan cerita Asal-Usul Kera Banjar.
♦ Mendata empat tokoh cerita Asal-Usul Kera Banjar.
♦ Mengidentifikasi karakter empat tokoh cerita Asal-Usul Kera Banjar.
♦ Berpikir
logis ♦ Kerja
keras ♦ Demo kratis ♦ Kritis ♦ Kreatif
1. Mampu menemukan
empat tokoh cerita Asal-Usul Kera Banjar.
2. Mampu mengidentifikasi karakter empat tokoh cerita Asal-Usul Kera Banjar disertai dengan bukti/alasan yang logis.
Tes tulis
Uraian
(Disajikan simakan cerita Legenda Asal-Usul Kera Banjar) Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar! 1. Sebutkan empat tokoh dalam cerita legenda Asal-Usul Kera Banjar 2. Jelaskan karakter keempat tokoh tersebut diserta dengan bukti/alasan logis.
2 x 40
Cerita Legenda Asal-Usul Kera Banjar Buku paket LKS
382
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
383
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Negeri 1 Sliyeg Indramayu Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII/Genap Standar Kompetensi : 13. Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli
atau terjemahan) yang dibacakan. Kompetensi Dasar : 13.1 Mengidentifikasi karakter tokoh novel
remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan.
Indikator : 1. Siswa dapat menemukan dengan tepat empat tokoh cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”
2. Siswa dapat mengidentifikasi dengan tepat karakter empat tokoh cerita legenda ”Asal Usul Kera Banjar” .
Alokasi waktu : 2 x 40 menit (Satu pertemuan). A. Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat menemukan tokoh dan mengidentifikasi karakter tokoh legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”.
B. Materi Pembelajaran:
1) Naskah Cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”. 2) Struktur intrinsik: a) tokoh cerita, dan
b) karakter tokoh. C. Metode Pembelajaran:
1) Ceramah 2) Tanya jawab 3) Diskusi 4) Penemuan 5) Penugasan
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
384
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
1) Kegiatan Awal:
a) Guru melakukan apersepsi. b) Guru membuka pembelajaran. c) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi pembelajaran. d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. e) Guru menyampaikan secara singkat materi pembelajaran.
2) Kegiatan Inti:
a) Eksplorasi
(1) Beberapa siswa secara bergiliran membaca cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”. (2) Siswa lain memperhatikan dan mendengarkan pembacaan cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar” yang dibacakan temannya. (3) Siswa menemukan dan mencatat tokoh-tokoh cerita legenda ”Asal- Usul Kera Banjar” yang dibacakan temannya. (4) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan tokoh dan karakter tokoh cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”. b) Elaborasi
(5) Siswa berdiskusi untuk menemukan empat tokoh cerita legenda ”Asal- Usul Kera Banjar”. (6) Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi karakter empat tokoh cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”. (7) Siswa membuat laporan hasil diskusi yang akan dilaporkan dalam diskusi kelas. (8) Setiap kelompok siswa melaporkan hasil diskusi dalam diskusi kelas. c) Konfirmasi
(9) Siswa membahas materi diskusi dilanjutkan dengan tanya jawab dan penjelasan secukupnya tentang materi diskusi.
(10) Siswa memilih dan memberi penghargaan kepada kelompok terbaik. (11) Siswa membahas kesan dan pesan pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir:
(a) Siswa menyimpulkan materi pembelajaran. (b) Siswa bertanya jawab sebagai umpan balik pembelajaran. (c) Guru menilai proses dan hasil pembelajaran. (d) Guru memberi tugas dan rencana pembelajaran pertemuan berikutnya.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
385
(e) Guru menutup pembelajaran.
5. Sumber Belajar:
a. Naskah legenda “Asal-Usul Kera Banjar”. b. Lembar kerja siswa. c. Buku paket dan buku penunjang.
6. Penilaian:
a. Teknik : Tes tulis b. Bentuk Instrumen : Uraian c. Soal / instrumen :
Dengarkan tayangan cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar” berikut ini dengan saksama kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tersedia pada lembar jawaban!
1. Carilah empat tokoh yang terdapat dalam cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar” tersebut !
2. Jelaskan karakter tiap-tiap tokoh tersebut disertai dengan alasan dan bukti yang logis !
Rubrik Penilaian
No ASPEK YANG
DINILAI DESKRIPSI/KRITERIA SKOR
1.
Tokoh Cerita
1. Dapat menemukan empat tokoh dengan tepat. 2. Dapat menemukan empat tokoh kurang tepat. 3. Dapat menemukan kurang dari empat tokoh tetapi
tepat. 4. Dapat menemukan kurang empat tokoh dan kurang
tepat.
5 4 3 2
2.
Karakter Tokoh
1. Dapat menjelaskan karakter empat tokoh dengan
alasan dan bukti logis. 2. Dapat menjelaskan karakter empat tokoh dengan
alasan dan bukti kurang logis. 3. Dapat menjelaskan karakter kurang dari empat
tokoh dengan alasan dan bukti logis. 4. Dapat menjelaskan karakter kurang dari empat
tokoh dengan alasan dan bukti kurang logis.
5 4 3 2
Skor maksimal: Soal nomor 1 : 5 Soal nomor 2 : 5 10
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
386
Perhitungan nilai akhir:
Perolehan skor
X 100 = Nilai siswa Skor maksimal
Sliyeg, ……………… 2012 Mengetahui: Guru mata pelajaran, Kepala Sekolah, H. SUDIYONO, S. Pd., M. Si. ILMAN NASIRI, S. Pd. NIP 195505021976041001 NIP 196602271987031004
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
387
LEMBAR KERJA SISWA
Tugas/Perintah 1. Mohon kalian dengarkan pembacaan cerita legenda “Asal-Usul Kera Banjar”
berikut ini dengan saksama ! 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
a. Temukan empat tokoh cerita legenda tersebut ! b. Jelaskan karakter tiap-tiap tokoh tersebut disertai dengan bukti dan alasan
logis !
Jawaban : 1. Empat tokoh cerita legenda “Asal-Usul Kera Banjar”: …………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
2. Karakter tiap-tiap tokoh cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”:
………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
Kelompok: …………………. Anggota : 1. ………………….
2. ………………….. 3. ….......................... 4. ………………….. 5. ………………….. 6. ….......................... 7. …………………..
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
388
5.2.2.3 Pembelajaran Apresiasi Prosa Fiksi di Kelas IX
1) Silabus
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : IX/GANJIL Standar Kompetensi : Aspek membaca
7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen).
Kompetensi Dasar
Materi Pokok pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter Indikator
Penilaian Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Teknik Bentuk Instrumen
7.1 Menemu- kan tema,
latar, dan penokohan pada cerpen- cerpen dalam satu kumpulan cerpen.
1. Cerita “Asal Mula Masjid Jatisawit tidak Mempunyai Bedug”. 2. Tema, latar, dan penokoh- an. 3.Identifikasi hubungan unsur-unsur latar, tema, dan penokohan
♦ Membaca cerita “Asal
Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”.
♦ Bertanya jawab tentang cerita “Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”.
♦ Berdiskusi untuk menemukan tema, latar, dan penokohan cerita “Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”.
♦ Menunjukkan hubungan antarunsur cerita dan menemukan makna cerita secara utuh.
♦ Rasa
ingin tahu
♦ Demo kratis ♦ Kritis ♦ Berpikir
logis ♦ Tang- gung jawab
1. Mampu
menemukan latar cerita dengan tepat.
2. Mampu menemukan lima tokoh dengan tepat.
3. Mampu mengidentifikasi karakter lima tokoh yang ditemukan dengan tepat.
4. Mampu menyimpulkan tema dan amanat cerita dengan tepat.
Penugas-an
Tugas proyek
Bacalah Cerita Mite Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug ! Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini! 1. Sebutkan latar
tempat, waktu, dan suasana cerita tsb!
2. Sebutkan lima tokoh cerita tersebut !
3. Jelaskan karakter lima tokoh cerita tersebut!
4. Bagaimana tema dan amanat cerita tersebut !
2 x 40
Cerita Asal Mula Masjid Jatisa wit Tidak Mempu nyai Bedug. Buku paket LKS
388
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
389
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Negeri 1 Sliyeg Indramayu Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : IX/Genap Standar Kompetensi : 7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan
membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen)
Kompetensi Dasar : 7.1 Menemukan tema, latar, dan penokohan pada
cerpen-cerpen dalam satu kumpulan cerpen.
Indikator : 1. Siswa dapat menemukan dengan tepat latar cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”.
2. Siswa dapat menemukan dengan tepat lima tokoh cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit
Tidak Mempunyai Bedug”. 3. Siswa dapat mengidentifikasi karakter lima tokoh cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit
Tidak Mempunyai Bedug” dengan tepat. 4. Siswa dapat menyimpulkan dengan tepat tema cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”. 5. Siswa dapat menyimpulkan dengan tepat amanat cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit
Tidak Mempunyai Bedug”.
Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 pertemuan). A. Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat menemukan latar, tokoh dan penokohan, tema, dan amanat cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”.
B. Materi Pembelajaran:
1) Buku/Naskah cerita”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”. 2) Struktur intrinsik:
a) latar cerita,
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
390
b) tokoh dan karakter tokoh, c) tema, dan d) amanat.
C. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah b. Tanya jawab c. Diskusi d. Penemuan e. Penugasan D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
1) Kegiatan Awal:
a) Guru melakukan apersepsi. b) Guru membuka pembelajaran. c) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi pembelajaran. d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. e) Guru menyampaikan secara singkat materi pembelajaran.
2) Kegiatan Inti:
a) Eksplorasi
(1) Beberapa siswa secara bergiliran membaca cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”. (2) Siswa lain memperhatikan dan mendengarkan pembacaan cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug” yang dibacakan temannya. (3) Siswa menemukan dan mencatat struktur intrinsik cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug” yang dibacakan temannya. (4) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan tokoh dan karakter tokoh cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”. b) Elaborasi
(5) Siswa berdiskusi untuk menemukan dan mengidentifikasi lima tokoh, karakter tokoh, latar, tema, dan amanat cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”. (6) Dalam kelompok masing-masing, siswa membuat laporan hasil diskusi yang akan dilaporkan dalam diskusi kelas. (7) Setiap kelompok siswa melaporkan hasil diskusi dalam diskusi kelas.
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
391
c) Konfirmasi
(9) Siswa membahas materi diskusi dan penjelasan secukupnya tentang materi diskusi.
(10) Siswa memilih dan memberi penghargaan kepada kelompok terbaik. (11) Siswa membahas kesan dan pesan pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir:
(a) Siswa menyimpulkan materi pembelajaran. (b) Siswa bertanya jawab sebagai umpan balik pembelajaran. (c) Guru menilai proses dan hasil pembelajaran. (d) Guru memberikan tugas untuk pembelajaran pertemuan berikutnya. (e) Guru menutup pembelajaran.
5. Sumber Belajar:
a. Buku/naskah cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”. b. Lembar kerja siswa. c. Buku paket dan buku penunjang.
6. Penilaian:
a. Teknik : Penugasan b. Bentuk Instrumen : Tugas Proyek c. Soal/instrumen :
1. Bacalah cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug” dengan teliti! 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini !
a. Sebutkan latar tempat, waktu, dan suasana cerita tersebut! b. Sebutkan lima tokoh berikut karakter cerita tersebut ! c. Jelaskan tema dan amanat cerita tersebut ! d. Bagaimanakah hubungan antarunsur cerita dan makna cerita tersebut !
Rubrik Penilaian
No ASPEK YANG
DINILAI DESKRIPSI/KRITERIA SKOR
1.
Deskripsi latar tempat, waktu, dan suasana
1. Deskripsi lengkap dengan bukti logis. 2. Deskripsi lengkap dengan bukti kurang logis. 3. Deskripsi kurang lengkap tetapi bukti logis. 4. Deskripsi kurang lengkap dan bukti kurang logis.
5 4 3 2
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
392
2.
Tokoh dan karakter tokoh
2. Deskripsi lengkap dan tepat dengan bukti logis. 3. Deskripsi lengkap dan tepat tapi bukti kurang logis. 4. Deskripsi lengkap, kurang tepat, dan kurang logis. 5. Deskripsi kurang lengkap, kurang tepat, dan kurang
logis.
5 4 3 2
3.
Tema dan amanat
1. Tema dan amanat tepat. 2. Tema tepat amanat kurang tepat. 3. Tema kurang tepat amanat tepat. 4. Tema dan amanat kurang tepat.
5 4 3 2
4.
Hubungan antarunsur dan makna
1. Hubungan antarunsur tepat dan bermakna. 2. Hubungan antarunsur tepat tapi kurang bermakna. 5. Hubungan antarunsur kurang tepat tetapi bermakna. 6. Hubungan antarunsur kurang tepat dan kurang
bermakna.
5 4 3
2
Skor maksimal: Soal nomor 1 : 5 Soal nomor 2 : 5
Soal nomor 3 : 5 Soal nomor 3 : 5
20 Perhitungan nilai akhir
Perolehan skor
X 100 = Nilai siswa Skor maksimal
Sliyeg, ……………… 2012 Mengetahui: Guru mata pelajaran, Kepala Sekolah, H. SUDIYONO, S. Pd., M. Si. ILMAN NASIRI, S. Pd. NIP 195505021976041001 NIP 196602271987031004
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
393
LEMBAR KERJA SISWA Tugas/Perintah
1. Bacalah cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug” dengan teliti!
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini ! a. Sebutkan latar tempat, waktu, dan suasana cerita tersebut! b. Sebutkan lima tokoh dan karakter tokoh cerita tersebut ! c. Bagaimana tema dan amanat cerita tersebut ! d. Bagaimanakah hubungan antarunsur cerita dan makna cerita tersebut !
Jawaban : 1. Latar tempat, waktu, dan suasana cerita: …………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
2. Lima tokoh dan karakter tokoh cerita:
………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
3. Tema dan amanat cerita
………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
4. Hubungan antarunsur cerita dan makna cerita ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
Kelompok: …………………. Anggota : 1. ………………….
2. ………………….. 3. ….......................... 4. ………………….. 5. ………………….. 6. ….......................... 7. ..............................