bab v dalam pendidikan dan pembelajaran...

35
Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral … Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 359 BAB V PEMANFAATAN CERITA-CERITA RAKYAT INDRAMAYU DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN 5.1 Pemanfaatan Cerita-Cerita Rakyat Indramayu dalam Pendidikan Cerita-cerita rakyat mengandung nilai-nilai budaya, moral, dan kearifan lokal yang harus dilestarikan. Dibalik isi cerita-cerita rakyat terkandung ajaran- ajaran yang bersifat mendidik. Pemahaman nilai-nilai luhur melalui cerita rakyat merupakan bekal masyarakat untuk mengembangkan kepribadiannya berdasarkan etika budaya yang berlaku. Nilai-nilai luhur tersebut merupakan bagian dari kompleksitas kebudayaan. Cerita-cerita rakyat yang merupakan budaya lokal warisan leluhur juga mengandung kearifan lokal. Cerita-cerita rakyat tersebut, menyimpan sejumlah nilai budaya lokal seperti filosofi, adat-istiadat, moral, norma, sopan santun, dan perilaku masyarakat. Cerita-cerita rakyat Indramayu mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pendidikan masyarakat. Bagi masyarakat Indramayu, cerita-cerita rakyat merupakan perwujudan proses pendidikan. Oleh karena itu, cerita-cerita rakyat Indramayu perlu dikembangkan menjadi sebuah bentuk pendidikan bagi masyarakat. Pendidikan tersebut dilakukan melalui proses pengenalan hasil-hasil budaya secara terus menerus sehingga dapat membentuk pemahaman masyarakat terhadap kebudayaan dan hasil-hasilnya. Selain itu, cerita rakyat mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat, misalnya, sebagai: pelipur lara, protes sosial, dan sarana menyampaikan ide-ide dan gagasan.

Upload: hakhanh

Post on 04-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

359

BAB V

PEMANFAATAN CERITA-CERITA RAKYAT INDRAMAYU

DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

5.1 Pemanfaatan Cerita-Cerita Rakyat Indramayu dalam Pendidikan

Cerita-cerita rakyat mengandung nilai-nilai budaya, moral, dan kearifan

lokal yang harus dilestarikan. Dibalik isi cerita-cerita rakyat terkandung ajaran-

ajaran yang bersifat mendidik. Pemahaman nilai-nilai luhur melalui cerita rakyat

merupakan bekal masyarakat untuk mengembangkan kepribadiannya berdasarkan

etika budaya yang berlaku. Nilai-nilai luhur tersebut merupakan bagian dari

kompleksitas kebudayaan. Cerita-cerita rakyat yang merupakan budaya lokal

warisan leluhur juga mengandung kearifan lokal. Cerita-cerita rakyat tersebut,

menyimpan sejumlah nilai budaya lokal seperti filosofi, adat-istiadat, moral,

norma, sopan santun, dan perilaku masyarakat.

Cerita-cerita rakyat Indramayu mempunyai fungsi yang sangat penting

dalam pendidikan masyarakat. Bagi masyarakat Indramayu, cerita-cerita rakyat

merupakan perwujudan proses pendidikan. Oleh karena itu, cerita-cerita rakyat

Indramayu perlu dikembangkan menjadi sebuah bentuk pendidikan bagi

masyarakat. Pendidikan tersebut dilakukan melalui proses pengenalan hasil-hasil

budaya secara terus menerus sehingga dapat membentuk pemahaman masyarakat

terhadap kebudayaan dan hasil-hasilnya. Selain itu, cerita rakyat mempunyai

fungsi dalam kehidupan masyarakat, misalnya, sebagai: pelipur lara, protes sosial,

dan sarana menyampaikan ide-ide dan gagasan.

Page 2: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

360

Berdasarkan uraian tersebut, cerita-cerita rakyat Indramayu merupakan

karya sastra yang memiliki manfaat pendidikan bagi berbagai pihak. Manfaat

tersebut adalah sebagai berikut.

5.1.1 Manfaat bagi orang tua

Banyak orang beranggapan bahwa bercerita atau mendongeng adalah

aktivitas yang biasanya dilakukan oleh orang tua untuk meninabobokan anaknya

menjelang tidur di malam hari. Memang hal tersebut ada benarnya, tetapi di sisi

lain anggapan tersebut kurang tepat. Anggapan yang demikian dapat

mempersempit manfaat bercerita atau mendongeng. Pada umumnya, anak-anak

sangat menyukai cerita atau dongeng. Cerita yang sangat disukai anak-anak

adalah dongeng binatang, cerita rakyat, dan tokoh-tokoh sakti dan terkenal. Oleh

karena itu, setiap orang tua perlu menguasai cerita atau dongeng dan pandai

bercerita atau mendongeng.

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh para orang tua dari bercerita

atau mendongeng kepada anak. Manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1) Membangun hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak

Ketika berada di dekat orang tuanya sambil mendengarkan cerita, pada diri

anak akan tumbuh perasaan disayangi, dikasihi, dan diperhatikan oleh orang

tuanya. Di samping itu, ketika bercerita atau mendongeng, ada dialog langsung

antara orang tua dan anaknya. Hal inilah yang tidak dapat digantikan oleh media

lain, termasuk televisi sekalipun karena tidak dapat memberikan kehangatan dan

perasaan tersebut terhadap anak.

Page 3: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

361

2) Menumbuhkan imajinasi anak

Imajinasi yang dimaksud adalah daya bayang atau tanggapan anak

terhadap cerita atau dongeng. Pada saat mendengarkan cerita atau dongeng, selain

merasa senang, anak mengajukan beberapa pertanyaan tentang isi cerita atau

dongeng. Hal tersebut dapat mendorong tumbuhnya imajinasi dan berkembangnya

daya nalar anak. Para orang tua harus dapat memanfaatkan kesempatan bercerita

atau mendongeng untuk mengembangkan imajinasi dan nalar anak.

3) Menanamkan nilai-nilai budaya dan moral yang luhur kepada anak

Cerita Saida dan Saeni, dongeng Si Putih dan Si Belang, dan Asal-Usul

Kera Banjar merupakan contoh cerita-cerita rakyat Indramayu yang dapat dipetik

nilai budaya dan moral oleh anak. Cerita-cerita tersebut mengandung ajaran moral

yang sangat bermanfaat bagi anak. Bercerita atau mendongeng merupakan media

yang tepat untuk mengajarkan nilai-nilai budaya dan moral kepada anak. Semakin

sering anak membaca atau mendengarkan cerita atau dongeng, semakin peka pula

menangkap berbagai nilai-nilai budaya dan moral yang terkandung dalam cerita

atau dongeng tersebut.

4) Merangsang keinginan anak untuk gemar membaca

Dengan sering membaca buku cerita atau dongeng, anak menganggap

buku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

tidak sekadar bercerita atau mendongeng juga mewariskan keteladanan yang baik

kepada anak dalam hal gemar membaca. Untuk itu, para orang tua hendaknya

menyediakan berbagai buku cerita rakyat atau dongeng untuk dijadikan bahan

bacaan anak.

Page 4: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

362

Berdasarkan penjelasan tersebut, bercerita atau mendongeng memiliki

manfaat yang penting bagi orang tua. Oleh karena itu, sebaiknya para orang tua

menyediakan kesempatan dan waktu untuk bercerita atau mendongeng kepada

anak-anaknya. Berbagai kesempatan dapat dimanfaatkan para orang tua untuk

bercerita atau mendongeng. Waktu untuk bercerita atau mendongeng tidak harus

lama. Para orang tua dapat memanfaatkan waktu-waktu luang untuk bercerita atau

mendongeng, misalnya: pada malam hari sebelum anak tidur, sebelum anak

berangkat sekolah, atau saat berkumpul bersama. Ketika bercerita atau

mendongeng, para orang tua perlu menjiwai cerita yang dibawakan sehingga

menjadikan cerita tersebut sebagai sesuatu yang menyenangkan anak.

5.1.2 Manfaat bagi masyarakat

Cerita-cerita rakyat Indramayu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk

menyalurkan buah pikiran masyarakat. Selain itu, cerita-cerita rakyat Indramayu

merupakan perwujudan alam pikiran, pandangan hidup, ekspresi keinginan, dan

cita-cita bersama masyarakat pemiliknya. Dalam kajian sastra, hal-hal tersebut

merupakan nilai-nilai budaya daerah atau kearifan lokal. Nilai-nilai budaya

tersebut hidup dan berkembang dalam alam pikiran warga masyarakat sebagai

sesuatu yang mereka anggap sangat bernilai dan berharga. Wujudnya dapat berupa

adat-istiadat, norma hukum, atau norma-norma yang mengatur tingkah laku

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, nilai-nilai budaya

tersebut menjadi milik bersama yang selalu dihargai dan dihormati.

Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat mencakup persoalan

hidup dan kehidupan. Menurut Nurgiyantoro (2000:324), ”Secara garis besar

Page 5: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

363

persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan

(1) hubungan manusia dengan diri sendiri, (2) hubungan manusia dengan manusia

lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan (3)

hubungan manusia dengan Tuhannya.” Hal tersebut mengandung makna bahwa

cerita rakyat mencakup berbagai persoalan hidup dan kehidupan masyarakat

pendukungnya. Persoalan hidup tersebut meliputi hubungan manusia dengan diri

sendiri, manusia lain, lingkungan alam, dan Tuhannya. Dengan demikian, cerita

rakyat mengandung nilai-nilai budaya yang luhur yang meliputi nilai budaya

individual, sosial, dan religi.

5.1.2.1 Nilai budaya individual

Nilai budaya individual menyangkut hubungan manusia dengan kehidupan

diri sendiri. Nilai budaya individual dapat dikatakan sebagai cara manusia

memperlakukan diri pribadi. Nilai budaya individu yang ada dalam cerita-cerita

rakyat dapat diajarkan kepada anak-anak untuk memahami etika dan estetika.

Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita-cerita rakyat perlu disampaikan

kepada anak-anak kita karena merupakan bagian dari moral individu yang dapat

diterapkan dalam etika bertingkah laku sehari-hari. Dengan demikian, anak-anak

dapat mengerti bahwa perlu ada etika dalam bersikap dan bertingkah laku.

Berdasarkan analisis, nilai-nilai budaya individual yang terkandung dalam

cerita-cerita rakyat Indramayu meliputi: a) setia, b) disiplin, c) mandiri, d) jujur,

e) rela berkorban, f) bekerja keras, g) menepati janji, h) bijaksana, i) berbudi

luhur, dan j) rendah hati. Nilai-nilai budaya tersebut perlu dikembangkan dan

diterapkan masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan.

Page 6: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

364

5.1.2.2 Nilai budaya sosial

Nilai budaya sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain.

Dalam hubungan tersebut, manusia perlu memahami norma-norma yang berlaku

agar hubungannya dapat berjalan lancar dan tidak terjadi kesalahpahaman.

Manusia pun harus mampu membedakan perbuatan yang baik dan yang buruk

sesuai dengan etika budaya yang berlaku. Dalam cerita-cerita rakyat Indramayu

tersirat nilai-nilai budaya sosial yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

berkomunikasi dengan sesama.

Berdasarkan analisis, nilai-nilai budaya sosial yang terkandung dalam

cerita-cerita rakyat Indramayu meliputi: a) kerjasama, b) saling menolong, c)

kasih sayang, d) kerukunan, e) musyawarah, dan f) menuruti nasihat orang tua.

Nilai-nilai budaya tersebut perlu diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan

masyarakat.

5.1.2.3 Nilai budaya religi

Nilai-nilai budaya religi adalah nilai-nilai yang mengatur hubungan

manusia dengan Tuhan. Dalam hubungan tersebut, manusia merupakan makhluk

Tuhan Yang Mahakuasa. Sebagai makhluk Tuhan, manusia wajib percaya bahwa

Tuhanlah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Tuhan adalah Maha

Pemberi, Pengasih, dan Penyayang terhadap makhluknya. Sebagai makhluk

beragama, manusia harus meyakini dan mempercayai adanya kekuasaan dan zat

yang tertinggi yaitu Tuhan. Oleh karena itu, manusia harus beriman dan bertakwa

kepada Tuhan dengan cara menjalani segala perintah-Nya dan menjauhkan segala

larangan-Nya.

Page 7: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

365

Nilai-nilai budaya religi yang terdapat dalam cerita-cerita rakyat

Indramayu dapat dijadikan sebagai nasihat kepada anak-anak. Nilai-nilai religi

tersebut meliputi: a) percaya kepada Tuhan Yang Mahaesa, b) berserah diri

kepada Allah, c) tawakal, d) suka berdoa, dan e) taat beribadah. Nilai-nilai budaya

tersebut dapat dikembangkan dan diterapkan masyarakat dalam berbagai kegiatan

keagamaan.

Berdasarkan uraian tersebut, cerita-cerita rakyat Indramayu dapat

dimanfaatkan masyarakat dalam berbagai bidang kegiatan. Kegiatan-kegiatan

tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Pentas seni

Di Indramayu banyak berdiri grup kesenian. Grup kesenian tersebut di

antaranya adalah: tarling, sintren, tari topeng, genjring akrobat, sandiwara, dan

wayang. Bagi grup-grup seni tersebut, terutama tarling, sandiwara, dan wayang,

cerita-cerita rakyat dapat dijadikan sebagai salah satu lakon dalam pentasnya.

Dengan demikian, bukan hanya drama keluarga, cerita sejarah, babad, akrobat,

atau cerita mahabarata dan ramayana yang dilakonkan oleh grup-grup seni.

2) Industri batik dan bordir

Di Indramayu terdapat industri batik dan bordir. Industri batik terdapat di

Paoman. Batik Paoman adalah batik yang berciri khas pesisir dan memiliki corak

yang berbeda dengan batik daerah lainnya. Perpaduan antara kepercayaan, adat

istiadat, seni, dan lingkungan kehidupan daerah pesisir, ditambah lagi adanya

pengaruh dari luar mempengaruhi terbentuknya motif dan karakter batik tulis

Paoman. Pusat industri bordir terdapat di Desa Sukawera, Kecamatan Bangodua.

Page 8: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

366

Motif bordir yang cukup terkenal adalah motif seruni, tapak kebo, bunga tulip,

dan lunglungan. Dalam upaya variasi produk, cerita-cerita rakyat Indramayu dapat

dijadikan sebagai salah satu pilihan motif dan karakter batik dan bordir tersebut.

Dengan demikian, motif batik Paoman dan bordir Sukawera menjadi lebih banyak

ragam dan coraknya.

3) Kerajinan gerabah, anyaman, dan ukir

Di beberapa desa di Indramayu terdapat kerajinan gerabah, anyaman, dan

ukir. Kerajinan gerabah terdapat di Desa Parean Girang Kecamatan Kandanghaur,

Desa Anjun Kecamatan Indramayu, dan Desa Gadingan Kecamatan Sliyeg.

Bentuk dan motif gerabah yang dihasilkan berbeda. Anyaman dan seni ukir

terdapat di berbagai tempat di Indramayu. Sebagai wujud upaya perluasan,

pengembangan, dan pelestarian, cerita-cerita rakyat Indramayu dapat dijadikan

sebagai alternatif motif kerajinan gerabah , anyaman, dan seni ukir yang

dihasilkan ketiga desa tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perajin batik, bordir,

gerabah, seni ukir, anyaman, dan pelukis di beberapa tempat di Indramayu,

diperoleh informasi sebagai berikut. Cerita-cerita rakyat Indramayu dapat saja

dijadikan sebagai motif atau corak kerajinan-kerajinan tersebut. Akan tetapi,

mereka belum siap untuk mencoba menerapkan motif atau corak cerita-cerita

rakyat Indramayu dalam kerajinan mereka. Alasan mereka adalah kawatir motif

atau corak baru tersebut akan mengurangi minat pelanggan sebab selama ini para

pelanggan atau peminat kerajinan mereka sangat menyukai motif atau corak yang

sudah ada.

Page 9: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

367

5.1.3 Manfaat bagi Pemerintah Indramayu

Cerita-cerita rakyat Indramayu merupakan kekayaan budaya masyarakat

Indramayu. Setiap wilayah di Indramayu mempunyai cerita rakyat tersendiri.

Setiap cerita rakyat mempunyai nilai-nilai budaya dan moral yang beragam. Nilai-

nilai budaya dan moral yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat memang

berbeda-beda. Namun, mempunyai kesamaan dalam tema, pesan moral yang ingin

disampaikan, dan fungsi bagi masyarakat. Pada dasarnya, cerita-cerita rakyat

tersebut selain berfungsi sebagai hiburan, juga dapat dijadikan sebagai media

pendidikan bagi masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh

pengetahuan dan keteladanan berupa nilai-nilai budaya dan moral dari cerita-

cerita rakyat yang dinikmatinya.

Sekarang ini, cerita-cerita rakyat sudah tergeser oleh berbagai bentuk

hiburan yang ditayangkan melalui berbagai media. Media-media seperti: televisi,

radio, surat kabar, dan media-media lain mampu menyajikan hiburan yang lebih

menarik kepada masyarakat. Sebagai media audiovisual, televisi menyajikan

tayangan-tayangan yang sangat menghibur masyarakat. Meskipun tidak semenarik

televisi, radio dan surat kabar juga mampu menyajikan hiburan yang cukup

menarik. Kehadiran media-media tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan

Pemerintah Indramayu dalam upaya mengenalkan dan melestarikan cerita-cerita

rakyat. Media televisi, radio, dan koran lokal sebaiknya perlu diajak bekerja sama

dalam upaya tersebut. Cara yang ditempuh Pemerintah Indramayu misalnya,

mengimbau media televisi, radio, dan koran lokal agar memberi lebih banyak

ruang untuk menyajikan cerita-cerita rakyat sebagai tontonan dan bacaan.

Page 10: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

368

Nilai-nilai budaya dan moral yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat

Indramayu perlu diajarkan kepada masyarakat. Hal tersebut penting agar

masyarakat dapat memahami budayanya dan etika bertingkah laku dalam

kehidupan sehari-hari. Cerita-cerita rakyat Indramayu merupakan salah satu

potensi budaya daerah yang dapat mengangkat nilai-nilai luhur sosial budaya

daerah. Cerita-cerita rakyat Indramayu yang mengandung nilai-nilai luhur tersebut

perlu dilestarikan agar tidak hilang. Cerita-cerita rakyat Indramayu yang

merupakan salah satu tradisi lisan perlu diwariskan kepada generasi muda agar

tetap hidup dan berkembang.

Berbagai cara dapat dilakukan oleh Pemerintah Indramayu dalam

melestarikan cerita-cerita rakyat Indramayu. Cara-cara tersebut di antaranya

adalah sebagai berikut.

1) Menuliskan kembali cerita-cerita rakyat yang tersebar di Indramayu

Pada umumnya, sebagian masyarakat kurang mengenal cerita-cerita rakyat

daerahnya sendiri. Masyarakat lebih mengenal cerita-cerita rakyat Nusantara,

seperti cerita Malin Kundang dan Sangkuriang. Apabila hal tersebut dibiarkan,

lambat laun cerita-cerita rakyat Indramayu punah dan tidak dikenal lagi oleh

masyarakat Indramayu. Oleh karena itu, cerita-cerita rakyat Indramayu yang

tersebar di wilayah Indramayu perlu dikumpulkan dan ditulis kembali.

2) Menerjemahkan cerita-cerita rakyat Indramayu ke dalam bahasa Indonesia

Cerita-cerita rakyat Indramayu umumnya dituturkan dalam bahasa Jawa

dialek Indramayu. Bahasa tersebut kurang dimengerti oleh sebagian masyarakat

Indramayu sendiri. Agar dapat dibaca dan dipahami oleh masyarakat, cerita-cerita

Page 11: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

369

rakyat Indramayu perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dengan

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, cerita-cerita rakyat Indramayu tidak

hanya dapat dibaca oleh masyarakat Indramayu sendiri, juga oleh masyarakat

daerah-daerah lain.

3) Menerbitkan cerita-cerita rakyat Indramayu menjadi buku bacaan

Buku bacaan cerita-cerita rakyat Indramayu sulit diperoleh. Kalupun ada,

buku tersebut masih dalam bentuk kumpulan cerita atau babad dan masih

tersimpan di Perpustakaan Daerah Indramayu. Sulitnya memperoleh buku cerita-

cerita rakyat Indramayu karena belum ada buku terbitan tentang cerita-cerita

rakyat Indramayu. Sebaiknya cerita-cerita rakyat Indramayu diterbitkan menjadi

buku yang dapat dibeli dan dibaca oleh masyarakat. Dengan diterbitkan menjadi

buku bacaan, cerita-cerita rakyat Indramayu dapat dibaca oleh masyarakat luas.

4) Mengadakan perlombaan pentas seni cerita rakyat

Pentas seni merupakan kegiatan yang menghibur dan menarik masyarakat

Indramayu. Perlombaan pentas seni dapat berupa seni drama dengan lakon cerita-

cerita rakyat Indramayu. Perlombaan pentas seni dapat diikuti oleh para siswa dari

TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Perlombaan pentas seni dapat juga

diikuti oleh anggota Karang Taruna atau grup-grup kesenian yang ada di setiap

desa di Indramayu. Perlombaan dapat dimulai dari tingkat kecamatan kemudian

dilanjutkan ke tingkat kabupaten. Melalui perlombaan pentas seni, ada dua hasil

yang diperoleh Pemerintah Indramayu. Pertama, kegiatan seni daerah Indramayu

memungkinkan menjadi berkembang. Kedua, cerita-cerita rakyat Indramayu

menjadi lebih dikenal masyarakat.

Page 12: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

370

Selain upaya-upaya tersebut, mengenalkan dan melestarikan cerita-cerita

rakyat Indramayu dapat dilakukan melalui media hiburan daerah. Media hiburan

daerah seperti tarling, sintren, wayang, tari topeng, dan sandiwara hendaknya

dibina dan diberi motivasi untuk turut serta melestarikan cerita-cerita rakyat

Indramayu. Salah satu caranya adalah menjadikan cerita-cerita rakyat Indramayu

sebagai lakon dalam setiap pentasnya. Tontonan keragaman cerita rakyat disajikan

sesering mungkin kepada generasi muda, pelajar, dan masyarakat agar mereka

mengetahui cerita-cerita rakyat daerahnya dan kearifan lokal budayanya.

5.2 Penerapan Cerita-Cerita Rakyat Indramayu dalam Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis terhadap cerita-cerita rakyat Indramayu dan hasil

wawancara dengan beberapa guru Bahasa Indonesia di beberapa Sekolah

Menengah Pertama di Indramayu, penulis berpendapat bahwa cerita-cerita rakyat

Indramayu dapat dijadikan sebagai bahan ajar apresiasi prosa fiksi di Sekolah

Menengah Pertama.

5.2.1 Dasar pemikiran

Cerita rakyat merupakan sarana penanaman nilai terhadap peserta didik.

Cerita rakyat mengandung nilai-nilai budaya, moral, dan kearifan lokal yang

bermanfaat bagi peserta didik. Hal tersebut berkaitan dengan salah satu manfaat

pembelajaran sastra yaitu membentuk watak peserta didik. Nilai-nilai budaya

yang terkandung dalam cerita rakyat adalah: nilai individu, sosial, dan religi

sedangkan nilai-nilai moral meliputi moral terhadap diri sendiri, sesama manusia,

dan Tuhan.

Page 13: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

371

Menurut Zuriah (2007: 51), “Pada jenjang pendidikan sekolah menengah

pertama (SMP), pola berpikir anak sudah mampu untuk diajak memahami dan

melihat nilai-nilai hidup berdasarkan pertanggungjawabannya serta dasar

pemikirannya.” Pendapat tersebut bermakna bahwa anak SMP sudah mampu

memahami makna nilai-nilai hidup sesuai dengan tanggung jawab dan

pemikirannya. Pada diri mereka sudah terdapat pemikiran untuk mewujudkan

nilai-nilai tersebut dalam berbagai kegiatan.

Megawangi (2009: 137) mengatakan bahwa ”…sejak usia 12 tahun sampai

usia 20 tahun, anak akan menempuh fase identity versus confusion (mencari

identitas diri lawan kebingungan).” Menurut Megawangi, pada masa ini selain

anak sudah merasa mampu dan percaya diri, perkembangan selanjutnya akan

mudah baginya untuk mencari identitas diri. Konsep diri yang positif atau

bagaimana ia menilai dirinya akan meningkatkan kepercayaan dirinya.

Adapun menurut Piaget (Nasution: 1993: 84), “Anak usia 11 tahun ke atas

berada pada tingkat operasi formal yaitu kemampuan menggunakan pikiran logis

dan menerapkan aturan-aturan atau prinsip-prinsip dalam situasi yang lebih

abstrak.” Pada usia tersebut, anak sanggup mengajukan hipotesis, mengujinya,

dan merumuskan kesimpulan. Anak sudah dapat memikirkan kemungkinan-

kemungkinan memecahkan masalah sendiri.

Pendapat-pendapat tersebut mengarah pada satu kesimpulan bahwa anak

usia 11 atau 12 ke atas adalah setingkat anak SMP atau SMA. Anak pada

tingkatan tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut. Pertama, memiliki

kemampuan memahami nilai-nilai hidup sesuai dengan dasar pemikirannya.

Page 14: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

372

Kedua, memiliki rasa percaya diri, mampu menilai diri, dan mencari identitas diri.

Ketiga memiliki kemampuan berpikir logis dan menerapkan aturan-aturan dalam

situasi abstrak.

Pembelajaran apresiasi prosa fiksi dengan bahan ajar cerita-cerita rakyat

Indramayu mengandung beberapa manfaat. Manfaat-manfaat tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Mengenal budaya Indramayu

Cerita-cerita rakyat Indramayu berlatar budaya Indramayu. Latar tersebut

meliputi: kepercayaan, adat-istiadat, nilai-nilai, pola pikir, moral, etika, hiburan,

seni, dan matapencaharian. Cerita-cerita rakyat hendaknya menghadirkan sesuatu

yang berhubungan dengan latar kehidupan peserta didik. Peserta didik lebih

mudah tertarik pada cerita-cerita rakyat dengan latar belakang budaya sesuai

dengan latar belakang kehidupannya. Dengan membaca cerita Saida Saeni

(Ronggeng Kali Sewo), misalnya, peserta didik mengenal tempat dan budaya

cerita tersebut. Dengan demikian, tanpa disadari peserta didik dapat mengenal dan

mencintai budaya daerahnya.

2. Memperoleh ajaran moral

Banyak ajaran moral yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat

Indramayu. Misalnya, dalam cerita Saida Saeni (Ronggeng Kali Sewo) terdapat

pesan moral bahwa meraih sukses dengan mengabdi pada makhlus halus atau

siluman adalah perbuatan yang melanggar agama dan sosial. Bersama peserta

didik guru dapat membahas ajaran-ajaran moral tersebut dengan cara menanyakan

tanggapan mereka tentang cerita rakyat yang baru disampaikan.

Page 15: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

373

3. Belajar bahasa daerah

Dalam bercerita, guru dapat menggunakan bahasa daerah Indramayu

tingkatan ‘bahasa basan atau bebasan’. Hal tersebut merupakan salah satu cara

mengenalkan bahasa daerah Indramayu kepada peserta didik. Jika menguasai

’bahasa basan atau bebasan’, ceritakanlah cerita atau dongeng dengan bahasa

tersebut. Namun demikian, tentunya guru tetap menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa utama pengantar dalam proses pembelajaran.

4. Mengetahui asal usul cerita

Guru dapat fokus pada cerita-cerita rakyat dari wilayah tertentu di

Indramayu sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Ini adalah cara terbaik

guru dalam mengenalkan atau memberitahukan asal-usul cerita rakyat tanpa harus

menceramahi peserta didik. Guru cukup memberikan penjelasan seperlunya

mengenai cerita rakyat yang dijadikan bahan ajar. Gunakanlah segala sesuatu

yang khas dari wilayah asal cerita rakyat tersebut, seperti: tempat, adat-istiadat,

upacara adat, dan hukum adat.

5.2.2 Model Pembelajaran Cerita-Cerita Rakyat Indramayu

Pembelajaran kemampuan bersastra meliputi empat aspek keterampilan

yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan

ragam sastra. Keempat aspek tersebut merupakan bagian dari upaya untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif terhadap bahasa

dan sastra Indonesia. Pembelajaran apresiasi sastra juga merupakan sarana untuk

memahami keragaman budaya Indonesia.

Page 16: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

374

Pembelajaran apresiasi sastra harus sesuai dengan standar proses. Hal

tersebut sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Standar Nasional Pendidikan

diyatakan bahwa salah satu standar yang harus dikembangkan guru adalah standar

proses (Peraturan Mendiknas Nomor 41 tahun 2007). Standar proses adalah

standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan proses pembelajaran pada

satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.

Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran apresiasi sastra harus ditekankan

pada upaya pengembangan keterampilan bersastra peserta didik. Pembelajaran

apresiasi sastra yang dirancang guru bukan hanya teori melainkan harus apresiatif

yaitu dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk

berekspresi dan berkreasi. Oleh karena itu, pemilihan dan pengembangan bahan

ajar, tujuan, teknik, dan arah pembelajaran sastra harus menekankan pada kegiatan

pembelajaran yang bersifat apresiasi.

Untuk kepentingan tersebut, penulis menawarkan model pembelajaran

apresiasi prosa fiksi dengan bahan ajar cerita-cerita rakyat Indramayu. Model

pembelajaran tersebut adalah pembelajaran kontekstual atau lebih dikenal dengan

istilah CTL (Contextual Teaching and Learning). Menurut Mulyasa (2011: 174)

”Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang sering disingkat CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan pendidikan karakter di sekolah. Dengan kata lain, CTL dapat dikembangkan menjadi salah satu model pembelajaran berkarakter karena dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari,”

Page 17: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

375

Melalui proses pembelajaran CTL, peserta didik memperoleh makna

terhadap apa yang dipelajari. Model CTL memungkinkan proses pembelajaran

berlangsung secara alamiah, efektif, efisien, dan menyenangkan. Dalam proses

pembelajaran, peserta didik dapat menerapkan dan mempraktikkan nilai-nilai

karakter yang dipelajarinya secara langsung. Pembelajaran kontekstual mampu

mendorong peserta didik memahami hakikat dan manfaat belajar sehingga

termotivasi untuk terus belajar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa

(2011: 176) bahwa ”CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan

menolong para peserta didik memahami makna dari materi pembelajaran yang

dipelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks

keadaan pribadi, sosial, dan budaya dalam kehidupan sehari-hari.”

Untuk mencapai tujuan tersebut, Mulyasa (2011: 176) menawarkan delapan

komponen yang harus dipenuhi dalam pembelajaran model CTL yaitu:

• membuat hubungan-hubungan yang bermakna (making meaningful connection),

• melakukan pekerjaan yang berarti (doing significant work), • melakukan pembelajaran yang diatur sendiri (self regulated learning), • melakukan kerja sama (collaborating), • berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking), • membantu individu untuk tumbuh dan berkembang (nurturing the

individual), • mencapai standar yang tinggi (reaching high standards), dan • menggunakan penilaian yang real dan otentik (using real and authentic).

Berikut ini penulis sajikan contoh pembelajaran apresiasi prosa fiksi di

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan bahan ajar cerita-cerita rakyat

Indramayu. Cerita-cerita rakyat Indramayu tersebut meliputi sebuah dongeng,

legenda, dan mite.

Page 18: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

376

5.2.2.1 Pembelajaran Apresiasi Prosa Fiksi di Kelas VII

1) Silabus

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/Ganjil Standar Kompetensi : Aspek mendengarkan

5. Mengapresiasi dongeng yang diperdengarkan

Kompetensi Dasar

Materi Pokok pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Nilai

Karakter Indikator

Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

Teknik Bentuk Instrumen

5.1 Menemu Kan hal-

hal yang menarik dari dongeng yang diper-

dengarkan.

1. Dongeng ”Si Putih dan Si Belang.” a. Cara menemukan hal yang menarik dari dongeng dan penerapan- nya.

♦ Mendengarkan penyajian

dongeng. ♦ Bertanya jawab untuk

menemukan ide-ide yang menarik dari dongeng.

♦ Berdiskusi untuk menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng.

♦ Merangkai ide-ide menarik menjadi hal-hal menarik dari dongeng.

♦ Berpikir

logis ♦ Rasa

ingin tahu

♦ Demo kratis ♦ Kritis

1. Mampu menemukan

ide-ide menarik dari dongeng yang diperdengarkan.

2. Mampu merangkai hal-hal menarik menjadi wacana singkat menarik dari dongeng yang diperdengarkan.

Tes tulis

Uraian

(Disajikan simak- an dongeng Si Putih dan Si Belang) Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar! 1. Carilah empat

hal-hal menarik dalam dongeng tersebut!

2. Rangkailah hal-hal menarik tersebut

menjadi wacana singkat yang menarik

2 x 40

Kaset/ CD dongeng Buku paket LKS

376

Page 19: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

377

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP Negeri 1 Sliyeg Indramayu Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/Ganjil Standar Kompetensi : 5. Mengapresiasi dongeng yang diperdengarkan. Kompetensi Dasar : 5.1 Menemukan hal-hal menarik dari dongeng

yang diperdengarkan. Indikator : 1. Siswa dapat menemukan dengan tepat empat

hal menarik dari dongeng yang diperdengarkan.

2. Siswa dapat merangkai dengan tepat empat ide menarik yang ditemukan dari dongeng yang

diperdengarkan menjadi wacana menarik.

Alokasi waktu : 2 x 40 menit (Satu pertemuan) A. Tujuan Pembelajaran:

Siswa dapat menemukan hal-hal menarik dan merangkainya menjadi wacana menarik dari dongeng yang diperdengarkan.

B. Materi Pembelajaran:

1) CD/Kaset Dongeng ”Si Putih dan Si Belang”. 2) unsur-unsur intrinsik: a) karakter tokoh, dan b) peristiwa C. Metode Pembelajaran:

1) Ceramah 2) Tanya jawab 3) Diskusi 4) Inquiri

5) Penugasan

Page 20: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

378

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:

1) Kegiatan Awal:

a) Guru melakukan apersepsi. b) Guru membuka pembelajaran. c) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi pembelajaran. d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. e) Guru menyampaikan secara singkat materi pembelajaran.

2) Kegiatan Inti:

a) Eksplorasi

(1) Siswa memperhatikan dan mendengarkan tayangan rekaman dongeng ”Si Putih dan Si Belang”. (2) Siswa menangkap, menemukan, dan mencatat hal-hal penting dari tayangan rekaman dongeng ”Si Putih dan Si Belang”. (3) Siswa melakukan tanya jawab tentang hal-hal menarik yang ditemukan

dari dongeng ”Si Putih dan Si Belang” yang diperdengarkan. b) Elaborasi

(4) Siswa berdiskusi untuk menemukan dan menganalisis hal-hal yang menarik dari dongeng yang diperdengarkan. (5) Siswa berdiskusi untuk merangkai hal-hal menarik yang ditemukan yang diperdengarkan menjadi wacana yang menarik. (6) Dalam kelompok masing-masing, siswa membuat laporan hasil diskusi yang akan dilaporkan dalam diskusi kelas. (7) Setiap kelompok siswa melaporkan hasil diskusi dalam diskusi kelas. c) Konfirmasi

(8) Siswa membahas materi diskusi dilanjutkan dengan tanya jawab dan penjelasan secukupnya tentang materi diskusi. (9) Guru dan siswa memilih dan memberi penghargaan kepada kelompok terbaik. (10) Siswa membahas kesan dan pesan pembelajaran.

3) Kegiatan Akhir:

(a) Siswa menyimpulkan materi pembelajaran. (b) Guru menilai proses dan hasil pembelajaran. (c) Siswa bertanya jawab sebagai umpan balik pembelajaran. (d) Guru memberikan tugas dan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya kepada siswa. (e) Guru menutup pembelajaran.

Page 21: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

379

5. Sumber Belajar:

a. CD rekaman dongeng b. Lembar kerja siswa c. Buku paket dan buku penunjang d. Tip recorder atau audio

6. Penilaian:

a. Teknik : Tes tulis b. Bentuk Instrumen : Uraian c. Soal/instrumen :

Dengarkan tayangan dongeng ”Si Putih dan Si Belang” berikut ini dengan saksama, kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan pada lembar jawaban yang tersedia ! 1. Carilah empat hal-hal menarik yang terdapat dalam dongeng tersebut ! 2. Rangkailah ide-ide tersebut menjadi wacana singkat dan menarik !

Rubrik Penilaian

No ASPEK YANG

DINILAI DESKRIPSI/KRITERIA SKOR

1.

Ide cerita/dongeng

1. Menuliskan empat hal dengan tepat. 2. Menuliskan empat hal tetapi kurang tepat. 3. Menuliskan kurang empat hal tetapi tepat. 4. Menuliskan kurang empat dan kurang tepat.

5 4 3

2

2.

Rangkaian ide

1. Rangkaian ide selaras dan sangat menarik. 2. Rangkaian ide selaras tetapi kurang menarik. 3. Rangkaian ide kurang selaras tetapi menarik. 4. Rangkaian ide kurang selaras dan menarik.

5 4 3 2

Skor maksimal: Soal nomor 1 : 5 Soal nomor 2 : 5 10

Page 22: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

380

Perhitungan nilai akhir:

Perolehan skor

X 100 = Nilai siswa Skor maksimal

Sliyeg, ……………… 2012 Mengetahui: Guru mata pelajaran, Kepala Sekolah, H. SUDIYONO, S. Pd., M. Si. ILMAN NASIRI, S. Pd. NIP 195505021976041001 NIP 196602271987031004

Page 23: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

381

LEMBAR KERJA SISWA

Petunjuk Kegiatan 1. Mohon kalian dengarkan tayangan rekaman dongeng “Si Putih dan Si Belang”

berikut ini dengan saksama! 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini !

a. Temukan empat hal-hal menarik dari dongeng tersebut ! b. Rangkailah hal-hal menarik yang telah kalian temukan tersebut menjadi

wacana singkat yang menarik !

Jawaban : 1. Empat hal menarik dari dongeng: …………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………

2. Rangkaian hal-hal menarik menjadi wacana singkat menarik dari dongeng:

………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………

Kelompok: …………………. Anggota : 1. ………………….

2. ………………….. 3. ….......................... 4. ………………….. 5. ………………….. 6. ….......................... 7. …………………..

Page 24: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

382

5.2.2.2 Pembelajaran Apresiasi Prosa Fiksi di Kelas VIII

1. Silabus

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII/Genap Standar Kompetensi : Aspek mendengarkan

13. Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan.

Kompetensi Dasar

Materi Pokok pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Nilai

Karakter Indikator

Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

Teknik Bentuk Instrumen

13.1 Meng- Identifi- kasi

karakter tokoh novel remaja (asli atau terjemah-an yang dibaca-

kan.

1.Cerita ”Asal-

Usul Kera banjar” .

2. Tokoh dan karakter tokoh cerita. 3. Identifikasi karakter tokoh

♦ Mendengarkan

pembacaan cerita Asal-Usul Kera Banjar.

♦ Mendata empat tokoh cerita Asal-Usul Kera Banjar.

♦ Mengidentifikasi karakter empat tokoh cerita Asal-Usul Kera Banjar.

♦ Berpikir

logis ♦ Kerja

keras ♦ Demo kratis ♦ Kritis ♦ Kreatif

1. Mampu menemukan

empat tokoh cerita Asal-Usul Kera Banjar.

2. Mampu mengidentifikasi karakter empat tokoh cerita Asal-Usul Kera Banjar disertai dengan bukti/alasan yang logis.

Tes tulis

Uraian

(Disajikan simakan cerita Legenda Asal-Usul Kera Banjar) Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar! 1. Sebutkan empat tokoh dalam cerita legenda Asal-Usul Kera Banjar 2. Jelaskan karakter keempat tokoh tersebut diserta dengan bukti/alasan logis.

2 x 40

Cerita Legenda Asal-Usul Kera Banjar Buku paket LKS

382

Page 25: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

383

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP Negeri 1 Sliyeg Indramayu Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII/Genap Standar Kompetensi : 13. Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli

atau terjemahan) yang dibacakan. Kompetensi Dasar : 13.1 Mengidentifikasi karakter tokoh novel

remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan.

Indikator : 1. Siswa dapat menemukan dengan tepat empat tokoh cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”

2. Siswa dapat mengidentifikasi dengan tepat karakter empat tokoh cerita legenda ”Asal Usul Kera Banjar” .

Alokasi waktu : 2 x 40 menit (Satu pertemuan). A. Tujuan Pembelajaran:

Siswa dapat menemukan tokoh dan mengidentifikasi karakter tokoh legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”.

B. Materi Pembelajaran:

1) Naskah Cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”. 2) Struktur intrinsik: a) tokoh cerita, dan

b) karakter tokoh. C. Metode Pembelajaran:

1) Ceramah 2) Tanya jawab 3) Diskusi 4) Penemuan 5) Penugasan

Page 26: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

384

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:

1) Kegiatan Awal:

a) Guru melakukan apersepsi. b) Guru membuka pembelajaran. c) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi pembelajaran. d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. e) Guru menyampaikan secara singkat materi pembelajaran.

2) Kegiatan Inti:

a) Eksplorasi

(1) Beberapa siswa secara bergiliran membaca cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”. (2) Siswa lain memperhatikan dan mendengarkan pembacaan cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar” yang dibacakan temannya. (3) Siswa menemukan dan mencatat tokoh-tokoh cerita legenda ”Asal- Usul Kera Banjar” yang dibacakan temannya. (4) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan tokoh dan karakter tokoh cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”. b) Elaborasi

(5) Siswa berdiskusi untuk menemukan empat tokoh cerita legenda ”Asal- Usul Kera Banjar”. (6) Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi karakter empat tokoh cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”. (7) Siswa membuat laporan hasil diskusi yang akan dilaporkan dalam diskusi kelas. (8) Setiap kelompok siswa melaporkan hasil diskusi dalam diskusi kelas. c) Konfirmasi

(9) Siswa membahas materi diskusi dilanjutkan dengan tanya jawab dan penjelasan secukupnya tentang materi diskusi.

(10) Siswa memilih dan memberi penghargaan kepada kelompok terbaik. (11) Siswa membahas kesan dan pesan pembelajaran.

3) Kegiatan Akhir:

(a) Siswa menyimpulkan materi pembelajaran. (b) Siswa bertanya jawab sebagai umpan balik pembelajaran. (c) Guru menilai proses dan hasil pembelajaran. (d) Guru memberi tugas dan rencana pembelajaran pertemuan berikutnya.

Page 27: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

385

(e) Guru menutup pembelajaran.

5. Sumber Belajar:

a. Naskah legenda “Asal-Usul Kera Banjar”. b. Lembar kerja siswa. c. Buku paket dan buku penunjang.

6. Penilaian:

a. Teknik : Tes tulis b. Bentuk Instrumen : Uraian c. Soal / instrumen :

Dengarkan tayangan cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar” berikut ini dengan saksama kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tersedia pada lembar jawaban!

1. Carilah empat tokoh yang terdapat dalam cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar” tersebut !

2. Jelaskan karakter tiap-tiap tokoh tersebut disertai dengan alasan dan bukti yang logis !

Rubrik Penilaian

No ASPEK YANG

DINILAI DESKRIPSI/KRITERIA SKOR

1.

Tokoh Cerita

1. Dapat menemukan empat tokoh dengan tepat. 2. Dapat menemukan empat tokoh kurang tepat. 3. Dapat menemukan kurang dari empat tokoh tetapi

tepat. 4. Dapat menemukan kurang empat tokoh dan kurang

tepat.

5 4 3 2

2.

Karakter Tokoh

1. Dapat menjelaskan karakter empat tokoh dengan

alasan dan bukti logis. 2. Dapat menjelaskan karakter empat tokoh dengan

alasan dan bukti kurang logis. 3. Dapat menjelaskan karakter kurang dari empat

tokoh dengan alasan dan bukti logis. 4. Dapat menjelaskan karakter kurang dari empat

tokoh dengan alasan dan bukti kurang logis.

5 4 3 2

Skor maksimal: Soal nomor 1 : 5 Soal nomor 2 : 5 10

Page 28: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

386

Perhitungan nilai akhir:

Perolehan skor

X 100 = Nilai siswa Skor maksimal

Sliyeg, ……………… 2012 Mengetahui: Guru mata pelajaran, Kepala Sekolah, H. SUDIYONO, S. Pd., M. Si. ILMAN NASIRI, S. Pd. NIP 195505021976041001 NIP 196602271987031004

Page 29: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

387

LEMBAR KERJA SISWA

Tugas/Perintah 1. Mohon kalian dengarkan pembacaan cerita legenda “Asal-Usul Kera Banjar”

berikut ini dengan saksama ! 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

a. Temukan empat tokoh cerita legenda tersebut ! b. Jelaskan karakter tiap-tiap tokoh tersebut disertai dengan bukti dan alasan

logis !

Jawaban : 1. Empat tokoh cerita legenda “Asal-Usul Kera Banjar”: …………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………

2. Karakter tiap-tiap tokoh cerita legenda ”Asal-Usul Kera Banjar”:

………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………

Kelompok: …………………. Anggota : 1. ………………….

2. ………………….. 3. ….......................... 4. ………………….. 5. ………………….. 6. ….......................... 7. …………………..

Page 30: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

388

5.2.2.3 Pembelajaran Apresiasi Prosa Fiksi di Kelas IX

1) Silabus

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : IX/GANJIL Standar Kompetensi : Aspek membaca

7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen).

Kompetensi Dasar

Materi Pokok pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Nilai Karakter Indikator

Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

Teknik Bentuk Instrumen

7.1 Menemu- kan tema,

latar, dan penokohan pada cerpen- cerpen dalam satu kumpulan cerpen.

1. Cerita “Asal Mula Masjid Jatisawit tidak Mempunyai Bedug”. 2. Tema, latar, dan penokoh- an. 3.Identifikasi hubungan unsur-unsur latar, tema, dan penokohan

♦ Membaca cerita “Asal

Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”.

♦ Bertanya jawab tentang cerita “Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”.

♦ Berdiskusi untuk menemukan tema, latar, dan penokohan cerita “Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”.

♦ Menunjukkan hubungan antarunsur cerita dan menemukan makna cerita secara utuh.

♦ Rasa

ingin tahu

♦ Demo kratis ♦ Kritis ♦ Berpikir

logis ♦ Tang- gung jawab

1. Mampu

menemukan latar cerita dengan tepat.

2. Mampu menemukan lima tokoh dengan tepat.

3. Mampu mengidentifikasi karakter lima tokoh yang ditemukan dengan tepat.

4. Mampu menyimpulkan tema dan amanat cerita dengan tepat.

Penugas-an

Tugas proyek

Bacalah Cerita Mite Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug ! Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini! 1. Sebutkan latar

tempat, waktu, dan suasana cerita tsb!

2. Sebutkan lima tokoh cerita tersebut !

3. Jelaskan karakter lima tokoh cerita tersebut!

4. Bagaimana tema dan amanat cerita tersebut !

2 x 40

Cerita Asal Mula Masjid Jatisa wit Tidak Mempu nyai Bedug. Buku paket LKS

388

Page 31: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

389

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP Negeri 1 Sliyeg Indramayu Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : IX/Genap Standar Kompetensi : 7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan

membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen)

Kompetensi Dasar : 7.1 Menemukan tema, latar, dan penokohan pada

cerpen-cerpen dalam satu kumpulan cerpen.

Indikator : 1. Siswa dapat menemukan dengan tepat latar cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”.

2. Siswa dapat menemukan dengan tepat lima tokoh cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit

Tidak Mempunyai Bedug”. 3. Siswa dapat mengidentifikasi karakter lima tokoh cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit

Tidak Mempunyai Bedug” dengan tepat. 4. Siswa dapat menyimpulkan dengan tepat tema cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”. 5. Siswa dapat menyimpulkan dengan tepat amanat cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit

Tidak Mempunyai Bedug”.

Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 pertemuan). A. Tujuan Pembelajaran:

Siswa dapat menemukan latar, tokoh dan penokohan, tema, dan amanat cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”.

B. Materi Pembelajaran:

1) Buku/Naskah cerita”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”. 2) Struktur intrinsik:

a) latar cerita,

Page 32: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

390

b) tokoh dan karakter tokoh, c) tema, dan d) amanat.

C. Metode Pembelajaran:

a. Ceramah b. Tanya jawab c. Diskusi d. Penemuan e. Penugasan D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:

1) Kegiatan Awal:

a) Guru melakukan apersepsi. b) Guru membuka pembelajaran. c) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi pembelajaran. d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. e) Guru menyampaikan secara singkat materi pembelajaran.

2) Kegiatan Inti:

a) Eksplorasi

(1) Beberapa siswa secara bergiliran membaca cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”. (2) Siswa lain memperhatikan dan mendengarkan pembacaan cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug” yang dibacakan temannya. (3) Siswa menemukan dan mencatat struktur intrinsik cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug” yang dibacakan temannya. (4) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan tokoh dan karakter tokoh cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”. b) Elaborasi

(5) Siswa berdiskusi untuk menemukan dan mengidentifikasi lima tokoh, karakter tokoh, latar, tema, dan amanat cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”. (6) Dalam kelompok masing-masing, siswa membuat laporan hasil diskusi yang akan dilaporkan dalam diskusi kelas. (7) Setiap kelompok siswa melaporkan hasil diskusi dalam diskusi kelas.

Page 33: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

391

c) Konfirmasi

(9) Siswa membahas materi diskusi dan penjelasan secukupnya tentang materi diskusi.

(10) Siswa memilih dan memberi penghargaan kepada kelompok terbaik. (11) Siswa membahas kesan dan pesan pembelajaran.

3) Kegiatan Akhir:

(a) Siswa menyimpulkan materi pembelajaran. (b) Siswa bertanya jawab sebagai umpan balik pembelajaran. (c) Guru menilai proses dan hasil pembelajaran. (d) Guru memberikan tugas untuk pembelajaran pertemuan berikutnya. (e) Guru menutup pembelajaran.

5. Sumber Belajar:

a. Buku/naskah cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug”. b. Lembar kerja siswa. c. Buku paket dan buku penunjang.

6. Penilaian:

a. Teknik : Penugasan b. Bentuk Instrumen : Tugas Proyek c. Soal/instrumen :

1. Bacalah cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug” dengan teliti! 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini !

a. Sebutkan latar tempat, waktu, dan suasana cerita tersebut! b. Sebutkan lima tokoh berikut karakter cerita tersebut ! c. Jelaskan tema dan amanat cerita tersebut ! d. Bagaimanakah hubungan antarunsur cerita dan makna cerita tersebut !

Rubrik Penilaian

No ASPEK YANG

DINILAI DESKRIPSI/KRITERIA SKOR

1.

Deskripsi latar tempat, waktu, dan suasana

1. Deskripsi lengkap dengan bukti logis. 2. Deskripsi lengkap dengan bukti kurang logis. 3. Deskripsi kurang lengkap tetapi bukti logis. 4. Deskripsi kurang lengkap dan bukti kurang logis.

5 4 3 2

Page 34: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

392

2.

Tokoh dan karakter tokoh

2. Deskripsi lengkap dan tepat dengan bukti logis. 3. Deskripsi lengkap dan tepat tapi bukti kurang logis. 4. Deskripsi lengkap, kurang tepat, dan kurang logis. 5. Deskripsi kurang lengkap, kurang tepat, dan kurang

logis.

5 4 3 2

3.

Tema dan amanat

1. Tema dan amanat tepat. 2. Tema tepat amanat kurang tepat. 3. Tema kurang tepat amanat tepat. 4. Tema dan amanat kurang tepat.

5 4 3 2

4.

Hubungan antarunsur dan makna

1. Hubungan antarunsur tepat dan bermakna. 2. Hubungan antarunsur tepat tapi kurang bermakna. 5. Hubungan antarunsur kurang tepat tetapi bermakna. 6. Hubungan antarunsur kurang tepat dan kurang

bermakna.

5 4 3

2

Skor maksimal: Soal nomor 1 : 5 Soal nomor 2 : 5

Soal nomor 3 : 5 Soal nomor 3 : 5

20 Perhitungan nilai akhir

Perolehan skor

X 100 = Nilai siswa Skor maksimal

Sliyeg, ……………… 2012 Mengetahui: Guru mata pelajaran, Kepala Sekolah, H. SUDIYONO, S. Pd., M. Si. ILMAN NASIRI, S. Pd. NIP 195505021976041001 NIP 196602271987031004

Page 35: BAB V DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN …a-research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007031_chapter5.pdfbuku cerita sebagai sumber informasi yang menarik. Dalam hal ini, orang tua

Ilman Nasiri, 2012 Nilai-nilai Budaya dan Moral …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

393

LEMBAR KERJA SISWA Tugas/Perintah

1. Bacalah cerita ”Asal Mula Masjid Jatisawit Tidak Mempunyai Bedug” dengan teliti!

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini ! a. Sebutkan latar tempat, waktu, dan suasana cerita tersebut! b. Sebutkan lima tokoh dan karakter tokoh cerita tersebut ! c. Bagaimana tema dan amanat cerita tersebut ! d. Bagaimanakah hubungan antarunsur cerita dan makna cerita tersebut !

Jawaban : 1. Latar tempat, waktu, dan suasana cerita: …………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………

2. Lima tokoh dan karakter tokoh cerita:

………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………

3. Tema dan amanat cerita

………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………

4. Hubungan antarunsur cerita dan makna cerita ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………

Kelompok: …………………. Anggota : 1. ………………….

2. ………………….. 3. ….......................... 4. ………………….. 5. ………………….. 6. ….......................... 7. ..............................