bab ii peningkatan kemampuan bahasa reseptif dan...
TRANSCRIPT
10
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
BAB II
PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF
ANAK AUTISTIK MELALUI TERAPI MUSIK MOZART
Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang menjadi dasar pemikiran
peneliti, yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan bahasa reseptif dan
ekspresif anak autistik melalui terapi musik Mozart.
A. Konsep Dasar Anak Autistik
1. Pengertian Anak Autistik
Dewasa ini istilah autistik menjadi sangat familiar di kalangan
masyarakat. Banyak orang yang mempergunakan istilah tersebut untuk
menunjukkan perilaku seseorang yang terfokus pada satu kegiatan saja dan
tidak mempedulikan keadaan di sekitarnya, misalnya saja orang yang melulu
menggunakan ponselnya dikatakan autis, atau ketika ada orang yang lebih
senang menyendiri juga dikatakan autis. Meskipun penggunaan istilah itu
disampaikan dengan nada gurauan, namun nyatanya hal tersebut terkadang
menimbulkan salah persepsi di kalangan masyarakat itu sendiri. Tidak sedikit
orangtua yang langsung menetapkan kelainan autistik pada anaknya ketika
tiba-tiba anak tersebut tidak menunjukkan perilaku layaknya anak normal
seperti: tidak memberikan respon ketika dipanggil namanya atau sulit
mengadakan kontak mata. Padahal sebenarnya ada beberapa hal yang mesti
dipahami dan kritera-kriteria yang harus diperhatikan berkaitan dengan
autistik.
11
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
“Sejarah munculnya terminology autistik pertama kali dicetuskan oleh
Eugeun Bleuler seorang Psikiatik Swiss pada tahun 1911, dimana
terminology ini digunakan pada penderita schizophrenia anak remaja”
(Yuwono, 2009: 8). Barulah pada tahun 1943 Dr. Leo Kanner
mendeskripsikan tentang autistik pada masa kanak-kanak awal (Infantile
Autism). Saat itu Leo Kanner (Safaria, 2005: 1) mendeskripsikan gangguan
ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan
berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan tertunda, echolalia,
pembalikan kalimat, adanya aktifitas bermain yang repetitif dan stereotipik,
rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan
keteraturan dalam lingkungannya. Dari deskripsi tersebut muncullah istilah
autism atau autisme.
Autisme mengacu pada gangguan atau kelainannya sedangkan anak
yang mengalami gangguan autisme dinamakan anak autistik. Istilah autisme
itu sendiri berasal dari kata “auto” yang berarti sendiri (Handoyo, 2004: 12).
Jadi anak autistik seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Mereka cenderung
menarik diri dari lingkungannya dan asyik bermain sendiri. “Untuk
mengartikan autisme hanya sebagai anak yang menyisihkan diri atau
menyendiri bukanlah definisi yang terbaik” (Peeters, 2004: 5) dan kondisi itu
belum cukup untuk menentukan seorang anak termasuk kategori autisme.
Kesulitan yang terjadi pada anak autistik sebetulnya jauh lebih besar daripada
sekedar karakteristik menarik diri. Perlu ada suatu ketentuan atau kriteria
yang dapat menjelaskan siapakah anak autistik itu, agar masyarakat secara
12
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
luas tidak terjebak dengan makna harfiahnya saja. Di bawah ini akan
dijelaskan beberapa kriteria untuk mendefinisikan anak autistik.
Siegel (1996: 16) mengemukakan tentang anak autistik yaitu,
“...Autistic Disorder are grouped into thee areas–social development,
communication, and activities and interests. ...the first criterion in each of the
three areas is the one that can be detected at the earliest age.”
Mengacu pada pendapat di atas maka seorang anak dikatakan autistik
apabila ia memiliki hambatan perkembangan dalam tiga aspek, yakni
hambatan dalam inetraksi sosial-emosional, dalam komunikasi timbal balik,
dan minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan,
gejala-gejala tersebut sudah terlihat sebelum usia 3 tahun.
Ketiga aspek tersebut harus dipenuhi dalam mengukur perilaku anak
autistik dan harus secara ketat penerapannya agar tidak sembarangan dalam
menentukan apakah seorang anak itu termasuk kategori autistik atau bukan.
Ketentuan yang lebih terperinci lagi dan paling sering digunakan
adalah yang didefinisikan oleh World Health Organization (WHO), yang
terdapat dalam ICD-10 (International Classification of Disease) edisi ke 10
(Peeters, 2004: 21) dan The DSM -IV (Diagnostic Statistical Manual, edisi
ke 4) yang dikembangkan oleh APA (American Psychiatric Association)
(Peeters, 2004: 1). Kriteria dalam ICD-10 adalah sebagai berikut :
13
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
Tabel 2.1 Kriteria Autistik menurut ICD-10
Kel. No Gejala √ Jml Keterangan
1 a Interaksi sosial tidak memadai
…. Minimal 2
gejala
Kontak mata sangat kurang
Ekspresi muka kurang hidup
Gerak-gerik yang kurang tertuju
Menolak untuk dipeluk
Tidak menengok bila dipanggil
Menangis atau tertawa tanpa sebab
Tidak tertarik pada mainan
Bermain dengan benda yang bukan
mainan
b Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
c Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain
d Kurangnya hubungan sosial dan
emosional yang timbal balik
2 a Bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang (dan tidak ada usaha untuk
mengimbangi komunikasi dengan cara
lain tanpa bicara), menarik tangan bila
ingin sesuatu, bahasa isyarat tidak berkembang
…. Minimal 1
gejala b Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai
untuk komunikasi
c Sering menggunakan bahasa yang aneh
dan diulang-ulang
d Cara bermain kurang variatif, kurang
imajinatif dan kurang bisa meniru
3 a Mempertahankan satu minat atau lebih
dengan cara yang khas dan berlebih-
lebihan
…. Minimal 1
gejala
b Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada
gunanya, misalnya makan dicium dulu
c Ada gerakan yang aneh dan diulang-
ulang
d Seringkali sangat terpukau pada bagian-
bagian benda
JUMLAH
Dapat ditentukan bila jumlah gejala semuanya minimal 6
Sementara itu kriteria dari DSM-IV (Peeters, 2004: 1) sebagai berikut:
A. Terdapat paling sedikit enam pokok dari kelompok 1, 2 dan 3
yang meliputi paling sedikit dua pokok dari kelompok 1,
14
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
paling sedikit satu pokok dari kelompok 2 dan paling sedikit
satu pokok dari kelompok 3.
B. Perkembangan abnormal atau terganggu pada usia 3 tahun
seperti yang ditunjukkan oleh keterlambatan atau fungsi yang
abnormal pada paling sedikit satu dari bidang-bidang berikut
ini : (1) interaksi sosial, bahasa yang digunakan dalam
perkembangan sosial (2) bahasa yang digunakan dalam
komunikasi sosial atau 3) permainan simbolik atau imajinatif
C. Sebaiknya tidak disebut dengan istilah Gangguan Rett,
Gangguan Integratif Kanak-kanak atau Sindrom Asperger.
Mengacu pada kriteria di atas, maka tidaklah mudah untuk
menentukan seorang anak tergolong autistik atau tidak. Perlu diperhatikan
berbagai ciri atau gejala yang muncul dari gangguan pada anak tersebut.
Anak autistik mengalami gangguan dalam tiga aspek perkembangan yaitu
interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku. Namun perlu diperhatikan, jika
gangguan yang muncul hanya satu aspek dari masing-masing kelompok dan
sifatnya sementara, anak belum dapat dikatakan sebagai anak autistik.
Harus nampak dua pokok dari empat gangguan dalam interaksi sosial
yaitu, 1) adanya gangguan dalam perilaku non verbal (seperti kontak mata
dan ekspresi wajah); 2) gagal dalam mengembangkan hubungan pertemanan
sebaya; 3) tidak mampu merasakan kegembiraan orang lain; dan 4) kesulitan
dalam berhubungan emosional timbal balik.
Harus nampak paling sedikit satu dari empat gangguan dalam
berkomunikasi yaitu, 1) keterlambatan dalam berbahasa lisan; 2) kesulitan
dalam memulai atau melanjutkan pembicaraan; 3) penggunaan bahasa yang
repetitif (diulang-ulang) atau stereotip (meniru-niru); dan 4) kurang
15
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
beragamnya spontanitas dalam permainan yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Harus nampak paling sedikit satu dari empat gangguan pola minat
perilaku yang terbatas yaitu, 1) terfokus pada satu keasyikan dengan satu atau
lebih pola minat yang terbatas; 2) patuh terhadap rutinitas yang
nonfungsional; 3) adanya gerakan stereotip dan repetitif; dan 4) asyik
terhadap bagian-bagian dari sebuah benda secara terus menerus. (Peeters,
2004 : 1).
Jika seorang anak muncul dengan gejala-gejala yang nampak seperti
kriteria di atas, maka dapat dikatakan anak tersebut mengalami kelainan
autism atau disebut sebagai anak autistik
2. Etiologi Anak Autistik
Menurut Wenar, C. dan Kerig, P. (Delphie, 2009: 29) menyebutkan
bahwa “Etiologi anak autistik terbagi atas dua kelompok besar, yaitu faktor-
faktor biologis (the biologicals factors) dan konteks yang terjadi dalam
pikiran diri sendiri (the interpersonal context).”
a. Faktor-Faktor Biologis (The Biologicals Factors)
Faktor-faktor biologis yang dapat berpengaruh pada terjadinya
anak autsitik adalah sebagai berikut :
1) Faktor lingkungan, misalnya penyakit rubella yang diidap ibu
hamil.
16
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
2) Faktor genetika; perbandingan antara orang tua yang
mempunyai anak autistik dengan orang tua yang anaknya
normal adalah 15:30, sehingga genetik menjadi faktor yang
memegang peranan penting terjadinya anak autistik.
3) Faktor neuropsikologis, yaitu anak autistik banyak dipengaruhi
fungsi-fungsi psikologisnya.
4) Penemuan-penemuan neurokemis, yaitu gejala ketidaknormalan
neurotransmitter atau pesan-pesan yang bersifat khusus yang
bertanggung jawab dalam komunikasi di antara sel-sel saraf.
5) Penemuan-penemuan neuroanatomis, yaitu terjadi
ketidaknormalan pada temporal lobe dan cerebellum,
ketidaknormalan pada beberapa bagian otak yang melibatkan
kognisi spasial, berat otak anak autistik lebih besar dari anak
normal, dan adanya perbedaan brain lateralization.
b. Konteks yang Terjadi Dalam Pikiran Diri Sendiri (The
Interpersonal Context)
Inti kekurangan yang mengakibatkan penyimpangan eksrim
suatu perkembangan normal pada anak dengan sindrom autistik
meliputi proses perkembangan berkaitan dengan kasih sayang
(attachment), perkembangan emosi, ekspresi emosional, kerja sama
atensi, perkembangan bahasa, pengambilan perspektif, perkembangan
kognitif, fungsi-fungsi eksekutif dan teori berpikir.
17
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
3. Karakteristik Anak Autistik
Anak autistik mengalami gangguan perkembangan kompleks sehingga
mereka juga disebut mengalami gangguan pervasif. Peeters (2004: 4)
mengartikan pervasif : “…menderita kerusakan jauh di dalam meliputi
keseluruhan dirinya. Istilah pervasif juga dilandasi oleh gangguan
perkembangan yang diperlihatkan oleh anak autis”
Gangguan-gangguan itu hampir meliputi seluruh aspek kehidupannya,
antara lain “komunikasi, interaksi sosial, gangguan dalam sensoris, pola
bermain, perilaku khas dan emosi” (Sunardi dan Sunaryo, 2006: 193).
Di bawah ini dijelaskan karakteristik gangguan yang sering
diperlihatkan anak autistik yaitu di antaranya :
a. Komunikasi
1) Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
2) Anak tampak seperti tuli, sulit bicara, atau pernah bicara tetapi
kemudian sirna.
3) Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
4) Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak
dapat dimengerti oleh orang lain.
5) Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi.
6) Senang meniru atau membeo (echolalia).
7) Bila senang meniru, dapat hapal betul kata-kata atau nyanyian tapi
tidak mengerti artinya.
18
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
8) Sebagian dari anak autistik tidak bicara (non verbal) atau sedikit
berbicara sampai usia dewasa.
9) Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa
yang ia inginkan.
b. Interaksi sosial
1) Anak autistik lebih senang menyendiri.
2) Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk
bertatapan.
3) Tidak tertarik untuk bermain bersama teman.
4) Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh.
c. Gangguan sensoris
1) Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
2) Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
3) Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
4) Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut.
d. Pola bermain
1) Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
2) Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
3) Tidak kreatif dan tidak imajinatif.
4) Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya mobil-mobilan dielus-
elus kemudian diciumi dan diputar-putar rodanya.
5) Senang pada benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda
dan lain-lain.
19
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
6) Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu kemudian
dipegang terus dan dibawa kemana-mana.
e. Gangguan perilaku khas
1) Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan
(hipoaktif).
2) Memperlihatkan stimulasi diri, seperti bergoyang-goyang,
mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan
pada layar TV, lari/berjalan bolak-balik, melakukan gerakan yang
berulang-ulang.
3) Tidak suka pada perubahan.
4) Dapat duduk bengong dengan tatapan kosong.
f. Gangguan emosi
1) Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa,
menangis tanpa alasan.
2) Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau
tidak dipenuhi keinginannya.
3) Kadang-kadang suka menyerang dan merusak.
4) Kadang-kadang berperilaku menyakiti dirinya sendiri.
5) Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
Berbagai gangguan atau hambatan di atas tidak semuanya ada
pada anak autistik. Hambatan dapat beraneka ragam, sehingga hambatan
yang dimilki anak autistik belum tentu sama dengan anak autistik lainnya.
20
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
Itulah yang menyebabkan tidak ada anak autistik yang benar-benar sama
dalam semua tingkah lakunya.
4. Klasifikasi Anak Autistik
Menurut Cohen & Bolton (1994) dalam Oktaviani (2008: 17), autisme
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan gejalanya.
Seringkali pengklasifikasian disimpulkan setelah anak didiagnosa autistik.
Klasifikasi ini dapat diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale
(CARS). Skala ini menilai derajat kemampuan anak untuk berinteraksi
dengan orang lain, melakukan imitasi, memberi respon emosi, penggunaan
tubuh dan objek, adaptasi terhadap perubahan, memberikan respon visual,
pendengaran, pengecap, penciuman dan sentuhan. Selain itu, Childhood
Autism Rating Scale juga menilai derajat kemampuan anak dalam perilaku
takut/gelisah melakukan komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas,
konsistensi respon intelektual serta penampilan menyeluruh.
Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :
a. Autistik ringan
Pada kondisi ini, anak autistik masih menunjukkan adanya kontak
mata walaupun tidak berlangsung lama. Anak autistik ini dapat
memberikan sedikit respon ketika dipanggil namanya, menunjukkan
ekspresi-ekspresi muka, dan dapat berkomunikasi secara dua arah
meskipun terjadinya hanya sesekali. Tindakan-tindakan yang dilakukan,
seperti memukulkan kepalanya sendiri, mengigit kuku, gerakan tangan
yang stereotip dan sebagainya, masih bisa dikendalikan dan dikontrol
21
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
dengan mudah. Karena biasanya perilaku ini dilakukan masih sesekali
saja, sehingga masih bisa dengan mudah untuk mengendalikannya.
b. Autistik sedang
Pada kondisi ini, anak autistik masih menunjukkan sedikit kontak
mata, namun tidak memberikan respon ketika namanya dipanggil.
Tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan
gangguan motorik yang stereotipik cenderung agak sulit untuk
dikendalikan tetapi masih bisa dikendalikan.
c. Autistik berat
Anak autistik yang berada pada kategori ini menunjukkan
tindakan-tindakan yang sangat tidak terkendali. Biasanya anak autistik
memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara berulang-ulang dan
terus-menerus tanpa henti. Ketika orang tua berusaha mencegah, namun
anak tidak memberikan respon dan tetap melakukannya, bahkan dalam
kondisi berada dipelukan orang tuanya, anak autistik tetap memukul-
mukulkan kepalanya. Anak baru berhenti setelah merasa kelelahan
kemudian langsung tertidur.
B. Konsep Dasar Bahasa
1. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Tanpa
bahasa, seseorang akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Berikut ini adalah beberapa
pengertian bahasa menurut para ahli :
22
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
Menurut Bloom & Lakey (1978) dalam Edja Sadjaah (2003: 116),
“Bahasa merupakan suatu kode dimana gagasan/ide tentang dunia/lingkungan
diwakili oleh seperangkat lambang yang telah disepakati bersama untuk
melangsungkan komunikasi.”
Menurut Chaer (2006: 126), “Bahasa adalah suatu sistem lambang
berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk
bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri”.
Senada dengan pendapat di atas, Rusyani (2004: 8) mengemukakan:
Bahasa merupakan suatu ragam yang khas yang disepakati bersama
untuk berkomunikasi. Bahasa merupakan suatu kode atau sistem
lambang. Setiap benda atau sesuatu memiliki lambang tersendiri. Dengan
demikian, memahami suatu bahasa berarti mengetahui dan mengerti
kode/lambang dan aturannya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa
merupakan suatu sistem yang digunakan manusia untuk mengkomunikasikan
ide, gagasan, perasaan melalui simbol-simbol atau lambang-lambang tertentu
yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu bahasa akan terus berkembang
sepanjang kehidupan manusia, dari tangisan pertama sampai anak mampu
bertutur kata.
2. Perkembangan Bahasa Anak Normal
Perkembangan bahasa seorang anak pada umumnya terjadi melalui
beberapa tahapan. Menurut Berry dan Eisenson (Depdikbud, 1999: 26),
tahapan perkembangan bahasa anak secara umum adalah sebagai berikut :
23
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
a. Tahap Refleksi Vokalisasi
Pada tahap ini, seluruh aktivitas bunyi masih bersifat reflex
seperti menangis, gerakan kaki dan tangan. Pada akhir minggu ketiga,
tangisan bayi sudah mulai berdiferensiasi dan orang lain terutama ibunya
sudah dapat mengenali maksud dari tangisan bayi tersebut.
b. Tahap Babbling (Meraban)
Pada usia dua bulan, bayi sudah mulai dapat membuat berbagai
bunyi. Tahap ini sering dianggap sebagai tahap pertama untuk latihan
wicara. Bayi mulai membuat bunyi-bunyi gabungan antara konsonan dan
vokal, seperti bababa…gagaga. Tetapi hal tersebut masih bersifat refleks.
c. Tahap Lalling
Tahapan ini dimulai pada saat bayi berusia tujuh bulan. Pada
tahap ini, bayi sudah mulai menyadari suara. Biasanya bayi sudah mulai
dapat menirukan suara di sekitarnya.
d. Tahap Echolalia
Tahap ini terjadi saat bayi berusia sembilan atau sepuluh bulan.
Pada tahap ini bayi mulai mencoba menirukan suara yang didengarnya.
e. Tahap Wicara Sejati
Tahap ini terjadi pada saat anak berumur 12-18 bulan. Pada tahap
ini anak mulai berbicara dengan menggunakan pola-pola kalimat yang
lazim digunakan di lingkungan sekitarnya. Pada tahapan ini, sikap
lingkungan akan sangat menunjang kemampuan anak.
24
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
3. Perkembangan Bahasa Reseptif dan Bahasa Ekspresif
Kemampuan berbahasa pada umumnya dibedakan atas kemampuan
reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (bicara).
Kemahiran seseorang dalam berbahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor
interensik dan faktor ekstrensik. Faktor interensik yaitu kondisi pembawaan
sejak lahir termasuk fisiologis dari organ yang terlibat dalam kemampuan
bahasa dan bicara. Sementara itu faktor ekstrensik berupa stimuli yang ada di
sekeliling anak terutama perkataan yang didengar atau yang ditunjukkan
kepada anak. (http//speechclinik.wodpress.com)
a. Bahasa Reseptif
Menurut Tilton (2004) dalam Yuwono (2009: 61) mengemukakan
bahasa reseptif adalah “kemampuan pikiran manusia untuk mendengarkan
bahasa bicara dari orang lain dan menguraikan hal tersebut dalam
gambaran mental yang bermakna atau pola pikiran, dimana dipahami dan
digunakan oleh penerima”. Sedangkan Maurice (1996) dalam Yuwono
(2009: 61) mendefinisikan “kemampuan bahasa reseptif adalah
kemampuan anak dalam mendengar dan memahami bahasa.”
Bahasa reseptif muncul hanya setelah bahasa batini (inner)
berkembang pada tingkat tak tertentu. Pada sekitar usia delapan bulan,
anak mulai menunjukkan bahwa dia sedikit memahami apa yang
dikatakan kepadanya, mampu merepon dengan benar bila namanya
dipanggil, mengenali/ merespon beberapa kata benda yang ia kenali dan
perintah-perintah sederhana.
25
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
Keterampilan berbahasa jenis reseptif tampak banyak mendukung
pemerolehan bahasa jenis ekspresif di dalam pemerolehan informasi atau
pembelajaran suatu bahasa. Begitu pun dalam peristiwa komunikasi
sering kali dua jenis keterampilan berbahasa ini digunakan secara
bersama-sama guna mencapai tujuan komunikasi.
b. Bahasa Ekspresif
Selain bahasa reseptif, aspek penting dalam kegiatan
berkomunikasi verbal adalah bahasa ekspresif atau berbicara. Dengan
keterampilan berbicara seseorang akan mampu mengekspresikan pikiran
dan perasaan secara lisan. Bahasa ekspresif adalah penggunaan kata-kata
dan bahasa secara verbal untuk mengkomunikasikan konsep atau pikiran.
Yuwono (2009: 66), mengungkapkan “Bahasa ekspresif diartikan sebagai
kemampuan anak dalam menggunakan bahasa baik secara verbal, tulisan,
symbol, isyarat ataupun gesture”.
Kata bicara berasal dari kata wicara yang merupakan bahasa
sansekerta yang artinya sama dengan tutur atau ujar. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2002: 2) bahwa :
Bicara adalah kemampuan yang dimiliki manusia dalam mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran,
gangguan, perasaan dengan memanfaatkan nafas, alat-alat ucap, otot-otot,
dan saraf-saraf secara terintegrasi. Dan secara luas, bicara diartikan
sebaga perbuatan manusia yang bukan sekedar mengucapkan kata-kata
belaka, tetapi mengkomunikasikan pikiran, gagasan, perasaan dalam peri
kehidupan bermasyarakat atau alat kontrol sosial yang ditandai oleh
ucapan yang jelas, pemilihan kata yang tepat, dan penggunaan kelompok
kata dan kalimat yang seksama.
26
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
Ada beberapa proses sensoris dan motoris yang harus dilalui dalam
bicara, yaitu :
1) Proses pertama
Bunyi diterima oleh daun telinga diteruskan ke telinga bagian
tengah dengan terlebih dahulu menggetarkan gendang telinga. Getaran
selanjutnya dikirim ke tulang-tulang pendengaran (Martil, Sanggurdi,
dan Landasan).
2) Proses kedua
Selanjutnya getaran tadi menuju telinga bagian dalam melalui
tingkap jorong (Fenestra Ovalis). Setelah menggetarkan cairan
perylimph dan endolymph getaran akan diterima ujung-ujung saraf di
organ corti kemudian dihantarkan ke pusat pendengaran oleh saraf
akustikus (cabang saraf VIII).
3) Proses ketiga
Setelah bunyi diterima kemudian di olah di pusat persepsi. Bunyi
itu dianalisis, dibedakan dan diberi arti. Misalnya bunyi mata dianalisis
atas m,/a,/t,/a. Bunyi yang telah dianalisis itu kemudian dikirimkan ke
pusat pengertian kemudian dihubungkan dengan pengertian tertentu.
Setelah jelas artinya, bunyi bermakna kemudian dikirim ke pusat gudang
bunyi (Sound Bank).
4) Proses keempat
Karena bunyi tadi pada saat tertentu akan direproduksi, maka
dibutuhkan pola gerakan yang sesuai. Dari pusat pengertian deretan
27
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
bunyi bermakna itu di samping dikirim ke Sound Bank juga dikirim ke
pusat gerakan alat ucap (Engram Bank).
5) Proses kelima
Terjadilah koordinasi antara kedua pusat itu. Pada saat bunyi itu
akan diekspresikan kedua pusat itu bekerja sama dengan Broka, yaitu
pusat pengendali gerakan-gerakan alat ucap. Kita mengetahui atau sadar
kesalahan ucapan sendiri. Kesadaran ini sebagai bukti dari kerjanya feed
back secara baik, yaitu feed back sensoris dan feed back motoris.
Keduanya bekerja pada saat melakukan tindak wicara. Pada saat
pembicara mendengar suaranya sendiri dan juga alat-alat ucap yang
bergerak untuk membentuk bunyi-bunyi bahasa memberitahukan
bagaimana caranya ke pusat, dari adanya mekanisme kerja seperti itu
maka si pembicara dapat dengan segera memperbaiki kesalahan ucapan-
ucapan yang diperbuatnya. Demikianlah hal ini berlangsung terus
menerus tanpa disadari (Depdikbud, 1999: 34).
4. Perkembangan Bahasa Anak Autistik
Kemampuan dalam berkomunikasi dan berbahasa merupakan bagian
yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kemampuan komunikasi
dan bahasa yang baik, anak dapat memahami, menyampaikan informasi,
meminta yang disukainya, dan mengekspresikan keinginannya untuk
memenuhi kebutuhannya. Namun hal ini tidak terjadi pada anak-anak
autistik.
28
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
Keterlambatan komunikasi dan bahasa merupakan ciri yang menonjol
dan selalu dimiliki oleh anak autistik. Perkembangan komunikasi dan
bahasanya sangat berbeda dengan anak pada umumnya (Yuwono, 2009 : 63).
Kesulitan komunikasi yang dialami anak autistik dikarenakan mereka
mengalami gangguan berbahasa (baik verbal maupun non verbal), padahal
bahasa merupakan media utama dalam komunikasi. Sebagian besar dari
mereka dapat berbicara, namun tidak menggunakan kemampuannya tersebut
untuk berkomunikasi, mereka lebih sering mengucapkan kata-kata tidak jelas
(mengigau), tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana, sulit
mengungkapkan keinginannya secara lisan, sulit mengikuti instruksi yang
diberikan dan sering melakukan echolalia yaitu menirukan secara persis
ucapan orang lain. Selain itu, mereka juga tidak menunjukkan minat untuk
mengadakan komunikasi dan sangat kesulitan menggunakan kata ganti.
Menilai perkembangan dini anak autisik pada aspek bahasa dan
komunikasi dapat melihat salah satu diagnosa dan penilaian bagi anak-anak
prasekolah yang dibuat oleh Watson, L., dan Markus L., (Peeters, 2004: 61)
yang disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Perkembangan Dini Bahasa dan Komunikasi Anak Autistik
Usia Ciri-ciri perkembangan bahasa dan komunikasi
6 bulan Tangisan sulit dipahami
8 bulan Ocehan yang terbatas atau tidak normal (misalnya menjerit atau
berciut)
12 bulan Kata-kata pertama mungkin muncul tapi sulit untuk dipahami
24 bulan Biasanya kurang dari 15 kata
Kata-kata muncul kemudian hilang
Bahasa tubuh tidak berkembang, sedikit menunjuk pada benda
29
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
36 bulan Kombinasi kata-kata hilang
Mungkin ada kalimat-kalimat yang bersifat echo, tapi tidak ada
penggunaan bahasa yang kreatif
Ritme, tekanan atau penekanan suara yang aneh
Artikulasi yang sangat rendah separuh dari anak-anak normal
Separuhnya atau lebih tanpa ucapan-ucapa yang bermakna
Menarik tangan orang tua dan membawa ke suatu objek
Pergi ke tempat yang sudah biasa dan menunggu untuk
mendapatkan sesuatu
48 bulan Sebagian kecil bisa mengombinasikan dua atau tiga kata secara
kreatif
Ekolalia masih ada; mungkin digunakan secara komunikatif
Meniru iklan
Membuat permainan
Kesulitan komunikasi yang dialami anak autistik mencakup dua aspek
yakni bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. (Alloy, dkk. 2005 dalam Yuwono,
2009: 63). Dalam kemampuan bahasa reseptif, anak autistik mengalami
hambatan dalam memahami makna kata-kata orang lain yang diucapkan
kepadanya sehingga ia sangat kesulitan untuk melakukan tugas tertentu.
Yuwono (2009 : 60) mencontohkan kesulitan anak autistik untuk menerima
instruksi sebagai berikut : “Ambil bola merah!”. Anak autistik sulit untuk
merespon tugas tersebut karena kesulitan untuk memahami konsep ambil,
bola dan merah. Berdasarkan contoh tersebut, terlihat jelas bahwa anak
autistik mengalami hambatan dalam memahami perkataan orang lain dan
tidak mampu memberikan respon sesuai dengan yang diinstruksikan.
Jika anak-anak pada umumnya mampu menggunakan bahasa
ekspresifnya dengan optimal mulai dari menggunakan bahasa lisan, tulisan
dan isyarat, berbeda dengan anak autistik dimana mereka mengalami
30
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
hambatan dalam mengekpresikan keinginan dan perasaannya khususnya
melalui bahasa lisan (Yuwono, 2009: 66). Sebagai contoh anak autistik yang
telah mampu berbicara, ia menarik tangan orang lain dan kemudian
meletakkan tangan tersebut ke handel pintu sebagai isyarat untuk membuka
pintu. Hal ini menunjukkan bahwa anak autistik tidak mampu untuk
menunjukkan keinginannya secara ekspresif meskipun anak mampu
berbicara. Tentu hal ini menjadi penghambat dalam kehidupan sehari-harinya
terutama dalam kegiatan pembelajaran.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahasa dan belajar berkaitan erat
satu sama lainnya, sehingga dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Seorang anak tidak mungkin aktif dalam proses pembelajaran
tanpa menguasai bahasa. Siswa harus mampu menerima dan menyampaikan
informasi, oleh karena itu latihan bahasa harus mendahului tipe-tipe
pengajaran yang lainnya.
Dalam kurikulum terapi ABA yang dikembangkan oleh Lovaas, ada
beberapa aspek pengajaran bahasa reseptif dan ekspresif yang mesti dikuasai
anak autistik secara bertahap, yaitu sebagai berikut:
a. Kemampuan pemahaman bahasa
1) Mengikuti satu langkah perintah
2) Mengenali bagian-bagian dari tubuh
3) Mengenali benda-benda
4) Mengenali gambar-gambar
5) Mengenali orang-orang dekat (anggota keluarga)
6) Mengikuti perintah kata kerja
7) Mengenali kata kerja dalam gambar
8) Mengenali benda-benda di sekitarnya
9) Menunjuk gambar-gambar di dalam buku
10) Mengenali benda dari kegunaannya
11) Mengenali kepemilikan
31
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
12) Mengenali suara-suara di lingkungan
b. Kemampuan bahasa ekspresif
1) Menunjuk ke sesuatu yang diinginkan bila ditanya “mau apa?”
2) Menunjuk sesuatu yang diinginkan secara spontan
3) Menirukan suara dan kata
4) Menamakan benda
5) Menamakan gambar
6) Mengatakan apa yang diinginkan
7) Mengatakan/mengisyaratkan dengan ya atau tidak, benda yang ia inginkan
atau tidak inginkan
8) Menamakan orang-orang dekat
9) Membuat pilihan
10) Saling menyapa
11) Menjawab pertanyaan sehari-hari
12) Menamakan kata kerja pada gambar, pada orang lain dan pada diri sendiri
13) Menamakan benda dari kegunaannya
14) Menamakan kepemilikan (Maulana, 2008: 53).
Melatih anak autistik untuk dapat berbahasa dan berkomunikasi dua
arah tentu bukanlah suatu perkara mudah. Dibutuhkan kegiatan pembelajaran
yang efektif, menarik dan menyenangkan sehingga anak merasa nyaman dan
kemampuan bahasanya dapat tergali secara optimal.
C. Konsep Dasar Terapi Musik Mozart
1. Pengertian Musik dan Terapi Musik
Dalam kehidupannya, manusia tidak dapat dipisahkan dari seni
khususnya musik. Sepanjang sejarahnya, manusia telah menciptakan musik
untuk segala peristiwa besar dalam kehidupannya. Rachmi (2010: 1.3)
mengemukakan sejak lama manusia menyadari adanya kekuatan dibalik
getaran, irama, dan bunyi. Ada keyakinan bahwa musik memiliki kekuatan
untuk mempengaruhi jiwa dan mengubah nasib seluruh peradaban manusia.
32
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 676) adalah:
Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan
hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai
kesatuan dan kesinambungan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu, pengetahuan dan pemikiran
manusia, musik juga mengalami berbagai perubahan dari masa ke masa. Jika
pada zaman dulu musik hanya digunakan sebagai hiburan, berbeda dengan
sekarang dimana musik juga menjadi salah satu terapi untuk meningkatkan
berbagai potensi dalam diri anak. Sebagaimana yang diungkapkan Astati
(2001: 9),
Pada masa lalu musik dianggap hanya sebagai bagian kecil dari
kehidupan manusia, tidak halnya sekarang dimana musik bukan hanya
sekedar hiburan, melainkan merupakan aspek pengembang atau
pembentuk aspek mental (inteligensi), fisik, emosi dan sosial terutama
yang melakukan maupun yang mendengar (menikmatinya).
Senada dengan hal tersebut, Campbell (2001: 4) mengungkapkan
bahwa, musik dapat meredakan ketegangan, mendorong interaksi sosial,
merangsang perkembangan bahasa, dan memperbaiki keterampilan motorik
di kalangan anak-anak.
Montolalu (2008: 3.12) mengungkapkan “Musik merupakan alat
komunikasi yang bersifat universal, orang-orang dimana pun, kapan pun dan
dengan budaya mana pun telah membuat music”. Musik telah menjadi simbol
sesuatu yang dipakai untuk menenangkan, membuat santai dan menghibur
serta mencerahkan anak-anak. Berikut ini adalah pengaruh musik terhadap
beberapa aspek perkembangan anak, antara lain:
33
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
a. Pengaruh musik pada perkembangan emosional
Musik bisa membantu anak-anak dalam memahami dan
menyanggupi dengan perasaan yang rumit, karena musik adalah kendaraan
emosi yang sangat kuat untuk orang dewasa. Mendengarkan musik
bersama anak-anak dan membicarakan tentang perasaan yang muncul bisa
menjadi cara memperkenalkan komunikasi mengenai kehidupan
emosinya.
b. Pengaruh musik pada perkembangan sosial
Musik adalah sebuah alat yang sangat kuat untuk memajukan
perkembangan sosial, sekelompok anak bisa berbagi nyanyian atau tarian
dan menikmati waktu besama. Musik juga dapat menarik perhatian anak
yang enggan berbicara di dalam sebuah kegiatan kelompok.
c. Pengaruh musik tehadap perkembangan bahasa
Semua bahasa memiliki ritme dan melodi, anak-anak secara alami
bermain dengan kata-kata dalam cara yang ritmik dan melodis. Musik
dapat membantu anak-anak mengemabangkan kerumitan bahasanya dan
meningkatkan kosakata anak karena banyak lagu yang memiliki label dan
daftar yang bisa memperkenalkan kepada anak-anak berbagai kata-kata
baru.
d. Pengaruh musik terhadap perkembangan intelektual
Musik juga dapat dipakai untuk meningkatkan perkembangan
konsep pada anak-anak. Ide-ide yang sama dan yang berbeda juga dapat
34
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
diperkenalkan melalui perubahan-perubahan dalam volume suara atau
nada suara.
e. Pengaruh musik terhadap perkembangan motorik
Guru dapat meningkatkan kemampuan motorik melalui
penggunaan musik. Dalam memainkan sebuah piano permainan jari
mendorong anak untuk menggerakkan setiap jai secara independen sebagai
tanggpan atas lagu tertentu dan juga dapat meningkatkan koordinasi mata
dan tangannya (Montolalu, 2008: 3.12).
Terapi musik terdiri dari dua kata yaitu terapi dan musik. Menurut
Pedretti (1981), “Terapi merupakan suatu pendekatan khusus bagi
seseorang yang berkelainan agar kehidupan dirinya berkembang dan dapat
menunjang penampilan dirinya melalui kesibukan tertentu” (Delphie, B.,
2009: 14). Lebih jauh Lathan dan Eagle (Delphie, B., 2009:17)
menungkapkan “Terapi musik merupakan kegiatan memakai musik
dengan segala bentuknya untuk mengubah perilaku seseorang dalam
rangka meningkatkan kesehatan mental dan koordinasi gerak tubuhnya.”
Pada pendidikan luar biasa, terapi musik dipergunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha peningkatan
kemampuan siswa dalam arahan, turut merespon, dan mengikuti langkah-
langkah berpindah sesuai dengan irama musik atau alunan lagu yang
dikumandangkan yang berfokus pada peningkatan gross maupun fine
motor serta kemampuan gerak anggota tubuh secara menyeluruh saat
instrumen musik dimainkan. Namun dewasa ini, kegiatan melalui terapi
35
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
musik dipakai juga untuk membetulkan sikap atau tingkah laku yang
menyimpang, juga meningkatkan aspek-aspek perkembangan dalam diri
anak seperti: intelektual, emosi, sosial, dan bahasa.
2. Kaitan Antara Musik dan Otak
Pusat berbahasa seseorang terletak di lobus temporal. Lobus temporal
letaknya di atas telinga, di sebelah depan lobus oksipital, dan di samping
fisura sylvii. Lobus temporal dibagi pada empat bagian, yaitu medial, interior,
anterior dan posterior berakhir pada kedalaman amygdala dan hippocampus.
Secara keseluruhan lobus temporal inferior dan tengah merupakan jaringan
multifungsional kompleks yang berfungsi secara lateral dan mempunyai
kemampuan luas untuk visual, auditorik dan bahasa (Mardiati, 2008: 10).
Evers et al., (1999) dalam Mardiati (2008: 14) mengungkapan bahwa :
Pada orang normal, lobus temporal kanan (telinga kiri) predominan
untuk persepsi timbre, chords, tone, pitch, kerasnya suara melody dan
intensitas−komponen utama rangsangan musik. Ia akan sangat aktif
ketika mendengar musik. Rhythm juga dapat meningkatkan aktivitas
hemisfer kiri. Hemisfer kiri dominant untuk aspek sekuensial musik
pada rhythmical dan tempo.
Gambar 2.1
Lobus Temporal Otak Manusia
Fungsi:
- Respon emosi
- Pendengaran
- Akuisisi memori
- Bahasa
- Kategori obyek
- Persepsi visual
36
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
Musik memiliki hubungan dan pengaruh yang sangat kuat terhadap
otak. Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik
sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ
(Emotional Quotien). Bahkan dalam dunia kedokteran menganjurkan bagi
ibu-ibu yang sedang hamil untuk memutar dan mendengarkan musik karena
dapat mempengaruhi perkembangan otak bayi yang ada dalam kandungan.
Fakta dalam kehidupan sehari-hari pengaruh musik terhadap otak adalah
musik membantu anak-anak dalam mengingat seperti urutan huruf alfabet.
Berawal dari hafal sebuah lagu akhirnya anak-anak bisa menghafal dan
mengetahui huruf, angka, warna, bentuk dan yang lainnya. Ini dapat terjadi
karena lagu memanfaatkan sistem mendasar dalam otak kita yang sensitif
terhadap melodi dan irama. Musik merupakan salah satu cara yang luar biasa
dalam mempengaruhi perkembangan serta kinerja otak, sebab struktur yang
merespon musik di otak, berkembang lebih awal dari struktur yang merespon
bahasa.
Lwin, et all. (2008: 34) mengungkapkan pengaruh musik terhadap
perkembangan anak sebagai berikut :
Sebuah studi baru oleh psikolog China menunjukkan bahwa anak-
anak yang menghabiskan beberapa tahun belajar memainkan alat musik
menghasilkan keterampilan verbal (lisan) yang lebih baik, dibandingkan
dengan mereka yang tidak pernah mempelajari musik. Penemuan
tersebut sesuai dengan pengujian otak yang menunjukkan bahwa satu
bagian dari otak, yaitu planum temporale kiri pada musisi lebih besar
dibandingkan dengan orang pada umumnya, dimana bagian tersebut
berpengaruh pada ingatan verbal. Maka dari itu memperdengarkan musik
kepada anak-anak adalah gagasan yang baik, karena hal itu akan
membantu anak-anak meningkatkan kemampuan mereka berkomunikasi
secara verbal.
37
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
3. Ruang Lingkup Terapi Musik
Terapi musik dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu menyanyi,
mencipta lagu, memainkan alat musik, improvisasi, mendiskusi lirik dan
mendengarkan musik. Pada dasarnya, ruang lingkup terapi musik tidak
terlepas dari ruang pendidikan musik pada umumnya. Hanya saja diadakan
penyesuaian-penyesuaian dengan memperhatikan karakteristik, tujuan dan
sasaran yang dapat dicapai oleh anak berkebutuhan khusus. Ruang lingkup
terapi musik itu meliputi :
a. Menggerakkan tubuh sesuai dengan irama musik atau bunyi, atau
suara tertentu.
b. Mendengarkan musik, bunyi, atau suara.
c. Menggunakan alat-alat instrument.
d. Membunyikan alat-alat musik secara bersama-sama.
e. Menyanyi.
f. Bergerak atau bermain bersama sesuai dengan irama musik atau
nyanyian (Astati, 2001 : 15).
Terapi musik yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah
mendengarkan musik selama kurun waktu tertentu guna memberikan stimulus
pada lobus temporalis sebagai pusat bahasa di otak, sehingga anak dapat
meningkatkan kemampuan bahasa lisannya. Pemberian terapi musik
diberikan secara individual kepada subjek yang akan diteliti dan dilakukan
pada saat jam belajar. Alat yang digunakan dalam pemberian terapi musik ini
adalah laptop dan musik Mozart.
38
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
4. Sekilas Tentang Mozart
Mozart merupakan salah satu jenis aliran musik yang berkembang
pada zaman klasik di antara zaman barok dan zaman romantic yang
diciptakan oleh komponis terkenal bernama Wolfgang Amadeus Mozart.
Mozart adalah seorang komponis musik klasik kelompok ekstrovert yang
dilahirkan dalam lingkungan musik, ayahnya adalah pemimpin orkestra dan
ibunya adalah putri seorang musisi. Daya musik Mozart yang khas dan luar
biasa itu cenderung muncul dari kehidupannya, terutama kondisi yang
melingkupi kelahirannya. Mozart dikandung dalam lingkungan yang langka.
Ketika masih dalam kandungan, setiap hari ia diperdengarkan musik,
terutama bunyi-bunyi permainan biola ayahnya yang hampir pasti
meningkatkan perkembangan neurologisnya dan membangkitkan irama-irama
kosmik dalam rahim. Karena lingkungan musik yang unggul inilah, Mozart
lahir dalam keadaan sudah “matang” dalam dan dibentuk oleh musik.
Para peneliti Irvine (Universitas California) secara naluriah
memahami hubungan antara pola asuh awal Mozart dengan kekuatan kreatif
musiknya Dr. Rauscher dan Gordon Shaw (Campbell, 2001: 34) menjelaskan
bahwa mereka memilih musik Mozart bagi eksperimen-eksperimennya sebab
Mozart menggubah komposisi sejak usia dini dan “memanfaatkan repertoar
inheren tentang pola tembakan ruang-waktu pada korteks.” Irama, melodi dan
frekuensi tinggi musik karya Mozart merangsang dan mencas wilayah-
wilayah kreatif dan motivasi di otak. Di samping itu, komposisi Mozart
39
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
adalah dekat dengan panjang gelombang pada otak ketika otak dalam keadaan
“waspada yang relaks” (kondisi yang cocok untuk belajar).
5. Efek Mozart Bagi Anak
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, banyak sekali penelitian yang
telah dilakukan terhadap berbagai cara yang memungkinkan bunyi, irama dan
musik dalam meningkatkan mutu hidup manusia (Campbell, 2001 : 10).
Hasil-hasil penelitian yang menggunakan musik Mozart begitu mengesankan
sehingga akhirnya orang terbiasa dengan istilah efek Mozart.
Beberapa efek Mozart bagi perkembangan anak adalah sebagai
berikut:
1) Dapat berkomunikasi dan bersambung rasa dengan anak bahkan
sebelum anak tersebut lahir.
2) Merangsang pertumbuhan otak anak dalam rahim.
3) Memberikan pengaruh positif dalam hal persepsi emosi dan sikap
sejak sebelum dilahirkan.
4) Menyediakan pola yang baik tempat ia dapat membangun
pemahamannya tentang dunia fisik.
5) Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik, bahkan
ketika ia masih bayi.
6) Meningkatkan kemampuan berbahasanya, termasuk
perbendaharaan kata, kemampuan berekspresi dan kelancaran
berkomunikasi.
7) Meningkatkan kemampuan sosialnya.
8) Meningkatkan keterampilan dalam membaca, menulis dan
berhitung.
9) Memperkenalkannya dengan dunia yang lebih luas dalam hal
ekspresi emosi, kreativitas dan keindahan estetik. (Campbell,
2001 : 11).
40
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
6. Terapi Musik Mozart dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa
Reseptif dan Ekspresif Anak Autistik
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa anak autistik
mengalami hambatan dalam komunikasi dan bahasa. Sebagian besar dari
mereka dapat berbicara, namun tidak menggunakan kemampuannya tersebut
untuk berkomunikasi, lebih sering mengucapkan kata-kata tidak jelas
(mengigau), tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana, dan senang
melakukan echolalia. Dampak dari hambatan ini, anak menjadi sangat sulit
menerima pelajaran di dalam kelas. Ia tidak mampu memahami informasi
yang diberikan guru dan meresponnya dengan bahasa yang sesuai.
Melihat kondisi tersebut maka perlu dilakukan berbagai upaya dalam
mengatasinya yaitu dengan memberikan kegiatan pembelajaran yang menarik
dan mampu merangsang perkembangan bahasa lisan anak. Dalam hal ini
yang paling tepat diberikan adalah dengan menggunakan terapi musik
Mozart. Terapi musik Mozart disini lebih ditekankan pada pelaksanaan proses
pembelajaran yang diiringi musik Mozart sebagai upaya dalam meningkatkan
kemampuan bahasa lisan anak autistik.
Terapi musik Mozart memiliki banyak manfaat dalam meningkatkan
potensi-potensi yang ada dalam diri anak diantaranya aspek intelektual,
emosi, sosial, dan yang terpenting, Mozart juga telah terbukti efektif dalam
meningkatkan kemampuan berbahasa anak termasuk perbendaharaan kata,
kemampuan berekspresi, dan kelancaran berkomunikasi.
41
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
Adapun menu musik yang digunakan adalah kumpulan musik Mozart
yang dikemas dalam bentuk Digital Versaitle Disc (DVD) dengan judul
album Mozart and Friends; Beautiful Music and Colorful Images Delight
Your Child’s Imagination, Produksi PT. Emperor Edutainment. Musik
Mozart dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan proses belajar karena
komposisinya adalah dekat dengan panjang gelombang pada otak dalam
keadaan “waspada yang relaks” (kondisi yang cocok untuk belajar).
Disamping itu juga irama, melodi dan frekuensi musik karya Mozart dapat
merangsang wilayah kreatif dan motivasi di otak. (Campbell, 2001: 23).
D. Kerangka Berpikir
Kemampuan bahasa adalah kemampuan yang mesti dimiliki semua anak,
tak terkecuali anak autistik. Sepanjang kehidupannya setiap anak akan selalu
mengadakan interaksi dan komunikasi dalam kehidupannya, sehingga mereka
perlu menguasai kemampuan bahasa baik secara reseptif dan ekspresif untuk
menunjang proses komunikasi. Namun yang terjadi pada anak autistik adalah
mereka mengalami gangguan berbahasa pada dua aspek ini. Dalam bahasa
reseptif anak mengalami hambatan dalam memahami makna bahasa atau kata-
kata sehingga kesulitan untuk melakukan tugas tertentu. Dan pada bahasa
ekspresif, anak mengalami hambatan dalam mengekspresikan keinginan dan
perasaannya secara lisan. Hal ini dikarenakan anak mengalami gangguan pada
lobus temporalis sebagai pusat bahasa di otak sehingga dampaknya anak
42
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
mengalami kesulitan menerima informasi dan tidak mampu memberikan respon
yang sesuai dalam kegiatan berkomunikasi.
Mengacu pada permasalahan tersebut maka perlu diberikan upaya atau
kegiatan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan bahasa reseptif
dan ekspresif anak autistik. Salah satu yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan terapi musik Mozart. Melalui penerapan terapi musik Mozart
diharapkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan, otak
anak dapat terstimulasi dengan maksimal sehingga kemampuan bahasa reseptif
dan ekspresif anak menjadi meningkat.
43
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Gangguan berbahasa anak autistik
Bahasa reseptif (mendengar) :
Mengalami hambatan dalam
memahami makna bahasa
sehingga kesulitan untuk
melakukan tugas tertentu
Bahasa ekspresif (berbicara) :
Mengalami hambatan dalam
mengekpresikan keinginan dan
perasaannya secara lisan
Anak mengalami kesulitan menerima informasi
dalam situasi pembelajaran dan tidak mampu
memberikan respon yang sesuai dalam kegiatan
berkomunikasi
Kegiatan pembelajaran
menggunakan Terapi
Musik Mozart
Pembelajaran menjadi lebih efektif
dan menyenangkan, otak anak dapat
terstimulasi dengan maksimal
sehingga kemampuan bahasa reseptif
dan ekspresif anak menjadi meningkat
Faktor penyebab:
Terjadi kelainan pada lobus
temporalis sebagai pusat
bahasa di otak
44
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2011: 64).
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Pengaruh
terapi musik Mozart mampu meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan
ekspresif pada anak autistik di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi”.
F. Penelitian Relevan
Adapun penelitian sebelumnya yang menguatkan asumsi penulis dalam
melakukan penelitian ini yaitu :
Penulis : Tri Widiastuti (2009)
Judul Penelitian : Perbedaan Musik Mozart dan Musik Alam Sebagai
Penyerta Suasana Proses Membaca Pemahaman Pada Anak Tunanetra.” (Kuasi
Eksperimen Terhadap Siswa Kelas Lanjutan di SLB Bagian A Pajajaran
Bandung).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
hasil pemahaman membaca yang signifikan antara efektivitas musik Mozart
dan musik alam sebagai penyerta suasana. Penelitian yang dilakukan
menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode eksperimen yang digunakan
yaitu desain rotasi (Counter Balance). Hasil penelitian menunjukkan terdapat
45
Friska Nisa Khairin, 2012 Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012
perbedaan pemahaman membaca pada siswa tunanetra yang menggunakan
musik Mozart dan yang menggunakan musik alam, dimana musik Mozart lebih
baik daripada musik alam pada siswa tunanetra. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa musik membuka kunci keadaan belajar optimal dan membantu
menciptakan konsentrasi. Dan musik Mozart adalah musik paling cocok untuk
belajar, mengulang dan saat berkonsentrasi.