bab v

36
BAB V HASIL PENILAIAN DAN PEMBAHASAN V.I Identifikasi Masalah Program KB di Puskesmas Beji Depok Masalah ditetapkan jika terdapat kesenjangan antara keluaran dengan tolok ukurnya, sedangkan penyebab masalah ditentukan bila ada kesenjangan antara unsur sistem lainnya dengan tolok ukur. Proses identifikasi masalah dilakukan secara bertahap dimulai dari keluaran (output) program kerja Puskesmas. Kemudian bila ditemukan adanya kesenjangan antara tolok ukur dengan data keluaran tersebut maka harus dicari kemungkinan penyebab masalah pada unsur masukan (input) atau proses, lingkungan, dan umpan balik. Masalah yang ditemukan pada program KB di puskesmas kecamatan Beji dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel Evaluasi Keluaran (Output) Variabel Keluaran Tolsk Ukur Pencapaian Masalah Jumlah Peserta KB aktif Standard 70 % Peserta KB Aktif x 100% PUS 6436 x 100% = 79% 8158 79% 15% (-) (-)

Upload: putri-dwi-wahyu

Post on 07-Sep-2015

15 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

evapro

TRANSCRIPT

BAB V

HASIL PENILAIAN DAN PEMBAHASAN

V.IIdentifikasi Masalah Program KB di Puskesmas Beji Depok

Masalah ditetapkan jika terdapat kesenjangan antara keluaran dengan tolok ukurnya, sedangkan penyebab masalah ditentukan bila ada kesenjangan antara unsur sistem lainnya dengan tolok ukur. Proses identifikasi masalah dilakukan secara bertahap dimulai dari keluaran (output) program kerja Puskesmas. Kemudian bila ditemukan adanya kesenjangan antara tolok ukur dengan data keluaran tersebut maka harus dicari kemungkinan penyebab masalah pada unsur masukan (input) atau proses, lingkungan, dan umpan balik. Masalah yang ditemukan pada program KB di puskesmas kecamatan Beji dapat dilihat pada tabel dibawah ini.Tabel Evaluasi Keluaran (Output)Variabel KeluaranTolsk UkurPencapaianMasalah

Jumlah Peserta KB

aktif

Cakupan peserta MKJP Peserta KB IUD terhadap seluruh peserta KB Aktif

Standard 70 %

Peserta KB Aktif x 100%

PUS

6436 x 100% = 79%

8158

Standard 11% yaitu:

Jumlah KB IUD x 100%

Jumlah Peserta KB Aktif

1242 x 100% = 15%

815879%

15%(-)

(-)

Peserta KB Implant terhadap seluruh peserta KB Aktif

Peserta KB MOW terhadap seluruh peserta KB Aktif

Peserta KB MOP

Terhadap seluruh peserta KB Aktif

Efek samping MKJP yang dilayani

Kegagalan MKJP yang dilayani

Komplikasi yang dilayaniStandard 10% yaitu:

Jumlah KB Implant x 100%

Jumlah Peserta KB Aktif

436 x 100% = 5%

8158

Standard 9% yaitu:

Jumlah KB MOW x 100%

Jumlah Peserta KB Aktif

230 x 100% = 3 %

8158

Standard 2% yaitu:

Jumlah KB MOP x 100 %

Jumlah Peserta KB Aktif

38 x 100% = 0.5%

8158

Standard 12,6/1000 dari jumlah pengguna MKJP

Standard 1,9/1000 dari jumlah pengguna MKJP

Standard 3,7/1000 dari jumlah pengguna MKJP5%

3%

0.5%

Tidak ada data

0,10

0(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Beji tahun 2014V.II Penetapan Prioritas Masalah Masalah yang ditemukan pada program KB di Puskesmas Beji periode 2014 adalah: 1. Belum tercapainya peserta KB Implant terhadap seluruh peserta KB aktif.

2. Belum tercapainya peserta KB MOW terhadap seluruh peserta KB aktif.

3. Belum tercapainya peserta KB MOP terhadap seluruh peserta KB aktif.

4. Tidak ada data tertulis yang lengkap mengenai efek samping KB Setelah dilakukan penyajian data dan ditemukan beberapa masalah, maka tidak semua masalah tersebut harus diselesaikan karena mungkin ada masalah yang saling berkaitan dan karena adanya keterbatasan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pokok tersebut. Oleh sebab itu yang harus dilakukan adalah menentukan prioritas masalah dan menyelesaikan masalah pokok tersebut. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan tehnik kriteria matriks (criteria matrix technique). Pada tehnik ini, setiap masalah diberikan skor bedasarkan variabel pentingnya masalah (importancy) yang diukur bedasarkan pada besarnya masalah (prevalence), akibat yang ditimbulkan (severity), kenaikan besarnya masalah (rate of increase), derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet need), keuntungan sosial karena terselesaikannya masalah (social benefit), perhatian masyarakat (public concern) dan iklim politik (political climate). Selain itu digunakan juga variabel kelayakan tehnologi (tehnical Feasibility) yaitu makin layak tehnologi yang tersedia dan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah, semakin diprioritaskan masalah tersebut. Digunakan pula variabel sumber daya yang tersedia (reasources availability) yaitu semakin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut. Diberikan skor antara 1 (tidak penting) dampai dengan 5 (sangat penting) untuk setiap variabel dan kriteria.

Tabel Penentuan Masalah

Daftar MasalahImportancyTRJumlah

PSRIDUSBPBPCIxTxR

1Belum tercapainya peserta KB Implant terhadap seluruh peserta KB aktif.455453545620

2Belum tercapainya peserta KB MOW terhadap seluruh peserta KB aktif354443552280

3Belum tercapainya peserta KB MOP terhadap seluruh peserta KB aktif.3

54443552280

4Tidak ada data tertulis yang lengkap mengenai efek samping KB 533522544400

Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat ditetapkan prioritas masalah program KB di Puskesmas Cimanggis adalah belum tercapainya target pemakaian KB MKJP yaitu implant.

1. Penetapan prioritas masalah berdasarkan besarnya masalah (Prevalence) Besarnya masalah mengenai data pencatatan dan pelaporan efek samping, komplikasi diberi nilai 5 karena tidak adanya data. Mengenai tidak tercapainya penggunakan KB Implant saya berikan nilai 4 karena penggunaan kontrasepsi implan adalah salah metode KB jangka panjang. Implant merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang, yang memiliki tingkat keefektifitasan yang tinggi, ekonomis dan mempunyai sifat yang reversibel (Saifuddin, 2011). Tidak tercapainya target penggunaan Metode Operasi Wanita dan Metode Operasi Pria saya beri nilai 3 karena posisi MOW dan MOP sebagai kontrasepsi mantap dan prosedurnya tidak dapat dilakukan di puskesmas (BKKBN, 2011)

2. Penetapan prioritas masalah berdasarkan akibat yang ditimbulkan dari masalah ini (severity). Akibat yang ditimbulkan dari kurangnya penggunaan MKJP khususnya IUD , implant, MOW, dan MOP pada PUS akan mempunyai dampak yang luas diantaranya, meningkatnya pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Akibat yang ditimbulkan dari masalah (severity) ini cukup besar karena merupakan akibat langsung dari pengunaan akseptor KB, maka nilai 5 diberikan. Masalah tidak adanya data tentang efek samping, yang berakibat pada keputusan PUS untuk memilih metode kontrasepsi maka diberikan skor 3. 3. Penetapan prioritas masalah berdasarkan kenaikan besarnya masalah (Rate of Increase). Belum tercapainya target peserta Implant dapat mempengaruhi peserta MOW dan MOP dikarenakan Implant dapat digunakan pada semua peserta KB, sedangkan untuk MOW dan MOP merupakan tindakannya yang sangat invasif sehingga kemauan dari salah seorang pasangan suami isteri untuk dilakukan tindakan ini juga masih kurang oleh karena itu pada poin 3 dan 4 diberikan nilai 4 (BKKBN,2011). Tidak adanya data lengkap mengenai pencatatan dan pelaporan di puskemas mengenai Efek samping, bisa disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja sehingga diberi nilai 3 pada poin 4.4. Penetapan prioritas masalah berdasarkan derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (Degree Of Unmeet Need) Pada point 4 yaitu data mengenai efek samping diberi skor 5 karena dinilai mengetahui efek samping kegagalan dan komplikasi dapat mempengaruhi minat masyrakat dalam mengikuti KB atau pemilihan metode kontrasepsi. Sedangkan point1,2,3 diberikan skor 4 dinilai tidak langsung mempengaruhi mempengaruhi minat masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi. 5. Penetapan prioritas masalah berdasarkan keuntungan sosial (social benefit) Pada butir 1 diberikan skor 5 karena Implant merupakan kontrasepsi jangka panjang yang sangat bersifat infasif, reversibel, mengandung hormonal,efisien dalam segi waktu pemasangan serta jangka waktu penggunaan kurang lebih 2 tahun (Saifudin, 2011). Sedangkan pada skor 2, 3 diberikan nilai 4 karena apabila mencapai target diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga. Sedangkan pada butir 4, diberi skor 2 karena efek samping, digunakan sebagai data untuk pihak puskesmas dan dinkes setempat dan bukan langsung diterapkan ke masyarakat.6. Penetapan prioritas masalah berdasarkan perhatian masyarakat (Public concern) Dari kelima masalah tersebut, maka diperkirakan keprihatinan masyarakat akan kelima masalah tersebut sama. Semua butir diberikan skor sama besar dibandingkan masalah lainnya. Karena, Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi jumlah peserta KB implant, MOP dan MOW sehingga diberikan skor yang sama.

7. Penetapan prioritas masalah berdasarkan suasana politik (political climate) Sikap pemerintah mempunyai pengaruh yang cukup besar pada semua masalah ini. Lonjakan penduduk akibat tidak tercapainya program KB salah satunya meningkatkan kinerja Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN), Biro Pusat Statistik, dan melibatkan pemerintah daerah sesuai otonomi daerah tersebut. Sesuai dengan UU pemerintah No 10 tahun 1992 tentang kependudukan dan KB dimana program KB harus diprioritaskan demi menahan laju penduduk yang akan berdampak pada ekonomi, pengangguran, kesehatan, dan keamanan (BKKBN, 2011).

Perhatian pemerintah terhadap penggunaan KB sangat besar. Untuk penggunaan IUD , implant, MOW dan MOP , serta pencatatan efek samping diberikan skor 5 karena pihak pemerintah melalui Dinas Kesehatan terus mendata dan ikut serta dalam evaluasi program KB. 8. Penetapan prioritas masalah berdasarkan dari sudut kelayakan tehnologi (Technical Feasibility) Diberikan nilai 4 pada poin 1,4 dan nilai 5 pada butir 2 dan 3 karena permasalahan tersebut membutuhkan kelengkapan teknologi.

9. Penetapan prioritas masalah berdasarkan sumber daya yang tetrsedia (resources availability) Sumber daya yang tersedia (resources availability) untuk mengatasi masalah penggunaan KB jangka panjang seperti implant terpenuhi maka diberikan nilai 5. Sedangkan untuk butir 2 dan 3 permasalahan tidak terselesaikan akibat terbatasnya sumber daya. Di butir 4, tersedia sumber daya namun dalam pelaksaanaan tidak ada pencatatan dan pelaporan yang tertulis dan lengkap. Sehingga diberikan skor 3. Dari penelitian terhadap masalah dengan menggunakan kriteria matriks, ditetapkan masalah yang menjadi prioritas yaitu : kurangnya target penggunaan kontrasepsi implant.

V.III Kerangka konsep masalah yang diprioritaskan Masalah belum tercapainya pengunaan KB Implant di puskesmas kecamatan Beji disebabkan oleh tidak terpenuhinya standar mutu pelayanan KB MKJP yang telah ditetapkan. Sesuai dengan pendekatan sistem, belum tercapainya pengunaan KB Implant dipuskesmas kecamatan Beji adalah sebagai output yang tidak sesuai dengan target. Untuk mengatasinya dengan pendekatan sistem, harus dilihat kemungkinan adanya masalah pada input dan proses, mengingat suatu sistem merupakan keadaan yang berkesinambungan dan saling mempengaruhi.

Untuk mempermudah mengidentifikasikan penyebab masalah maka diperlihatkan kerangka konsep sebagai alur pikir penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem, dimana untuk masalah belum terselenggaranya penyuluhan tentang KB di puskesmas kecamatan Beji, kerangka konsepnya dapat dilihat sebagai berikut :Identifikasi Penyebab Masalah

Tabel Tolak Ukur dan Pencapaian

NoVariabelTolak UkurPencapaianMasalah

1

2

3

4

Tenaga

Dana

Sarana

Metode

a. Medis

b. Non MedisDokter: 1 orang

Bidan : 2 orang

Perawat : 2 orang

Tenaga administratif : 1 orang

Tenaga PLKB : 2 orang

APBN, APBD dan BKKBN

Adanya ruang tunggu, ruang konseling, ruang periksa dan pelayanan kontrasepsi dengan perlengkapan:

a. 1 tempat tidur periksab. 1 meja ginekologik sederhana untuk pelayanan AKDR

c. Buku registrasi, kartu KB

d. Formulir persetujuan tindakan medic

e. Sarana KIE (Postur, Brosur, Flyer, Alat peraga, Papan informasi, TV)

f. 1 tensimeter, 1 stetoskop

g. 1 set alat suntik steril

h. Doek lubang & sarung tangan steril

i. Satu meja peralatan untuk meletakan obat dan alat

j. 1 buah lemari alat

k. 1 buah lemari penyimpanan alat kontrasepsi

l. 1 set AKDR kit

m. 1 set implant kit

n. Pil KB, suntik KB, Korentang, spekulum, tenakulum, Sonde Uterus,Lampu sorot/senter, gunting, cawan, baskom untuk mencuci alat, ember tempat kasa dan kapas kotor, Bahan habis pakai: cairan antiseptic, kapas alkohol, dan kasa steril Panduan dasar penyimpanan alat kontrasepsi

Pelayanan kontrasepsi

Pelayanan rujukan KB

Pelayanan efek samping dan komplikasi

Pelayanan KB di luar puskesmas, Posyandu, dan Bidan Swasta & praktek dokter

Pencatatan dan Pelaporan harian, bulanan, dan tahunanPuskesmas mempunyai 8 orang dokter umum, untuk pelaksanaan KB 4 orang bidan yang merangkap sebagai tenaga pelaksanaan pelayanan kontrasepsi serta konseling serta 1 dari 4 bidan merupakan penanggung jawab program yang melakukan pencatatan program KB di puskesmas tersebut, terdapat 2 orang PLKB

Obat dan Alat dari BPMK (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga) yang bersumber dari BKKBN, APBN, APBD

Adanya ruang tunggu, konseling dan ruang periksaPeralatan sudah memenuhi standar kelengkapan untuk pelayanan KB

Hanya terdapat beberapa sarana KIE, berupa brosur, poster, brosur namun jarang digunakan selama konseling

Terdapat panduan dasar penyimpanan alat kontrasepsi

Terdapat pelayanan kontrasepsi oleh tenaga medis puskesmas

Adanya pelayanan rujukan KB sesuai keinginan akseptor

Adanya pelayanan efek samping dan komplikasi ringan.

Pelayanan KB hanya dilayani di Puskesmas, bisa juga dilakukan di bidan swasta & praktek dokter

Adanya pencatatan dan pelaporan harian, bulanan dan tahunan(+)

(-)

(-)(-)

(-)

(-)

(-)(-)(-)(-)(-)

Tabel Tolak Ukur Proses (Process):

No.VariabelTolak UkurPencapaianMasalah

12

3

4

5PerencanaanPengorganisasian

Pelaksanaan

Pencatatan dan Pelaporan

Pengawasan

Rencana kerja yang tertulis dan terjadwal sesuai dengan pedoman kerja puskesmasPemeriksaan pelayanan medis senin-sabtu 11.00-14.00

Perencanaan penyuluhan

Perencanaan pembinaan akseptor 1 bulan sekali

Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas yang jelas dan tertulis aantara dokter, bidan, perawat, dan kader PLKB

Perencanaan penyuluhan perorangan dan masyarakat

Adanya pembinaan akseptor IUD 2x/tahun, suntuk 4x/tahun, implant 2x/tahun, dan kontrasepsi mantap 1x/tahun

Adanya laporan program KB dari fasilitas kesehatan lainnya di wilayah kerjanya

Adanya pencatatan kegiatan KB harian, bulanan dan tahunan

Adanya pengawasan secara berkala secara langsung dari kepala puskesmasAdanya rencana kerja yang tertulis dan terjadwal sesuai dengan pedoman kerja puskesmasAdanya pemeriksaan dan pelayanan medis senin-sabtu 11.00-14.00

Tidak ada perencanaan penyuluhan ke masyarakat, penyuluhan dilakukan perorangan (konseling)

Adanya perencanaan pembinaan akseptor 1 bulan sekali

Adanya struktur organisasi

Adanya perencanaan penyuluhan perorangan

Adanya pembinaan

Ada pelaporan KB dari fasilitas kesehatan lain, bidan praktek mandiri / swasta

Adanya pencatatan kegiatan KB harian, bulanan dan tahunan hanya saja tidak ada data mengenai efek samping

Adanya pengawasan dari kepala puskesmas(-)(-)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Tabel Tolak Ukur unsur lingkungan

No.VariabelTolak UkurPencapaianMasalah

1

2Lingkungan Fisik

Lokasi

Transportasi

Fasilitas

kesehatan lain

Lingkungan

Non-Fisik

Pendidikan , sosial, ekonomi, agama, dan adat , istiadat Mudah dijangkau, dekat dengan jalan raya dan terdapat angkutan umum yang melaluinya

Mudah dan murah

Ada dan bisa bekerja sama

Dapat menjadi faktor penghambat terlaksananya program

Mudah dijangkau, dekat dengan jalan raya dan terdapat angkutan umum yang melaluinya

Mudah dan murah

Ada dan bisa bekerja sama

Tingkat Pengetahuan PUS mengenai KB kurang karena sebagian masyarakat pada kondisi keadaan pendidikan, ekonomi rendah serta pendapat sosial tentang metode kontrasepsi yang salah (-)

(-)

(-)

(+)

Tolak Ukur unsur umpan balik

NoVariabelTolak UkurPencapaianMasalah

1Rapat kerja yang membahas laporan kegiatanDilakukan rutin 1 bulan sekali dan 1 tahun sekali

Dibahas setidaknya 1 bulan sekali atau 1 tahun sekali(-)

Berdasarkan tabel diatas ditetapkan penyebab masalah terselenggaranya penyuluhan tentang KB MKJP dipuskesmas Kecamatan Beji adalah sebagai berikut:

1. Komponen Inputa. Kurangnya sumber daya manusia/tenaga

Puskesmas Beji termasuk fasilitas pelayanan keluarga berencana sederhana dimana tenaga minimal yang diperlukan adalah bidan yang kompeten. Hal ini sudah terpenuhi namun untuk jumlah tenaga administrasi tidak terpenuhi, karena belum adanya tenaga khusus administrasi untuk pencatatan dan pelaporan KB. Tenaga administrasi seharusnya ada untuk bertanggung jawab secara khusus terhadap pencatatan dan pelaporan, karena selama ini administrasi dilakukan oleh bidan, dan kurang efektif jika dilakukan oleh bidan yang juga melakukan pelayanan.Tabel

No.MasalahPenetu Prioritas PenyebabTotal

CTR CxTxR

1Tidak adanya tenaga administrasi34468

Pada poin Contribution/C belum adanya tenaga administrasi KB teratur di program pelayanan KB diberikan nilai 3 karena selama ini pencatatan dilakukan oleh satu bidan fungsional saat pelayanan secara langsung. Sehingga walaupun tidak ada tenaga khusus, administrasi dapat berjalan dengan tenaga yang tersedia dianggap tidak terlalu mempengaruh jumlah peserta KB.Pada poin Technical Feasibility/T diberikan skor 4 karena kemungkinan karena kurangnya pemanfaatan teknologi yang ada seperti penggunaan computer, karena selama ini pendataan dilakukan secara manual.

Pada Resources/R diberikan nilai 4 karena bagian ini mempengaruhi kelengkapan pencatatan dan pelaporan yang akan mempengaruhi evaluasi program yang telah dilaksanakan.2.Komponen Prosesa.Kurangnya penyuluhan ke masyarakat Kurangnya penyuluhan ke masyarakat mengenai metode kontrasepsi, kelebihan/manfaat KB, kekurangan/efek samping KB, indikasi, prosedur pemakaian dan lamanya pemakaian dari alat kontrasepsi sehingga tidak tercapainya peserta KB terutama KB implant, MOW dan MOP.b. Pencatatan dan Pelaporan Tidak adanya pencatatan mengenai efek samping dari alat kontrasepsi karena petugas KB hanya mencatat di buku harian dan tidak membuat laporan khusus. 3. Lingkungan Non Fisik

a. Tingkat Pengetahuan dan Sosial EkonomiTingkat pengetahuan dan sosial ekonomi yang rendah serta pendapat nilai social yang salah tentang kontrasepsi mempengaruhi jumlah PUS yang mau menggunakan alat kontrasepsi. V.4 Penetapan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan penyajian data di atas, ditemukan beberapa penyebab dari masalah yang terjadi. Namun penyebab masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan semuanya secara langsung karena mungkin ada masalah yang saling berkaitan dan karena adanya keterbatasan kemampuan dalam menyelesaikan semua masalah. Karena itu harus ditentukan prioritas penyebab masalah dan mencari alternatif penyelesaian masalah yang telah diprioritaskan. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan teknik kriteria matriks.Tabel.No.MasalahPenetu Prioritas PenyebabTotal

CTR CxTxR

1Kurangnya penyuluhan ke masyarakat545100

23Tidak adanya Pencatatan dan PelaporanTingkat pendidikan sosial ekonomi rendah serta pendapat sosial yang salah tentang kontrasepsi3543454875

Pada poin Contribution/C butir 1 dan 3 pada program pelayanan KB diberikan nilai 5 karena secara langsung berpengaruh terhadap jumlah minat masyarakat dalam mengikuti program KB khususnya dalam pemilihan metode kontrasepsi. Sedangkan poin Contribution/C terhadap tidak adanya Pencatatan dan Pelaporan mengenai efek samping, kegagalan, dan komplikasi KB diberikan nilai 3 karena dianggap tidak terlalu mempengaruh jumlah peserta KB.Pada poin Technical Feasibility/T pada butir 1 dan 2, masing-masing diberikan skor 4 karena kemungkinan karena kurangnya pemanfaatan teknologi yang ada seperti penggunaan komputer, pembuatan banner, pamflet/brosur maupun melalui keterangan di surat kabar. Pada poin 3 diberikan skor 3 karena kelayakan teknologi yang tersedia untuk meningkatkan pendidikan dan sosial ekonomi masih kurang.Pada Resources/R diberikan skor 5 pada poin 1 dan 3 karena sumber daya yang ada mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan program KB MKJP. Pemanfaatan sumber daya yang ada untuk melakukan pencatatan dan pelaporan, penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran pasangan usia subur terhadap penggunaan KB, serta untuk meningkatkan pendidikan dan sosial ekonomi dirasakan masih kurang. Pada poin 2 diberi skor 3 karena pemanfaatan sumber daya yang ada di pelayanan terbatas sehingga sumber daya manusia yang tersedia bisa dimanfaatkan multifungsional.V.5 Kesimpulan Prioritas Masalah Dari perhitungan tabel teknik matriks diatas, maka urutan prioritas penyebab masalah paling penting ialah kurang penyuluhan mengenai KB MKJP ke masyarakat, sehingga mempengaruhi peserta KB di puskesmas Beji.

V.6 Alternatif Pemecahan Masalah A. Usulan Langkah-langkah pemecahan Masalah Melalui kerangka konsep dan analisa masalah serta menggunakan pendekatan sistem, penyebab masalah belum terselenggaranya penyuluhan tentang KB MKJP dipuskesmas kecamatan Cimanggis berasal dari komponen proses yaitu sebagai berikut:

1. Dilaksanakan penyuluhan secara komprehensif dan menyeluruh kepada masyarakat2. Melakukan pelatihan kepada kader-kader yang nantinya akan melaksanakan penyuluhan-penyuluhan ke RW-RW atau posyandu mengenai KB MKJP di wilayah kerja Puskesmas Beji. 3. Pada komponen proses penyuluhan KB MKJP yang komprehensif dengan mengungkapkan fakta dan informasi, yang pelaksanaannya di puskesmas., sebenarnya dapat dilakukan dengan lebih melakukan koordinasi kepada masing-masing petugas di bidangnya atau melalui pemegang program untuk dapat mewujudkan penyuluhan KB MKJP.Sehingga untuk mencapai tujuan berupa peningkatan peserta KB MKJP, pelaksana program perlu menyesuaikan jenis media informasi yang digunakan dan melibatkan bapak-bapak sebagai peserta penyuluhan. Materi penyuluhan mengenai metode pemilihan kontrasepsi MKJP yang disampaikan secara menarik dan informatif dan diskusi tanya jawab oleh dokter. Semua mengenai pembagian KB indikasi, metode, efek samping, prosedur pemakaian, dan lamanya pemakaian, keterlibatan pria dalam keluarga berencana. Sarana berupa pembuatan poster yang menarik dan mengundang media masa untuk penyuluhan dapat diminta pada dinas kesehatan.

Evaluasi hasil penyuluhan sebaiknya dilakukan dengan cara penggunaan kuisioner, pre dan post test atau mengajak peran serta para kader untuk meninjau apakah penyuluhan yang diberikan dapat diserap oleh para PUS. B.Alternatif program atau kegiatan dan penentuan prioritas pemecahan masalah. Langkah-langkah pemecahan masalah diatas harus direalisasikan dengan beberapa program atau kegiatan baru yang dianjurkan. Untuk beberapa penyebab masalah dapat dicari satu jalan keluar atau program untuk mengatasinya. Program atau kegiatan baru yang dianjurkan tersebut berdasarkan penyebab masalah yang ada antara lain :

a. Untuk mengatasi penyebab masalah dari komponen proses yang berupa tidak adanya perencanaan program yang baik meliputi aktivitas, sasaran dan biaya yang digunakan. Dapat ditentukan alternatif jalan keluar, yaitu:

1) Melakukan rapat kerja antara kepala puskesmas dan staff puskesmas untuk merencanakan suatu program

2) Pemeriksaan laporan kegiatan secara berkala oleh kepala puskesmas.

3) Dilakukan penyuluhan tentang KB secara bertahap dengan media informasi yang disesuaikan dengan taraf pendidikan. 4) Dilakukan penyuluhan kerumah-rumah PUS secara individual (home care) oleh para kader yang sebelumnya telah diberi pelatihan.

V.7. Penentuan Prioritas Jalan Keluar

Dari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat, dipilih satu cara pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Pemilihan prioritas cara dari pemecahan masalah ini dengan menggunakan teknik kriteria matriks, yaitu dengan menentukan:

1. Efektifitas Jalan Keluar

Menetapkan nilai efektifitas (effectiveness) untuk setiap alternatif jalan keluar, yaitu dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai angka 5 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya paling tinggi. Untuk menentukan efektifitas jalan keluar, dipergunakan kriteria tambahan sebagai berikut:

a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude)b. Pentingnya Jalan Keluar (Importancy)c. Sensitivitas Jalan Keluar (Vulnerability)2. Efisiensi Jalan Keluar (C)Menetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternatif jalan keluar. Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, maka makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Beri angka 1 (biaya paling sedikit) sampai angka 5 (biaya paling besar). Menghitung nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif jalan keluar dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan C. Jalan keluar dengan nilai P tertinggi adalah prioritas jalan keluar terpilihTabel. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

NoAlternatif pemecahan masalah

EfektifitasEfisien

(C)Jumlah

M x I x V

C

MIV

1.

Penyuluhan secara komprehensif dan menyeluruh kepada masyarakat454516

2.Pelatihan dan pembinaan berkala kader program KB555341,6

Berdasarkan perhitungan Tabel penentuan alternatif pemecahan masalah, maka alternatif pemecahan masalah terpilih adalah pelatihan dan pembinaan berkala kader program KB.

Dari kedua alternatif di atas besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude/M) adalah pada poin nomor 1 diberikan skor 4 karena melihat tenaga kerja di poliklinik KIA kurang memadai bila harus melakukan penyuluhan yang sering dengan jumlah PUS yang banyak sehingga dapat menyebabkan kurang optimalnya penyuluhan yang akan diberikan, hal ini bisa berakibat pada kurangnya pemahaman PUS mengenai program KB. Pada poin nomor 2 diberikan skor 5 karena pelatihan para kader untuk melakukan penyuluhan penyuluhan ini lebih mudah dilakukan. Jumlah tenaga kader yang ada lebih baik di maksimalkan fungsinya dengan sistem pembagian tugas untuk setiap penyuluhan. Jadi pelatihan kader hanya diberikan pelatihan 1 kali/tahun dan sudah dapat langsung melakukan penyuluhan ke masyarakat.

Importancy (I) ditentukan dari pentingnya penyebab masalah yang dapat diatasi dengan alternative yang ada, maka alternative atau pentingnya jalan keluar pada poin 1 dan 2 diberikan nilai 5 karena dengan melakukan penyuluhan ke masyarakat dan dengan melaksanakan pelatihan serta pembinaan kader yang ada merupakan hal yang penting karena dapat memberikan informasi mengenai berbagai metode kontrasepsi, keuntungan dan kerugian KB dan tidak memiliki pandangan yang salah lagi mengenai alat kontrasepsi.Pada Vulnerability (V), pada poin nomor 1 diberikan skor 4 karena untuk melakukan penyuluhan ke masyarakat dibutuhkan waktu yang lebih banyak yaitu 1 kali/bulan, dengan jumlah PUS setiap tahun berbeda sehingga cakupan peserta PUS yang harus diberikan penyuluhan selalu berbeda setiap tahunnya. Pada poin nomor 2 diberikan skor lebih tinggi karena pelatihan kader dilakukan lebih singkat yaitu 1 kali/tahun, setelah itu para kader sudah dapat langsung melakukan penyuluhan ke masyarakat sesuai dengan tanggung jawab RW masing masing kader sehingga diberikan poin 5.

Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk setiap alternatif (Cost/C), pada alternatif pertama diberi skor 5 dikarenakan membutuhkan biaya lebih besar, sedangkan pada alternatif kedua diberi skor 3 karena biaya yang dihabiskan untuk pelatihan dan pembinaan kader lebih sedikit.

Sehingga didapatkan prioritas utama pemecahan masalah yang ada adalah dengan pelatihan dan pembinaan berkala kader program KB.

V.8. Rancangan Pemecahan Masalah (Plan of Action)Prorgam pelayanan keluarga berencana memerlukan penyuluhan ke masyarakat secara langsung agar materi yang disampaikan lansgsung tertuju pada target sasaran yaitu Pasangan Usia Subur (PUS). Hal ini akan menambah pengetahuan PUS mengenai pentingnya keluarga berencana, berbagai metode kontrasepsi, kelebihan/manfaat, kekurangan/efek samping, indikasi, prosedur pemakaian dan lamanya pemakaian dari masing masing alat kontrasepsi. Diharapkan dari kegiatan ini para PUS dapat lebih termotivasi lagi untuk menjalankan program KB demi terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas.PROPOSAL PELAKSANAAN PELATIHAN DAN PEMBINAAN KADER PROGRAM KELUARGA BERENCANA PUSKESMAS BEJI

Latar BelakangJumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sementara Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa dan merupakan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Tingginya angka penduduk pemerintah melakukan Program keluarga berencana (KB), telah berhasil menurunkan angka kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk sehingga dapat memperlambat pertambahan dan pertumbuhan penduduk secara signifikan. Sejak Program KB Nasional dikembangkan tahun 1971 sampai dengan 2009, keberhasilannya diperkirakan telah mencegah lebih dari 100 juta kelahiran. Oleh karena itu, Program KB telah berhasil mengubah kondisi piramida penduduk Indonesia dari penduduk muda menuju penduduk dewasa.

Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Berdasarkan UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Perwujudan nyata dalam partisipasi program Keluarga Berencana adalah dengan menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Penggunaan alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek samping dan risiko yang kadang-kadang dapat merugikan kesehatan, namun demikian yang harus dipikirkan adalah benefit/ keuntungan dari penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut yang lebih besar dibanding tidak menggunakan kontrasepsi.

Metoda Kontrasepsi, pada umumnya metoda kontrasepsi dapat dibagi menjadi metoda effektif jangka panjang, terdiri dari: AKDR (IUD), Implant KB, Metode Operasi Wanita ( MOW / Tubektomi ), Metode Operasi Pria( MOP / Vasektomi ). Metode effektif jangka pendek, terdiri dari: Pil Hormonal, Suntik Hormonal.

HYPERLINK "http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/sederhana.htm"Metoda Sederhana, dengan obat: kondom, diafragma, krim, jelli dan cairan berbusa, tablet berbusa (vaginal tablet), Intravagina ( tissue KB ), tanpa Alat / Obat: sanggama terputus.

Akan tetapi, dibalik keberhasilan program KB terdapat kendala yang dihadapi, amtara lain: ketidakadekuatan konseling, keterbatasan informasi yang diterima (calon) akseptor KB, masalah dana, kesehatan, akses ke pelayanan KB, dan hambatan suami/keluarga, masyarakat. Selain itu, nilai-nilai budaya masyarakat, agama, dan persepsi tentang bias gender turut mendorong atau menghambat perempuan untuk berpartisipasi dalam program KB, dan mempengarhui perempuan usia reproduksi dalam mengambil keputusan untuk menentukan metode kontrasepsi yang akan dipilih.

Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar diharapkan memberikan kontribusi terbesar dalam memberikan pelayanan KB di masyarakat.Tujuan 1. Mempersiapkan kader yang berkualitas untuk meningkatkan program pelayanan KB dengan meningkatkan angka cakupan peserta dari masing masing KB.2. Melakukan pelatihan dan pembinaan secara berkala kader program KB.

3. Memberikan informasi secara rinci kepada kader mengenai metode pemilihan kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan, manfaat, efek samping, prosedur dan lama pemakaian alat kontrasepsi. 4. Meningkatkan jumlah penyuluhan dari kader kepada masyarakat yaitu Pasangan Usia Subur di Kelurahan Beji dan Beji Timur yang pelaksanaannya masih belum maksimalSasaran Kader di Kelurahan Beji dan Beji Timur yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Beji.Waktu dan Tempat

Di Puskesmas Beji yang diadakan minimal dua kali dalam setahun.Alat dan bahan1. Ruang pertemuan 2. Laptop3. LCD Proyektor4. Handout5. LeafletBentuk kegiatanPelatihan dan pembinaan berkala kader tentang KB untuk melakukan penyuluhan ke masyarakat serta peningkatan kerja kader dalam pencatatan dan penyerahan laporan kegiatan.

Penyelenggara 1. Koordinator Program: Adelin Sofrites,Am.Keb2. Pelaksana : Dokter umum Puskesmas, bidan Puskesmas, petugas PLKB dan Perwakilan dari Dinkes kota Depok.Materi

Pertemuan diadakan minimal dua kali dalam satu tahun sekali di Puskesmas Beji yang melibatkan tenaga kesehatan dari puskesmas, yaitu dokter umum, bidan, ketua penanggung jawab program dan petugas PLKB di bawah tanggung jawab dari kepala Puskesmas. Penyampaian materi dilakukan dalam bentuk presentasi singkat mengenai program KB dengan materi sebagai berikut :a. Pengertian tentang Keluarga Berencanab. Sasaran Keluarga Berencanac. Metode kontrasepsid. Indikasi dari masing masing alat konrasepsie. Keuntungan atau manfaat dari masing masing alat konrasepsif. Efek samping dari masing masing alat konrasepsig. Prosedur pemakaian alat kontrasepsih. Lama pemakaian alat kontrasepsii. Pelatihan cara penyampaian komunikasi yang baik kepada masyarakatj. Pembinaan kader dalam melakukan pencatatan dan pelaporan bulanan mengenai data peserta kb aktif, kb baru, efek samping, komplikasi dan kegagalan dari masing masing alat kontrasepsiPenyampaian materi dapat menggunakan media komunikasi seperti leaflet, laptop dan LCD proyektor. Sesi tanya jawab atau diskusi diperbolehkan saat akhir pemberian materi sehingga kader dapat mengetahui terlebih dahulu keseluruhan materi.

Sumber Dana KegiatanDana APBD atau dana Pemda

Estimasi Anggaran Dana KegiatanPembuatan proposal

: Rp. 50.000,-

Media informasi (handout/leaflet): Rp 250.000,-

Konsumsi

: Rp. 350.000,-

Laptop dan Proyektor

: Inventaris di Puskesmas

Lain-lain

: Rp. 100.000,- +

Total Pengeluaran

: Rp. 750.000,-

BAB VI

PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan evaluasi program yang dilakukan di Puskesmas Beji periode Januari Desember 2014 didapatkan beberapa masalah yaitu belum tercapainya peserta KB implant, MOW, MOP dan tidak adanya data mengenai efek samping.2. Masalah utama yang ditemukan pada pelaksanaan program KB di Puskesmas Puskesmas Beji belum percapainya peserta KB implant

3. Penyebab masalah pada pelaksanaan program KB ini adalah a. Kurangnya penyuluhan yang dilakukan ke masyarakat.b. Kurangnya pengetahuan PUS tentang kontrasepsi

4. Prioritas penyebab masalah pada program adalah Kurangnya penyuluhan yang dilakukan ke masyarakat.5. Penentuan pemecahan masalah pada pelaksanaan progran P2D ini adalah :a. Penyuluhan secara komprehensif dan menyeluruh kepada masyarakatb. Pelatihan dan pembinaan berkala kader program KB 6. Cara pemecahan masalah yang dianggap paling efektif adalah pelatihan dan pembinaan berkala kader program KB.