bab v

14
BAB V PEMBAHASAN A. Aktivitas siswa selama pembelajaran yang menggunakan model TTW Data hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran TTW selama tiga kali pertemuan secara ringkas disajikan dalam tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Aktivitas siswa selama pembelajaran yang menggunakan model TTW No Kategori Pengamatan Persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran (%) Persentase rata-rata (%) Waktu Ideal (%) Toleransi 5% RPP I RPP II RPP III 1 Mendengarkan/memperhatika n penjelasan guru/teman 14,58 10,42 11,46 12,15 13 7%≤ P ≤18% 2 Membaca/memahami masalah di LKS 13,54 12,50 10,42 12,15 10 5%≤ P ≤15% 3 Menyelesaikan masalah atau menemukan cara penyelesaian masalah 20,83 27,08 27,08 25,00 27 22%≤ P ≤32% 4 Mengoreksi kembali hasil jawaban yang belum benar 21,88 29,17 28.13 26,39 30 25%≤ P≤35% 5 Mengkomunikasikan dengan guru kekeliruan hasil jawaban yang diperoleh 11,46 10,42 12,50 11,46 10 5%≤ P ≤15% 6 Menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur 11,46 7,29 9,38 9,38 10 5%≤ P ≤15% 7 Perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran (seperti: melamun, berjalan-jalan di luar kelompok belajarnya, membaca buku/mengerjakan tugas mata pelajaran lain, bermain-main dengan teman, dan lain-lain). 6,25 3,13 1,04 3,47 0 0%≤ P ≤5% Sumber: Hasil olah data 86

Upload: helmys-oellweis

Post on 04-Jul-2015

642 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab v

BAB V

PEMBAHASAN

A. Aktivitas siswa selama pembelajaran yang menggunakan model TTW

Data hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran TTW selama tiga kali pertemuan secara

ringkas disajikan dalam tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Aktivitas siswa selama pembelajaran yang menggunakan model TTW

No Kategori Pengamatan

Persentase aktivitas siswa dalam

pembelajaran (%)Persentase rata-rata (%)

Waktu Ideal (%)

Toleransi 5%RPP

IRPP

IIRPP III

1Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman

14,58 10,42 11,46 12,15 13 7%≤ P ≤18%

2Membaca/memahami masalah di LKS

13,54 12,50 10,42 12,15 10 5%≤ P ≤15%

3Menyelesaikan masalah atau menemukan cara penyelesaian masalah

20,83 27,08 27,08 25,00 27 22%≤ P ≤32%

4Mengoreksi kembali hasil jawaban yang belum benar

21,88 29,17 28.13 26,39 30 25%≤ P≤35%

5Mengkomunikasikan dengan guru kekeliruan hasil jawaban yang diperoleh

11,46 10,42 12,50 11,46 10 5%≤ P ≤15%

6Menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur

11,46 7,29 9,38 9,38 10 5%≤ P ≤15%

7

Perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran (seperti: melamun, berjalan-jalan di luar kelompok belajarnya, membaca buku/mengerjakan tugas mata pelajaran lain, bermain-main dengan teman, dan lain-lain).

6,25 3,13 1,04 3,47 0 0%≤ P ≤5%

Sumber: Hasil olah data

86

Page 2: Bab v

87

Berdasarkan tabel hasil pengamatan terhadap siswa yang dilakukan oleh

pengamat, ada beberapa aktivitas siswa yang belum efektif selama pembelajaran

berlangsung pada RPP I yaitu kategori menyelesaikan masalah atau menemukan

cara penyelesaian masalah. Pada RPP I persentase untuk kategori ini 20,83%, hal

ini disebabkan karena siswa belum terbiasa menemukan sendiri cara

menyelesaikan masalah. Sedangkan pada RPP II dan RPP III kategori ini sudah

memenuhi waktu ideal dengan persentase 27,08%, Begitu juga dengan persentase

rata-rata aktivitas siswa dalam menyelesaikan masalah atau menemukan cara

penyelesaian masalah selama tiga kali pertemuan juga sudah memenuhi waktu

ideal yaitu 25,00%.

Kategori mengoreksi kembali hasil jawaban yang belum benar untuk RPP

I juga belum efektif dengan persentase 19,79%. Hal ini disebabkan karena siswa

belum terbiasa mengoreksi sendiri hasil jawaban yang mereka peroleh karena

biasanya siswa cenderung belajar secara individu dan siswa yang lain hanya

menunggu jawaban dari satu siswa yang memiliki kemampuan lebih. Namun pada

RPP II persentase untuk aktivitas ini sudah memenuhi waktu ideal dengan

persentase 29,17%. Pada RPP III terjadi penurunan persentase hingga mencapai

28,13% sehingga persentase rata-rata untuk kategori mengoreksi kembali hasil

jawaban yang belum benar selama tiga kali pertemuan sudah memenuhi waktu

ideal dengan persentase 26,39%.

Sedangkan untuk kategori aktivitas siswa yang lainnya seperti:

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman dengan persentase rata-rata

selama tiga kali pertemuan adalah 12,15% termasuk dalam kategori efektif,

Page 3: Bab v

88

dimana pada setiap RPP kategori ini sesuai dengan waktu ideal pembelajaran.

Kategori membaca/memahami masalah di LKS juga termasuk dalam kategori

efektif dengan persentase rata-rata adalah 12,15% dan pada setiap RPP kategori

ini sudah memenuhi waktu ideal. Kategori mengkomunikasikan dengan guru

kekeliruan hasil jawaban yang diperoleh dikategorikan efektif walaupun tidak

terjadi peningkatan yang signifikan pada setiap pertemuannya, untuk setiap RPP

dengan masing-masing persentase setiap RPP adalah 11,46%, 10,42%, 12,50%

dan persentase rata-ratanya adalah 11,46%. Kategori menarik kesimpulan suatu

konsep atau prosedur termasuk dalam kategori efektif dengan persentase rata-rata

9,38% dan pada setiap RPP kategori ini juga sesuai dengan waktu ideal.

Untuk kategori perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran

pada RPP I melebihi waktu ideal dengan persentase 6,25%, hal ini dikarenakan

siswa pada saat pembagian LKS banyak yang ribut dan pada saat berlangsungnya

diskusi sebagian siswa tidak mengerti dan cenderung berjalan-jalan melihat LKS

teman yang lain. Tetapi pada RPP II hal tersebut sudah dapat diatasi dan hampir

memenuhi waktu ideal dengan persentase 3,13%, dan pada RPP III sudah

memenuhi waktu ideal dengan persentase 1,04. Sehingga persentase rata-rata

untuk kategori perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran selama

tiga kali pertemuan sudah memenuhi waktu ideal dengan persentase 3,47%.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada setiap aspek pengamatan,

dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa untuk masing-masing kategori efektif.

Aktivitas siswa efektif disebabkan karena penyajian LKS dan soal-soal yang

memudahkan siswa untuk menemukan sendiri penyelesaian terhadap masalah

Page 4: Bab v

89

dengan cara mereka sendiri, dan siswa dapat mengalami sendiri atau

bekerja/menemukan sendiri penyelesaian dari masalah yang dihadapi sehingga

mereka akan terbiasa aktif dalam belajar baik dalam bertanya maupun

mengemukakan ide/gagasan mereka secara bebas dan terbuka.

B. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan model TTW

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

dengan mode TTW secara ringkas dapat disajikan pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan model TTW

No Aspek yang diamatiRPP

IRPP

IIRPP III

Rata-rata

Pendahuluan

1Kemampuan memotivasi siswa/mengkomunikasikan tujuan pembelajaran

4 4 4 4

2Kemampuan menghubungkan pelajaran saat itu dengan pelajaran sebelumnya atau membahas PR

4 5 5 4,66

3Kemampuan menginformasikan langkah-langkah pembelajaran

4 4 5 4,33

Kegiatan Inti4 Kemampuan menjelaskan soal 4 5 5 4,66

5

Kemampuan bertanya kepada siswa bagaimana menemukan jawaban dan cara menjawab soal, dengan memberikan bantuan terbatas.

3 4 4 3,66

6Kemampuan mengamati cara siswa menyelesaikan soal/masalah

4 4 4 4

7Kemampuan memimpin diskusi kelas/menguasai kelas

4 4 5 4,33

8Kemampuan menghargai berbagai pendapat siswa

4 3 5 4

9

Kemampuan mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri dan menarik kesimpulan tentang materi yang dipelajari

4 5 5 4,66

Page 5: Bab v

90

10Kemampuan menghargai berbagai pendapat siswa

3 4 4 3,66

11Kemampuan mengalokasikan waktu yang tepat kepada siswa untuk mengeksplorasikan masalah

4 4 4 3,66

12Kemampuan mendorong siswa untuk mengoreksi kembali jawaban yang salah

3 4 4 3,66

13Kemampuan mengajukan dan menjawab pertanyaan siswa

4 3 4 3,66

Penutup

14Kemampuan menegaskan hal-hal penting intisari

4 5 4 4,33

15Kemampuan memberikan puji kepada siswa

4 5 5 4,66

16Kemampuan menyampaikan judul sub materi berikutnya, memberikan PR kepada siswa dan menutup pelajaran

4 4 4 4

17 Kemampuan Mengelola Waktu 3 4 4 3,66Suasana Kelas

18 Antusias siswa dalam belajar dan bertanya 3 4 4 3,66

19Siswa aktif dalam mengerjakan lembar kerja Kumon masaing-masing

4 4 4 4

20Adanya interaksi aktif antara guru dan siswa

3 4 4 3,66

Rata-rata 3,6 4,15 4,35 4,03Sumber: Hasil olah data

Berdasarkan tabel 5.2 terlihat bahwa kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran pada setiap pertemuan sudah termasuk dalam kategori baik. Pada

RPP I kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah tergolong baik

walaupun peneliti baru pertama kali melakukan pembelajaran menggunakan

model Kumon.

Pada RPP II terlihat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

mulai mengalami peningkatan meskipun masih dalam kategori baik. Hal ini

terlihat pada aspek kemampuan memotivasi siswa/mengkomunikasikan tujuan

pembelajaran, kemampuan mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan

Page 6: Bab v

91

cara menjawab soal dengan memberikan bantuan terbatas, kemampuan memimpin

diskusi kelas/menguasai kelas, kemampuan menegaskan hal-hal penting intisari

yang berkaitan dengan pembelajaran, kemampuan mengelola waktu, Adanya

interaksi aktif antara guru dan siswa sudah termasuk kategori baik dibandingkan

pada RPP I yang masih dalam kategori cukup baik. Hal ini disebabkan karena

pada RPP II, guru mencoba untuk lebih sering berkomunikasi dengan siswa,

memberikan motivasi dan bimbingan serta pertanyaan-pertanyaan yang mengarah

pada saat siswa mengalami kesulitan, sehingga siswa mampu mengoreksi kembali

jawabannya yang belum benar.

Pada RPP II, kemampuan memimpin diskusi kelas/menguasai kelas dan

kemampuan mengelola waktu juga meningkat. Hal ini disebabkan karena pada

RPP II, guru mencoba untuk menciptakan kondisi kelas agar tidak ribut dan

terkendali sehingga guru dapat dengan mudah memimpin diskusi kelas, dan waktu

pun tidak terbuang sia-sia. Sehingga kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran pada RPP II sudah dalam kategori baik dari setiap aspek yang

diamati. Secara keseluruhan, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

yang menggunakan model TTW dikategorikan baik dan sangat baik. Ini terlihat

dari kemampuan menghubungkan pelajaran saat itu dengan pelajaran sebelumnya

atau membahas PR, kemampuan menginformasikan langkah-langkah

pembelajaran, kemampuan mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri dan

menarik kesimpulan tentang materi yang dipelajari, serta antusias siswa dalam

belajar dan bertanya juga meningkat.

Page 7: Bab v

92

Pada RPP III kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah

bernilai baik dari setiap aspek yang diamati. Secara keseluruhan kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran dengan model TTW dikategorikan baik ini terlihat

dari kemampuan memotivasi siswa/mengkomunikasikan tujuan pembelajaran

dengan baik yaitu dengan rata-rata 4 untuk tiga kali pertemuan, dan kemampuan

menghubungkan pelajaran saat itu dengan pelajaran sebelumnya atau membahas

PR dengan rata-rata 4,66.

Pada kegiatan inti kemampuan bertanya kepada siswa bagaimana

menemukan jawaban dan cara menjawab soal, dengan memberikan bantuan

terbatas pada RPP I masih dikategorikan cukup baik, pada RPP II dan III sudah

dikategorikan baik dengan rata-rata 3,66. Begitu juga dengan kemampuan

mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri dan menarik kesimpulan tentang

materi yang dipelajari pada RPP I masih dalam kategori cukup baik namun pada

RPP II dan III sudah mengalami peningkatan dengan kategori baik dengan rata-

rata tiga kali pertemuan 4,66.

Pada kegiatan penutup terlihat antusias siswa dan guru pada RPP I dan II

mencapai kategori baik dan pada RPP III mencapai kategori sangat baik,

sedangkan untuk kategori kemampuan guru dalam mengelola waktu bukanlah hal

yang mudah untuk dilakukan, ini terlihat dari kemampuan mengelola waktu pada

RPP I masih dalam kategori cukup baik namun pada RPP II dan III guru sudah

dapat memperbaiki kemampuannya dalam mengelola waktu dengan kategori baik.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu setiap aspek yang diamati harus

bernilai baik dan sangat baik, maka kemampuan guru dalam mengelola

Page 8: Bab v

93

pembelajaran dengan model TTW adalah efektif dengan nilai rata-rata 4,03 untuk

keseluruhan aspek yang diamati dalam tiga kali pertemuan.

C. Hasil belajar siswa

Untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran

melalui model pembelajaran TTW maka peneliti mengadakan tes pada setiap

akhir pertemuan. Dari hasil tes pada setiap akhir pertemuan akan diketahui berapa

persen siswa yang mencapai ketuntasan belajar dan berapa persen yang tidak

mencapai ketuntasan belajar. Tes yang diadakan setiap setelah pembelajaran

bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan kemampuan siswa dalam menyerap

materi pelajaran. Setelah hasil tes terkumpul maka data tersebut diolah dengan

melihat kriteria ketuntasan minimal yang diberlakukan dismp negeri 1 beutong

atueh

Pada RPP I berdasarkan hasil tes belajar siswa yang terlihat dalam tabel

4.6 didapat bahwa rata-rata nilai hasil tes belajar siswa adalah 63,14 dari 65 pada

skala 100 yang ditetapkan, maka tindakan I berdasarkan hasil tes tindakan I belum

berhasill. Terdapat 20 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara

individu dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal baru mencapai 42,86%

dari 65% sehingga keutuntasan belajar siswa secara klasikal pada RPP I belum

tercapai. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa menemukan sendiri

jawaban dari permasalahan yang ada. Selama ini dalam mengerjakan

permasalahan, siswa terbiasa menunggu atau mengharapkan guru menyelesaikan

permasalahan tersebut di depan secara klasikal. Selain itu, siswa juga belum

terbiasa berdiskusi dalam kelompok dan membandingkan jawaban dengan

Page 9: Bab v

94

temannya karena biasanya siswa cenderung belajar secara individu dan siswa

yang lain hanya menunggu jawaban dari satu siswa yang memiliki kemampuan

yang lebih.

Pada RPP II guru mencoba menyediakan waktu khusus untuk memberikan

pengarahan kepada siswa dan memberikan bimbingan pribadi pada siswa yang

belum mencapai ketuntasan hasil belajar pada tindakan I, sehingga ketuntasan

belajar siswa pada RPP II meningkat menjadi 77,14%. Ini berarti ketuntasan

belajar siswa secara klasikal pada RPP II juga belum mencapai ketuntasan. Jadi

untuk mengatasi siswa yang belum tuntas tersebut, maka perlu diberikan motivasi

dan dorongan yang lebih baik lagi agar mereka bisa lebih berhasil pada

pertemuan selanjutnya. Hal ini berdasarkan pendapat M. Sobry Sutikno bahwa

terdapat beberapa stategi yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi

belajar siswa, diantaranya menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik,

saingan/kompetisi, pujian, membentuk kebiasaan belajar yang baik, menggunakan

metode yang bervariasi, dan menggunakan media yang baik dan sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

Pada RPP III guru mencoba menyediakan waktu khusus untuk

memberikan pengarahan kepada siswa dan memberikan bimbingan pribadi pada

siswa yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar pada tindakan II. Pada RPP

III tidak diadakan tes pada akhir pertemuan, tapi diberikan tes akhir berupa semua

materi yang telah dipelajari selama tiga kali pertemuan yang dilaksanakan pada

keesokan harinya. Hasil tes akhir berdasarkan tabel 4.12 didapat bahwa rata-rata

nilai tes belajar siswa meningkat menjadi 79,71 dan ketuntasan belajar siswa pada

Page 10: Bab v

95

RPP III juga meningkat menjadi 91,42%. Sehingga pada RPP III ini ketuntasan

belajar siswa secara klasikal termasuk dalam kategori tuntas dan hanya 8,57%

atau 3 orang siswa tidak tuntas belajar dengan kriteria ketuntasan minimal yang

ditetapkan di SMP negeri 1 beutong ateuh yaitu 65 untuk setiap materi pada

bidang studi matematika. Angka tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran

melalui model Kumon pada materi operasi aljabar tuntas. Terhadap 3 orang siswa

yang belum tuntas, peneliti meminta guru bidang studi matematika yang ada di

sekolah tersebut untuk memberikan remedial mata pelajaran khususnya materi

operasi aljabar. Remedial untuk siswa sangat perlu diberikan karena siswa masih

ada yang belum tuntas, sehingga dengan adanya remedial dapat membantu siswa

memperdalam lagi kemampuan mereka. Guru harus lebih memberikan perhatian

kepada semua siswa khususnya kepada 3 orang siswa yang belum tuntas tentang

konsep dasar operasi perkalian dan pembagian yang ada variabel-variabel, karena

siswa banyak mengalami kesulitan dan keliru dalam menyelesaikan soal

disebabkan mereka kurang mengerti dengan konsep tersebut.

D. Respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model TTW

Respon yang diberikan siswa terhadap pembelajaran materi operasi aljabar

yang menggunakan model TTW sangat positif. Hal ini sesuai dengan hasil angket

yang menyatakan bahwa siswa senang terhadap kegiatan pembelajaran tersebut

karena mereka bisa ikut serta dalam proses belajar dan bisa mengekspresikan ide

secara luas, bebas dan terbuka. Siswa mengharapkan pembelajaran dengan model

TTW juga diterapkan pada materi lain, walaupun pembelajaran dengan model

TTW membutuhkan waktu yang lama,lembar kerja yang banyak, tapi siswa tetap

Page 11: Bab v

96

berminat untuk mengikuti pembelajaran. Siswa juga sependapat bahwa mereka

merasa lebih mandiri dalam belajar dengan menggunakan model TTW karena

mereka dapat mengembangkan kreativitas, mengalami dan melakukan sendiri cara

mendapatkan penyelesaian dari permasalahan sehingga dapat membantu mereka

dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan dan siswa juga terlihat aktif.

Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh bahwa respon siswa terhadap

komponen pembelajaran yang menggunakan model TTW. adalah positif dan

siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran berikutnya dengan menggunakan

model TTW. Minat positif dari siswa akan membuat siswa antusias untuk belajar,

sehingga siswa diharapkan dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Akan tetapi terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini, yaitu waktu

yang digunakan untuk menyelesaikan masalah di LKS masih kurang, siswa juga

masih ada yang malu mengkomunikasikan dengan guru kesulitan dalam

mengerjakan LKS dan mengharapkan permasalahan dapat diselesaikan oleh

teman yang lebih pintar dan ada beberapa siswa yang membuat keributan. Akan

tetapi semangat belajar mereka sangat besar sehingga peneliti dapat melakukan

penelitian di SMP negeri 1 beutong ateuh tanpa ada kendala apapun dan berhasil

melakukan penelitian ini.

E. Hasil wawancara siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model TTW

Berdasarkan data hasil wawancara yang dilakukan pada 6 orang siswa

yang terpilih pada RPP I, beberapa siswa masih banyak menghadapi kendala dan

kesulitan dalam menyelesaikan LKS yang telah disediakan, merasa kesulitan

dalam melakukan perkalian tanda dan pengurangan dalam operasi aljabar. Selain

Page 12: Bab v

97

itu siswa juga mengaku kurang konsentrasi dalam meyelesaikan soal karena siswa

terlalu bergembira sehingga kondisi kelas menjadi ribut dan waktu yang tidak

cukup. Hal ini berdasarkan pendapat Meier dalam DR. Nyayu Khodijah yang

menyatakan bahwa emosi sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar.. Oleh

karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan

emosi positif pada diri pembelajar. Untuk menciptakan emosi positif pada diri

siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan

menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan

kegembiraan belajar. Menurut Meier, kegembiraan belajar seringkali merupakan

penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan

bukan berarti menciptakan suasana kelas yang ribut dan penuh hura-hura. Akan

tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang

membahagiakan pada diri si pembelajar.

Pada RPP II, mereka masih banyak terdapat kesilapan dalam menentukan

nilai dari suatu perkalian dan pembagian dua tanda yang berlaianan. Pada RPP II

siswa mulai mendapatkan kesulitan yang lain, yaitu siswa kurang mengerti dalam

menjumlahkan atau mengurangkan bilangan positif dengan bilangan negatif.

Pada RPP III, siswa sudah mulai bisa mengatasi kesulitan-kesulitan yang

ditemui pada RPP I dan RPP II. Siswa mengaku sudah terbiasa dengan situasi

pembelajaran yang mereka temui di RPP III karena banyak sekali pengalaman

yang mereka dapatkan dari RPP I dan RPP II, sehingga disaat pembelajaran pada

RPP III, siswa sudah punya banyak konsep yang didapatkan pada pertemuan

sebelumnya dan mereka tidak menemukan lagi kesulitan seperti yang mereka

Page 13: Bab v

98

alami pada pertemuan sebelumnya. Hal ini berarti penguasaan materi prasyarat

sangat membantu siswa dalam memahami konsep materi lanjutan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Hudoyo yang menyatakan bahwa belajar matematika yang

terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar. Ini berarti bahwa

belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan

secara kontinu. Sehubungan dengan itu, maka dalam mengajar guru hendaknya

dapat memberikan pengetahuan prasyarat sebagai dasar untuk mempelajari topik

matematika yang diajarkan agar dalam menyelesaikan soal-soal matematika tidak

terlalu banyak mengalami kesulitan

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan-keterbatasan,

diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti tidak meninjau tingkat validitas soal

yang diberikan kepada siswa, sehingga bisa menjadi indikator ketidaktuntasan

belajar siswa.

2. Peneliti belum pernah mengajar di sekolah tersebut. Akibatnya ada beberapa

siswa yang kurang terbuka/berani bertanya terhadap materi yang belum

dipahaminya.

3. Keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti dalam merangkul

ataupun membimbing semua siswa dalam proses pembelajaran.

4. Keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti dalam merancang LKS

sesuai kemampuan siswa

Page 14: Bab v

99

5. Waktu penelitian yang singkat (tiga kali pertemuan) dengan materi yang

meliputi satu Kompetensi Dasar (KD) yaitu: KD melakukan operasi aljabar.

Akibatnya pada saat penelitian, peneliti merasa sulit dalam menerapkan model

pembelajaran Kumon dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.

6. Penentuan rentang waktu pada lembar aktifitas siswa yang lama (5 menit).

Akibatnya observer (pengamat) kesulitan menentukan aktifitas siswa yang

sebenarnya, karena dalam 5 menit ada siswa yang melakukan kegiatan lebih

dari dua aktifitas.

7. Kemampuan siswa dalam menguasai operasi hitung masih sangat kurang,

menyebabkan siswa lamban dalam menyelesaikan permasalahan di LKS. Hal

ini berdampak pada waktu yang tidak dapat disesuaikan seperti dalam RPP.

8. Berdasarkan keterangan guru yang mengajar dikelas yang diteliti diketahui

bahwa siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menggunakan metode

pembelajaran baru. Sehingga siswa memerlukan waktu yang lama untuk

terbiasa dan beradaptasi dengan pembelajaran yang menggunakan metode

TTW.