bab iv pengolahan data - perpustakaan digital itb · pada bab ini akan dibahas mengenai persiapan...
TRANSCRIPT
48
BAB IV
PENGOLAHAN DATA MULTIBEAM ECHOSOUNDER
MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK HIPS DAN ANALISISNYA
Pada Bab ini akan dibahas mengenai persiapan data, pengolahan data, ekspor data
hasil survei multibeam echosounder dan analisisnya. Data yang digunakan
merupakan data hasil survei multibeam oleh Jawatan Hidrografi dan Oseanografi
(Janhidros) TNI Angkatan Laut di daerah Karang Susuh, Kepulauan Seribu.
4.1 Tahap Persiapan Data
Data yang telah diperoleh, dipersiapkan dan dikelompokan seperti berikut,
a. Data konfigurasi kapal
Data yang berisikan dimensi dan titik referensi kapal yang digunakan untuk
pekerjaan survei, seperti offset terhadap antena GPS
b. Data navigasi kapal
Data yang berisikan informasi posisi horisontal lajur perum (track plot) dari
GPS metode RTK yang dilakukan selama survei dengan format XTF.
c. Data profil kecepatan gelombang akustik
Data yang berisikan profil kecepatan suara hasil pengukuran menggunakan
alat CTD.
d. Data pemeruman multibeam
Data hasil survei multibeam menggunakan sistem Reson Seabat 8101 dengan
format XTF.
e. Data pasang surut
Data hasil pengamatan pasang surut pada stasiun pasang surut selama survei
berlangsung.
f. Data survei Patch Test
Data hasil survei Patch Test sistem Reson Seabat 8101, berisikan pemeruman
untuk kalibrasi latensi navigasi, pitch, yaw, dan roll dalam format XTF.
g. Data gerakan kapal
Data gerakan kapal yang direkam oleh motion reference unit (MRU) pada
kapal dengan format .XTF.
49
4.2 Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan data disini meliputi data hasil survei batimetri yang telah
dilakukan. Data yang telah diperoleh harus diberikan nilai koreksi agar diperoleh
data yang baku. Pengolahan datanya mengikuti alur kerja yang terdapat pada
program HIPS (lihat Gambar 3.2 pada Bab 3.3).
4.2.1 Fase pertama
4.2.1.1 Pendefinisian Konfigurasi Kapal
Melakukan pendefinisian dari dimensi kapal serta kedudukan antena receiver GPS
dan transduser multibeam terhadap titik referensi kapal. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui posisi tiap-tiap data kedalaman dalam sistem koordinat global. Kapal
yang digunakan ialah KRI Leuser.
Data dimensi kapal dan offset yang telah dimasukan, dapat dilihat dan dirotasikan
secara 3 dimensi (gambar 4.1). Kemudian terdapat tabel data untuk memasukan
nilai posisi tranduser multibeam, kalibrasi patch test (roll , yaw, pitch), gyro,
squat/lift, tinggi garis air dan posisi antena GPS. Data tersebut mengacu pada titik
referensi yang ditetapkan pada kapal KRI Leuser. Nilai koreksi yang belum
didefinisikan pada saat proses Vessel Wizard berlangsung, dapat didefinisikan
disini.
Gambar 4.1 Tampilan Modul Vessel Editor
Antena GPS
Transduser Multibeam Titik Referensi Kapal
Tabel Data Masukkan
Dimensi kapal
Water Line
Tanggal
50
4.2.1.2 Mendefinisikan Proyek Baru dan Konversi Data Survei Multibeam
Proyek baru disini didefinisikan dalam hierarki Project-Vessel-Day-Line.
Berisikan informasi masukan data berupa nama proyek, jenis kapal yang
digunakan, penentuan tanggal dilakukannya survei, pemberian nama pemilik
survei dan deskripsinya, penentuan sistem koordinat dan batasan area surveinya.
Setelah itu diperoleh nama Project KarangSusuh dengan format HPF pada
direktori ..\HIPS\HDCS_Data.
Setelah didapat nama proyek, lakukan konversi data hasil survei multibeam Reson
SeaBat 8101, impor data survei dan Patch Test kedalam format HIPS
menggunakan modul Conversion Wizard, yang berisikan informasi mengenai
format data yang digunakan yaitu XTF, pemilihan data surveinya, penentuan
direktori Project-Vessel-Day-Line yang telah dibuat untuk menyimpan datanya,
memilih sistem koordinat yang dilakukan ketika survei berlangsung, dan
menentukan filter kualitas data kedalaman berdasarkan spesifikasi multibeam-nya.
Usahakan data lajur perum hasil survei dan data lajur perum Patch Test dipisah
dengan nama berbeda untuk memudahkan membedakan datanya. Setelah proses
konversi selesai, lakukan penyimpanan sesi proyek dengan memilih Save Session
dengan nama KarangSusuh.HSF, untuk dibuka kembali nantinya.
4.2.2 Fase kedua
4.2.2.1 Pengolahan Data Navigasi
Data navigasi yang diperoleh merupakan data posisi horisontal kapal selama
survei multibeam berlangsung menggunakan receiver GPS dengan metode Real
Time Kinematic. Data ini ditampilkan dalam bentuk lajur-lajur perum pada modul
Navigation Editor (Gambar 4.2). Terdapat 3 window untuk mengedit outliers yang
terdapat pada data posisi horisontal, yaitu, Speed, Distance dan Course Made
Good. Outliers yang perlu dihilangkan disini merupakan grafik yang terlihat
sangat menonjol dengan grafik disekitarnya. Lalu pilih grafik tersebut dengan
tombol By Range atau Lasso, dan pilih Reject with Interpolation.
51
Gambar 4.2 Tampilan modul Navigation Editor
4.2.2.2 Pengolahan Data Pergerakan Kapal
Data pergerakan yang diperoleh merupakan data yang berasal dari Motion
Reference Unit (MRU) atau sensor pergerakan yang dipasang pada kapal, selama
survei multibeam berlangsung. Data ini memberikan informasi nilai Gyro, Pitch,
Roll dan Heave dari pergerakan kapal akibat dinamika laut (instantenous
movement).
Gambar 4.3 Tampilan modul Attitude Editor
Data ini ditampilkan dalam tabel masing-masing parameter pada modul Attitude
Editor (Gambar 4.3). Pengkoreksian outliers didasarkan pada kondisi data
disekitarnya hasil survei.
Profil kecepatan kapal dari rekaman navigasi
Profil jarak kapal dari rekaman navigasi
Profil arah rute kapal dari rekaman navigasi
Outliers
Gerakan Gyro kapal
Gerakan Heave kapal
Gerakan Pitch kapal
Gerakan Roll kapal
52
4.2.3 Fase ketiga
4.2.3.1 Pengolahan Data Profil Kecepatan Suara
Untuk mengetahui nilai perambatan gelombang suara dalam lapisan air digunakan
alat ukur CTD (Conductivity, Temperature, Depth). Nilai tersebut dimasukan
kedalam modul Sound Velocity Editor, untuk diplot hasilnya (Gambar 4.4). Nilai
yang dimasukan antara lain: tanggal dan waktu diambilnya data, posisi geodetik
data, kedalaman dan kecepatan gelombang suara.
Gambar 4.4 Tampilan modul SVP Editor
Masukan data pengamatan kecepatan suara dilokasi survei berlangsung berupa
tanggal dan waktu diambilnya data, koordinat horisontal pengukuran kedalaman,
kedalaman dan kecepatan suara. Kemudian simpan (save) data kecepatan suara ini
dengan nama KarangSusuh.SVP.
4.2.4 Fase keempat
4.2.4.1 Pengolahan Data Pasang Surut
Data hasil pengamatan pasang surut berisikan informasi mengenai waktu dan
tinggi muka air. Data ini ditulis dalam bentuk tabel dan dilakukan plotting untuk
Tabel kecepatan suara dan kedalaman
Input data kecepatan suara dan kedalaman
Skala kedalaman
Plot profil kecepatan suara Tabel tanggal, waktu pengamatan dan posisi horisontal alat CTD
53
melihat hasilnya. Pengolahan data pasang surut ini menggunakan modul Tide
Editor, seperti berikut (Gambar 4.5). Masukan data pengamatan pasang surut
selama survei multibeam berlangsung berupa tanggal pengamatan, waktu
pengamatan, interval waktu pengamatan dan tinggi pengamatan permukaan laut.
Kemudian simpan (save) data pasang surut ini dengan nama KarangSusuh.TID.
Gambar 4.5 Tampilan Tide Editor
4.2.4.2 Penggabungan Data Patch Test
Lakukan Load Tide dan SVP Correction dahulu terhadap lajur patch test,
kemudian lakukan penggabungan data patch test menggunakan perintah Merge.
Mengenai prosedur patch test dilapangan, disertakan pada bagian Lampiran.
4.2.4.3 Pengolahan Data Patch Test
Kemudian tampilkan data hasil merging tersebut dari tampilan antarmuka HIPS,
untuk dilakukan kalibrasi.
Tabel dan input tanggal, waktu pengamatan dan tinggi muka air
Skala pasang surut
Interval waktu pengamatan Plot pasang surut
54
Pilih sepasang lajur survei patch test yang telah dilakukan. Buka modul
Calibration (Gambar 4.6). Buat sebuah subset (sebagian dari lajur survei).
Gunakan tools (Gambar 4.7) yang disediakan untuk mengetahui dan melihat
perubahan dari pengaturan yang dilakukan.
Gambar 4.7 Tampilan Calibration Editor
Menerapkan hasil pengimpitan
Nilai kalibrasi hasil pengimpitan
Tombol untuk merubah nilai pengimpitan
Penghitungan nilai rata-rata
Cari kondisi terrain yang memiliki kemiringan signifikan dan cari beam terluar yang overlap
Lakukan pengimpitan dengan menggunakan sudut pandang South
Gambar 4.8 Kalibrasi Latensi Navigasi
Window pemilihan lajur kalibrasi
Lajur kalibrasi yang dipilih
Tampilan lajur perum kalibrasi
Tampilan data statistik
Tampilan pesan
Gambar 4.6 Tampilan HDCS editor
55
Lakukan pengimpitan 2 lajur perum (Gambar 4.8, 4.9, 4.10, 4.11) berdasarkan
prosedur patch test tersebut dengan cara merubah nilai Pitch, Roll, Navigation
atau Yaw (sesuai dengan lajur yang dipilih untuk dikalibrasi) yang terdapat pada
Lakukan pengimpitan dengan menggunakan sudut pandang South
Cari kondisi terrain yang datar dan cari beam luar yang overlap
Gambar 4.10 Kalibrasi Roll
Lakukan pengimpitan dengan menggunakan sudut pandang South
Cari kondisi terrain yang memiliki kemiringan signifikan dan cari beam terdalam (nadir) yang overlap
Gambar 4.9 Kalibrasi Pitch
Lakukan pengimpitan dengan menggunakan sudut pandang South
Cari kondisi terrain yang memiliki kemiringan signifikan dan cari beam terluar yang overlap
Gambar 4.11 Kalibrasi Yaw
56
tampilan Calibration. Nilai tersebut terbagi menjadi tiga dijit dengan
menggunakan tombol pengubah, lalu di klik Apply. Untuk mempermudah
pengimpitan, dibantu dengan merubah sudut pandang (angle view) terhadap data
multibeam ini. Pengimpitannya dapat dilakukan di beberapa tempat. Setelah
proses pengimpitan selesai, lakukan perhitungan rata-rata terhadap data tersebut
dengan menekan tombol Compute Average. Catat nilai perubahan tersebut secara
manual untuk dimasukan kedalam modul Vessel Editor (tabel Swath 1) atau
disimpan kedalam format HVF yang merupakan konfigurasi kapal survei
(dilakukan setelah menekan tombol Quit). Nilai kalibrasi ini dimasukan sebelum
proses Merging terhadap data survei multibeam.
4.2.4.4 Penggabungan Data Posisi Horisontal dan Vertikal
Data posisi horisontal, kedalaman, konfigurasi kapal, profil kecepatan suara,
pergerakan kapal dan pasang surut kemudian digabungkan (Merging) untuk
diperoleh koordinat global dalam sistem koordinat tertentu bagi tiap-tiap data
kedalaman dan dilakukan reduksi kedalaman terhadap bidang surutan (Chart
Datum). Penggabungan dilakukan dengan tools Merge. Sebelum digabung,
terlebih dahulu memuat data pasang surut menggunakan Load Tide dan data
koreksi kecepatan suara menggunakan Sound Velocity Correction, terhadap
seluruh lajur perum.
4.2.4.5 Mendefinisikan Lembar Lapangan
Pembuatan Lembar Lapangan (Field Sheet) baru dengan nama KarangSusuh.
Pada Wizard Field Sheet isikan lokasi lembar lapangan akan disimpan dan
pemberian skala peta yang akan digunakan. Penentuan sistem koordinat untuk
produk dan batasan wilayah surveinya. Dapat dilakukan dengan pemilihan
otomatis satu layar penuh, atau mendefinisikan sendiri batasan areanya. Lihat
Gambar 4.12.
57
Gambar 4.12 Tampilan Lembar Lapangan
4.2.4.6 Menggenerasikan pemukaan BASE
Permukaan BASE merupakan hasil dari metode gridding yang diterapkan pada
data multibeam echosounder. Terdapat tiga pilihan dalam menggenerasikan
permukaan BASE ini, yaitu: Swath Angle, Uncertainty, dan CUBE. Pada alur ini
diujikan seluruh metode Gridding untuk melihat perbedaannya. Untuk metode
Uncertainty dan CUBE, lakukan perhitungan TPE lebih dahulu pada lajur perum
(lihat Lampiran G).
Setelah permukaan BASE terbentuk, dapat dilakukan visualisasi 3 dimensi dari
data dalam bentuk DTM (Gambar 4.13). Dari window, pilih 3D Display dan
gunakan parameter Depth untuk membuat tampilan 3 dimensi (Create Scene).
Untuk melihat perbedaan data kedalaman, dapat dilakukan overlay dengan
mengaktifkan seluruh permukaan DTM-nya.
Gambar 4.13 Tampilan 3 Dimensi area survei
Pengaturan tampilan 3 dimensi
Fasilitas navigasi dalam tampilan 3
dimensi
Pilihan permukaan BASE yang dihasilkan
Tampilan pesan
58
4.2.5 Fase kelima
4.2.5.1 Pengolahan data pemeruman multibeam
Setelah permukaan terbentuk, hasil perum diolah dengan Swath Editor (Gambar
4.14). Swath editor memiliki berbagai tampilan sudut pandang untuk memeriksa
hasil swath.
Pemeriksaan dapat dilakukan per swath atau beberapa swath sekaligus. Bila
terdapat outliers, lakukan pengkotakan terhadap outliers tersebut menggunakan
perintah by range atau lasso, dan kemudian di pilih perintah Reject.
Tersedia fasilitas Filter yang dapat digunakan untuk menyaring data multibeam
yang tidak baik karena disebabkan oleh lebar pancaran dan batas kedalaman
gelombang akustik yang dimiliki oleh masing-masing sistem multibeam
echosounder. Lakukan penentuan nilai yang akan diaplikasikan pada data perum,
yaitu Logic berupa Reject (data yang tidak baik ditolak), sudut pancar sistem
multibeam Reson Seabat 8101 dari nadir, tingkat kualitas data serta data
kedalaman maksimum dan minimum.
Gambar 4.14 Tampilan modul Swath Editor
Tampilan 3 Dimensi lajur perum
Tampilan Plan untuk memilih swath
Lajur perum yang akan diedit
Berbagai sudut pandang swath
Salah satu outlier yang tampak
59
4.2.6 Fase keenam
4.2.6.1 Pengolahan data pemeruman lanjut
Pengolahan berikutnya menggunakan Subset Editor (Gambar 4.15), dimana data
yang akan diedit disini sudah bergeoreferensi dan adanya overlap antara lajur
perum. Area dipilih dilayar dengan membuat suatu pengkotakan di permukaan
BASE yang tersedia (bounding box), kemudian dilakukan pemilihan outliers pada
tampilan 3 dimensi atau 2 dimensi. Lakukan pengkotakan terhadap outliers
dengan menggunakan perintah By range atau Lasso, kemudian di Reject.
4.2.6.2 Recompute permukaan BASE
Setelah seluruh pembersihan data selesai, lakukan perhitungan ulang permukaan
BASE tersebut sehingga permukaan tersebut di-update dari perubahan yang telah
dibuat ketika diedit menggunakan Subset Editor. Gunakan perintah Recompute
dari window Control. Lakukan klik kanan pada permukaan BASE yang memiliki
tanda seru (!) dan pilih Recompute.
4.2.6.3 Laporan Kontrol Kualitas
Setelah ketiga model permukaan BASE hasil Gridding tersebut di-Recompute,
lakukan pembuatan laporan kontrol kualitas terhadap ketiga model tersebut untuk
Gambar 4.15 Tampilan modul Subset Editor
Pilihan area yang akan diedit
Tampilan 3 dimensi area yang diedit
Tampilan 2 dimensi area yang diedit
60
mengetahui diterima atau tidaknya data terhadap Standar IHO. Laporan ini
memberikan seluruh informasi orde IHO dan alat multibeam echosounder.
Setelah tampil laporannya, bandingkan nilai yang telah pass terhadap Standar
IHO yang ditetapkan dan lihat nilai standar deviasinya. Dari hasil pengamatan,
dipilih metode Uncertainty.
4.2.7 Fase ketujuh
4.2.7.1 Pembuatan produk batimeri
Setelah selesai di-recompute, dapat dibuat contoh produk batimetri seperti
pembuatan garis kontur, profil dan angka kedalaman. Dari window Field Sheet
(lembar lapangan) dan tab Session (sesi), pilih perintah Contour, Profile atau
Soundings. Masukan nilai pada parameter yang tersedia, seperti interval kontur
dan kerapatan antar titik angka kedalaman. Gambar 4.16, 4.17, 4.18 merupakan
contoh tampilan produk batimetri.
Gambar 4.16 Contoh produk kontur
61
4.2.8 Fase kedelapan
4.2.8.1 Ekspor Data
Data yang telah selesai diolah diekspor ke dalam format lain untuk dibuat produk
batimetri seperti lembar lukis teliti. Format yang dipilih disini ialah format ASCII
dan CARIS Map. Format ASCII untuk dibuka pada perangkat lunak seperti
AutoCAD dan Surfer, sedangkan CARIS Map untuk perangkat lunak Caris GIS.
Export Wizard ini berisikan jenis format data yang akan diekspor, nama
proyeknya, pengecilan data berdasarkan kedalaman atau kedangkalan, sistem
koordinat yang akan digunakan, jenis data apa saja yang akan diikutsertakan serta
penentuan direktori tempat menyimpan data hasil ekspor.
Gambar 4.17 Contoh produk angka kedalaman
Gambar 4.18 Contoh produk profil
62
4.3 Analisis Pengolahan Data Multibeam dengan Perangkat Lunak HIPS
4.3.1 Analisis Masukan Data
• Conversion Wizard, perangkat lunak HIPS mendukung berbagai format data
multibeam yang disediakan oleh berbagai perusahaan yang membuat sistem
multibeam echosounder. Karena keterbatasan data, data multibeam yang
dikonversi hanya data dari sistem Reson Seabat 8101 dengan format *.XTF.
Didalam format ini juga terdapat informasi dari posisi horisontal (GPS) yang
di-input secara otomatis dari perangkat lunak Triton ISIS selama survei
berlangsung dan data pergerakan kapal dari motion reference unit.
Penyaringan quality flag yang dilakukan ketika proses konversi, (membuang
data kedalaman yang memiliki kualitas kurang baik) membantu dalam
pemeriksaan data pada tahap awal. Ketika akan memilih sistem koordinat
yang akan digunakan untuk mengimpor data, harus diketahui dahulu jenis
sistem koordinat yang digunakan ketika akusisi data dilapangan.
• Sistem Penanggalan, penanggalan yang digunakan dalam HIPS ialah Julian
Date, dimana tanggal dan bulan Masehi dirubah menjadi angka kesatuan.
Contohnya: 12 Februari 2004 � 2004 – 043, bulan Januari memiliki 31 hari
dan ditambah 12 hari pada tanggal dibulan Februari, sehingga 31 + 12 = 43.
• Vessel Editor, pemodelan kapal yang dibentuk sesuai dengan kondisi kapal
dan posisi sensor yang dipasang pada kapal. Bila terjadi kesalahan
memasukan ukuran kapal atau offset sensor, dapat dilakukan pengeditan
kembali tanpa harus membuat konfigurasi kapal dari awal. Diberikan tabel
data yang dapat dimasukan secara manual. Tabel data disini mencakup seluruh
sensor yang terdapat dikapal survei. Umumnya, data yang dimasukan disini
berupa posisi sensor terhadap titik referensi di kapal dan kesalahan dari jenis
produk sensor yang digunakan (nilai kalibrasi), dimana kesalahan ini
dikoreksikan terhadap data rekaman sensor. Data yang dimasukan juga
mengacu pada tanggal dan waktu pengamatan. Jika offset sensor dan nilai
kalibrasi telah diterapkan pada data selama survei berlangsung, tabel data
yang terkait dengan sensor tersebut tidak perlu dimasukan lagi nilainya.
Berikut ini tabel masukan data sensor yang terdapat pada Tabel Vessel Editor :
63
- Gyro, nilai kesalahan konstan dari alat sensor girokompas dalam satuan
derajat yang diberikan terhadap data dari rekaman heading kapal selama
survei berlangsung.
- Heave, nilai kesalahan konstan dari alat sensor (MRU) yang diberikan
terhadap data dari rekaman heave selama selama survei. Masukan juga
nilai posisi offset sensor heave terhadap titik referensi kapal dalam satuan
meter (X-Y-Z).
- Pitch, Roll, Yaw nilai kesalahan konstan dari alat sensor (MRU) dalam
satuan derajat yang diberikan terhadap data dari rekaman sensor gerakan
pitch, roll dan yaw selama survei berlangsung.
- Navigation, nilai posisi offset antena GPS dalam satuan meter terhadap
titik referensi kapal (X-Y-Z) dan jenis ellipsoid referensi yang digunakan
ketika survei.
- Swath, nilai posisi offset sistem multibeam echosounder dalam satuan
meter terhadap titik referensi kapal (X-Y-Z) dan nilai posisi offset kepala
transduser terhadap salib sumbu kapal berupa nilai kalibrasi hasil patch
test dalam satuan derajat (Roll, Yaw, Pitch ) dan latensi navigasi.
- SVP, nilai posisi offset alat CTD dalam satuan meter terhadap titik
referensi kapal (X-Y-Z) dan nilai posisi offset kepala transduser terhadap
badan kapal dalam satuan derajat (Roll, Yaw, Pitch). Nilai offset kepala
transduser dimasukan jika alat ukur CTD-nya berukuran besar dan
dipasang permanen pada kapal.
- Dynamic Draft, nilai perubahan squat dan lift kapal (dalam satuan meter)
terhadap garis air dikarenakan perubahan kecepatan kapal (dalam satuan
knot).
- Waterline, nilai tinggi garis air terhadap titik referensi kapal dalam satuan
meter dikarenakan perubahan draft kapal dalam jangka panjang
(contohnya: pengurangan bobot bahan bakar karena pemakaian atau
memuat beban pada kapal).
Nilai kesalahan konstan dari alat sensor dapat diperoleh dari spesifikasi teknik
masing-masing alatnya atau hasil pengukuran kalibrasi. Seluruh nilai koreksi
64
dan kalibrasi ini diterapkan pada data ketika proses penggabungan data
dilakukan (Merging).
• Tide Editor, untuk pengolahan data pasang surut, HIPS dapat membaca format
teks (*.txt) dengan bentuk yang telah disesuaikan atau dimasukan secara
manual.
• Sound Velocity Editor, untuk pengolahan data profil kecepatan suara, tidak
semua data yang diperoleh dari alat CTD dapat dimasukan secara otomatis,
tergantung modelnya. Data dari alat CTD model Midas Valeport yang
digunakan untuk survei ini, harus dimasukan secara manual (satu demi satu).
Selain itu, bila terdapat kesalahan dalam memasukan jam pengamatan dan
ingin merubahnya, data harus dimasukan ulang seluruhnya pada hari
pengamatan tersebut.
4.3.2 Analisis Pengolahan Data
• Calibration, kalibrasi ini berguna untuk mengetahui posisi offset transduser
multibeam (roll , yaw, pitch) yang dipasang, terhadap salib sumbu kapal
(bukan terhadap titik referensi kapal) serta latensi navigasi. Untuk sistem
multibeam yang dipasang secara permanen pada kapal, patch test ini cukup
dilakukan sekali, sedangkan untuk sistem yang portable, harus dilakukan
patch test setiap kali diadakan survei. Bedakan antara kalibrasi multibeam
(patch test) dengan attitude editor (sensor gerakan kapal).
Agar dapat melakukan kalibrasi, harus dilakukan pemuatan data koreksi
pasang surut dan SVP terlebih dahulu terhadap data lajur patch test. 3 tombol
pengubah dijit yang tersedia (dalam satuan derajat), memberikan ketelitian
yang sangat baik dalam pengimpitan. Berbagai sudut pandang yang disediakan
sangat membantu dalam melihat proses pengimpitan. Diberikan fasilitas
penyimpanan secara manual atau otomatis. Nilai kalibrasi yang disimpan
secara manual dapat dimasukan lagi ke dalam tabel masukan Swath 1 pada
Vessel Editor bila diadakan survei di lokasi lain, dengan catatan, sistem
multibeam yang digunakan dipasang secara permanen pada kapal survei yang
sama.
65
• Sound Velocity Editor, modul ini mampu menghitung pengkoreksian
kecepatan gelombang suara yang dilakukan dibeberapa lokasi di wilayah
survei. Penggunaan proses pengkoreksian ini disebabkan oleh belum
terkoreksinya data pemeruman yang diperoleh dari format data multibeam
tertentu, salah satunya *.XTF. Proses pengkoreksian terhadap data multibeam
(Sound Velocity Correction) memakan waktu yang cukup lama, sekitar 15
menit.
• Navigation Editor, pemilihan Reject - With Interpolation dilakukan jika data
tersebut memiliki outliers yang melompat-lompat (jarang) sehingga posisi
horisontal lajur perum yang di-reject akan diinterpolasi, dimana data
kedalaman yang berada pada posisi horisontal tersebut tetap dapat diproses
lebih lanjut. Pemilihan Reject - Break Interpolation dilakukan bila data
posisinya berada diluar lajur survei, maka posisi horisontal lajur perum yang
di-reject akan terputus, dimana hal ini mengakibatkan data kedalaman pada
posisi tersebut menjadi tidak dapat diproses (tertolak secara otomatis).
Tersedia interpolasi lajur perum, secara default digunakan interpolasi linier.
Jika datanya memiliki outliers yang melompat-lompat tetapi dalam jumlah
banyak, dapat digunakan interpolasi kurva Bezier.
• Attitude Editor, penentuan Reject pada modul ini didasarkan pada nilai yang
telah ditetapkan sebelum dilaksanakannya survei. Perubahan dari motion
sensor ini sangat berpengaruh pada posisi kedalaman dari tiap-tiap posisi
horisontal. Apabila nilai gerakan kapal (roll, yaw, pitch, gyro) melewati batas
toleransi, maka data tesebut harus di-reject, karena memberikan informasi
kedalaman yang salah terhadap posisi horisontal.
• Flag Status, dengan adanya fitur ini pada beberapa modul HIPS,
mempermudah pemberian tanda / flag terhadap data untuk pemrosesan lebih
lanjut. Status flag dan fungsinya, antara lain:
- Accepted, secara default, data apapun yang diolah bila tidak diberi tanda
flag dianggap diterima keabsahannya.
- Rejected - With Interpolation, penolakan data dengan menyambungkan
titik data posisi sebelum dan sesudah ditolak menggunakan interpolasi.
66
- Rejected - Break Interpolation, penolakan data dengan memutuskan titik
data posisi sebelum dan sesudah ditolak.
- Designated, mengindikasikan sejumlah data yang diperiksa memiliki
kedangkalan terendah di sekitar kumpulan perum.
- Outstanding, mengindikasikan perlunya pemeriksaan lebih lanjut terhadap
data perum yang diperiksa. Dapat disebabkan oleh adanya anomali
kedalaman.
- Outdated, status ini menyatakan belum di up-date-nya suatu data jika data
tersebut telah mengalami perubahan yang disebabkan oleh pemeriksaan
dan pengeditan. Untuk merubah statusnya lakukan perintah Up-date.
Sehingga data ini akan diikutsertakan dalam pengolahan tahap selanjutnya.
- Query, informasi untuk melihat status flag dari suatu data.
Pemilihan status flag yang diberikan pada data didasarkan pada nilai atau
bentuk data yang diperiksa dan diedit baik secara manual atau otomatis.
• BASE Surface, ada kemungkinan terjadi kekosongan berbentuk lubang (gap)
pada permukaan BASE, dikarenakan metode gridding yang diterapkan pada
data, sehingga harus dilakukan interpolasi terhadap kekosongan tersebut.
HIPS menyediakan interpolasi ini dengan melakukan interpolasi piksel dari
data disekitar kekosongan (neighbour). Tampilan 3 dimensi (Digital Terrain
Model) yang dihasilkan dari permukaan BASE terlalu jauh dari lokasi survei
(tidak langsung muncul tepat dilokasi survei). Untuk melihat perbedaan
kedalaman pada posisi horisontal yang sama dari masing-masing model yang
dibentuk, dapat dilakukan overlay model.
• Swath Editor, pemilihan Reject dilakukan bila outliers yang terdapat pada satu
swath (sapuan) berjumlah sedikit, hal ini hanya menghilangkan outliers
tersebut. Pemilihan Reject Swath dilakukan bila outliers yang terdapat pada
satu swath berjumlah banyak, sehingga data yang terdapat dalam satu swath
ini ditolak semuanya. Fasilitas deTrend memudahkan pemeriksaan outliers,
bila dalam satu swath terdapat kecenderungan profil pancaran sama (sulit
membedakan outliers-nya). Filter Swath yang diterapkan disini membantu
mempercepat pengolahan data, dengan menolak atau diterimanya (sesuai
67
Logic yang dipilih) nilai yang ditetapkan dimana dapat diterapkan pada 1 lajur
perum atau seluruh lajur perum. Filter yang tersedia antara lain:
- Minimum & Maximum Depth, memotong kedalaman minimum dan
maksimum yang ditetapkan, misalkan minimum 10 meter dan maksimum
40 meter dari seluruh area survei. Jadi kedalaman dibawah dan diatas nilai
itu ditolak atau diterima (sesuai Logic-nya).
- Beam Numbers, berdasarkan nomor kepala transduser. Pada Reson Seabat
8101 terdapat 101 transduser, yang dicobakan dari nomor 1-15 dan 96-101
, dimana nomor ini merupakan kepala sonar yang terdapat pada sisi terluar
dari sistem multibeam. Nilai perum dari nomor ini ditolak.
- Angles from Nadir: Port & Starboard, penolakan perum berdasarkan sudut
yang lebih besar dari sudut yang ditetapkan dari nadir ke arah Port dan
Starboard. Misalkan, ditetapkan 45o ke arah Port atau Starboard, maka
sudut yang lebih besar dari itu, perumnya ditolak.
Dengan volume data yang besar, filter ini berguna untuk mempercepat
pemeriksaan swath. Hal ini bergantung pada jenis sistem multibeam
echosounder yang digunakan, berdasarkan pada cakupan sudut pancar dan
kedalaman maksimum yang dapat dicapai serta kondisi wilayah survei.
• Subset Editor, dengan modul ini dapat dilihat hasil kedalaman secara
menyeluruh. Data kedalaman yang overlap dari masing-masing lajur dapat
dilihat secara langsung (terutama dari pancaran terluar multibeam) dan
outliers-nya dapat di-reject. Pemilihan area yang akan diedit sebaiknya sedikit
saja dan melintang, untuk melihat profil dari lajur-lajur perumnya. Agar area
survei yang akan diedit tidak berubah atau tergeser (ketika memperkecil /
memperbesar area yang berwarna kuning), dapat dilakukan penguncian
dengan menekan tombol Lock (L). Penentuan reject disini didasarkan dengan
melihat kecenderungan permukaan dari BASE-nya. Hati-hati dalam
membedakan antara objek (seperti kedangkalan atau benda) dengan outliers.
Umumnya suatu objek memiliki warna dan bentuk lebih padat dan spesifik
daripada outliers.
68
Gambar 4.19 Pengolahan subset
• Quality Control, dengan adanya laporan kontrol kualitas, dapat diketahui
tingkat keterandalan model permukaan BASE yang dibentuk. Pemilihan
permukaan BASE yang digunakan untuk pembuatan produk batimetri disini,
didasarkan pada perbandingan nilai yang ditampilkan oleh laporan kontrol
kualitas. Dari perbandingan ketiga tabel, tiap metode memiliki rata-rata
standar deviasi sebagai berikut:
- Swath Angle = 0,17735
- Uncertainty = 0,17725
- CUBE = 0,19525
• Batch Processing, terdapat beberapa modul yang dapat dilakukan eksekusi
secara otomatis dan beruntun terhadap data survei, dimana parameter yang
didefinisikan pada modul tersebut sama dengan modul-modul yang telah
dibahas sebelumnya.
• HIPS Recycle Bin, fasilitas yang bermanfaat untuk melakukan pengembalian
data (restore) yang telah dihapus ketika sedang mengedit data. Recyle Bin
disini berbeda dengan yang terdapat pada sistem operasi Windows.
• Validasi Data, validasi ini digunakan untuk mengetahui keabsahan
pengolahan data multibeam melalui cara pengecekan lajur perum silang pada
Pengkotakan area (yang berwarna kuning) yang akan diedit sebaiknya sedikit saja, dengan posisi melintang, untuk melihat profil dari lajur-lajurnya (seukuran kotak hitam tersebut).
Merupakan outliers yang disebabkan oleh pancaran terluar dari multibeam yang dayanya kurang dan yang overlap. Untuk memudahkan bentuk pemotongan, gunakan fasilitas lasso tool.
Keterangan: Warna hijau menyatakan area sudah diperiksa dan dibersihkan, warna kuning menyatakan area sudah diperiksa tetapi belum dibersihkan, warna merah menyatakan area belum diperiksa dan belum dibersihkan
69
koordinat yang sama yang dilakukan dengan menggunakan ketiga metode
gridding yang diterapkan pada data agar memenuhi standar IHO SP-44 orde 1,
dengan formula :
σσσσ = ± ( )22 dba ×+ (1.12)
dimana: σσσσ = standar deviasi
a = kesalahan kedalaman independen (0,5 m – orde 1)
b = kesalahan kedalaman dependen (0,013 – orde 1)
b x d = kesalahan kedalaman dependen (jumlah semua kesalahan kedalaman yang dependen)
Dari ketiga data tersebut diperoleh:
Posisi horisontal : 5o 53’ 40,38” LS dan 106o 51’ 6,58” BT
Metode Swath Angle Uncertainty CUBE
Lajur utama 32,559 m 32,575 m 32,465 m
Lajur silang 32,809 m 32,836 m 32,732 m
Perbedaan (d) 0,25 m 0,261 m 0,267 m
Rata-rata (d) 32,684 m 32,706 m 32,599 m
2σσσσ + 1,3122 + 1,3126 + 1,3108
Orde I - IHO memenuhi memenuhi memenuhi
Tabel 4.1 Perbandingan metode gridding
Karena seluruh metode memenuhi standar IHO orde 1, lakukan perbandingan
standar deviasi tiap model gridding dari laporan kontrol kualitas sebelumnya.
Dari hasil perbandingan diketahui metode Uncertainty memiliki nilai standar
deviasi rata-rata paling minimum diantara ketiganya, maka metode ini
digunakan untuk pembuatan produk batimetri.
4.3.3 Analisis Keluaran Data
• Export Wizard, produk yang dihasilkan oleh HIPS hanya terbatas pada
tampilan untuk pemeriksaan data dan pemberian atributnya, sehingga
dibutuhkan perangkat lunak lain untuk membuat produk batimetri dan lembar
lukis teliti. HIPS mendukung berbagai format ekspor, tetapi karena perangkat
70
lunak yang dibutuhkan terbatas untuk membuka berbagai jenis file ekspor
HIPS, maka yang dibuka hanya data berfomat ASCII dan Caris Map. Bila
terjadi kegagalan ekspor, HIPS akan memberitahu dimana kesalahannya
dengan memberi nomor pesan kesalahan. Namun, nomor kesalahan ini tidak
jelas mengacu pada apa. Untuk hasil ekspor dengan format ASCII, tidak
terdapat informasi garis kontur, angka kedalaman atau profil seperti yang
terdapat pada hasil ekspor dengan format Caris Map. Dapat dilakukan
pengurangan data (data thinning) untuk mewakili area surveinya dikarenakan
volume data multibeam yang dapat besar. Data yang diperoleh dengan format
ASCII dapat dilihat pada bagian Lampiran.