bab iv lkp
DESCRIPTION
KPTRANSCRIPT
![Page 1: BAB IV LKP](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083012/5695cfde1a28ab9b028fe253/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB IV
PEKERJAAN YANG DIIKUTI
Selama menjalankan kegiatan kerja praktek ini, penulis hanya mengikuti
beberapa pekerjaan di lapangan. Pelaksanaan kerja praktek pada proyek
pembangunan Gedung RKB (Bertingkat Lantai II) SMA Negeri 4 Wira Bangsa
Meulaboh ini berlangsung selama 2 (dua) bulan. Adapun kegiatan yang penulis
ikuti pada pelaksanaan proyek ini adalah :
1. Pekerjaan kolom
2. Pekerjaan balok lantai
3. Pekerjaan plat lantai
4.1 Pekerjaan Kolom
Kolom adalah struktur utama sebagai media penyaluran seluruh gaya-gaya
pembebanan dari plat atau balok ke pondasi yang terjadi pada bangunan. Untuk
itu keberadaan dan kedudukan kolom harus sesuai dengan persyaratan yang
tertulis pada literatur-literatur. Selain itu kolom juga berfungsi sebagai pengikat
pasangan dinding bata.
Bentuk kolom yang digunakan pada bangunan ini adalah kolom berbentuk
persegi panjang. Penempatan kolom ini dipasang untuk menyalurkan gaya-gaya
normal yang disebabkan oleh berat bangunan itu sendiri.
4.1.1 Pembesian kolom
Hal pertama yang dilakukan pada pembesian kolom adalah pengukuran
terhadap besi yang diperlukan. Besi tulangan yang akan dirangkai dipotong di
lokasi kerja yang ada di lapangan dengan menggunakan alat pemotong. Besi
tulangan yang telah dipotong kemudian dibengkokkan dengan menggunakan
pembengkok tulangan (bar bender) dan selanjutnya dirangkai dengan
32
![Page 2: BAB IV LKP](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083012/5695cfde1a28ab9b028fe253/html5/thumbnails/2.jpg)
33
menggunakan besi beghel yang telah disiapkan dan diikat dengan kawat ikat
ukuran 1 mm.
Pada Pembangunan gedung RKB (Bertingkat Lantai II) SMA Negeri 4
Wira Bangsa Meulaboh ini direncanakan 2 (dua) dimensi kolom yang berbeda
yaitu kolom dengan dimensi 30 × 40 cm (K1) dan kolom dengan dimensi 30 × 30
cm (K2). Untuk lebih jelas, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D. Gambar
bestek tabel pembesian kolom.
Data-data struktur kolom yang digunakan:
Jenis kolom : Beton bertulang
Dimensi kolom : K1 (30 × 40 cm) dan K2 (30 × 30 cm)
Diameter tulangan : D 14 mm
Diameter sengkang : Ø10-100 mm (tumpuan dan lapangan)
Mutu beton : K-225
Tulangan dan sengkang yang telah dibentuk ini dibawa ke lokasi pekerjaan
untuk dipasang atau dirangkaikan. Untuk K1 dan K2 menggunakan tulangan
sebanyak 1682,01 kg. Menurut pengamatan penulis, sengkang yang direncanakan
Ø10-100 mm di lapangan digunakan sengkang Ø9-110 mm (rata-rata) bahkan
pemasangan sengkang tanpa dilakukan pengukuran melainkan hanya diperkirakan
saja, sehingga jarak pada setiap sengkang tidak sama rata. Hal ini sangat tidak
sesuai dengan gambar yang telah direncanakan.
![Page 3: BAB IV LKP](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083012/5695cfde1a28ab9b028fe253/html5/thumbnails/3.jpg)
34
4.1.2 Pemasangan bekisting
Setelah proses pembesian selesai dilanjutkan dengan pemasangan
bekisting kolom. Bekisting untuk kolom dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran
kolom yang direncanakan. Adapun multipleks yang digunakan untuk bekisting
berukuran tebal 6 mm, dan kayu pemaku 5/7 cm pada salah satu sisinya, sehingga
menjadi rapat. Panjang bekisting kolom ± 4 m dan luas bagian dalam sama
dengan luas kolom. Pekerjaan ini menghabiskan bekisting sebanyak 200 m2.
Untuk mengukur batas ketinggian pemasangan bekisting kolom,
digunakan alat waterpass. Untuk membuat kedudukan bekisting kolom vertikal,
sejajar dan lurus dilakukan penyeimbangan dengan menggunakan unting-unting
yang diikatkan pada papan bekisting dengan benang.
Bekisting kolom harus kuat agar tidak bergerak ketika dilakukan
pengecoran. Untuk itu selain menggunakan bekisting, di sekeliling bekisting juga
dipasang penyangga-penyangga dari pasangan-pasangan kayu ukuran 5/7 cm yang
dikaitkan pada sisi-sisi bekisting dengan jarak 50 cm yang berguna juga untuk
menjaga agar bekisting tetap tegak lurus sehingga pada saat pengecoran hasilnya
sesuai dengan yang diinginkan. Setiap pekerjaan pemasangan bekisting yang telah
selesai dikerjakan diperiksa dan disetujui oleh pengawas lapangan.
4.1.3 Pengecoran kolom
Mutu beton yang direncanakan untuk pekerjaan pengecoran kolom adalah
K-225 dengan campuran beton 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr dan air secukupnya, pengadukan
dilakukan dengan menggunakan molen (mixer concrete). Kemudian campuran
dibawa ke lokasi kolom yang akan dicor dengan menggunakan kereta sorong dan
kemudian diangkut ke atas dengan menggunakan timba plastik. Sebelum
dilakukan pengecoran, bekisting terlebih dahulu disiram dengan air dan hasil
adukan dituangkan ke dalam bekisting kolom, dihentikan sesaat untuk melakukan
pemadatan penusukan dengan menggunakan tongkat besi agar campuran menjadi
padat. Volume pengecoran kolom seluruhnya adalah 16,32 m3.
![Page 4: BAB IV LKP](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083012/5695cfde1a28ab9b028fe253/html5/thumbnails/4.jpg)
35
Setelah penulis amati, ternyata proses pembuatan campuran untuk
pengecoran tidak dilakukan pengukuran bahan dengan perbandingan 1 : 2 : 3,
melainkan hanya berdasarkan perkiraan semata. Hal ini sangat memperngaruhi
mutu beton yang telah direncanakan. Penulis juga mengamati pengecoran
dilakukan pada mulut kolom sehingga tinggi jatuh pengecoran adalah 3,5 m. SK
SNI T-15-1991-03 yang menyatakan bahwa adukan tidak boleh dicurahkan dari
ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m karena dapat menyebabkan segresi.
4.1.4 Pembukaan bekisting kolom
Pembukaan bekisting kolom dimulai dengan pembongkaran sokongan
balok setelah beton mengeras, yaitu dengan cara mengendurkan tiang penyangga
(scaffolding), mengendurkan klam pengikat, kemudian melepaskan balok
penyangga (kayu ukuran 5/7 cm) dan diikuti dengan melepaskan bekisting satu
persatu. Pembukaan bekisting dilakukan dengan menggunakan palu dan linggis.
Penulis mengamati bahwa pembukaan bekisting ini dilakukan paling cepat
setelah umur beton baru mencapai 1-2 hari. Hal ini tidak sesuai dengan SNI 03-
2847-2002 halaman 33, yang menyatakan bahwa cetakan dan acuan tidak boleh
dibongkar sebelum beton berumur 3 minggu.
4.1.5 Perawatan beton
Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar
kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin. Perawatan beton mulai
dilakukan pada hari ke-2 setelah pengecoran. Perawatan yang dilakukan hanya
dengan menyirami permukaan beton dengan air maksimal selama 3 hari.
Perawatan beton dilakukan oleh 2 orang pekerja selama 3 hari.
![Page 5: BAB IV LKP](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083012/5695cfde1a28ab9b028fe253/html5/thumbnails/5.jpg)
36
4.2 Pekerjaan Balok Lantai
Balok lantai adalah bagian struktur atas yang digunakan untuk dudukan
lantai dan pengikat kolom lantai atas. Dalam struktur, balok ini berfungsi sebagai
rangka penguat horizontal bangunan yang akan mendapat tumpuan muatan mati
(berat sendiri, furnitur dan lain-lain) dan muatan hidup (pergerakan manusia) di
lantai atas.
4.2.1 Pembesian balok lantai
Pekerjaan balok lantai dilakukan setelah pekerjaan kolom lantai I selesai
dilakukan. Pada proyek ini digunakan 3 (tiga) dimensi balok lantai, yaitu dimensi
30 × 70 cm (BL 1), dimensi 25 × 40 cm (BL 2) dan dimensi 25 × 35 cm (BL 3).
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran D. Gambar bestek tabel
pembesian balok lantai.
Pekerjaan pembesian dilaksanakan di pondok kerja, setelah pemotongan
dilakukan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Perangkaian besi tulangan
ini dilakukan langsung di tempat pekerjaan balok lantai hingga selesai. Pembesian
balok lantai dilakukan oleh 12 orang. Pembesian balok lantai ini menghabiskan
besi sebanyak 2820,27 kg.
Data-data struktur balok lantai yang digunakan :
Jenis balok : Beton bertulang
Dimensi balok : BL1 (30 × 70 cm); BL2 (25 × 40 cm); BL3 (25 × 35
cm)
Diameter tulangan : D 14 mm
Diameter sengkang : Ø10-100 mm (tumpuan) dan 120 mm (lapangan)
Mutu beton : K-225
Dari hasil pengamatan penulis pada pembesian balok lantai, untuk BL2 dan
BL3 besi ulir hanya digunakan 2 buah untuk tulangan atas dan 2 buah untuk
tulangan bawah saja, sedangkan 5 tulangan lainnya digunakan besi polos. Hal ini
![Page 6: BAB IV LKP](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083012/5695cfde1a28ab9b028fe253/html5/thumbnails/6.jpg)
37
sangat tidak sesuai dengan gambar rencana yang keseluruhannya menggunakan
besi ulir, sehingga dapat berpengaruh pada kekuatan konstruksi bangunan yang
sedang dikerjakan.
Selain itu penulis juga melihat bahwa sengkang balok lantai yang
seharusnya menggunakan Ø10-100 mm untuk tumpuan dan Ø10-120 mm untuk
lapangan. Setelah penulis amati di lapangan digunakan Ø9-100-110 mm (rata-
rata) untuk daerah tumpuan dan lapangan jarak keduanya disamakan, bahkan
pekerjaannya dilakukan tanpa pengukuran tetapi hanya diperkirakan saja.
4.2.2 Pemasangan bekisting
Sebelum pemasangan bekisting dilakukan, terlebih dahulu didirikan tiang-
tiang penyangga vertikal yang disebut perancah/stut werk. Fungsi dari tiang
penyangga ini sebagai penyokong papan bekisting balok lantai. Perancah atau
tiang-tiang (scaffolding) ini terbuat dari kayu yang dipasang tegak lurus dengan
permukaan tanah.
Setelah perancah untuk balok lantai selesai dikerjakan, selanjutnya dibuat
bekisting untuk balok lantai. Bekisting untuk balok lantai dibuat berdasarkan
bentuk dan ukuran dari balok lantai tersebut. Bekisting dibuat dari multipleks 12
mm. Balok-balok kayu kemudian dipakukan ke multipleks sebagai penguat. Jarak
penempatan antar balok-balok kayu di multipleks untuk bekisting sekitar 40-60
cm. Pekerjaan pemasangan bekisting untuk balok lantai dan plat lantai dikerjakan
![Page 7: BAB IV LKP](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083012/5695cfde1a28ab9b028fe253/html5/thumbnails/7.jpg)
38
secara bertahap oleh 5 orang. Pekerjaan ini menghabiskan bekisting sebanyak
261,72 m2.
4.2.3 Pengecoran balok lantai
Setelah pembesian dan pembuatan bekisting selesai, barulah kemudian
dilanjutkan dengan pekerjaan pengecoran. Pada pengecoran balok lantai, adukan
dilakukan dengan menggunakan molen. Untuk ini digunakan beton dengan
campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr dengan waktu kerja selama 5 jam. Namun
berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, untuk campuran beton tidak
dilakukan pengukuran dengan perbandingan campuran 1 : 2 : 3, melainkan proses
pencampuran hanya diperkirakan saja. Hal ini dapat mempengaruhi mutu beton
yang telah direncanakan.
Pengecoran balok lantai dilakukan sekaligus dengan pengecoran plat
lantai. Sistem pengecoran dilakukan secara berturut-turut dan pengadukan
dilakukan pada lantai dasar dan pengangkutan hasil campurannya ke lantai 2
dengan menggunakan lift/katrol, dan dihamburkan dengan menggunakan kereta
sorong. Adapun proses pemadatannya hanya dilakukan secara manual tanpa alat
penggetar (vibrator). Volume keseluruhan pengecoran balok adalah 27,19 m3.
4.2.4 Pembukaan bekisting balok lantai
Pembukaan bekisting balok lantai dilakukan setelah beton benar-benar
mengeras. Pekerjaan ini dilakukan oleh 1-2 orang pekerja untuk setiap lajur balok
dengan menggunakan alat-alat sederhana yaitu linggis dan palu. Dari hasil
pengamatan di lapangan, pembukaan bekisting balok lantai mulai dilakukan 7 hari
setelah pengecoran.
Untuk tahap awal pembukaan bekisting dilakukan pada bagian-bagian
yang dianggap tidak terlalu menahan beban seperti di bagian dimana as balok
lantai sama dengan as dinding. Namun hal ini tidak sesuai dengan SNI 03-2847-
2002 halaman 33, yang menyatakan bahwa cetakan dan acuan tidak boleh
![Page 8: BAB IV LKP](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083012/5695cfde1a28ab9b028fe253/html5/thumbnails/8.jpg)
39
dibongkar sebelum beton berumur 3 minggu karena dapat mengakibatkan
kerusakan.
4.2.5 Perawatan beton
Pekerjaan perawatan beton harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air.
Lembaran penyerap air ini harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 hari.
Semua bahan perawatan atau lembar penyerap air harus menempel pada
permukaan beton yang telah dicor. Penulis mengamati, perawatan beton balok
lantai sekaligus plat lantai dilakukan hanya dengan menyirami permukaan beton
dengan air selama 3 hari dan dilakukan oleh 3 orang pekerja.
4.3 Pekerjaan Plat Lantai
Plat lantai berfungsi sebagai struktur lantai atas yang akan menyalurkan
beban ke balok dan kemudian diteruskan ke kolom hingga ke pondasi. Pekerjaan
plat lantai juga harus dikerjakan dengan teliti dan seksama agar tidak terjadi
kerusakan struktur-struktur lainnya, karena beban plat lantai itu sendiri cukup
besar. Plat yang digunakan jenis plat dengan penulangan dua arah dan tebal plat
12 cm. Plat tersebut ditumpu oleh balok-balok lantai secara monolit, yaitu plat dan
balok dicor secara bersamaan sehingga menjadi satu kesatuan. Pekerjaan plat
lantai merupakan pekerjaan yang serangkai, dimana balok dan plat lantai
pelaksanaannya dilakukan secara bersama-sama atau komposit, mulai dari
pemasangan bekisting, pembesian dan pengecoran.
4.3.1 Pemasangan bekisting plat lantai
Sebelum melakukan pembesian, dilakukan pekerjaan pemasangan
bekisting plat yang sebelumnya telah dipasang tiang penyangga/perancah untuk
menopang bekisting plat lantai. Setiap perancah harus saling mengikat agar
![Page 9: BAB IV LKP](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083012/5695cfde1a28ab9b028fe253/html5/thumbnails/9.jpg)
40
dengan cara memasang kayu sebagai pengikatnya. Kayu-kayu ini sebagai pengaku
agar penopang tidak mudah goyah atau bergeser. Penahan bekisting plat lantai
terbuat dari papan 2/20 cm yang disusun, dan kayu ukuran 2,5/6 cm sebagi
perekat dengan jarak 50 cm dipasang memanjang. Setelah semua pemasangan
untuk penahan bekisting plat lantai selesai, maka dibuat bekisting dari multiplek
dengan ukuran sesuai gambar kerja. Pekerjaan ini menghabiskan bekisting
sebanyak 208,25 m2.
4.3.2 Pembesian plat lantai
Direncanakan pembesian plat lantai ini dibuat dengan sistem penulangan 2
(dua) arah. Pembesian plat lantai dimulai dari tulangan bawah setelah itu tulangan
atas. Pemasangan tulangan atas berlawanan arah dengan tulangan di bawahnya
atau hasilnya seperti anyaman, agar plat lantai memiliki stuktur yang kuat dan
stabil. Pembesian plat lantai ini menggunakan besi Ø10-150 mm dan kawat ikat
Ø1 mm. Pembesian pada plat lantai dilakukan setelah pembesian balok lantai dan
proses penulangannya digabungkan dengan balok dan kolom. Sedangkan besar
daerah tumpuan adalah ¼ kali bentang dan daerah lapangan adalah ½ kali
bentang. Pembesian plat lantai ini menghabiskan 4537,55 kg besi.
Setelah tulangan dipasang pada seluruh rencana plat lantai, kemudian
dipasang beton tahu (decking) setebal selimut beton sebagai pengganjal dan
pemberi jarak dari bekisting. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tebal lapisan
penutup beton yang sesuai dengan yang direncanakan dan selelah dicor tulangan-
tulangan plat lantai benar-benar diselimuti beton dan tidak terlihat keluar dari
beton. Jarak antara beton decking ini hanya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pembesian plat lantai ini dilakukan oleh 12 orang.
Berdasarkan pengamatan penulis, jarak tulangan lantai di lapangan
berbeda-beda atau tidak seimbang, hal ini dikarenakan pemasangan tulangan
dilakukan tanpa pengukuran tetapi hanya berdasarkan perkiraan saja. Sementara
itu untuk menyangga tulangan plat lantai tidak digunakan beton decking namun
menggunakan batu yang ukurannya tidak sama. Hal ini dapat mempengaruhi
![Page 10: BAB IV LKP](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083012/5695cfde1a28ab9b028fe253/html5/thumbnails/10.jpg)
41
posisi tulangan terhadap bekisting sehingga setelah pengecoran dibeberapa bagian
terlihat tulangan muncul di permukaan selimut beton.
4.3.3 Pengecoran plat lantai
Setelah pembesian dan pembuatan bekisting selesai, kemudian dilanjutkan
dengan pekerjaan pengecoran. Pada pengecoran balok lantai, adukan dilakukan
dengan menggunakan molen. Mutu beton yang direncanakan adalah K-225 beton
dengan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr dengan waktu kerja selama 5 jam. Pada saat
pengecoran ini berlangsung para pekerja bersiap-siap untuk menyebarkan beton
agar dapat menutupi seluruh rencana plat lantai dan memadatkan betonnya secara
manual. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, untuk campuran beton
tidak dilakukan pengukuran dengan perbandingan campuran 1 : 2 : 3, melainkan
peroses pencampuran hanya diperkirakan saja. Hal ini dapat mempengaruhi mutu
beton yang telah direncanakan. Volume pengecoran plat lantai adalah 33,12 m3.
4.3.4 Pembukaan bekisting plat lantai
Setelah pengecoran selesai maka pembukaan bekisting plat lantai
dilakukan setelah umur beton 28 hari. Pembukaan bekisting dilakukan dengan
menggunakan linggis dan palu. Pembukaan bekisting ini dilakukan oleh 5 orang.
4.3.5 Perawatan beton
Pekerjaan perawatan beton harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras dengan menyelimutinya dengan bahan yang menyerap air seperti goni.
Lembaran penyerap air ini harus dibuat jenuh dalam waktu minimal 7 hari. Semua
bahan perawatan atau lembaran penyerap air harus menempel pada permukaan
beton yang telah dicor. Penulis mengamati, perawatan plat lantai dan balok lantai
dilakukan hanya dengan menyirami permukaan beton dengan air selama 3 hari
dan dilakukan oleh 2 orang pekerja.