lkp pertamina region iv semarang

Upload: purwanti-rahayu

Post on 10-Oct-2015

125 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pertamina bagian Marketing Operation

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Bahan bakar minyak (BBM) adalah suatu senyawa organik yang

    dibutuhkan dalam suatu pembakaran untuk mendapatkan energi/tenaga. Bahan

    bakar minyak ini merupakan hasil dari proses destilasi minyak bumi (Crude

    Oil) menjadi fraksi-fraksi yang diinginkan. Bahan bakar minyak mempunyai

    peran yang sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional terutama

    di sektor industri dan sektor transportasi. Hal ini sesuai dengan Undang-

    undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas

    Bumi, yang diantaranya berbunyi sebagai berikut : Bahwa minyak dan gas

    bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai

    oleh negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup

    orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional

    sehingga pengelolaannya harus secara maksimal memberikan kemakmuran

    dan kesejahteraan rakyat (Paramita, 2011).

    Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia minyak bumi memiliki

    peran yang penting dan strategis. Peran penting ini dalam hal ini migas

    (minyak bumi dan gas) menyangkut hajat hidup orang banyak dan strategis

    karena migas merupakan sumber energi bagi kegiatan ekonomi nasional,

    disamping sebagai sumber daya devisa Negara yang secara keseluruhan terkait

    langsung dengan pertahanan dan keamanan nasional. Perusahaan yang

    bergerak dalam migas di Indonesia adalah PT Pertamina (Paramita, 2011).

    Sebagai lokomotif perekonomian bangsa Pertamina merupakan

    perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas

    serta energi baru dan terbarukan.Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya

    berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik sehingga dapat

  • 2

    berdaya saing yang tinggi di dalam era globalisasi (www.pertamina.com,

    2014).

    Pertamina merupakan perusahaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang

    mendistribusikan hasil produksinya keseluruh Indonesia yang merupakan

    Negara berpulau-pula. Sehingga dalam pendistribusian BBM mengharuskan

    Pertamina melakukan kerja sama dengan pihak ketiga sebagai mitra kerja atau

    dalam praktek dikenal dengan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum

    (SPBU), Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBB) dan Solar Packed Dealer

    untuk Nelayan/Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Nelayan (SPDN/SPBN)

    yang akan menyalurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Bahan Bakar

    Khusus (BBK), serta produk lain yang disediakan dan dijual oleh

    PERTAMINA, khususnya BBM jenis solar bersubsidi (Hardik, 2012).

    Luasnya wilayah Indonesia dalam pendistribusian BBM dan BBK

    serta produk lain, pemerintah membangun beberapa dealer pengisian Bahan

    Bakar. Salah satunya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah segera membangun

    tiga dealer pengisian bahan bakar yang tersebar di Pati, Pemalang, dan Brebes.

    Pembangunan Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) itu sepenuhnya didanai

    Pemprov Jateng melalui APBD tahun ini. Pembangunan tersebut dibangun

    untuk melayani kebutuhan bahan bakar kapal-kapal nelayan setempat.

    Hendaknya pembangunan SPDN dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan

    solar nelayan (Suara Merdeka, 2005).

    Penulis menggunakan data Penjualan BBM Solar pada Kabupaten

    Pemalang karena Kabupaten Pemalang merupakan salah satu daerah

    pendukung perikanan di Pantai Utara Jawa, yang memiliki perairan potensi

    untuk daerah penangkapan ikan. Kabupaten Pemalang memiliki luas wilayah

    sebesar 111.530 km. Panjang garis pantai yang dimiliki Kabupaten Pemalang

    35 km, yang berbatasan langsung dengan laut Jawa, sehingga sebagian

    masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan. Adapun wilayah kecamatan

    yang merupakan daerah pesisir pantai atau berbatasan langsung dengan laut

    Jawa ada empat Kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Pemalang, Kecamatan

    Taman, Kecamatan Petarukan dan Kecamatan Ulujami (Putri dkk, 2013).

  • 3

    Nelayan-nelayan Kramat (Tegal), Waru Condong, Taman (Pemalang),

    Wonokerto dan Pelabuhan Nusantara (Pekalongan), Klidang Lor dan

    Gringsing (Batang), Tawang Sewu dan bandengan (Kendal), Tambak Lorok

    (Semarang), Moro dan Wedung (Demak), Bandengan (Jepara), Juwana (Pati),

    Gisik Agung dan Sarang (Rembang) masih keluhkan keterbatasan bahan bakar

    minyak (BBM) karena ketersediaan di stasiun pengisian bahan bakar nelayan

    (SPBN) terbatas hanya untuk kapal besar, sedangkan perahu kecil lebih

    banyak mencari BBM di SPBU dengan jeriken (Safuan, 2013).

    Di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 jo Undang-Undang

    Nomor 45 Tahun tentang Perikanan, nelayan kecil didefinisikan sebagai

    mereka yang menangkap ikan di laut dan menggunakan perahu di bawah 5

    Gross Tonage (GT). Sedangkan di lapangan, justru nelayan berkapasitas

    maksimal 5 Gross Tonage (GT) inilah yang kesulitan mengakses Bahan Bakar

    Minyak Bersubsidi (BBM) bersubsidi (Syahid, 2014).

    Kesulitan nelayan dalam mengakses Bahan Bakar Minyak (BBM)

    bersubsidi salah satu faktornya karena kasus penimbunan BBM bersubsidi.

    Satuan tugas Polres Pemalang berhasil menyita 4.722 liter BBM jenis solar

    dan premium yang ditimbun saat menggelar Operasi Dian Candi 2013. BBM

    tersebut disita dari dua pria, dari tangan Fadloli, petugas menyita BBM

    sebanyak 1.386 liter dan Nur Falahi sebanyak 3.336 liter. BBM tersebut,

    ditaruh dalam 157 jeriken yang berkapasitas 30 liter untuk satu jeriken dan

    sudah ditumpuk didalam gudang sejak awal bulan Juni. Mereka sudah

    mencicil sejak awal Juni dan akan menjualnya setelah harga BBM naik.

    (Permadi, 2013).

    Terkait ditemukannya penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM)

    Bersubsidi dan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam penyaluran

    BBM bersubsidi kepada kapal diatas 30 Gtoss Tonage (GT) yang tidak sesuai

    dengan Perpres Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan

    Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. Sehingga Badan

    Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), memutuskan untuk

    melarang kapal diatas 30 Gross Tonage (GT) menggunakan Bahan Bakar

  • 4

    Minyak (BBM) Bersubsidi. Kapal dengan ukuran diatas 30 GT merupakan

    kapal-kapal besar yang dimiliki oleh perusahaan besar bukan kapal-kapal

    nelayan kecil. Kapal yang semestinya mendapatkan Bahan Bakar Minyak

    (BBM) bersubsidi adalah kapal-kapal kecil (Cesare, 2014).

    Keputusan yang diambil Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi

    (BPH Migas) menimbulkan berbagai macam protes dari berbagai nelayan,

    maka seluruh kapal nelayan yang berukuran 30 Gross Tonage (GT) ke atas,

    bisa kembali mengisi bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Kapal-kapal yang

    sebelumnya tidak melaut akibat mahalnya solar, kini sudah bisa melaut

    kembali. ketentuan itu menyusul terbitnya Permen ESDM No 6/2014 tanggal

    20 Februari 2014, sebagai revisi Permen 18/2013. Dalam aturan itu disebutkan

    bahwa nelayan di atas 30 GT sudah dapat dilayani BBM subsidi sepanjang

    kapal tersebut terdaftar dan memiliki rekomendasi dari Satuan Kerja

    Perangkat Desa (SKPD) terkait (Handayani, 2014).

    Salah satu titik lemah dalam distribusi BBM subsidi ini adalah

    recording data tentang jumlah penyaluran secara keseluruhan serta

    pengawasan di lapangan apakah sudah tepat sasaran. Beberapa masalah

    berikut yang berkaitan dengan BBM bersubsidi perlu diteliti seperti:

    Pertama, total realisasi BBM subsidi untuk kapal ikan per tahun

    dengan kuota 2,5 juta ton sudah cukup atau kurang bahkan lebih. Pihak KKP

    seharusnya memiliki angka akurat agar tiap tahun dapat melakukan verifikasi

    apakah subsidi sudah disalurkan secara tepat. Jika KKP tidak memiliki

    instrumen untuk merecord data penyaluran subsidi tersebut, apabila konsumsi

    BBM subsidi tidak mencapai kuota atau melebihi. Bisa jadi ketidak jelasan

    angka ini merupakan titik rawan karena dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak

    tertentu, misalnya saja kelebihan kuota disalurkan ke kapal lain.

    Kedua, pengawasan pemanfaatan BBM subsidi setelah disalurkan ke

    kapal apakah tidak dipindahkan ke kapal lain. Perlunya pengawasan ketat di

    lapangan untuk menghindari kecurangan, terutama kapal ikan yang memiliki

    (Surat Izin Penangkapan Ikan) SIPI dan mendapatkan kuota tetapi tidak

    melaut atau melaut tapi tidak menangkap ikan namun dipindahkan di laut ke

  • 5

    kapal lain. Apalagi jika dalam satu perusahaan memiliki banyak kapal,

    kemungkinan hal tersebut sangat besar. Oleh karenanya perlu mekanisme

    yang dapat menghindari penyimpangan, misalnya dengan menerapkan sistem

    pengawasan terpadu antara rekomendasi BBM subsidi, penerbitan Sertifikat

    Laik Operasi (SLO) dan Surat Persetujuan Berlayar serta hasil rekam jejak

    VMS (Vessel Monitoring System) (Sularso, 2012).

    Pemerintah telah membangun beberapa dealer pengisian Bahan Bakar

    Minyak di provinsi Jawa tengah salah satunya di Kabupaten Pemalang. Di

    bangunnya dealer pengisian bahan bakar tersebut bertujuan untuk

    mempermudah nelayan dalam membeli bahan bakar tanpa harus ke SPBU

    melainkan cukup di SPDN tersebut dan mencukupi kebutuhan para nelayan

    untuk memperoleh Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Ternyata kebutuhan

    para nelayan belum tercukupi memperoleh Bahan Bakar Minyak (BBM)

    subsidi, khususnya nelayan-nelayan kecil yang ukura kapalnya dibawag 5 GT.

    Setelah diselidiki oleh kepolisian terdapat kecurangan, dimana ditemukannya

    penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi untuk nelayan. Untuk

    mensejahterakan kapal-kapal berukuran GT kecil, BPH Migas melarang kapal

    berukuran diatas 30 Gross Tonage (GT) menggunakan BBM subsidi. Tapi

    banyak nelayan-nelayan kapal besar yang memprotes kebijakan dari BPH

    migas tersebut. Sehingga pemerintah menerbitkan Permen ESDM No 6/2014

    tanggal 20 Februari 2014, sebagai revisi Permen 18/2013, sehingga nelayan

    dengan ukuran GT kapal diatas 30 dapat menggunkan BBM subsidi. Bila

    masih menggunakan sistem yang sama, maka kemungkinan akan muncul

    permasalahan yang sama.

    Oleh karena itu penulis akan melakukan penelitian dimana menurut

    (Sri, 2005) Ciri penggunaan Crosstab adalah data input yang beresekala

    nominal atau ordinal, seperti tabulasi antar gender seseorang dengan sikap

    orang tersebut dengan suatu produk tertentu, dan lainnya. Selain itu data

    interval atau rasio secara prinsip bisa juga dilakukan Crosstab dengan

    mengklasifikasikan menjadi data ordinal. Alat statistik yang sering digunakan

  • 6

    pada sebuah Crosstab adalah chi-square. Alat ini pada praktek statistik bisa

    diterapkan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara baris dan kolom dari

    sebuah Crosstab. Sehingga penelitian ini penulis menggunakan Crosstab

    dengan Chi-Square. Digunakan untuk menguji hubungan independensi

    variabel baris dan kolom dari tabel Crosstabnya.yaitu variabel ukuran GT

    dengan variabel pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) solar bersubsidi.

    Dalam kasus ini penulis menggunakan data pada SPDN Asemdoyong

    Pemalang. Penulis mengambil data untuk ukuran GT kurang dari sama

    dengan 5, karena penulis ingin melihat hubungan ukuran GT untuk nelayan

    kecil, karena nelayan kecil yang sangat membutuhkan bahan Bakar Minyak

    (BBM) subsidi. Sehingga untuk penelitian penulis berjudul, Analisis Uji

    Independensi dengan Crosstab Chi Square Pada Penggunaan BBM

    Nelayan dengan Besar GT di Kabupaten Pemalang Tahun 2013. Penulis

    mengambil sampel pada Data Kabupaten Pemalang yang diperoleh dari

    PT.Pertamina (Persero) pada bidang BBM Retail untuk data tahun 2013.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dapat

    diidentifikasi ialah sebagai berikut:

    a. Bagaimana sebaran nelayan di SPDN Asemdoyong kabupaten Pemalang

    pada tahun 2013.

    b. Adakah independensi antara ukuran GT kapal nelayan dengan jumlah

    pembelian BBM solar bersubsidi pada nelayan Asemdoyong Pemalang

    pada tahun 2013.

    1.3 Batasan Masalah

    Agar batasan permasalahan dalam penelitian tidak meluas, peneliti

    memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:

    a. Ruanglingkup studi kasus dilakukan di PT. Pertamina (Persero) Regional

    IV Semarang.

  • 7

    b. Data yang akan diolah merupakan rekap data penjualan BBM solar

    bersubsidi dari SPDN Asemdoyong kabupaten Pemalang pada tahun

    2013.

    1.4 Tujuan

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan Analisis Uji

    Independensi menggunakan Crosstab dengan tujuan sebagai berikut:

    1. Melihat jumlah penggunaan BBM solar pada kabupaten Pemalang

    dengan nomer SPDN 49 523 02 Asemdoyong tiap bulannya dalam

    grafik.

    2. Menganalisis apakah antara besar ukuran GT dengan jumlah penggunaan

    BBM solar oleh kapal nelayan kabupaten Pemalang saling independen.

    1.5 Manfaat

    Manfaat penelitian ini adalah:

    1. Memberikan pengalaman kepada penulis untuk menerapkan dan

    memperluas wawasan penerapan teori dan pengetahuan yang telah

    diterima didalam perkuliahan pada kegiatan nyata.

    2. Analisis yang dilakukan dapat membantu Pertamina dalam mengambil

    keputusan yang tepat sasaran, terkait dengan pendistribusian Bahan Bakar

    Minyak (BBM) subsidi yang dibutuhkan nelayan.

    3. Penelitian ini bermanfaat untuk nelayan-nelayan kecil, agar lebih

    diperhatikan oleh pihak pertamina maupun pihak Pemerintah, sehingga

    nelayan kecil mendapatkan haknya menerima Bahan Bakar Minyak

    (BBM) subsidi.

    4. Pemerintah dapat mengetahui kecuranga-kecurangan yang terjadi di

    lingkup nelayan, sehingga pemerintah dapat mencegah terjadinya

    kecuranga-kecurangan lagi. Pemerintah dapat membuat peraturan yang

    tepat sasaran tanpa ada yang dirugikan.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PERUSAHAAN

    2.1 Sejarah PT Pertamina (Persero)

    PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki

    Pemerintah Indonesia (Nasional Oil Company) yang berdiri sejak tanggal 10

    Desember 1957 dengan nama PT.PERMINA. Tahun 1961 perusahaan ini

    berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah marger dengan PN

    PERTAMINA di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN PERTAMINA.

    Dengan adanya Undang-Undang No.8 tahun 1971 sebutan perusahaan

    menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai hingga PERTAMINA

    berubah status hokum menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal

    17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

    22 Tahun 2001 ada 23 November 2001 tentang minyak dan gas bumi.

    PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny

    Janis Ishak, SH No.20 tanggal 17 September 2003 dan didirikan oleh Mentri

    Hukum dan HAM melalui Surat Keputusan No.C 24025 HT.01.01 ada

    tanggal 9 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut

    ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No.1 tahun 1995

    tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998 tentang

    Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998

    dan Peralihannya berdasarkan PP No.13 tahun 2003 tentang pengalihan

    bentuk perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi Negara

    (PERTAMINA) menjadi perusahaan perseroan.

    2.2 Visi dan Misi

    2.2.1 Visi Perusahaan

    Menjadi perushaan energi nasional kelas dunia (www.pertamina.com,

    2014)

  • 9

    2.2.2 Misi Perusahaan

    Menjalankan usaha Minyak, Gas, serta Energi baru dan

    terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial

    yang kuat.

    Untuk mewujudkan visi perseroan sebagai perusahaan kelas

    dunia, maka perseroan sebagai perusahaan milik negara terut

    melaksanakan dan menjunjung kebijakan dan program pemerintah

    dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya,

    terutama di bidang penyelenggarakan usaha energi, yaitu energi baru

    dan terbarukan, Minyak dan Gas Bumi baik di dalam maupun di luar

    negeri serta kegiatan lain yang terkait atau menjunjung kegiatan usaha

    di bidang energi, yaitu Energi Baru dan terbarukan, Minyak dan Gas

    tersebut serta pengembangan optimalisasi sumber daya yang di milki

    perseroan untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermutu tinggi

    dan bersaing kuat serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai

    perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

    Misi perseroan menjalankan usaha inti Minyak, Gas, Bahan

    Bakar Nabati serta kegiatan pengembangan, eksplorasi, produksi, dan

    niaga energi baru dan terbarukan (new and renewable energy) secara

    terintegrasi (www.pertamina.com, 2014 )

    2.3 Tujuan dan Tugas PT Pertamina

    2.3.1 Tujuan PT Pertamina

    Tujuan Perusahaan ini adalah membangun dan melaksanakan

    pengusahaan minyak dan gas bumi yang meliputi eksplorasi,

    pemurnian, pengolahan, pengangkutan dan penjualan dan arti seluas-

    luasnya untuk menciptakan kemakmuran rakyat dan Negara serta

    ketahanan Republik Indonesia.

    Dalam UU No.44/PRP tahun 1960, terdapat tujuan Pertamina yaitu:

  • 10

    1. Mencukupi kebutuhan minyak dan gas bumi dalam negeri yang terus

    meningkat sebagai akibat pertambahan penduduk dan pelaksanaan

    pembangunan nasional.

    2. Memenuhi kebutuhan data dan devisi pembangunan nasional.

    3. Melaksanakan penimbangan yang menguntungkan antara konsumsi

    dalam negeri dan ekspor.

    4. Mempertahankan kedudukan Indonesia dalam pasar dunia.

    5. Memperbesar pendapatan Negara yang berasal dari minyak dan gas

    bumi.

    6. Turut memecahkan masalah pengangguran.

    7. Turut meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita

    untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

    2.3.2 Tugas Pokok PT Pertamina

    Melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dengan

    memperoleh hasil yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan

    Negara serta menyediakan, melayani dan memenuhi kebutuhan bahan

    bakar minyak dan gas bumi untuk dalam negeri.

    Dalam kegiatan pertambangan di Indonesia, Pertamina dapat

    melakukan perluasan bidang-bidang usaha masih ada hubungannya

    dengan pengusahaan minyak dan gas bumi serta berdasarkan rencana

    kerja dan anggaran perusahaan. Kuasa pertambangan tersebut

    diberikan pada batas dan wilayah serta syarat-syarat yang ditetapkan

    oleh Presiden atau usul Mentri Pertambangan dan Energi.

    2.4 Bisnis PT Pertamina

    Dalam menyelenggarakan usaha yang bergerak dalam bidang energy

    dan petrokimia, maka PERTAMINA membagi usahanya dalam dua sector

    yaitu usaha hulu dan usaha hilir.

  • 11

    2.4.1 Usaha Hulu

    Kegiatan usaha Pertamina Hulu meliputi eksplorasi dan

    produksi minyak, gas, dan panas bumi.Untuk kegiatan eksplorasi dan

    produksi minyak dan gas dilakukan di beberapa wilayah Indonesia

    maupun di luar negeri.Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan oleh

    Pertamina Hulu dan melalui kerjasama dengan mitra sedangkan untuk

    pengusahaan di luar negeri dilakukan melalui aliansi strategis bersama

    dengan mitra.Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan

    gas bumi, kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi masih

    dilakukan di dalam negeri.Untuk mendukung kegiatan intinya,

    Pertamina Hulu juga memiliki usaha di bidang pemboran Minyak dan

    Gas.Kegiatan eksplorasi ditujukan untuk mendapatkan penemuan

    cadangan Migas Baru sebagai pengganti hidrokarbon yang telah

    diproduksikan.Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar

    kesinambungan produksi migas dapat terus dipertahankan.

    Aktivitas eksplorasi dan produksi dilakukan melalui operasi

    sendiri dan konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan

    dalam bidang minyak dan gas berupa JOB-EOR (Joint Operating

    Body for Enhanced Oil Recovery), JOB-PSC (Joint Operating Body

    for Production Sharing Contract), TAC (Technical Assistance

    Contract), BOB (Badan Operasi Bersama), penyertaan berupa IP

    (Indonesian Participation) dan PPI (Pertamina Participating

    Interest), serta proyek pinjaman; sedangkan pengusahaan panasbumi

    berbentuk JOC (Joint Operating Contract).

    Pengusahaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan

    di 7 (tujuh) Daerah Operasi Hulu (DOH).Ketujuh daerah operasi

    tersebut adalah DOH Nangroe Aceh Darussalam (NAD) Sumatra

    Bagian Utara yang berpusat di Rantau, DOH Sumatra Bagian Tengah

    berpusat di Jambi, DOH Sumatra Bagian Selatan berpusat di

  • 12

    Prabumulih, DOH Jawa Bagian Barat berpusat di Cirebon, DOH Jawa

    Bagian Timur berpusat di Cepu, DOH Kalimantan berpusat di

    Balikpapan, dan DOH Papua berpusat di Sorong.

    Pengusahaan bidang panas bumi dilakukan di 4 (empat) area

    panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 402 MW.

    keempat Area Panas Bumi tersebut adalah Area Kamojang-Jawa Barat

    (200 MW), Lahendong - Sulawesi Utara (80 MW), Sibayak -

    Sumatera Utara (12 MW) dan Ulubelu - Lampung (110 MW).

    Sampai akhir tahun 2004 jumlah kontrak pengusahaan migas

    bersama dengan mitra sebanyak 92 kontrak yang terdiri dari 6 JOB-

    EOR, 15 JOB-PSC, 44 TAC, 27 IP/PPI (termasuk BOB-CPP) dan 5

    proyek loan. Sedangkan untuk bidang panas bumi terdapat 8

    JOC.Dalam hal pengembangan usaha, Pertamina telah mulai

    mengembangkan usahanya baik di dalam dan luar negeri melalui

    aliansi strategis dengan mitra. Pertamina juga memiliki usaha yang

    prospektif di bidang jasa pemboran minyak dan gas melalui Pertamina

    Drilling Service (PDS) yang memiliki 26 unit rig pemboran serta anak

    perusahaan PT Usayana yang memiliki 7 rig pemboran. Dalam

    kegiatan transmisi gas, Pertamina memiliki jaringan pipa gas dengan

    panjang total 3800 km dan 64 stasiun kompresor.

    2.4.2 Usaha Hilir (Pengolahan, Pemasaran & Niaga dan Perkapalan)

    Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengolahan, pemasaran &

    niaga dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik didalam

    maupun keluar negeri yang berasal dari kilang PERTAMINA maupun

    impor yang didukung oleh sarana transportasi darat dan laut.Usaha

    hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran, Usaha

    Niaga, dan Usaha Perkapalan.

  • 13

    2.5 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero)

    Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero)

    President Director & CEO

    746919 - KAREN AGUSTIAWAN

    a Staf Ahli Direktur Utama

    a -

    a

    a Staf Ahli Direktur Utama

    a -

    a

    a Staf Ahli Direktur Utama

    a -

    a

    a Staf Ahli Direktur Utama

    a -

    a

    a Staf Ahli Direktur Utama

    a -

    a

    a Komisaris Utama

    a 99000052 - SUGIHARTO

    a

    a Direktur Pengolahan

    a 749543 - CHRISNA DAMAYANTO

    a

    a Staf Ahli Direktur Utama

    a -

    a

    aDirektur Perencanaan Invest &

    Man Resiko

    a 747988 - M. AFDAL BAHAUDIN

    a

    a Direktur Sumber Daya Manusia

    a 749545 - EVITA M. TAGOR

    a

    a Direktur Hulu

    a 748941 - MUHAMAD HUSEN

    a

    a Direktur Umum

    a 749546 - LUHUR BUDI DJATMIKO

    a

    a Direktur Keuangan

    a 749455 - ANDRI T. HIDAYAT

    a

    a Chief Legal Counsel & Compliance

    a 748930 - ALAN FREDERIK

    a

    a Corporate Secretary

    a 707684 - NURSATYO ARGO

    a

    aExecutive Secretary of Presdir &

    CEO

    a 721015 - ATI HADIYATI

    a

    a Staf Ahli Direktur Utama

    a -

    a

    a Head of Pertamina Foundation

    a -

    a

    a Direktur Gas

    a 749547 - HARI KARYULIARTO

    a

    a Direktur Pemasaran dan Niaga

    a 749544 - HANUNG BUDYA

    a

    a Petrochemical Project Coordinator

    a 704727 - DHANI PRASETYAWAN

    a

    a Chief Audit Executive

    a 720773 - ALAM YUSUF

    a

    a Staf Utama Diperbantukan

    a 746920 - GENADES PANJAITAN

  • 14

    2.6 Gambaran Umum PT Pertamina (Persero) Region IV Semarang

    PT Pertamina (Persero) Region IV yang berpusat di Semarang

    merupakan salah satu dari unit pemasaran yang bertanggung jawab langsung

    kepada Direktorat dan Niaga PT Pertamina (Pesero) di Jakarta. Bisnis

    utamanya adalah menyalurkan dan memasarkan BBM, BBK, dan non BBM

    keseluruh wilayah Jateng dan DIY.

    2.6.1 Budaya Kerja dan Tujuan PT Pertamina ( Persero ) Region IV

    Semarang

    1. Budaya kerja

    Menjadi unit terbaik yang mempunyai organisasi dan sumber daya

    manusia yang bersih, berdaya saing tinggi, efisien, focus pada

    pelanggan, percaya diri, dan berwawasan lingkungan.

    2. Tujuan

    Sebagai entitas untuk menyalurkan dan memasarkan produk-

    produk pertamina dalam rangka memperoleh revenue/ laba dan

    sekaligus sebagai pengemban misi pemerintah dalam memenuhi

    kebutuhana masyarakat akan BBM di wilayah Jawa Tengan dan

    DIY.

  • 15

    2.6.2 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) Region IV Semarang

    Gambar 2.6.4 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) Region IV

    Semarang

    GM Marketing

    Operation Region IV

    HSEE Area Manager JBT

    Domestic Gas Reg Manaj

    IV

    Industrial Fuel Mktg Area

    JBT

    Retail Feul Marketing Reg

    Man. IV

    Technical Service Area Man.

    JBT

    Secretary

    Marketing Branch Man.

    DIY& SURAKARTA

    Staf Utama diperbantukan

    Aviation Area Manj JBT

    S & D Reg Manj IV

    Bussines Support Area manj

    JBT

  • 16

    2.6.3 Tugas dan wewenang

    Tugas dari tiap-tiap bagian PT Pertamina ( PERSERO ) Reg IV

    Semarang sebagai berikut :

    a) General Manager pms. BBM Retail Reg IV

    Mengkoordinasikan penyaluran BBM serta menyediakan

    kebutuhan yang disesuaikan dengan BBM bersubsidi yang

    ditentukan oleh pemerintah.

    b) HSE (Health Safety Environment)

    c) Business Support Area

    d) Retail Fuel Marketing

    Bertugas untuk mendistribusikan BBM ke seluruh wilayah masing-

    masing yang telah ditentukan, memacu SPBU untuk memberikan

    rekomendasi, memantau stock BBM SPBU.

    e) Industrial Fuel Marketing Area Mang

    f) S & D Reg Manager

    Supply & mendistribusikan produk-produk Pertamina ke berbagai

    wilayah

    g) Aviasi Reg IV

    Bergerak sebagai specialis bahan bakar untuk pesawat

    h) Gas Domestic Reg

    Bergerak sebagai spesialisasi elpigi.

    i) Technical Service Area JBT

    Bertugas untuk melakukan support terhadap perusahaan-

    perusahaan khusus untuk depot-depot serta untuk mendistribusikan

    BBM.

    j) Sekretaris

    Bertugas untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan

    kesekretariatan di Reg IV.

    k) Marketing Branch Manager DIY & Surakarta

    l) Staff Utama Diperbantukan

  • 17

    m) External Relation

    Bertugas untuk membangun hubungan yang baik internal maupun

    external yang berkaitan dengan image perusahaan.

    n) Sales Adm. & General Affair

    SebagaiAdministrasi yang berfungsi sebagai mendistribusikan

    BBM serta mengolah data-data berdasarkan kuota, bagian yang

    mengirimkan perizinan bila ada yang mendirikan SPBU,

    memberikan informasi kepada SPBU apabila harga BBM naik.

    o) Statistic Market Support

    Bertugas mengolah data yang bersal dari Sales Adm & General

    Affair dan mendatanya dalam bentuk statistic dan merealisasikan

    langsung ke SPBU selain itu senior Market suppot bertugas untuk

    mendata anggaran-anggran yang dikeluarkan untuk promosi dan

    sosialisasi.

    p) Sales Reg IV Pelumas

    Bertugas untuk mendistribusikan pelumas

    q) SAM Jatemg & DIY Pms.BBM Indusri & Marine

    Sebagai pengirim kebutuhan untuk BBM Kapal dan Industri

    r) Keuangan Pms Reg IV

    Bertugas melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

    transaksi-transaksi yang dilakukan oleh Pertamina Pms Reg IV.

    s) HR Area JBT

    Berfungsi unruk me-mantance ketenaga kerjaan, rekruitmen

    maupun PHK pada area Jawa Bagian Tengah

    t) IT M & T Semarang

    Bertugas dalam menangani hal yang berhubungan dengan IT,

    Hardware, maupun software

    u) Legal Affair Central Java

    Berfungsi turut serta dalam bidang hukum yang berkaitan dengan

    kontrak, beserta aturan-aturan.

    v) HR Service JBT

  • 18

    Bertugas sebagai Perol atau merupakan system pengupahan akan

    tetapi pembayaran tetap dilakukan oleh keuangan.

    w) Medical JBT

    Memberikan layanan kesehatan untuk para karyawan Pertamina di

    area Jawa Bagian Tengah.

    x) Program kemitraan & Bina Lingkungan ( PKBL )

    Bertugas untuk memberikan kredit dengan bunga rendah untuk

    pengembangan usaha kecil dan koperasi di lingkungan Pertamina,

    serta mengelola dana laba BUMN yang disetorkan oleh pemerintah

    sebanyak 5 % kepada PT Pertamina ( PERSERO ) FRM IV,

    kemudian dana tersebut di salurkan krpada pengusaha kecil

    kembali sebagai lahan pembinaan bagi Pertamina.

    2.6.4 Penempatan Kerja Praktek pada bagian Marketing Operation

    Selama Kerja Praktek di PT Pertamina ditempatkan pada Marketing

    Operation bagian BBM Retail, namun selama Kerja Praktek diminta

    bantuan oleh bagian yang lain. Tugas yang dikerjakan selama kerja

    praktek seperti:

    - Mensortir data dan menginput data Totalisator

    - Input data penyaluran BBM kapal nelayan selama tahun 2013.

    - Latihan forecasting data penjualan Premium dan Solar.

  • 19

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    3.1 Pengertian Nelayan

    Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan

    penangkapan ikan. Dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan

    adalah orang yang secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di

    perairan umum. Orang yang melakukan pekerjaan seperti membuat jaring,

    mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam perahu atau kapal motor,

    mengangkut ikan dari perahu atau kapal motor, tidak dikategorikan sebagai

    nelayan (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002) (Nn.2014).

    3.2 Pengertian Kapal Perikanan

    Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang

    digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi

    penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,

    pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan (UU No.31 tahun

    2004 jo. UU No. 45 :2009) (Maulana, 2013).

    3.3 Klasifikasi Kapal Perikanan

    Berdasarkan statistik perikanan tangkap Indonesia kategori dan ukuran

    perahu/ kapal perikanan untuk setiap jenis alat tangkap dibedakan berdasarkan

    2(dua) kategori, yaitu:

    1. Perahu tanpa motor (non-powered boat)

    2. Perahu/ kapal (powered boat)

  • 20

    Tabel 3.1 Kategori dan ukuran perahu/ kapal

    No Kategori Perahu/ Kapal

    1 Kapal Tanpa Motor Jukung

    Perahu Papan Kecil, sedang, besar

    2 Perahu/ Kapal

    Motor tempel

    Kapal Motor < 5 GT, 5-10 GT,10-

    20 GT, 20-30 GT,30-

    50 GT, 50-100

    GT,100-200 GT, 200-

    300 GT, 300-500 GT,

    500-1000 GT,

    1000 GT

    (Mukhtar, 2013).

    3.4 Pengukuran GT Kapal

    Penentuan GT kapal menurut cara pengukuran dalam negeri, diukur dan

    dihitung sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Dirjen Perhubungan Laut

    Nomer PY.67/1/16-02. Berdasarkan cara pengukuran dalam negeri, GT kapal

    diperoleh dan ditentukan sesuai dengan rumus GT=0,25 x V, V adalah jumlah

    isi dari ruangan di bawah gledak utama ditambah dengan ruangan-ruangan d

    iatas hladak utama yang tertutup semourna dan berukuran tidak kurang dari 1

    m3 (Nanda, 2004).

    3.5 Statistika Deskriptif

    Statsitika deskriptif hanya menguraikan (to describe) mengenai sesuatu

    keadaan atau masalah, sedangkan statistik inferensi juga dibagi dua yaitu teori

    perkiraan (estimation theory) dan hipotesis pengujian (testing hypothesis)

    yang merupakan pengambilan keputusan karakteristik populasi berdasarkan

    sampel.

    Statistika deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan

    data, serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Data-data statistik yang dapat

  • 21

    diperoleh dari hasil survei, sensus, atau pengamatan secara langsung

    (observation), yang umumnya masih acak atau data mentah yang belum

    terorganisir dengan baik. Data-data yang diperoleh tersebut harus diringkas

    dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau presentasi grafik sebagai

    dasar untuk pengambilan keputusan (Statistik Inferensi).

    Penyajian Tabel dan Grafik yang digunakan dalam statistik Deskriptif seperti:

    1. Tables

    2. Distribusi Frekuensi

    3. Presentase grafik seperti Histogram, Pie Chart dan lainya.

    Selain tabel dan grafik, dapat diketahui juga deskriptif data diperlukan ukuran

    yang lebih eksak, yang bisa disebut summary statistics (ringkasan statistik).

    Dua ukuran penting yang sering dipakai dalam pengambilan keputusan adalah:

    1. Mencari Central Tendency (Kecenderungan Terpusat) seperti Mean,

    Median dan modus.

    2. Mencari ukuran Dispersi seperti Standard Deviasi Varians. (Rahayu,

    2005)

    3.6 Crosstab

    Crosstab (Tabel Silang) adalah sebuah table silang yang terdiri atas satu baris

    atau lebih dan satu kolom atau lebih. Fasilitas Crosstab pada SPSS bisa

    sekedar menampilkan kaitan antara dua atau variabel, sampai dengan

    menghitung apakah ada hubungan antara baris dan kolom.

    Ciri penggunaan Crosstab adalah data input yang beresekala nominal atau

    ordinal, seperti tabulasi antar gender seseorang dengan sikap orang tersebut

    dengan suatu produk tertentu, dan lainnya. Sebenarnya data interval atau rasio

    secara prinsip bisa juga dilakukan Crosstab dengan mengklasifikasikan

    menjadi data ordinal. Alat statistik yang sering digunakan pada sebuah

    Crosstab adalah chi-square. Alat ini pada praktek statistik bisa diterapkan

    untuk menguji ada tidaknya hubungan antara baris dan kolom dari sebuah

  • 22

    Crosstab. Selain chi square, beberapa alat uji lainnya adalah Kendall, Kappa,

    dan sebagainya (Rahayu, 2005).

    3.7 Statistika Pada Crosstabs

    Pilihan perhitungan yang dapat ditampilkan bersama dengan tabulasi silang,

    yaitu:

    1. Nominal

    Bila menggunakan data nominal maka memilikibeberapa opsi pilihan

    statistic, antara lain koefisien kontigensi, Phi, dan Cramers V, Uncertainly

    Cofficient, Lamda.

    2. Data

    Bila menggunakan data ordinal menggunakan beberapa opsi pilihan

    statistik, antara laian Gamma, Sommersd, Kendalls tau c, dan Kendalls

    tau b.

    3. Chi Kuadrat

    Chi Kuadrat digunakan untuk menguji ketergantungan antara dua variabel

    (baris dan kolom) yang sering berhubungan. Bila menggunakan dua kolom

    dan dua baris pilih Chi Kuadrat untuk menghitung Chi Kuadrat Person,

    Chi Kuadrat Rasio Likelihood, uji eksak Fishers dan Chi Kuadrat Yates.

    Bila menggunakan tanpa baris atau kolom gunakan uji eksak Fishers

    4. Correlations

    Bila menggunakan table dengan baris dan kolom yang memiliki nilai

    bertingkat, maka gunakan koefisien korelasi Spearman, yaitu rho ( hanya

    untuk data numerik). Korelasi ini merupakan nilai dengan hubungan

    bertingkat (Wahana Komputer, 2004).

    3.8 Chi Kuadrat untuk Uji Independen

    Tabel kontigensi dua arah secara umum disajikan dalam tabel berikut. Pada

    tabel tertera b dan k adalah banyaknya taraf faktor, taraf faktor ke b pada

    faktor A dan taraf faktor ke k pada faktor B.

  • 23

    Tabel 3.2 Tabel kontigensi b x k Faktor A dan Faktor B

    Faktor A Faktor B

    Jumlah B1 B2 Bk

    A1 n11 n12 n1k n1o

    A2 n22 n22 n22 n2o

    .

    .

    Ab nb1 nb2 nbk nbo

    Jumlah no1 no2 nok N

    Berkaitan dengan tabel tersebut, untuk menguji apakah Faktor A dan Faktir B

    saling independen yang dapat dihipotesis sebagai berikut:

    H0 : Faktor A dan Faktor B independen

    H1: Faktor A dan Faktor B tidak independen

    Penjelasan hipotesis statistic dan statistik uji akan disampaikan pada

    pembahasan berikut.

    Dalam tabel kontigensi dua arah, Chi Kuadrat dapat digunakan untuk menguji

    independensi dua variabel marginal. Uji Chi-Square sering dinamakan

    goodness-of-fit test tetapi sebenarnya yang diuji adalah badness-of-fit test,

    karena besarnya nilai Chi-Square mengindikasikan ketidak sesuaian antar

    frekuensi observasi (nij) dan frekuensi harapan (eij). Terdapat dua statistic Chi-

    Kuadrat yaitu Pearson Chi-Kuadrat ( 2) dan likelihood ratio Chi-Kuadrat(G2).

    1. Statistik Chi Kuadrat Person

    adalah frekuensi observasi sel pada baris ke I dan kolom ke j.

    merupakan parameter dari rata-rata frekuensi sel pada baris ke I dan kolom

    ke j. Statistik digunakan untuk menguji H0 (variabel baris dan kolom

  • 24

    saling independen), Statistik ini disampaikan pada tahun 1900 oleh Karl

    Pearson. Statsitik ini mempunyai nilai minimal nol ketika . Pada

    sampel terbatas, besarnya nilai selisih menghasilkan nilai

    yang besar dan bertentangan dengan H0. Oleh karena itu nilai yang

    besar mengindikasikan bahwa sampel tidak sesuai dengan H0. Pada sampel

    besar mempunyai distribusi mendekati distribusi Chi-Square dengan

    derajat bebas (b-1)(k-1). Pendekatan ini akan baik jika semakin besar

    dan Distribusi Chi Square mempunyai mean dama dengan

    derajat bebas (df=degrees of freedom) dan variansinysa sama dengan 2 kali

    df. Semakin besar df maka semakin mendekati distribusi normal.

    2. Statistik rasio Likelihood

    Uji rasio likelihood menentukan nilai parameter yang memaksimalkan

    fungsi likelihood dibawah asumsi H0 benar. Statistik ujinya merupakan

    logaritma dari rasio fungsi likelihood.

    (

    )

    Statistik uji ini mempunyai nilai non negative dan berdistribusi Chi

    Square dengan derajat bebas (b-1)(k-1). disebut statistic likelihood-

    rasio Chi-Square yang bernilai besar ketika H0 salah. mempunyai nilai

    minimal nol ketika . Besarnya nilai menandakan besarnya

    kecenderungan menolak H0. Ketika H0 benar dan besar, statistic dan

    mempunyai distribusi yang sama yaitu Chi-Square dan nilainyapunjuga

    relative sama (Nugraha, 2013)

    Penelitian Terdahulu

    3.9 Penelitian Pengaruh GT kapal dan Hasil Produksi Penangkapan Ikan

    Jumlah sampel data pada penelitian sebelumnya sebanyak 95 sampel

    data dari 136 jumlah kapal Purse Seine yang ada di perairan Prigi. Jumlah

    sampel data sebelumnya sudah cukup dan mewakili semua populasi data yang

  • 25

    ada dilapangan. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa rata-rata jumlah

    anak buah kapal (ABK) kapal Purse Seine yang beroperasi di perairan prigi

    sebanyak 24 orang dengan tugas nakoda kapal 1 orang, juru mesin 1 orang,

    juru kemudi 1 orang, penata jaring 2 orang, juru bersih 2 orang dan sisanya

    sebagai ABK biasa.

    Daya mesin yang digunakan oleh nelayan Purse Seine di Prigi berkisar

    antara 80-160 PK. Kapal Purse Seine sebagian besar menggunakan mesin

    mobil (truk) sebagai tenaga penggerak dengan memodifikasi sistem pendingin

    dari pendingin udara menjadi pendingin air.

    Dari penelitian terdahulu ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh

    terhadap hasil produksi penangkapan ikan dengan menggunakan armada Purse

    Seine di perairan Prigi meliputi panjang jaring (X1), Jumlah ABK (X2), PK

    Mesin (X3), dan GT kapal (X4) (Suryana dkk, 2013).

    3.10 Penelitian BBM Solar dengan Analisis Deskriptif

    Penelitian terdahulu untuk Analisis Deskriptif ini terkait adanya

    penurunan daya beli masyarakat baik dari Pedesaan maupun Perkotaan

    akibat dari adanya kenaikan harga BBM. Penurunan daya beli ini berkisar

    antara 40% sampai dengan 64%. Kalau dilihat lebih lanjut penurunan daya

    beli masyarakat pedesaan lebih banyak sekitar 10% dibandingkan dengan

    masyarakat perkotaan. Penurunan daya beli ini lebih dirasakan pada

    masyarakat dengan tingkat pengeluaran yang rendah yaitu sekitar 59%

    sampai dengan 64% untuk masyarakat pedesaan dan sekitar 54% untuk

    masyarakat perkotaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak kenaikan

    harga BBM ini lebih dirasakan masyarakat pedesaan golongan pengeluaran

    atau pendapatan rendah (Sawitri, 2005).

  • 26

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    1.1 Rencana Penelitian

    Untuk mengetahui adanya hubungan antara ukuran GT kapal nelayan dengan

    banyaknya konsumsi BBM solar subsidi yang digunakan pada daerah

    kabupaten Pemalang dengan mengambil sampel pada SPDN Asemdoyong

    untuk tahun 2013. Untuk menyelesaikan masalah ini maka penulis

    menggunakan analisis Crosstab Chi Kuadrat. Objek penelitian ini

    menggunakan data sekunder yang diperoleh dari bagian BBM Retail. Dalam

    Crosstab data minimal data nominal, sedangkan penulis melakukan analisis

    dengan data ordinal, yang awalnya data rasio, penulis ubah menjadi data

    ordinal.

    1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT. Pertamina (Persero) Region IV, di Jalan

    Pemuda No.114 Semarang, dengan pertimbangan bahwa PT. Pertamina

    (Persero) saat ini adalah perusahaan minyak nasional yang dimiliki oleh

    Pemerintah Indonesia. Kantor cabang PT.Pertamina (Persero) telah ada

    dimana-mana, di berbagai pulau di Indonesia hampir ada semua. Penelitian

    ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu mulai dari tanggal 3 Februari 2014

    sampai tanggal 28 Februari 2014.

    1.3 Grafik Batang Pembeliaan BBM Solar

    Untuk data dalam Grafik dibawah ini merupakan data penjualan BBM

    solar bersubsidi pada kabupaten Pemalang. Penulis mengambil sampel pada

    SPDN Asemdoyong. Data yang dipaparkan dalam grafik dibawah ini

    merupakan data penjulan solar selama tahun 2013. Dengan menampilkan

    Grafik penjualan BBM solar bersubsidi pada SPDN Asemdoyong dengan

  • 27

    tujuan untuk mengetahui pergerakan penjualan solar bersubsidi tiap bulannya

    selama tahun 2013. Berikut ini data dari bulan Januari- desember 2013:

    Tabel 4.1 Penjualan BBM di SPDN Asemdoyong tahun 2013

    Bulan Penjualan

    (Liter)

    Januari 183212

    Februari 167503

    Maret 191013

    April 191077

    Mei 191126

    Juni 191473

    Juli 239365

    Agustus 152437

    September 241367

    Oktober 225972

    November 258945

    Desember 239373

    Jumlah 2472863

    Pada Kabupaten Pemalang untuk penjualan BBM Premium/Solar di SPDN

    Asemdoyong tahun 2013 menunjukan jumlah penjualan sebanyak 2.472.863

    Liter. Untuk pergerakan jumlah penjualan BBM di SPDN Asemdoyong tiap

    bulannya seperti berikut.

  • 28

    Gambar 4.1 Jumlah penjualan BBM di SPDN Asemdoyong tahun 2013.

    Bila dilihat pada gambar 4.1 Pada bulan Januari sampai bualan Juni penjualan

    BBM solar bersubsidi relatif stabil, mengalami peningkatan pada bulan Juli.

    Namun pada bulan Agustus mengalami penurunan, karena cuaca buruk nelayan

    banyak yang tidak berlayar mencari ikan. Pada bulan September sampai

    Desember penjualan BBM solar bersubsidi relatif stabil naik dari pada bulan

    Januari sampai Juni.

    1.4 Crosstab GT kapal dan jumlah penjualan BBM Solar

    Dalam subab Crosstab penulis mengumpulakn data penjualan BBM

    solar oleh pertamina di SPDN Asemdoyong dengan melihat besar GT kapal.

    Awalnya ukuran GT dan banyak penjualan BBM solar bersekala rasio, namun

    penulis mengubahnya menjadi skala ordinal. Untuk bentuk sekala ordinal

    penulis menggunakan GT kapal dengan ukuran GT: 3,4, dam 5 dengan

    Penjualan BBM solar sebesar: (200-300) Liter, (301-400) Liter, (401-500)

    Liter dan (501-600) Liter. Untuk analisis menggunakan Crosstab dengan uji

    hipotesis chi-square. Peneliti mendapatkan output pada Tabel 4.2, Tabel 4.3

    dan table 4.5.

    0

    50000

    100000

    150000

    200000

    250000

    300000

    Penjualan

    Penjualan

  • 29

    Tabel 4.2 Data penjualan solar dengan GT kapal

    GT

    kapal Jumlah penjualan solar (liter)

    200-300 301-

    400

    401-

    500 501-600

    3 188 92 31 15

    4 370 165 116 5

    5 146 92 54 17

    Tabel 4.3 Case Processing Summary

    Case Processing Summary

    Cases

    Valid Missing Total

    N Percent N Percent N Percent

    jualan * gtt 1291 100.0% 0 .0% 1291 100.0%

    Dilihat dari Tabel 4.3 diatas pada kolom valid menunjukan data yang valid di

    input dalam analisis ini sebanyak 1.291 dan untuk kolom missing adalah data

    yang kosong, dan outputnya menunjukan tidak ada data yang kosong.

    Sehingga total data yang digunakan dalam analisis sebesar 1.291.

    Tabel 4.4 Crosstab GT kapal dengan Penjualan solar

    jualan * gtt Crosstabulation

    Count

    gtt

    Total 3.00 4.00 5.00

    Jualan 200-300 188 370 146 704

    301-400 92 165 92 349

    401-500 31 116 54 201

    501-600 15 5 17 37

    Total 326 656 309 1291

  • 30

    Tabel kontigensi diatas untuk mempermudah dalam membaca data, dan

    mengetahui hubungan antara variabel baris dan kolom. Dalam tabel kontigensi

    diatas menujukan bahwa:

    - Banyak kapal yang berukuran GT 3 dan membeli BBM solar bersubsidi

    pada SPDN Asemdoyong sebanyak 200-300 liter adalah 188 kapal.

    - Banyak kapal yang berukuran GT 3 dan membeli BBM solar bersubsidi

    pada SPDN Asemdoyong sebanyak 301-400 liter adalah 92 kapal.

    - Banyak kapal yang berukuran GT 3 dan membeli BBM solar bersubsidi

    pada SPDN Asemdoyong sebanyak 401-500 liter adalah 31 kapal.

    - Banyak kapal yang berukuran GT 3 dan membeli BBM solar bersubsidi

    pada SPDN Asemdoyong sebanyak 501-600 liter adalah 15 kapal.

    - Banyak kapal yang berukuran GT 4 dan membeli BBM solar bersubsidi

    pada SPDN Asemdoyong sebanyak 200-300 liter adalah 370 kapal.

    - Banyak kapal yang berukuran GT 4 dan membeli BBM solar bersubsidi

    pada SPDN Asemdoyong sebanyak 301-400 liter adalah 165 kapal.

    - Banyak kapal yang berukuran GT 4 dan membeli BBM solar bersubsidi

    pada SPDN Asemdoyong sebanyak 401-500 liter adalah 116 kapal.

    - Banyak kapal yang berukuran GT 4 dan membeli BBM solar bersubsidi

    pada SPDN Asemdoyong sebanyak 501-600 liter adalah 5 kapal.

    - Banyak kapal yang berukuran GT 5 dan membeli BBM solar bersubsidi

    pada SPDN Asemdoyong sebanyak 200-300 liter adalah 146 kapal.

    - Banyak kapal yang berukuran GT 5 dan membeli BBM solar bersubsidi

    pada SPDN Asemdoyong sebanyak 301-400 liter adalah 92 kapal.

    - Banyak kapal yang berukuran GT 5 dan membeli BBM solar bersubsidi

    pada SPDN Asemdoyong sebanyak 401-500 liter adalah 54 kapal.

    - Banyak kapal yang berukuran GT 5 dan membeli BBM solar bersubsidi

    pada SPDN Asemdoyong sebanyak 501-600 liter adalah 17 kapal.

  • 31

    Tabel 4.5 Chi-Square Tests

    Chi-Square Tests

    Value df

    Asymp. Sig.

    (2-sided)

    Pearson Chi-Square 37.240a 6 .000

    Likelihood Ratio 40.589 6 .000

    Linear-by-Linear

    Association

    8.958 1 .003

    N of Valid Cases 1291

    a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The

    minimum expected count is 8.86.

    Untuk uji independensi hanya melihat pada nilai p-value pearson Chi-

    Square saja, berikut ini uji hipotesisnya:

    Hipotesis

    H0: Ukuran GT independen dengan jumlah penjualan BBM

    solar

    H1: Ukuran GT tidak independen dengan jumlah penjualan

    BBM solar.

    Tingkat signifikansi

    Dengan menggunakan = 0.05

    Daerah kritis

    Ketika p-value < 0.05

    Statistika uji

    p-value < (Maka tolak H0)

    0.000< 0.05 (dilihat pada tabel 4.5 nilai signifikansi

    Person Chi-Square = 0.000)

    Keputusan

    Karena nilai p-value < maka tolak H0.

    Kesimpulan

  • 32

    Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% menunjukan

    bahwa variabel besar ukuran GT kapal tidak independen terhadap

    variabel jumlah penjualan BBM solar di APDN Asemdoyong.

  • 33

    BAB V

    PENUTUP

    1.1 Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan diperoleh kesimpulan berikut:

    - Pada bulan Januari sampai bualan Juni penjualan BBM solar bersubsidi

    relatif stabil, mengalami peningkatan pada bulan Juli. Namun pada bulan

    Agustus mengalami penurunan, karena cuaca buruk nelayan banyak yang

    tidak berlayar mencari ikan. Pada bulan September sampai Desember

    penjualan BBM solar bersubsidi relatif stabil naik dari pada bulan Januari

    sampai Juni.

    - Penulis telah melakukan analisis independensi dengan Crosstab Chi

    Kuadrat, menunjukan pada hasil uji hipotesis nilai p-value lebih kecil dari

    nilai alpha. Hal ini menunjukan bahwa tolak H0. Dimana H0 nya Ukuran

    GT independen dengan jumlah penjualan BBM solar. Ini berarti ada

    hubungan antara banyaknya pembelian BBM solar bersubsidi dengan

    ukuran GT kapal.

    1.2 Saran

    - Untuk PT. Pertamina (Persero) Region IV Semarang diharapkan dapat

    merekap, mengolah, dan menyajikan data data penjualan BBM solar

    untuk nelayan lebih baik lagi yang bisa dilakukan oleh tenaga ahli yang

    berkompeten di bidangnya, sehingga dapat dijadikan salah satu dasar

    dalam pengambilan kebijakan yang diperlukan.

    - Untuk penelitian berikutnya, diharapkan dapat menganalisis dengan baik,

    dan membandingkan dengan hasil nyata dilapangan sehingga dapat

    mengambil keputusan dengan tepat.

    - Untuk kasus pada penelitian ini, diharapkan PT. Pertamina (Persero)

    Region IV Semarang dapat mendata kembali banyaknya kapal nelayan

    dengan ukuran GT dari yang terkecil sampai terbesar, sehingga BBM solar

    subsidi dapat terpenuhi untuk konsumen dan selain itu BBM solar subsidi

  • 34

    dapat diterima oleh yang membutuhkan, sehingga nelayan-nelayan kecil

    dapat memperoleh BBM solar subsidi tersebut. Selain itu perlunya

    pengawasan dilapangan bila ada kecurangan-kecurangan untuk

    memperkecil kerugian baik untuk PT. Pertamina dan untuk nelayan.

  • 35

    DAFTAR PUSTAKA

    Cesare. 2014. http://esdm.seruu.com/read/2014/02/06/202318/alasan-bph-migas-

    larang-kapal-di-atas-30-gt-gunakan-bbm-subsidi. Jakarta: Seruu.com. (9

    Mei 2014, 06.35)

    Handayani, L.S. 2014. http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-

    nasional/14/02/23/n1fxg1-kapal-nelayan-diatas-30-gt-bisa-kembali-isi-

    bbm-subsidi. Indramayu:Republika. (23 April 2014, 22.18).

    Hardik.2012. Tinjauan Yuridis Terhadap Kelangkaan Pendistribusian Bahan

    Bakar Miyak (BBM) Jenis Solar Bersubsidi.Pontianak:Universitas

    Tanjungpura.

    Maulana,Rizky.2013.http://rizkymaulanaattiv.wordpress.com/2013/06/06/definisi-

    kapal-perikanan-uu-no-31-tahun-2004-jo-uu-no-45-2009/. Jakarta: SMK

    Pelayaran. (14 Mei 2014/ 12.15 WIB)

    Mukhtar.2013. http://mukhtar-api.blogspot.com/2013/06/kapal-perikanan.html.

    (23 April 2014, 01.06 WIB).

    Nanda, Andesna.2004.Pengukuran dan Penggunaan GT Kapal Ikan Di

    Indonesia.Bogor: Institut Pertanian Bogor.

    Nn .2014. http://makalah-makalah-makalah.blogspot.com/2014/03/pengaruh-

    musim-hujan-terhadap_29.html. (23 April 2014, 04.00 WIB)

    Nn.2005.http://www.suaramerdeka.com/harian/0504/14/nas12.htm. Semarang:

    Suara Merdeka. (23 April 2014, 20.48 WIB)

    Nugraha, Jaka. 2013. Pengantar Analisis Data Kategorik. Yogyakarta:

    Deepublish.

    Paramita, Citra. 2011. Analisis Perbandingan metode Peramalan Penjualan bahan

    Bakar minyak dengan Standar Kesalahan Peramalan (SKP) pada PT

  • 36

    Pertamina (Persero) Region IV Jateng dan DIY. Semarang: Universitas

    Diponegoro.

    Permadi,Yusuf B. 2013. .https://id.berita.yahoo.com/polres-pemalang-sita-ribuan-

    liter-bbm-hasil-timbunan-075815343.html . Pekalongan: Tribunnews.( 8

    Mei 2014, 20.00 WIB)

    Putri, M.N, Busono Herry, Sardiyatmo.2013. Analisis Hubungan panjang Kapal

    dan panjang jarring paying Jabur Terhadap Hasil Tangkap Ikan yang

    didapatkan Di Pelabuhan Perikanan Pantai Asemdoyong Pemalang.

    Semarang: Universitas Diponegoro.

    Rahayu, Sri.2005. SPSS Versi 12.00 dalam Riset Pemasaran.Bandung: Alfabeta.

    Rasyad, Rasdihan.Metode Statistika Deskriptif. Jakarta: Grasindo

    Safuan,Akhmad.2013.http://202.158.49.22/metronews/read/2013/04/29/6/150094/

    Nelayan-Pantura-Minta-Jaminan-Ketersediaan-BBM. Semarang

    :Metrotvnwes.( 23 April 2014, 8.11WIB)

    Sawitri, H.H. 2005. Kajian Dampak Ekonomi Kenaikan Harga Bahan Bakar

    Minyak (BBM) Pada Kesejahteraan Masyrakat Desa Versus Kota. Jakarta:

    Universitas Terbuka.

    Sularso,Aji.2012.http://ajisularso.com/perlukah-subsidi-bbm-bagi-kapal-

    ikan/.Jakarta:Perikanan.( 9 Mei 2014/ 12.30 WIB).

    Suryana, S.A, Rahardjo, I.P, Sukandar.2013. Pengaruh Panjang Jaring, Ukuran

    Kapal, PK Mesin dan Jumlah ABK Terhadap Produksi Ikan pada Alat

    Tangkap Purse Seine Di Perairan Prigi Kabupaten Tenggalek Jawa

    Timur. Malang: Universitas Brawijaya.

    Syahid, Mungky.2014.http://www.gresnews.com/berita/politik/124222-nelayan-

    kecil-terpinggirkan-permen-esdm-ngawur/. Jakarta:Gresnews. (23 April

    2014/ 18.50 WIB)

  • 37

    Wahana Komputer. 2004. Pengolahan data Statistik dengan SPSS 12.

    Yogyakarta: ANDI