lkp kimia organik 2015

67
BAB I IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL TUJUAN : 1. Mengetahui sifat fisik alkohol dan fenolr4d 2. Membedakan senyawa alkohol primer, sekunder, tersier dan fenol dengan menggunakan tes Lucas dan Ferri Klorida A. Pre-lab 1. Jelaskan perbedaan karakteristik antara alkohol primer, sekunder dan tersier! Pembeda Alkohol Primer Alkohol Sekunder Alkohol Tersier Keberadaan gugus Oh - Pada atom C primer ( C yang mengikat 1 atom C lain ) Pada atom C sekunder (C yang mengikat 2 atom C lain) Pada atom C tersier (C yang mengikat 3 atom C lain ) Hasil produk jika dioksidasi Aldehid Keton Tidak bisa dioksidasi Contoh (Permana, 2008) 2. Jelaskan perbedaan antara senyawa alkohol dan fenol ! Perbedan Alkohol Fenol Rumus struktur CnH 2 n+ 2 O CnHnO(C 6 H 5 O) Rantai karbon Terbukti (Alifatik) Tertutup/melingkar (siklik) Reaksi dengan basa Bisa bereaksi Tidak bereaksi

Upload: trisna-lutfierachman-kenujamandjha

Post on 18-Nov-2015

110 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Praktikum

TRANSCRIPT

BAB I

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL

TUJUAN:

1. Mengetahui sifat fisik alkohol dan fenolr4d2. Membedakan senyawa alkohol primer, sekunder, tersier dan fenol dengan menggunakan tes Lucas dan Ferri Klorida

A. Pre-lab

1. Jelaskan perbedaan karakteristik antara alkohol primer, sekunder dan tersier!

Pembeda

Alkohol Primer

Alkohol Sekunder

Alkohol Tersier

Keberadaan gugus Oh-Pada atom C primer ( C yang mengikat 1 atom C lain )

Pada atom C sekunder (C yang mengikat 2 atom C lain)

Pada atom C tersier (C yang mengikat 3 atom C lain )

Hasil produk jika dioksidasi

Aldehid

Keton

Tidak bisa dioksidasi

Contoh

(Permana, 2008)

2. Jelaskan perbedaan antara senyawa alkohol dan fenol !

Perbedan

AlkoholFenolRumus struktur

CnH2n+2OCnHnO(C6H5O)Rantai karbon

Terbukti (Alifatik)Tertutup/melingkar (siklik)Reaksi dengan basa

Bisa bereaksi membentuk garam natrium fenolatTidak bereaksi dengan basaReaksi dengan logam Na atau PX3Tidak dapat bereaksiDapat bereaksi(Mappiratu, 2009)

3. Jelaskan prinsipanalisa tes Lucas dan Ferri Klorida!

Prinsip analisa tes Lucas adalah dimana sampel uji ditambahkan dengan reagen Lucas kemudian diamati hasil pengocokan larutan yang telah dicampur tersebut. Reagen Lucas dibuat dengan meeaksikan asam klorida pekat (HCl) dan seng klorida (ZnCl).Uji Lucas dalam alkohol adalah tes untuk membedakan antara alkohol primer, sekunder dan tersier. Hal ini didasarkan pada perbedaan reaktivitas dari tiga kelas alkohol dengan hidrogen halida. Namun lkohol primer tidak bereaksi dengan reagen Lucas. Alkohol primer dan methanol tidak dapat bereaksi pada kondisi ini. Alkohol sekunder melakukannya dengan pemanasan. Alkohol sekunder berjalan lambat setelah pemanasan akan terbentuk fase cair lapisan kedua biasanya setelah 10 menit. Alkohol tersier bereaksi dengan reagen Lucas untuk menghasilkan kekeruhan walaupun tanpa pemanasan, alkhohol tersier yang larut dalam air akan bereaksi dengan cepat dengan reagen lucas membentuk alkil klorida yang tak larut dalam larutan berair(Linstrombeng, 2010).Sedangkan prinsip analisa tes Feri klorida adalah dimana sampel uji ditambahkan dengan sejumlah kecil Feri Klorida (FeCl3) dan diamati perubahan warna yang terjadi. Reaksi antara fenol dan Feri klorida akan membentuk senyawa kompleks yang berwana merah, hijau, biru, atau ungu tergantung pada subtituen yang terikat pada fenol(Linstombeng, 2010).

B. Tinjauan Pustaka1. Sampel dan Bahan

a. Aquades Nama resmi Aqua Destilata. Biasa disebut air suling karena merupakan air hasil penyulingan (diuapkan dan disejukkan kembali. Cairan tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa. Berfungsi sebagai pelarut. Rumus molekul H2O, berat molekul 18,02(Riawan, 2010).

b. Etanol

Nama resmi aethanolum. Cairan jernih; tidak berwarna, berbau khas. Dapat bercampur dengan air. Digunakan sebagai sampel. Apabila terkena mata menimbulkan iritasi. Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal dengan mual, muntah dan diare. Dapat menyebabkan toksisitas sistemik dengan asidosis. Dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat, yang ditandai dengan kegembiraan, diikuti oleh sakit kepala, pusing,mengantuk, dan mual. Rumus molekul C2H5OH, berat molekul 64,51(Sumarlin, 2011). c. Metanol

Pada keadaan atmosfer, methanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas. Digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan adiktif bagi industri etanol. Berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan), kontak mata (iritan), menelan, inhalasi. Sedikit berbahaya dalam kasus kontak dengan kulit (permeator). Dapat mengakibatkan kematian.Potensi Efek Kesehatan kronis: sedikit berbahaya dalam kasus kontak kulit (sensitizer). Efek mutagenik: mutagenik untuk sel somatik mamalia. Memiliki rumus molekul CH3OH(Brady, 2006).

d. 2-propanol

Mudah terbakar yang memiliki bau menyerupai campuran etanol dan aseton. Berbentuk cair dan tidak berwarna. Memiliki aroma seperti alkhohol pada umumnya. Larut dalam air, alkohol, kloroform, aseton dan benzena. Tidak larut dalam garam.Mata: Menghasilkan iritasi, ditandai dengan rasa panas, kemerahan, merobek, peradangan, dan kemungkinan cedera kornea. Dapat menyebabkan cedera kornea sementara.Kulit: Dapat menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dan menyengat, terutama jika kulit terkelupas. Tertelan: Menyebabkan gangguan pencernaan dengan mual, muntah dan diare. Dapat menyebabkan kerusakan ginjal(Fessenden, 2006).e. Fenol

Nama resmi phenolum. Tidak berwarna atau merah jambu; bau khas; kaustik. Larut dalam 12 bagian air; larut dalam etanol (1%) P, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam gliserol P, dan dalam minyak lemah. Rumus molekul H6H5OH, berat molekul 94,11. Potensi efek kesehatan akut: sangat berbahaya dalam kasus kontak kulit (korosif, iritan), kontak mata (iritan), menelan, inhalasi. Berbahayaterjadi kontak kulit (sensitizer, permeator). Jumlah kerusakan jaringan tergantung pada panjang kontak. Kontak mata bisa mengakibatkan kerusakan kornea atau kebutaan. Kontak kulit dapat menghasilkan peradangan dan terik (Linstombeng, 2010).

2. Reagen

a. Reagen Lucas (HCl& ZnCl2)Reagen Lucas merupakan suatu campuran asam klorida pekat dan seng klorida. HCl adalah cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau yang hilang. Larut dalam 2 bagian air. Dan digunakan sebagai pereaksi.Seng klorida adalah suatu asam lewis yang ketika ditambahkan pada asam klorida akan membuat larutan menjadi lebih asam.Sedangkan ZnCl2, jika ditambahkan ke alkhohol, H+ dari HCl akan bergabung dengan OH kelompok alkohol, menjadi H2O, menjadi lebih nukleofil daripada OH- dan diganti oleh nukleofil Cl-. Uji Lucas digunakan untuk membedakan alkohol-alkohol primer, sekuder, dan tersier yang dapat larut dalam air(Riawan, 2010).b. ReagenFeriKlorida (FeCl3)Warna dari FeCl3 tergantung pada sudut pandangnya: dari cahaya pantulan ia berwarna hijau tua, tapi dari cahaya pancaran ia berwarna ungu merah. Berbuih di udara lembab karena munculnya HCl yang terhidrasi membentuk kabut. Bila dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis(menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada pengolahan limbah dan produksi air minum. Penambahan FeCl3 yang terlarut dalam kloroform atau triklorometana ke dalam suatu larutan fenol dalam kloroform akan menghasilkan suatu larutan bewarna ketika ditambahkan piridin. Sedangkan alkohol tidak menghasilkan warna apapun pada uji ini (Brady, 2006).C. Diagram Alir

1. Tes Lucas

Dimasukkan dalam tabung reaksi

Tabung ditutup

Dikocok

Diamati terbentuk kabut selama 15 menit Jika larutan tidak berkabut selama 15 menit, maka dihangatkan / dipanaskan

60C selama 10 menit menggunakan hot plate stirrer

2. TesFerriKlorida

Dimasukkan pada tabung reaksi

Dikocok

Diamati perubahan warna

D. HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATANa. Tes LucasSampelSampel+Reagen LucasHasil Uji (+)/(-)

Sebelum PembakaranSedudah Pembakaran

0,5 ml etanol

Warna BeningBening-

0,5 ml etanol

Warna BeningBening-

0,5 ml 2-propanol

Warna BeningMembentuk 2 lapisan( berawan )+

0,5 fenol

Warna BeningBening-

b. Tes Ferri KloridaSampelSampel+Reagen LucasHasil Uji (+)/(-)

0,5 ml etanol

Kuning +++-

0,5 ml etanol

Kuning ++-

0,5 ml 2-propanol

Kuning +-

0,5 fenol

Ungu+

E. PEMBAHASAN

PERTANYAAN1. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Lucas dari beberapa sampel dalam percobaan ini!

a. Analisa Prosedur

Pertama yang harus dilakukan praktikan adalah menyiapkan bahan beserta alat yang akan digunakan selama praktikum berlangsung. Langkah selanjutnya gelas beaker berukuran 250 ml di isi aquades secukupnya untuk proses memanaskan tabung reaksi dengan spritus. Selanjutnya disiapkan 4 tabung reaksi yang sudah diberi label dengan nama sampel, dengan sampel adalah etanol, metanol, 2-propanol, dan fenol. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 0,5 ml setiap sampel. Kemudian setiap tabung reaksi diberikan reagen lucas seperti ZnCl2 dan HCl sebanyak 3 ml. Dimana ZnCl2 hanya berfungsi sebagai katalis asam lewis dan tidak ikut bereaksi yang hanya mempercepat reaksi saja. Sedangkan HCl berfungsi melarutkan alkohol dengan reagen. Setelah itu tabung reaksi yang berisi sampel dan reagen secepatnya ditutup dengan karet pesumbat yang bertujuan agar alkohol yang ada di tabung reaksi tidak menguap. Lalu gelas beaker yang berisi aquades di panaskan sampai suhu mencapai 60o. Pengukuran suhu menggunakan termometer yang sebelumnya termoneter di cuci dengan air yang bertujuan mengkalibrasi suhu yang ada di termometer. Setelah suhu mencapai 60o, 4 tabung reaksi di masukkan ke dalam gelas beaker yang sudah mendidih. Setelah itu mengamati perubahan yang terjadi dari 4 tabung reaksi tersebut selama 15 menit. Selanjutnya hasil pengamatan dicatat. b. Analisa Hasil

Uji lucas merupakan suatu pengujian yang dialakukan untuk membedakan antara jenis alkohol primer, sekunder dan tersiser (Permana, 2008). Prinsip dari uji lucas adalah mengidentifikasi alkohol dengan penambahan pereaksi lucas yang mengakibatkan adanya reaksi subtitusi antara gugus OH dengan Cl. Laju reaksinya ditentukan oleh sifat nukleofilik dari gugus OH dan kereaktifannya (Warlina, 2006).Dari hasil pengamatan dan pengujian di dapatkan hasil bahwa sebelum pembakaran warna sampel berwarna bening. Sedangkan setelah pembakaran ada satu sampel yang berubah adalah sampel 0,5 ml 2-propanol yaitu berubah menjadi membentuk 2 lapisan (berawan) yaitu disebut sebagai alkil klorida. Dan yang ketiga sampel yaitu 0,5 ml etanol, 0,5 ml metanol, dan 0,5 ml fenol tidak berubah hanya bening saja. Sehingga hanya satu sampel yang hasilnya positif dan 3 sampel yang hasilnya negatif.Dari hasil yang didapat oleh praktikan dapat disimpulkan bahwa hasil positif adalah alkohol sekunder yaitu 2-propanol. Sedangkan hasil negatif adalah alkohol primer yaitu etanol, metanol, fenol. Karena pada literatur dikatakan bahwa alkohol primer direkasikan dengan reagen lucas maka larutan tersebut tidak akan terjadi reaksi. Sedangkan alkohol sekunder apabila direkasikan dengan reagen lucas akan bereaksi dengan perubahan warna membentuk 2 lapisan seperti berawan yaitu alkil klorida( Hoffman, 2006 ).2. Tuliskan mekanisme reaksi yang mendasari prinsip uji Lucas pada identifikasi gugus alkoholPrimer

Sekunder

Tersier

3. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Ferri Klorida dari beberapa sampel dalam percobaan ini!a. Analisa Prosedur

Pertama yang dilakukan oleh praktikan adalah alat disiapkan beserta bahan yang akan di gunakan dalam proses praktikum. Selanjutnya disiapkan 4 tabung reaksi dimana tabung reaksi tersebut sudah diberi sampel dengan nama sampel yang di uji. Selanjutnya tabung reaksi diberi aquades sebanyak 1 ml. Aquades ini berfungsi sebagai memperlambat terjadinya penguapan alkohol. Kemudian 4 tabung reaksi di berikan sampel antara lain metanol, etanol, 2-propanol, dan fenol sebanyak 5 tetes. Selanjutnya di tambahkan 2 tetes larutan ferri klorida ( FeCl3 ) 5% sebanyak 2 tetes setiap tabung reaksi. Penambahan ferri klorida yang menyebabkan apabila larutan tersebut bernilai positif maka perubhan warna yang sebelumnya bening akan berurah menjadi ungu, merah, hijau dan biru. Selanjuynya diamati perubahan warna tiap larutan. Dan dicatat hasilnya.b. Analisa HasilUji Ferri Klorida dilakukan untuk menganalisis keberadaan gugus fenol dalam suatu larutan atau zat. Analisi keberadaan gugus fenol didasarkan pada adanya warna yang muncul pada zat / larutan setelah ditambahkan reagen ferri klorida. Warna tersebut muncul sebagai akibat reaksi antara senyawa fenol dengan ferri klorida yang dapat berupa warna merah, hijau, biru ataupun ungu diama warna yang muncul tergantung subtituen yang terikat pada fenol.

Prinsip uji ferri klorida adalah menganalisa senyawa fenol dengan menambahkan reagen ferri klorida yang mengakibatkan adanya reaksi subtitusi antara atom hidrogen dengan Fe3+ sehingga terbentuk suatu kompleks warna, dimana dalam reaksi ini yang terbentuk adalah warna komplek ungu (Permana, 2008).Dari hasil pengamatan yang kami lakukan menghasilkan 1 larutan positif dan 3 larutan negatif. 5 tetes etanol dengan reagen lucas mengasilkan warna kunig ( +++ ). 5 tetes metanol dengan reagen lucas mengasilkan warna kunig ( ++ ). 5 tetes 2-propanol dengan reagen lucas mengasilkan warna kunig ( + ). Dan 5 tetes fenol dengan reagen lucas mengasilkan ungu.

4. Tuliskan mekanisme reaksi yang mendasari prinsip uji Ferri Klorida pada identifikasi gugus alkohola. Sampel Fenol

b. Sampel Etanol

c. Sampel Metanol

d. 2-propanol

F. KESIMPULANTujuan dari praktikum ini adalah dapat mengetahui sifat fisik alkohol dan fenol. Dan dapat membedakan senyawa alkohol primer, sekunder, tersier, dan fenol dengan menggunakan tes lucas dan tes ferri klorida. Dengan prinsip uji lucas adalah mengidentifikasi jenis alkohol dengan penambahan reagen luca dimana akan terjadi reaksi subtitusi gugus OH pada pada alkohol dengan Cl- pada reagen sehingga terbentuk alkil klorida yang tidak terlarut dalam larutan. Prinsip uji ferri klorida adalah menganalisa senyawa fenol dengan menambahkan reagen ferri klorida yang mengakibatkan adanya reaksi subtitusi antara atom hidrogen dengan Fe3+ sehingga terbentuk suatu kompleks warna, dimana dalam reaksi ini yang terbentuk adalah warna komplek ungu.

Pada tes lucas sampel 0,5 ml etanol + reagen lucas setelah pembakaran menghasilkan warna bening. 0,5 ml + reagen lucas metanol setelah pembakaran menghasilkan warna bening. 0,5 ml 2-propanol + reagen lucas setelah pembakaran menghasilkan membentuk 2 lapisan ( berawan ). 0,5 ml fenol + reagen lucas setelah pembakaran menghasilkan warna bening. Pada tes ferri klorida 5 tetes etanol + reagen ferri klorida menghasilkan warna kuning +++. 5 tetes metanol + reagen ferri klorida menghasilkan warna kuning ++. 5 tetes 2-propanol + reagen ferri klorida menghasilkan warna kuning +. 5 tetes fenol + reagen ferri klorida menghasilkan warna ungu.DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 2006. Kimia Universitas Asas & Struktur ed 08. Jakarta: Binarupa Aksara

Fessenden & Fessenden. 2006. Organic Chemistry 8th. Belmont California: Wadsworth, Inc

Linstromberg, Walter W. 2010. Organic Chemistry A Brief Course. Boston: D. C. Heath and CompanyMappiratu.2009.Analisa Alkohol pada Produk Industri.Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Tadulako, Palu

Permana.Bismo.2008.Uji Berbagi Jenis Alkohol.Universitas Indonesia.Jakarta

Sumarlin, La Ode, dkk. 2011. Penghambatan Enzim Pemecah Protein (Papain) Oleh Ekstrak Rokok, Minuman Beralkohol Dan Kopi Secara In Vitro. Valensi Vol. 2. Hal 454.Warlina, Siti 2006. Efektivitas Uji Lucas Dalam Mengidentifikasi Jenis alkohol. Institut Pertanian Bogor.BogorHoffman,Revil.2006.Organic Chemistry An Intermediate Text, 2nd Edition.John Willey and Sons Inc.New MexicoLAMPIRAN GAMBAR

BAB II

IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

TUJUAN:

Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling

Memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling

A. Pre-lab

1. Jelaskan perbedaan mendasar antara aldehid dan keton!

Pembeda

Aldehid

Keton

Atom hidrogen pada gugus karbonil

Ada

Tidak ada

Hasil Oksidasi

Senyawa dengan jumlah atom karbon yang sama dengan aldehid awal

Senyawa dengan jumlah atom atom carbon lebih sedikit dari keton awal

Kemudahan di saat oksidasi

Mudah mengalami oksidasi ( dengan tollen dan fehling )

Sulit mengalami oksidasi, karena hanya dapat dioksidasi bisa dengan pengoksidasi kuat ( tidak bisa dengan tollen dan Fehling )

( Alia, 2009 )

2. Jelaskan prinsip uji Tollens !Prinsip dari uji tollen adalah mengidentifikasi senyawa aldehid untuk membedakan aldehid dan keton dengan penambahan reagen tollens yang mengakibatkan atom oksigen berikat dengan atom C karbonil aldehid membentuk asam karboksilat dan juga menghasilkan endapan perak yang membentuk cermin perak ( Alia, 2009 ).

3. Apa fungsi pereaksi fehling pada uji fehling?

Untuk mendeteksi atau menganalisa suatu senyawa aldehid, karena pereaksi fehling hanya akan bereaksi dengan senyawa aldehid membentuk endapan merah beta, sedangkan jika dengan senyawa tidak akan bereaksi, sehingga uji fehling ini dapat digunakan untuk uji membedakan senyawa aldehid dan keton ( Andy, 2008 ).

B. Tinjauan Pustaka1. Pengertian AldehidAldehida adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid memiliki sifat lebih reaktif daripada alkohol, dapat mengalami reaksi adisi, dapat mengalami reaksi oksidasi, aldehid dapat dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi poli-merisasi. Karakteristik dari aldehid ini adalah berwujud gas pada suhu kamar dengan bau tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan bau sedap, senyawa polar sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak berwarna. Struktur aldehid yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana R =adalah alkil dan CHO adalah Gugus fungsi aldehida ( Fandy, 2010 ).

2. Pengertian KetonKeton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil. Keton ini bersifat polar karena gugus karbonilnya polar dan keton lebih mudah menguap daripada alkohol dan asam karboksilat. Karak teristik dari keton ini adalah berupa cairan tak berwarna, umumnya larut dalam air, mempunyai titik didih yang relatif lebih tinggi daripada senyawa non polar dan dapat direduksi oleh gas H2 menghasilkan alkohol sekundernya. Struktur dari keton yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CO-R, dimana R adalah alkil dan -CO- adalah gugus fungsi keton (karbonil) ( Mc Murry. 2005 ).3. Perbedaan Aldehid dan KetonPerbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara lain senyawa aldehid mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen sedangkan keton yaitu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil. Aldehida mudah teroksidasi sedangkan keton agak sukar teroksidasi. Aldehida lebih reaktif dibandingkan dengan keton terhadap adisi nukleofilik ( Hoffman, 2006 ).Tinjauan bahana. AsetonSenyawa keton yang paling sederhana, berwujud cair pada suhu kamar dan berbau harum, mudah menguap, mudah terbakar dan mudah larut dalam pelarut polar ( Fandy, 2010 ).b. FruktosaMerupakan isomer dari gula monosakarida yang merupakan salah satu dari gula darah, warnanya putih dan berbentuk kristal padat serta rasanya manis ( Fandy, 2010 ).c. FormalinLarutan yang tidak berwarna dan baunya menusuk biasanya digunakan untuk pengawetan dalam jangka lama. Formalin juga larut dalam air dan etanol ( Fandy, 2010 ).d. GlukosaGlukosa mengandung unsure karbon dan termasuk aldehid. Glukosa tidak berwarna, berbentuk serbuk butiran putih, tidak berbau dan rasanya manis ( Fandy, 2010 ).e. Tollens (AgNO3)Senyawa ini berbentuk serbuk hablur transparan / putih, tidak berbau, gelap jika terkena cahaya. Merupakan senyawa beracun, berbahaya, menyebabkan luka pada jaringan tubuh, oksidator kuat dan dapat menyebabkan kebakaran ( Fandy, 2010 ).f. NH4OHSenyawa ini berbau tajam, kelarutan sangat besar, larut dalam air, alkohol dan eter ( Fandy, 2010 ).

g. NaOHBentuk batang, butiran hablur putih / keping keras rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih, mudah meleleh, larut dalam air dan etanol ( Fandy, 2010 ).h. Fehling ABentuk kristal, berwarna biru, berbau dan merupakan larutan CuSO4 ( Fandy, 2010 ).i. Fehling BMerupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartat. Berbentuk kristal, tidak berwarna atau putih ( Fandy, 2010 ).j. AquadesMerupakan air hasil destilasi yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki pH netral sehingga tidak menimbulkan efek samping ( Fandy, 2010 ).C. Diagram Alir

1. Uji Tollens

2. Uji Fehling

D. Hasil Percobaan Dan Pengamatan : 1. Uji Tollens

No.Nama SampelReagen Tollens + NH4OHSampel + Reagen Tollens (tanpa pemanasan)Sampel + Reagen Tollens (setelah pemanasan)Hasil uji (+)/(-)

1.AsetonEndapan Hilang

Tidak berwarnaLebih gelap-

2.FruktosaEndapan HilangTidak berwarnaAda endapan perak+

3.GlukosaEndapan HilangKeruhAda endapan perak+

4.SukrosaEndapan HilangTidak BerwarnaAda endapan perak+

5.FormaldehidEndapan HilangGelap & ada endapan perakAda endapan perakTidak dipanaskan+

2. Uji FehlingNo.Nama SampelReagen Fehling + NH4OHSampel + Reagen Fehling (tanpa pemanasan)Sampel + Reagen Fehling (setelah pemanasan)Hasil uji (+)/(-)

1.AsetonBiru MudaBiru TuaTidak ada endapan dan warna tidak berubah-

2.FruktosaBiru MudaTerbentuk dua lapisan atas berwarna hijau, bawah berwarna biruAda endapan merah bata+

3.GlukosaBiru MudaBiru TuaAda endapan merah bata+

4.SukrosaBiru MudaBiru TuaTidak ada endapan dan berwarna hijau-

5.FormaldehidBiru MudaBiru TuaAda endapan merah bata+

PERTANYAAN

1. Apa fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dalam percobaan uji Tollens?Fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dalam percobaan uji tollens adalah sebagai oksidator lemah yang bereaksi membentuk cermin perak2. Apa fungsi penambahan larutan NH4OH 6M dalam percobaan uji Tollens?Fungsi penambahan larutan NH4OH 6M dalam percobaan uji tollens adalah sebagai pencegah adanya endapan ion perak dan membentuk suasana basah.KESIMPULAN

Tujuan dari praktikum ini adalah membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji tollens dan fehling. Dan untuk memahami reaksi yang terjadi selama uji tollens dan fehling. Dengan prinsip percobaan dengan uji tolens adalah untuk membedakan adanya aldehid dan keton dengan reagen tollens yaitu AgNO3 akan menjadi reaksi redoks dimana aldehid dihidroksi menjadi asam karboksilat dan Ag+ tereduksi menjadi Ag. Sedangkan untuk uji fehling adalah membedakan aldehid dan keton dengan menambahkan reagen fehling yaitu fehling A dan fehling B yang merupakan campuran NaOH, Kalium, Natrium, Tartat akan terjadi reaksi reduksi dimana aldehit dioksidasi menjadi asam karboksilat dan Ion Cu2+ terekduksi menjadi Cu+.Data hasil praktikum untuk uji tollens menghasilkan hasil positif dengan sampel Fruktosa, Glukosa, Sukrosa, dan Formaldehid. Dimana Menghasilkan endapan perak. Sedangkan hasil negative dengan sampel Aseton. Karena tidak menghasilkan endapan perak hanya lebih gelap saja. Untuk uji fehling menghasilkan hasil positif degan sampel Fruktosa, Glukosa, dan Formaldehid. Dimana menghasilkan endapan merah bata. Sedangkan hasil negative dengan sampelDAFTAR PUSTAKA

Aulia, Putri. 2009. Senyawa Keton dan aldehid. UB Press. Malang

Andy, Muhammad. 208. Uji Identifikasi Senyawa aldehid. IPB Press. Bogor

Fandy. 2010. Uji Tollens. Jakarta : Erlangga

Hoffman, Revil. 2005. Organic Chemistry An Intermediate Text, 2rd Edition. John Willey and Sonr Inc. New Mexico

Mc Murry. 2005. Organic Chemistry.Wadsworth Inc. California

BAB III

ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT

TUJUAN:

Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif karbohidrat

Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode

A. Pre-lab

1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ?

a. Monosakarida Monosakarida dikenal dengan heksosa, karena terdiri atas 6 atom karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai gugus hidroksil (OH). Monosakarida yang di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk isomer dekstro (D) ( Fersenden, 2006 ).Contohnya antara lain glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Monosakarida yang mempunyai lima atom karbon disebut pentosa, seperti ribosa dan arabinosa ( Fersenden, 2006 ).b. Oligosakarida

Oligosakarida adalah polimer dari 2-10 monosakarida dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida dapat diperoleh dari hasil hidrolisis polisakarida dengan bantuan enzim tertentu . Jenis-jenis Oligosakarida dibedakan pada jumlah polimer dan jenis monosakarida yang menjadi penyusunnya. Yang termasuk jenis Oligosakarida adalah disakarida dan triosa. Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari dua polimer monosakarida yang terikat satu sama lain melalui reaksi kondensasi dan dapat dipisahkan kembali menjadi monosakarida penyusunnya melalui reaksi hidrolisis

(Ani, 2006).

Contohnya Sukrosa, laktosa dan maltosa. Triosa adalah karbohidrat yang tersusun dari tiga polimer monosakarida. Contohnya maltotriosa dan rafinosa. Sedangkan dekstrin, maltoheksa, ajukosa adalah jenis oligosakarida yang mempunyai polimer monosakarida diatas lima ( Ani, 2006 ).c. PolisakaridaPolisakarida adalah golongan karbohidrat kompleks yang merupakan polimer dari molekul-molekul monosakarida yang sangat banyak yang membentuk rantai panjang lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana seperti oligosakarida ( Ani, 2006 ).

Contohnya adalah pati, glikogen, selulosa, hemiselulosa, lignin dan pectin

( Ani, 2006 ).

2. Bagaimana prinsip analisis karbohidrat menggunakan uji Molisch?

Uji Molish dengan prinsip karbohidrat direaksikan dengan a-naftol dalam alkohol kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat melalui dinding tabung, uji positif apabila terbentuk cincin ungu ( Fandy. 2010 ).

3. Bagaimanakah reaksi yang terjadi antara larutan yodium dengan sampel?

Karbohidrat golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan iodin dan memberikan warna spesifik bergantung pada jenis karbohidratnya. Amilosa dengan iodin akan berwarna biru. Amilopektin dengan iodin akan berwarna merah violet. Glikogen maupun dekstrin dengan iodin akan berwarna merah coklat ( Fandy. 2010 ).

4. Apa fungsi dari uji benedict dan sampel apa saja yang bereaksi positif terhadap reagen benedict?Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida, seperti laktosa dan maltosa. Jadi yang dapat bereaksi positif adalah sampel yang memiliki gula pereduksi seperti monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Uji positifnya terbentuk warna kuning, hijau, atau merah ( Mc Murry. 2005 ).

5. Jelaskan prinsip dari uji barfoed!

Uji Barfoed memiliki prinsip berupa mekanisme Cu2+ dari pereaksi barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida (biru) dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata ( Hoffman, 2006 ).

B. Tinjauan Pustaka

1. Reagen Mollish Reagen molisch terdiri dari a-naftol 5% dan ethanol 95%. Dapat menimbulkan iritasi mata dan kulit, menyebabkan gangguan pernafasan. Cairan ini juga mudah terbakar. Termasuk produk yang stabil dan dapat beraksi dengan panas, nyala api dan asam klorida ( Fandy. 2010 ).2. H2SO4Merupakan reagen untuk analisa. Merupakan produk yang stabil dimana terdiri dari asam sulfat 95%. Produk ini dapat menyebabkan iritasi mata, iritasi kulit, gangguan indera pengecap dan gangguan pernafasan. Produk ini dapat mengalami peruraian bila kena panas,mengeluarkan gas SO2. Asam encer bereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen yang eksplosif jika kena api atau panas dan bereaksi hebat jika kena air ( Mc Murry. 2005 ).3. Lautan Yodium

Larutan yodium adalah produk yang stabil dimana terdiri dari iodium 100%. Produk ini dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganngu paru-paru. Hindari produk ini dari pencemaran dengan mengaktifkan kembali zat atau bahan-bahan dan jangan mencampur dengan bahan alkali ( Fersenden, 2006 ).4. Reagen barfoed

Reagen Barfoed terdiri dari tembaga(II) asetat 6%, asam asetat 1% dan air 93%. Reagen ini cukup beracun karna keberadaan tembaga asetat. Sehingga dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, gangguan indera pengecap dan gangguan pernafasan. Produk ini dapat bereaksi dengan kebanyakan logam untuk menghasilkan gas hidogen yang sangat mudah terbakar ( Fersenden, 2006 ).5. Reagen benedict

Reagen benedict adalah produk yang stabil dan dapat bereaksi cepat dengan asam namun bereaksi lambat dengan alkali. Reagen benedict terdiri dari tembaga sulfat 4 %, natrium karbonat 10%, natrium sitrat 17% dan air 69%. Dapat menyebabkan iritasi pada mata, gangguan indera pengecap, iritasi saluran pencernaan yang parah dengan nyeri perut, mual, muntah dan diare pendarahan pada saluran pencernaan serta iritasi pada saluran pernafaan ( Fersenden, 2006 ).6. Glukosa

(Ani, 2006).

7. Fruktosa

(Ani, 2006).

8. Sukrosa (Ani, 2006).9. Maltosa

(Ani, 2006).

10. Pati

(Ani, 2006).

11. Dekstrin

(Ani, 2006).

C. Diagram Alir

1. Uji Molisch

2. Uji Yodium

3. Uji Barfoed

4. Uji Benedict

D. Hasil Percobaan Dan Pengamatan :1. Uji Molischa. Tuliskan data hasil uji Molisch

SenyawaHasil Uji

Keterangan

Glukosa

Sukrosa

Pati

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Molisch dari beberapa sampel dalam percobaan ini!2. Uji Yodiuma. Tuliskan data hasil uji Yodium!SenyawaHasil Uji

Keterangan

Glikogen

Maltosa

Glukosa

Pati

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Yodium dari beberapa sampel dalam percobaan ini!3. Uji Barfoeda. Tuliskan data hasil Barfoed test!SenyawaHasil Uji

Keterangan

Glukosa

Laktosa

Laktosa

Maltosa

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Barfoed dari beberapa sampel dalam percobaan ini!4. Uji Benedict

a. Tuliskan data hasil Benedict test!

SenyawaHasil Uji

Keterangan

Glukosa

Galaktosa

Fruktosa

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Benedict dari beberapa sampel dalam percobaan ini!PERTANYAAN

1. Bagaimana membedakan monosakarida dan disakarida dengan menggunakan Barfoed test?

2. Bagaimana mengidentifikasi gula pereduksi sampel pada uji Benedict?KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Fersenden, R.J. 2006. Kimia Organik 3rd Edition. Jakarta : ErlanggaAni.2006. Macam-macam Karbohidrat. Surabaya : YudistiraFandy. 2010. Uji Karbohidrat. Jakarta : ErlanggaMc Murry. 2005. Organic Chemistry.Wadsworth Inc. CaliforniaHoffman, Revil. 2005. Organic Chemistry An Intermediate Text, 2rd Edition. John Willey and Sonr Inc. New Mexico

BAB IV

ANALISIS KUALITATIF PROTEIN

TUJUAN:

Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif protein

Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode

A. Pre-lab

1. Bagaimana prinsip analisis protein dengan metode ninhidrin?

2. Bagaimana prinsip analisis protein dengan metode biuret?

3. Mengapa pengujian protein selalu dilakukan pada kondisi alkali/basa?

B. Diagram Alir

1. Uji Ninhidrin

2. Uji Biuret

C. Hasil Percobaan Dan Pengamatan :

1. Uji Ninhidrin

a. Tuliskan data hasil uji NinhidrinNo.SampelSebelum Pemanasan

Sesudah PemanasanHasil uji

1Susu Skim

2MSG

3Aspartam

4Gelatin

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Ninhidrin dari beberapa sampel dalam percobaan ini2. Uji Biuret

a. Tuliskan data hasil uji BiuretNo.SampelSebelum ditambah reagen

Sesudah ditambah reagenHasil uji

1Susu skim

2MSG

3Gelatin

4Aspartam

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Biuret dari beberapa sampel dalam percobaan ini!PERTANYAAN

1. Bagaimana mengidentifikasi adanya gugus amino pada sampel dengan menggunakan uji Ninhidrin?

2. Bagaimana reaksi yang terjadi antara sampel dengan reagen pada uji Biuret?KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB VREAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAKTUJUAN: 1. Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida

2. Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen

A. Pre-lab

1. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi suatu lemak !

Saponifikasi suatu lemak adalah reaksi penyabunan (saponifiksai) dengan menggunakan alkali, dimana trigliserida ( minyak dan lemak ) akan bereaksi dengan alkali ( NaOh dan KOH ) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :C3H5(OOR) + 3NaOH C3H5(OH)3 + 3NaOOCR (Suminar,2006).

2. Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik secara struktur maupun sifatnya !

a. Sabun Kalium adalah Jenis sabun yang lunak ( cair ). Bahanyang dipakai adalah KOH karena sifatnya yang mudah larut (Affan,2008)b. Sabun Natrium adalah Sabun Natrium memiliki tekstur yang kasar, sehingga sering dipakai untuk membuat sabun batangan dan bahan yang dipakai adalah NaOH (Julius,2007)c. Detergen adalah Sabun sintetis mengandung natrium asam nitrat atau natrium hidrogen sulfonat, detergen dapat bereaksi dengan air sadah (Fersenden,2005)

3. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan !

Prinsipnya adalah melakukan proses saponifikasi ( reaksi penyabunan ) suatu lemak dengan menggunakan alkali ( kalium hidroksida / KOH dan natrium hidroksida / NaOH ) dan mempelajari sifat sabun dan detergen (Max,2007)

i. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian dan prinsip saponifikasi

Saponifikasi merupakan reaksi yang terjadi apabila minyak atau lemak dicampur dengan alkali yang menghasilkan sabun dan gliserol. Prinsip dalam proses saponifikasi, adalah lemak akan terhidrolisis oleh basa yang dapatmenghasilkan gliserol dan sabun mentah. Pencampuran antara minyak dan alkali akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang dinamakan dengantrace.Percampuran tersebut kemudian ditambahkan garam NaCl yang berfungsi untuk memisahkan produk sabun dan gliserol yang dimana sabun tergumpalkan menjadi sabun padat yang terpisah dari gliserol (Suminar,2006).2. Sabun kaliun dan natrium

Sabun kalium (ROOCK) disebut juga sabun lembek atau lunak yang umumnya digunakan sebagai sabun mandi, mencuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Sedangkan sabun natrium (RCOONa), disebut sabun padat atau keras yang umumnya digunakan untuk sabun cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium (Suminar,2006).3. Perbedaan sabun dan detergenSabun adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali. Deterjen adalah zat kimia sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat noda dari media atau kain (Suminar,2006).4. Tinjauan bahan

1.1 Lemak

Lemak adalah senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar. Molekul lemak terdiri dari empat bagian,yaitu satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (Julius,2007)1.2 MinyakMinyak adalah suatu ester alam yang berasal dari hewan dan tanaman. Minyak merupakan suatu ester karena dibentuk melalui reaksi esterifakasi antara alkohol (gliserol) dan asam karboksilat (asam lemak). Memiliki titik didih rendah dan terasa licin apabila dipegang (Julius,2007)1.3 KOH 10% dan etanol 95%KOH merupakan senyawa yang digunakan untuk membuat sabun cair. Dalam proses penyabunan, KOH sebanyak 10% berada dalam Etanol 95% yang digunakan untuk pembuatan Sabun kalium. Sehingga setelah melewati proses saponifikasi ini akan dihasilkan larutan yang berwarna putih susu (Julius,2007)1.4 AsetonAseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasar isopropil alkohol dengan cara oksidasi. Aseton tidak berwarna dan mempunyai bau yang sengit. Aseton dapat bercampur dalam air (Fersenden,2005)1.5 NaClBerbentuk serbuk putih dan tidak berbau dan rasanya seperti garam. Larut dalam gliserol, dan amonia. Sangat sedikit larut dalam alkohol, tidak larut dalam Asam klorida(Fersenden,2005) 1.6 AquadesAkuades adalah air dari hasil penyulingan. Mempunyai kandungan HO yang murni dan hampir tidak mengandung mineral (Suminar,2006).1.7 CaCl 0,1 %CaCl2 adalah senyawa ionik yang terdiri dari unsur kalsium (logam alkali tanah) dan klorin. Tidak berbau, tidak berwarna dan tidak beracun (Max,2007)1.8 MgCl 0,1 %Magnesium klorida adalah logam yang kuat, putih keperakan, ringan dan akan menjadi kusam jika dibiarkan pada udara. Dalam bentuk serbuk, logam ini sangat reaktif dan bisa terbakar dengan nyala putih apabila udaranya lembab (Max,2007)1.9 FeCl 0,1 %Besi (II) Klorida bentuknya adalah solid mempunyai titik leleh yang tinggi. FeCl dapat larut dalam air (Max,2007)1.10 DetergenDetergen termasuk emulgator dari emulsi antara minyak dan air. Struktur detergen tersusun atas kepala yang bersifat liofil (hidrofil) dan ekor yang bersifat liofob (hidrofob). Bagian kepala ini akan berikatan dengan air, sedangkan bagian ekor akan berikatan dengan lemak (Suminar,2006).1.11 Air kranAir kran terdapat pada rumah atau bangunan-bangunan lain. Air ini digunakan untuk mencuci, memasak, minum dll. Air adalah zat yang paling baik sekali dan paling murah, terdapat dalam keadaan tidak murni. Dalam percobaan biasanya digunakan sebagai pelarut (Fersenden,2005)ii. Diagram Alir

1. Pembuatan Sabun Kalium

Di tempatkan pada gelas beaker 100 mlDimasukkan dalam gelas beaker 250 ml yang berisi air panas

Dipanaskan hingga mendidih

Diangkat

Dipanaskan lagi 3 menit

Diangkat dan didiamkan hingga tekstur mengeras

Di aduk hinnga merata

Uji saponifikasi

Tuang ke dalam gelas beaker 100 ml berisi air

Amati perubahan yang terjadi

Ttidak adanya minyak yang masih menetes

Saponifikasi berhasil

2. Pembuatan sabun natrium

Dituang pada gleas beaker 100 ml

Diaduk sampai tebentuk butiran-butiranDipisahkan padatan dengan kertas saring

Ditekan padatan hingga tidak ada air yang terisa

3. Pengujian sifat sabun dan detergen

Ditimbang sebanyak 0,5 g

Dimasukkan ke dalam gelas beaker 250 ml

Diaduk hingga merata

3 gelas arloji

Diisi pergelas dengan 20 tetes minyak

Digoyangkan dan di amati perubahannya

Ditambahkan

Digoyangkan dan di amati tiap tabung

Diulangi langkan diatas dengan mengganti CaCl2 0,1 % dengan

MgCl2 0,1 %, FeCl 0,1 % dan air kraniii. DHP1. Saponifikasi lemak : pembuatan sabun kalium

Jenis sampelBerat / volume sampelSetelah 3 menitTes penyabunan Setelah dipanaskanAkuades 30 mL dan dibagi duaDitambah NaClDiaduk kuat

Sabun kalium1,5 mlTidak ada tetesan minyak ( larut )LarutMemadat dan kentalKental

Sabun natrium15 mlBerwarna putih susu Terdapat gumpalan putih

Jenis sampelWarnaBentuk

Sabun natriumPutih Gumpalan

Sabun kaliumKuning Cair

Detergen Putih Cair

2. Sifat sabun dengan detergen

Jenis sampelDitambah lemak / minyak

KelarutanWarna

Sabun natriumlarutPutih

Sabun kaliumLarut (+)Kuning

Detergen Larut (++)Putih

Jenis sampelPenambahan larutanDiadukPengamatan

1 mL sabun kalium1 mL larutan CaCl2 0,1%Sedikit endapanWarna bening

1 mL larutan MgCl2 0,1%Sedikit endapanWarna bening

1 mL larutan FeCl2, 0,1%Sedikit endapanWarna kuning pudar

Air kranSedikit endapanWarna bening

1 mL sabun natrium1 mL larutan CaCl2 0,1%Terdapat endapanWarna bening

1 mL larutan MgCl2 0,1%Terdapat endapanWarna bening

1 mL larutan FeCl2, 0,1%Terdapat endapanWarna kuning pudar

Air kranTerdapat endapanWarna bening

1 mL detergen1 mL larutan CaCl2 0,1%Tidak ada endapanWarna bening

1 mL larutan MgCl2 0,1%Tidak ada endapanWarna bening

1 mL larutan FeCl2, 0,1%Tidak ada endapanWarna kuning pudar

Air kranTidak ada endapanWarna bening

iv. PEMBAHASAN1. Analisa Prosedur

1.1 Pembuatan sabun kalium

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Langkah pertama yang dilakukan adalah ambil minyak 15 ml = 30 tetes dengan menggunakan pipet tetes ke dalam gelas beaker 100 ml, gelas beaker berfungsi sebagai wadah larutan dan minyak berperan dalam proses saponifikasi dan tambahkan KOH sebanyak 30 tetes ke dalamnya. Peran KOH dalam proses ini adalah sebagai basa alkil. Selanjutnya panaskan air yang sebelumnya sudah di ambil secukupnya ke dalam gelas beaker 250 ml. jika sudah panas masukkan gelas beaker 100 ml ke dalam air yang sudah mendidih dengan menggunakan penjepit. Larutan dipanaskan dengan tujuan agar mempercepta reaksi. Tunggu hingga larutan menjadi homogen dan berubah warna menjadi kuning keseluruhan. Kemudian angkat larutan dan tambahkan eatanol 10 ml ke dalamnya. Untuk penambahan etanol sebaiknya dilakukan dengan segera tujuannya apabila larutan terlalu lama di diamkan akan memadat teksturnya. Penambahan etanol bertujuan untuk menggantikan larutan KOH yang telah menguap pada saat di panaskan. Masukkan kembali gelas beaker 100 ml ke dalam air yang sudah mendidih tunggu hingan 3 menit kemudian angkat kembali. Karena pada suhu ruang akan merubah teksture menjadi pada maka untuk menjadikannya sabun kalium perlu di tambahkan 30 ml aquades ke dalam gelas beaker 100 ml yang berisi sabun. Aduk hingga larutan menjadi homogen. Untuk menguji apakah proses saponifikasi berjalan sempurna maka isi gelas beaker 100 ml lain dengan aquades lalu tambahkan larutan sabun kalium secukupnya, apabila tidak ada lagi minyak yang menetes dalam air proses saponifikasi dapat di katakana sempurna dan jika yang terjadi sebaliknya maka larutan sabun kalium perlu di tambahkan 2 ml etanol dan dipanaskan lagi.

1.2 Pembuatan sabun Natrium

Siapkan alat dan bahan. Bahan dasar pembuatan dari sabun natrium adalah sabun kalium yang sebelumnya sudah di bagi menjadi dua. Tambahkan 15 ml NaCl ke dalam gelas beaker 100 ml yang berisi larutan sabun kalium. Penambahan NaCl adalah karena NaCl berperan menjadi basa alkil dalam proses saponifikasi ini. Aduk larutan hingga terbentuk bulir-bulir putih yang padat yang nantinya akan menjadi sabun Natrium. Kemudian saring larutan dengan menggunakan kertas saring. Peras kertas saring hingga tidak ada air yang tersisa.

1.3 Menguji daya kerja Minyak

Ambil detergen sebanyak 0,5 gr masukka ke dalam gelas beaker 250 ml lalu tambahkan 50 ml aquades ke dalamnya. Aduk larutan hingga homogen. Selanjutnya 3 gelas arloji ditetesi minyak masing-masing 20 tetes. Teteskan setiap minyak pada gelas arloji dengan macam-macam sabun yang di buat sebanyak 20 tetes. Goyangkan gelas arloji dan diamati perubahan yang terjadi.

1.4 Menguji Kesadahan

Sebanyak 12 tabung reaksi, 3 tabung diisi dengan 20 tetes CaCl2 0,1 %, 3 tabung diisi dengan 20 tetes MgCl2 0,1 %, 3 tabung diisi dengan 20 tetes FeCl 0,1 %, 3 tabung diisi dengan 20 tetes air kran. Diberi label pada tabung reaksi yang nantinya akan di tambahkan dengan masing-masing sabun. Tambahkan 20 tetes masing-masing sampel sabun ke dalam masing-masing 3 tabung diisi dengan 20 tetes CaCl2 0,1 %. Goyangkan tabung reaksi dan amati perubahan yang terjadi. Diulangi langkah diatas untuk tabung reaksi yang berisi MgCl2 0,1 %, FeCl 0,1 % dan air kran. Catat perubahan yang terjadi pada setiap tabung reaksi.

2. Analisa hasil

Dari data hasil percobaan terbut dapat diketahui pada saat pembuatan sabun kalium dengan mereaksikan 15 ml atau 30 tetes minyak nabati dengan 30 tetes KOH dan di panaskan hingga larutan menjadi homogen. Kemudian di angkat di tambahkan 10 ml etanol untuk menggantika KOH yang telah menguap dan dipanaskan kembali hingga 3 menit kemudian angkat. Dari reaksi tersebut diperoleh hasil larutan berwarna kekuningan dan memiliki tekstur yang cair atau lunak sesuai dengan literatur yang menyatakan sabun kalium (ROOCK) disebut juga sabun lunak karena teksturnya yang cair dan umumnya digunakan untuk sabun mandi cair,(Wijana, 2013). Untuk menguji apakah saponifikasi berjalan dengan sempurna atau tidak maka perlu dilakukan yaitu menurut literature yang mengatakan Uji saponifikasi yang sempurna perlu dilakukan pelarutkan sabun dengan air apabila tidak ada sisa minyak yang menetes maka reaksi dapat dikatan berjalan sempurna (Suryana, 2013). Sesuai dengan literature tersebut pada saat pengujian saponifikasi berjalan sempurna karena tidak adanya larutan minyak yang masih tersisa dan juga larutan sabun dan aquades menjadi homogen.

Pada percobaan kedua adalah pembuatan sabun natrium. Hasil dari percobaan pertama (sabun kalium) adalah bahan dasar dari pembuatan sabun natrium. Sabun kaium ditambahkan dengan NaCl yang berperan sebagai alkil pada reaksi tersebut sebanyak 15 ml kemudian aduk hingga terdapat butiran-butirann berwarna putih. Saring larutan menggunakan kertas saring hingga tersisa butiran-butiran. Butiran-butiran tersebut itu adalah sabun natrium. Dari hasil reaksi tersebut didapat sabun natrium yang berwujud padat dan berwarna putih susu. Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa sabun natrium (RCOONa) disebut sabun keras karena tekturnya yang padat dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci (Suryana, 2013). Pada data hasil percobaan uji kerja sabun dan detergen, yakni dengan larutakan 0,5 g detergen ke dalam 50 ml aquades hingga homogeny lalu tambahkan 20 tetes minyak ke dalam 3 gelas arloji kemudian ditetesi dengan 20 tetes dari 3 macam sabun. Pada gelas arloji pertama yang di tetesi dengan 20 tetes sabun kalium, minyak dapat dilarutkan oleh sabun kalium dengan baik. Warna pada larutan minyak menjadi putih kekuningan. Pada gelas arloji kedua yang ditetesi dengan 20 tetes sabun natrium diperoleh sabun tidak dapat melarutkan minyak. Antara minyak dengan sabun tidak terjadi perubahan apa-apa dan larutan juga tidak dapat menjadi homogen. Pada gelas arloji ketiga yang ditetesi dengan 20 tetes detergen diperoleh hasil detergen mampu melarutkan minyak dengan baik melebihi sabun kalium. Warna larutan menjadi putih keruh. Dalah hal ini dapat disimpulkan bahwa detergen dapat bereaksi lebih daripada sabun kalium dan natrium sesuai dengan literature yang menyatakan Salah satu ujung dari molekul surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak suka air, akibatnya bagian ini mempenetrasi kotoran yang berminyak melebihi macam sabun lainnya(Priyono, 2009).

Pada data hasil percobaan pengujian sabun dan detergen pada keadaan sadah, yaitu dengan menambahkan masing-masing sampel pada CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1% dan air kran yang masing-masingnya 3 tabung reaksi. Sebelumnya beri label pada tabung reaksi dengan macam-macam sabun yang akan ditmbahkan. Pada saat sabun natrium ditambahkan dengan CaCl2 0,1% larutan yang semula berwarna bening menjadi putih susu dan tidak berbusa, pada MgCl2 0,1% yang semula berwarna bening menjadi putih keruh dan sedikit berbusa, pada FeCl2 0,1% yang semula berwarna kuning pudar menjadi orang dan tidak berbusa, pada air kran yang semula berwarna bening menjadi sedikit keruh dan berbusa. Pada saat penambahan detergen dengan CaCl2 0,1% warna yang semula bening menjadi putih keruh, tidak berbusa dan tidak ada endapan, pada MgCl2 0,1% tidak mengalami perubahan warna namun berbusa, pada FeCl2 0,1% yang semula berwarna kuning pudar menjadi kuning, sedikit berbusa dan tidak ada endapan, pada air kran tidak mengalami perubahan warna namun berbusa. Dan yang terkahir pada saat sabun kalium di tambahkan dengan CaCl2 0,1% larutan yang semula berwarna bening berubah menjadi putih susu dan sedikit berbusa, pada MgCl2 0,1% yang semula berwarna bening menjadi kuning bening dan berbusa, pada FeCl2 0,1% yang semula tidak ada endapan menjadi ada endapan yang berwarna orange-kecoklatan dan tidak berbusa, dan pada air kran yang semula berwarna bening menjadi keruh dan tidak berbusa. Pada air kran yang ditetesi sabun kalium tidak membentuk endapan, hal ini membuktikan air kran yang digunakan tidak mengandung mineral-mineral tertentu, atau meskipun mengandung namun kadarnya rendah. Menurut literatur pada saat sabun kalium direaksikan dalam air sadah, hasilnya harus mengendap karena anion gugus karboksilat bereaksi dengan kation logam divalen (Mulyono, 2009) sehingga uji kalium ini dapat dikatakan gagal, karena seluruhnya larut kecuali pada FeCl2 0,1% yang membentuk endapan. Kegagalan dapat disebabkan karena kurang telitinya praktikan ataupun adanya kesalahan yang disengaja atau tidak. Sesuai dengan pernyataan (Mulyono, 2009) bahwa kesadahan air tidak akan mempengaruhi kerja detergen, dalam percobaan ini sudah sesuai, detergent dapat bekerja dengan baik pada air sadah, sedangkan sabun tidak3. Pertanyaan

1. Apa fungsi penambahan KOH pada proses saponifikasi? Apakah larutan KOH dapat digantikan dengan bahan lain, jika dapat, bahan apakah yang dapat menggantikan larutan KOH?

Karena proses saponifikasi merupakan proses reaksi antara lemak atau minyak dengan alkil yang menghasilkan gliserol dan sabun maka KOH dalam proses reaksi tersebut berperan sebagai alkil. KOH dapat diganti dengan bahan lain contohnya NaCl.

2. Jelaskan fungsi NaCl dalam percobaan ini!

Dalam proses saponifikasi atau pembuatan sabun natrium, NaCl berfungsi sebagai basa alkil yang direaksikan dengan minyak atau lemak yang menghasilkan gliserol dan sabun.

3. Jelaskan cara kerja sabun dan detergen sebagai pembersih kotoran / lemak! Mengapa detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan sabun?Cara kerja sabun dan detergen sama saja yaitu dengan bahannya yang memiliki sifat polar dan non polar. Bagian molekul yang mempunyai rantai hidrogen yang bertindak sebagai ekor dan bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) akan larut dalam air. Hanya saja yang membedakan adalah bahan pembuatannya, detergen terbuat dari garam asam alkil surfonat sedangkan sabun terbuat dari garam karboksilat. Detergent lebih efektif membersihkan kotoran karena kerja detergent tidak dipengaruhi air sadah. Sedangkan sabun tidak bekerja efektif pada air sadah

4. Jelaskan pengaruh kesadahan terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih ! Sabun tidak dapat bekerja baik dengan logam. Air sadah apabila disabun akan sukar berbuih, karena Natrium atau Kalium tidak dapat mengikat ion yang ada dalam kandungan air sadah sehingga hanya akan mengeluarkan buih sedikit dan membentuk endapan. Sedangkan kesadahan v. Kesimpulan

Praktikum ini bertujuan untuk yang pertama mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida, yang kedua mempelajari perbedaan sifat sabun dengan detergen. Saponifikasi adalah saponifikasi adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan sintesa dan air serta garam karbonil (sejenis sabun). Prinsip kerja sabun adalah lemak akan terhidrolisis oleh basamenghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut dengantrace.Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan garam NaCl. Garam NaClditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol.Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa reaksi antara minyak dengan KOH akan menghasilkan sabun kalium yang berstruktur lunak. Sedangkan minyak yang direkasikan dengan NaCl akan menghasilkan sabun natrium yang berstruktur padat. Sabun dan detergen memiliki fungsi yang sama yaitu membersihkan kotoran, namun detergen lebih rekatif dari sabun karena kerja detergen tidak dipengaruhi air sadah. Sedangkan sabun tidak bekerja efektif pada air sadah. Sabun tidak dapat bekerja baik dengan logam sehingga hanya akan mengeluarkan busa sedikit dan membentuk endapan, hal tersebut disebabkan karena sabun tidak dapat mengikat ion-ion logam. DAFTAR PUSTAKA

Affan.2008.Kimia Organik.Surabaya:Yudistira

Fersenden,R.J.2004.Kimia Organik 3rd Edition.Jakarta:Erlangga

Grand,Julius.2007.Hackhs Chemichal Dictionary.USA:Mc.Graw

Hart,Suminar.2006.Kimia Organik S buat kuliah singkat.Jakarta:Erlangga

Max,K.2007.Lipida.Analysic and Saponification.Word Scince.New YorkDAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Mulyono, HAM. 2009. Membuat reagen kimia di laboratorium. Jakarta : Bumi Aksara.Priyono, Agus.2009.Makalah Pembuatan Sabun.Jurusan Teknik Kimia, FakultasTeknik,Universitas Riau.Suryana, Dayat. 2013. Cara Membuat Sabun. Jakarta : Erlangga.

Wiajana, S. 2013. Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013. Palembang : Universitas Sriwijaya.

Lampiran Gambar1. Kesadahan

2. Daya kerja sabun

3. Sabun

0,5 ml sampel

3 ml reagen Lucas

Hasil

1 ml aquades

5 tetes sampel

2 tetes FeCl3 5%

Hasil

Uji Feri Klorida

Uji Lucas

1 ml AgNo3 5%

Di tambahkan NH4OH sampai endapan hilang

Di tambah 1 ml sampel

( Aseton, fruktosa, glukosa, sukrosa, dan formaldehid )

Dipanaskan sekitar 2 menit

Hasil

5 tetes fehling A

Ditambah 5 tetes NaOH

Di tambah 1 ml sampel

( Aseton, fruktosa, glukosa, sukrosa, dan formaldehid )

Dipanaskan sekitar 2 menit di dalam water bath

Hasil

Di Tambah 10 tetes fehling B

Sampel 1 ml

Di masukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 2 tetes reagen Molisch

Dikocok

Ditambahkan H2SO4 1 ml

Hasil

Sampel 1 tetes

Di teteskan di atas cawan petri

Ditambahkan 1 tetes larutan yodium

Di amati warna

Hasil

Sampel 5 tetes

Di masukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 1 ml reagen Barfoed

Hasil

Dipanaskan dalam pemanas air

Sampel 2 tetes

Di masukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 1 ml Benedict

Hasil

Dipanaskan diatas api bunsen

15 ml Minyak = 30 tetes

10 ml larutan KOH 10% dalam etanol

Etanol 2 ml

Aquades 30 ml

Hasil

Sampel sabun kalium secukupnya

Separuh hasil sabun kalium

15 ml NaCl

Hasil

detergen

50 ml aquades

20 tetes Kalium

20 tetes detergen

Natrium secukupnya

3 tabung reaksi

diisi dengan 20 tetes CaCl2 0,1 %

20 tetes larutan Sabun Kalium

20 tetes larutan Sabun Natrium

20 tetes larutan Detergen