bab iv hasil penelitian dan...

28
91 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinjauan Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Bandung Djaya Textile (BADJATEX) berdiri pada tahun 1975, perusahaan ini bergerak dalam bidang manufaktur yang menghasilkan kain jenis denim dan grey. Pada awal pendiriannya CV.Badjatex memiliki dua departemen produksi yaitu departemen pemintalan dan departemen penenunan yang terletak di Majalaya. Namun, pada tahun 1979 CV. Badjatex pindah ke Dayeuh Kolot dengan hanya memiliki satu depertemen yaitu depertemen penenunan dengan menambah unit produksi pencelupan, pencapan dan penyempurnaan, sehingga produk yang dihasilkan tidak hanya kain mentah tapi juga kain jadi. Sedangkan departemen pemintalan pindah ke Banjaran dan berubah nama menjadi PT. Malaka Sari. Untuk daerah pemasarannya CV. Badjatex memasarkan hasil produksinya ke Jakarta, Surabaya, Medan dan Hongkong. CV. Badjatex terletak di Jl. Citepus No.5 Moch. Toha Dayeuh Kolot Bandung, dengan memiliki kantor pemasaran yang terletak di daerah Kuningan Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi perusahaan di Dayeuh Kolot tersebut berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1. Lokasi dekat dengan sumber air yaitu sungai Citarum, karena kebutuhan air sangat penting dalam proses produksi. 2. Dekat dengan daerah pemukiman penduduk sehingga memudahkan perusahaan untuk memperoleh tenaga kerja.

Upload: hoangbao

Post on 12-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

91

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinjauan Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan

CV. Bandung Djaya Textile (BADJATEX) berdiri pada tahun 1975,

perusahaan ini bergerak dalam bidang manufaktur yang menghasilkan kain jenis

denim dan grey. Pada awal pendiriannya CV.Badjatex memiliki dua departemen

produksi yaitu departemen pemintalan dan departemen penenunan yang terletak di

Majalaya. Namun, pada tahun 1979 CV. Badjatex pindah ke Dayeuh Kolot

dengan hanya memiliki satu depertemen yaitu depertemen penenunan dengan

menambah unit produksi pencelupan, pencapan dan penyempurnaan, sehingga

produk yang dihasilkan tidak hanya kain mentah tapi juga kain jadi. Sedangkan

departemen pemintalan pindah ke Banjaran dan berubah nama menjadi PT.

Malaka Sari. Untuk daerah pemasarannya CV. Badjatex memasarkan hasil

produksinya ke Jakarta, Surabaya, Medan dan Hongkong.

CV. Badjatex terletak di Jl. Citepus No.5 Moch. Toha Dayeuh Kolot

Bandung, dengan memiliki kantor pemasaran yang terletak di daerah Kuningan

Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi perusahaan di Dayeuh Kolot tersebut

berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1. Lokasi dekat dengan sumber air yaitu sungai Citarum, karena kebutuhan air

sangat penting dalam proses produksi.

2. Dekat dengan daerah pemukiman penduduk sehingga memudahkan

perusahaan untuk memperoleh tenaga kerja.

92

3. Sarana transportasi daerah yang baik dan lokasi perusahaan yang strategis

sehingga mendukung proses pengangkutan bahan baku maupun hasil

produksi. Lokasi perusahaan berjarak 4 KM dari pintu Tol Moch.Toha dan 6

KM dari pintu Tol Kopo.

Perusahaan ini memiliki luas lahan 12.144 m2 dengan luas bangunan

11.500 m2, yang terdiri dari bangunan unit produksi seluas 10.100 m2, tempat

penyediaan air bersih 750 m2 dan area penampungan limbah seluas 250 m2 dan

bangunan lain seluas 400 m2.

4.1.2 Kegiatan Pemeliharaan Yang Dilakukan CV. Badjatex

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan salah

satu dari beberapa fungsi penting yang harus dilaksanakan dalam menjalankan

operasi perusahaan, sebab kerusakan yang terjadi pada fasilitas produksi yang

berpengaruh terhadap kapasitas produksi, biaya produksi, kualitas produksi yang

dihasilkan, keselamatan karyawan, waktu produksi dan kepuasan pelanggan.

Proses produksi akan berjalan dengan lancar apabila tidak ada hal-hal yang

berkaitan dengan terganggunya fasilitas produksi. Sehingga kegiatan

pemeliharaan harus diarahkan untuk mengurangi frekuensi kerusakan dan

menghindari terjadinya kerusakan berat pada fasilitas produksi.

Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan oleh CV.Badjatex adalah

sebagai berikut:

A. Perventive Maintenance (Perawatan)

1) Routine Maintenance (Perawatan Rutin)

93

a. Pembersihan, kegiatan ini dilakukan oleh operator mesin yang

bersifat pembersihan ringan yaitu dengan membersihkan bagian

luar mesin, karena banyak terdapat bulu-bulu halus dan benang

sisa-sisa produksi. Kegiatan ini dilakukan tanpa menghentikan

proses operasi mesin, dengan kata lain tidak perlu tenaga khusus

untuk melakukan kegiatan ini dan dapat dilakukan selama proses

produksi berlangsung.

b. Pengecekan kondisi mesin mengenai pergerakan saat mesin

beroperasi, karena mesin yang digunakan di CV. Badjatex sudah

menggunakan teknologi yang canggih, maka untuk kegiatan ini

operator dimudahkan dengan adanya lampu indikator yang

berwarna putih, merah, kuning dan hijau. Lampu indikator ini akan

memberikan sinyal (menyala) bahwa adanya masalah dengan

mesin tersebut, adapun keterangan yang dapat kita peroleh dengan

adanya lampu indikator yang menyala adalah:

• Putih (Menyala): arti dari sinyal ini adalah adanya kelainan

yang terjadi pada mesin dan mesin meminta agar operator

bagian maintenance melakukan maintenance terhadap mesin

tersebut.

• Putih (Menyala Berkedip): arti dari sinyal ini adalah adanya

kelainan yang terjadi pada mesin dan mesin meminta agar

operator melakukan pelumasan.

94

• Merah (Menyala): arti dari sinyal ini adalah adanya kelainan

yang terjadi pada mesin dan mesin meminta agar operator

melakukan penyambungan benang (penambalan benang),

karena adanya benang lusi (Benang Beam/benang penyulam)

yang putus.

• Kuning (Menyala): arti dari sinyal ini adalah adanya kelainan

yang terjadi pada mesin dan mesin meminta agar operator

melakukan penyambungan benang (penambalan benang),,

karena adanya benang pakan (benang sulam) yang putus.

• Hijau (Menyala): arti dari sinyal ini adalah adanya kelainan

yang terjadi pada mesin dan operator dengan sengaja

menghentikan operasi mesin untuk melakukan pemasangan

benang (penggantian gulungan benang pakan).

• Hijau (Menyala Berkedip): arti dari sinyal ini adalah adanya

kelainan yang terjadi pada mesin dan mesin meminta agar

operator melakukan pemotongan kain, karena kain yang

dihasilkan telah mencapai target yang telah di atur sebelumnya

pada mesin tersebut.

2) Periodic Maintenance (Perawatan Periodik)

a. Pelumasan Berkala adalah kegiatan pelumasan yang dilakukan

pada bagian-bagian yang dibutuhkan oleh mesin, biasanya pada

pada komponen bergerak khususnya pada komponen bergerak

khususnya pada seluruh bagian poros yang berputar, misalnya

95

bearing, cutter drivers, rotary leno, dsb. Biasanya dikerjakan

sesuai dengan kebutuhan mesin ada yang satu minggu sekali (108

jam kerja), dua minggu sekali (216 jam kerja), satu bulan sekali

(720 jam kerja) dan dua bulan sekali (1440 jam kerja).

b. Penggantian oli adalah kegiatan penggantian oli sesuai jam kerja

mesin, misalnya pada bagian roll gears, harness DRC yang juga

dilakukan dua minggu sekali (360 jam kerja), satu bulan sekali

(720 jam kerja), dan dua bulan sekali (1440 jam kerja).

B. Corrective / Breakdown Maintenance (Penggantian Komponen Mesin atau

Parawatan Tambahan)

1) Minor

Perbaikan kerusakan kecil pada mesin yang dapat dilakukan

ditempat mesin berada, diantaranya service press roll, service relay

valve, setting camp untuk corak gray, setting driving disk,

penggantian balde cutter.

2) Major

Perbaikan terhadap kerusakan yang cukup besar sehingga

memerlukan tenaga, waktu dan biaya yang cukup besar.

Pelaksanaan perbaikan mesin ini dilakukan di tempat terjadi

kerusakan, misalnya penggantian mesin motor, penggantian pulling

untuk merubah rpm ke speed, penggantian printed.

96

C. Overhoul (Perawatan Total)

Kegiatan overhoul dilakukan setiap satu tahun sekali atau 8.640 jam kerja

mesin, meliputi kegiatan pembersihan secara menyeluruh, pelumasan,

pemeriksaan, penggantian spare part dan penyetelan ulang mesin.

Kegiatan ini dilakukan di bengkel maintenance.

4.1.3 Maksud dan Tujuan Pemeliharaan Pada CV. Badjatex

Maksud dari pemeliharaan yang dilakukan oleh CV. Badjatex adalah

untuk menjaga agar mesin produksi selalu dalam keadaan baik dan siap untuk

digunakan sesuai dengan kebutuhan produksi sehingga kegiatan produksi dapat

berjalan dengan baik.

Sedangkan tujuan pemeliharaan yang dilakukan oleh CV. Badjatex adalah

sebagai berikut:

1. Menghindari kerusakan-kerusakan dini pada mesin.

2. Menjaga mesin-mesin agar dapat bekerja dengan optimal sehingga

kontinuitas produksi dapat berjalan dengan lancar.

3. Menjaga mutu produk yang dihasilkan agar tetap memenuhi

standar.

4. Menjaga kondisi mesin sehingga dapat memperpenjang usia mesin.

5. Menambah kuantitas produksi mesin.

6. Menjaga ketepatan waktu produksi agar produk dapat selesai tepat

pada waktunya.

97

Proses pemeliharaan yang sifatnya corrective maintenance yang dilakukan

oleh CV. Badjatex terhadap mesin-mesin yang rusak tidak tentu waktunya.

Karena tidak dapat diketahui kapan mesin akan mengalami kerusakan. Hal ini

dapat terjadi oleh karena, sebagai berikut:

a. Kelalaian pegawai dalam menjalankan tugas.

b. Pemasangan spare part yang kurang pas sehingga mengakibatkan

kerusakan pada komponen lain.

c. Pemakaian spare part yang melebihi batas waktu penggunaan.

4.1.4 Aktivitas Perusahaan

4.1.4.1 Bahan Baku Yang Digunakan

Bahan baku yang sering digunakan oleh CV. Badjatex adalah benang

katun, rayon, dan polyster. Bahan baku benang ini diperoleh dari pemasok lokal

yaitu PT. Sunrise dan PT Indorama. Berikut adalah Tabel 4.1 penggunaan bahan

baku selama satu bulan di CV. Badjatex:

Tabel 4. 1 Total Bahan Baku

(per-Bulan) Bahan Baku Jumlah

Benang Katun 2500 ton

Benang Polyster 2500 ton

Benang Rayon 2500 ton

Benang Lycra 1000 ton

Benang Ramin 1000 ton

Benang Linen 1000 ton

Benang Sutera 1000 ton

Sumber : CV Badjatex. 2009.

98

4.1.4.2 Mesin Yang Digunakan

Dalam melakukan kegiatan proses produksi CV. Badjatex menggunakan

beberapa jenis mesin yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4. 2 Total Mesin

No JENIS JUMLAH

1. Mesin Warping 2 Unit

2. Mesin Sizing 1Unit

3. Mesin Tenun 110 Unit

4. Mesin Inspect 8 Unit

5. Mesin Padroll 1 Unit

6. Mesin Moisturize 1 Unit

7. Mesin Scouring/Bleaching 1 Unit

8. Mesin Span 2 Unit

9. Mesin Printing 3 Unit

10. Mesin Washing 2 Unit

11. Mesin Inspect Warna 12 Unit

12. Mesin Obras 2 Unit

Total 145

Sumber : CV Badjatex. 2009.

4.1.4.3 Proses Produksi Perusahaan

Proses produksi kain di CV. Badjatex dilakukan dalam beberapa tahap :

a. Departemen Warping, merupakan departemen yang tugasnya

memproses penggulungan benang dari 300-700 cones benang

menjadi 1 beam benang.

b. Departemen Sizing, merupakan departemen yang tugasnya

memproses melapisi benang dengan larutan kanji agar benang

tersebut tahan terhadap gesekan selama proses weaving

99

(penenunan), dan pengkanjian membuat benang tidak mudah

putus.

c. Loom/Weaving (Pentenunan), Sebuah departemen produksi

yang tugasnya mengubah benang menjadi lembaran kain-kain

denim dan gray bermutu tinggi.

d. Inspecting, merupakan departemen yang tugasnya memproses

pemeriksaan pada lembaran kain.

e. Pemartaian, merupakan departemen yang tugasnya memproses

pemilahan berdasarkan pesanan konsumen.

f. Protraitment, merupakan departemen yang tugasnya terdiri dari

beberapa tahap, diantaranya:

a) Bakar bulu merupakan proses pembakaran pada tepian kain

agar kain lebih rapih dan tidak berbulu.

b) Dezising, merupakan proses pembuangan kanji agar kain tidak

tegang.

c) Scouring dan Bleaching, merupakan proses pembersihan dan

pemutihan pada kain.

d) Moisturize, dilakukan dengan tujuan nagar kainmenjadi lebih

lembut.

e) Span, merupakan proses pengeringan kain.

g. Printing Motif, merupakan departemen yang tugasnya memproses

pencapan motif pada permukaan kain.

100

h. Inspecting motif, merupakan departemen yang tugasnya

memproses pemeriksaan, apabila terdapat motif yang cacat atau

rusak.

i. Finishing, merupakan departemen yang tugasnya memproses

pemeriksaan penyusutan kain dan pemeriksaan pada permukaan

kain atau dikenal dengan istilah hand feel.

j. Packing, merupakan departemen yang tugasnya memproses

penggulungan kain, sablon merk, dan pengemasan ke dalam plastic

agar kain tidak rusak dan kotor.

Pada Gambar 4.1 berikut digambarkan flow cart proses produksi kain gray

yang dilakukan CV. Badjatex:

Sumber : CV Badjatex. 2009.

Gambar 4. 1 Flow Cart Proses Produksi Kain Gray

Warping (Penggulungan Benang)

Sizing (Pengkanjian Benang

Pakan)

Weaving/Loom (Penenunan)

Inspecting (Pemeriksaan)

Pemartaian/Pemilahan

Protraiment

Bakar Bulu & desizing

Bakar Bulu & desizing

Scouring& Bleaching

Moisturize

Span

Pirinting Motif

Inspecting Motif

Finishing

Packing

101

Tabel 4. 3 Flow Cart Proses Produksi Kain Gray

No. Kegiatan 1. Dari gedung benang 2. Menunggu untuk warping 3. Warping (penggulungan benang) 4. Dibawa ke sizing 5. Menunggu untuk di sizing 6. Sizing (pengkanjian) 7. Dibawa ke penenunan 8. Menunggu untuk di loom (penenunan) 9. Penenunan

10. Dibawa ke inspecting 11. Menunggu untuk di inspecting 12. Inspecting 13. Dibawa ke pemartaian 14. Menunggu untuk di partai 15. Pemartaian/Pemilahan obras 16. Dibawa ke protraiment 17. Menunggu untuk protraiment 18. Protraiment: bakar bulu; desizing;

scouring; bleaching; moisturize; span.

19. Bakar bulu & desizing (buang kanji) 20. Scouring (menghilangkan kotoran) &

Bleaching (pemutihan)

21. Moisturize (Melembutkan) 22. Span (pengeringan kain) 23. Dibawa ke pencelupan/printing 24. Menunggu untuk pencelupan/printing 25. Printing 26. Dibawa ke inspecting warna 27. Menunggu untuk inspecting warna 28. Inspecting warna 29. Dibawa ke finishing 30. Menunggu untuk finishing 31. Finishing: handfeel & penyusutan kain 32. Dibawa ke packing 33. Menunggu untuk packing 34. Packing : rolling (penggulungan) &

sablon merk

35. Dibawa ke gudang penyimpanan 36. Disimpan di gudang untuk kemudian

dikirim ke customer

102

Keterangan:

:Operasi (suatu tugas atau kegiatan kerja).

:Transportasi (pemindahan barang dari suatu tampat ke tempat lain).

:Periksa (pemeriksaan kuantitas atau kualitas produk)

:Penundaan atau delay (penundaan dalam urutan operasi)

:Penyimpanan atau storage

Sumber : CV Badjatex. 2009.

Berikut adalah hasil produksi CV. Badjatex periode Juli 2007 sampai

dengan Juni 2008:

Tabel 4. 4 Jumlah Produksi Periode

Juli 2007-Juni 2008 Bulan Target Produksi (yard) Hasil Produksi (yard)

Juli 1.400.000 1485000

Agustus 1.400.000 1500000

September 1.400.000 1470000

Oktober 1.400.000 1425000

November 1.400.000 1380000

Desember 1.400.000 1365000

Januari 1.400.000 1350000

Februari 1.400.000 1320000

Maret 1.400.000 1350000

April 1.400.000 1305000

Mei 1.400.000 1320000

Juni 1.400.000 1290000

Total 16.800.000 16.560.000

Sumber : CV Badjatex. 2009. Keterangan : 1 yard = 0.9 m

4.2 Deskripsi Variabel Yang Diteliti

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan

Pemeliharaan (Variabel Bebas) dan Kelancaran Proses Produksi (Variabel

Terikat) Pada Departemen Weaving di CV. Badjatex. Berikut adalah

pendeskripsian untuk masing-masing variabel tersebut:

103

4.2.1 Gambaran Pelaksanaan Pemeliharaan Pada Departemen Weaving di

CV. Badjatex.

Pemeliharaan meliputi segala aktivitas yang terlibat dalam penjagaan

peralatan sistem dalam aturan kerja (Sumber; Render dan Heizer 2001:622).

Departemen Weaving untuk Pelaksanaan Pemeliharaannya cukup mempengaruhi

produksi dari Departemen Weaving itu sendiri maupun Departemen produksi yang

lain. Terdapat 2 indikator untuk mengetahui efisiensi dari sebuah pelaksanaan

pemeliharaan yaitu preventive maintenance dan breakdown maintenance.

4.2.1.1 Analisis Probabilitas Kerusakan Mesin

Untuk melakukan analisa selanjutnya dapat dilihat jumlah kerusakan

mesin perbulan selama setahun (Juli ’07-Juni ’08) di CV. Badjatex sebagai

berikut:

Tabel 4. 5 Data Total Kerusakan Perbulan Periode

Juli 2007-Juni 2008 No. Bulan Kerusakan

Perbulam 1. Juli 11 2. Agustus 10 3. September 12 4. Oktober 15 5. November 18 6. Desember 19 7. Januari 20 8. Februari 22 9. Maret 20 10. April 23 11. Mei 22 12. Juni 24 Jumlah 216

Sumber : CV Badjatex. 2009.

104

Dari data kerusakan mesin selama 12 bulan tersebut dapat diketahui

probabilitas kerusakan mesin, dengan cara membagi kerusakan tiap bulan dengan

jumlah mesin, kemudian dikalikan 100%, sehingga diperoleh :

1. Bulan Juli : =%100110

11x 0.1

2. Bulan Agustus : =%100110

10x 0.09

3. Bulan September : =%100110

12x 0.109

4. Bulan Oktober : =%100110

15x 0.136

5. Bulan November : =%100110

18x 0.163

6. Bulan Desember : =%100110

19x 0.172

7. Bulan Januari : =%100110

20x 0.181

8. Bulan Februari : =%100110

22x 0.2

9. Bulan Maret : =%100110

20x 0.181

10. Bulan April : =%100110

23x 0.209

11. Bulan Mei : =%100110

22x 0.2

12. Bulan Juni : =%100110

24x 0.218

Berikut adalah hasil perhitungan probabilitas kerusakan dan probabilitas

kerusakan kumulatifnya yang dapat kita lihat pada Tabel 4.6, yaitu sebagai

berikut:

105

Tabel 4. 6 Probabilitas Kerusakan Mesin

No. Bulan Total Kerusakan Probabilitas kerusakan

Probabilitas Kerusakan Kumulatif

1. Juli 11 0.1 0.1 2. Agustus 10 0.09 0.19 3. September 12 0.109 0.299 4. Oktober 15 0.136 0.435 5. November 18 0.163 0.598 6. Desember 19 0.172 0.77 7. Januari 20 0.181 0.951 8. Februari 22 0.2 1.151 9. Maret 20 0.181 1.332 10. April 23 0.209 1.541 11. Mei 22 0.2 1.741 12. Juni 24 0.218 1.959

4.2.1.2 Analisis Teknik Keandalan Mesin

Keandalan mesin secara singkat dapa diartikan sebagai kemungkinan

mesin akan berguna (beroperasi) dalam keandalan yang memuaskan pada suatu

periode yang ditentukan jika dioperasikan pada suatu kondisi yang telah

ditetapkan.

Keandalan mesin akan sangat berpengaruh terhadap frekwensi

pemeliharaan. Jika keandalan mesin sesuai dengan standar tertentu, maka

frekwensi pemeliharaan akan menurun, dan mesin yang tidak handal akan

memerlukan pemeliharaan yang ekstra.

Adapun fungsi keandalan adalah sebagai berikut:

R(t)=1-F(t)

Dimana:

F(t) adalah kemungkinan mesin akan rusak/tidak berfungsi pada waktu t.

106

Berdasarkan probabilitas kerusakan dan probabilitas kerusakan kumulatif,

selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat keandalan mesin sebagai berikut:

Tabel 4. 7 Tingkat Keandalan Mesin

Bulan Jumlah Kerusakan Probabilitas kerusakan F(t)

Keandalan Mesin 1-F(t)

1. 11 0.1 0.9 2. 10 0.09 0.91 3. 12 0.109 0.891 4. 15 0.136 0.864 5. 18 0.163 0.837 6. 19 0.172 0.828 7. 20 0.181 0.819 8. 22 0.2 0.8 9. 20 0.181 0.819 10. 23 0.209 0.791 11. 22 0.2 0.8 12. 24 0.218 0.782 Total 216 1.959 10.041

Dari Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa semakin besar tingkat

kerusakan mesin yang terjadi, maka semakin kecil tingkat keandalannya.

Untuk menghitung waktu rata-rata beroperasinya mesin tanpa adanya

kerusakan dipergunakan rumus:

%100xn

RtM =

Dimana :

M= Waktu rata-rata mesin beroperasi tanpa ada kerusakan

Rt= Total keandalan mesin

Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa jumlah / besarnya keandalan mesin adalah

11 dan n = 12, maka:

107

%10012

041.10xM =

= 0.8367 x 100%

= 83.67%

Jadi waktu rata-rata mesin beroperasi tanpa adanya kerusakan adalah

0.8367 atau 83.67% dalam satu bulan.

Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa keandalan mesin masih cukup

tinggi sehingga dalam waktu dekat untuk sementara waktu tidak harus mengganti

mesin lama dengan yang baru.

4.2.1.3 Analisis Biaya

Preventive Maintenance (perawatan)

Untuk menganalisis biaya pemeliharaan pencegahan, maka terlebih dahulu

dihitung ekspektasi jumlah kerusakan mesin dengan rumus sebagai berikut:

PBPBPBPB xxxx

n

i

PnNBn)1(13)3(2)2(1)1(

... −−−− ++++= ∑

Keterangan:

Bn = Ekspektasi jumlah kerusakan mesin dalam n bulan.

N = Jumlah mesin.

Pn = Probabilitas mesin rusak dalam periode n.

Ekspektasi Jumlah Kerusakan

1) B1 = 110 (0.1) = 11

2) B2 = 110 (0.19) + 11 (0.1)

= 20.9 + 1.1 = 22

108

3) B3 = 110 (0.299) + 22 (0.1) + 11 (0.9)

= 32.89 + 2.2 + 0.99 = 36.08

4) B4 = 110 (0.435) + 36.08 (0.1) + 22 (0.09) + 11(0.109)

= 47.85 + 3.6 + 1.98 + 1.19 = 54.62

5) B5 = 110 (0.598) + 54.62 (0.1) + 36.08 (0.09) + 22 (0.109) + 11 (0.136)

= 65.78 + 5.46 + 3.24 + 2.39 + 1.49 = 78.36

6) B6 = 110 (0.77) + 78.36 (0.1) + 54.62 (0.09) + 36.08 (0.109) + 22 (0.136) +

11 (0.163)

= 84.7 + 7.83 + 4.91 + 3.93 + 2.99 + 1.79 = 106.15

7) B7 = 110 (0.951) + 106.15 (0.1) + 78.36 (0.09) + 54.62 (0.109) + 36.08

(0.136) + 22 (0.163) + 11 (0.172)

= 104.61 + 10.61 + 7.05 + 5.95 + 4.9 + 3.58 + 1.89 = 138.59

8) B8 = 110 (1.151) + 138.59 (0.1) +106.15 (0.09) + 78.38 (0.109) + 54.62

(0.136) + 36.08 (0.163) + 22 (0.172) + 11 (0.181)

= 126.61 + 13.85 + 9.55 + 8.54 + 7.42 + 5.88 + 3.78 + 1.99 = 177.62

9) B9 = 110 ( 1.332) + 1772.62 (0.1) + 138.59 (0.09) + 109.15 (0.109) + 78.36

(0.136) + 54.62 (0.163) + 36.08 (0.172) + 22 (0.181) + 11 (0.2)

= 146.52 + 17.76 + 12.47 + 11.57 + 10.65 + 8.9 + 3.98 + 2.2 = 214.05

10) B10 = 110 (1.541) + 104.05 (0.1) + 177.62 (0.09) + 138.59 (0.109) + 106.15

(0.136) + 78.36 (0.163) + 54.62 (0.172) + 36.08 (0.181) + 22 (0.2) + 11

(0.181)

= 169.51 + 10.4 + 15.98 + 15.1 + 14.43 + 12.77 + 9.39 + 6.53 + 4.4 + 1.99 =

260.5

109

11) B11 = 110 (1.741) + 260,5 (0.1) + 104.05 (0.09) + 177.62 (0.109) +138.59

(0.136) + 106.15 (0.163) + 78.36 (0.172) + 54.62 (0.181) + 36.08 (0.2) + 22

(0.181) + 11 (0.209)

= 191.51 + 26.05 + 9.36 + 19.36 + 18.84 + 17.3 + 13.47 + 9.88 + 7.21 + 3.98

+ 2.29 = 319.25

12) B12 = 110 (1.959) + 319.25 (0.1) + 260.5 (0.09) + 104.05 (0.109) + 177.62

(0.136) + 138.59 (0.163) + 106.15 (0.172) + 78.36 (0.181) + 54.62 (0.2) +

36.08 (0.181) + 22 (0.209) + 11 (0.2)

= 215.49 + 31.92 + 23.44 + 11.34 + 24.15 + 22.59 + 18.25 + 14.18 + 10.92 +

6.53 + 4.59 + 2.2 = 385.6

Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa nilai pelaksanaan

pemeliharaan pada Departemen Weaving setiap bulannya semakin meningkat. Hal

ini selain disebabkan oleh banyaknya pesanan yang membutuhkan optimalisasi

mesin yang handal memaksa mesin untuk beroperasi lebih berat dari biasanya

juga disebabkan pada bulan November CV. Badjatex telah melakukan perubahan

pada Departemen Weaving sehingga waktu yang dibutuhkan dalam proses

produksi menjadi tidak efisien. Departemen weaving mendapatkan beban produksi

yang lebih besar dan target produksi yang dipaksakan diatas target normal yang

hanya 1.200.000 yard/bulan. Nilai terendah dalam tabel tersebut maksudnya

adalah nilai yang memiliki efisiensi paling tinggi karena hanya mesin masih

dalam kondisi yang baik dan siap untuk melakukan produksi.

110

4.2.2 Gambaran Kelancaran Proses Produksi Pada Departemen Weaving di

CV Badjatex.

Proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah

keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.

Kelancaran proses produksi merupakan jumlah produk yang dihasilkan (Output

dibagi Target), kualitas produk (Output dibagi produk yang memenuhi standar

kualitas perusahaan), ketepatan waktu (Output dibagi Target) dalam proses

produksi merupakan tingkat kegiatan yang diselesaikan sesuai dengan target

perusahaan sehingga dapat menunjang kelancaran proses produksi (Agus Ahyari,

2002: 88). Kelancaran proses produksi secara tidak langsung menyatakan

kemajuan dari perubahan tersebut. Kelancaran proses produksi dapat dikatakan

meningkat apabila waktu produksi yang dibutuhkan tidak naik dan kuantitas

produk yang dihasilkan naik. Oleh karena itu perusahaan yang baik adalah apabila

perusahaan tersebut dapat memanajemen waktu produksi yang dibutuhkan agar

dapat meningkatkan kelancaran proses produksinya. Dengan adanya peningkatan

dari kelancaran proses produksi maka perusahaan akan mendapatkan profit yang

signifikan.

Berikut ini adalah data kelancaran proses produksi pada Departemen

Weaving pada kurun waktu dari bulan Juli 2007-Juni 2008 dilihat dari output yang

dihasilkan dibagi dengan target yang dihasilkan.

111

Tabel 4. 8 Kelancaran Proses Produksi Periode

Juli 2007-Juni 2008 Bulan Target Produksi (yard) Hasil Produksi (yard) Kelancaran Proses Produksi

Juli 1.400.000 31.821 1.0607

Agustus 1.400.000 32.142 1.0714

September 1.400.000 31.5 1.0500

Oktober 1.400.000 30.534 1.0178

November 1.400.000 29.571 0.9857

Desember 1.400.000 29.25 0.9750

Januari 1.400.000 28.926 0.9642

Februari 1.400.000 28.284 0.9428

Maret 1.400.000 28.926 0.9642

April 1.400.000 27.963 0.9321

Mei 1.400.000 28.284 0.9428

Juni 1.400.000 27.642 0.9214

Total 16.800.000 354.843 11.8281

Sumber : CV Badjatex. 2009.

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat kelancaran proses produksi pada

Departemen Weaving rata-rata mengalami penurunan untuk setiap bulannya yang

diawali pada bulan November pada tahun 2007. Tingkat kelancaran proses

produksi tertinggi dicapai pada bulan Juli dan Juni 2007 sebesar 106.07% dan

107.14 % dan kelancaran proses produksi terendah terjadi pada bulan Juni 2008

sebesar 92.14%. Sebagaian besar penurunan kelancaran proses produksi terjadi

pada bulan November 2007 – Juni 2008. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa

faktor yang mempengaruhi dalam proses produksi, yaitu dari sisi bahan baku, dan

sisi operasionalnya dalam memenuhi target produksi untuk memenuhi pesanan

pelanggan.

112

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

uji korelasi pearson untuk menguji hubungan yang berupa pengaruh dari dua

variabel penelitian ini yaitu pengaruh Pelaksanaan Pemeliharaan (X) terhadap

Kelancaran Proses Produksi (Y). Uji statistik Korelasi Pearson dan Regresi Linier

Sederhana akan digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan tersebut.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “terdapat pengaruh

antara Pelaksanaan Pemeliharaan dengan Kelancaran Proses Produksi pada

Departemen Weaving di CV. Badjatex”.

Jika hipotesis tersebut diubah kedalam bentuk kalimat adalah sebagai

berikut :

Ho : ρ = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara Pelaksanaan Pemeliharaan dengan Kelancaran Proses Produksi pada Departemen Weaving di CV. Badjatex.

Ha : ρ ≠ 0 : Terdapat pengaruh antara Pelaksanaan Pemeliharaan dengan Kelancaran Proses Produksi pada Departemen Weaving di CV. Badjatex.

4.3.1 Analisis Korelasi

Pada penelitian ini uji korelasi dilakukan dengan menggunakan uji

korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan proses komputerisasi

aplikasi software SPSS 15.0 for windows. Berdasarkan uji korelasi yang

dilakukan, didapat harga koefisien korelasi pearson antara variabel X dengan

variabel Y sebesar -0.880 seperti terlihat pada tabel berikut ini:

113

Tabel 4. 9 Hasil Uji Korelasi Variabel X dan Y

Correlations

Kelancaran Maintenance Pearson Correlation Kelancaran 1.000 .880

Maintenance .880 1.000 Sig. (1-tailed) Kelancaran . .000

Maintenance .000 . N Kelancaran 12 12

Maintenance 12 12

* Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa harga koefisien -0.880 terletak

diantara 0,80 – 1,000 sesuai dengan derajat hubungan antara variabel X

(Pelaksanaan Pemeliharaan) dengan variabel Y (Kelancaran Proses Produksi)

pada batas-batas nilai r pada Tabel 3.2 yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh

antara Pelaksanaan Pemeliharaan (X) terhadap Kelancaran Proses Produksi (Y)

termasuk kedalam kategori sangat kuat. Hal ini juga menunjukan bahwa

Pelaksanaan Pemeliharaan mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam

menentukan besar kecilnya kelancaran proses produksi, namun terdapat variabel

lain yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam mencapai efisiensi produksi.

Sedangkan untuk arah hubungan adalah negatif karena nilai korelasi negatif,

semakin tinggi nilai pelaksanaan pemeliharaan maka semakin menurun nilai

kelancaran proses produksi.

4.3.2 Analisis Regresi Sederhana

Pada penelitian ini analisis regresi sederhana dilakukan dengan

menggunakan proses komputerisasi aplikasi software SPSS 15.0 for windows.

114

Secara rinci hasil penelitian ini menghasilkan analisis regresi yang bisa dilihat

pada Tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4. 10 Analisis Regresi Linier Sederhana

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) 10417.202 121.756 85.558 .000

Maintenance 3.729 .638 .880 5.846 .000

a Dependent Variable: Kelancaran

Berdasarkan pengolahan data secara regresi linear sederhana, diperoleh

persamaaan Y = a + bX adalah Y = 10417.202+ -3.729X. Konstanta sebesar

10417.202 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel

pelaksanaan pemeliharaan (X) maka nilai kelancaran proses produksi (Y) akan

bertambah sebesar 10417.202. Koefisien regresi sebesar -3.729 menyatakan

bahwa setiap penurunan satu skor atau nilai pada pelaksanaan pemeliharaan akan

memberikan peningkatan kelancaraan proses produksi (karena tanda -) sebesar

sebesar -3.729.

4.3.3 Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui besarnya kontribusi dari pelaksanaan pemeliharaan (X)

terhadap naik turunnya kelancaraan proses produksi (Y) dihitung dengan suatu

koefisien yang disebut koefisien determinasi atau coefficient of determination

(KD).

KD = r2x100% = (-0,880)2 x 100% = 77,44 %

115

Berdasarkan pengolahan data diatas menunjukkan bahwa, besarnya

pengaruh pelaksanaan pemeliharaan (X) terhadap kelancaran proses produksi

adalah sebesar 77.44%, sedangkan sisanya sebesar 22.56% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain .

Berdasarkan hasil uji korelasi yang menunjukan nilai sebesar -0,880 yang

berarti pelaksanaan pemeliharaan memiliki pengaruh yang kuat terhadap

kelancaraan proses produksi pada departemen weaving, sehingga Ho ditolak.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung = 5.846. Dikarenakan thitung

> ttabel, yakni 5.846 > 1,812 maka dapat disimpulkan tolak H0, artinya

pelaksanaan pemeliharaan berpengaruh terhadap kelancaraan proses produksi.

4.4 Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeliharaan

mempunyai hubungan yang signifikan dengan kelancaran proses produksi dengan

nilai korelasi sebesar -0.880 yang artinya menunjukkan tingkat korelasi yang

sangat kuat. Berdasarkan persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa dengan

menurunnya nilai overall evaluation dari pelaksanaan pemeliharaan akan

meningkatkan kelancaran proses produksi pada Departemen Weaving di CV.

badjatex. Oleh karena itu perubahan kebijakan pada pelaksanaan pemeliharaan

yang baru dapat membawa pengaruh yang sangat kuat terhadap kelancaran proses

produksi.

Pelaksanaan pemeliharaan yang digunakan oleh CV. Badjatex merupakan

salah satu metode untuk meningkatkan kelancaran proses produksi di CV.

Badjatex pada umumnya dan khususnya pada Departemen Weaving dalam jangka

116

panjang. Hal tersebut dilakukan karena kurangnya kesadaran dalam pelaksanaan

pemeliharaan yang dibutuhkan dalam proses produksi sehingga menyebabkan

penurunan kelancaran proses produksi sesuai yang dikatakan oleh Joseph G.

Monks (1987:631) “We typically associate maintenance activities with building

upkeep, servicing equipment replacing worn-out parts, or doing emergency

repair. These are central concerns to any organization, for poorly maintained

facilities can be unsafe to operate and can create high cost in the form of delays

and idle (lost) time. (Kita menghubungkan pemeliharaan dengan memperbaiki

peralatan dan mengganti bagian yang rusak, atau melakukan perbaikan darurat.

Hal ini merupakan masalah yang utama bagi setiap perusahaan, untuk

pemeliharaan fasilitas yang buruk akan beresiko pada saat perusahaan akan

beroperasi dan akan menimbulkan biaya yang besar pada saat penundaan dan

waktu (hilang) menganggur”. Pendapat tersebut dijelaskan lebih detail lagi oleh

Sofyan Assauri (2004:95), yang mengatakan bahwa pemeliharaan adalah kegiatan

untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan

perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat

suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang

direncanakan.

Faktor yang paling berpengaruh dan sering menjadi tujuan untuk

menggunakan pelaksanaan pemeliharaan yang benar adalah agar mesin siap

digunakan kapan saja dibutuhkan sehingga waktu yang dibutuhkan dalam proses

produksi dan kualitas hasil produksi menjadi efisien. Dengan tidak digunakannya

pelaksanaan pemeliharaan yang baik dapat menyebabkan waktu menunggu untuk

117

produksi menjadi tidak efisien dan adanya penambahan waktu produksi karena

terdapat waktu tunggu yang banyak. Hal ini terbukti berdampak negatif bagi CV

Badjatex yang telah merubah pelaksanaan pemeliharaan pada Departemen

Weaving pada bulan November 2007. Pada saat menggunakan sistem pelaksanaan

pemeliharaan yang lama, CV Badjatex merasakan efektifnya penggunaan mesin

yang ada. Departemen Weaving yang memiliki kapasitas mesin paling besar

sangat dibutuhkan dalam proses memproduksi sebuah produk mendapatkan target

dengan kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan kapasitasnya. Dengan

menambah beban kapasitas mesin tanpa perawatan yang sesuai, dengan lebih

mementingkan produksi akan menyebabkan waktu produksi atau waktu

penanganan produk lebih lama sehingga proses produksi pun akan terganggu dan

secara otomatis produktivitaspun akan menurun.

Jika dibandingkan dengan Departemen Produksi yang lainnya target antara

Departemen Weaving dengan departemen produksi lainnya mendapatkan beban

yang lebih berat dengan target yang melebihi kapasitas produksi maksimal mesin

ketika menggunakan kebijakan pelaksanaan pemeliharaan yang lama, akan tetapi

dengan menggunakan kebijakan pelaksanaan yang baru terjadi inefisiensi

produktifitas sebesar 7.86%. Dengan pertimbangan tersebut maka waktu

penanganan bahan baku menjadi tidak efisien juga, sehingga produksipun menjadi

terhambat dengan adanya waktu tunggu untuk pelaksanaan pemeliharaan dan

berdampak terhadap produktivitasnya yang menurun.

Melalui pelaksanaan pemeliharaan yang baru pada Departemen Weaving

yang dirasakan tidak perlu, Departemen Weaving dengan terpaksa tidak bisa

118

menolak akibat berupa menurunnya produktivitas. Berdasarkan hasil penelitian

didapat hasil uji korelasi sebesar -0.880 memiliki arti bahwa pelaksanaan

pemeliharaan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kelancaran proses

produksi. Koefisien determinasi diperoleh 77.44%, yang artinya 77.44% dari total

kelancaran proses produksi Departemen Weaving dipengaruhi oleh pelaksanaan

pemeliharaan dan sisanya sebesar 22,56% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

lainnya.

Hasil uji hipotesis pada penelitian ini sejalan dengan teori dari Joseph G.

Monks (1987:631) yang menyatakan bahwa “ We typically associate maintenance

activities with building upkeep, servicing equipment replacing worn-out parts, or

doing emergency repair. These are central concerns to any organization, for

poorly maintained facilities can be unsafe to operate and can create high cost in

the form of delays and idle (lost) time. (Kita menghubungkan pemeliharaan

dengan memperbaiki peralatan dan mengganti bagian yang rusak, atau melakukan

perbaikan darurat. Hal ini merupakan masalah yang utama bagi setiap perusahaan,

untuk pemeliharaan fasilitas yang buruk akan beresiko pada saat perusahaan akan

beroperasi dan akan menimbulkan biaya yang besar pada saat penundaan dan

waktu (hilang) menganggur”. Dijelaskan lebih detail lagi oleh Sofjan Assauri

(2004:95), yang mengatakan bahwa pemeliharaan adalah kegiatan untuk

memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan

perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat

suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang

direncanakan.