bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 profil sekolah

54
53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Sekolah SMP Negeri 5 Salatiga mulai berdiri pada tahun 1979. Hal ini didasarkan pada SK pendirian sekolah Nomor 0188/0/1979 dengan tanggal SK pada 3 Maret 1979. SMP Negeri 5 Salatiga terletak di Jl. Bima No. 10 Salatiga, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Sebagai sebuah lembaga, SMP Negeri 5 Salatiga juga memiliki visi yang akan dicapai. Visi SMP Negeri 5 Salatiga adalah terbentuknya generasi muda yang PASTI BISA: Pandai, ber-Akhlak mulia, Santun, Terampil, ber-Iman kepada Tuhan yang Maha Esa, Bersih, Indah, Sehat, Aman, dan berwawasan lingkungan. Visi sekolah ini juga menjadi yel yel dari SMP Negeri 5 Salatiga dalam upaya untuk memupuk rasa cinta dan bangga kepada almamaternya. “ SMP Negeri 5 Salatiga ............................ P A S T I B I S A !

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Sekolah

SMP Negeri 5 Salatiga mulai berdiri pada tahun 1979. Hal

ini didasarkan pada SK pendirian sekolah Nomor 0188/0/1979

dengan tanggal SK pada 3 Maret 1979. SMP Negeri 5 Salatiga

terletak di Jl. Bima No. 10 Salatiga, Kelurahan Dukuh,

Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.

Sebagai sebuah lembaga, SMP Negeri 5 Salatiga juga

memiliki visi yang akan dicapai. Visi SMP Negeri 5 Salatiga

adalah terbentuknya generasi muda yang PASTI BISA: Pandai,

ber-Akhlak mulia, Santun, Terampil, ber-Iman kepada Tuhan

yang Maha Esa, Bersih, Indah, Sehat, Aman, dan berwawasan

lingkungan. Visi sekolah ini juga menjadi yel – yel dari SMP

Negeri 5 Salatiga dalam upaya untuk memupuk rasa cinta dan

bangga kepada almamaternya. “ SMP Negeri 5 Salatiga

............................ P A S T I B I S A ! “

54

Dalam mewujudkan visi sekolah maka perlu dijabarkan

misi-misinya. Adapun misi SMP Negeri 5 Salatiga yaitu:

1. Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan penilaian secara

menyeluruh dan berkesinambungan untuk mengoptimalkan

prestasi akademis siswa.

2. Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan

ajaran agama sebagai landasan untuk mewujudkan insan yang

beriman dan bertakwa.

3. Menanamkan norma dan tata nilai yang sesuai dengan budaya

bangsa Indonesia.

4. Mendorong dan membantu siswa untuk dapat mengenali

potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal.

5. Mendayagunakan seluruh potensi sekolah demi terwujudnya

Wawasan Wiyata Mandala, utamanya optimalisasi pembinaan

SDM.

6. Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, sehat,

dan aman.

Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan di sekolah, maka

ada sumber daya manusia atau SDM. SDM tersebut meliputi

55

semua warga sekolah yaitu kepala sekolah, guru, karyawan, dan

para siswa. Guru di SMP Negeri 5 Salatiga berjumlah 54 orang

dengan rincian PNS sebanyak 50 orang dan GTT sebanyak 4

orang. Sedangkan karyawan TU berjumlah 8 orang dengan

rincian PNS sebanyak 3 orang dan GTT sebanyak 5 orang.

Sehingga secara keseluruhan guru dan karyawan tata usaha di

SMP Negeri 5 Salatiga berjumlah 62 orang.

SMP Negeri 5 Salatiga memiliki siswa 667 siswa. Adapun

rinciannya kelas 7 dengan 8 rombongan belajar siswanya

berjumlah 244 siswa. Kelas 8 terdapat 7 rombongan belajar

dengan jumlah siswa sebanyak 212 orang. Sedangkan kelas 9

terdapat 9 rombongan belajar dengan jumlah siswa sebanyak 211

orang.

Selain adanya sumber daya manusia, kelancaran kegiatan di

sekolah juga ditunjang oleh ketersediaan sarana dan prasarana

atau sarpras. Sarana prasarana yang dimiliki SMP Negeri 5

Salatiga yaitu 1 ruang guru, 1 ruang loby, 1 ruang kepala sekolah,

1 ruang tata usaha, 1 ruang kesiswaan, 1 ruang kurikulum, 1

ruang perpustakaan, 1 ruang Bimbingan Konseling (BK), 24

56

ruang kelas, 3 kamar mandi guru dan karyawan, 20 kamar mandi

siswa, 1 mushola, 1 laboratorium IPA, 2 laboratorium computer,

1 ruang kesenian, 1 ruang OSIS, 1 ruang karawitan, dan 1 ruang

koperasi siswa.

Terkait dengan pengembangan media pembelajaran

berbasis teknologi informasi, sarana yang dimiliki SMP Negeri 5

Salatiga antara lain 2 ruang laboratorium computer, 80 unit PC

computer, wifi di masing-masing laboratorium computer, wifi di

ruang tata usaha, serta LCD dan proyektor di tiap-tiap kelas.

Sejak masa berdirinya hingga sampai saat ini SMP Negeri 5

Salatiga telah banyak menorehkan prestasi yang cukup

membanggakan. Prestasi tersebut ditorehkan oleh siswa, guru,

maupun oleh lembaga sekolah itu sendiri. Adapun prestasi yang

diraih selama dua tahun terakhir antara lain Juara III Sekolah

Adiwiyata Tingkat Kota Salatiga Tahun 2017, Juara I OGN Mata

pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Kota Salatiga Tahun 2017,

Juara I OGN mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Provinsi

Tahun 2018, Juara III OGN mata Pelajaran Bahasa Inggris

Tingkat Nasional Tahun 2018, Juara III Lomba PTK Tingkat

57

Kota Salatiga tahun 2018, Juara III OGN Mata Pelajaran IPA

Tingkat Kota Salatiga, Juara III OSN mapel IPS tingkat kota, dan

lain-lain.

4.2 Kondisi Awal

Mulai tahun 2010 hingga tahun 2017 para guru di SMP

Negeri 5 Salatiga belum banyak yang menggunakan media

pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dalam pembelajaran,

sebagian besar guru menggunakan metode ceramah yang

konvensional dan belum menggunakan media pembelajaran.

Kalau pun ada yang menggunakan, media tersebut bersifat audio

atau visual saja. Penggunaan media yang kovensional ini tentu

berpengaruh pada mutu pembelajaran di kelas.

Dalam kurun waktu 7 tahun, sekolah pernah mengadakan

pelatihan bagi para guru tentang media pembelajaran berbasis

teknologi informasi. Namun masih bersifat umum dan belum

mengarah secara khusus pada pembuatan media pembelajaran

berbasis teknologi informasi, dalam hal ini aplikasi Ms.Word,Ms.

Excel, dan Ms. Powerpoint. Akibatnya masih banyak guru yang

belum menguasai ketiga aplikasi tersebut.

58

Dari pengamatan awal diketahui bahwa dari 42 orang guru

di SMP Negeri 5 Salatiga, yang belum menggunakan media

pembelajaran berbasis teknologi informasi ada 30 guru. Hal ini

jika diprosentasekan terdapat 71,4 % guru yang belum

menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi informasi

dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Data tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang

dilakukan dengan Ibu Dwi Hartati selaku kepala sekolah.

“Penggunaan media pembelajaran di sekolah ini belum

maksimal. Masih banyak guru yang menggunakan metode

konvensional dalam pembelajaran. Banyak yang

menggunakan media yang bersifat visual berupa gambar-

gambar saja. Kalau yang bersifat teknologi masih sebatas

pada penggunaan powerpoint saja.” (Ika Tyasing

Kusumawati, wawancara, 26 November 2018)

Pendapat Ibu Dwi Hartati ini juga diperkuat oleh Bp. Arif

Rahman S., S. Kom selaku guru TIK.

“Kalau menurut saya guru-guru di SMP Negeri 5 Salatiga

belum banyak yang memanfaatkan media pembelajaran

berbasis TIK. Salah satu penyebabnya karena faktor usia.

Banyak yang sudah mau pensiun.” (Ika Tyasing

Kusumawati, wawancara, 27 November 2018)

Banyaknya guru yang belum memanfaatkan media

pembelajaran memberikan pengaruh terhadap mutu pembelajaran

di SMP Negeri 5 Salatiga. Pembelajaran di kelas menjadi

59

monoton dan tidak membangkitkan motivasi belajar siswa.

Akibatnya ketika diadakan penilaian, hasil yang dicapai belum

maksimal. Capaian rata-rata per mata pelajaran rendah dan

banyak yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Menyikapi hal tersebut, maka sekolah berinisiatif mengadakan

kegiatan pelatihan agar dapat meningkatkan mutu pembelajaran

di sekolah.

4.3 Pengelolaan Tindakan 1

Adanya kondisi tersebut, di mana masih banyak guru SMP

Negeri 5 Salatiga yang masih belum menguasai dan

memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi

maka mendorong kepala sekolah mengadakan pelatihan.

Kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan mutu

pendidikan melalui pemanfaatan media pembelajaran berbasis

teknologi informasi melalui in house training (IHT) dilaksanakan

pada:

1) Tanggal : Tanggal 10, 11, 17, 18, dan 31 Desember 2018

2) Waktu pelaksanaan : pukul 10.00 – 16.00

60

3) Tempat : SMP Negeri 5 Salatiga

4) Peserta diklat : 42 orang guru SMP Negeri 5 Salatiga

Pendidikan dan pelatihan ini dilaksanakan dengan

menggunakan langkah-langkah yang merupakan hasil kolaborasi

dari langkah-langkah pendidikan dan pelatihan yang

dikemukakan oleh Dag Roll-Hansem (2012:17), Robani (2015),

dan Giarti dkk (2016). Adapun langkah-langkahnya adalah

sebagai berikut.

4.3.1 Identifikasi Masalah Pembelajaran

Pada langkah ini peneliti menganalisis kebutuhan yang

sesuai dengan kondisi lapangan. Kebutuhan-kebutuhan yang

dikalangan dalam peningkatan mutu pembelajaran para guru di

SMP Negeri 5 Salatiga adalah kegiatan yang mampu memberi

pemecahan atau solusi bagi para guru dalam pemanfaatan media

pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dalam hal ini adalah

penguasaan aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint

yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Analisis

kebutuhan dilakukan dengan memberikan angket kepada para

guru SMP Negeri 5 Salatiga selaku peserta diklat.

61

Dari hasil pengumpulan angket diperoleh data bahwa dari

42 guru SMP Negeri 5 Salatiga selaku responden, terdapat 26

guru yang menguasai Ms. Word, 17 guru yang menguasai Ms.

Exel, dan 24 guru yang menguasai Ms.Powerpoint. Atau jika

diprosentasekan baru sekitar 62 % guru yang menguasai Ms.

Word, sekitar 40,5 % guru yang menguasai Ms. Exel, dan 57,1 %

guru yang menguasai Ms.Powerpoint. Kondisi ini

menggambarkan bahwa penguasaan ketiga aplikasi tersebut di

kalangan guru SMP Negeri 5 Salatiga masih sangat rendah. Data

ini diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu

Nuzhah Al Waaidhoh, S. Kom selaku guru TIK di SMP Negeri 5

Salatiga.

“Bersifat personal. Ketika ada yang bertanya karena

mengalami kesulitan biasanya saya jelaskan langsung.

Biasanya masalah internet dan excel. Kalau word dan

powerpoint tidak begitu banyak yang bertanya karena

mereka tidak terlalu kesulitan dengan itu dan sudah terbiasa

memakainya.” (Ika Tyasing Kusumawati, wawancara, 28

November 2018)

Pendapat Ibu Nuzhah ini diperkuat dengan apa yang

disampaikan oleh Bp. Arif Rahman selaku guru TIK.

“Responnya pada umumnya baik. Tergantung dari usianya

juga. Kalau yang masih muda biasanya responnya cepat

62

memahami. Tapi kalau yang sudah senior dan mendekati

pensiun responnya lambat. Mereka biasanya butuh 2-3 kali

bimbingan baru bisa mandiri. Kalau misalnya diadakan

pelatihan tentang TIK saya rasa mereka juga setuju, karena

benar-benar membutuhkan. Harus menguasai Ms. Word,

Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint agar dapat digunakan

dalam pembelajaran.” (Ika Tyasing Kusumawati,

wawancara, 27 November 2018)

Penguasaan teknologi infomasi yang rendah juga

berpengaruh pada mutu pembelajaran di sekolah ini. Karena

hanya 29% guru yang menguasai teknologi informasi tersebut

mengakibatkan kebanyakan guru mengajar dengan metode yang

konvesional dan belum menggunakan media pembelajaran

berbasis teknologi informasi. Akibatnya capaian rata-rata per

mata pelajaran masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut.

63

Tabel 4.1

Capaian Rata-rata Mata Pelajaran

Sebelum Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis IT

No Mata Pelajaran Rata-rata

1. Pendidikan Agama 71,2

2. PPKn 66,9

3. Bahasa Indonesia 72,4

4. Matematika 69,7

5. Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 55,3

6. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) 74,3

7. Bahasa Inggris 65,7

8. Seni Budaya 78,5

9. PJOK 55,3

10. Prakarya 74,5

11. Bahasa Jawa 71,5

Capaian rata-rata per mata pelajaran tersebut dapat

dikategorikan rendah. Hal ini dikarenakan masih belum mencapai

rata-rata yang dipersyaratkan dalam peraturan pemerintah yaitu

75,00. Sebagian besar masih jauh di bawah rata-rata. Terdapat

beberapa faktor yang menyebabkan capaian rata-rata tersebut

rendah. Salah satunya adalah kegiatan pembelajaran yang

monoton. Salah satu indikatornya adalah masih banyak guru yang

belum memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi

informasi dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas.

Faktor penyebabnya adalah para guru belum menguasai berbagai

64

aplikasi dan penggunaan media-media pembelajaran yang

berbasis teknologi informasi. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara yang dilakukan dengan Ibu Dwi Hartati, S.Si, M.Pd

selaku kepala sekolah.

“Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran

masih belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak

guru yang belum menguasai teknologi informasi dengan

baik. Mereka masih terbatas pada penggunaan powerpoint

saja. Sebenarnya harapan saya itu lebih dari itu.

Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran bisa

meningkat pada penggunaan web, blog, atau model soal

daring dan sebagainya. Tapi saya melihat para guru di

sekolah ini masih banyak yang belum mampu untuk

menuju ke arah sana.” (Ika Tyasing

Kusumawati,wawancara, 26 November 2018)

4.3.2 Desain pelatihan pembelajaran IHT

Desain pelatihan pembelajaran IHT dilakukan sebelum

kegiatan IHT dilaksanakan. Desain pelatihan dilakukan oleh

kepala sekolah beserta waka urusan kurikulum. Hal ini dilakukan

dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam

memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi.

Selain itu juga dalam rangka untuk meningkatkan mutu

pembelajaran di sekolah.

65

Dari analisis kebutuhan yang dilakukan, maka dapat

ditemukan langkah yang tepat dalam mengatasi permasalahan

yang dihadapi oleh para guru di SMP Negeri 5 Salatiga.

Pemecahan tersebut adalah dengan mengadakan kegiatan

pendidikan dan pelatihan dengan model in house training (IHT).

Adapun desain pelatihannya meliputi kegiatan berikut:

1. Menilai kebutuhan untuk menentukan tujuan

pembelajaran/pelatihan;

2. Melakukan analisis instruksional;

3. Melakukan analisis karakteristik peserta dan konteks

pembelajaran/pelatihan;

4. Menulis tujuan pembelajaran/pelatihan maupun kompetensi

khusus;

5. Mengembangkan instrument penilaian hasil belajar/pelatihan;

6. Mengembangkan strategi pembelajaran;

7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran;

8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif;

9. Merevisi program pembelajaran/pelatihan;

10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

66

Agar kegiatan dapat berjalan lancar maka perlu disusun

proposal yang didalamnya memuat perencanaan mengenai alur

kegiatan, kepanitiaan, biaya, dan lain-lain. Dalam penelitian ini

disusun prpoposal kegiatan peningkatan mutu dengan model

pendidikan dan pelatihan. Dan model yang digunakan adalah

model in house training (IHT).

Adapun isi dari proposal kegiatan sebagai berikut.

1. Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang atau

rasional yang mendorong diadakannya kegiatan untuk

mengatasi permasalahan yang ada di suatu lembaga. Dalam

konteks ini adalah SMP Negeri 5 Salatiga di mana para

gurunya belum memiliki penguasaan teknologi informasi yang

memadai. Dalam artian para guru belum menguasai aplikasi

Ms. Word, Ms. Exel, dan Ms.Powerpoint maupun aplikasi dan

media-media lainnya dengan baik. Sehingga terdapat

kecenderungan para guru belum memanfaatkan media

pembelajaran berbasis teknologi informasi dalam kegiatan

pembelajaran di kelas.

67

2. Dasar pelaksanaan kegiatan

Dasar pelaksanaan kegiatan diperlukan sebagai dasar untuk

menetapkan suatu kegiatan dan menjadi pedoman dalam

pelaksanaannya. Adapun dasar yang menjadi pedoman dalam

pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan ini adalah:

a. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

b. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentan Standar

Nasional Pendidikan

c. Program Kerja Sekolah SMP Negeri 5 Salatiga tahun

pelajaran 2018/2019

3. Susunan kepanitiaan

Agar kegiatan pendidikan dan pelatihan berjalan dengan baik

maka diperlukan kepanitiaan yang bertanggung jawab atas

persiapan dan pelaksanaan kegiatan tersebut. Adapun susunan

kepanitiaan kegiatan pendidikan dan pelatihan ini adalah:

68

PANITIA IHT

SMP NEGERI 5 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

No NAMA / NIP JABATAN

DINAS PANITIA

1 2 3 4

1. Dwi Hartati, S.SI, M.Pd

NIP. 19590603 198301 1 004 Kepala Sekolah Penanggung Jawab Umum

2. Wahyu Eko S., S.Pd.

NIP. 19750710 200312 1 010 Wakil Kepala Sekolah I Ketua

3. Dyan Ernawati , S.Pd

NIP. 19601029 198103 2 004

Koordinator Bidang

Kurikulum Sekretaris

4. Yeni Mulyawati, S.Pd.

NIP. 19681211 199302 2 001 Bendahara BOS Bendahara

5. Dra. HASANAH FAUZATI

NIP. 19680429 199702 2 003

Sekretaris Urusan

Kurikulum Anggota / Jadwal IHT

6. Elia Tri R, S.Pd

NIP. 19711011 200604 2 015

Sekretaris Urusan

Kurikulum Anggota / Notulen/ ATK

7. Christanti Y., S.Pd

NIP.19700728 199412 2 003

Sekretaris Urusan

Kurikulum Anggota / Konsumsi

8.

Aris Munadi, S.Pd

NIP. 19690114 199802 1 002

Sekretaris Urusan

Kurikulum Anggota /Dokumentasi

9. Nuzah Alwaaidhoh, S.Kom

NIP.19841105 201001 2 032

Sekretaris Urusan

Kurikulum

Anggota/Administrasi/

Sertifikat

10. Suyitno, S.Pd

NIP.19590323 198103 1 010 Koordinator Humas Anggota/Pembawa Acara

11. Saptono Staf Tata Usaha Anggota / Tempat

.Perlengkapan

12. Yeni Sulistyaningsih Staf Tata Usaha

Anggota /

Konsumsi/Perlengkapan

13. Muhamad Irawani Staf Tata Usaha

Anggota / Tempat /

Perlengkapan

69

4. Tujuan kegiatan pendidikan dan pelatihan

Tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan in house training ini

ada dua macam yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan

umum dari kegiatan ini adalah meningkatkan kompetensi guru

dan tenaga pendidik di SMP Negeri 5 Salatiga. Sedangkan

tujuan khususnya adalah meningkatkan kompetensi guru SMP

Negeri 5 Salatiga dalam hal:

a. Memanfaatkan aplikasi Microsof Word

b. Memanfaatkan aplikasi Microsof Excel dalam penilaian

c. Memanfaatkan aplikasi Microsof Powerpoint

5. Materi kegiatan pelatihan

Materi pelatihan juga perlu dipersiapkan dengan baik agar

dalam pelaksanaanya tidak tumpang tindih dengan pelatihan-

pelatihan yang pernah diadakan sebelumnya. Materi yang

disampaikan dalam pelatihan ini meliputi konsep dan praktik

aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint.

70

6. Waktu dan tempat kegiatan

Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di aula SMP Negeri 5

Salatiga. Dan dilaksanakan selama lima hari mulai tanggal 10,

11, 17, 18, dan 31 Desember 2018.

7. Narasumber/instruktur

Narasumber atau instruktur yang memberikan materi dalam

pelatihan ini berasal dari lingkungan internal sekolah. Pemateri

adalah guru TIK di sekolah dan guru yang ahli dan menguasai

aplikasi teknologi informasi. Narasumber tersebut antara lain

Arif Rahman Saifudin, S.Kom; Wahyu Eko Sugiarto, S.Pd,

M.Pd; dan Nuzhah Al Waidhooh,S. Kom.

8. Target kegiatan

Adapun target dari kegiatan ini adalah setelah selesainya

kegiatan ini diharapkan :

a. Peserta menunjukkan kompetensinya dalam memanfaatkan

Ms. Word dalam pembelajaran maupun penyelesian

administrasi sekolah.

71

b. Peserta menunjukkan kompetensinya dalam memanfaatkan

Ms. Excel dalam pembelajaran maupun penyelesian

penilaian dan administrasi sekolah.

c. Peserta menunjukkan kompetensinya dalam memanfaatkan

Ms. Powerpoint dalam pembelajaran.

9. Rencana anggaran dan sumber anggaran

Setiap kegiatan pasti membutuhkan anggaran untuk

membiayai pelaksanaan kegiatan tersebut. Agar dalam

pelaksanaannya biaya yang dibutuhkan tidak membengkak

terlalu besar maka perlu disusun rencana anggaran/biaya.

Demikian halnya dengan pelaksanaan IHT ini. Adapun

rancangan anggaran yang diperlukan untuk kegiatan IHT ini

adalah sebagai berikut.

72

NO ANGGAR

AN

BIAYA

JUMLAH NO PENGELUARAN JUMLAH

1. Dana BOS Rp 6.000.000,00 1. Konsumsi

a. Snack Rp 5.000

x 45

Rp 225.000,00

b. Makan siang Rp

15.000 x 45 x 5

hari

Rp 3.375.000,00

2. Narasumber

5 x 3 x Rp

125.000,00

Rp 1.875.000,00

3. Kebersihan Rp 400.000,00

4. Lain-lain Rp 125.000,00

JUMLAH Rp 6.000.000,00 JUMLAH RP 6.000.000,00

10. Penutup

Pada bagian penutup berisi harapan disetujuinya proposal

oleh atasan dan terlaksananya kegiatan IHT dengan baik.

4.3.3 Penyusunan panduan/pedoman kegiatan pelatihan bagi

panitia, instruktur, dan peserta

Penyusunan panduan/ pedoman kegiatan dilakukan sebelum

kegiatan IHT dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan

IHT dapat berjalan dengan baik dan maksimal sehingga apa yang

menjadi tujuan dari pelatihan itu dapat tercapai. Penyusunan

panduan/dilakukan oleh panitia yang sudah ditunjuk oleh kepala

sekolah.

73

Panduan/pedoman atau petunjuk teknis pelaksanaan sangat

penting diperlukan agar dalam pelaksanaannya nanti kegiatan

pelatihan dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang diharapkan

dapat tercapai. Adapun secara garis besar isi panduan tersebut

yaitu sebagai berikut.

1. Bab I Pendahuluan

A. Rasional atau latar belakang diadakannya kegiatan

pelatihan

B. Dasar hukum yang menjadi pedoman diadakannya

kegiatan pelatihan

C. Tujuan pelatihan

D. Hasil yang diharapkan dari adanya pelatihan

2. Bab II Pelaksanaan

A. Judul Kegiatan

B. Peserta, waktu, dan tempat

C. Metode

D. Jadwal

E. Alur Kegiatan

F. Narasumber

74

3. Bab III Tata tertib, hak, dan kewajiban peserta

A. Tata tertib Peserta

B. Kewajiban Peserta

C. Hak Peserta

4.3.4 Tahap implementasi pendidikan dan pelatihan

4.3.4.1 Perencanaan Tindakan 1

Dari analisis kebutuhan, terlihat bahwa tingkat penguasaan

dan penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi

informasi di SMP Negeri 5 Salatiga masih rendah. Oleh karena

itu kepala sekolah berinisiatif mengadakan kegiatan pendidikan

dan pelatihan dalam bentuk IHT. Sasarannya adalah untuk

meningkatkan kompetensi guru dalam memanfaatkan media

pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dan dalam jangka

panjangnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran di SMP

Negeri 5 Salatiga.

Pada tahap implementasi ini, pendidikan dan pelatihan

dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dalam

proposal. Kegiatan pada tindakan tahap 1 dilaksanakan dalam

empat pertemuan yaitu pemaparan materi Ms. Word, Ms.Exel,

75

dan Ms.Powerpoint yang dilaksanakan selama empat hari yaitu

tanggal 10, 11, 17, dan 18 Desember 2018. Adapun rincian

rencana kegiatannya sebagai berikut.

a) Pada pertemuan pertama dan kedua diisi dengan penyampaian

konsep Ms. Word, Ms.Exel, dan Ms.Powerpoint.

b) Pada pertemuan ketiga dan keempat dilanjutkan dengan

praktik membuat dokumen dengan menggunakan ketiga

aplikasi tersebut. Praktik dilakukan secara individual dengan

bimbingan dalam kelompok besar atau secara klasikal.

4.3.4.2 Pelaksanaan Tindakan 1

Pada kegiatan ini diikuti oleh 42 orang guru SMP Negeri 5

Salatiga. Kegiatan ini dibagi dalam dua sesi yaitu sebagai berikut.

a. Sesi pertama

Kegiatan pelatihan pada tahap pertama dilaksanakan selama

dua hari yaitu pada hari Senin, 10 Desember 2018 dan Selasa,

11 Desember 2018. Kegiatan dimulai pukul 10.00 WIB dan

diakhiri pukul 16.00 WIB. Pada pertemuan ini, kegiatan yang

dilakukan adalah pemaparan konsep Ms. Word, Ms. Excel,

dan Ms. Powerpoint oleh narasumber. Narasumber pada tahap

76

ini adalah Bp. Wahyu Eko Sugiarto, S.Pd,M.Pd; Bp. Arif

Rahman Saefudin, S.Kom; dan Ibu Nuzhah Al Waaidhoh,

S.Kom.

b. Sesi kedua

Kegiatan pelatihan pada sesi kedua dilaksanakan selama dua

hari yaitu pada hari Senin, 17 Desember 2018 dan Selasa, 18

Desember 2018. Kegiatan dimulai pukul 08.00 WIB dan

diakhiri pukul 16.00 WIB. Kegiatan dilaksanakan lebih awal

dikarenakan sudah memasuki liburan semester gasal,

sehingga tidak ada kegiatan belajar mengajar.

Pada pertemuan ini, kegiatan yang dilakukan adalah praktik

pembuatan dokumen berbasis Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms.

Powerpoint oleh peserta secara individual dengan bimbingan

narasumber. Namun bimbingan yang diberikan bersifat

klasikal atau dalam kelompok besar. Dalam artian masih

bersifat umum. Bimbingan hanya diberikan ketika ada peserta

yang mengalami kesulitan. Narasumber pada tahap ini adalah

Bp. Wahyu Eko Sugiarto, S.Pd,M.Pd; Bp. Arif Rahman

Saefudin, S.Kom; dan Ibu Nuzhah Al Waaidhoh, S.Kom.

77

Tindakan yang dilakukan adalah setiap peserta praktik

membuat dokumen dalam Ms. Word, sheet dalam Ms. Excel,

serta slide dalam Ms.Powerpoint.

4.3.4.3 Hasil Tindakan 1

Setelah dilakukan kegiatan pelatihan dalam tahap pertama

ini, maka beberapa guru sudah mulai menampakkan kemajuan

dalam penguasaan aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms.

Powerpoint.

Dari 42 guru sebagai peserta pelatihan masih terdapat

beberapa guru yang belum menguasai ketiga aplikasi tersebut.

Adapun rinciannya 9 guru belum menguasai Ms. Word, 19 guru

belum menguasai Ms. Excel, 12 guru belum menguasai

Ms.Powerpoint. Jika diprosentasekan maka terlihat sekitar 78,5 %

guru yang menguasai Ms. Word, 54,8 % guru yang menguasai

Ms. Excel, dan 71,4 % guru menguasai Ms. Powerpoint. Dari

ketiga aplikasi tersebut hanya penguasaan Ms.Word yang sudah

memenuhi kriteria kinerja yaitu minimal 75 % peserta sudah

menguasai materi yang diberikan.

78

Masih belum maksimalnya penguasaan terhadap ketiga

aplikasi tersebut juga berdampak pada mutu pembelajaran di

kelas. Dampaknya pun terlihat pada pencapaian nilai rata-rata

pada tiap mata pelajaran yang masih berada di bawah nilai KKM

yang distandarkan. Hal itu dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2

Pencapaian Rata-rata Mata Pelajaran

Setelah IHT Tahap 1 dan

Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis IT

No Mata Pelajaran Rata-rata

Setelah IHT

Tahap 1

1. Pendidikan Agama 71,8

2. PPKn 70,3

3. Bahasa Indonesia 72,4

4. Matematika 69,7

5. Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 55,0

6. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) 76,7

7. Bahasa Inggris 65,8

8. Seni Budaya 83,5

9. PJOK 63,8

10. Prakarya 81,4

11. Bahasa Jawa 75,6

4.3.4.4 Refleksi Tindakan 1

Dari IHT tahap 1 yang dilakukan dapat diketahui

perbandingan dalam penguasaan ketiga aplikasi dan pencapaian

79

rata-rata dari tiap mata pelajaran antara pada kondisi awal dan

setelah IHT tahap 1.

Tabel 4.3

Rekapitulasi Perbandingan Penguasaan Ketiga Aplikasi

Kondisi Awal dan IHT Tahap 1

No Penguasaan Aplikasi Kondisi Awal/

Sebelum IHT

Setelah

IHT Tahap

1

1. Ms. Word 26 orang 33 orang

2. Ms. Excel 17 orang 23 orang

3. Ms. Powerpoint 24 orang 30 orang

Dari tabel di atas, dapat dilihat adanya peningkatan

penguasaan pada masing-masing aplikasi. Pada Ms. Word

terdapat peningkatan sebanyak 7 orang, Ms. Excel sebanyak 6

orang, dan Ms. Powerpoint sebanyak 6 orang. Adapun indikator

yang menunjukkan penguasaan dari ketiga aplikasi yaitu sebagai

berikut: a) peserta menguasai aplikasi Ms. Word apabila mampu

membuat dan menyusun dokumen dengan aplikasi Ms. Word, b)

peserta menguasai Ms.Excel apabila mampu mengolah nilai hasil

pembelajaran dengan rumus-rumus Excel, dan c) peserta

menguasai Ms.Powerpoint apabila mampu membuat slide

80

powerpoint yang dapat digunakan untuk pemaparan/presentasi

dan mengoperasikannya dalam kegiatan pembelajaran.

Peningkatan pada penguasaan aplikasi akan berpengaruh

pada penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi

informasi. Dan hal tersebut juga berdampak pada pencapaian

rata-rata tiap mata pelajaran. Adapun perbandingan pencapaian

rata-rata tiap mata pelajaran antara sebelum IHT/kondisi awal dan

setelah dilaksanakan IHT tahap 1 dapat diihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4

Perbandingan Rata-rata Mata Pelajaran

Sebelum IHT/kondisi awal dan setelah IHT tahap 1

No Mata Pelajaran Rata-rata

Sebelum

IHT/kondisi

awal

Rata-rata

Setelah

IHT

Tahap 1

1. Pendidikan Agama 71,2 71,8

2. PPKn 66,9 70,3

3. Bahasa Indonesia 72,4 72,4

4. Matematika 69,7 69,7

5. Ilmu Pengetahuan

Alam ( IPA )

55,3 55,3

6. Ilmu Pengetahuan

Sosial ( IPS )

74,3 76,7

7. Bahasa Inggris 65,7 65,8

8. Seni Budaya 78,5 83,5

9. PJOK 55,3 63,8

10. Prakarya 74,5 81,4

11. Bahasa Jawa 71,5 75,6

81

Dari tabel di atas, dapat dilihat adanya peningkatan

pencapaian rata-rata pada sebagian besar mata pelajaran. Adapun

mata pelajaran yang mengalami kenaikan rata-rata yaitu

Pendidikan agama, PPKn, IPS, Bahasa Inggris, Seni budaya,

prakarya, dan bahasa Jawa.

4.3.4.5 Tindak lanjut

Hasil dari kegiatan pendidikan dan pelatihan sudah dapat

dilihat. Terdapat peningkatan pada penguasaan ketiga aplikasi

dan pencapaian nilai rata-rata tiap mata pelajaran. Meskipun

demikian, belum mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini

disebabkan pada penguasaan aplikasi Ms. Excel masih rendah.

Hanya 23 orang atau sekitar 54,8 % saja guru yang menguasai

aplikasi tersebut. Hal ini masih jauh di bawah kriteria

keberhasilan pelatihan yang ditentukan, yaitu 75 % guru atau

peserta pelatihan memahami dan menguasai materi yang

diberikan.

82

Selain itu meskipun pada beberapa mata pelajaran

mengalami kenaikan nilai rata-rata, namun belum mencapai nilai

KKM yang dipersyaratkan yaitu 75.

Hal lain yang menjadi hambatan dan kendala yang ditemui

dalam IHT tahap 1 adalah para peserta pelatihan masih

mengalami kesulitan dalam praktik Ms. Excel. Pada umumnya

peserta kesulitan dalam mengaplikasikan rumus-rumus yang

digunakan dalam pembuatan sheet/book. Sedangkan dalam Ms.

Powerpoint peserta masih mengalami kesulitan dalam membuat

design-design yang menarik. Hal ini sangat penting karena dapat

menarik perhatian siswa dan dapat digunakan untuk membangun

motivasi siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, kepala

sekolah melanjutkan kegiatan pendidikan dan pelatihan (IHT)

dengan menggunakan kelompok yang lebih kecil, yaitu kelompok

per mata pelajaran.

83

4.4 Pengelolaan Tindakan 2

4.4.1 Perencanaan Tindakan 2

Pada IHT tahap 1 penguasaan pada aplikasi Ms. Excel

masih rendah. Hanya 23 orang atau sekitar 54,8 % saja guru yang

menguasai aplikasi tersebut. Hal ini masih jauh di bawah kriteria

keberhasilan pelatihan yang ditentukan, yaitu 75 % guru atau

peserta pelatihan memahami dan menguasai materi yang

diberikan.

Selain itu para peserta juga masih mengalami kesulitan

pada penguasaan Ms. Excel dan Ms.Powerpoint. Pada umumnya

peserta kesulitan dalam mengaplikasikan rumus-rumus Ms. Excel

yang digunakan dalam pembuatan sheet/book. Sedangkan dalam

Ms. Powerpoint peserta masih mengalami kesulitan dalam

membuat design-design yang menarik.

Melihat hasil yang dicapai pada tahap 1 belum maksimal,

maka kepala sekolah merencanakan tindakan yang kedua.

Kegiatan yang kedua direncanakan dilaksanakan pada hari Senin

tanggal 31 Desember 2018. Pada kegiatan ini dilanjutkan dengan

peserta pelatihan mengerjakan tugas membuat dokumen dengan

84

ketiga aplikasi dengan bimbingan dalam kelompok kecil per mata

pelajaran.

4.4.2 Pelaksanaan Tindakan 2

Pada kegiatan ini diikuti oleh 42 orang guru SMP Negeri 5

Salatiga. Dilaksanakan di aula SMP Negeri 5 Salatiga pada hari

Senin, 31 Desember 2019. Kegiatan dimulai pukul 08.00 WIB

hingga pukul 16.00 WIB. Kegiatan dilaksanakan lebih awal

karena pada saat itu masih dalam libur semester gasal sehingga

tidak ada kegiatan belajar mengajar.

Pada pertemuan ini, kegiatan yang dilakukan adalah praktik

pembuatan dokumen berbasis Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms.

Powerpoint oleh peserta secara individual dengan bimbingan

narasumber serta evaluasi kegiatan. Narasumber dalam IHT tahap

2 ini adalah Bp. Wahyu Eko Sugiarto, S.Pd,M.Pd; Bp. Arif

Rahman Saefudin, S.Kom; dan Ibu Nuzhah Al Waaidhoh,

S.Kom.

Tindakan yang dilakukan adalah membagi kelompok mata

pelajaran ke dalam tiga kelompok bimbingan. Kelompok pertama

di bawah bimbingan Bp. Wahyu meliputi kelompok guru mata

85

pelajaran Pendidikan agama, PPKn, Matematika, dan Prakarya.

Kelompok kedua dibawah bimbingan Bp. Arif antara lain

kelompok guru mata pelajaran IPA, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa,

dan PJOK. Sedangkan kelompok ketiga di bawah bimbingan Ibu

Nuzhah meliputi kelompok guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia, IPS, dan seni budaya. Bimbingan yang diberikan

sudah bersifat intensif dalam kelompok kecil per mata pelajaran.

Karena sudah dilakukan dalam kelompok kecil, maka

bimbingannya dapat diberikan secara intensif. Selain itu dalam

kelompok kecil dapat dilakukan diskusi atau sharing antaranggota

kelompok apabila ada peserta atau anggota kelompok yang

mengalami kesulitan.

Dalam pelaksanaan kegiatan diperoleh temuan kendala-

kendala yang dapat menghambat kelancaran kegiatan tersebut.

Kendala tersebut berasal dari peserta pelatihan, yaitu faktor usia

yang turut mempengaruhi cepat atau lambatnya peserta dalam

menangkap dan memahami isi materi. Dari 42 peserta, terdapat 9

peserta yang berada pada usia senior atau di atas 50 tahun dan

rata-rata tidak menguasai ketiga aplikasi tersebut. Selama

86

kegiatan terutama pada saat praktik, kesembilan peserta tersebut

mengalami kebingungan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, ditempuh dengan cara

para instruktur memberikan bimbingan yang lebih instensif dan

secara lebih personal kepada sembilan peserta tersebut.

Bimbingannya dilakukan secara pelan-pelan dan bertahap hingga

mereka dapat menguasai ketiga aplikasi tersebut.

4.4.3 Hasil Tindakan 2

Setelah dilakukan kegiatan pelatihan dalam dua tahap ini,

maka beberapa guru sudah mulai menampakkan kemajuan dalam

penguasaan aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint.

Dari 42 guru sebagai peserta pelatihan masih terdapat 9

guru yang belum menguasai ketiga aplikasi tersebut. Hal ini

dikarenakan 9 guru tersebut sudah mendekati masa pensiun,

sehingga dipengaruhi faktor usia dan kesulitan dalam memahami

perkembangan teknologi. Meskipun demikian kegiatan

pendidikan dan pelatihan ini dapat dikatakan cukup berhasil

karena sudah lebih dari separuh peserta yaitu sekitar 77,5% sudah

dapat menguasai ketiga aplikasi tersebut. Temuan ini

87

mengindikasikan adanya keberhasilan dari kegiatan tersebut

karena sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan yaitu

penelitian ini dianggap berhasil apabila terdapat minimal 75 %

guru menguasai aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms.

Powerpoint dan menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran

di sekolah.

4.4.4 Refleksi Tindakan 2

Dari IHT yang dilakukan dapat diketahui perbandingan

dalam penguasaan ketiga aplikasi dan pencapaian rata-rata dari

tiap mata pelajaran antara pada kondisi awal, setelah IHT tahap 1,

dan setelah IHT tahap 2.

Tabel 4.5

Rekapitulasi Perbandingan Penguasaan Ketiga Aplikasi

Kondisi Awal, IHT Tahap 1, dan IHT Tahap 2

No Penguasaan

Aplikasi

Kondisi Awal/

Sebelum IHT

Setelah IHT

Tahap 1

Setelah IHT

Tahap 2

1. Ms. Word 26 orang 33 orang 34 orang

2. Ms. Excel 17 orang 23 orang 31 orang

3. Ms. Powerpoint 24 orang 30 orang 33 orang

Dari tabel di atas, jika dilihat dari kondisi awal (sebelum

diadakan IHT) hingga ke kondisi akhir (setelah diadakan IHT

Tahap 2) dapat dilihat adanya peningkatan penguasaan pada

88

masing-masing aplikasi. Pada Ms. Word terdapat peningkatan

sebanyak 8 orang, Ms. Excel sebanyak 14 orang, dan Ms.

Powerpoint sebanyak 9 orang.

Peningkatan pada penguasaan aplikasi akan berpengaruh

pada penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi

informasi. Dan hal tersebut juga berdampak pada pencapaian

rata-rata tiap mata pelajaran. Adapun perbandingan pencapaian

rata-rata tipa mata pelajaran antara sebelum IHT/kondisi awal dan

setelah dilaksanakan IHT tahap 1 dapat diihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6

Perbandingan Rata-rata Mata Pelajaran

Kondisi awal, IHT tahap 1, dan IHT tahap 2

No Mata Pelajaran Rata-rata

Sebelum

IHT/kondisi awal

Rata-rata

Setelah

IHT Tahap 1

Rata-rata

Setelah

IHT Tahap 2

1. Pendidikan

Agama

71,2 71,8 76,9

2. PPKn 66,9 70,3 72,2

3. Bahasa Indonesia 72,4 72,4 75,0

4. Matematika 69,7 69,7 68,9

5. IPA 55,3 55,3 66,2

6. IPS 74,3 76,7 69,2

7. Bahasa Inggris 65,7 65,8 67,1

8. Seni Budaya 78,5 83,5 83,8

9. PJOK 55,3 63,8 68,0

10. Prakarya 74,5 81,4 83,0

11. Bahasa Jawa 71,5 75,6 75,8

89

Dari tabel di atas, dapat dilihat adanya peningkatan

pencapaian rata-rata pada sejumlah mata pelajaran. Jika dilihat

dari perbandingan antara kondisi awal dan setelah IHT tahap 2

maka dapat dikatakan hampir semua mata pelajaran mengalami

kenaikan. Hanya beberapa mata pelajaran yang mengalami

penurunan yaitu matematika dan IPS.

4.4.5 Tindak lanjut

Kegiatan IHT yang dilaksanakan memberikan hasil yang

positif bagi peningkatan mutu pembelajaran. Terdapat

peningkatan rata-rata mata pelajaran. Sehingga sebagi tindak

lanjut dari kegiatan ini, kepala sekolah mengadakan supervisi

atau pemantauan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.

4.4.6 Evaluasi kegiatan pelaksanaan program

Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan

kegiatan. Evaluasi yang dilakukan meliputi bagi panitia

penyelenggara, narasumber, maupun peserta pelatihan. Kegiatan

evaluasi dilakukan dengan memberikan angket kepada para

peserta untuk memberikan penilaian tidak baik, kurang baik,

90

baik, atau sangat baik pada beberapa aspek seperti sarana dan

prasarana, penyelenggaraan pelatihan, maupun narasumber.

Peserta memberikan sikap sangat tidak setuju, tidak setuju,

kurang setuju, setuju, atau sangat setuju pada setiap pernyataan.

Selain itu juga dengan observasi atau pengamatan yang dilakukan

oleh peneliti selama melakukan kegiatan pelatihan. Aspek yang

diteliti juga sama dengan yang dinilai oleh peserta yaitu meliputi

sarana prasarana, penyelenggaraan pelatihan, dan narasumber.

Pada penyebaran angket, peserta diminta memberikan

penilaian dengan mengisi atau memberikan tanda centang ( √ )

pada kolom yang sesuai dengan penilaiannya. Terdapat lima

kolom yaitu pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju

(TS), Kurang Setuju (KS), Setuju(S), dan Sangat Setuju (SS).

Dari angket yang disebarkan kepada peserta diperoleh data yang

dapat dilihat pada tabel 4.7 di lampiran 1 .

Dari data yang telah dikumpulkan dibuat rekapitulasi

sebagai berikut.

91

Tabel 4. 8

Rekapitulasi Hasil Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan IHT

No Pernyataan Sikap

Sangat Tidak

Setuju

Tidak Setuju

Kurang Setuju

Setuju Sangat Setuju

1 2 3 4 5

1. Panitia Penyelenggara 0,95% 10,48% 13,33% 55,24% 20,00%

2. Narasumber 3,57% 8,93% 10,7% 58,9% 17,9%

3. Sarana dan Prasarana 11,11% 20,63% 23,80% 32,53% 11,93%

4. Peserta Diklat 2,87% 10,95% 12,86% 53,80% 19,52%

Berdasarkan rekapitulasi tabel di atas dapat dijabarkan hasil

evaluasi kegiatan pelatihan adalah sebagai berikut.

1. Hasil evaluasi untuk panitia penyelenggara

Sangat Tidak Setuju (STS) = 2 poin = 0,95 %

Tidak Setuju (TS) = 22 poin = 10,48 %

Kurang Setuju (KS) = 28 poin = 13,33 %

Setuju (S) = 116 poin = 55,24 %

Sangat Setuju (SS) = 42 poin = 20,00 %

2. Hasil evaluasi untuk narasumber atau instruktur

Sangat Tidak Setuju (STS) = 6 poin = 3,57 %

Tidak Setuju (TS) = 15 poin = 8,93%

Kurang Setuju (KS) = 18 poin = 10,7 %

92

Setuju (S) = 99 poin = 58,9 %

Sangat Setuju (SS) = 30 poin = 17,9 %

3. Hasil evaluasi untuk sarana dan prasarana

Sangat Tidak Setuju (STS) = 14 poin = 11,11 %

Tidak Setuju (TS) = 26 poin = 20,63 %

Kurang Setuju (KS) = 30 poin = 23,80 %

Setuju (S) = 35 poin = 32,53 %

Sangat Setuju (SS) = 15 poin = 11,93 %

4. Hasil evaluasi untuk peserta diklat

Sangat Tidak Setuju (STS) = 6 poin = 2,87 %

Tidak Setuju (TS) = 23 poin = 10,95 %

Kurang Setuju (KS) = 27 poin = 12,86 %

Setuju (S) = 113 poin = 53,80 %

Sangat Setuju (SS) = 41 poin = 19,52 %

Berdasarkan pengamatan dan pengolahan data pada tabel

dan deskripsi pada hasil penelitian pada tahap evaluasi kegiatan

in house trainning, dapat diambil kesimpulan bahwa secara

umum kegiatan tersebut dikatakan berhasil. Dari segi pelaksanaan

93

kegiatan dilihat dari empat aspek yaitu panitia penyelenggara,

narasumber/instruktur, sarana dan prasarana, serta peserta diklat.

a. Pada panitia penyelenggara, didapat pernyataan “Setuju” 55,24

%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka

dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.

b. Pada narasumber/instruktur, didapat pernyataan “Setuju” 58,9

%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka

dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.

c. Pada sarana dan prasarana, didapat pernyataan “Setuju” 32,53

%. Karena perolehan presentase pada pernyataan setuju kurang

dari 50% maka pada aspek sarana dan prasarana dapat

dikatakan masih belum berhasil.

d. Pada panitia penyelenggara, didapat pernyataan “Setuju” 53,80

%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka

dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.

Secara keseluruhan, dari segi pelaksanaan kegiatan dapat

dikatakan berhasil karena terdapat tiga aspek yang mendapat

perolehan sikap setuju di atas 50 %. Hanya pada aspek sarana dan

prasarana yang perolehan presentasenya di bawah 50 %. Hal ini

94

dikarenakan kondisi sekolah yang sangat terbatas dalam hal

ketersediaan sarana dan prasarana. Dalam hal ini adalah

penyediaan ruang atau aula yang nyaman untuk pelaksanaan

kegiatan.

4.5 Peningkatan Mutu Pembelajaran Berbasis TI Melalui

IHT

4.5.1 Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi di SMP

Negeri 5 Salatiga

Dengan sudah mengikuti kegiatan IHT, maka kompetensi

guru dalam menguasai ketiga aplikasi tersebut juga meningkat.

Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 di lampiran 2.

Dengan sudah menguasai ketiga aplikasi tersebut maka

implikasinya semakin banyak pula guru yang memanfaatkan

media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Jika

dibandingkan dengan sebelum diadakan IHT, maka terjadi

peningkatan dalam pemanfaatan media pembelajaran tersebut.

Hal ini tampak pada tabel 4.10 yang dapat dilihat pada lampiran

3.

95

Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar guru

sudah memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi

informasi. Dengan demikian akan berimbas pada kualitas

pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Kualitas pembelajaran

menjadi lebih baik dan dapat membangkitkan gairah dan motivasi

belajar siswa. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang

dilakukan dengan Ibu Dwi Hartati, S.Si, M.Pd selaku kepala

sekolah.

“Secara umum banyak manfaatnya. Dalam pembelajaran di

kelas siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Kalau

siswa sudah antusias maka secara otomatis dia akan termotivasi dengan pelajaran tersebut. Kalau sudah ada motivasi pada diri

siswa itu maka di akan belajar sungguh-sungguh dan

nilai/prestasi yang diperolehnya akan bagus pula. Dan pada akhirnya juga akan mampu meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah ini.” (Ika Tyasing Kusumawati, wawancara, 26

November 2018).

Selain berpengaruh pada meningkatnya antusias dan

motivasi belajar siswa, juga tampak pada hasil capaian rata-rata

per mata pelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

96

Tabel 4.11

Perbandingan Rata-rata Mata Pelajaran

Sebelum IHT/kondisi awal dan setelah IHT tahap 2

No Mata

Pelajaran

Rata-rata

Sebelum

IHT/kondisi

awal

Rata-rata

Setelah

IHT

Tahap 1

Rata-rata

Setelah

IHT

Tahap 2

1. Pendidikan

Agama

71,2 71,8 76,9

2. PPKn 66,9 70,3 72,2

3. Bahasa

Indonesia

72,4 72,4 75,0

4. Matematika 69,7 69,7 68,9

5. IPA 55,3 55,3 66,2

6. IPS 74,3 76,7 69,2

7. Bahasa

Inggris

65,7 65,8 67,1

8. Seni Budaya 78,5 83,5 83,8

9. PJOK 55,3 63,8 68,0

10. Prakarya 74,5 81,4 83,0

11. Bahasa Jawa 71,5 75,6 75,8

Berdasarkan pengamatan pada tabel di atas, dapat dilihat

bahwa hampir semua mata pelajaran mengalami kenaikan pada

capaian rata-rata. Hanya ada dua mata pelajaran yang mengalami

penurunan yaitu pada matematika dan IPS. Terdapat faktor lain

yang turut mempengaruhi turunnya nilai rata-rata yaitu

karakteristik mata pelajaran itu sendiri. Matematika diakui oleh

sebagian besar orang sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal

97

tersebut juga berlaku bagi siswa SMP Negeri 5 Salatiga yang

memiliki nilai akademik rata-rata. Sedangkan IPS gabungan dari

ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi. Selain materi yang

banyak, juga cenderung hafalan. Sehingga terdapat

kecenderungan mata pelajaran tersebut dikategorikan berat atau

sulit bagi siswa.

4.5.2 Pelaksanaan IHT dalam Peningkatan Pembelajaran

Berbasis Teknologi Informasi

Dalam melaksanakan IHT terdapat beberapa langkah yang

harus dilakukan. Langkah-langkah tersebut adalah identifikasi

masalah yang sesuai dengan kondisi lapangan; desain pelatihan

pembelajaran IHT; penyusunan pedoman/panduan kegiatan

pelatihan bagi panitia, narasumber, dan peserta; tahap

implementasi pendidikan dan pelatihan/ pengelolaan tindakan 1

dan 2; dan evaluasi kegiatan. Berikut akan diuraikan satu per

satu.

4.5.2.1 Identifikasi Masalah yang sesuai dengan kondisi

lapangan

98

Pada langkah ini peneliti menganalis kebutuhan yang sesuai

dengan kondisi lapangan. Kebutuhan-kebutuhan yang sesuai

dengan kondisi para guru di SMP Negeri 5 Salatiga adalah perlu

adanya kegiatan yang mampu memberi pemecahan atau solusi

bagi para guru dalam pemanfaatan media pembelajaran berbasis

teknologi informasi. Dalam hal ini adalah penguasaan aplikasi

Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint yang sering

digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Analisis kebutuhan

dilakukan dengan memberikan angket kepada para guru SMP

Negeri 5 Salatiga selaku peserta diklat.

Dibandingkan dengan penelitian terdahulu, maka pada

langkah ini lebih relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dharmawan dkk pada tahun 2016. Pada penelitiannya,

Dharmawan juga menyebarkan angket untuk menganalisis

kebutuhan yang sesuai dengan kondisi lapangan. Sebelum

kegiatan in-house training dilakukan terlebih dahulu ditetapkan

skenario pembinaan sebagai berikut: (a) menyebarkan angket

kepada seluruh guru untuk mengetahui respon guru terhadap

pentingnya melakukan penelitian, perlu atau tidak in-house

99

training dilakukan, dan untuk mengetahui motivasi guru dalam

menyusu proposal penelitian, (b) mendata guru yang akan

mengikuti kegiatan in-house training berdasarkan data hasil

pemeriksaan pengalaman melakuklan penelitian. Hasil

pemeriksaan menunjukkan bahwa seluruh guru perlu mengikuti

kegiatan in-house training yang terdiri dari 29 guru, (c)

melaksanakan kegiatan in-house training, (d) tugas individu

penyusunan proposal penelitian.

4.5.2.2 Desain pelatihan pembelajaran IHT

Berdasarkan angket yang disebarkan kepada para guru,

diperoleh kesimpulan bahwa para guru SMP Negeri 5 Salatiga

memerlukan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Terutama

berkaitan dengan pemanfaatan media pembelajaran berbasis

teknologi informasi. Para guru memilih in house trainning

dengan alasan dilakukan di lingkungan sekolah sendiri, sehingga

lebih nyaman dalam pelaksanaan dan tidak ada rasa canggung.

Dalam kegiatan IHT ini dihadirkan narasumber dari

lingkungan internal sekolah. Narasumber tersebut adalah guru

TIK dan guru yang memiliki kompetensi dan menguasai TIK

100

dengan baik. Hal ini dilakukan agar memberikan kenyamanan

kapada para peserta selama kegiatan dan agar para peserta tidak

canggung dalam melakukan komunikasi dengan narasumber

ketika ada hal-hal yang belum dipahami.

Pada tahap ini panitia menyusun proposal sebagai langkah

awal untuk pengajuan kepada atasan, dalam hal ini kepala

sekolah. Selain itu juga dilakukan dengan maksud agar kegiatan

dapat berjalan dengan lancar dan tujuan yang diharapkan dapat

tercapai. Jika dihubungkan dengan penelitian terdahulu maka

relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Robani tahun

2015, yaitu pada penyusunan proposal. Selain itu juga memiliki

relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti & Giarti

tahun 2016 yaitu pada fase perencanaan yang meliputi

menentukan tujuan, menentukan materi, menentukan pendekatan

dan metodologi pelatihan, menentukan peserta pelatihan dan

fasilitator (trainer), menentukan waktu dan tempat, menentukan

semua bahan, menentukan model evaluasi pelatihan, menentukan

sumber dana dan pembiayaan yang dibutuhkan.

101

4.5.2.2 Penyusunan pedoman/panduan kegiatan pelatihan

bagi panitia, narasumber,dan peserta.

Agar kegiatan dapat berjalan lancar maka perlu disusun

panduan atau pedoman yang didalamnya memuat panduan-

panduan yang dijalankan selama kegiatan berlangsung. Pada

langkah ini memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan

oleh Robani tahun 2015 yaitu menyusun buku panduan atau

pedoman kegiatan pelatihan.

4.5.2.3 Tahap Implementasi Pendidikan dan Pelatihan/

Pengelolaan Tindakan 1 dan 2

Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi ini

adalah sebagai berikut.

1. Registrasi atau daftar ulang peserta pelatihan.

Pada kegiatan ini para peserta melakukan kegiatan daftar ulang

dengan mengisi daftar hadir.

2. Implementasi kegiatan pelatihan

Pada kegiatan ini diikuti oleh 42 orang guru SMP Negeri 5

Salatiga. Kegiatan ini dibagi dalam dua tahap yaitu sebagai

berikut.

102

a. Tahap pertama

Pada tahap ini meliputi dua sesi. Pada sesi pertama,

kegiatan yang dilakukan adalah pemaparan konsep Ms.

Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint oleh narasumber.

Selanjutnya pada sesi kedua ini, kegiatan yang dilakukan

adalah praktik pembuatan dokumen berbasis Ms. Word,

Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint oleh peserta secara

individual dengan bimbingan narasumber. Namun

bimbingan yang diberikan bersifat klasikal atau dalam

kelompok besar. Dalam artian masih bersifat umum.

Bimbingan hanya diberikan ketika ada peserta yang

mengalami kesulitan.

b. Tahap kedua

Pada pertemuan ini, kegiatan yang dilakukan adalah praktik

pembuatan dokumen berbasis Ms. Word, Ms. Excel, dan

Ms. Powerpoint oleh peserta secara individual dengan

bimbingan narasumber. Namun bimbingan yang diberikan

sudah bersifat intensif dalam kelompok kecil per mata

pelajaran. Karena sudah dilakukan dalam kelompok kecil,

103

maka bimbingannya dapat diberikan secara intensif. Selain

itu dalam kelompok kecil dapat dilakukan diskusi atau

sharing antaranggota kelompok apabila ada peserta atau

anggota kelompok yang mengalami kesulitan.

Dalam pelaksanaan kegiatan diperoleh temuan kendala-

kendala yang dapat menghambat kelancaran kegiatan tersebut.

Kendala tersebut berasal dari peserta pelatihan, yaitu faktor usia

yang turut mempengaruhi csepat atau lambatnya peserta dalam

menangkap dan memahami isi materi. Dari 42 peserta, terdapat 9

peserta yang berada pada usia senior atau di atas 50 tahun dan

rata-rata tidak menguasai ketiga aplikasi tersebut. Selama

kegiatan terutama pada saat praktik, kesembilan peserta tersebut

mengalami kebingungan.

Tahap implementasi pendidikan dan pelatihan ini jika

dikaitkan dengan penelitian terdahulu, maka ada relevansinya

dengan penelitian yang dilakukan oleh Mukhtarudin pada tahun

2017 yaitu pada pelaksanaan penelitian, khususnya pada materi

pelatihan yang diberikan. Materi pelatihan adalah tentang

pemanfaatan media pembelajaran.

104

4.5.2.4 Evaluasi Kegiatan

Berdasarkan pengamatan dan pengolahan data pada tabel

dan deskripsi pada hasil penelitian pada tahap evaluasi kegiatan

in house trainning, dapat diambil kesimpulan bahwa secara

umum kegiatan tersebut dikatakan berhasil. Dari segi pelaksanaan

kegiatan dilihat dari empat aspek yaitu panitia penyelenggara,

narasumber/instruktur, sarana dan prasarana, serta peserta diklat.

a. Pada panitia penyelenggara, didapat pernyataan “Setuju” 55,24

%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka

dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.

b. Pada narasumber/instruktur, didapat pernyataan “Setuju” 58,9

%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka

dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.

c. Pada sarana dan prasarana, didapat pernyataan “Setuju” 32,53

%. Karena perolehan presentase pada pernyataan setuju kurang

dari 50% maka pada aspek sarana dan prasarana dapat

dikatakan masih belum berhasil.

105

d. Pada panitia penyelenggara, didapat pernyataan “Setuju” 53,80

%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka

dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.

Secara keseluruhan, dari segi pelaksanaan kegiatan dapat

dikatakan berhasil karena terdapat tiga aspek yang mendapat

perolehan sikap setuju di atas 50 %. Hanya pada aspek sarana dan

prasarana yang perolehan presentasenya di bawah 50 %. Hal ini

dikarenakan kondisi sekolah yang sangat terbatas dalam hal

ketersediaan sarana dan prasarana. Dalam hal ini adalah

penyediaan ruang atau aula yang nyaman untyuk pelaksanaan

kegiatan.

Pada umumnya setiap kegiatan pendidikan dan pelatihan

selalu diakhiri dengan evaluasi. Apabila dikaitkan dengan

penelitian terdahulu maka memiliki relevansinya dengan

penelitian yang dilakukan oleh Astutu & Giarti tahun 2016 dan

penelitian Corinorita tahun 2017.

Apabila dibandingkan dengan penelitian-penelitian

terdahulu dalam hal pelaksanaan kegiatan pendidikan dan

pelatihan, maka dapat ditemukan kesamaan dan perbedaan-

106

perbedaannya. Persamaan dan perbedaannya dapat dilihat pada

table berikut.

Tabel 4.12

Persamaan dan Perbedaan Pelaksanaan

Diklat dengan Model IHT

No Aspek Persamaan Perbedaan

1. Tujuan Pada umumnya dilakukan

untuk meningkatkan satu

kompetensi guru

Dilakukan untuk

meningkatkan mutu

pendidikan

2. Langkah-

langkah

Pada umunya menggunakan

langkah-langkah berikut.

1. Fase perencanaan,

meliputi menentukan

tujuan, materi,

pendekatan dan

metodologi pelatihan,

peserta pelatihan dan

fasilitator (trainer),

waktu dan tempat,

bahan, model evaluasi

pelatihan, sumber dana

dan pembiayaan yang

dibutuhkan.

2. Fase proses

penyelenggaraan

meliputi mempersiapkan

kelengkapan bahan

pelatihan dan sarana

prasarana.

3. Fase evaluasi adalah fase

penilaian terhadap

kegiatan pelatihan yang

telah dilaksanakan.

Langkah-langkah yang

digunakan dalam penelitian

ini yaitu:

1. Identifikasi masalah yang

sesuai dengan kondisi

lapangan.

2. Desain pelatihan

pembelajaran IHT.

3. Menyusun

pedoman/panduan

kegiatan.

4. Implementasi pendidikan

dan pelatihan.

5. Evaluasi pelaksanaan

kegiatan.