bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 profil sekolah
TRANSCRIPT
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Sekolah
SMP Negeri 5 Salatiga mulai berdiri pada tahun 1979. Hal
ini didasarkan pada SK pendirian sekolah Nomor 0188/0/1979
dengan tanggal SK pada 3 Maret 1979. SMP Negeri 5 Salatiga
terletak di Jl. Bima No. 10 Salatiga, Kelurahan Dukuh,
Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.
Sebagai sebuah lembaga, SMP Negeri 5 Salatiga juga
memiliki visi yang akan dicapai. Visi SMP Negeri 5 Salatiga
adalah terbentuknya generasi muda yang PASTI BISA: Pandai,
ber-Akhlak mulia, Santun, Terampil, ber-Iman kepada Tuhan
yang Maha Esa, Bersih, Indah, Sehat, Aman, dan berwawasan
lingkungan. Visi sekolah ini juga menjadi yel – yel dari SMP
Negeri 5 Salatiga dalam upaya untuk memupuk rasa cinta dan
bangga kepada almamaternya. “ SMP Negeri 5 Salatiga
............................ P A S T I B I S A ! “
54
Dalam mewujudkan visi sekolah maka perlu dijabarkan
misi-misinya. Adapun misi SMP Negeri 5 Salatiga yaitu:
1. Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan penilaian secara
menyeluruh dan berkesinambungan untuk mengoptimalkan
prestasi akademis siswa.
2. Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan
ajaran agama sebagai landasan untuk mewujudkan insan yang
beriman dan bertakwa.
3. Menanamkan norma dan tata nilai yang sesuai dengan budaya
bangsa Indonesia.
4. Mendorong dan membantu siswa untuk dapat mengenali
potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal.
5. Mendayagunakan seluruh potensi sekolah demi terwujudnya
Wawasan Wiyata Mandala, utamanya optimalisasi pembinaan
SDM.
6. Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, sehat,
dan aman.
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan di sekolah, maka
ada sumber daya manusia atau SDM. SDM tersebut meliputi
55
semua warga sekolah yaitu kepala sekolah, guru, karyawan, dan
para siswa. Guru di SMP Negeri 5 Salatiga berjumlah 54 orang
dengan rincian PNS sebanyak 50 orang dan GTT sebanyak 4
orang. Sedangkan karyawan TU berjumlah 8 orang dengan
rincian PNS sebanyak 3 orang dan GTT sebanyak 5 orang.
Sehingga secara keseluruhan guru dan karyawan tata usaha di
SMP Negeri 5 Salatiga berjumlah 62 orang.
SMP Negeri 5 Salatiga memiliki siswa 667 siswa. Adapun
rinciannya kelas 7 dengan 8 rombongan belajar siswanya
berjumlah 244 siswa. Kelas 8 terdapat 7 rombongan belajar
dengan jumlah siswa sebanyak 212 orang. Sedangkan kelas 9
terdapat 9 rombongan belajar dengan jumlah siswa sebanyak 211
orang.
Selain adanya sumber daya manusia, kelancaran kegiatan di
sekolah juga ditunjang oleh ketersediaan sarana dan prasarana
atau sarpras. Sarana prasarana yang dimiliki SMP Negeri 5
Salatiga yaitu 1 ruang guru, 1 ruang loby, 1 ruang kepala sekolah,
1 ruang tata usaha, 1 ruang kesiswaan, 1 ruang kurikulum, 1
ruang perpustakaan, 1 ruang Bimbingan Konseling (BK), 24
56
ruang kelas, 3 kamar mandi guru dan karyawan, 20 kamar mandi
siswa, 1 mushola, 1 laboratorium IPA, 2 laboratorium computer,
1 ruang kesenian, 1 ruang OSIS, 1 ruang karawitan, dan 1 ruang
koperasi siswa.
Terkait dengan pengembangan media pembelajaran
berbasis teknologi informasi, sarana yang dimiliki SMP Negeri 5
Salatiga antara lain 2 ruang laboratorium computer, 80 unit PC
computer, wifi di masing-masing laboratorium computer, wifi di
ruang tata usaha, serta LCD dan proyektor di tiap-tiap kelas.
Sejak masa berdirinya hingga sampai saat ini SMP Negeri 5
Salatiga telah banyak menorehkan prestasi yang cukup
membanggakan. Prestasi tersebut ditorehkan oleh siswa, guru,
maupun oleh lembaga sekolah itu sendiri. Adapun prestasi yang
diraih selama dua tahun terakhir antara lain Juara III Sekolah
Adiwiyata Tingkat Kota Salatiga Tahun 2017, Juara I OGN Mata
pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Kota Salatiga Tahun 2017,
Juara I OGN mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Provinsi
Tahun 2018, Juara III OGN mata Pelajaran Bahasa Inggris
Tingkat Nasional Tahun 2018, Juara III Lomba PTK Tingkat
57
Kota Salatiga tahun 2018, Juara III OGN Mata Pelajaran IPA
Tingkat Kota Salatiga, Juara III OSN mapel IPS tingkat kota, dan
lain-lain.
4.2 Kondisi Awal
Mulai tahun 2010 hingga tahun 2017 para guru di SMP
Negeri 5 Salatiga belum banyak yang menggunakan media
pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dalam pembelajaran,
sebagian besar guru menggunakan metode ceramah yang
konvensional dan belum menggunakan media pembelajaran.
Kalau pun ada yang menggunakan, media tersebut bersifat audio
atau visual saja. Penggunaan media yang kovensional ini tentu
berpengaruh pada mutu pembelajaran di kelas.
Dalam kurun waktu 7 tahun, sekolah pernah mengadakan
pelatihan bagi para guru tentang media pembelajaran berbasis
teknologi informasi. Namun masih bersifat umum dan belum
mengarah secara khusus pada pembuatan media pembelajaran
berbasis teknologi informasi, dalam hal ini aplikasi Ms.Word,Ms.
Excel, dan Ms. Powerpoint. Akibatnya masih banyak guru yang
belum menguasai ketiga aplikasi tersebut.
58
Dari pengamatan awal diketahui bahwa dari 42 orang guru
di SMP Negeri 5 Salatiga, yang belum menggunakan media
pembelajaran berbasis teknologi informasi ada 30 guru. Hal ini
jika diprosentasekan terdapat 71,4 % guru yang belum
menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi informasi
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Data tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang
dilakukan dengan Ibu Dwi Hartati selaku kepala sekolah.
“Penggunaan media pembelajaran di sekolah ini belum
maksimal. Masih banyak guru yang menggunakan metode
konvensional dalam pembelajaran. Banyak yang
menggunakan media yang bersifat visual berupa gambar-
gambar saja. Kalau yang bersifat teknologi masih sebatas
pada penggunaan powerpoint saja.” (Ika Tyasing
Kusumawati, wawancara, 26 November 2018)
Pendapat Ibu Dwi Hartati ini juga diperkuat oleh Bp. Arif
Rahman S., S. Kom selaku guru TIK.
“Kalau menurut saya guru-guru di SMP Negeri 5 Salatiga
belum banyak yang memanfaatkan media pembelajaran
berbasis TIK. Salah satu penyebabnya karena faktor usia.
Banyak yang sudah mau pensiun.” (Ika Tyasing
Kusumawati, wawancara, 27 November 2018)
Banyaknya guru yang belum memanfaatkan media
pembelajaran memberikan pengaruh terhadap mutu pembelajaran
di SMP Negeri 5 Salatiga. Pembelajaran di kelas menjadi
59
monoton dan tidak membangkitkan motivasi belajar siswa.
Akibatnya ketika diadakan penilaian, hasil yang dicapai belum
maksimal. Capaian rata-rata per mata pelajaran rendah dan
banyak yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Menyikapi hal tersebut, maka sekolah berinisiatif mengadakan
kegiatan pelatihan agar dapat meningkatkan mutu pembelajaran
di sekolah.
4.3 Pengelolaan Tindakan 1
Adanya kondisi tersebut, di mana masih banyak guru SMP
Negeri 5 Salatiga yang masih belum menguasai dan
memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi
maka mendorong kepala sekolah mengadakan pelatihan.
Kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui pemanfaatan media pembelajaran berbasis
teknologi informasi melalui in house training (IHT) dilaksanakan
pada:
1) Tanggal : Tanggal 10, 11, 17, 18, dan 31 Desember 2018
2) Waktu pelaksanaan : pukul 10.00 – 16.00
60
3) Tempat : SMP Negeri 5 Salatiga
4) Peserta diklat : 42 orang guru SMP Negeri 5 Salatiga
Pendidikan dan pelatihan ini dilaksanakan dengan
menggunakan langkah-langkah yang merupakan hasil kolaborasi
dari langkah-langkah pendidikan dan pelatihan yang
dikemukakan oleh Dag Roll-Hansem (2012:17), Robani (2015),
dan Giarti dkk (2016). Adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut.
4.3.1 Identifikasi Masalah Pembelajaran
Pada langkah ini peneliti menganalisis kebutuhan yang
sesuai dengan kondisi lapangan. Kebutuhan-kebutuhan yang
dikalangan dalam peningkatan mutu pembelajaran para guru di
SMP Negeri 5 Salatiga adalah kegiatan yang mampu memberi
pemecahan atau solusi bagi para guru dalam pemanfaatan media
pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dalam hal ini adalah
penguasaan aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint
yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Analisis
kebutuhan dilakukan dengan memberikan angket kepada para
guru SMP Negeri 5 Salatiga selaku peserta diklat.
61
Dari hasil pengumpulan angket diperoleh data bahwa dari
42 guru SMP Negeri 5 Salatiga selaku responden, terdapat 26
guru yang menguasai Ms. Word, 17 guru yang menguasai Ms.
Exel, dan 24 guru yang menguasai Ms.Powerpoint. Atau jika
diprosentasekan baru sekitar 62 % guru yang menguasai Ms.
Word, sekitar 40,5 % guru yang menguasai Ms. Exel, dan 57,1 %
guru yang menguasai Ms.Powerpoint. Kondisi ini
menggambarkan bahwa penguasaan ketiga aplikasi tersebut di
kalangan guru SMP Negeri 5 Salatiga masih sangat rendah. Data
ini diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu
Nuzhah Al Waaidhoh, S. Kom selaku guru TIK di SMP Negeri 5
Salatiga.
“Bersifat personal. Ketika ada yang bertanya karena
mengalami kesulitan biasanya saya jelaskan langsung.
Biasanya masalah internet dan excel. Kalau word dan
powerpoint tidak begitu banyak yang bertanya karena
mereka tidak terlalu kesulitan dengan itu dan sudah terbiasa
memakainya.” (Ika Tyasing Kusumawati, wawancara, 28
November 2018)
Pendapat Ibu Nuzhah ini diperkuat dengan apa yang
disampaikan oleh Bp. Arif Rahman selaku guru TIK.
“Responnya pada umumnya baik. Tergantung dari usianya
juga. Kalau yang masih muda biasanya responnya cepat
62
memahami. Tapi kalau yang sudah senior dan mendekati
pensiun responnya lambat. Mereka biasanya butuh 2-3 kali
bimbingan baru bisa mandiri. Kalau misalnya diadakan
pelatihan tentang TIK saya rasa mereka juga setuju, karena
benar-benar membutuhkan. Harus menguasai Ms. Word,
Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint agar dapat digunakan
dalam pembelajaran.” (Ika Tyasing Kusumawati,
wawancara, 27 November 2018)
Penguasaan teknologi infomasi yang rendah juga
berpengaruh pada mutu pembelajaran di sekolah ini. Karena
hanya 29% guru yang menguasai teknologi informasi tersebut
mengakibatkan kebanyakan guru mengajar dengan metode yang
konvesional dan belum menggunakan media pembelajaran
berbasis teknologi informasi. Akibatnya capaian rata-rata per
mata pelajaran masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
63
Tabel 4.1
Capaian Rata-rata Mata Pelajaran
Sebelum Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis IT
No Mata Pelajaran Rata-rata
1. Pendidikan Agama 71,2
2. PPKn 66,9
3. Bahasa Indonesia 72,4
4. Matematika 69,7
5. Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 55,3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) 74,3
7. Bahasa Inggris 65,7
8. Seni Budaya 78,5
9. PJOK 55,3
10. Prakarya 74,5
11. Bahasa Jawa 71,5
Capaian rata-rata per mata pelajaran tersebut dapat
dikategorikan rendah. Hal ini dikarenakan masih belum mencapai
rata-rata yang dipersyaratkan dalam peraturan pemerintah yaitu
75,00. Sebagian besar masih jauh di bawah rata-rata. Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan capaian rata-rata tersebut
rendah. Salah satunya adalah kegiatan pembelajaran yang
monoton. Salah satu indikatornya adalah masih banyak guru yang
belum memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi
informasi dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas.
Faktor penyebabnya adalah para guru belum menguasai berbagai
64
aplikasi dan penggunaan media-media pembelajaran yang
berbasis teknologi informasi. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara yang dilakukan dengan Ibu Dwi Hartati, S.Si, M.Pd
selaku kepala sekolah.
“Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran
masih belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak
guru yang belum menguasai teknologi informasi dengan
baik. Mereka masih terbatas pada penggunaan powerpoint
saja. Sebenarnya harapan saya itu lebih dari itu.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran bisa
meningkat pada penggunaan web, blog, atau model soal
daring dan sebagainya. Tapi saya melihat para guru di
sekolah ini masih banyak yang belum mampu untuk
menuju ke arah sana.” (Ika Tyasing
Kusumawati,wawancara, 26 November 2018)
4.3.2 Desain pelatihan pembelajaran IHT
Desain pelatihan pembelajaran IHT dilakukan sebelum
kegiatan IHT dilaksanakan. Desain pelatihan dilakukan oleh
kepala sekolah beserta waka urusan kurikulum. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam
memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi.
Selain itu juga dalam rangka untuk meningkatkan mutu
pembelajaran di sekolah.
65
Dari analisis kebutuhan yang dilakukan, maka dapat
ditemukan langkah yang tepat dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapi oleh para guru di SMP Negeri 5 Salatiga.
Pemecahan tersebut adalah dengan mengadakan kegiatan
pendidikan dan pelatihan dengan model in house training (IHT).
Adapun desain pelatihannya meliputi kegiatan berikut:
1. Menilai kebutuhan untuk menentukan tujuan
pembelajaran/pelatihan;
2. Melakukan analisis instruksional;
3. Melakukan analisis karakteristik peserta dan konteks
pembelajaran/pelatihan;
4. Menulis tujuan pembelajaran/pelatihan maupun kompetensi
khusus;
5. Mengembangkan instrument penilaian hasil belajar/pelatihan;
6. Mengembangkan strategi pembelajaran;
7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran;
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif;
9. Merevisi program pembelajaran/pelatihan;
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
66
Agar kegiatan dapat berjalan lancar maka perlu disusun
proposal yang didalamnya memuat perencanaan mengenai alur
kegiatan, kepanitiaan, biaya, dan lain-lain. Dalam penelitian ini
disusun prpoposal kegiatan peningkatan mutu dengan model
pendidikan dan pelatihan. Dan model yang digunakan adalah
model in house training (IHT).
Adapun isi dari proposal kegiatan sebagai berikut.
1. Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang atau
rasional yang mendorong diadakannya kegiatan untuk
mengatasi permasalahan yang ada di suatu lembaga. Dalam
konteks ini adalah SMP Negeri 5 Salatiga di mana para
gurunya belum memiliki penguasaan teknologi informasi yang
memadai. Dalam artian para guru belum menguasai aplikasi
Ms. Word, Ms. Exel, dan Ms.Powerpoint maupun aplikasi dan
media-media lainnya dengan baik. Sehingga terdapat
kecenderungan para guru belum memanfaatkan media
pembelajaran berbasis teknologi informasi dalam kegiatan
pembelajaran di kelas.
67
2. Dasar pelaksanaan kegiatan
Dasar pelaksanaan kegiatan diperlukan sebagai dasar untuk
menetapkan suatu kegiatan dan menjadi pedoman dalam
pelaksanaannya. Adapun dasar yang menjadi pedoman dalam
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan ini adalah:
a. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
b. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentan Standar
Nasional Pendidikan
c. Program Kerja Sekolah SMP Negeri 5 Salatiga tahun
pelajaran 2018/2019
3. Susunan kepanitiaan
Agar kegiatan pendidikan dan pelatihan berjalan dengan baik
maka diperlukan kepanitiaan yang bertanggung jawab atas
persiapan dan pelaksanaan kegiatan tersebut. Adapun susunan
kepanitiaan kegiatan pendidikan dan pelatihan ini adalah:
68
PANITIA IHT
SMP NEGERI 5 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
No NAMA / NIP JABATAN
DINAS PANITIA
1 2 3 4
1. Dwi Hartati, S.SI, M.Pd
NIP. 19590603 198301 1 004 Kepala Sekolah Penanggung Jawab Umum
2. Wahyu Eko S., S.Pd.
NIP. 19750710 200312 1 010 Wakil Kepala Sekolah I Ketua
3. Dyan Ernawati , S.Pd
NIP. 19601029 198103 2 004
Koordinator Bidang
Kurikulum Sekretaris
4. Yeni Mulyawati, S.Pd.
NIP. 19681211 199302 2 001 Bendahara BOS Bendahara
5. Dra. HASANAH FAUZATI
NIP. 19680429 199702 2 003
Sekretaris Urusan
Kurikulum Anggota / Jadwal IHT
6. Elia Tri R, S.Pd
NIP. 19711011 200604 2 015
Sekretaris Urusan
Kurikulum Anggota / Notulen/ ATK
7. Christanti Y., S.Pd
NIP.19700728 199412 2 003
Sekretaris Urusan
Kurikulum Anggota / Konsumsi
8.
Aris Munadi, S.Pd
NIP. 19690114 199802 1 002
Sekretaris Urusan
Kurikulum Anggota /Dokumentasi
9. Nuzah Alwaaidhoh, S.Kom
NIP.19841105 201001 2 032
Sekretaris Urusan
Kurikulum
Anggota/Administrasi/
Sertifikat
10. Suyitno, S.Pd
NIP.19590323 198103 1 010 Koordinator Humas Anggota/Pembawa Acara
11. Saptono Staf Tata Usaha Anggota / Tempat
.Perlengkapan
12. Yeni Sulistyaningsih Staf Tata Usaha
Anggota /
Konsumsi/Perlengkapan
13. Muhamad Irawani Staf Tata Usaha
Anggota / Tempat /
Perlengkapan
69
4. Tujuan kegiatan pendidikan dan pelatihan
Tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan in house training ini
ada dua macam yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum dari kegiatan ini adalah meningkatkan kompetensi guru
dan tenaga pendidik di SMP Negeri 5 Salatiga. Sedangkan
tujuan khususnya adalah meningkatkan kompetensi guru SMP
Negeri 5 Salatiga dalam hal:
a. Memanfaatkan aplikasi Microsof Word
b. Memanfaatkan aplikasi Microsof Excel dalam penilaian
c. Memanfaatkan aplikasi Microsof Powerpoint
5. Materi kegiatan pelatihan
Materi pelatihan juga perlu dipersiapkan dengan baik agar
dalam pelaksanaanya tidak tumpang tindih dengan pelatihan-
pelatihan yang pernah diadakan sebelumnya. Materi yang
disampaikan dalam pelatihan ini meliputi konsep dan praktik
aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint.
70
6. Waktu dan tempat kegiatan
Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di aula SMP Negeri 5
Salatiga. Dan dilaksanakan selama lima hari mulai tanggal 10,
11, 17, 18, dan 31 Desember 2018.
7. Narasumber/instruktur
Narasumber atau instruktur yang memberikan materi dalam
pelatihan ini berasal dari lingkungan internal sekolah. Pemateri
adalah guru TIK di sekolah dan guru yang ahli dan menguasai
aplikasi teknologi informasi. Narasumber tersebut antara lain
Arif Rahman Saifudin, S.Kom; Wahyu Eko Sugiarto, S.Pd,
M.Pd; dan Nuzhah Al Waidhooh,S. Kom.
8. Target kegiatan
Adapun target dari kegiatan ini adalah setelah selesainya
kegiatan ini diharapkan :
a. Peserta menunjukkan kompetensinya dalam memanfaatkan
Ms. Word dalam pembelajaran maupun penyelesian
administrasi sekolah.
71
b. Peserta menunjukkan kompetensinya dalam memanfaatkan
Ms. Excel dalam pembelajaran maupun penyelesian
penilaian dan administrasi sekolah.
c. Peserta menunjukkan kompetensinya dalam memanfaatkan
Ms. Powerpoint dalam pembelajaran.
9. Rencana anggaran dan sumber anggaran
Setiap kegiatan pasti membutuhkan anggaran untuk
membiayai pelaksanaan kegiatan tersebut. Agar dalam
pelaksanaannya biaya yang dibutuhkan tidak membengkak
terlalu besar maka perlu disusun rencana anggaran/biaya.
Demikian halnya dengan pelaksanaan IHT ini. Adapun
rancangan anggaran yang diperlukan untuk kegiatan IHT ini
adalah sebagai berikut.
72
NO ANGGAR
AN
BIAYA
JUMLAH NO PENGELUARAN JUMLAH
1. Dana BOS Rp 6.000.000,00 1. Konsumsi
a. Snack Rp 5.000
x 45
Rp 225.000,00
b. Makan siang Rp
15.000 x 45 x 5
hari
Rp 3.375.000,00
2. Narasumber
5 x 3 x Rp
125.000,00
Rp 1.875.000,00
3. Kebersihan Rp 400.000,00
4. Lain-lain Rp 125.000,00
JUMLAH Rp 6.000.000,00 JUMLAH RP 6.000.000,00
10. Penutup
Pada bagian penutup berisi harapan disetujuinya proposal
oleh atasan dan terlaksananya kegiatan IHT dengan baik.
4.3.3 Penyusunan panduan/pedoman kegiatan pelatihan bagi
panitia, instruktur, dan peserta
Penyusunan panduan/ pedoman kegiatan dilakukan sebelum
kegiatan IHT dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan
IHT dapat berjalan dengan baik dan maksimal sehingga apa yang
menjadi tujuan dari pelatihan itu dapat tercapai. Penyusunan
panduan/dilakukan oleh panitia yang sudah ditunjuk oleh kepala
sekolah.
73
Panduan/pedoman atau petunjuk teknis pelaksanaan sangat
penting diperlukan agar dalam pelaksanaannya nanti kegiatan
pelatihan dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang diharapkan
dapat tercapai. Adapun secara garis besar isi panduan tersebut
yaitu sebagai berikut.
1. Bab I Pendahuluan
A. Rasional atau latar belakang diadakannya kegiatan
pelatihan
B. Dasar hukum yang menjadi pedoman diadakannya
kegiatan pelatihan
C. Tujuan pelatihan
D. Hasil yang diharapkan dari adanya pelatihan
2. Bab II Pelaksanaan
A. Judul Kegiatan
B. Peserta, waktu, dan tempat
C. Metode
D. Jadwal
E. Alur Kegiatan
F. Narasumber
74
3. Bab III Tata tertib, hak, dan kewajiban peserta
A. Tata tertib Peserta
B. Kewajiban Peserta
C. Hak Peserta
4.3.4 Tahap implementasi pendidikan dan pelatihan
4.3.4.1 Perencanaan Tindakan 1
Dari analisis kebutuhan, terlihat bahwa tingkat penguasaan
dan penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi
informasi di SMP Negeri 5 Salatiga masih rendah. Oleh karena
itu kepala sekolah berinisiatif mengadakan kegiatan pendidikan
dan pelatihan dalam bentuk IHT. Sasarannya adalah untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam memanfaatkan media
pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dan dalam jangka
panjangnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran di SMP
Negeri 5 Salatiga.
Pada tahap implementasi ini, pendidikan dan pelatihan
dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dalam
proposal. Kegiatan pada tindakan tahap 1 dilaksanakan dalam
empat pertemuan yaitu pemaparan materi Ms. Word, Ms.Exel,
75
dan Ms.Powerpoint yang dilaksanakan selama empat hari yaitu
tanggal 10, 11, 17, dan 18 Desember 2018. Adapun rincian
rencana kegiatannya sebagai berikut.
a) Pada pertemuan pertama dan kedua diisi dengan penyampaian
konsep Ms. Word, Ms.Exel, dan Ms.Powerpoint.
b) Pada pertemuan ketiga dan keempat dilanjutkan dengan
praktik membuat dokumen dengan menggunakan ketiga
aplikasi tersebut. Praktik dilakukan secara individual dengan
bimbingan dalam kelompok besar atau secara klasikal.
4.3.4.2 Pelaksanaan Tindakan 1
Pada kegiatan ini diikuti oleh 42 orang guru SMP Negeri 5
Salatiga. Kegiatan ini dibagi dalam dua sesi yaitu sebagai berikut.
a. Sesi pertama
Kegiatan pelatihan pada tahap pertama dilaksanakan selama
dua hari yaitu pada hari Senin, 10 Desember 2018 dan Selasa,
11 Desember 2018. Kegiatan dimulai pukul 10.00 WIB dan
diakhiri pukul 16.00 WIB. Pada pertemuan ini, kegiatan yang
dilakukan adalah pemaparan konsep Ms. Word, Ms. Excel,
dan Ms. Powerpoint oleh narasumber. Narasumber pada tahap
76
ini adalah Bp. Wahyu Eko Sugiarto, S.Pd,M.Pd; Bp. Arif
Rahman Saefudin, S.Kom; dan Ibu Nuzhah Al Waaidhoh,
S.Kom.
b. Sesi kedua
Kegiatan pelatihan pada sesi kedua dilaksanakan selama dua
hari yaitu pada hari Senin, 17 Desember 2018 dan Selasa, 18
Desember 2018. Kegiatan dimulai pukul 08.00 WIB dan
diakhiri pukul 16.00 WIB. Kegiatan dilaksanakan lebih awal
dikarenakan sudah memasuki liburan semester gasal,
sehingga tidak ada kegiatan belajar mengajar.
Pada pertemuan ini, kegiatan yang dilakukan adalah praktik
pembuatan dokumen berbasis Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms.
Powerpoint oleh peserta secara individual dengan bimbingan
narasumber. Namun bimbingan yang diberikan bersifat
klasikal atau dalam kelompok besar. Dalam artian masih
bersifat umum. Bimbingan hanya diberikan ketika ada peserta
yang mengalami kesulitan. Narasumber pada tahap ini adalah
Bp. Wahyu Eko Sugiarto, S.Pd,M.Pd; Bp. Arif Rahman
Saefudin, S.Kom; dan Ibu Nuzhah Al Waaidhoh, S.Kom.
77
Tindakan yang dilakukan adalah setiap peserta praktik
membuat dokumen dalam Ms. Word, sheet dalam Ms. Excel,
serta slide dalam Ms.Powerpoint.
4.3.4.3 Hasil Tindakan 1
Setelah dilakukan kegiatan pelatihan dalam tahap pertama
ini, maka beberapa guru sudah mulai menampakkan kemajuan
dalam penguasaan aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms.
Powerpoint.
Dari 42 guru sebagai peserta pelatihan masih terdapat
beberapa guru yang belum menguasai ketiga aplikasi tersebut.
Adapun rinciannya 9 guru belum menguasai Ms. Word, 19 guru
belum menguasai Ms. Excel, 12 guru belum menguasai
Ms.Powerpoint. Jika diprosentasekan maka terlihat sekitar 78,5 %
guru yang menguasai Ms. Word, 54,8 % guru yang menguasai
Ms. Excel, dan 71,4 % guru menguasai Ms. Powerpoint. Dari
ketiga aplikasi tersebut hanya penguasaan Ms.Word yang sudah
memenuhi kriteria kinerja yaitu minimal 75 % peserta sudah
menguasai materi yang diberikan.
78
Masih belum maksimalnya penguasaan terhadap ketiga
aplikasi tersebut juga berdampak pada mutu pembelajaran di
kelas. Dampaknya pun terlihat pada pencapaian nilai rata-rata
pada tiap mata pelajaran yang masih berada di bawah nilai KKM
yang distandarkan. Hal itu dapat terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2
Pencapaian Rata-rata Mata Pelajaran
Setelah IHT Tahap 1 dan
Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis IT
No Mata Pelajaran Rata-rata
Setelah IHT
Tahap 1
1. Pendidikan Agama 71,8
2. PPKn 70,3
3. Bahasa Indonesia 72,4
4. Matematika 69,7
5. Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 55,0
6. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) 76,7
7. Bahasa Inggris 65,8
8. Seni Budaya 83,5
9. PJOK 63,8
10. Prakarya 81,4
11. Bahasa Jawa 75,6
4.3.4.4 Refleksi Tindakan 1
Dari IHT tahap 1 yang dilakukan dapat diketahui
perbandingan dalam penguasaan ketiga aplikasi dan pencapaian
79
rata-rata dari tiap mata pelajaran antara pada kondisi awal dan
setelah IHT tahap 1.
Tabel 4.3
Rekapitulasi Perbandingan Penguasaan Ketiga Aplikasi
Kondisi Awal dan IHT Tahap 1
No Penguasaan Aplikasi Kondisi Awal/
Sebelum IHT
Setelah
IHT Tahap
1
1. Ms. Word 26 orang 33 orang
2. Ms. Excel 17 orang 23 orang
3. Ms. Powerpoint 24 orang 30 orang
Dari tabel di atas, dapat dilihat adanya peningkatan
penguasaan pada masing-masing aplikasi. Pada Ms. Word
terdapat peningkatan sebanyak 7 orang, Ms. Excel sebanyak 6
orang, dan Ms. Powerpoint sebanyak 6 orang. Adapun indikator
yang menunjukkan penguasaan dari ketiga aplikasi yaitu sebagai
berikut: a) peserta menguasai aplikasi Ms. Word apabila mampu
membuat dan menyusun dokumen dengan aplikasi Ms. Word, b)
peserta menguasai Ms.Excel apabila mampu mengolah nilai hasil
pembelajaran dengan rumus-rumus Excel, dan c) peserta
menguasai Ms.Powerpoint apabila mampu membuat slide
80
powerpoint yang dapat digunakan untuk pemaparan/presentasi
dan mengoperasikannya dalam kegiatan pembelajaran.
Peningkatan pada penguasaan aplikasi akan berpengaruh
pada penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi
informasi. Dan hal tersebut juga berdampak pada pencapaian
rata-rata tiap mata pelajaran. Adapun perbandingan pencapaian
rata-rata tiap mata pelajaran antara sebelum IHT/kondisi awal dan
setelah dilaksanakan IHT tahap 1 dapat diihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4
Perbandingan Rata-rata Mata Pelajaran
Sebelum IHT/kondisi awal dan setelah IHT tahap 1
No Mata Pelajaran Rata-rata
Sebelum
IHT/kondisi
awal
Rata-rata
Setelah
IHT
Tahap 1
1. Pendidikan Agama 71,2 71,8
2. PPKn 66,9 70,3
3. Bahasa Indonesia 72,4 72,4
4. Matematika 69,7 69,7
5. Ilmu Pengetahuan
Alam ( IPA )
55,3 55,3
6. Ilmu Pengetahuan
Sosial ( IPS )
74,3 76,7
7. Bahasa Inggris 65,7 65,8
8. Seni Budaya 78,5 83,5
9. PJOK 55,3 63,8
10. Prakarya 74,5 81,4
11. Bahasa Jawa 71,5 75,6
81
Dari tabel di atas, dapat dilihat adanya peningkatan
pencapaian rata-rata pada sebagian besar mata pelajaran. Adapun
mata pelajaran yang mengalami kenaikan rata-rata yaitu
Pendidikan agama, PPKn, IPS, Bahasa Inggris, Seni budaya,
prakarya, dan bahasa Jawa.
4.3.4.5 Tindak lanjut
Hasil dari kegiatan pendidikan dan pelatihan sudah dapat
dilihat. Terdapat peningkatan pada penguasaan ketiga aplikasi
dan pencapaian nilai rata-rata tiap mata pelajaran. Meskipun
demikian, belum mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini
disebabkan pada penguasaan aplikasi Ms. Excel masih rendah.
Hanya 23 orang atau sekitar 54,8 % saja guru yang menguasai
aplikasi tersebut. Hal ini masih jauh di bawah kriteria
keberhasilan pelatihan yang ditentukan, yaitu 75 % guru atau
peserta pelatihan memahami dan menguasai materi yang
diberikan.
82
Selain itu meskipun pada beberapa mata pelajaran
mengalami kenaikan nilai rata-rata, namun belum mencapai nilai
KKM yang dipersyaratkan yaitu 75.
Hal lain yang menjadi hambatan dan kendala yang ditemui
dalam IHT tahap 1 adalah para peserta pelatihan masih
mengalami kesulitan dalam praktik Ms. Excel. Pada umumnya
peserta kesulitan dalam mengaplikasikan rumus-rumus yang
digunakan dalam pembuatan sheet/book. Sedangkan dalam Ms.
Powerpoint peserta masih mengalami kesulitan dalam membuat
design-design yang menarik. Hal ini sangat penting karena dapat
menarik perhatian siswa dan dapat digunakan untuk membangun
motivasi siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, kepala
sekolah melanjutkan kegiatan pendidikan dan pelatihan (IHT)
dengan menggunakan kelompok yang lebih kecil, yaitu kelompok
per mata pelajaran.
83
4.4 Pengelolaan Tindakan 2
4.4.1 Perencanaan Tindakan 2
Pada IHT tahap 1 penguasaan pada aplikasi Ms. Excel
masih rendah. Hanya 23 orang atau sekitar 54,8 % saja guru yang
menguasai aplikasi tersebut. Hal ini masih jauh di bawah kriteria
keberhasilan pelatihan yang ditentukan, yaitu 75 % guru atau
peserta pelatihan memahami dan menguasai materi yang
diberikan.
Selain itu para peserta juga masih mengalami kesulitan
pada penguasaan Ms. Excel dan Ms.Powerpoint. Pada umumnya
peserta kesulitan dalam mengaplikasikan rumus-rumus Ms. Excel
yang digunakan dalam pembuatan sheet/book. Sedangkan dalam
Ms. Powerpoint peserta masih mengalami kesulitan dalam
membuat design-design yang menarik.
Melihat hasil yang dicapai pada tahap 1 belum maksimal,
maka kepala sekolah merencanakan tindakan yang kedua.
Kegiatan yang kedua direncanakan dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 31 Desember 2018. Pada kegiatan ini dilanjutkan dengan
peserta pelatihan mengerjakan tugas membuat dokumen dengan
84
ketiga aplikasi dengan bimbingan dalam kelompok kecil per mata
pelajaran.
4.4.2 Pelaksanaan Tindakan 2
Pada kegiatan ini diikuti oleh 42 orang guru SMP Negeri 5
Salatiga. Dilaksanakan di aula SMP Negeri 5 Salatiga pada hari
Senin, 31 Desember 2019. Kegiatan dimulai pukul 08.00 WIB
hingga pukul 16.00 WIB. Kegiatan dilaksanakan lebih awal
karena pada saat itu masih dalam libur semester gasal sehingga
tidak ada kegiatan belajar mengajar.
Pada pertemuan ini, kegiatan yang dilakukan adalah praktik
pembuatan dokumen berbasis Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms.
Powerpoint oleh peserta secara individual dengan bimbingan
narasumber serta evaluasi kegiatan. Narasumber dalam IHT tahap
2 ini adalah Bp. Wahyu Eko Sugiarto, S.Pd,M.Pd; Bp. Arif
Rahman Saefudin, S.Kom; dan Ibu Nuzhah Al Waaidhoh,
S.Kom.
Tindakan yang dilakukan adalah membagi kelompok mata
pelajaran ke dalam tiga kelompok bimbingan. Kelompok pertama
di bawah bimbingan Bp. Wahyu meliputi kelompok guru mata
85
pelajaran Pendidikan agama, PPKn, Matematika, dan Prakarya.
Kelompok kedua dibawah bimbingan Bp. Arif antara lain
kelompok guru mata pelajaran IPA, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa,
dan PJOK. Sedangkan kelompok ketiga di bawah bimbingan Ibu
Nuzhah meliputi kelompok guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia, IPS, dan seni budaya. Bimbingan yang diberikan
sudah bersifat intensif dalam kelompok kecil per mata pelajaran.
Karena sudah dilakukan dalam kelompok kecil, maka
bimbingannya dapat diberikan secara intensif. Selain itu dalam
kelompok kecil dapat dilakukan diskusi atau sharing antaranggota
kelompok apabila ada peserta atau anggota kelompok yang
mengalami kesulitan.
Dalam pelaksanaan kegiatan diperoleh temuan kendala-
kendala yang dapat menghambat kelancaran kegiatan tersebut.
Kendala tersebut berasal dari peserta pelatihan, yaitu faktor usia
yang turut mempengaruhi cepat atau lambatnya peserta dalam
menangkap dan memahami isi materi. Dari 42 peserta, terdapat 9
peserta yang berada pada usia senior atau di atas 50 tahun dan
rata-rata tidak menguasai ketiga aplikasi tersebut. Selama
86
kegiatan terutama pada saat praktik, kesembilan peserta tersebut
mengalami kebingungan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, ditempuh dengan cara
para instruktur memberikan bimbingan yang lebih instensif dan
secara lebih personal kepada sembilan peserta tersebut.
Bimbingannya dilakukan secara pelan-pelan dan bertahap hingga
mereka dapat menguasai ketiga aplikasi tersebut.
4.4.3 Hasil Tindakan 2
Setelah dilakukan kegiatan pelatihan dalam dua tahap ini,
maka beberapa guru sudah mulai menampakkan kemajuan dalam
penguasaan aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint.
Dari 42 guru sebagai peserta pelatihan masih terdapat 9
guru yang belum menguasai ketiga aplikasi tersebut. Hal ini
dikarenakan 9 guru tersebut sudah mendekati masa pensiun,
sehingga dipengaruhi faktor usia dan kesulitan dalam memahami
perkembangan teknologi. Meskipun demikian kegiatan
pendidikan dan pelatihan ini dapat dikatakan cukup berhasil
karena sudah lebih dari separuh peserta yaitu sekitar 77,5% sudah
dapat menguasai ketiga aplikasi tersebut. Temuan ini
87
mengindikasikan adanya keberhasilan dari kegiatan tersebut
karena sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan yaitu
penelitian ini dianggap berhasil apabila terdapat minimal 75 %
guru menguasai aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms.
Powerpoint dan menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran
di sekolah.
4.4.4 Refleksi Tindakan 2
Dari IHT yang dilakukan dapat diketahui perbandingan
dalam penguasaan ketiga aplikasi dan pencapaian rata-rata dari
tiap mata pelajaran antara pada kondisi awal, setelah IHT tahap 1,
dan setelah IHT tahap 2.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Perbandingan Penguasaan Ketiga Aplikasi
Kondisi Awal, IHT Tahap 1, dan IHT Tahap 2
No Penguasaan
Aplikasi
Kondisi Awal/
Sebelum IHT
Setelah IHT
Tahap 1
Setelah IHT
Tahap 2
1. Ms. Word 26 orang 33 orang 34 orang
2. Ms. Excel 17 orang 23 orang 31 orang
3. Ms. Powerpoint 24 orang 30 orang 33 orang
Dari tabel di atas, jika dilihat dari kondisi awal (sebelum
diadakan IHT) hingga ke kondisi akhir (setelah diadakan IHT
Tahap 2) dapat dilihat adanya peningkatan penguasaan pada
88
masing-masing aplikasi. Pada Ms. Word terdapat peningkatan
sebanyak 8 orang, Ms. Excel sebanyak 14 orang, dan Ms.
Powerpoint sebanyak 9 orang.
Peningkatan pada penguasaan aplikasi akan berpengaruh
pada penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi
informasi. Dan hal tersebut juga berdampak pada pencapaian
rata-rata tiap mata pelajaran. Adapun perbandingan pencapaian
rata-rata tipa mata pelajaran antara sebelum IHT/kondisi awal dan
setelah dilaksanakan IHT tahap 1 dapat diihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6
Perbandingan Rata-rata Mata Pelajaran
Kondisi awal, IHT tahap 1, dan IHT tahap 2
No Mata Pelajaran Rata-rata
Sebelum
IHT/kondisi awal
Rata-rata
Setelah
IHT Tahap 1
Rata-rata
Setelah
IHT Tahap 2
1. Pendidikan
Agama
71,2 71,8 76,9
2. PPKn 66,9 70,3 72,2
3. Bahasa Indonesia 72,4 72,4 75,0
4. Matematika 69,7 69,7 68,9
5. IPA 55,3 55,3 66,2
6. IPS 74,3 76,7 69,2
7. Bahasa Inggris 65,7 65,8 67,1
8. Seni Budaya 78,5 83,5 83,8
9. PJOK 55,3 63,8 68,0
10. Prakarya 74,5 81,4 83,0
11. Bahasa Jawa 71,5 75,6 75,8
89
Dari tabel di atas, dapat dilihat adanya peningkatan
pencapaian rata-rata pada sejumlah mata pelajaran. Jika dilihat
dari perbandingan antara kondisi awal dan setelah IHT tahap 2
maka dapat dikatakan hampir semua mata pelajaran mengalami
kenaikan. Hanya beberapa mata pelajaran yang mengalami
penurunan yaitu matematika dan IPS.
4.4.5 Tindak lanjut
Kegiatan IHT yang dilaksanakan memberikan hasil yang
positif bagi peningkatan mutu pembelajaran. Terdapat
peningkatan rata-rata mata pelajaran. Sehingga sebagi tindak
lanjut dari kegiatan ini, kepala sekolah mengadakan supervisi
atau pemantauan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.
4.4.6 Evaluasi kegiatan pelaksanaan program
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan. Evaluasi yang dilakukan meliputi bagi panitia
penyelenggara, narasumber, maupun peserta pelatihan. Kegiatan
evaluasi dilakukan dengan memberikan angket kepada para
peserta untuk memberikan penilaian tidak baik, kurang baik,
90
baik, atau sangat baik pada beberapa aspek seperti sarana dan
prasarana, penyelenggaraan pelatihan, maupun narasumber.
Peserta memberikan sikap sangat tidak setuju, tidak setuju,
kurang setuju, setuju, atau sangat setuju pada setiap pernyataan.
Selain itu juga dengan observasi atau pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti selama melakukan kegiatan pelatihan. Aspek yang
diteliti juga sama dengan yang dinilai oleh peserta yaitu meliputi
sarana prasarana, penyelenggaraan pelatihan, dan narasumber.
Pada penyebaran angket, peserta diminta memberikan
penilaian dengan mengisi atau memberikan tanda centang ( √ )
pada kolom yang sesuai dengan penilaiannya. Terdapat lima
kolom yaitu pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju
(TS), Kurang Setuju (KS), Setuju(S), dan Sangat Setuju (SS).
Dari angket yang disebarkan kepada peserta diperoleh data yang
dapat dilihat pada tabel 4.7 di lampiran 1 .
Dari data yang telah dikumpulkan dibuat rekapitulasi
sebagai berikut.
91
Tabel 4. 8
Rekapitulasi Hasil Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan IHT
No Pernyataan Sikap
Sangat Tidak
Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
1. Panitia Penyelenggara 0,95% 10,48% 13,33% 55,24% 20,00%
2. Narasumber 3,57% 8,93% 10,7% 58,9% 17,9%
3. Sarana dan Prasarana 11,11% 20,63% 23,80% 32,53% 11,93%
4. Peserta Diklat 2,87% 10,95% 12,86% 53,80% 19,52%
Berdasarkan rekapitulasi tabel di atas dapat dijabarkan hasil
evaluasi kegiatan pelatihan adalah sebagai berikut.
1. Hasil evaluasi untuk panitia penyelenggara
Sangat Tidak Setuju (STS) = 2 poin = 0,95 %
Tidak Setuju (TS) = 22 poin = 10,48 %
Kurang Setuju (KS) = 28 poin = 13,33 %
Setuju (S) = 116 poin = 55,24 %
Sangat Setuju (SS) = 42 poin = 20,00 %
2. Hasil evaluasi untuk narasumber atau instruktur
Sangat Tidak Setuju (STS) = 6 poin = 3,57 %
Tidak Setuju (TS) = 15 poin = 8,93%
Kurang Setuju (KS) = 18 poin = 10,7 %
92
Setuju (S) = 99 poin = 58,9 %
Sangat Setuju (SS) = 30 poin = 17,9 %
3. Hasil evaluasi untuk sarana dan prasarana
Sangat Tidak Setuju (STS) = 14 poin = 11,11 %
Tidak Setuju (TS) = 26 poin = 20,63 %
Kurang Setuju (KS) = 30 poin = 23,80 %
Setuju (S) = 35 poin = 32,53 %
Sangat Setuju (SS) = 15 poin = 11,93 %
4. Hasil evaluasi untuk peserta diklat
Sangat Tidak Setuju (STS) = 6 poin = 2,87 %
Tidak Setuju (TS) = 23 poin = 10,95 %
Kurang Setuju (KS) = 27 poin = 12,86 %
Setuju (S) = 113 poin = 53,80 %
Sangat Setuju (SS) = 41 poin = 19,52 %
Berdasarkan pengamatan dan pengolahan data pada tabel
dan deskripsi pada hasil penelitian pada tahap evaluasi kegiatan
in house trainning, dapat diambil kesimpulan bahwa secara
umum kegiatan tersebut dikatakan berhasil. Dari segi pelaksanaan
93
kegiatan dilihat dari empat aspek yaitu panitia penyelenggara,
narasumber/instruktur, sarana dan prasarana, serta peserta diklat.
a. Pada panitia penyelenggara, didapat pernyataan “Setuju” 55,24
%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka
dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.
b. Pada narasumber/instruktur, didapat pernyataan “Setuju” 58,9
%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka
dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.
c. Pada sarana dan prasarana, didapat pernyataan “Setuju” 32,53
%. Karena perolehan presentase pada pernyataan setuju kurang
dari 50% maka pada aspek sarana dan prasarana dapat
dikatakan masih belum berhasil.
d. Pada panitia penyelenggara, didapat pernyataan “Setuju” 53,80
%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka
dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.
Secara keseluruhan, dari segi pelaksanaan kegiatan dapat
dikatakan berhasil karena terdapat tiga aspek yang mendapat
perolehan sikap setuju di atas 50 %. Hanya pada aspek sarana dan
prasarana yang perolehan presentasenya di bawah 50 %. Hal ini
94
dikarenakan kondisi sekolah yang sangat terbatas dalam hal
ketersediaan sarana dan prasarana. Dalam hal ini adalah
penyediaan ruang atau aula yang nyaman untuk pelaksanaan
kegiatan.
4.5 Peningkatan Mutu Pembelajaran Berbasis TI Melalui
IHT
4.5.1 Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi di SMP
Negeri 5 Salatiga
Dengan sudah mengikuti kegiatan IHT, maka kompetensi
guru dalam menguasai ketiga aplikasi tersebut juga meningkat.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 di lampiran 2.
Dengan sudah menguasai ketiga aplikasi tersebut maka
implikasinya semakin banyak pula guru yang memanfaatkan
media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Jika
dibandingkan dengan sebelum diadakan IHT, maka terjadi
peningkatan dalam pemanfaatan media pembelajaran tersebut.
Hal ini tampak pada tabel 4.10 yang dapat dilihat pada lampiran
3.
95
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar guru
sudah memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi
informasi. Dengan demikian akan berimbas pada kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Kualitas pembelajaran
menjadi lebih baik dan dapat membangkitkan gairah dan motivasi
belajar siswa. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang
dilakukan dengan Ibu Dwi Hartati, S.Si, M.Pd selaku kepala
sekolah.
“Secara umum banyak manfaatnya. Dalam pembelajaran di
kelas siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Kalau
siswa sudah antusias maka secara otomatis dia akan termotivasi dengan pelajaran tersebut. Kalau sudah ada motivasi pada diri
siswa itu maka di akan belajar sungguh-sungguh dan
nilai/prestasi yang diperolehnya akan bagus pula. Dan pada akhirnya juga akan mampu meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah ini.” (Ika Tyasing Kusumawati, wawancara, 26
November 2018).
Selain berpengaruh pada meningkatnya antusias dan
motivasi belajar siswa, juga tampak pada hasil capaian rata-rata
per mata pelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
96
Tabel 4.11
Perbandingan Rata-rata Mata Pelajaran
Sebelum IHT/kondisi awal dan setelah IHT tahap 2
No Mata
Pelajaran
Rata-rata
Sebelum
IHT/kondisi
awal
Rata-rata
Setelah
IHT
Tahap 1
Rata-rata
Setelah
IHT
Tahap 2
1. Pendidikan
Agama
71,2 71,8 76,9
2. PPKn 66,9 70,3 72,2
3. Bahasa
Indonesia
72,4 72,4 75,0
4. Matematika 69,7 69,7 68,9
5. IPA 55,3 55,3 66,2
6. IPS 74,3 76,7 69,2
7. Bahasa
Inggris
65,7 65,8 67,1
8. Seni Budaya 78,5 83,5 83,8
9. PJOK 55,3 63,8 68,0
10. Prakarya 74,5 81,4 83,0
11. Bahasa Jawa 71,5 75,6 75,8
Berdasarkan pengamatan pada tabel di atas, dapat dilihat
bahwa hampir semua mata pelajaran mengalami kenaikan pada
capaian rata-rata. Hanya ada dua mata pelajaran yang mengalami
penurunan yaitu pada matematika dan IPS. Terdapat faktor lain
yang turut mempengaruhi turunnya nilai rata-rata yaitu
karakteristik mata pelajaran itu sendiri. Matematika diakui oleh
sebagian besar orang sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal
97
tersebut juga berlaku bagi siswa SMP Negeri 5 Salatiga yang
memiliki nilai akademik rata-rata. Sedangkan IPS gabungan dari
ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi. Selain materi yang
banyak, juga cenderung hafalan. Sehingga terdapat
kecenderungan mata pelajaran tersebut dikategorikan berat atau
sulit bagi siswa.
4.5.2 Pelaksanaan IHT dalam Peningkatan Pembelajaran
Berbasis Teknologi Informasi
Dalam melaksanakan IHT terdapat beberapa langkah yang
harus dilakukan. Langkah-langkah tersebut adalah identifikasi
masalah yang sesuai dengan kondisi lapangan; desain pelatihan
pembelajaran IHT; penyusunan pedoman/panduan kegiatan
pelatihan bagi panitia, narasumber, dan peserta; tahap
implementasi pendidikan dan pelatihan/ pengelolaan tindakan 1
dan 2; dan evaluasi kegiatan. Berikut akan diuraikan satu per
satu.
4.5.2.1 Identifikasi Masalah yang sesuai dengan kondisi
lapangan
98
Pada langkah ini peneliti menganalis kebutuhan yang sesuai
dengan kondisi lapangan. Kebutuhan-kebutuhan yang sesuai
dengan kondisi para guru di SMP Negeri 5 Salatiga adalah perlu
adanya kegiatan yang mampu memberi pemecahan atau solusi
bagi para guru dalam pemanfaatan media pembelajaran berbasis
teknologi informasi. Dalam hal ini adalah penguasaan aplikasi
Ms. Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint yang sering
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Analisis kebutuhan
dilakukan dengan memberikan angket kepada para guru SMP
Negeri 5 Salatiga selaku peserta diklat.
Dibandingkan dengan penelitian terdahulu, maka pada
langkah ini lebih relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dharmawan dkk pada tahun 2016. Pada penelitiannya,
Dharmawan juga menyebarkan angket untuk menganalisis
kebutuhan yang sesuai dengan kondisi lapangan. Sebelum
kegiatan in-house training dilakukan terlebih dahulu ditetapkan
skenario pembinaan sebagai berikut: (a) menyebarkan angket
kepada seluruh guru untuk mengetahui respon guru terhadap
pentingnya melakukan penelitian, perlu atau tidak in-house
99
training dilakukan, dan untuk mengetahui motivasi guru dalam
menyusu proposal penelitian, (b) mendata guru yang akan
mengikuti kegiatan in-house training berdasarkan data hasil
pemeriksaan pengalaman melakuklan penelitian. Hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa seluruh guru perlu mengikuti
kegiatan in-house training yang terdiri dari 29 guru, (c)
melaksanakan kegiatan in-house training, (d) tugas individu
penyusunan proposal penelitian.
4.5.2.2 Desain pelatihan pembelajaran IHT
Berdasarkan angket yang disebarkan kepada para guru,
diperoleh kesimpulan bahwa para guru SMP Negeri 5 Salatiga
memerlukan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Terutama
berkaitan dengan pemanfaatan media pembelajaran berbasis
teknologi informasi. Para guru memilih in house trainning
dengan alasan dilakukan di lingkungan sekolah sendiri, sehingga
lebih nyaman dalam pelaksanaan dan tidak ada rasa canggung.
Dalam kegiatan IHT ini dihadirkan narasumber dari
lingkungan internal sekolah. Narasumber tersebut adalah guru
TIK dan guru yang memiliki kompetensi dan menguasai TIK
100
dengan baik. Hal ini dilakukan agar memberikan kenyamanan
kapada para peserta selama kegiatan dan agar para peserta tidak
canggung dalam melakukan komunikasi dengan narasumber
ketika ada hal-hal yang belum dipahami.
Pada tahap ini panitia menyusun proposal sebagai langkah
awal untuk pengajuan kepada atasan, dalam hal ini kepala
sekolah. Selain itu juga dilakukan dengan maksud agar kegiatan
dapat berjalan dengan lancar dan tujuan yang diharapkan dapat
tercapai. Jika dihubungkan dengan penelitian terdahulu maka
relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Robani tahun
2015, yaitu pada penyusunan proposal. Selain itu juga memiliki
relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti & Giarti
tahun 2016 yaitu pada fase perencanaan yang meliputi
menentukan tujuan, menentukan materi, menentukan pendekatan
dan metodologi pelatihan, menentukan peserta pelatihan dan
fasilitator (trainer), menentukan waktu dan tempat, menentukan
semua bahan, menentukan model evaluasi pelatihan, menentukan
sumber dana dan pembiayaan yang dibutuhkan.
101
4.5.2.2 Penyusunan pedoman/panduan kegiatan pelatihan
bagi panitia, narasumber,dan peserta.
Agar kegiatan dapat berjalan lancar maka perlu disusun
panduan atau pedoman yang didalamnya memuat panduan-
panduan yang dijalankan selama kegiatan berlangsung. Pada
langkah ini memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan
oleh Robani tahun 2015 yaitu menyusun buku panduan atau
pedoman kegiatan pelatihan.
4.5.2.3 Tahap Implementasi Pendidikan dan Pelatihan/
Pengelolaan Tindakan 1 dan 2
Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi ini
adalah sebagai berikut.
1. Registrasi atau daftar ulang peserta pelatihan.
Pada kegiatan ini para peserta melakukan kegiatan daftar ulang
dengan mengisi daftar hadir.
2. Implementasi kegiatan pelatihan
Pada kegiatan ini diikuti oleh 42 orang guru SMP Negeri 5
Salatiga. Kegiatan ini dibagi dalam dua tahap yaitu sebagai
berikut.
102
a. Tahap pertama
Pada tahap ini meliputi dua sesi. Pada sesi pertama,
kegiatan yang dilakukan adalah pemaparan konsep Ms.
Word, Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint oleh narasumber.
Selanjutnya pada sesi kedua ini, kegiatan yang dilakukan
adalah praktik pembuatan dokumen berbasis Ms. Word,
Ms. Excel, dan Ms. Powerpoint oleh peserta secara
individual dengan bimbingan narasumber. Namun
bimbingan yang diberikan bersifat klasikal atau dalam
kelompok besar. Dalam artian masih bersifat umum.
Bimbingan hanya diberikan ketika ada peserta yang
mengalami kesulitan.
b. Tahap kedua
Pada pertemuan ini, kegiatan yang dilakukan adalah praktik
pembuatan dokumen berbasis Ms. Word, Ms. Excel, dan
Ms. Powerpoint oleh peserta secara individual dengan
bimbingan narasumber. Namun bimbingan yang diberikan
sudah bersifat intensif dalam kelompok kecil per mata
pelajaran. Karena sudah dilakukan dalam kelompok kecil,
103
maka bimbingannya dapat diberikan secara intensif. Selain
itu dalam kelompok kecil dapat dilakukan diskusi atau
sharing antaranggota kelompok apabila ada peserta atau
anggota kelompok yang mengalami kesulitan.
Dalam pelaksanaan kegiatan diperoleh temuan kendala-
kendala yang dapat menghambat kelancaran kegiatan tersebut.
Kendala tersebut berasal dari peserta pelatihan, yaitu faktor usia
yang turut mempengaruhi csepat atau lambatnya peserta dalam
menangkap dan memahami isi materi. Dari 42 peserta, terdapat 9
peserta yang berada pada usia senior atau di atas 50 tahun dan
rata-rata tidak menguasai ketiga aplikasi tersebut. Selama
kegiatan terutama pada saat praktik, kesembilan peserta tersebut
mengalami kebingungan.
Tahap implementasi pendidikan dan pelatihan ini jika
dikaitkan dengan penelitian terdahulu, maka ada relevansinya
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mukhtarudin pada tahun
2017 yaitu pada pelaksanaan penelitian, khususnya pada materi
pelatihan yang diberikan. Materi pelatihan adalah tentang
pemanfaatan media pembelajaran.
104
4.5.2.4 Evaluasi Kegiatan
Berdasarkan pengamatan dan pengolahan data pada tabel
dan deskripsi pada hasil penelitian pada tahap evaluasi kegiatan
in house trainning, dapat diambil kesimpulan bahwa secara
umum kegiatan tersebut dikatakan berhasil. Dari segi pelaksanaan
kegiatan dilihat dari empat aspek yaitu panitia penyelenggara,
narasumber/instruktur, sarana dan prasarana, serta peserta diklat.
a. Pada panitia penyelenggara, didapat pernyataan “Setuju” 55,24
%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka
dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.
b. Pada narasumber/instruktur, didapat pernyataan “Setuju” 58,9
%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka
dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.
c. Pada sarana dan prasarana, didapat pernyataan “Setuju” 32,53
%. Karena perolehan presentase pada pernyataan setuju kurang
dari 50% maka pada aspek sarana dan prasarana dapat
dikatakan masih belum berhasil.
105
d. Pada panitia penyelenggara, didapat pernyataan “Setuju” 53,80
%. Dengan pernyataan di atas 50% pada sikap setuju maka
dapat dikatakan penyelenggaraan kegiatan berhasil.
Secara keseluruhan, dari segi pelaksanaan kegiatan dapat
dikatakan berhasil karena terdapat tiga aspek yang mendapat
perolehan sikap setuju di atas 50 %. Hanya pada aspek sarana dan
prasarana yang perolehan presentasenya di bawah 50 %. Hal ini
dikarenakan kondisi sekolah yang sangat terbatas dalam hal
ketersediaan sarana dan prasarana. Dalam hal ini adalah
penyediaan ruang atau aula yang nyaman untyuk pelaksanaan
kegiatan.
Pada umumnya setiap kegiatan pendidikan dan pelatihan
selalu diakhiri dengan evaluasi. Apabila dikaitkan dengan
penelitian terdahulu maka memiliki relevansinya dengan
penelitian yang dilakukan oleh Astutu & Giarti tahun 2016 dan
penelitian Corinorita tahun 2017.
Apabila dibandingkan dengan penelitian-penelitian
terdahulu dalam hal pelaksanaan kegiatan pendidikan dan
pelatihan, maka dapat ditemukan kesamaan dan perbedaan-
106
perbedaannya. Persamaan dan perbedaannya dapat dilihat pada
table berikut.
Tabel 4.12
Persamaan dan Perbedaan Pelaksanaan
Diklat dengan Model IHT
No Aspek Persamaan Perbedaan
1. Tujuan Pada umumnya dilakukan
untuk meningkatkan satu
kompetensi guru
Dilakukan untuk
meningkatkan mutu
pendidikan
2. Langkah-
langkah
Pada umunya menggunakan
langkah-langkah berikut.
1. Fase perencanaan,
meliputi menentukan
tujuan, materi,
pendekatan dan
metodologi pelatihan,
peserta pelatihan dan
fasilitator (trainer),
waktu dan tempat,
bahan, model evaluasi
pelatihan, sumber dana
dan pembiayaan yang
dibutuhkan.
2. Fase proses
penyelenggaraan
meliputi mempersiapkan
kelengkapan bahan
pelatihan dan sarana
prasarana.
3. Fase evaluasi adalah fase
penilaian terhadap
kegiatan pelatihan yang
telah dilaksanakan.
Langkah-langkah yang
digunakan dalam penelitian
ini yaitu:
1. Identifikasi masalah yang
sesuai dengan kondisi
lapangan.
2. Desain pelatihan
pembelajaran IHT.
3. Menyusun
pedoman/panduan
kegiatan.
4. Implementasi pendidikan
dan pelatihan.
5. Evaluasi pelaksanaan
kegiatan.