bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. profil sdn …
TRANSCRIPT
79
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil SDN Jombor
SD Negeri Jombor awalnya adalah sekolah
Inpres yang dibangun oleh pemerintah pada tahun
1978 lalu pada tahun 1987 memperoleh Surat Ijin
operasioanal dari Gubernur Jateng dan berganti
nama menjadi SD Negeri Jombor. Berdasarkan
dokumen sekolah jumlah peserta didik dari tahun
1978- 2000 rata-rata setiap kelasnya lebih dari 20,
namun seiring perkembangan zaman dari tahun
2008 sampai sekarang jumlah peserta didik baru rata
–rata 16 anak.
SD Negeri Jombor terletak di Desa Jombor di
bagian selatan Kecamatan Tuntang berbatasan
dengan wilayah Kota Salatiga dengan luas wilayah
2175 m2 . Berdasarkan data pemerintah desa Jombor
tahun 2017 jumlah penduduk tahun 2017 adalah
3.288, sedangkan yang beragama Islam 3.099
(94,3%) dengan mayoritas mata pencaharian buruh.
Letak SDN Jombor tergolong strategis. Karena lokasi
dekat dengan pemerintahan desa, dekat dengan jalan
raya Kabupaten, selain itu keadaan sekolah tergolong
aman meskipun sekolah belum mempunyai pagar
yang dapat menutup sekolah.
80
Pada Tahun 2017/2018 ini SDN Jombor termasuk
sekolah yang ditunjuk pemerintah untuk melaksa-
nakan Kurikulum 2013 bagi kelas 1 dan 4. Untuk itu
sekolah berupaya meningkatkan kompetensi guru
dalam rangka mengikuti perubahan. Adapun arah
dan tujuan sekolah dapat dilihat pada Visi dan Misi
sekolah yang tertuang dalam kurikulum sekolah.
Visi SD Negeri Jombor adalah Unggul dalam
prestasi yang berakhlaqulkarimah, terampil, ulet
berdasarkan iman dan taqwa. Dalam rangka untuk
mencapai visi SDN Jombor mempunyai Misi antara
lain: a) Mengembangkan prestasi akademik dengan
menerapkan pembelajaran PAIKEM yang terprogram,
b) Mengembangkan kemampuan dasar kepada siswa
dalam membaca, menulis, berhitung serta
berkomunikasi sederhana dengan menggunakan
kemampuan Bahasa Indonesia, c)Menumbuhkan
semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh
warga sekolah, d) Menanamkan akhlak mulia dan
budi pekerti luhur melalui pembiasaan dan
keteladanan, e) Mengembangkan bakat dan minat
siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
terencana, f) Menguasai teknologi sesuai dengan
taraf perkembangan siswa, g) Menanamkan pribadi
yang tidak mudah putus asa, h) Menumbuhkan
penghayatan ajaran agama yang dianut dan budaya
81
bangsa sehingga menjadikan sumber kearifan dalam
bertindak.
4.1.1. Data Peserta Didik
Berdasarkan dokumen sekolah, jumlah siswa
SDN Jombor yang masuk dari tahun ke tahun
terutama tiga tahun terakhir mengalami penurunan.
Adapun data jumlah siswa adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1.Jumlah Siswa SDN Jombor 3 tahun terakhir
Sumber: Dokumen sekolah
4.1.2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Berdasarkan dokumen sekolah diketahui
bahwa jumlah guru yang berstatus PNS di SDN
Jombor ada 6 orang dan 4 guru berstatus
GTT/wiyata bakti. Tingkat pendidikan semua guru
Kelas
Th. 2015/2016 Th. 2016/2017 Th. 2017/2018
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
I 13 1 13 1 10+2 1
II 19 1 13 1 12 1
III 17 1 19 1 13 1
IV 13 1 16 1 19 1
V 20 1 12 1 16 1
VI 19 1 20 1 12 1
TOTAL 101 6 93 6 84 6
Rata-rata
Jumlah per
Kelas:
17 16 15
82
baik PNS maupun GTT 100% S1, sedangkan tenaga
kependidikan hanya ada 1 orang masih berstatus
PTT dengan pendidikan terakhir D1.
4.1.3. Sarana Prasarana
Berdasarkan dokumen sekolah serta
pengamatan peneliti diketahui bahwa sekolah
memiliki sejumlah computer yang dapat digunakan
untuk KBM dengan perbandingan 1:1, alat olahraga
yang lengkap ada raket untuk bulu tangkis, sutle
cock, bola sepak , bola volley, bola kasti, ada 2 set
alat senam. Selain itu ada 2 LCD, lap top dan alat
peraga yang cukup memadahi. Serta jumlah buku
paket untuk siswa 1:1.
Prasarana SDN Jombor terdiri dari 6 ruang
kelas, perpustakaan, mushola, 4 toilet, ruang guru
yang masih menjadi satu dengan ruang kepala
sekolah dan ruang tamu, ruang alat peraga, serta
halaman sekolah yang cukup luas untuk olahraga
dan upacara.
4.2. Hasil Penelitian
Tahapan penelitian ini menggunakan langkah-
langkah penelitian menurut Sugiyono (2014) yang
dijelaskan berikut ini :
83
4.2.1. Potensi dan Masalah
4.2.1.1.Analisis Lingkungan terhadap Peserta
Didik SD Negeri Jombor
Penerimaan peserta didik baru SD Negeri
Jombor dari tahun ke tahun mengalami penurunan
dikarenakan berbagai masalah Menurut pendapat
salah satu guru SDN Jombor, masyarakat sekitar
lebih berpihak pada MI karena tokoh masyarakat
maupun tokoh agama yang ada selalu memberi
pengaruh dalam berbagai kegiatan keagamaan,
sehingga masyarakat lebih mantab menyekolahkan
anaknya ke MI meskipun setiap bulannya harus
membayar. Orang tua merasa was-was jika anaknya
sekolah di SD Negeri, mereka khawatir kalau tidak
memperoleh ilmu agama yang cukup, kelak tidak
dapat mendoakan orangtuanya. Isu semacam ini
sangat familier, karena di SD Negeri jam pembelajran
agama dalam satu minggu hanya 4 jam pelajaran.
Dalam hal penerimaan peserta didik baru tahun
pelajaran 2017/2018 sekolah hanya melaksanakan
kebijakan Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang
No.422.1/1074 tanggal 5 Juni 2017 yang mewajibkan
menerima peserta didik baru berdasarkan umur dan
lingkungan tempat tinggal, bukan berdasarkan seleksi
akademik, namun hanya seleksi administrasi.
84
Meskipun demikian sesuai keadaan, sekolah tidak
pernah melakukan seleksi apapun, karena jumlah
pendaftar di bawah kouta.
Hasil wawancara dengan salah satu guru SDN
Jombor mengatakan bahwa panitia penerimaan siswa
baru sekolah kurang efektif Karena belum ada
program pemasaran ke TK/RA. Untuk melaksankan
semua kegiatan tersebut tentunya sekolah
membutuhkan tenaga yang professional karena tidak
semua kegiatan dapat dilaksanakan oleh guru sendiri,
Semuanya itu menjadikan permasalahan tersendiri
karena semua membutuhkan biaya operasioanal.
Sedangkan sumber dana sekolah satu-satunya hanya
dana BOS. Jumlah siswa SD Negeri Jombor tahun
2017 hanya 84 sehingga dana BOS yang diperolehpun
hanya bisa digunakan untuk biaya operasional
pendidikan saja, apalagi (GTT/PTT) berjumlah 40%
dari jumlah tenaga pendidik dan kependidikan.
Sekolah dalam melaksanakan kegiatan
ekstrakurikuler juga kurang maksimal, karena untuk
mengembangkan berbagai kegiatan sekolah
terkendala biaya. Selain itu untuk melaksankan
kegiatan ekstrakurikuler di sore hari sekolah
mengalami kesulitan , karena kebanyakan anak
mengaji di sore hari. Akhirnya sekolah harus pandai-
85
pandai mencari celah waktu untuk melaksanakan
kegiatan ekstrakurikuler.
Meskipun Berbagai kegiatan ekstrakurikuler
telah dilaksanakan, tetapi tidak mengubah minat
masyarakat terhadap sekolah. Ketika penerimaan
peserta didik baru sekolah hanya memperoleh siswa
dari TK terdekat yaitu TK ABA Jombor, hanya 1 anak
yang berasal dari RA Jombor, inilah yang menjadi
masalah.
Berdasarkan dokumen sekolah diketahui
Jumlah siswa SDN Jombor tahun pelajaran
2017/2018 kurang dari 100, namun sekolah selalu
mengikutkan siswa dalam berbagai lomba baik
akademik maupun non akademik, baik lomba yang
diadakan oleh dinas pendidikan maupun lembaga lain
yang linier. Nilai US Tahun pelajaran 2016/2017
menduduki ranking 13 Sedangkan MI mendapat
ranking 31. Selain unggul di bidang hasil US , SDN
Jombor juga memiliki banyak prestasi di berbagai
bidang. Prestasi itu meningkat sejak tahun 2013.
namun dalam penelitian ini peneliti hanya
menuliskan prestasi sekolah dalam 3 tahun terakhir
yaitu dari tahun 2014-2017
Prestasi yang diraih dalam berbagai lomba baik
akademik maupun non akademik, baru pada tingkat
kecamatan. Adapun presatasi non akademik yang
86
berhasil diraih anatara lain: badminton, tenes meja,
seni baca Al-Quran, pantomim, baca puisi, pidato,
membatik, kriya anyam, gambar bercerita. Ada
kejuaraan yang diraih Tingkat Kabupaten Semarang
adalah lomba melukis pada ajang pameran
kebudayaan sebagai juara I pada tahun 2015. Prestasi
di bidang akademik yang berhasil diraih adalah OSN
Matematika, Calistung, Telaah karya sastra, LKIR,
PAI, LCC Siaga . Ada satu kejuaraan yang meraih
juara di tingkat kabupaten adalah PAI cabang Gebsha.
Berdasarkan data di atas cukup banyak prestasi
yang sudah diraih SD Negeri Jombor namun ternyata
keunggulan prestasi ini belum menarik minat
masyarakat pengguna, terbukti Tahun pembelajaran
2017/2018 ini SD Jombor hanya memperoleh peserta
didik baru sejumlah 10 orang. Selain prestasi, sarana
prasarana SDN Jombor memiliki potensi yang bagus
di bidang olahraga. Lapangan bola voly yang
memenuhi standar, peralatan tenesmeja yang
memadahi, land badminton yang memenuhi standar,
semuanya itu merupakan potensi yang bisa
dikembangkan untuk meraih prestasi yang bagus
87
4.2.1.2. Program Peningkatan Jumlah Peserta
Didik
Menurut peraturan Gubernur Jawa Tengah
tahun 2017 tentang PPDB ada beberapa ketentuan
yang perlu dilaksanan ketika sekolah mau menerima
peserta didik baru, terutama anak yang berumur
kurang dai 6 tahun harus mendapat rekomendasi dari
psikhiater/ahli counselor. Dari hasil wawancara
dengan salah satu guru senior Wardiatul Kholidiyah,
S.Pd.SD yang diadakan pada hari Kamis, 28 September
2017 diperoleh hasil bahwa salah satu strategi sekolah
yang selama ini dilakukan untuk menarik minat
masyarakat desa Jombor adalah dengan memberikan
seragam gratis kepada peserta didik baru bahkan
sekolah sudah berusaha mengadakan lomba antar
TK/RA dalam rangka mempromosikan sekolah, dan
saat ini sekolah mulai berusaha mengadakan
pembiasaan kegiatan yang bernuansa agama Islam,
seperti salat Dhuha berjamaah, membaca asmaul
husna sebelum pembelajaran dimulai dan membaca
surat-surat pendek, selain itu sekolah akan berusaha
untuk melakukan efent-efent keagamaan dengan
mengundang orangtua siswa untuk menyaksikannya.
Usaha sekolah untuk meningkatkan jumlah
peserta didik baru antara lain: 1)membentuk
kepanitiaan penerimaan peserta didik baru, 2)
88
memberikan sosialisasi kepada orangtua siswa pada
akhir tahun pembelajaran, 3) sekolah membagikan
pamflet kepada orangtua siswa TK/RA terdekat,
4)sekolah memasang MMT PPDB di tempat yang
strategis, 5) sekolah memberikan layanan dan
seragam gratis kepada peserta didik baru.
4.2.2. Hasil Tahap Pengumpulan Data
a. Wawancara
Pada tahapan ini peneliti mengadakan
wawancara kepada kepala sekolah, guru, komite, dan
siswa Hasil wawancara dengan kepala sekolah pada
hari Sabtu, tanggal 26 Agustus 2017. Adapun hasil
wawancara tersebut adalah yang menjadi
permasalahan sekolah dalam penerimaan peserta didik
baru antara lain:
Sekolah belum bisa berbuat banyak dalam penerimaan peserta didik baru karena kekurangan tenaga. Sekolah belum mempunyai hasil yang bisa dijual atau dipamerkan pada masyarakat sesuai keinginan mereka. Sekolah
juga belum mempunyai Tim Pengembang yang solid. Sekolah ingin mengembangkan kegiatan tetapi terkendala biaya, karena jumlah peserta didik sedikit berarti menerima dana BOS juga sedikit.
89
Hal senada disampaikan oleh guru senior SD Negeri
jombor :
Selama ini untuk menarik minat masyarakat sekolah memberikan seragam dan ATK gratis kepada peserta didik baru, sekolah berusaha memenuhi keinginan siswa untuk memilki drumband . Karena isu anak-anak TK terdekat tidak mau sekolah ke SD karena tidak punya drumband.
Pendapat tersebut dipertegas oleh Komite Sekolah (H.
Nasa’i) pada tanggal 14 September 2017 yang
mengatakan:
Saat ini mutu sekolah meningkat baik akademik maupun non akademik. Nilai US kelas 6 selalu di atas MI, Jumlah piala terus bertambah banyak, karena sekolah sering mengikuti berbagai lomba. Sudah banyak perubahannya, tetapi masyarakat kelihatannya tidak berpengaruh, karena Desa Jombor selain wilayahnya sempit, sekolahnya menyebar ada yang ke MI Jombor, Candirejo dan ke Salatiga terutama yang berdomisili di perumahan Candipermai.
Sedangkan Wali murid berpendapat:
Orang tua suka menyekolahkan anaknya ke MI
karena kalau di MI mata pelajaran agama Islamnya banyak, pembiasaan keagamaan dalam beribadah juga banyak, pribadi anak lebih baik, tapi kalau di SD pelajaran agamanya sedikit.
Pendapat lain disampaikan oleh salah satu Siswa
Anak-anak sekitar banyak yang tidak masuk ke SD karena orangtuanya menyuruh anaknya masuk ke MI, dengan kata lain anak ikut keinginan orangtua.
90
Berdasarkan wawancara tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa penyebab SD Negeri Jombor
kekurangan siswa adalah: 1) Sekolah tidak mempunyai
Tim Pengembang Sekolah yang solid, 2) Sekolah tidak
punya tenaga yang cukup, 3) Materi pelajaran agama di
SD dianggap kurang, 4)Pilihan masuk sekolah adalah
menurut kehendak orangtua.
Selain alasan penyebab kurangnya jumlah siswa,
peneliti juga menanyakan tentang bagaimana strategi
sekolah selama ini untuk meningkatkan jumlah peserta
didik. Menurut pendapat kepala sekolah:
Dalam rangka meningkatkan jumlah peserta didik Selama ini sekolah menjalin kerjasama dengan komite untuk ikut mempromosikan lewat perkumpulan dusun, mengadakan pendekatan ke TK terdekat dengan kegiatan pentas seni bersama, sosialisasi kepada orang tua siswa ketika akhir tahun pembelajaran, selain itu sekolah mengadakan lomba mewarnai antar TK/RA, namun hasilnya belum terlihat, terbukti pada penerimaan peserta didik baru tahun 2017 hanya 10 anak. Hal ini benar-benar memprihatinkan.
Penjelasan tersebut didukung oleh salah guru
SDN Jombor:
Selama ini setiap akan penerimaan peserta didik baru sekolah memasang MMT pada tempat-tempat yang strategis, Sekolah juga sudah mendekati TK dengan mengadakan pentas seni Bersama antara Paud, TK, dan SD, bahkan untuk memperkenalkan sekolah dan menarik minat anak, sekolah mengadakan lomba antar TK/RA segugus, sekolah memberikan sosialisasi
91
kepada orangtua pada waktu rapat akhir tahun, bahkan sekolah juga membuat pamflet yang diberikan kepada orang tua TK/RA. Bahkan peserta didik baru diberi seragam dan alat tulis secara gratis, tetapi ketika penerimaan peserta didik baru yang mendaftar hanya anak-anak yang berasal dari TK ABA (TK terdekat dengan sekolah) itupun hanya orangtua yang tempat tinggalnya di sekitar SD yaitu Dusun Ngelosari
dan Kerep.Hanya ada 1 anak yang berasal dari RA Jombor. namun hal ini tetap tidak mempengaruhi jumlah peserta didik.
Informasi itu juga didukung oleh komite yang
mengatakan:
Komite sudah membantu menyosialisasikan penerimaan peserta didik baru lewat pertemuan warga, namun belum membuahkan hasil karena mereka takut kalau anaknya sekolah di SD tidak bisa membaca Al-Quran. Oleh sebab itu sekolah hendaknya bisa melaksankan kegiatan -kegiatan yang menarik perhatian masyarakat seperti membaca surat-surat pendek di depan kelas sebelum mulai pelajaran. Dilantunkan bacaan-bacaan Al-Quran melalui pengeras suara.
Dari informasi yang diterima dapat diketahui
bahwa selama ini sekolah sudah melakukan beberpa
kegiatan untuk memperoleh peserta didik baru namun
tidak bisa meningkatkan minat masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya ke SDN Jombor. Kemudian
wawancara berkembang dengan menanyakan
“Menurut pendapat saudara, bagaimanakah strategi
yang tepat untuk meningkatkan jumlah peserta didik
92
di SDN Jombor?”. Dalam hal ini kepala sekolah
memberikan penjelasan :
Sangat diperlukan strategi dan langkah-langkah yang tepat agar masyarakat menaruh kepercayaan terhadap sekolah, sesuai dengan latar belakang social kebudayaan di lingkungan sekolah maka strategi yang paling cocok adalah dengan melaksanakan kegiatan yang berbasis keagamaan.
Hal senada disampaikan oleh salah satu guru
yang mengatakan:
Desa Jombor penduduknya mayoritas beragama Islam, bahkan sekolah berada di dekat masjid dan pondok pesantren, sehingga untuk memperoleh simpati dari masyarakat sekolah hendanya melaksanakan kegiatan-kegiatan berbasis keagamaan.
Berdasarkan hasil wawancara itu peneliti menanyakan
“Apakah perlu adanya buku pedoman untuk
melaksanakan kegiatan berbasis keagamaan
tersebut?”. Lalu kepala sekolah menjawab:
Agar pelaksanaan dapat berjalan efektif sesuai dengan tujuan yang direncanakan maka buku pedoman sangat diperlukan, selama ini sekolah tidak mempunyai buku pedoman pelaksanaan kegiatan sehingga sekolah hanya melaksanakan kegiatan bila
dianggap perlu.
Pendapat tersebut dipertegas oleh komite sekolah:
Dalam rangka melaksanakan kegiatan agar terjadi kesamaan persepsi antara kepala sekolah, guru, dan komite perlu dibuatkan buku petunjuk pelaksanaan sehingga komite tahu apa yang harus dilaksanakan untuk membantu program sekolah.
93
Berangkat dari hasil wawancara di atas dapat
disimpulkan bahwa selama ini sekolah sudah berupaya
untuk meningkatkan jumlah peserta didik namun
belum efektif, karena sekolah hanya melaksanakan
kegiatan yang sifatnya sementara dengan kata lain
kegiatan hanya dilaksanakan saat dianggap butuh.
Misalnya, kegiatan ekstrakuliker MTQ hanya
dilaksanakan ketika akan mengadapi lomba, hafalan
surat-surat pendek yang dilaksanakan sebelum
pembelajaran belum terprogram. Berangkat dari
permasalahan tersebut, peneliti mengembangkan
penelitian dengan membuat buku pedoman
pelaksanaan kegiatan berbasis kearifan religi.
Selain wawancara peneliti juga mengumpulkan
data dokumentasi seperti prestasi sekolah baik
akademik maupun non akademik, sarana prasarana
yang dimiliki sekolah, dan data jumlah siswa. Dari
dokumentasi tersebut diketahui penerimaan peserta
didik dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
b. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada hari Sabtu ,
7 Oktober dan Selasa, tanggal 10 Oktober 2017 di SD
Negeri Jombor. Dalam observasi peneliti mengamati
kegiatan pembiasaan sebelum pembelajaran dimulai,
dan akhir pembelajaran, selain itu juga mengamati
94
kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan SD
Negeri Jombor. Pembiasaaan yang telah dilaksankan
sebelum pembelajaran adalah membaca Asmaul
Husna dari kelas 1 s.d. kelas 6 setiap hari Selasa –
Kamis, sedangkan hari Jumat setelah siswa beserta
Guru melakukan Senam Pada hari Sabtu diadakan
Kerjabakti membersihkan lingkungan sekolah.
c. Focus Group Discussion (FGD)
FGD dilaksankan pada hari Rabu, 25 Oktober
2017 di SD Negeri Jombor pada pukul 11.00-14.00
WIB. FGD membahas tentang analisis SWOT untuk
menetapkan strategi sekolah. Pada kegiatan ini terjadi
curah pendapat antara kepala sekolah, guru, tokoh
masyarakat termasuk perangkat pemerintah desa dan
komite sekolah. Dalam FGD dibahas tentang hasil
angket yang disebarkan kepada orang tua siswa untuk
kemudian dianalisis melalui SWOT. Forum mengambil
keputusan bahwa berdasarkan kekuatan dan peluang
yang ada sekolah menentukan langkah atau strategi
dengan melaksanakan kegiatan yang bermuatan
Agama Islam dan dalam rangka mendapat simpati
masyarakat sekolah dianjurkan ikut mengisi kegiatan
keagamaan di Desa Jombor. Adapun kegiatan yang
akan dilaksanakan adalah TPQ atau kegiatan
keunggulan berbasis religi yang dilaksanakan 3 hari
dalam satu minggu dan setiap pertemuan 2 jam
95
pembelajaran yang dimulai pukul 06.30-07.30 pada
hari Selasa, Rabu dan Kamis. Kegiatan
ekstrakurikuler yang bermuatan agama seperti MTQ
dan rebana, pembiasaan-pembiasaan yang bisa
mendidik siswa untuk menjadi anak yang shaleh dan
shalehah, sopan santun dan mengembangkan tata
krama dengan melaksanakan shalat dhuha
berjamaah, melafalkan surat-surat pendek sebelum
pelajarn dimulai, guru diharapkan menggunakan
metode yang bervariasi dan media yang menyenankan
anak. Kalau perlu guru melakukan study banding ke
sekolah-sekolah yang maju.
d. Analisis SWOT
Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan oleh SD
Negeri Jombor didapat tiga aspek yaitu aspek input,
proses, dan out put. Dalam hal ini data
dikelompokkan menjadi tiga matriks yaitu IFAS
,EFAS dan matrik SWOT yaitu dengan
mengidentifikasi 95actor kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman bagi kelangsungan SDN
Jombor. Adapun hasil FGD analisis SWOT adalah
sebagai berikut:
96
Tabel 4.2 Matrik EFAS
Faktor- Faktor Eksternal B R BX R
PELUANG
1. Mengikuti lomba yang diada-kan Dinas
Pendidikan 0.15 4 0.6
2. Mengikuti kegiataan keagamaan di desa 0.1 2 0.2
3. mengikuti lomba yang diada-kan oleh
lembaga yang lain yang terkait 0.05 3 0.15
4. Mengadakan pentas seni dengan
mengundang orang tua siswa dan komite 0.10 3 0.3
5. Mengadakan lomba antar TK-RA sekitar 0.05 2 0.1
6. Mengadakan sosialisasi ke TK/RA sekitar 0.10 2 0.2
7. Mengembangkan kurikulum sekolah 0.05 4 0.2
Total 0.60 1.75
ANCAMAN
1. Adanya perbedaan regulasi penerimaan
peserta didik baru antara SD Negeri
dengan swasta
0.10 2 0.2
2. Sekolah lain memiliki out put sesuai dengan keinginan masyarakat
setempat
0.10 1 0.1
3. Guru sekolah pesaing sebagian besar
menguasai IT 0.05 2 0.1
4. Pengelola Sekolah lain ada-lah tokoh
masyarakat setempat 0.05 1 0.05
5. Orang tua suka menyekolah-kan
anaknya di lembaga sekolah lain (MI atau ke Kota Salatiga
0.10 1 0.1
Sub Total 0.40 0.55
Total 1.0 1,2
Sumber : Hasil FGD pada tanggal 25 Oktober 2017
Ket: B=Bobot R= Rating, B x R = Bobor x Rating
97
Dari SWOT dapat diketahui bahwa kekuatan yang
paling besar adalah Sekolah menyelenggarakan
Sekolah Gratis di mana bobot komponen 0,1 dengan
score 4. Dengan sekolah menyelenggarakan sekolah
gratis akan dapat menjadi motivasi masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya di SD Negeri Jombor
terutama anak-anak dari keluarga tidak mampu.
Demikian juga untuk Nilai UN/US dengan bobot 0,05
hal ini jelas akan menambah kepercayaan masyarakat
setempat untuk menyekolahkan anaknya ke SD
Jombor, karena untuk menjadi siswa tidak perlu
membayar beaya yang begitu banyak namun nilai
Ujian Sekolah anak memuaskan. Demikian juga
hubungan kerja yang harmonis antar warga sekolah
dengan bobot 0,1 dan skore 3 menjadi kekuatan
sekolah untuk melaksanakan program dalam
meningkatkan mutu, hal ini perlu ditingkatkan.
Komite sekolah yang selalu mendukung sekolah dan
sarana prasarana yang memadahi dengan bobot 0,1
dan score 2 hal ini menjadi kekuatan sekolah untuk
dapat melakasanakan program sekolah. Skore akhir
dari kekuatan adalah 1,55.
Meskipun memiliki kekuatan, sekolah juga
memiliki kelemahan yang perlu diatasi antara lain
sekolah tidak memiliki Tim Pengembang yang solid
juga tidak memiliki Tim Pemasaran Sekolah , kedua
98
kelemahan ini memilki bobot 0,05 dengan score 1 hal
ini perlu mendapat perhatian khusus supaya Tim
dapat bekerja dengan baik, Selain itu kurangnya
dukungan dari orang tua dengan bobot 0,05 dan score
2 perlu segera diadakan pendekatan, karena program
sekolah tanpa adanya dukungan dari orang tua sulit
untuk meraih keberhasilan. Kelemahan yang juga
perlu mendapat perhatian adalah kurangnya
kedisiplinan warga sekolah dengan bobot 0,05 dan
score 3 perlu mendapat perhatian agar program yang
direncanakan dapat berjalan efektif dan dapat
mencapai tujuan. Kelemahan yang juga sangat perlu
mendapat perhatian adalah siswa tidak lancar
membaca Al Quran dengan bobot 0,1 dan total score
01.Total Bobot dikalikan score untuk kelemahan
adalah 0,9.
Total skore akhir kekuatan dikurangi kelemahan
adalah 0,65 , berarti faktor kekuatan masih unggul
dibandingkan kelemahan , maka sekolah dapat
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi kelemhan-kelemahan yang ada.
Selain faktor internal, sekolah juga perlu
mengetahui faktor eksternal, hasil analisis factor
eksternal yaitu peluang dan ancaman dapat dilihat
pada tabel IFAS berikut:
99
Tabel 4.3 Matrik IFAS
Faktor-Faktor Strategi Internal B R BXR
KEKUATAN
1. SDN Jombor menyelenggarakan
sekolah gratis 0.10 4 0.4
2. Siswa dari keluarga tidak mampu diusahakan untuk memperoleh
BSM
0.05 3 0.15
3. Hasil UN/US lebih tinggi
dibanding pesaing 0.05 4 0.2
4. Komite sekolah mendukung
program sekolah 0.10 2 0.2
5. Sarana prasarana sekolah
memadahi 0.10 2 0.2
6. Hubungan yang baik antara
sekolah dengan lembaga
pemerintah
0.05 2 0.1
7. Hubungan kerja yang harmonis
antara warga sekolah 0.10 3 0.3
Sub Total 0.55 1.55
KELEMAHAN
1. Kurangnya dukungan dari orang
tua siswa 0.05 2 0.1
2. Guru kurang menguasai IT 0.05 3 0.15
3. Sekolah tidak memiliki tenaga administrasi
0.05 2 0.1
4. Sekolah tidak memiliki Tim Pengembang sekolah yang solid
0.05 1 0.05
5. Sekolah tidak memiliki Tim
Pemasaran 0.05 1 0.05
6. Kurangnya kedisiplinan dari
warga sekolah 0.05 3 0.15
7. Siswa kurang lancar membaca Al
Quran 0,1 1 0,1
8. Kurangnya rasa percaya diri 0.05 4 0.2
Sub Total 0.45 0.9
Total 1.00 0,65
100
Sumber : Hasil Focus Group Discussion
Ket: B = Bobot, R= Rating ,
BxR = Bobot dikalikan Rating
Hasil SWOT memperlihatkan SD Negeri Jombor
memiliki beberapa peluang agar dapat diminati oleh
masyarakat sekitar, antara lain mengikuti lomba
yang dilaksanakan oleh Dinas dengan bobot 0,15 dan
rating 4 dengan nilai akhir 0,6 hal ini merupakan
peluang yang sangat bagus dan perlu ditingkatkan,
Karena bila sekolah dapat memanfaatkan kegiatan
lomba untuk meraih prestasi maka akan dapat
merubah image masyarakat terhadap sekolah.
Peluang yang bagus lagi adalah sekolah mengadakan
pentas seni dengan mengundang orang tua siswa dan
komite dengan bobot 0,1 dan rating 3 dengan total
score 0,3 hal juga menjadi peluang yang baik untuk
memasarkan serta mempublikasikan produk sekolah
di hadapan pelanggan lewat kemampuan yang dimiliki
pesert didik SD Negeri Jombor di hadapan orang tua
dan komite sekolah, lalu peluang yang dapat
dimanfaatkan lagi adalah dapat mengikuti lomba yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan terkait,
selain itu sekolah memiliki peluang untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai situasi dan
social budaya lingkungan denga nilai 0,2 yaitu
101
sekolah bisa mengembangkan kurikulun yang
mengangkat kearifan religi sesuai dengan kehidupan
mayarakat desa Jombor. Total bobot dikalikan score
untuk Peluang adalah 1,75
Selain peluang, sekolah memiliki ancaman yang
sangat serius terutama kepercayaan publik pada
sekolah pesaing dengan bobot 0,1 dan rating 1 hal ini
perlu diwaspadahi , selain itu sekolah pesaing juga
mendapat dukungan yang sangat kuat dari tokoh
masyarakat, dengan bobot 0,05 dan rating 1 dengan
total score 0,05 maka sekolah perlu mengadakan
pendekatan agar para tokoh mayarakat juga mau
memperhatikan SD Negeri Jombor. Hal lain menjadi
kelemahan sekolah adalah para guru tidak menguasai
IT dengan bobot 0,05 dan rating 2, maka perlu
mendapat perhatian agar guru dapat menyesuaikan
dengan perkembangan IT dengan cara melaksanakan
pelatihan IT. ancaman lain yang sangat berbahaya
adalah orang tua siswa lebih suka menyekolahkan
anaknya ke lembaga pendidikan lain dengan bobot 0,1
dan rating 1, hal ini perlu diwaspadai oleh sekolah.
Jumlah bobot akhir untuk factor ancaman adalah 0,4
dan total nilai 0,5. Dengan nilai akhir di bawah 0,1
berarti Sekolah memiliki ancaman yang cukup
serius/cukup berat.
102
Total akhir faktor peluang dikurangi ancaman
adalah 1,1 Berarti Sekolah memiliki ancaman yang
serius terutama di bidang out put sekolah pesaing
sesuai dengan keinginan masyarakat , maka sekolah
harus menentukan langkah atau strategi agar dapat
memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi
ancaman.
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut, jelas
bahwa ancaman terbesar adalah orangtua
menyekolahkan anaknya di lembaga lain dikarenakan
sekolah dianggap tidak bisa memenuhi pendidikan
agama yang cukup, maka kegiatan yang perlu
direncanakan adalah pengembangan kurikulum
berbasis kearifan religi yaitu mengembangkan materi
pembelajaran Agama Islam dengan mengadakan
kegiatan Taman Pendidikan al-Quran (TPQ) yang
merupakan salah satu dari iplementasi
kurikuluberbass kearifan religi untuk
Agar kegiatan dapat berjalan sesuai dengan
tujuan yang direncanakan, maka perlu dibuat
pedoman pelaksanaannya.
Adapun hasil akhir dari analisis SWOT dapat
digambarkan dalam matrik berikut:
103
Tabel 4.4. Matrik Skor Akhir IFAS-EFAS
IFAS EFAS
Kategoti Total Skor Kategoti Total Skor
Kekuatan (S) 1,55 Peluang (O) 1,75
Kelemahan (W) 0,9 Ancaman (T) 0,55
Total (S-W) 0,65 Total ( O-T) 1,2
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal
dan eksternal diperoleh hasil akhir IFAS ( kekuatan –
kelemahan ) adalah 0,65; sedangkan hasil akhir dari
EFAS ( peluang-ancaman) adalah 1,1. Hal ini
menunjukkkan bahwa strategi berada di kuadran SO
(Strength-Opportuity) yang mendukung Strategi Agresif
yaitu menggunakan kekuatan dari lingkungan
internal sekolah untuk memanfaatkan peluang yang
ada pada lingkungna eksternal agar dapat
menghasilkan out put sesuai dengan harapan
masyarakat pengguna. Kalau kita lihat hasilnya ada
peluang yang besar maka sekolah harus berusaha
keras dan pandai –pandai memanfaatkan peluang
dengan kekuatan yang dimilikinya agar dapat menepis
ancaman.
Adapun hasil analisis SWOT tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
104
Peluang
Kelemahan Kekuatan
Acaman
Gambar 4.1. Diagram SWOT
Hasil analisis berada di kuadran 1, berarti sekolah
berada pada situasi yang menyenangkan yaitu
memiliki Kekuatan dan peluang, sehingga sekolah
dapat menggunakan kekuatan yang ada untuk
memanfaatkan peluang.
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan melalui
Matrik SWOT berikut.
Mendukung startegi Agresif Menggunakan Kekuatan untuk
memanfaatkan peluang yang ada
1
2
3
-3
-2
-1 1 2 3 -3 -2 -1
(0,65;,1,2)
105
Tebel 4.5. Matrik SWOT
Faktor
Eksternal
Faktor
Internal
Peluang
1.
Men
gik
uti
lom
ba y
an
g
dia
dakan
Din
as P
en
did
ikan
,
mau
pu
n d
inas t
erk
ait
2.
Men
gik
uti
kegia
taan
keagam
aan
di desa
3.
Men
gadakan
pen
tas s
en
i
den
gan
men
gu
ndan
g o
ran
g
tua s
isiw
a d
an
kom
ite
4. m
en
gadakan
sosia
lisasi ke
TK
/R
A s
ekit
ar
5.
Kebia
jakn
pem
eri
nta
h y
an
g
men
du
ku
ng p
rogra
m
sekola
h.
6.
Men
gem
ban
gkan
ku
riku
-
lum
sekola
h
Kekuatan
1. Bersama komite , sekolah berusaha untuk mngembangkan kurikulum agar output
sesuai dengan keinginan masyarakat
setempat
2. Pemerintah desa menjebatani sekolah
untuk melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat agar mendukung
sekolah
3. Komite dan pemerintah desa ikut memberi
sosialisasi agar orang tua mau
menyekolahkan anaknya ke SDN Jombor
4. Membentuk tim pemasaran untuk Menjalin kerjasama dengan TK dan RA
setempat
5. Menjalin kerjasama dengan dunia usaha
dan tokoh masyarakat
6. Menjalin kerjasama dengan alumnus 7. Memberikan tambahan pembelajaran
bidang Agama Islam melalui kegiatan TPQ
dan pembiasaan
Menyelenggarakan
sekolah gratis
Siswa dari keluarga tidak mampu
diusahakan untuk
memperoleh BSM
Hasil UN/US lebih
tinggi dibanding
pesaing
Komite sekolah mendukung
program sekolah
Sarana prasarana
sekolah memadahi
Hubungan yang
baik antara sekolah
dengan lembaga pemerintah
106
Berbekal dari hasil data yang diperloleh dan
analisis kebutuhan perlu dibuat pedoman
pelaksanaan Strategi Bersaing Berbasis Kearifan
Religi dalam Peningkatan Jumlah Peserta Didik SD
Negeri Jombor. Dengan adanya buku petunjuk guru
akan lebih mudah dalam melaksanakan kegiatan
sesuai dengan langkah-langkah yang telah
dilaksanakan, hal ini sesuai dengan pendapat Effendy
(2014) mengatakan bahwa buku pedoman adalah,
“Buku yang berisi informasi, petunjuk, dan lain-lain
yang menjadi petunjuk tuntunan bagi pembaca untuk
mengetahui sesuatu secara lengkap”. Buku petunjuk
tentang strategi bersaing yang dimaksud mencakup
menetapkan program strategi berbasis kearifan religi
dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.
Program yang dikembangkan untuk mendinamiskan
pelaksanaan kurikulum 2013 dengan
mengembangkan 3 konsep dasar agama Islam yaitu
Ta’dib, Tarbiyah, dan Ta’lim. Konsep dasar ini
diimplementasikan melalui kegiatan TPQ dan
pembiasaan baik dalam kegiatan intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler. Kerjasama antara semua
pihak baik kepala sekolah, guru, dan komite terus
ditingkatkan dengan menerapkan saling asih, asuh,
dan asah.
107
4.2.3. Pengembangan Model
Pengembangan model pada penelitiam ini
menggunakan model pengembangan ADDIE (Analysis,
Desaign, Development, Implementation, dan
Evaluation)
4.2.3.1 Tahap Analysis
Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan
sekolah dalam melaksanakan strategi untuk
meningkatkan jumlah peserta didik baru.
SDN Jombor merupakan salah satu lembaga
pendidikan formal sebagai pelaksana Wajib belajar 9
tahun bertanggungjawab menerima semua peserta
didik yaitu penduduk usia 7-12 tahun di wilayah yang
bersangkutan, sehingga wajib menerima siswa usia
sekolah tanpa adanya diskriminasi. Namun mutu
antar sekolah berimplikasi terhadap perbedaan daya
tarik masyarakat, sehingga menyebabkan adanya
perbedaan jumlah peserta didik di setiap lembaga
pendidikan.
Berdasarkan hasil angket dari orang tua tanggal
3 Oktober 2017 diperoleh hasil bahwa orang tua lebih
tertarik menyekolahkan anaknya di MI karena MI
dipandang mata Pelajaran Agama Islam lebih banyak
dibandingkan SD Negeri Jombor, meskipun pada sore
hari anak sudah ikut pendidikan madrasah atau
mengaji di masjid. Maka kepala sekolah bersama guru
108
didukung komite berupaya meyakinkan masyarakat
tentang keberadaan dan kemajuan sekolah dalam
meningkatkan jumlah peserta didik.
Jumlah dan mutu guru, sarana prasarana, dan
kegiatan ekstrakurikuler seperti drumband, rebana,
MTQ, seni tari, dan kegiatan lainnya menjadi kriteria
dan indikator pemilihan sekolah. Dalam
perkembangan terakhir kegiatan religi dalam PBM dan
kegiatan ekstrakurikuler menjadi tolok ukur
tambahan pemilihan sekolah. Fenomena ini menjadi
permasalahan SD Negeri Jombor dalam peningkatan
jumlah peserta didik dari tahun ke tahun.
Keterbatasan sumber daya manusia terutama
guru yang berkompeten dalam bidang religi dan
spiritual pada Agama Islam menjadi kelemahan dalam
menjawab harapan masyarakat. Kerjasama dengan
para Kyai dan pondok pesantren pun ditingkatkan
untuk mengembangkan program kegiatan kreatif
dalam implementasi kurikulum 2013.
Dalam periode lima tahun terakhir (2012-2107)
ada kecenderungan jumlah peserta didik menurun.
Tahun 2012 peserta didik baru berjumlah 12, tahun
2013 berjumlah 13, tahun 2014 berjumlah 21, tahun
2015 berjumlah 13, tahun 2016 berjumlah 13 tahun
2017 berjumlah 10.
109
4.2.3.2. Tahap Design
Pada tahapan ini ditentukan Tujuan, Maksud, dan
Sasaran.
a. Tujuan
1.Meningkatkan kompetensi manajerial sekolah
dalam pengelolaan kurikulum yang
mengamalkan konsep dasar pendidikan Islam
yaitu Ta’dib, Tarbiyah, dan Ta’lim
2.Menjadi panduan bagi guru untuk menyusun
perencanaan, proses pembelajaran , dan
evaluasi sesuai prinsip dalam melaksanakan
kegiatan berbasis kearifan religi Islami.
b. Maksud
1. Sebagai pedoman bagi sekolah dalam
melaksanakan kurikulum 2013 dengan
mendasarkan pada nilai-nilai relegius Islami.
2. Sebagai pedoman bagi sekolah dalam
mengelola kegiatan berbasis kearifan religi.
c. Sasaran
Panduan kegiatan ini disusun untuk digunakan
oleh pengelola dan para guru/pembimbing
dalam melaksanakan kegiatan berbasis kearifan
religi di SDN Jombor.
110
4.2.3.3. Development
Tahap ini dikembangkan Konsep dan Prinsip Model
a. Konsep
Konsep dasar pendidikan Islam, yaitu; Ta’dib,
Tarbiyah, dan Ta’lim. Ta’dib berarti mendidik.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata adab
diartikan sebagai sopan santun, budi pekerti dan tata
krama. Jadi pada konsep pendidikan Ta’dib
difokuskan pada pembinaan akhlak, budi pekerti,
sikap yang sesuai dengan ajaran Islam sebagai
proses untuk membentuk sebuah peradaban.
Tarbiyyah diartikan sebagai mencipta, memelihara,
memenuhi kebutuhan dan menyempurnakan.
Cakupan materi Tarbiyah adalah pembinaan bakat
minat yang merupakan potensi siswa. Dikembangkan
lewat kegiatan ekstrakurikuler. Adapun kegiatan
pembinaan bakat dan minat siswa bidang keagamaan
antara lain: Seni Rebana dan MTQ. Ta’lim berasal
dari kata ‘allama artinya proses pengajaran dengan
menggunakan seluruh indra yang dimiliki manusia
yang selanjutnya direkam oleh akal (nalar). Dengan
demikian ta’lim memiliki cakupan yang lebih spesifik
yang hanya menitik tekankan terhadap proses
penalaran saja. Jadi merupakan pengajaran di
111
bidang pengetahuan dan ketrampilan. Kegiatan ini
dilaksankan melalui TPQ.
Adapun konsep dasar pembelajaran berbasis
kearifan religi dapat dilihat dalam diagram di bawah
ini:
Gambar: 4.2. Konsep Pengajaran Pendidikan
Berbasis Kearifan Religi
112
b. Prinsip Pendidikan Berbasis Kearifan Religi
Prinsip pengembangan kegiatan berbasis
kearifan religi dikembangkan berdasarkan
prinsip pengembangan kurikulum 2006 yaitu
berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Berpijak pada prinsip tersebut
maka tujuan diadakan Pendidikan berbasis
kearifan religi ini adalah :
a. Memberikan pedoman dasar bagi
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan yang bisa diterima di tempat
umum.
b. Memberikan penjelasan dasar teknis
membaca Al-Qur’an sebagai penunjang mata
pelajaran Agama Islam pada Lembaga
pendidikan formal.
c. Memberi kontribusi kepada siswa untuk
menimba ilmu agar bisa mengembangkan
aspek-aspek yang berkaitan dengan aplikasi
ilmu pengetahuan agama.
d. Memberikan sarana pelatihan dan
pendalaman agama bagi siswa agar dapat
mendialogkan materi pelajaran Agama Islam
yang diperoleh, sehingga dapat mengamalkan
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari,
113
dan diharapkan siswa mampu menentukan
sikap dan arah yang harus diambilnya dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Membina siswa untuk gemar membaca Al
Qur’an dan mampu menuliskannya
f. Membekali Siswa dalam berinteraksi dengan
Al Qur’an secara lebih intensif di kemudian
hari.
g. Memberi bekal kemampuan kepada siswa
untuk mengembangkan kehidupan sebagai
pribadi muslim yang beriman dan bertaqwa,
percaya diri dan berakhlaq mulia
Agar pelaksanaan program dapat berjalan dengan
efektif maka sekolah menerapkan prinsip-prinsip:
1 Optimalisasi Program
Program Pendidikan berbasis kearifan religi
dimaksudkan untuk memperkuat lembaga
pendidikan SDN Jombor dengan pendidikan
Al-Quran melalui kegiatan TPQ.
2 Optimalisasi Ketenagaan
Program Kegiatan berbasis kearifan religi
melalui kegiatan TPQ dapat
mengoptimalkan ketenagaan (Guru TPQ)
yang ada untuk melaksanakan dua program
secara terpadu, yaitu program kegiatan SDN
Jombor baik pembiasaan maupun
114
ekstrakurikuler dan Pendidikan Al-Quran
untuk meningkatkan mutu Pendidikan.
3 Optimalisasi Sarana dan Prasarana
Program Pendidikan berbasis Kearifan religi
(TPQ) dapat memanfaatkan sarana dan
prasarana yang tersedia seperti musholla
dan prasarana lain yang dimiliki sekolah.
A. Sasaran
Sasarana dalah semua siswa SD Negeri Jombor
dari kelas 1 sampai dengan kelas 6
B. Jenis kegiatan
Kegiatan berbasis kearifan religi dilaksankan
melalui 3 jenis kegiatan yaitu TPQ, Pembiasaan
dan Ekstrskurikuler yang mendukung kegiatan
keagamaan
4.2.3.4. Implementation
Tahap ini merupakan tahap implementasi
Produk sebagai panduan yang berisi langkah-langkah
untuk melaksanakan kegiatan berbasis kearifan religi
yang merupakan model pengembangan materi
pembelajaran agama Islam yang tidak hanya
dilaksankan dalam kegiatan intrakurikuler melalui
kegiatan TPQ, namun dilaksankan secara
berkesinambungan pada kegiatan pembiasaan dan
115
kegiatan ekstrakurikuler. Adapun materi kegiatan
dilaksanakan melalui Kegiatan Intrakurikuler lewat
TPQ dengan materi pembelajaran yang terdiri dari :
1)Pendidikan Al Qur’an meliputi Membaca Al Quran
dengan menggunakan modul (Jilid). Metode yang
digunakan adalah metode Iqro’. dan Tarsana. Materi
Kelas 1 adalah Materi Iqro’ I karangan KH. As’ad
Humam Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus
“AMM” Yogyakarta dari pengenalan huruf sampai
dengan jilid II. (lebih ditekankan pada penguasaan
huruf, dan sudah mulai pada bacaan panjang
pendek). Materi kelas I dimulai dari Iqro Jilid 1 - Jilid
3. Materi Kelas 2 dapat menyelesaikan Iqro’ jilid III
dan menginjak jilid IV (penekanan dan penguasaan
panjang I’ u’, Dhomah dibalik, panjang, fathah tegak,
kasroh tegak).Materi Kelas 3 dapat menyelesaikan
Iqro’jilid IV dan jilid V (penguasaan pada panjang
pendek, bacaan AN, IN, UN, tanwin, membaca sengau
AU, AI dan qolqolah, perbedaan huruf mati pada
hamzah, Ain, Kaf, Kof. Materi Kelas 4 adalah Dapat
menyelesaikan Jilid V dan VI, (khatam Iqra’).
Sehingga siswa sudah memahami pada panjang
pendek, bacaan tajwid, (non teori), membaca sengau,
qolqolah, huruf mati, waqof, ghorib). Materi Kelas 5
adalah Dapat menyelesaikan Jilid VI, (khatam Iqra’)
dan Juz Amma. Kompetensi ditekankan penguasaan
116
pada panjang pendek, bacaan tajwid (non teori),
membaca sengau, qolqolah, huruf mati, waqof,
ghorib). Materi Kelas 6 di samping kelancaran dan
frekwensi bacaan al Qur’an diharapkan siswa dapat
berlatih menterjemahkan al Qur’an
Untuk membaca Al-Quran dengan berlagu
Metode yang diterapkan adalah Tarsana (Tartil – Sari’-
Nagham) melalui pemanduan dan CD Pembelajaran
adapun petunjuk yang digunakan adalah buku
Tarsana karya H. Sjamsudin Mustaqim.
Selain belajar membaca al Quran melalui TPQ
diajarkan pula Menulis huruf Arab. Pada buku
panduan ini diajarkan cara penulisan huruf
berkarakter tegak, datar, miring, dan lengkung kanan.
Mencontoh cara penulisan huruf tunggal awal,
tengah dan akhir berkarakter tegak, datar, miring,
dan lengkung kanan, Mencontoh cara penulisan huruf
tunggal bergerigi dan lengkung kiri , Mencontoh cara
penulisan huruf tunggal awal, tengah dan akhir
bergerigi lengkung kiri , Mencontoh cara penulisan
angka Arab, Mencontoh cara penulisan huruf
sambung berhuruf dua, tiga. empat , Mencontoh cara
penulisan huruf sambung berhuruf lima, enam,
tujuh , Seni mewarnai kaligrafi dan aneka gambar .
Dalam buku panduan ini juga terdapat materi
Pendidikan Ibadah yaitu pendidikan untuk
117
membentuk pribadi muslim yang taat beribadah,
Membina siswa untuk mampu menghafal bacaan do’a
dan ayat-ayat Al Qur’an, Membina siswa untuk taat
beribadah melaksanakan shalat. Siswa yang telah
lulus harus hafal 10 surat-surat pendek dalam jus 30
Al Qur’an dan hafal beberapa do’a sehari-hari. Buku
Panduan ini sejalan dengan pendapat Sugiarto (2011)
tentang buku ajar yaitu buku yang disusun untuk
kepentingan proses pembelajaran baik yang
bersumber dari hasil-hasil penelitian maupun hasil
dari sebuah pemikiran tentang sesuatu atau kajian
bidang tertentu yang kemudian dirumuskan menjadi
bahan pembelajaran.
Dalam panduan ini juga diatur tenaga pengajar TPQ
SDN Jombor yang terdiri dari para guru SDN Jombor
yang memiliki latar belakang S1 Pendidikan Agama
Islam ditambah pengajar dari luar yang memiliki ilmu
keagamaan yang sesuai. Agar pembinaan siswa dapat
berlangsung dengan efektif, maka diterapkan teknik
Klasikal, Individual, Tutorial. Adapun metode yang
digunakan dalam pembelajaran antara lain:
Demonstrasi, Pemanduan, Permainan. Dalam rangka
menegakkan disiplin, menggugah semangat dan
memperlancar proses pembinaan ditetapkan Tata
Tertib.
118
Untuk mengetahui sejauh mana keefektifan
produk dapat mencapai tujuan maka dilakukan
Evaluasi yang meliputi evaluasi terhadap pengelolaan
yang diselenggarakan, guru, materi maupun siswa.
Evaluasi pengelolaan yaitu Evaluasi yang
dilakukan untuk mengukur keberhasilan pengelolaan
pendidikan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan
lainnya. Baik pada pengelolaan, guru maupun siswa.
Evaluasi pengelolaan dilakukan melalui rapat
pengelola, rapat tim dan laporan-laporan.
Evaluasi guru dilakukan untuk mengukur
kompetensi guru dan keberhasilanya dalam membina
siswa. Evaluasi siswa dilakukan untuk menguji
kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran,
dilakukan ketika siswa akan naik jilid dan sesuai
kebutuhan. Agar kegiatan berbasis kearifan religi
dapat berjalan efektif maka perlu dialakukan
beberapa laporan, antara lain:1) Laporan pengelolaan.
Setiap aktivitas yang diselenggarakan harus
memberi laporan terdokumentasi. Adapun Laporan
Pengelolaan TPQ terdiri dari: Laporan Bulanan,
Catatan Umum Pengelolaan., Daftar Karyawan dan
Pembinaannya, Data Santri., Daftar Nama,
Pembiayaan dan Kemajuan , Belajar santri., dan
Laporan Keuangan, bila diperlukan, 2)Laporan Panitia
dan Team yaitu laporan kegiatan yang dilaksanakan
119
oleh Panitia dalam rangka melaksanakan suatu
kegiatan, seremonial dan atau perlombaan, 3)Laporan
Tahunan yaitu laporan Kepala Sekolah dalam
mengelola seluruh aktivitas Pengelolaan TPQ- yang
terdiri dari: Program Kerja, Rencana Kerja dan
Anggaran Pengelolaan (RKAP). Realisasi Program
Kerja, Kemajuan Pendidikan, Keuangan, Evaluasi dan
Lampiran yang terdiri dari dokumen Proses
Pengajaran, Aktivitas., Prestasi, Dokumentasi, dan
lain-lain.
4.2.3.4.1. Prosedur Implementasi Model
Berdasarkan konsep pengembangan model ADDIE
ada beberapa langkah yang diterapkan untuk
melaksanakan strategi kegiatan berbasis kearifan
religi yaitu perencanaan program, sosialisasi
penggunaan model, uji coba terbatas, setelah
dilakukan uji terbatas maka peneliti melakukan
revisi produk berdasarkan masukan kelemahan-
kelemahan yang perlu dibenahi.
4.2.3.4.2. Gagasan Peneliti
Strategi bersaing adalah suatu cara atau
langkah melalui tahapan-tahapan yang direncakan
secara terprogram agar dapat memenangkan
persaingan pada situasi yang terjadi di pasaran.
Untuk memenangkan persaingan diperlukan
120
program atau kegiatan yang sesuai dengan minat dan
keinginan masyarakat pengguna. Karena keinginan
masyarakat desa Jombor adalah unggul di bidang
pembelajaran Agama Islam, maka perlu
dikembangkan kurikulum berbasis kearifan religi
yang memuat nilai-nilai ajaran Islam.
Terbatasnya kompetensi pendidik SDN Jombor
di bidang agama Islam, maka untuk pelaksanaan
kegiatan perlu mendatangkan guru yang latar
belakang pendidikannya di bidang agama Islam.
Demikisn juga dalam rangka mempelancar
pelaksanaan kegiatan sekolah perlu menyediakan
sarana prasarana, seperti buku Iqra’, Al Quran, buku
panduan tarsana, LCD, lap top, CD pembelajaran ,
dan peralatan lain yang mendukung.
Dalam pelaksanaan kegiatan intrakurikuler
/TPQ bisa dilaksanakan di luar kelas sesuai dengan
materi pembelajaran, supaya anak tidak merasa
bosan dan tertekan. Adapun prosedur implementasi
model pembelajaran berbasis kearifan religi dapat
dilihat pada diagram berikut:
121
Gambar 4.3. Prosedur Implementasi Model
4.2.4. Hasil Tahap Uji Pakar
Uji Pakar dilakukan dalam rangka untuk
menguji kelayakan produk sebelum diuji coba di
lapangan berupa Buku Panduan Strategi Bersaing
Berbasis Kearifan Religi untuk meningkatkan jumlah
Peserta Didik SDN Jombor Tuntang. Uji pakar yang
dilakukan meliputi Uji Kurikulum, Uji Materi, dan uji
Konten Manajemen Strategi. Kegiatan ini dilakukan
untuk mereview produk awal, memberi masukan
untuk perbaikan.
Pada uji kelayakan materi Abdul Syukur, M.Ag
memberikan masukan tentang materi kelas 1,2, dan 3
REVISI MODEL
PERENCANAAN SOSIALISASI PELAKSANAN
122
supaya difokuskan pada bacaan/pelafalan yang betul,
untuk kelas 4,5,dan 6 tajwid supaya benar-benar
diperhatikan, sebab beda panjang pendek pelafalan
akan fatal akibatnya Karena artinya berbeda. Materi
Kegitan ibadah juga harus dibatasi jangan terlalu
luas, untuk usia SD cukup ibadah Mafdloh yaitu
ibadah yang wajib dilaksanakan.
“Saya setuju apabila kegiatan itu benar-benar
dilaksankan akan dapat menghasilkan anak-anak yang hebat, anak-anak yang berkarakter. Sehingga sekolah bisa menunjukkan pada masyarakat bahwa di SD Negeri juga memperoleh ilmu agama yang cukup sesuai dengan taraf pendidikannya”.
Selanjutnya beliau juga menyarankan agar
menggunakan kata siswa jangan santri karena
peserta adalah semua siswa SDN Jombor, bukan
peserta didik pondok atau madrasah, demikian juga
untuk pengajar sebaiknya menggunakan sebutan
guru jangan ustadz/ustadzah. Selain itu beliau juga
menyarankan agar Visi Kegiatan dipertegas dan misi
diberi keterangan alasan memilih metode iqro’.
Berikut ini adalah hasil uji Ahli Penilaian terhadap
materi kegiatan berbasis kearifan religi.
123
Tabel 4.6: Hasil Uji Validasi Materi Kegiatan
NO ASPEK YANG DINILAI Nilai Klasifi-
kasi
1. Pengembangan materi sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi. 5 SB
2. Kedalaman materi yang dikembangkan sesuai dengan indikator
pencapaian kompetensi. 5 SB
3. Keluasan materi yang dikembangkan sesuai tuntutan indikator
pencapaian kompetensi. 5 SB
4. Materi yang dikembangkan mendorong rasa ingin tahu siswa 5 SB
5. Materi yang dikembangkan akan meperkaya pengetahuan dan
wawasan guru 5 SB
6. Materi TPQ yang disajikan mudah dipahami 5 SB
7 Materi disajikan secara sistematis 5 SB
8 Kebenaran konsep materi 5 SB
9 Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar 5 SB
10 Fakta atau data yang digunakan dalam mengembangkan materi
akurat. 5 SB
11 Konsep atau definisi yang digunakan dalam mengembangkan
materi akurat. 5 SB
12 Prinsip atau pernyataan kaidah yang digunakan dalam
mengembangkan materi akurat. 5 SB
13 Prosedur yang digunakan dalam mengembangkan materi akurat. 5 SB
14 Ilustrasi, gambar, diagram yang ada dalam mengembangkan
materi akurat. 4 B
15 Istilah yang digunakan dalam mengembangkan materi akurat. 5 SB
16 Secara umum materi yang dikembangkan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru. 5 SB
17 Menggunakan sumber pustaka yang mutakhir 5 SB
18 Foto/gambar yang digunakan dalam mengembangkan materi
mutakhir 5 SB
19 Ketepatan struktur kalimat yang digunakan dalam
mengembangkan materi 5 SB
20 Keefektifan kalimat yang digunakan dalam mengembangkan
materi 5 SB
21 Kebakuan istilah digunakan dalam mengembangkan materi 5 SB
22 Informasi/pesan disampaikan secara komunikatif 5 SB
23 Keterpaduan antarparagraf 5 SB
24 Konsistensi dalam penggunaan istilah 5 SB
25 Konsistensi dalam menggunakan tanda baca 5 SB
.26 Kesesuaian alokasi waktu dengan keluasan materi 5 SB
Total Rerata 4,99
Sumber : data primer diolah
124
Berdasarkan hasil pada tabel 4.4 dapat dijelaskan
bahwa hanya ada 1 indikator yang mendapat nilai 4
yang harus diperbaiki lagi meskipun sudah baik,
namun nilai rerata mencapai 4,99 berarti masuk
klasifikasi sangat baik. Meskipun demikian beliau
mengusulkan agar tata tulis diperhatikan lagi,
langkah-langkah supaya dibuat lebih urut supaya
guru tidak bingung.
Selanjutnya Pada uji kelayakan kurikulum Sri
Wahyuni, S.Ag, M.Ag (Pengawas Pendidikan Agama
Islam Tuntang) mengatakan untuk memperkuat
pengembangan kurikulum supaya dasar hukumnya
ditambah Peraturan Meteri Agama No.16 tahun 2010
tentang Pendidikan Agama di Sekolah dan Peraturan
Pemerintah No. 87 tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter, kompetensi Dasar yang
dikembangkan sudah sesuai, alokasi waktu sudah
cukup, untuk hafalan surat-surat pendek perlu
dibatasi agar jelas kompetensi lulusannya. Karena
pada jus 30 itu ada 37 suroh. Selain itu karena pada
materi ada kegiatan menulis maka perlu ditambahkan
kompetensi tentang menulis huruf Al Quran. untuk
membentuk manusia yang berkarakter sesuai
tuntunan agama siswa perlu diberi pembiasaan-
pembiasaan yang bisa dikontrol oleh orang tua siswa
di rumah, sehingga orang tua ikut bertanggung jawab
125
terhadap pendidikan anak. Siswa perlu diberi buku
saku kepribadian supaya orang tua dan guru dapat
mengontrol kemajuan perubahan sikap yang dialami
siswa sesuai dengan kompetensi yang disyaratkan.
Apabila sekolah mengalami kesulitan tenaga pengajar
soklah bisa menjalin kerjasama dengan Depag . Saat
ini Depag mempunyai tenaga penyuluhan Pendidikan
agama. Sehingga bisa diminta bantuannya untuk
memberikan tambahan Pendidikan agama di SD
Negeri Jombor.
Beliau juga mengusulkan agar sekolah
mendidik anak-anak untuk gemar berinfak melalui
kotak menuju surga, kepala sekolah memberi
penjelasan kepada anak dan orant tua tentang
manfaat amal yang ia lakukan, sehingga tidak ada
akan terjadi salah persepsi, serta laporan penggunaan
infaq secara transparan baik kepada siswa maupun
kepada orangtua. Adapun hasil validasi kurikulum
adalah sebagai berikut.
126
Tabel 4.7. Hasil Uji Validasi Kurikulum
NO ASPEK YANG DINILAI
Skor Klasi
fi
kasi
1. Kurikulum disusun sesuai dengan langkah-langkah
penyusunan KTSP 5 SB
2. Latar Belakang Berisi penjelasan tentang apa, mengapa, dan
untuk apa KTSP dibuat 5 SB
3. Visi Sekolah Berupa pernyataan singkat dan mudah diingat,
serta memiliki power yang dapat mempengaruhi langkah dan
pikiran ke depan dalam membangun sekolah
3 C
4 Misi Sekolah menggambarkan langkah mewujudkan visi
sekolah. 5 SB
5. Tujuan sekolah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum
pendidikan dasar 5 SB
6 Struktur kurikuklum disusun berdasarkan standar kompetensi
lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran SD memuat 8
mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.
4 B
7 M5uatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi
sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya
merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan
pendidikan
5
SB
8. TPQ merupakan Pendidikan berbasis kearifan religi yang
merupakan pengembangan dari mata pelajaran Agama Islam
5 SB
9. Jam pembelajaran tambahan untuk pengembanagn mata
pelajaran Agama Islam mempertimbangkan kebutuhan
peserta didik dalam mencapai kompetensi.
5
SB
10. Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan
dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%.
5 SB
11 Kurikulum memuat kriteria kenaikan kelas 5 SB
12 Kurikulum yang dibuat memuat kriteria kelulusan 5 SB
13 Kriteria kelulusan mengacu kepada standar penilaian yang
dikembangkan oleh BSNP dan mengacu pada PP 19/ 2005
pasal 72 ayat 1.
5
SB
14 Kegiatan TPQ yang dikembangkan memuat system penilaian
yang jelas
5 SB
15 Kegiatan TPQ yang dikembangkan memuat kompetensi dasar
yang jelas
5 SB
16. Kegiatan TPQ yang dikembangkan memuat tujuan yang jelas 5 SB
17. Kesesuaian alokasi waktu dengan keluasan materi 5 SB
Jumlah Skor 4,88
127
Tabel Pengubahan skor rata-rata menjadi nilai
kualitatif.
Rerata Skor Klasifikasi
>4,2 Sangat baik/Sangat Layak
>3,4 – 4,2 Baik/Layak
>2,6 -3,4 Cukup (C)
>1,8 – 2,6 Tidak Baik (TB)
≤ 1,8 Sangat Tidak Baik (STB)
Berdasarkan hasil pada tabel 4.5 dapat dijelaskan
bahwa hanya ada 1 indikator yang mendapat nilai 3
yang harus diperbaiki lagi meskipun sudah baik,
namu nilai rerata mencapai 4,99 berarti masuk
klasifikasi sangat baik.
Yang ketiga adalah uji Ahli konten stratejik
Manajemen Oleh Ibu Dr. Yari Kurnaningsih, M.Pd.
dalam Uji Konten manajemen strategi memberikan
komentar: tata tulis perlu diperhatikan, jangan
langsung menulis singkatan tapi kepanjangan dulu
baru ditulis singkatan, karena buku panduan akan
dibaca banyak orang sehingga kalau langsung ditulis
singkatan banyak orang yang tidak paham atau salah
tafsir. Selain itu perlu diperhatikan pula pemakaian
huruf Kapital, spasi dan ketelitian penulisan kata,
jangan sampai ada yang keliru.
128
Tabel 4.8. Hasil Uji Validasi Konten Strategi
No Aspek Yang Dinilai
Skor Kla
sifi
kasi
1. Sumber penentuan strategi berdasarkan modal fisik (teknologi,
bangunan, perlengkapan, lokasi serta untuk mendapatkan
material)
4 B
2. Sekolah menerapkan biaya pendidikan gratis
5 SB
3. Strategi didasarkan pada seperangkat asset, skill dan
kemampuan. 4 B
4 Sasaran/masyarakat setempat sesuai dengan strategi yang
dijalankan atau dengan kata lain asset, skill dan kemampuan
mampu mendukung strategi dalam memberikan sesuatu yang
bernilai bagi pasar
4 B
5. Sekolah mampu mengidentifikasi pesaingnya, apakah pesaing
tersebut lemah, sedang, atau kuat. 4 B
6 Keunggulan bersaing berasal dari banyak aktifitas berlainan
yang dilakukan sekolah dalam mendesain, memproduksi,
memasarkan, menyerahkan dan mendukung produknya
4 B
7. Keunggulan Produk. Yang dibuat menjadi pegangan bagi
sekolahn untuk terus melakukan inovasi untuk memperoleh
kesuksesan dari berbagai macam prestasi
5 SB
8. Sekolah membangun keunggulan melalui kedekatan dengan
pelanggan untuk membangun citra atau image tentang sekolah
ke dalam benak pelanggan
5 SB
9. Strategi bersaing yang dilaksanakan bertujuan menegakkan
posisi yang menguntungkan dan dapat dipertahankan terhadap
kekuatan-kekuatan pesaing, yang pada akhirnya adalah untuk
menanggulangi ancaman
4 B
10 Perumusan strategi bersaing yang dilaksanakan dapt
menghubungkansekolah dengan lingkungannya 5 SB
1 11 Strategi bersaing Diferensiasi merupakan Cara untuk
melakukan diferensiasi berbeda dengan sekolahh
lain,
5 SB
12 Pengembangan kurikulum merupakan pilihan
strategi bersaing yang tepat 4 B
13 Penentuan strategi bersaing berdasarkan analisis
SWOT 5 B
14 Penentuan strategi bersaing yang dilaksankan akan
dapat mncapai tujuan yang diharapkan 4 B
Total Rerata 4,43
129
Tabel Pengubahan skor rata-rata menjadi nilai
kualitatif.
Rerata Skor Klasifikasi
>4,2 Sangat baik/Sangat Layak
>3,4 – 4,2 Baik/Layak
>2,6 -3,4 Cukup (C)
>1,8 – 2,6 Tidak Baik (TB)
≤ 1,8 Sangat Tidak Baik (STB)
Pada uji Ahli konten manajemen diperoleh hasil
rerata 4,4 berarti dalam klasifkasi Sangat Baik.
Rekap hasil Uji Validasi ahli adalah sebagai berikut
Berdasarkan hasil uji validasi ahli didapat nilai rata-
rata 4,76 berada pada kualifikasi sangat baik, berarti
buku panduan ini layak digunakan untuk diujicoba
dengan revisi sesuai saran dari para ahli.
4.2.5. Revisi Desain
Berdasarkan hasil uji pakar diperoleh beberapa
masukan dan saran baik mengenai langkah-langkah
kegiatan, materi maupun desain produk untuk
perbaikan dan penyempurnaan buku panduan ini.
No Nama Aspek Yang
Dinilai
Nilai
Rata-rata
1 Dr. Yari Kurnaningsih, M.Pd Koten
Manajemen
Strategi
4,43
2 Drs. Abdul Syukur, M.Si Kurikulum 4,99
3 Sri Wahyuni, S.Pd, M.Pd Materi 4,88
Rata-rata 4,76
130
Atas dasar masukan tersebut peneliti melakukan
beberapa revisi terutama pada desain cover. Revisi
desain cover inidilakukan sebanyak tiga kali,demikian
juga desain produk termasuk bentuk tulisan, ukuran
judul, desain gambar. Adapun beberapa revisi yang
peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengganti gambar cover sesuai dengan isi buku
petunjuk.
2. Gambar yang semula diambil dari internet
diganti dengan foto asli yang diperoleh dari
dokumen sekolah.
3. Desain kertas yang semula berwarna-warni
dibuat satu warna.
4. Background kertas pada setiap halaman yang
semula bergambar diubah menjadi polos.
5. Judul buku yang semula sama dengan judul tesis
diubah sesuai dengan fungsinya sebagai buku
petunjuk pelaksanaan kegiatan.
4.2.6. Uji Coba Terbatas
Setelah dilakukan revisi produk maka buku
panduan ini siap diujicoba sebagai panduan guru
dalam melaksanakan kegiatan berbasis kearifan
reiligi. Langkah pertama yang peneliti lakukan
adalah memberi sosialisasi kepada para guru.
Selama sosialisasi, terjadi tanya jawab berkaitan
dengan teknik pelaksanaan kegiatan, namun setelah
131
peneliti memberi penjelasan dan para guru
memahami, akhirnya mereka merasa puas dan
mantab dalam melaksanakan kegiatan. Karena
selama ini hanya sekedar melaksanakan kegiatan
tanpa ada panduan yang jelas. Dengan hadirnya
buku panduan, guru menjadi paham apa yang harus
dipersiapkan sebelum pembelajaran dimulai, media
apa saja yang bisa dipergunakan, kegiatan apa saja
yang dilaksankan, bagaimana cara melaksankan
kegiatan baik dalam kokurikuler, pembiasaan,
maupun kegiatan ekstrakurikuler dan bagaimana
cara mengevaluasi peserta didik.
Untuk mengetahui sejauh mana keefektifan
buku panduan jika digunakan maka setelah
sosialisasi diadakan evaluasi. Hasil evaluasi dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9. Hasil Evaluasi Keefektifan Buku Panduan
Kegiatan Berbasis Kearifan Religi SDN Jombor.
No Responden Score Klasifikasi
1 Responden 1 4,2 Baik/Layak
2 Responden 2 4,0 Baik/Layak
3 Responden 3 4,2 Baik/Layak
4 Responden 4 4,0 Baik/Layak
5 Responden 5 3,6 Baik/Layak
6 Responden 6 4,2 Baik/Layak
Rata-Rata 4,03 Baik/Layak
132
Dari hasil evaluasi di atas dapat diketahui tentang
penilaian pengguna buku sebanyak 6 orang didapat
nilai rata-rata 4,03 berada pada klasifikasi baik untuk
menerapkan kegiatan sesuai dengan panduan, guru
harus memahami isi di dalamnya. Dengan demikian
dapat disimpulkan buku panduan ini layak dan dapat
digunakan untuk pedoman pelaksanaan kegiatan
berbasis kearifan religi di SDN Jombor hal ini sesuai
dengan pendapat Ahmad Ramadlan (2012) dengan
membaca buku petunjuk kita akan mengetahui
semua fungsi dalam peralatan dan keistimewaan dari
buku itu. Meskipun dalam kategori layak digunakan
tetapi perlu adanya perbaikan sebelum buku tersebut
benar-benar digunakan, terutama ditambahkan
administrasi yang perlu dibuat dan contoh format
laporan, sehingga guru tidak bingung.
4.2.7. Revisi Produk
Berdasarkan hasil uji coba terbatas dan masukan dari
para pengguna, dosen pembimbing, dan validator
maka peneliti melakukan revisi produk. Adapun revisi
produk yang dilakukan antara lain :
Rerata Skor Klasifikasi
>4,2 Sangat baik/Sangat Layak
>3,4 – 4,2 Baik/Layak
>2,6 -3,4 Cukup (C)
>1,8 – 2,6 Tidak Baik (TB)
≤ 1,8 Sangat Tidak Baik (STB)
133
1. Menambahkan faktor-faktor yang sangat
mendesak alasan diperlukannya strategi
bersaing kegiatan berbasis kearifan religi di
SDN Jombor.
2. Menambakan dasar hukum dilaksanakan
kegiatan berbasis kearifan religi
3. Membatasi materi pembelajaran aspek ibadah
4. Membenahi tatatulis yang menggunakan
istilah-istilah Arab.
5. Mengganti kata santri dengan siswa
6. Membatasi surat-surat pendek yang harus
dikuasai ole setiap kelas.
7. Materi kelas 1,2, dan 3 difokuskan untuk
pelafalan yang benar.
8. Karena pada kompetensi dasar ada kegiatan
menulis, maka perlu dibatasi materi
pembelajaran menulis hanya huruf Arab bacaan
Al Quran.
9. Tata tulis yang salah menurut EYD harus
dibetulkan sebelum ditulis, singkatan
dituliskan kepanjangannya terlebih dahulu.
10. Dijelaskan konsep dan prinsip pengajaran
kegiatan berbasis religi.
11. Adanya pembagian tugas yang jelas.
12. Ditambahkan format laporan yang harus dibuat
oleh pembina/pelatih.
134
13. Adanya tata tertib yang jelas.
14. Diberi jadwal pelaksanaan yang pasti.
Adapun produk akhir terdapat pada lampiran
terpisah.
4.3. Pembahasan Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
rangka penerimaan peserta didik baru, selama ini
sekolah melaksanakan sesuai peraturan Gubernur
Jawa Tengah. Salah satunya adalah menerima
peserta didik tanpa melaksanakan seleksi. Bahkan
sekolah memberikan seragam dan alat tulis gratis.
Namun hal ini tidak menambah keinginan orangtua
untuk menyekolahkan anaknya ke SD Negeri Jombor.
Maka agar dapat memenuhi harapan masyarakat
sekolah perlu mengadakan kegiatan yang bernuansa
keagamaan. Agar kegiatan dapat dilaksanakan secara
efektif, perlu adanya kegiatan menejemen mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian,
evaluasi sampai dengan rencana tindak lanjut.
Tahapan tersebut sesuai dengan langkah-
langkah penelitian pengembangan Sugiyono,
sedangkan pengembangan produk sesuai
pengembangan model ADDIE. Dari analisis
kebutuhan dapat disimpulkan bahwa sekolah perlu
melaksanakan kegiatan yang dapat meningkatkan
animo masyarakat terhadap SD Negeri Jombor.
135
Masyarakat mengharapkan agar anak memiliki
pribadi dan karakter yang baik, hal ini sesuai dengan
Perpres No.87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter yang salah satu tujuannya
adalah mengembangkan platform pendidikan nasional
yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa
utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi
Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang
dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal,
dan informal dengan memperhatikan keberagaman
budaya Indonesia. Dari Perpres tersebut mengandung
substansi Pendidikan karakter sebagai jiwa utama,
jiwa yang luhur adalah jiwa yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan
penguatan Pendidikan karakter dilaksankan baik
pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler maupun
ekstrakurikuler. Kegiatan Ekstrakurikuler
sebagaimana dimaksud, menurut Perpres salah
satunya adalah kegiatan keagamaan, yang dapat
dilaksanakan paling sedikit melalui pesantren kilat,
ceramah keagamaan, katekisasi, retreat, dan/atau
baca tulis Alquran dan kitab suci lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian maka kegiatan
yang dapat dikembangkan di SD Negeri Jombor untuk
menarik minat masyarakat adalah kegiatan tentang
baca tulis Al-Quran, pembiasaan yang dapat
136
membentuk karakter dan pribadi yang santun melalui
kegiatan shalat dhuha berjamaah, hafalan surat-surat
pendek, mengembangkan sikap salam, senyum, sapa,
juga mengembangkan bakat minat anak di bidang
seni melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
tersebut merupakan strategi bersaing sekolah dan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Supar
(2014) tentang Strategi Pemasaran Sekolah Dasar
Islam Terpadu Nurul Fikri Tulungagung yang meng-
gunakan Strategi Deferensiasi penawaran produk
Kurikulum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT)
dengan hafalan Al Qur’an, hafalan doa-doa
keseharian dan membuka layanan melalui jaringan
internet , hal ini merupakan produk baru bagi
masyarakat, sehingga layak dipasarkan kepada wali
murid, dan hal ini menjadi daya tarik tersendiri.
Penelitian tersebut sama-sama mengembangkan
kegiatan-kegiatan di bidang Agama Islam, namun
beda jenis sekolah, karena penelitian tersebut di SDIT
sedangkan yang peneliti lakukan di SD Negeri.
Kegiatan yang dikembangkan sekolah ini
diperkuat oleh Wijaya (2012:55) yang menyatakan
bahwa setiap sekolah harus selalu berusaha agar
tetap hidup, berkembang, dan mampu bersaing. Jadi
sekolah perlu menentukan dan menerapkan strategi
atau cara, serta melakukan aktivitas pemasaran.
137
Aktivitas pemasaran jasa pendidikan yang dilakukan
sekolah dapat mengubah penilaian masyarakat
terhadap kualitas sekolah dalam jangka panjang dan
merupakan cara untuk membangun citra sekolah
secara keseluruhan. Harapannya dengan
dilakukannya kegiatan-kegiatan berbasis keagamaan,
secara tidak langsung sekolah sudah melakukan
promosi dan pemasaran terhadap masyarakat sekitar.
Dengan demikian masyarakat akan mempunyai
persepsi positif terhadap sekolah dan akhirnya
memberi dukungan terhadap sekolah.
Agar pelaksanaan kegiatan-kegiatan keagama-
an tersebut dapat berjalan efektif perlu dibuat adanya
buku petunjuk pelaksanaan. Untuk pengembangan
produk dibutuhkan tahap-tahap tertentu. Tahapan
yang digunakan untuk pengembangan produk
dikemas mulai dari analisis kebutuhan yang meliputi;
manfaat kegitan bagi siswa, tujuan pelaksanaan
kegiatan, dasar hukum, sasaran, materi yang
dibutuhkan siswa, metode yang digunakan, media,
sarana prasarana yang dibutuhkan, cara
mengevaluasi dan laporan yang harus dibuat sampai
pada layak dan tidaknya buku tersebut digunakan.
Langkah-langkah tersebut sejalan dengan pengemba-
ngan model ADDIE. Pengembangan model ini sesuai
dengan yang telah dilakukan oleh I Made Tegeh dan I
138
Made Kirna (2013) tentang Pengembangan Bahan
Ajar. Melalui Model ini disusun secara terprogram
dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis
dalam upaya pemecahan masalah belajar yang
berkaitan dengan sumber belajar yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik pembelajar. Demikian
juga penelitian pengembangan oleh Nurul Nisa
Muhammad, A. Mushawwir Taiyeb, Andi Asmawati
Azis tentang Pengembangan Buku Saku pada Materi
Respirasi Untuk SMA Kelas XI yang menggunakan
model ADDIE untuk mengembangkan materi
pelajaran Biologi agar mudah dipelajari siswa.
Perbedaan antara peneliti terdahulu dengan
yang peneliti lakukan terletak pada jenisnya. Dalam
penelitian ini peneliti mengembangkan model
berbentuk buku petunjuk agar mempermudah guru
dalam melaksanakan kegiatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan tugasnya. Selain berisi
petunjuk pelaksanaan, buku petunjuk ini juga berisi
apa yang harus dipersiapkan guru/pelatih sebelum
melakukan kegiatan, kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa pada setiap jenjang kelas dari kelas 1
sampai dengan kelas 6, metode yang digunakan,
media yang digunakan evaluasi yang dilaksanakan,
dan laporan yang harus dikerjakan oleh pendidik
(guru) tapi kalau peneliti terdahulu mengembangkan
139
materi pelajaran yang sudah ada agar mudah
dipahami oleh siswa. Persamaannya adalah sama -
sama berfungsi untuk mempermudah pengguna
dalam melaksanakan kegiatan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soejono Trimo (1997:101-102) buku
panduan berguna sebagai informasi, pegangan,
instruksi, referensi, memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan pada bidang yang terkait.
Diharapkan pemakai buku dapat menjalankan atau
melaksankan tugas sesuai dengan arahan, petunjuk
agar dapat mencapai tujuan.
Buku Panduan atau petunjuk kegiatan berbasis
kerifan religi yang peneliti kembangkan juga berisi
petunjuk, arahan yang harus dilakukan guru,
pengelola dalam melaksankan kegiatan baik
intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler.
Hal senada dikatan oleh Ahmad Ramadlan (2012)
manfaat buku petunjuk adalah: 1) Mengetahui dan
nmengoptimalkan fungsi-fungsi dan fitur apa saja
yang ada didalamnya, 2) Menghindari resiko
kecelakaan, 3) Untuk mengatasi suatu masalah, 4)
Mendapatkan manfaat yang maksimal dari peralatan
tersebut. Jadi jika seseorang membaca buku tersebut
akan mengetahui tahap-tahap yang dilaksankan
dalam menentukan strategi bersaing, dapat
memecahkan masalah berdasarkan situasi yang
140
dihadapi, mengetahui apa yang harus dipersiapkan
sebelum melaksanakan kegiatan. Demikian juga
pendapat dari Abdul Hakim Sudarnoto (2006:44)
buku panduan berfungsi sebagai pedoman dan
petunjuk bagi pelaku untuk melaksanakan
aktivitasnya . Jadi dengan adanya buku panduan,
maka para pengguna dapat memahami dan
melaksanakan tugasnya sesuai dengan arahan,
sehingga antara satu sama lain tidak terjadi salah
persepsi.