bab iv hasil dan pembahasan -...
TRANSCRIPT
FTIP001654/039
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Minyak Atsiri Sereh Wangi
Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa
Ciptasari–Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,
warna, bau, indeks bias dan bobot jenis, telah sesuai dengan persyaratan mutu
minyak sereh wangi yang tercantum pada SNI 06-3953-1995. Pengukuran indeks
bias dan bobot jenis dilakukan untuk mengetahui kualitas minyak sereh wangi.
Hal ini dapat menentukan nilai jual pada salep sereh wangi. Karakteristik minyak
sereh wangi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Karakteristik Minyak Sereh Wangi
Karakteristik yang diamati Hasil PengamatanBentuk CairanWarna Kuning Kecoklat-coklatanBau Khas serehBobot Jenis 0,8998 ± 0,0085Indeks Bias 1,4855 ± 0,0024
4.1.1 Karakteristik Fisik Minyak Sereh Wangi
Hasil analisis karakteristik fisik meliputi bentuk, warna dan bau pada
minyak sereh wangi yang digunakan sebagai zat berkhasiat pada salep dapat
dilihat pada Lampiran 3. Dari hasil pengamatan secara visual didapatkan
karakteristik minyak sereh wangi yang diamati memiliki bentuk cairan dengan
warna kuning kecoklat-coklatan dan memilki bau khas sereh. Berdasarkan SNI
06-3953-1995 minyak sereh wangi berbentuk cairan yang berwarna kuning pucat
sampai kuning kecoklatan serta memiliki bau khas sereh. Dari hasil pengamatan
dibandingkan dengan SNI 06-3953-1995, maka dapat disimpulkan minyak sereh
wangi yang akan digunakan telah memenuhi persyaratan SNI 06-3953-1995.
FTIP001654/040
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
27
4.1.2 Bobot Jenis Minyak Sereh Wangi
Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan massa bahan pada suhu
tertentu dengan massa air pada suhu yang sama. Bobot jenis merupakan salah satu
kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Penentuan
bobot jenis minyak sereh wangi pada penelitian ini dilakukan pada suhu 25oC
yang mengunakan piknometer berukuran 10 ml. Dari hasil penelitian, didapatkan
nilai rata-rata bobot jenis minyak sereh wangi dengan hasil 0,899 setelah tiga kali
pengulangan dengan standar deviasi ± 0,0085. Hasil pengukuran bobot jenis
minyak sereh wangi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengukuran
bobot jenis minyak sereh wangi berdasarkan SNI 06-3953-1995 dinyatakan bahwa
bobot jenis minyak sereh wangi adalah sekitar 0,880 sampai dengan 0,922.
Setelah dibandingkan dengan SNI 06-3953-1995, maka dapat disimpulkan
minyak sereh wangi yang akan diformulasikan menjadi salep telah sesuai dengan
SNI 06-3953-1995.
4.1.3 Hasil Pengukuran Indeks Bias Minyak Sereh Wangi
Indeks bias pada minyak sereh wangi adalah perbandingan antara
pembiasan cahaya di dalam udara dan di dalam minyak sereh wangi pada suhu
tertentu. Penentuan indeks bias minyak sereh wangi dilakukan pada penelitian ini
pada suhu 20oC. Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa indeks bias
minyak sereh wangi sebelum digunakan menjadi sediaan salep didapatkan nilai
rata-rata indeks bias sebesar 1,4855 setelah tiga kali ulangan dengan standar
deviasi ± 0,0024. Data hasil pengukuran selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 5. Berdasarkan SNI 06-3953-1995 dinyatakan bahwa indeks bias
minyak sereh wangi adalah sekitar 1,466 hingga 2,475. Setelah dibandingkan
dengan SNI 06-3953-1995, maka dapat dinyatakan minyak atsiri sereh wangi
yang akan digunakan telah sesuai dengan persyaratan SNI 06-3953-1995.
FTIP001654/041
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
28
4.2 Kandungan Sitronellal dan Graniol Minyak Sereh Wangi
Mutu minyak sereh wangi ditentukan oleh kandungan komponen
utamanya yaitu kandungan sitronellal dan geraniol. Tidak boleh mengandung
bahan asing, seperti minyak lemak, alkohol, etilen glikol dan hekslen glikol.
Mengetahui mutu minyak sereh wangi yang akan dijadikan zat berkhasiat atau zat
aktif pada formula salep merupakan suatu hal yang penting, dikarenakan akan
mempengaruhi efektifitas dan fungsi yang diharapkan pada sediaan salep yang
akan dibuat.
Dalam penelitian ini digunakan mesin GC-MS – QP 5000 untuk
mengetahui kandungan sitronellal dan geraniol pada sereh wangi yang akan
diformulasikan menjadi zat aktif pada salep. Arswendiyumna (2010), melakukan
penelitian minyak sereh wangi yang dari data kromatogram GC-MS minyak
dengan komponen sitronellal (30,58%), geraniol (25,45%) dan sitronellol
(13,19%). Minyak sereh wangi memiliki aktivitas sebagai antimikroba dengan
nilai LC50 315,24 ppm untuk antimikroba. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
minyak sereh wangi tersebut aktif sebagai antimikroba karena memilki nilai LC50
< 500. Hasil tersebut menunjukkan bahwa minyak sereh wangi tersebut aktif
sebagai antimikroba. Hasil kromatogram GC-MS pada minyak sereh wangi yang
didapat dari desa Ciptasari–Pamulihan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar
2.
Gambar 2. Kromatogram Minyak Sereh Wangi
FTIP001654/042
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
29
Kromatogram hasil analisis GC-MS pada minyak sereh wangi
menunjukkan 17 puncak yang terdeteksi. Masing-masing puncak kemudian
dianalisis dalam spektrometer massa. Spektrum massa masing-masing puncak
setelah dicocokan dengan data base, merujuk senyawa graniol dan sitronellal yang
dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
\Gambar 3. Kromatogram GC-MS Minyak Sereh Wangi Senyawa Geraniol
Pada Gambar 3 dapat dilihat puncak pengukuran kandungan geraniol pada
minyak sereh wangi berada pada urutan ke-6, Identifikasi komponen kimia
senyawa geraniol pada minyak sereh wangi yaitu sebesar 32,68% pada waktu
retensi 14,617 menit dengan berat molekul 154 mol.
Gambar 4. Kromatogram GC-MS Minyak Sereh Wangi Senyawa Sitronellal
FTIP001654/043
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
30
Pada Gambar 4 dapat dilihat puncak pengukuran kandungan sitronellal
pada minyak sereh wangi berada pada urutan ke-2, Identifikasi komponen kimia
pada minyak sereh wangi senyawa sitronellal yaitu sebesar 22,95% pada waktu
retensi 11,942 menit dengan berat molekul 154 mol. Data yang di dapat dalam
kandungan minyak sereh wangi dengan komposisi senyawa sitronellal dan
geraniol dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Puncak Kromatogram Minyak Sereh Wangi Senyawa Graniol danSitronellal
No. Puncak SI BM RT (menit) Nama Senyawa Komposisi (%)2 94 154 11,924 Sitronellal 22,956 94 154 14,617 Geraniol 32,68
Keterangan : SI = Indentifikasi similaritas dengan data baseBM = Berat molekulRT = Waktu retensi
Data pada Tabel 4 kandungan sitronellal dan geraniol padaminyak sereh
wangi berbeda dengan data Arswendiyumna (2010). Hal ini dapat disebabkan
oleh perlakuan sebelum penyulingan seperti perajangan dan pelayuan sangat
mempengaruhi kandungan graniol. Perajangan dapat menyebabkan terdifusinya
molekul minyak ke permukaan bahan sehingga minyak terikut menguap bersama
air. Kadar geraniol dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perlakuan sebelum
penyulingan, metode penyulingan dan umur tanaman (Harris, 1987). Umumnya
perbedaan kandungan dalam minyak sereh wangi dapat disebabkan iklim dan
kesuburan tanah. Kadar geraniol dan sitronellal yang rendah biasanya disebabkan
oleh jenis tanaman sereh yang kurang baik, di samping pemeliharaan tanaman yang
kurang baik serta umur tanaman yang terlalu tua. (Ketaren dan Djatmiko, 1978)
4.3 Karakteristik Fisik Salep dengan Beberapa Formula
Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting dalam keberhasilan
terapi dengan menggunakan sediaan salep. Pelepasan obat dari sediaan salep
sangat dipengaruhi oleh sifat fisika kimia obat seperti kelarutan, ukuran partikel
dan kekuatan ikatan antara obat dengan pembawanya, untuk basis yang berbeda
faktor-faktor diatas mempunyai nilai yang berbeda. Pemilihan formulasi yang
FTIP001654/044
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
31
baik sangat menentukan tercapainya tujuan pengobatan. Hasil formulasi salep
dengan berbagai formula minyak sereh wangi dapat dilihat pada Lampiran 6 dan
pengamatan salep yang dibuat disajikan Tabel 5.
Tabel 5. Pengamatan Salep Berbagai Formula Minyak Sereh Wangi
Formula Konsistensi Warna BauA0 Kental homogen Putih Tidak berbauA1 Kental homogen Putih Bening Kekuningan SerehA2 Kental homogen Putih Bening Kekuningan SerehA3 Kental homogen Putih Bening Kekuningan SerehB0 Semi padat homogen Putih Tidak berbauB1 Krim homogen Putih SerehB2 Krim homogen Putih SerehB3 Krim homogen Putih SerehC0 Semi padat homogen Putih Bening Tidak berbauC1 Semi padat homogen Putih Bening Kekuningan SerehC2 Semi padat homogen Putih Bening Kekuningan SerehC3 Semi padat homogen Putih Bening Kekuningan SerehD0 Semi padat homogen Putih Bening Tidak berbauD1 Semi padat homogen Putih Bening Kekuningan SerehD2 Semi padat homogen Putih Bening Kekuningan SerehD3 Semi padat homogen Putih Bening Kekuningan Sereh
Keterangan : A = Salep larut airA0 = Salep larut air, tanpa minyak sereh wangiB = Salep dapat dicuci dengan airB0 = Salep dapat dicuci dengan air, tanpa minyak sereh wangiC = Salep hidrokarbonC0 = Salep hidrokarbon, tanpa minyak sereh wangiD = Salep serapD0 = Salep serap, tanpa minyak sereh wangi
Formula A merupakan jenis salep berbahan dasar basis salep larut air
dengan ulangan A1, A2 dan A3 memiliki konsistensi kental homogen, berwarna
putih bening kekuningan dan bau sereh. Perbedaan terlihat pada formulasi A0
dengan formula dasar salep yang sama yang dibuat sebagai kontrol pada salep A
yaitu pada bau dan warna, dikarenakan tanpa penambahan minyak sereh wangi
yang mempengaruhi sediaan salep tersebut.
Formula B merupakan jenis salep berbahan dasar dapat dicuci dengan air
dengan ulangan B1, B2 dan B3 yang memiliki konsistensi krim homogen, berwarna
putih dan bau sereh. Perbedaan terlihat pada formulasi B0 dengan formula dasar
FTIP001654/045
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
32
salep yang sama yang dibuat sebagai kontrol pada salep B dengan jenis salep
dapat dicuci dengan air yaitu pada bau dan konsistensi. Penambahan minyak sereh
wangi yang mempengaruhi sediaan bau pada salep B0 dan konsistensi krim
merupakan jenis formulasi emulsi yang bersifat minyak mengikat air sehingga
tanpa penambahan minyak sereh wangi B0 membentuk sediaan salep yang semi
padat.
Formula C merupakan jenis salep berbahan dasar hidrokarbon dengan
ulangan C1, C2 dan C3 yang memiliki konsistensi semi padat homogen, berwarna
putih kekuningan dan bau sereh. Perbedaan terlihat pada formulasi C0 dengan
formula dasar salep yang sama yang dibuat sebagai kontrol pada salep C yaitu
pada bau dan warna, dikarenakan tanpa penambahan minyak sereh wangi yang
mempengaruhi sediaan salep tersebut.
Formula D merupakan jenis salep berbahan dasar salep serap dengan
ulangan D1, D2 dan D3 yang memiliki konsistensi semi padat homogen, berwarna
putih dan bau sereh. Perbedaan terlihat pada formulasi D0 dengan formula dasar
salep yang sama yang dibuat sebagai kontrol pada salep D yaitu pada bau dan
warna, dikarenakan tanpa penambahan minyak sereh wangi yang mempengaruhi
sediaan salep tersebut.
Berdasarkan Farmasi Kosmetik Indonesia edisi ke III dinyatakan bahwa
salep tidak boleh berbau tengik, kadar kandungan obat dalam salep adalah 10%,
bahan dasar salep yang telah disesuaikan dan homogen. Hasil identifikasi bahwa
salep pada formula A, B, C dan D dengan kandungan minyak sereh wangi 10%,
adalah berbau sereh atau aromaterapik, dasar salep telah disesuaikan dengan
Farmasi Kosmetik Indonesia edisi ke III dan membentuk susunan yang homogen.
4.4 Perubahan Sifat Fisik Salep Selama Penyimpanan
1. Homogenitas Salep
Uji homogenitas dilakukan dengan pemeriksaan secara visual setelah salep
berada dalam pot salep, dengan melihat bentuk atau penampakan dan adanya
agregat. tidak boleh mengandung bahan kasar yang dapat teraba, sehingga saat
FTIP001654/046
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
33
digunakan pada kulit akan terasa nyaman. Homogenitas dilakukan untuk
mengetahui kehomogenan sediaan yang dibuat. Homogenitas dilihat dari
perubahan bentuk dari salep yang mengandung minyak sereh wangi beberapa
formula dasar, dilakukan selama 28 hari waktu penyimpanan dalam suhu kamar
dengan cara pengujian dioleskan pada sekeping kaca. Hasil dari pemeriksaan
homogenitas sediaan salep dengan keempat formulasi basis dengan kandungan
minyak sereh wangi disajikan pada Tabel 6. Sedangkan hasil dan gambar
pengukuran homogenitas salep selengkapnya disajikan pada Lampiran 7.
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Salep Selama WaktuPenyimpanan
FormulaHomogenitas hari ke-
1 7 14 21 28A + + + + +B + + + + +C + + + + +D + + + + +
Keterangan : (+) = Homogen(-) = Tidak homogen
Formula A merupakan jenis salep dasar basis salep larut air, dengan bahan
dasar polietilen glikol 4000 berbentuk serbuk dan polietilen glikol 400 berbentuk
cairan, ditambah zat aktif minyak sereh wangi. Pembentukan salep larut air
dipengaruhi oleh perbandingan komposisi polietilen glikol 4000 dan polietilen
glikol 400. Semakin banyak komposisi polietilen glikol 400 pada salep formula A
maka sediaan salep akan semakin mencair. Hal ini berbanding terbalik dengan
semakin banyak komposisi polietilen glikol 4000 maka sediaan salep akan
semakin memadat. Penambahan zat aktif minyak sereh wangi pada basis salep
larut air menghasilkan bentuk salep kental homogen. Selama penyimpanan 28 hari
homogenitas salep tetap kental homogen tidak ada indikasi pemisahan bahan
dasar dengan minyak sereh wangi.
Formula B merupakan jenis salep dasar dapat dicuci dengan air dengan
bahan dasar setil alkohol berbentuk padat putih, air suling berbentuk cairan,
propilen glikol berbentuk cair, natrium lauril sulfat berbentuk gel dan vaselin
FTIP001654/047
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
34
album berbentuk lunak bening. Pembentukan salep dipengaruhi setil alkohol yang
berfungsi sebagai zat pengemulsi antara minyak sereh wangi dan air suling,
sedangkan propillen glikol pada salep dapat dicuci dengan air berfungsi menahan
kandungan air dalam sediaan salep agar tetap homogen. Sehingga jenis salep
dasar dapat dicuci dengan air membentuk sediaan krim. Selama penyimpanan 28
hari homogenitas salep tidak berubah bentuk atau pemisahan bahan dasar dengan
minyak sereh wangi, konsistensi salep tetap sama seperti hari pertama dibuat
berbentuk krim yang homogen.
Formula C merupakan jenis salep hidrokarbon berbahan dasar cera alba
berbentuk padatan dan vaselin album berbentuk lunak, ditambah zat aktif minyak
sereh wangi. Pembentukan salep dipengaruhi oleh cera alba berfungsi stiffening
agent atau zat pengeras pada vaselin album yang berbentuk lunak, sehingga salep
dasar hidrokarbon membentuk semi padat homogen. Selama penyimpanan 28 hari
homogenitas salep tidak berubah bentuk atau pemisahan bahan dasar dengan
minyak sereh wangi, konsistensi salep tetap sama seperti hari pertama dibuat
berbentuk semi padat yang homogen.
Formula D merupakan jenis salep dasar salep serap berbahan dasar
kolesterol berbentuk lunak, setil alkohol padatan, cera alba berbentuk lilin padat
dan vaselin album lunak, ditambah zat aktif minyak sereh wangi menghasilkan
bentuk semi padat homogen. Pembentukan salep dipengaruhi cera alba yang dapat
berfungsi zat pengeras pada vaselin album yang berbentuk lunak. Setil alkohol
selain berfungsi sebagai pengemulsi dan pelembab pada sediaan salep, dapat juga
zat pengeras pada vaselin album. Sehingga salep serap membentuk sediaan salep
semi padat homogen. Selama penyimpanan 28 hari homogenitas salep tidak
berubah bentuk atau pemisahan bahan dasar dengan minyak sereh wangi,
konsistensi salep tetap sama seperti hari pertama dibuat berbentuk semi padat
yang homogen.
Dari hasil penelitian formula A, B, C dan D menunjukkan bahwa secara
fisik setiap sediaan salep tetap pada konsistensi bentuk fisiknya tanpa ada
pemisahan ataupun ketidakseragaman dalam bentuknya selama 28 hari
penyimpanan. Homogenitas dari salep dapat dipertahankan karena metode
FTIP001654/048
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
35
pembuatan salep yang tepat, dengan pengadukan yang konstan selama beberapa
saat sampai temperatur salep mencapai suhu kamar, maka salep yang dihasilkan
akan tetap homogen.
2. Warna Salep
Warna pada salep dipengaruhi oleh komponen warna bahan dasar salep
dan sifat bahan dasar salep yang digunakan. Perubahan warna selama waktu
penyimpanan pada salep mempengaruhi kestabilan dan konsistensi pada salep.
Perubahan warna pada setiap salep yang mengandung minyak sereh wangi
beberapa formula dasar dilakukan selama 28 hari waktu penyimpanan pada suhu
kamar. Data hasil pengamatan warna sediaan salep hasil penelitian tersaji pada
Tabel 7 dan hasil pengukuran warna salep selengkapnya disajikan pada Lampiran
8.
Tabel 7. Hasil Pengamatan Warna Sediaan Salep Selama Waktu Penyimpanan
FormulaWarna hari ke-
1 7 14 21 28A + + + + +B + + + + +C + + + + +D + + + + +
Keterangan : (+) = Warna tetap(-) = Warna berubah
Formula basis A merupakan salep larut air yang berbahan dasar Polietilen
glikol 4000 yang berupa serbuk kirstal putih bening dan Polietilen glikol 400
cairan bening tidak berwarna seperti air, sehingga menghasilkan salep yang
berwarna putih bening. Penambahan minyak sereh wangi pada salep larut air
memberikan warna bening kekuningan dikarenakan warna minyak sereh wangi
kuning kecoklatan. Selama penyimpanan 28 hari salep tidak berubah warna,
warna salep tetap sama seperti hari pertama dibuat berwarna putih bening
kekuningan.
FTIP001654/049
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
36
Formula basis B merupakan salep basis dapat dicuci dengan air dengan
bahan dasar seperti setil alkohol, vaselin album, propilenglikol, natrium lauril
sulfat dan air suling. Bahan-bahan dasar formula B secara keseluran tidak
berwarna atau bening. Formula B merupakan jenis salep emulsi yang mengikat
minyak dalam air yaitu minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air
merupakan fase pembawa. Sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan lain, dalam bentuk tetesan kecil sehingga menunjukkan warna putih.
Selama penyimpanan 28 hari salep tidak berubah warna, warna salep tetap sama
seperti hari pertama dibuat berwarna putih.
Formula basis C merupakan salep hidrokarbon dengan bahan dasar setil
alkohol dan vaselin album yang berwarna bening tidak berwarna, sehingga
menghasilkan salep berwarna bening. Penambahan minyak sereh wangi pada
salep hidrokarbon memberikan warna bening kekuningan dikarenakan warna
minyak sereh wangi kuning kecoklatan. Selama penyimpanan 28 hari salep tidak
berubah warna, warna salep tetap sama seperti hari pertama dibuat berwarna putih
bening.
Formula basis D merupakan salep serap dengan bahan dasar vaselin album
berwarna bening, setil alkohol berwarna bening, berwarna cera alba berwarna
putih dan kolesterol berwarna kuning. Penambahan minyak sereh wangi pada
salep serap memberikan warna bening kekuningan dikarenakan warna minyak
sereh wangi kuning kecoklatan. Selama penyimpanan 28 hari salep tidak berubah
warna, warna salep tetap sama seperti hari pertama dibuat berwarna putih bening.
3. Bau Salep
Bau pada salep dipengaruhi oleh banyaknya kadar komponen zat
berkhasiat dan bahan dasar salep yang akan dibuat. Bau pada salep dapat
dijadikan sebagai acuan untuk menentukan kestabilan salep. Pengamatan
perubahan bau dari salep yang mengandung minyak sereh wangi beberapa
formula dilakukan selama 28 hari waktu penyimpanan pada suhu kamar. Data
hasil pengamatan bau salep hasil penelitian tersaji pada Tabel 8 dan hasil
pengukuran bau salep selengkapnya disajikan pada Lampiran 9.
FTIP001654/050
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
37
Tabel 8. Hasil Pengamatan Bau pada Beberapa Formula Salep
FormulaBau hari ke-
1 7 14 21 28
A + + + + +
B + + + + +
C + + + + +
D + + + + +Keterangan : (+) = Bau tetap
(-) = Bau berubah
Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa tidak terjadinya perubahan bau. Bau
yang teramati pada setiap sediaan salep adalah berbau khas sereh wangi meskipun
setiap sediaan formula salep berbau agak berbeda dikarenakan perbedaan bahan
dasar penyusun salep tersebut.
Dari bahan-bahan dasar formula basis salep larut air, salep basis dapat
dicuci dengan air, salep hidrokarbon dan salep serap. Bahan dasar yang digunakan
pada salep-salep tersebut tidak berbau, adapun bila berbau akan beraroma berbau
lemah seperti kolesterol dan setil alkohol. Hal ini, dibuktikan dengan formula A0,
B0, C0 dan D0 yang merupakan salep tanpa kandungan minyak sereh wangi.
Minyak sereh wangi yang mengandung sitronellal yang terkandung dalam salep
mempengaruhi bau setiap sediaan salep.
Bau khas sereh wangi pada salep menunjukkan bahwa tidak tergangunya
komponen-komponen salep selama waktu penyimpanan, mengingat bahwa
perubahan bau akan sangat jelas apabila menjadi tengik dikarenakan kontaminasi
mikroorganisme ataupun karena faktor kondisi penyimpanan. Bau salep minyak
sereh wangi dipengaruhi banyak kandungan sitronellal pada minyak sereh wangi
dan konsentrasi minyak sereh wangi pada salep, sehingga akan berpengaruh pada
tajamnya aroma pada salep.
FTIP001654/051
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
38
4.5 pH Salep dengan Beberapa Formula Selama Penyimpanan
pH adalah suatu ukuran keasaman suatu larutan. Komposisi bahan dasar
salep dan zat aktif yang terkandung pada sediaan salep, dapat mempengaruhi nilai
pH yang dibuat. Perubahan pH pada salep akan menyebabkan khasiat zat aktif
berkurang atau hilang sama sekali. Minyak sereh wangi merupakan zat aktif
dalam salep sereh wangi, zat aktif harus berada dalam keadaan pH stabil. Selain
pH salep stabil, pH salep harus disesuaikan dengan pH kulit manusia agar tidak
menimbulkan iritasi. Berdasarkan Farmakope (1995), rentang pH salep yang aman
digunakan untuk kulit berkisar antara 3-7.
Dalam penelitian ini pengukuran pH mengunakan pH indikator. Pengunaan
pH meter pada salep dengan kandungan sereh wangi sulit dilakukan karena salep
merupakan sediaan semi padat, sehingga pembacaan elektroda pada pH meter
tidak stabil. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata pH salep yang
mengandung minyak sereh wangi dengan berbagai formula dasar selama waktu
penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 9 dan secara lengkap tersaji pada Lampiran
10.
Tabel 9. Hasil Pengukuran pH Salep dengan Beberapa Formula Minyak SerehWangi Selama 28 Hari Penyimpanan
FormulaPengukuran pH salep pada hari ke-
1 7 14 21 28A 6 6 6 6 6B 4 4 4 4 4C 4 4 4 4 4D 4 4 4 4 4A0 7 7 7 7 7B0 7 7 7 7 7C0 5 5 5 5 5D0 5 5 5 5 5
Keterangan : A = Salep larut airA0 = Salep larut air, tanpa minyak sereh wangiB = Salep dapat dicuci dengan airB0 = Salep dapat dicuci dengan air, tanpa minyak sereh wangiC = Salep hidrokarbonC0 = Salep hidrokarbon, tanpa minyak sereh wangiD = Salep serapD0 = Salep serap, tanpa minyak sereh wangi
FTIP001654/052
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
39
Formula basis A merupakan salep larut air yang berbahan dasar bersifat
asam seperti polietilen glikol 4000, polietilen glikol 400 dan minyak sereh wangi.
Pada salep A menunjukkan nilai rata-rata-rata pH 6 setiap minggu selama 28 hari
masa penyimpanan. Sedangkan pada salep A0 berbahan dasar sama hanya tidak
ada penambahan miyak sereh wangi, menunjukkan nilai rata-rata pH 7 setiap
minggu selama 28 hari masa penyimpanan.
Formula basis B merupakan salep dapat dicuci dengan air, dengan bahan
dasar bersifat keasaman berbeda. Seperti setil alkohol, vaselin album,
propilenglikol, dan minyak sereh wangi yang bersifat asam, sedangkan natrium
lauril sulfat bersifat basa dan air suling bersifat netral. Pada salep B menunjukkan
nilai rata-rata-rata pH 4 setiap minggunya selama 28 hari masa penyimpanan.
Berbeda dengan salep B0 berbahan dasar sama hanya tidak ada penambahan
miyak sereh wangi didapatkan nilai rata-rata pH 7 setiap minggu selama 28 hari
masa penyimpanan.
Formula basis C merupakan salep hidrokarbon dengan bahan dasar bersifat
asam seperti setil alkohol, vaselin album dan minyak sereh wangi. Pada salep C
menunjukkan nilai rata-rata-rata pH 4 setiap minggunya selama 28 hari masa
penyimpanan, sedangkan pada salep C0 berbahan dasar sama hanya tidak ada
penambahan miyak sereh wangi didapatkan nilai rata-rata pH 5 setiap minggunya
selama 28 hari masa penyimpanan.
Formula basis D merupakan salep serap dengan bahan dasar bersifat asam
seperti vaselin album, setil alkohol, cera alba, kolesterol dan minyak sereh wangi.
Pada salep D menunjukkan nilai rata-rata-rata pH 4 setiap minggunya selama 28
hari masa penyimpanan, sedangkan pada salep D0 berbahan dasar sama hanya
tidak ada penambahan miyak sereh wangi menunjukkan nilai rata-rata pH 5 setiap
minggunya selama 28 hari masa penyimpanan.
Bahan dasar salep setiap sediaan salep A, B, C dan D memiliki tingkat
keasaman yang berbeda-beda, hal ini akan berpengaruh pada hasil pH pada setiap
salep yang dibuat. Minyak sereh wangi memiliki pH yang cenderung asam,
sehingga pada akhirnya dapat menurunkan pH dari sediaan salep setiap formulasi,
dapat dilihat dari salep dengan kandungan minyak sereh wangi yang cenderung
FTIP001654/053
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
40
lebih asam dengan salep tanpa kandungan minyak sereh wangi. Grafik
pengukuran pH pada salep selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Pengukuran pH Salep pada Setiap Formulasi
Bila terjadi sedikit kenaikan pH pada setiap salep, dikarenakan adanya
senyawa-senyawa dalam minyak sereh wangi yang mudah menguap pada suhu
kamar, maka akan mengakibatkan berkurangnya sifat asam pada setiap formulasi
salep. Komponen penyusun pada masing-masing formula berbeda, sehingga
mengakibatkan nilai rata-rata pH pada masing-masing formulasi berbeda pula.
Nilai pH pada setiap formulasi salep A, B, C dan D berkisar pada interval 4-6.
Berdasarkan Farmakope (1995), rentang pH salep yang aman digunakan untuk
kulit berkisar antara 3-7. Sehingga nilai pH pada setiap salep dengan kandungan
minyak sereh wangi masuk pada rentang pH aman.
4.6 Keamanan Salep
Faktor keamanan pada salep sangat penting dalam proses pengobatan
selain stabil dan efektivitasnya. Penilaian uji iritasi dilakukan untuk mengetahui
keamanan sediaan salep. Salep formula A, B, C dan D dengan kandungan minyak
sereh wangi 10% dengan berbau aromaterapik yang telah diamati sifat fisik dan
pH salep selama masa penyimpanan 28 hari, didapatkan hasil pengamatan
pengujian keamanan salep yang dilakuan terhadap 10 orang sukarelawan.
0
1
2
3
4
5
6
1
6 6
4 4 4
Nila
i pH
40
lebih asam dengan salep tanpa kandungan minyak sereh wangi. Grafik
pengukuran pH pada salep selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Pengukuran pH Salep pada Setiap Formulasi
Bila terjadi sedikit kenaikan pH pada setiap salep, dikarenakan adanya
senyawa-senyawa dalam minyak sereh wangi yang mudah menguap pada suhu
kamar, maka akan mengakibatkan berkurangnya sifat asam pada setiap formulasi
salep. Komponen penyusun pada masing-masing formula berbeda, sehingga
mengakibatkan nilai rata-rata pH pada masing-masing formulasi berbeda pula.
Nilai pH pada setiap formulasi salep A, B, C dan D berkisar pada interval 4-6.
Berdasarkan Farmakope (1995), rentang pH salep yang aman digunakan untuk
kulit berkisar antara 3-7. Sehingga nilai pH pada setiap salep dengan kandungan
minyak sereh wangi masuk pada rentang pH aman.
4.6 Keamanan Salep
Faktor keamanan pada salep sangat penting dalam proses pengobatan
selain stabil dan efektivitasnya. Penilaian uji iritasi dilakukan untuk mengetahui
keamanan sediaan salep. Salep formula A, B, C dan D dengan kandungan minyak
sereh wangi 10% dengan berbau aromaterapik yang telah diamati sifat fisik dan
pH salep selama masa penyimpanan 28 hari, didapatkan hasil pengamatan
pengujian keamanan salep yang dilakuan terhadap 10 orang sukarelawan.
7 14 21 28
6 6 6 6
4 4 4 44 4 4 44 4 4 4
Penyimpanan hari ke-
40
lebih asam dengan salep tanpa kandungan minyak sereh wangi. Grafik
pengukuran pH pada salep selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Pengukuran pH Salep pada Setiap Formulasi
Bila terjadi sedikit kenaikan pH pada setiap salep, dikarenakan adanya
senyawa-senyawa dalam minyak sereh wangi yang mudah menguap pada suhu
kamar, maka akan mengakibatkan berkurangnya sifat asam pada setiap formulasi
salep. Komponen penyusun pada masing-masing formula berbeda, sehingga
mengakibatkan nilai rata-rata pH pada masing-masing formulasi berbeda pula.
Nilai pH pada setiap formulasi salep A, B, C dan D berkisar pada interval 4-6.
Berdasarkan Farmakope (1995), rentang pH salep yang aman digunakan untuk
kulit berkisar antara 3-7. Sehingga nilai pH pada setiap salep dengan kandungan
minyak sereh wangi masuk pada rentang pH aman.
4.6 Keamanan Salep
Faktor keamanan pada salep sangat penting dalam proses pengobatan
selain stabil dan efektivitasnya. Penilaian uji iritasi dilakukan untuk mengetahui
keamanan sediaan salep. Salep formula A, B, C dan D dengan kandungan minyak
sereh wangi 10% dengan berbau aromaterapik yang telah diamati sifat fisik dan
pH salep selama masa penyimpanan 28 hari, didapatkan hasil pengamatan
pengujian keamanan salep yang dilakuan terhadap 10 orang sukarelawan.
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
FTIP001654/054
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
41
Salep yang digunakan dalam uji keamanan adalah salep yang telah
melewati masa simpan 28 hari. Hal ini dikarenakan, didasari dari pengamatan pH
salep yang membutuhkan waktu tempering sehingga pH salep dalam kondisi pH
yang normal. Pengamatan ini dilakukan 3 hari berturut-turut secara uji tempel
terbuka pada punggung tangan mengunakan beberapa bahan dasar salep dengan
kandungan minyak sereh wangi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11
dan hasil uji keamanan salep disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Uji Keamanan Salep Beberapa Formula Minyak Sereh Wangi.
FormulaSukarelawan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10A - - - - - - - - - -B - - - - - - - - - -C - - - - - - - - - -D - - - - - - - - - -
Keterangan : (-) = tidak terjadi reaksi(+) = bila kulit memerah dan gatal(++) = bila timbul rasa panas(+++) ` = bila timbul rasa nyeri(++++) = bila terjadi pembengkakan
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa setiap formulasi sediaan salep yang
mengandung minyak sereh wangi, tidak memberikan reaksi iritasi baik reaksi
kemerahan, gatal-gatal maupun pembengkakan pada kulit 10 sukarelawan.
Pengunaan bahan dasar salep karena telah disesuaikan dengan Farmakope ke III
dan pH salep telah sesuai dengan kulit, dapat dikatakan bahwa salep hasil
penelitian pada masing-masing formula tidak menimbulkan efek samping secara
signifikan dan aman digunakan pada kulit manusia.
4.7 Aktivitas Antibakteri Salep Beberapa Formula Dasar
Pengujian aktivitas antibakteri adalah teknik untuk mengukur berapa besar
potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi
mikroorganisme (Dart, 1996 dalam Ayu, 2004). Mikroorganisme dapat
menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan
penyakit. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk
FTIP001654/055
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
42
menghambat pertumbuhan bakteri. Untuk metode pengujian antibakteri suatu zat,
metode yang sering digunakan diantaranya metode difusi.
Prosedur difusi kertas cakram yang distandarisasikan dengan metode
Kirby-Bauer merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk
bakteri. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter
zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin
terhambat pertumbuhannya, standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu
resisten atau peka terhadap suatu antibiotik. Pengujian aktivitas antibakteri dari
salep dengan berbagai formula dasar dilakukan dengan metode difusi kertas
cakram. Pengujian aktivitas antibakteri ini dilakukan setiap 1 minggu sekali
sampai 28 hari penyimpanan, untuk mengetahui daya hambat dari sediaan salep
dibuat pula sebagai pembanding yaitu salep tanpa kandungan minyak sereh wangi
pada setiap formulasi yang dibuat. Data hasil pengujian aktivitas sediaan salep
terhadap bakteri uji Stapyloccocus aureus dapat dilihat pada Lampiran 12.
Sementara untuk diameter hambat masing-masing formulasi salep disajikan pada
Tabel 11.
Tabel 11. Nilai Rata-rata Diameter Hambat Bakteri
FormulaRata-rata diameter hambat (mm) pada hari ke-
1 7 14 21 28A 20,78 20,44 20,33 20,22 19,78A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00B 6,56 6,56 6,33 6,33 6,22B0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
C 11,56 11,11 11,11 11 10,89
C0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00D 17,56 17,56 17,33 17,22 16,44
D0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Keterangan : A = Salep larut air
A0 = Salep larut air, tanpa minyak sereh wangiB = Salep dapat dicuci dengan airB0 = Salep dapat dicuci dengan air, tanpa minyak sereh wangiC = Salep hidrokarbonC0 = Salep hidrokarbon, tanpa minyak sereh wangiD = Salep serapD0 = Salep serap, tanpa minyak sereh wangi
FTIP001654/056
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
43
Formula A merupakan salep larut air menunjukkan nilai rata-rata diameter
hambat bakteri pada hari ke-1 dengan nilai 20,78 mm, hari ke-7 dengan nilai
20,44 mm, pada hari ke-14 dengan nilai 20,33 mm, hari ke-21 dengan nilai 20,22
mm, hari-28 dengan nilai 19,78 mm. Pada formula A setiap minggu terjadi
penurunan rata-rata diameter hambat bakteri, sedangkan pada formula A0 sebagai
kontrol pada formula A tidak memiliki diameter hambat pada bakteri. Hasil uji
daya hambat bakteri formulasi salep A menunjukkan penurunan efektifitas pada
bakteri Staphylococcus aureus pada setiap pengamatan pada hari ke 1 hingga
pengamatan hari ke 28. Hal ini dikarenakan berkurangnya kadar minyak sereh
wangi dalam salep A. Waktu penyimpanan mempunyai efek terhadap diameter
daerah hambat. Sehingga kemampuan formula A untuk menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aurreus semakin melemah.
Formula B merupakan salep dapat dicuci dengan air menunjukkan nilai
rata-rata diameter hambat bakteri bakteri pada hari ke-1 dengan nilai 6,56 mm,
hari ke-7 dengan nilai 6,56 mm, pada hari ke-14 dengan nilai 6,33 mm, hari ke-21
dengan nilai 6,33 mm dan hari-28 dengan nilai 6,22 mm. Pada formula B setiap
dua minggu terjadi penurunan diameter rata-rata, sedangkan pada formula B0
sebagai kontrol pada formula B tidak memiliki diameter hambat pada bakteri.
Hasil uji daya hambat bakteri formulasi salep B menunjukkan penurunan
efektifitas pada bakteri Staphylococcus aureus pada setiap pengamatan pada hari
ke-7 hingga hari ke-14 dan hari ke-21 hingga hari ke-28. Hal ini dikarenakan
berkurangnya kadar minyak sereh wangi dalam salep B. Waktu penyimpanan
mempunyai efek terhadap diameter daerah hambat. Sehingga kemampuan formula
B untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aurreus semakin
melemah.
Formula C merupakan salep hidrokarbon menunjukkan menunjukkan nilai
rata-rata diameter hambat bakteri bakteri pada hari ke-1 dengan nilai 11,56 mm,
hari ke-7 dengan nilai 11,11 mm, pada hari ke-14 dengan nilai 11,11 mm, hari ke-
21 dengan nilai 11 mm dan hari-28 dengan nilai 10,89 mm. Pada formula C
terjadi penurunan diameter rata-rata selama 28 hari penyimpanan, sedangkan pada
formula C0 sebagai kontrol pada formula C tidak memiliki diameter hambat pada
FTIP001654/057
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
44
bakteri. Hasil uji daya hambat bakteri formulasi salep C menunjukkan penurunan
efektifitas pada bakteri Staphylococcus aureus pada setiap pengamatan pada hari
ke-1 hingga hari ke-28 dan stabil pada hari ke-7 hingga hari ke-14. Hal ini
dikarenakan berkurangnya kadar minyak sereh wangi dalam salep C. Penurunan
kemampuan formula C untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aurreus yang semakin melemah disebabkan oleh waktu penyimpanan, sehingga
mempunyai efek terhadap diameter daerah hambat atau zona bening.
Formula D merupakan salep serap menunjukkan menunjukkan nilai rata-
rata diameter hambat bakteri bakteri pada hari ke-1 dengan nilai 17,56 mm, hari
ke-7 dengan nilai 17,56 mm, pada hari ke-14 dengan nilai 17,33 mm, hari ke-21
dengan nilai 17,22 mm dan hari-28 dengan nilai 16,44 mm. Pada formula D
terjadi penurunan diameter rata-rata selama 28 hari penyimpanan, sedangkan pada
formula D0 sebagai kontrol pada formula D tidak memiliki diameter hambat pada
bakteri. Hasil uji daya hambat bakteri formulasi salep D menunjukkan penurunan
efektifitas pada bakteri Staphylococcus aureus pada setiap pengamatan pada hari
ke 1 hingga pengamatan hari ke 28. Hal ini dikarenakan berkurangnya kadar
minyak sereh wangi dalam salep D. Waktu penyimpanan mempunyai efek
terhadap diameter daerah hambat. Sehingga kemampuan formula D untuk
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aurreus semakin melemah.
Fauzi (2006), melakukan penelitian dengan aktivitas antibakteri ekstrak
etanol dan perasan bawang merah dalam basis salep Polietilen glikol terhadap
Staphylococcus aureus. Perasan bawang merah yang diformulasi dalam basis
salep Polietilen glikol memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dengan diameter hambatan pada konsentrasi 7,5% = 8,49 mm; 10% = 9,23
mm; 12,5% = 10,50 mm; 15% = 11,08 mm. Dari penelitian tersebut, dapat
disamakan bahwa potensi minyak sereh wangi dengan konsentrasi 10% pada basis
salep dan ekstrak etanol ditambah perasan bawang merah pada basis salep, sama
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Perbedaan formula dan waktu penyimpanan mempunyai efek terhadap
diameter daerah hambat. Sehingga kemampuan dari setiap formulasi salep
tersebut untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aurreus
FTIP001654/058
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
45
semakin melemah. Grafik diameter hambat bakteri setiap salep dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Diameter Hambat Salep
Pada Gambar 6 grafik rata-rata diameter hambat salep terlihat jelas,
semakin besar diameter hambat pada masing-masing formulasi salep, maka
semakin baik kemampuan salep tersebut untuk menghambat pertumbuhan bakteri
staphylococcus aurreus. Data yang didapatkan dalam penelitian ini dibandingkan
dengan Tabel Kirby beur, dengan cara membandingkan antara data rata-rata pada
setiap formulasi salep A, B, C dan D dengan tabel sensitivitas bakteri untuk kulit
luar (gentamicin) yang tersaji pada Lampiran 13.
Berdasarkan Tabel Kirby Beur dapat dilihat pada Lampiran 13 untuk kulit
luar (Gentamicin) terdapat data untuk nilai Resistant terhadap bakteri sebesar ≤
12 mm, Intermediate terhadap bakteri sebesar 13-14 mm dan Susceptible terhadap
bakteri ≥ 15 mm. Setelah dibandingkan dengan Tabel Kirby Beur, maka salep
dengan formula A menunjukkan zona bening dengan nilai diameter 20,78 mm dan
formula D berdiameter 17,56 mm yang berkisar pada tingkatan Intermediate yaitu
antara ≥ 15 mm. Pada formula B menunjukkan zona bening dengan nilai diameter
6,56 mm dan formula C menunjukkan diameter 11,56 mm yang berkisar dibawah
dari tingkat Resistant pada bakteri yang berada pada kisaran ≤ 12 mm. Perbedaan
luas zona bening pada setiap formula dikarenakan proses pelepasan zat aktif
dalam sediaan salep, yang tidak lepas dari pemilihan bahan dasar salep. Sehingga
0
5
10
15
20
25
1
Diam
eter
ham
bat s
alep
(mm
)
45
semakin melemah. Grafik diameter hambat bakteri setiap salep dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Diameter Hambat Salep
Pada Gambar 6 grafik rata-rata diameter hambat salep terlihat jelas,
semakin besar diameter hambat pada masing-masing formulasi salep, maka
semakin baik kemampuan salep tersebut untuk menghambat pertumbuhan bakteri
staphylococcus aurreus. Data yang didapatkan dalam penelitian ini dibandingkan
dengan Tabel Kirby beur, dengan cara membandingkan antara data rata-rata pada
setiap formulasi salep A, B, C dan D dengan tabel sensitivitas bakteri untuk kulit
luar (gentamicin) yang tersaji pada Lampiran 13.
Berdasarkan Tabel Kirby Beur dapat dilihat pada Lampiran 13 untuk kulit
luar (Gentamicin) terdapat data untuk nilai Resistant terhadap bakteri sebesar ≤
12 mm, Intermediate terhadap bakteri sebesar 13-14 mm dan Susceptible terhadap
bakteri ≥ 15 mm. Setelah dibandingkan dengan Tabel Kirby Beur, maka salep
dengan formula A menunjukkan zona bening dengan nilai diameter 20,78 mm dan
formula D berdiameter 17,56 mm yang berkisar pada tingkatan Intermediate yaitu
antara ≥ 15 mm. Pada formula B menunjukkan zona bening dengan nilai diameter
6,56 mm dan formula C menunjukkan diameter 11,56 mm yang berkisar dibawah
dari tingkat Resistant pada bakteri yang berada pada kisaran ≤ 12 mm. Perbedaan
luas zona bening pada setiap formula dikarenakan proses pelepasan zat aktif
dalam sediaan salep, yang tidak lepas dari pemilihan bahan dasar salep. Sehingga
7 14 21 28
Penyimpanan hari ke-
45
semakin melemah. Grafik diameter hambat bakteri setiap salep dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Diameter Hambat Salep
Pada Gambar 6 grafik rata-rata diameter hambat salep terlihat jelas,
semakin besar diameter hambat pada masing-masing formulasi salep, maka
semakin baik kemampuan salep tersebut untuk menghambat pertumbuhan bakteri
staphylococcus aurreus. Data yang didapatkan dalam penelitian ini dibandingkan
dengan Tabel Kirby beur, dengan cara membandingkan antara data rata-rata pada
setiap formulasi salep A, B, C dan D dengan tabel sensitivitas bakteri untuk kulit
luar (gentamicin) yang tersaji pada Lampiran 13.
Berdasarkan Tabel Kirby Beur dapat dilihat pada Lampiran 13 untuk kulit
luar (Gentamicin) terdapat data untuk nilai Resistant terhadap bakteri sebesar ≤
12 mm, Intermediate terhadap bakteri sebesar 13-14 mm dan Susceptible terhadap
bakteri ≥ 15 mm. Setelah dibandingkan dengan Tabel Kirby Beur, maka salep
dengan formula A menunjukkan zona bening dengan nilai diameter 20,78 mm dan
formula D berdiameter 17,56 mm yang berkisar pada tingkatan Intermediate yaitu
antara ≥ 15 mm. Pada formula B menunjukkan zona bening dengan nilai diameter
6,56 mm dan formula C menunjukkan diameter 11,56 mm yang berkisar dibawah
dari tingkat Resistant pada bakteri yang berada pada kisaran ≤ 12 mm. Perbedaan
luas zona bening pada setiap formula dikarenakan proses pelepasan zat aktif
dalam sediaan salep, yang tidak lepas dari pemilihan bahan dasar salep. Sehingga
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
FTIP001654/059
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
46
berpengaruh pada konsistensi salep dan kemampuan difusi minyak sereh wangi
dalam sediaan salep.
4.8 Rekapitulasi Hasil Penelitian
Karakteristik minyak sereh wangi akan mempengaruhi salep yang dibuat,
dikarenakan minyak sereh wangi sebagai zat aktif pada salep berpengaruh pada
mutu salep itu sendiri. Kandungan utama geraniol dan sitronellal di dalam minyak
sereh wangi perlu diperhatikan, karena semakin besar kadar geraniol dan
sitronellal maka semakin baik juga kualitas pada minyak sereh wangi. Hal ini
dikarenakan kadar geraniol dan kadar sitronellal mempengaruhi efektivitas
antimikroba dan bau pada salep. Oleh karena itu, karakteristik dan kandungan
minyak sereh wangi dijadikan faktor penting dalam pembuatan salep. Hasil
penelitian karakteristik minyak sereh wangi disajikan pada Tabel 12 dan
kandungan minyak sereh wangi disajikan Tabel 13. Sedangkan untuk hasil GC-
MS secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 14.
Tabel 12. Karakteristik dan Kandungan Minyak Sereh Wangi
Karakteristik Hasil Pengamatan SNI
WarnaKuning kecoklat-
coklatanKuning pucat sampai
kuning kecoklat-coklatanBobot Jenis 0,8998 0,880-0,922Indeks Bias 1,4855 1,466-2,475
Keterangan : pada bobot jenis dan Indeks bias merupakan nilai rata-rata
Tabel 13. Kandungan Geraniol dan Sitronellal Minyak Sereh Wangi
Nama Senyawa Hasil Pengamatan Data literaturSitronellal 22,95% 30,58%Geraniol 32,68% 25,45%
Keterangan : Data literatur di dapat dari sumber Arswendiyumna, 2008
Tabel 12 menunjukkan bahwa parameter mutu minyak sereh wangi yang
dihasilkan memenuhi standard mutu minyak sereh wangi menurut SNI 06-3953-
1995. Dapat dilihat pula pada Tabel 13 dari kandungan minyak sereh wangi yang
dihasilkan memenuhi data literature dengan kandungan geraniol dan sitronellal
yang berfungsi sebagai antimikroba.
FTIP001654/060
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
47
Tabel 14. Kesesuaian Farmakope Indonesia Edisi III dengan Salep A, B, C dan D
Keterangan A = Salep larut airB = Salep dapat dicuci dengan airC = Salep hidrokarbonD = Salep serap
FarmakopeIndonesia Edisi III
Persyaratan salep Salep A Salep B Salep C Salep D
Pemerian Tidak boleh berbautidak menyenangkan.
Bau serehwangi
Bau sereh wangi Bau serehwangi
Bau serehwangi
Kadar Kadar bahan obatadalah 10%
Minyak serehwangi 10%
Minyak sereh wangi10%
Minyak serehwangi 10%
Minyak serehwangi 10%
Dasar salep Tergantung dari sifatbahan obat dan tujuanpemakaian salep.
PEG 400PEG 4000Minyak serehwangi
Setil alkoholVaselin albumPropilenglikolNatrium Lauril sulfatAir suling
Cera albaVaselin album
KolesterolSetil alkoholVaselin albumCera alba
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen HomogenPenandaan Obat luar Obat luar Obat luar Obat luar Obat luar
FTIP001654/061
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
48
Hasil penelitian menunjukkan salep dengan kandungan minyak sereh
wangi 10%, salep larut air, salep dapat dicuci dengan air, salep hidrokarbon dan
salep serap adalah berbau aromaterapik dan membentuk susunan yang homogen.
Setiap salep dengan perbedaan formulasi A, B, C dan D dibuat pula salep A0, B0,
C0 dan D0 sebagai kontrol pada salep dengan perngaruh penambahan minyak
sereh wangi pada salep yang dibuat. Dengan adanya kontrol pada salep maka
dapat dilihat perbedaan tambahan minyak sereh wangi pada setiap formulasi salep
yang dibuat. Karakteristik pada beberapa formula dasar salep dengan kandungan
sereh wangi hasil penelitian ini disajikan pada Tabel 15.
Perbedaan bahan dasar pada salep mempengaruhi konsistensi dan sifat
salep yang dibuat. Konsistensi formula A yang berbentuk kental homogen rentan
pada penyimpanan salep dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dikarenakan,
konsistensi kental cenderung terjadi pelepasan minyak sereh wangi dengan
formula dasarnya yang berpengaruh pada homogenitas, sehingga dapat dikatakan
tidak stabil dalam waktu yang lama. Konsistensi formula B yang berbentuk krim
merupakan salep emulsi, salep dengan emulsi mempengaruhi bau pada sediaan
salep. Hal ini dikarenakan, sifat minyak yang mengikat air dalam salep sehingga
mengurangi bau sereh pada salep. Formula salep dengan kandungan sereh wangi
apabila dilihat dari konsistensi formula C dan D lebih baik, bila dibandingkan
dengan formula A dan B. Hal ini dikarenakan sediaan salep yang berbentuk semi
padat yang cenderung akan stabil dalam waktu penyimpanan yang lama dan bau
minyak sereh yang kuat.
Selama penyimpanan 28 hari kestabilan salep dapat dilihat dari kimia
dengan pH yang stabil, maupun secara fisik meliputi bentuk, warna dan bau yang
tidak berubah. Kestabilan salep dapat dipertahankan karena metode pembuatan
salep yang tepat, dengan pengadukan yang konstan selama beberapa saat sampai
temperatur salep mencapai suhu kamar, maka salep yang dihasilkan akan tetap
homogen. Kestabilan salep formula A, B, C dan D menunjukkan sediaan salep
tetap pada konsistensi bentuk fisiknya tanpa ada pemisahan ataupun
ketidakseragaman dapat dilihat pada Tabel 15.
48
FTIP001654/062
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
49
Tabel 15. Hasil Penelitian Kestabilan dan Efektivitas Salep
Formula PengamatanPerubahan yang diamati pada hari ke-
1 7 14 21 28
A
Bentuk Kh Kh Kh Kh KhWarna Pbk Pbk Pbk Pbk PbkBau Sereh Sereh Sereh Sereh SerehpH 6 6 6 6 6Dhb (mm) 20,78 20,44 20,33 20,22 19,78
A0
Bentuk Kh Kh Kh Kh KhWarna Putih Putih Putih Putih Putih
BauTidakberbau
Tidakberbau
Tidakberbau
Tidakberbau
Tidakberbau
pH 7 7 7 7 7Dhb (mm) 0 0 0 0 0
B
Bentuk Krim Krim Krim Krim KrimWarna Putih Putih Putih Putih PutihBau Sereh Sereh Sereh Sereh SerehpH 4 4 4 4 4Dhb (mm) 6,56 6,56 6,33 6,33 6,22
B0
Bentuk Sph Sph Sph Sph SphWarna Putih Putih Putih Putih Putih
BauTidakberbau
Tidakberbau
Tidakberbau
Tidakberbau
Tidakberbau
pH 7 7 7 7 7Dhb (mm) 0 0 0 0 0
C
Bentuk Sph Sph Sph Sph SphWarna Pbk Pbk Pbk Pbk PbkBau Sereh Sereh Sereh Sereh SerehpH 4 4 4 4 4Dhb (mm) 11,56 11,11 11,11 11 10,89
C0
Bentuk Sph Sph Sph Sph Sph
WarnaPutihbening
Putihbening
Putihbening
Putihbening
Putihbening
BauTidakberbau
Tidakberbau
Tidakberbau
Tidakberbau
Tidakberbau
pH 5 5 5 5 5Dhb (mm) 0 0 0 0 0
D
Bentuk Sph Sph Sph Sph SphWarna Pbk Pbk Pbk Pbk PbkBau Sereh Sereh Sereh Sereh SerehpH 4 4 4 4 4Dhb (mm) 17,56 17,56 17,33 17,22 16,44
D0
Bentuk Sph Sph Sph Sph Sph
WarnaPutihbening
Putihbening
Putihbening
Putihbening
Putihbening
BauTidakberbau
Tidakberbau
Tidakberbau
Tidakberbau
Tidakberbau
pH 5 5 5 5 5Dhb (mm) 0 0 0 0 0
FTIP001654/063
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
50
Keterangan : A = Salep larut airA0 = Salep larut air, tanpa minyak sereh wangiB = Salep dapat dicuci dengan airB0 = Salep dapat dicuci dengan air, tanpa minyak sereh wangiC = Salep hidrokarbonC0 = Salep hidrokarbon, tanpa minyak sereh wangiD = Salep serapD0 = Salep serap, tanpa minyak sereh wangiDhb = Diameter hambat bakteriKh = Kental homogenPbk = Putih bening kekuninganSph = Semi padat homogen
Efektivitas salep pada bakteri Staphylococcus aureus diurutkan dari nilai
tertinggi ditunjukkan dengan salep formula A memberikan diameter hambat
bakteri paling besar dengan nilai diameter 20,78 mm, formula D berdiameter
17,56 mm, Formula C berdiameter 11,56 mm dan formula B berdiameter sebesar
6,56 mm. Pebedaan diameter pada setiap salep dikarenakan komponen bahan
dasar salep yang berbeda, yang berpengaruh pada cara berdifusi setiap salep.
Keamanan salep dengan kandungan minyak sereh wangi dilakukan pada
10 orang sukarelawan. Salep hasil penelitian pada formula A, B, C dan D tidak
memberikan efek samping secara signifikan dan dapat dikatakan aman untuk
digunakan pada kulit manusia. Hal ini dikarenakan komposisi bahan dasar salep
yang tidak mengubah fungsinya sebagai pembawa zat aktif pada salep.
Pemilihan bahan dasar salep yang mengandung minyak sereh wangi
terbaik berdasarkan pertimbangan konsistensi, keamanan dan daya hambat bakteri
pada Staphylococcus aureus. Dari hasil penelitian yang dilakukan, pemilihan
bahan dasar salep yang mengandung sereh wangi yang terbaik terpilih bahan dasar
salep serap (D). Bahan dasar salep tersebut, memiliki konsistensi semi padat dan
memiliki daya hambat pada bakteri Staphylococcus aureus sebesar 17,56 mm. Hal
ini dikarenakan konsistensi semi padat cenderung lebih stabil sehingga memiliki
masa penyimpanan yang lebih lama dan nilai daya hambat bakteri berkisar pada
tingkatan Intermediate.