bab iv hasil dan pembahasan - repository.uksw.edu · 4.1.3 alternatif pemecahan masalah untuk...
TRANSCRIPT
47
47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil Sekolah
SD Negeri Wates 4 Magelang berdiri tahun 1973
merupakan sekolah negeri pinggiran Kota Magelang,
letaknya di perbatasan sebelah timur Kota magelang
dengan Kabupaten Magelang tepatnya di Jalan Sumba
RT 04 RW 11, Jambesari, Wates, Magelang. Kondisi SD
Negeri Wates 4 Magelang sampai dengan tahun
pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut,
Visi SD Negeri Wates 4 adalah ”Berprestasi,
Religi, Mandiri, Berwawasan Lingkungan”. Sebagai arah
dalam mewujudkan visi sekolah dan tujuan yang akan
dicapai, SD Negeri Wates 4 Magelang merumuskan Misi
sekolah sebagai berikut: (1) Melaksanakan
pembelajaran PAKEM. (2 )MeningkatkankualitasSDM
(3) Melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler
(4)Meningkatkan prestasi di bidang akademik dan non
akademik. (5) Menggiatkan siswa dalam membaca buku
di perpustakaan.(6) Meningkatkan pembinaan agama
dan budi pekerti. (7) Mendorong aktifitas dan kreatifitas
secara optimal kepada seluruh komponen sekolah
terutama para siswa.
48
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran SD
Negeri Wates 4 di dukung oleh personel yang terdiri
atas 4 guru kelas negeri, 2 guru kelas wiyata bakti, 1
orang guru agama Islam negeri, 1 orang guru agama
Kristen negeri, 1 orang guru Bahasa Inggris wiyata
bakti, dan tidak mempunyai guru Pendidikan jasmani
dan Olahraga. Dari semua guru yang sudah memenuhi
standar kualifikasi pendidik 5 orang, sedangkan 3
orang dalam proses pendidikan sarjana PGSD.
Sarana prasaran SD Negeri Wates 4 secara
umum sudah cukup mewadai dan dalam kondisi baik.
Luas tanah 1.456 m2, luas bangunan 1.044 m2 yang
terdiri atas 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1
ruang laboratorium, 2 ruang kegiatan, 1 ruang sholat,
1ruang UKS, 1 Ruang Guru, 1 ruang Kepala Sekolah, 2
wc guru, 5 wc siswa, serta rumah dinas Kepala Sekolah
dan Penjaga Sekolah.
Dibandingkan dengan kondisi sarana prasarana
belum sebanding dengan perolehan prestasi baik siswa
maupun guru, karena baru dapat memperoleh
kejuaraan dalam bidang tilawah putri juara 3 tingkat
Kota untuk siswa, dan juara 1 tingkat Kota olympiade
sain untuk guru.
49
4.1.2 Masalah-Masalah Dalam Pembelajaran di SD
Negeri Wates 4 Magelang
Untuk mengetahui masalah-masalah di SD
Negeri Wates 4 Magelang peneliti melakukan
Identifikasi masalah langkah yang merupakan langkah
awal dalam penelitia tindakan sekolah. Identifikasi
masalah dalam penelitian ini dilakukan pada minggu
ke I bulan April 2015, dengan wawancara tidak
terstruktur kepada kepala sekolah dan guru. Untuk
memvalidasi data dilanjutkan dengan analisis terhadap
dokumen EDS, Kurikulum, dan program sekolah.
Masalah-masalah yang ditemukan dalam identifikasi
meliputi: Tenaga pendidik yang kurang memenuhi
standar baik dari segi jumlah ataupun kwalifikasi
akademik, pengelolaan sarana prasarana pendidikan
dalam hal pelaporan yang masih mengalami kendala,
peran komite kurang maksimal, prestasi siswa yang
kurang sesuai dengan kondisi sarpras dan daya
dukung sekolah, dan masalah kurikulum utamanya
masalah dokumen II kurikulum dan pembelajaran.
Dari beberapa pokok permasalahan tersebut
peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam masalah
Kurikulum dan pembelajaran. Dokumen II kurikulum
meliputi silabus dan RPP. Dari masalah pembelajaran
akan berdampak pada prestasi siswa, peran komite
50
yang kurang maksimal, dan input siswa pada tahun
berikutnya.
Berdasarkan hasil supervisi akademik yang
dilakukan Pengawas sekolah dan Kepala sekolah
terhadap guru - guru kelas 1,2, dan 3 SD Negeri Wates
4 Magelang ternyata ketiga guru tersebut belum dapat
malaksanakan pembelajaran tematik sebagaimana
mestinya. Mereka masih melaksanakan pembelajaran
dengan pendekatan mata pelajaran secara berurutan.
Hal tersebut terjadi karena guru kurang memahami
dan mengetahui pentingnya penerapan pembelajaran
tematik. Kendala ini di sebabkan karena kekurangan
guru kelas di SDN Wates 4. Guru kelas negeri
jumlahnya baru ada 4 orang, dari yang seharusnya 6
orang. Untuk memenuhi kekurangan guru tersebut
kepala sekolah menugaskan guru wiyata bakti untuk
mengajar di kelas 2 dan 3. Yang mana guru wiyata
bakti tersebut dalam proses menempuh pendidikan
sarjana guru sekolah dasar, sehingga secara kualifikasi
belum memenuhi persyaratan. Dalam menyusun
perencanaan pembelajaran, guru tidak menyusun
rencana pembelajaran sendiri akan tetapi hasil
mendownlood. Rencana pembelajaran guru tidak
sesuai dengan kondisi siswa di sekolah tersebut.
Keluhan dari guru SDN Wates 4 khususnya guru
kelas rendah (1,2, dan 3), bahwa mereka belum benar-
51
benar memahami tentang penyusunan perencanaan
dan penilaian dalam pembelajaran tematik.
4.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah pembelajaran tematik
di SD Negeri Wates 4, beberapa alternatip pemecahan
masalah di tawarkan, yaitu: melalui supervisi
akademik, mengikutkan guru dalam seminar
pembelajaran, memberikan buku reverensi kepada
guru, dan pelatihan guru.
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab
keterlaksanaan proses pembelajaran, sudah
mengupayakan peningkatan kemampuan guru dalam
menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Tematik melalui supervisi akademik secara rutin. Akan
tetapi usaha tersebut belum membawa hasil sesuai
yang diharapkan.
Keberhasilan pembelajaran tematik sangat
ditentukan oleh seberapa jauh pembelajaran tematik
direncanakan dan dikemas sesuai dengan kondisi
peserta didik. Berdasar pada kesulitan guru dalam
pembelajaran tematik tersebut, peneliti mengajukan
inisiatip untuk mengadakan pelatihan penyusunan RPP
Tematik untuk guru kelas rendah (1, 2, 3) kepada
Pengawas Sekolah Gugus Pamardisiwi ( Sekolah di
Wilayah Kelurahan Wates ). Pengawas sekolah
52
menyambut baik usulan tersebut akan tetapi beliau
menghimbau sebagai peserta pelatihan melibatkan
semua guru. Hal ini disebabkan guru sekolah dasar
adalah guru kelas yang setiap tahun dalam pembagian
tugas mengajar selalu mengalami perubahan,
kemungkinan mengajar kelas rendah atau kelas tinggi.
4.1.4 Pelatihan Model Simulasi Dalam Peningkatan
Kemampuan Guru Menyusun RPP Tematik.
Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah dengan
pelatihan model simulasi dalam penyusunan RPP
tematik di SD Negeri Wates 4 Magelang dilaksanakan
pada akhir bulan April sampai akhir bulan Mei 2015.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pelatihan ini adalah
semua guru di SD Negeri Wates 4 Magelang, namun
sebagai sampel utama adalah 3 orang guru , yaitu guru
kelas 1, 2, dan 3, 1 narasumber yang merupakan guru
ber sertifikat instruktur nasional dan pernah mendapat
juara 1 penyusunan RPP tingkat Kota Magelang, dan 1
pengawas sekolah sebagai kolaborator.
Sesuai bagan Prosedur Penelitian tindakan
sekolah yang ditampilkan pada Bab III, maka pelatihan
ini dimulai dengan kegiatan identifiksi masalah dan
dilanjutkan dengan tindakan yang dilaksanakan
dengan 2 siklus. Setiap siklus mencakup kegiatan
pokok yang meliputi perencanan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Metode pelatihan yang
53
dilakukan peneliti adalah metode simulasi yang secara
rinci dapat diuraikan sebagai berikut :
4.1.4.1 Identifikasi masalah.
Identifikasi masalah berawal dari hasil supervisi
kepala sekolah dan pengawas sekolah terhadap
pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Dari hasil
temuan supervisi kepala sekolah ditindak lanjuti
dengan analisis kebutuhan (langkah 1 pelatihan
metode simulasi) menggunakan lembar analisis
kesulitan penyusunan RPP (Lampiran 8.2). Hasil
analisis terhadap kesulitan guru dalam pembelajaran
tematik dirangkum sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel 4.1.
Analisis tingkat kesulitan pembelajaran tematik
NO GURU TINGKAT KESULITAN
PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI 1. Kelas 1 75 % 46 % 42 % 2. Kelas 2 77 % 35 % 38 % 3. Kelas 3 69 % 40 % 38 %
Rata-rata 74 % 40 % 39 %
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan
bahwa prosentase kesulitan guru terbesar pada
perencanaan pembelajaran tematik (74 %). Kesulitan
dalam perencanaan pembelajaran masih di lanjutkan
dengan analisis fokus indikator kesulitan tersebut.
Indikator kesulitan perencanaan pembelajaran yang
sangat mendesak adalah pada: (1) Menentukan tema,
54
(2) Menetapkan jaringan tema (3) Merencanakan
skenario atau langkah-langkah kegiatan pembelajaran
(4) Pengembangan jaringan tema pada pembelajaran
tematik. Indikator kesulitan pada pelaksanaan
pembelajaran tematik pada: (1) Kegiatan pembelajaran
(awal, inti, akhir ) secara rinci yang dilakukan guru.
(2) Proses ekplorasi atau menggali informasi tentang
topik atau tema. Sedangkan indikator kesulitan guru
dalam evaluasi pembelajaran tematik adalah pada
penentuan aspek pengembangan intrumen atau alat
penilaian dan hasil untuk mengukur indikator. Dari
fokus permasalahan yang ditemukan digunakan
sebagai bahan pengembangan materi pelatihan.
4.1.5 Tindakan siklus I
4.1.5.1 Perencanaan siklus I
Dalam perencanaan siklus I diawali dengan
mengajukan permohonan narasumber secara resmi
( surat permohonan kepada Kepala Sekolah SD Negeri
Kedungsari 1 Magelang, lampiran 8.1) kepada atasan
langsung narasumber, kemudian dilanjutkan dengan
langkah utama perencanaan yang meliputi kegiatan-
kegiatan :
1). Menentuan sasaran belajar berdasar hasil analisis
kebutuhan. ( langkah 1 pelatihan metode simulasi )
Berdasarkan tujuan pelatihan dan analisis
kebutuhan, bahwa pelatihan model simulasi ini
55
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam menyusun RPP Tematik. Pembelajaran
tematik untuk kelas rendah yaitu kelas 1, 2, dan 3
sekolah dasar, maka yang menjadi sasaran utama
dalam penelitian ini adalah meningkatkan
kompetensi guru kelas 1, 2 dan 3 yang berjumlah 3
orang dalam menyusun RPP tematik.
2). Menyusun Program ( langkah 2 pelatihan metode
simulasi ). (lampiran 5).
Program pelatihan disusun sebagai acuan bagi
pelaksanaan pelatihan yang berisi tentang: (a)
Rasional pelatihan (b) Tujuan pelatihan (c) Sasaran
pelatihan (d) Penanggung Jawab (e) Narasumber (f)
Peserta (g) kepanitiaan (h) Tahap Kegiatan (i) Materi
(j) Media/Alat (k) Hasil Yang diharapkan (l) Jadwal
Pelaksanaan (m) Daftar Peserta (n) Evaluasi (o)
Lampiran Panduan Oprasional Penyelenggaraan
Pelatihan.
Program pelatihan ini dibagikan kepada tutor,
kolaborator, dan peserta pelatihan.
Panduan Oprasional Penyelenggaraan Pelatihan.
Panduan oprasional merupakan panduan bagi
pelaksanaan pelatihan yang didalamnya berisi
uraian kegiatan-kegiatan dari persiapan,
pelaksanaan , sampai dengan refleksi.
56
Informasi Kelengkapan Administrasi. Merupakan
panduan administrasi yang harus ada dan
dipersiapkan oleh peneliti.
3) Menyusun instrumen penelitian.
Instrumen penelitian meliputi instrumen analisis
kesulitan guru dalam pembelajaran tematik
(lampiran 1), instrumen lembar analisis
penyusunan RPP (lampiran 2), instrumen
pengamatan pelaksanaan pelatihan (lampiran 3),
dan instrumen nilai sikap peserta pelatihan
(lampiran 4)
4) Menyiapkan materi pelatihan Siklus I (lampiran 6)
Materi pelatihan di cetak dan digandakan untuk
dibagikan kepada peserta pelatihan dan
kolaborator. Adapun materi pelatihan siklus I yaitu:
Pembelajaran Tematik, Evaluasi Pembelajaran, dan
Pedoman Penyusuna RPP Tematik.
5) Penjelasan dan membuat kesepakatan teknik-
teknik pelaksanaan dan penilaian pelatihan kepada
tutor dan kolaborator.
4.1.5.2 Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I dengan pelatihan
metode simulasi penyusunan RPP Tematik
dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 april 2015.
Pelaksanaan pelatihan meliputi kegiatan-kegitan
dengan berpedoman pada Panduan Oprasional
57
Pelaksanaan Pelatihan ( lampiran Program Pelatihan).
Kegiatan tersebut meliputi :
1). Persiapan pelaksanaan pelatihan, yang mencakup
kegiatan : Berkoordinasi dan menyiapkan ATK,
Berkoordinasi, menyiapkan dan mengecek sarana
prasarana penunjang pelatihan, Menyiapkan berkas
administrasi, Berkoordinasi dengan nara sumber
terkait desain dan teknik penilaian, Berkoordinasi
untuk kegiatan pembukaan dan pengarahan.
2). Pelaksanaan Kegiatan pelatihan yang mencakup
kegiatan umum, kegiatan pendaftaran, kegiatan
pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutupan.
3). Penyampaian materi dan kegiatan pelatihan.
Materi pelatihan meliputi materi umum ( jaringan
tema, pengembangan RPP Tematik, dan
pengembangan evaluasi pembelajaran). Pengamatan
video pembelajaran, Penyusunan RPP Tematik dan
pengamatan video pembelajaran untuk
memantapkan pemahaman peserta pelatihan
terhadap penyusunan RPP Tematik.
4). Pengumpulan berkas pelatihan.
4.1.5.3 Observasi Siklus I
Observasi dilakukan bersamaan pelaksanaan
pelatihan. Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan
pelatihan menggunakan lembar pengamatan
pelaksanaan pelatihan (lampiran 3), hasil tes unjuk
58
kerja peserta pelatihan berupa penyusunan RPP
Tematik menggunakan lembar analisis RPP (lampiran
2), dan observasi terhadap sikap peserta pelatihan
menggunakan Instrumen Nilai Sikap Peserta Pelatihan.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan Kolaborator
(dalam penelitian ini dilakukan oleh Pengawas Sekolah)
ketika proses pelatihan berlangsung.
Hasil pengamatan siklus I dapat dijelaskan:
a. Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan
pelatihan
Kegiatan pelatihan dengan metode simulasi
mendapat nilai 78 indikator Cukup (C) (Lampiran
8.4). Masih ada catatan:
1. Peserta pelatihan kurang serius dalam mengikuti
kegiatan pelatihan (Lampiran 8.7). Menurut
Kolaborator hal ini dapat dilihat dari hasil
penyusunan RPP ada beberapa indikator yang
tidak sesuai. Disebabkan ketika mengikuti
penjelasan umum dan pangamatan video
pembelajaran kurang bersungguh-sungguh.
2. Menurut Kolaborator, peserta pelatihan butuh
contoh RPP Tematik yang nyata bukan hanya
bagan RPP.
3. Video pembelajaran yang disampaikan suara
kurang keras.
b. Berdasarkan hasil tes unjuk kerja penyusunan RPP.
59
Hasil tes merupakan tes unjuk kerja guru dalam
penyusunan RPP Tematik dari hasil pelatihan.
Menurut Kolaborator secara fisik RPP yang disusun
guru masih kurang rapi dan menggunakan tulisan
tangan. Hal ini terjadi karena peneliti tidak
mengkondisikan untuk menggunakan laptop atau
komputer. Hasil Analisis penyusunan RPP Tematik
dalam siklus I (Lampiran 8.5) dapat disimpulkan:
Tabel 4.2 : Hasil Siklus I
RPP Nilai Katagori Ketuntasan Rata-
rata Tuntas Belum Kelas 1
84 B √
75,3 Kelas 2
73 C
√
Kelas 3
69 K
√
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa skor nilai
rata-rata 75,3 ketercapaian pelatihan baru 1 RPP dari 3
RPP buatan guru. 1 mendapatkan nilai kategori Kurang
(K), 1 RPP mendapatkan nilai katagori Cukup (C), dan
satu RPP mendapatkan nilai Kategori Baik (B).
Dari hasil pengamatan hasil penyusunan RPP
ditemukan :
1. Dalam penyusunan indikator, ada satu RPP yang
tidak mencantumkan indikator pembelajaran. Ada
juga yang rumusan indikatornya kurang tepat
pemilihan kata kerja oprasionalnya.
60
2. Dalam penyusunan tujuan pembelajaran belum
memenuhi kriteria penyusunan tujuan
pembelajaran, yaitu mengandung unsur ABCD
(audiens, Behavior, Conditional, dan Degree ).
3. Pembukaan pelajaran , masih ada yang bersifat
umum belum spesifik sesuai dengan materi dan
mengacu metode pembelajaran yang digunakan.
4. Kesesuaian waktu yang kurang sesuai dengan
keluasan materi.
4.1.5.4 Refleksi Siklus I
Peneliti, narasumber, dan kolaborator membahas
kelebihan dan kekurangan pelaksanaan dan hasil
peserta palatihan untuk menentukan tindakan
selanjutnya. Adapun kriteria keberhasilan tindakan
meliputi :
1. Unjuk kerja peserta pelatihan berupa penyusunan
RPP Tematik dengan perolehan nilai minimal
katagori baik (80< B <89) dan ketercapaian
keberhasilan pelatihan 2 dari 3 RPP buatan peserta
mendapat kriteria tuntas.
2. Sedangkan untuk pelaksanaan pelatihan dengan
kriteria nilai minimal baik.( 80 < B < 89)
Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada
siklus I, menunjukkan bahwa hasil pelatihan yang
diperoleh cukup. Hal ini disebabkan hasil tes unjuk
kerja peserta pelatihan dalam menyusunan RPP tingkat
61
keberhasilannya baru mencapai 1 dari 3 RPP. Menurut
pengamat disebabkan karena :
1. Peserta pelatihan kurang memahami materi
pelatihan, terumama dalam hal : Penyusunan
indikator, penyusunan tujuan pembelajaran,
pembukaan, kesesuaian waktu yang kurang sesuai
dan muatan materi pembelajaran.
2. Proses pelatihan kurang maksimal. Menurut
pengamat dan peserta, peserta butuh contoh RPP
yang baik, dan video pembelajaran yang
ditampilkan suara kurang jelas.
Dengan demikian refleksi pada akhir siklus I
belum mencapai kriteria keberhasilan maka siklus I
dilanjutkan ke siklus II. Untuk meningkatkan hasil
pelatihan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kesiapan media pelatihan perlu disiapkan dengan
baik.
2. Materi pelatihan di titik beratkan pada penyusunan
indikator, penyusunan tujuan pembelajaran,
pembukaan, kesesuaian waktu .
4.1.6 Tindakan Siklus II
4.1.6.1 Perencanaan siklus II
Perencanaan pada siklus II merupakan langkah
awal sebelum melaksanakan tindakan siklus II. Siklus
II ditentukan karena refleksi pada siklus I belum
mencapai kriteria keberhasilan. Sehingga tindakan
62
siklus II merupakan upaya perbaikan serta pemecahan
masalah yang timbul pada siklus I.
Untuk keberhasilan penelitian pada siklus II
maka tahap perencanaan ini harus memperhatikan dan
mempertimbangkan refleksi dan temuan-temuan pada
siklus I. Persiapan pada siklus II meliputi kegiatan-
kegiatan:
1). Penentuan sasaran belajar berdasar hasil refleksi
siklus I.
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, bahwa pelatihan
model simulasi ini bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi guru dalam menyusun RPP Tematik
penekanan pada materi penyusunan indikator,
penyusunan tujuan pembelajaran, kesesuaian
waktu dengan keluasan materi untuk guru kelas 1,
2, dan 3 sekolah dasar.
2). Penentuan Program ( langkah 2 pelatihan metode
simulasi ).
Perencanaan Program pelatihan secara umum
masih mengacu pada program siklus I. Untuk
waktu pelaksanaan yang mengalami perubahan dan
persiapan media pelatihan disiapkan lebih matang.
3) Menyusun instrumen penelitian.
Instrumen penelitian yang dipersiapkan dalam
Siklus II meliputi instrumen: lembar analisis
penyusunan RPP (lampiran 2), instrumen
pengamatan pelaksanaan pelatihan (lampiran 3),
63
dan instrumen nilai sikap peserta pelatihan
(lampiran 4).
3) Menyiapkan materi pelatihan Siklus II (lampiran 7)
Materi pelatihan pada siklus II mengacu pada
materi Siklus I, ditambah materi berupa contoh
RPP.
4) Penjelasan dan membuat kesepakatan teknik-
teknik pelaksanaan dan penilaian kepada tutor.
4.1.6.2 Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II dengan pelatihan
metode simulasi penyusunan RPP Tematik
dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Mei 2015.
Pelaksanaan siklus II meliputi kegiatan-kegitan
mengacu pada siklus I menitik beratkan pada hasil
refleksi siklus I, dan berpedoman pada perencanaan
yang telah di susun pada siklus II :
1). Persiapan pelaksanaan pelatihan, mengacu pada
panduan pelatihan.
2). Pelaksanaan Kegiatan pelatihan yang mencakup
kegiatan umum, kegiatan pendaftaran, kegiatan
pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutupan.
3). Penyampaian materi dan kegiatan pelatihan.
Materi pelatihan Siklus II sama dengan siklus I,
dilengkapi dengan contoh RPP. Penjelasan ulang
pada materi penyusunan indikator, penyusunan
tujuan pembelajaran, dan kesesuaian waktu
64
pembelajaran dengan keluasan materi
pembelajaran, pengamatan video pembelajaran,
penyusunan RPP Tematik siklus II.
4). Pengumpulan berkas pelatihan.
4.1.6.3 Observasi Siklus II
Observasi siklus II dilakukan bersamaan
pelaksanaan pelatihan siklus II. Observasi dilakukan
terhadap pelaksanaan pelatihan menggunakan lembar
pengamatan pelaksanaan pelatihan (lampiran 3), dan
hasil tes unjuk kerja peserta pelatihan berupa
penyusunan RPP Tematik menggunakan lembar
analisis RPP (lampiran 2). Pengamatan dilakukan oleh
peneliti dan Kolaborator. Hasil pengamatan siklus II
dapat dijelaskan:
a. Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan
pelatihan.
Kegiatan pelatihan dengan metode simulasi pada
siklus II sudah menunjukkan peningkatan:
1. Kegiatan pelatihan dengan metode simulasi
sudah mencapai skor 92 indikator Amat Baik
(AB). (lampiran 9.2)
2. Peserta pelatihan bertanggung jawan dalm
mengikuti pelatihan, hal ini dibuktikan dalam
mengerjakan tugas penyusunan RPP selesai
tepat waktu. Serius dalam mengikuti kegiatan
pelatihan (lampiran 9.5). Hal ini dapat dilihat
65
dari hasil penyusunan RPP sudah sesuai, dan
asli ide dari peserta bukan salinan RPP hasil
download.
b. Berdasarkan hasil tes
Hasil tes unjuk kerja guru dalam penyusunan RPP
Tematik siklus II dianalisis menggunakan lembar
analisis RPP (lampiran 9.3). Hasilnya dirangkum
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 : Hasil Siklus II
RPP Nilai Kata gori
Ketuntasan Rata-rata Tuntas Belum
Kelas 1
95 AB √
94.3 Kelas 2
93 AB √
Kelas 3
95 AB √
Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa skor nilai
rata-rata 94,3 ketercapaian pelatihan sudah maksimal
3 RPP sudah mendapat skor tuntas. Sudah tidak ada
lagi RPP dengan katagori kurang atau cukup, 3 RPP
dengan katagori Amat Baik (AB).
Dari pengamatan hasil penyusunan RPP
ditemukan :
1. Peserta pelatihan mengerjakan menyusun RPP
Tematik dengan baik, tanggung jawab, disiplin dan
semangat (lampiran 9.5).
66
2. Semua indikator RPP tersusun dengan baik dan
benar.
3. Bentuk penyusunan RPP sudah rapi, hal ini
dikarenakan diperbaiki dengan ketikan komputer.
4.1.6.4 Refleksi siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II
menunjukkan perubahan-perubahan yang bersifat
positif, dengan bukti peserta pelatihan mengerjakan
menyusun RPP Tematik dengan baik, tanggung jawab,
disiplin dan semangat, semua indikator RPP tersusun
dengan baik dan benar. Sedangkan hasil penyusunan
RPP, 3 RPP mendapat AB (90 < AB < 100), sudah tidak
ditemukan RPP dengan katagori C.
Menurut pengamat dalam pelaksanaan pelatihan
metode simulasi pada siklus II sudah dilaksanakan
secara maksimal, hal ini ditunjukkan adanya :
1. Materi pelatihan penyusunan RPP Tematik dapat
dimanfaatkan secara menyeluruh.
2. Guru dapat menyusun RPP Tematik secara mandiri
dengan baik.
3. Guru mampu menyusun evaluasi hasil belajar
sesuai Kompetensi.
4. Guru mampu menguasai materi ajar dengan baik.
Dengan demikian pelaksanaan pelatihan
penyusunan RPP Tematik dengan metode simulasi
siklus II berlangsung secara baik.
67
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Penyusunan RPP dikalangan guru SD Negeri Wates 4 Magelang
Dari hasil refleksi terhadap tindakan siklus I dan
hasil refleksi siklus II penyusunan RPP Tematik melalui
pelatihan metode simulasi dapat didiskripsikan dan
dianalisa. Untuk kondisi awal atau kondisi penyusunan
RPP sebelum pelaksanaan tindakan dengan
menganalisa RPP guru yang dikumpulkan kepada
peneliti pada hari sebelum pelaksanaan tindakan. Akan
tetapi RPP tersebut tidak diperhitungkan karena RPP
yang dikumpulkan tersebut bukan buatan guru sendiri
melainkan hasil download atau copy tahun
sebelumnya.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, kegiatan
pelatihan metode simulasi penyusunan RPP Tematik
ketercapaian 1 dari 3 RPP. RPP buatan guru yang
mendapat skor diatas 80 (B) 1RPP dan yang
memperoleh skor di bawah 80 ( C dan K ) 2 RPP
sehingga membutuhkan kegiatan siklus II.
Kemampuan dan kreatifitas guru dalam
mengembangkan RPP Tematik pada siklus II, RPP yang
mendapat nilai diatas 80 ( katagori B ) meningkat 2 dari
3, dari 1RPP pada siklus I menjadi 2 RPP pada siklus II.
Rata-rata skor meningkat dari rata-rata 75,3 pada
siklus I menjadi rata-rata 94,3 pada siklus II. Tidak ada
68
RPP memperoleh skor Cukup (C), 3 RPP masing-masing
mendapat skor 95, 93, dan 95 katagori AB.
Dari peningkatan pada siklus I dan siklus II
menunjukkan bahwa hasil pelatihan metode simulasi
penyusunan RPP Tematik tersebut telah mencapai
target keberhasilan penelitian ini. Sehingga tindakan
siklus II dihentikan.
4.2.2 Pelatihan Metode Simulasi Penyusunan RPP
Tematik di SD Negeri Wates 4
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
disampaikan pada Bab II bahwa pelatihan metode
simulasi merupakan bagian dari suatu proses pelatihan
di dalam suatu organisasi untuk pengembangan
kompetensi ke arah yang diinginkan oleh organisasi
yang bersangkutan telah terbukti. Pelatihan model
simulasi adalah berlatih melaksanakan tugas-tugas
yang akan dilaksanakan sehari-hari, dalam hal ini
berlatih untuk meningkatkan kompetensi dan
ketrampilan khusus guru yang berkaitan dengan
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP )
Tematik.
Sekolah sebagai bentuk organisasi mempunyai
kewajiban menjunjung tinggi peraturan dan
melaksanakannya sesuai standar yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini Peraturan Mentri Pendidikan
No. 22 tahun 2006 menetapkan bahwa Pembelajaran
69
Kelas I s.d III dilaksanakan melalui pendekatan
tematik. Dan pasal 20 UU Guru dan Dosen
menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, guru berkewajiban salah satunya
adalah merencanakan pembelajaran. Kesenjangan yang
terjadi di SD Negeri Wates 4 telah teratasi melalui
tindakan pelatihan model simulasi. Agar
keterlaksanaannya tetap terjamin perlu pemantauan
secara intensip dan terencana dari kepala sekolah.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan
penelitian Tati Hendarti tahun 2010. Kesamaan dari
hasil tindakan pelatihan dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun RPP tematik.
Peningkatan kemampuan guru juga diikuti dengan
perubahan perilaku dari perilaku negatif menjadi
perilaku positif. Perbedaan hasil penelitian terletak
pada metode pelatihan dan subyek yang diteliti. Pada
penelitian Tati Hendarti menggunakan pelatihan
metode kelompok sedangkan pada penelitian ini
pelatihan metodenya adalah metode simulasi. Pada
penelitian terdahulu subyeknya guru kelas rendah satu
gugus yang berjumlah 30 orang sedangkan penelitian
ini subyeknya guru kelas rendah satu sekolah yang
berjumlah 3 orang.
Hasil penelitian lain yang memiliki kesamaan
adalah penelitian Endah Setiyati tahun 2013.
Kesamaan dari hasil tindakan pelatihan dapat
70
meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP
tematik. Perbedaan hasil penelitian terletak tindakan
yang dilakukan dan subyek yang diteliti. Pada
penelitian Endah Setiyati tindakan yang dilakukan
melalui pemberdayaan KKG sedangkan pada penelitian
ini tindakan menggunakan pelatihan metode simulasi.
Pada penelitian terdahulu subyeknya guru kelas 2 satu
Dabin sedangkan sedangkan penelitian ini subyeknya
guru kelas 1, 2, dan 3.
Penalitian Nunuh tahun 2007dan Parlinus Gulo
tahun 2015, pada dasarnya mempunyai kesamaan
bahwa pelatihan dapat meningkatkan kompetensi guru
dalam menyusun RPP, bedanya terletak pada subyek
dan lokasi penelitian.
Penelitian Kon Chon Min dkk tahun 2012.Hasil
dari penelitian Kon Chon Min mempunyai kesamaan
terhadap penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pemahaman guru terhadap pendekatan tematik .Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa lamanya guru
mengajar tidak berbeda secara signifikan dengan
praktek pembelajaran dengan pendekatan tematik.
Perbedaan penelitian Kon Chon Min dengan penelitian
ini terletak pada metode dan prosedur yang digunakan,
dan subyek penelitiannya.
Berdasarkan hasil penelitian ini dan penelitian
terdahulu yang pada intinya memiliki kesamaan tujuan
71
yaitu upaya untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam penyusunan RPP Tematik di lokasi yang
berbeda. Akan tetapi penelitian ini memiliki kekhasan
yaitu:
1. Materi pelatihan penyusunan RPP Tematik dapat
dimanfaatkan secara menyeluruh.
2. Guru dapat menyusun RPP Tematik secara mandiri
dengan baik.
3. Guru mampu menyusun evaluasi hasil belajar
sesuai Kompetensi.
4. Guru mampu menguasai materi ajar dengan baik.
Berdasarkan hal-hal di atas dapat disampaikan
bahwa masalah kompetensi guru yang masih rendah
terutama dalam hal pembelajaran tematik dapat dapat
ditingkatkan dengan berbagai upaya. Pelatihan Model
simulasi merupakan salah satu upaya yang dapat
digunakan sebagai rujukan untuk meningkatkan
kompetensi guru dalam rangka menjamin
keterlaksanaan pembelajaran tematik di kelas rendah
Sekolah Dasar sesuai Peraturan Mentri Pendidikan No.
22 tahun 2006 dan sesuai standar proses pembelajaran
yang telah ditetapkan.
Dengan meningkatknya kompetensi guru dalam
pembelajaran diharapkan akan membawa dampak yang
luas dan berkesinambungan khususnya bagi SD Negeri
Wates 4 Magelang. Dampak langsung adanya
peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran di
72
SD Negeri Wates 4 adalah meningkatnya prestasi siswa.
Hal ini dimungkinkan karena pemahaman guru tentang
pembelajaran tematik lebih meningkat, sehingga dalam
penyusunan perencanaan pembelajaran tematik lebih
memfokuskan pada proses yang ditempuh peserta didik
pada saat berusaha memahami isi pembelajaran,
melalui tema yang dekat dan berkaitan dengan
kehidupan anak. Menerapkan prinsip belajar sambil
bermain membuat peserta didik senang dalam
pembelajaran dan menimbulkan semangat belajar
mereka dan hasil pembelajaran merupakan sesuatu
yang sanagat berguna, sangat dibutuhkan, sangat
digemari bagi peserta didik.
Dampak tidak langsung dengan adanya
peningkatan hasil belajar adalah daya dukung dan
kerjasama komite sekolah dan wali murid lebih baik.
Diharapkan dengan adanya respon positip dari komite
sekolah dan wali murid yang lebih baik membawa
dampak meningkatnya jumlah peserta didik baru pada
tahun berikutnya.