peningkatan kemampuan pemecahan masalah

26
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARING) DI SMA SWASTA AL-AZHAR MEDAN OLEH KETUA : SAIFUL BAHRI (NIDN: 0124108203) ANGGOTA : BUKHORI (NIDN: 0129098101) ([email protected]) Abstrak Pemilihan judul ini berdasarkan pengamatan dari hasil observasi penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMA Swasta Al-Azhar Medan yang terdiri dari enam kelas paralel. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, dimana pemilihan sampel dilakukan secara random. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan pemecahan masalah matematis (2) tes kemampuan koneksi matematis, pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok, dimana tes berbentuk uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan persentase pencapaian skor siswa pada pembelajaran kontekstual dan konvensional. Analisis , inferensial data dilakukan dengan uji t dan analisis varians (Anava) dua jalur. Hasil penelitian ini adalah (1) peningkatan kemampuan, pemecahan masalah antara siswa yang diberi pembelajaran konteksual lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen 0,52 dan kelas kontrol 0,28. (2) peningkatan kemampuan koneksi matematis antara siswa yang diberi pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran. konvensional. Rata-rata peningkatan kemampuan koneksi matematis kelas eksperimen 0,49 dan kelas kontrol 0,16. (3) tidak ada interaksi antara pendekataii pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. (4) terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa. Kata Kunci : Pendekatan kontekstual A. Pendahuluan Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber

Upload: lukman

Post on 30-Jun-2015

1.740 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN

KONEKSI MATEMATIKA SISWA DENGAN PENDEKATAN

KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARING) DI SMA SWASTA AL-AZHAR MEDAN

OLEH

KETUA : SAIFUL BAHRI (NIDN: 0124108203)

ANGGOTA : BUKHORI (NIDN: 0129098101)

([email protected])

Abstrak

Pemilihan judul ini berdasarkan pengamatan dari hasil observasi penelitian

eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII SMA Swasta Al-Azhar Medan yang terdiri dari enam kelas paralel.

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, dimana pemilihan sampel

dilakukan secara random. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes

kemampuan pemecahan masalah matematis (2) tes kemampuan koneksi

matematis, pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok, dimana tes

berbentuk uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif ditujukan

untuk mendeskripsikan persentase pencapaian skor siswa pada pembelajaran

kontekstual dan konvensional. Analisis, inferensial data dilakukan

dengan uji t

dan analisis varians (Anava) dua jalur.

Hasil penelitian ini adalah (1) peningkatan kemampuan, pemecahan

masalah antara siswa yang diberi pembelajaran konteksual lebih baik daripada

siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Rata-rata peningkatan

kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen 0,52 dan kelas kontrol 0,28.

(2) peningkatan kemampuan koneksi matematis antara siswa yang diberi

pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran.

konvensional. Rata-rata peningkatan kemampuan koneksi matematis kelas

eksperimen 0,49 dan kelas kontrol 0,16. (3) tidak ada interaksi antara

pendekataii pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan awal siswa

terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. (4)

terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan

kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis

siswa.

Kata Kunci : Pendekatan kontekstual

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber

Page 2: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

daya manusia (SDM) yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat

mendorong memaksimalkan potensi siswa sebagai calon SDM yang handal

untuk masa yang akan datang yang harus dapat bersikap kritis, logis dan

inovatif dalam menghadapi clan menyelesaikan setup perrnasalahan yang

dihadapinya. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang digali untuk

meningkatkan kualitas SDM, salah satunya adalah ilmu matematika. Hal ini

sesuai degan pendapat Cockroft (1982) dalam Abdurrahman(2003:253) yang

mengatakan bahwa: Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu

digunakan dalam segi kehidupan;(2) semua bidang studi memerlukan

matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat

dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai

cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran

keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan

masalah yang menantang. Kutipan diatas mengatakan bahwa matematika itu

dapat digunakan sebagai sarana untuk memecahkan masalah dalam berbagai

segi kehidupan.

Kline dalam Tim MKPBM Matematika UPI (2001:19) mengatakan

bahwa "matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat

sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk

membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,

ekonomi dan alam". Selanjutnya Nurhadi (2004:203) juga mengatakan "

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,

menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran geometri, aljabar dan

trigonometri". Senada dengan itu Soedjadi dalam Panjaitan (2009:216)

mengatakan bahwa: "matematika itu merupakan kegiatan manusia sehingga

dalam proses pembelajaran harus lebih menekankan. pada aktivitas siswa untuk

mencari, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan yang diperlukan

sehingga pembelajaran menjadi terpusat pada siswa". Pendapat tersebut diatas

sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika pada kurikulum KBK 2004.

Page 3: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Tujuan pembelajaran matematika pada kurikulum. KBK 2004 dalam

Nurhadi (2004: 203) yaitu:

1. Melatih Cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, ekspositori, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

menemukan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa

ingin tabu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,

catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Tujuan di atas menekankan akan pentingnya peranan matematika dalam

kehidupan manusia. Karena pentingnya peranan matematika dalam kehidupan

manusia, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika

semakin baik. Hal ini terlihat dari berbagai upaya pemerintah seperti

penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan

kompetensi guru dan berbagai usaha lainnya yang bertujuan untuk

menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas.

Namun demikian usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan

mutu pendidikan matematika belum menarnpakkan hasil yang maksimal. Di

tingkat Internasional laporan TIMSS (Third International mathematics science

Study) tahun 2003 menempatkan Indonesia pada posisi 34 dari 45 negara, dan

lebih separuh pelajar kelas II dan kelas III SLTP di Indonesia berada dibawah

standar rata-rata skor Internasional Panjaitan (2009:215). Data ini semakin

menyatakan bahwa mutu pendidikan matematika kita sangat rendah dibanding

dengan negara lain.

Rendahnya hasil belajar matematika ditinjau dari lima aspek yang

dirumuskan oleh National Council of Teachers of Mathematic (NCTM:2000):

Page 4: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

"Menggariskan peserta didik harus mempelajari matematika melalui

pemahaman dan aktif membangun pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya. Untuk mewujudkan hal itu, pembelajaran matematika

dirumuskan lima tujuan umum yaitu: pertama, belajar untuk

berkomunikasi; kedua, belajar untuk bernalar; ketiga,belajar untuk

memecahkan masalah; keempat, belajar untuk mengaitkan ide; dan

kelima, pembentukan sikap positif terhadap matematika".

Masalah merupakan sesuatu yang tidak terlepas dari diri manusia,

sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan kernampuan

yang dituju dalam pembelajaran matematika. Laster (Branca: 1980) dalam

Sugiman dkk (2009:179) menyatakan bahwa" Problem silving is the heart of

mathematics" yang artinya jantungnya matematika adalah pemecahan masalah.

Selanjutnya NCTM (National Council of' teachers of Mathematics)

menegaskan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah salah satu aspek

penting dalam menjadikan manusia menjadi literat dalam matematika

(Romberg:1994) dalam Sugiman dkk (2009:179). Dari pendapat di atas dapat

dinyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan hal yang penting dalam

pembelajaran matematika.

Dalam belajar matematika, siswa mengalami kesulitan khususnya dalam

menyelesaikan soal yang berhubungan dengan pemecahan masalah matematika

sebagaimana diungkapkan Sumarmo (dalam Suhenri: 2006:3) bahwa

kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada umumnya

belum memuaskan. Untuk itu kemampuan pemecahan masalah dalam

matematika perlu dilatih dan dibiasakan sedini mungkin kepada siswa.

Kemampuan ini sangat diperlukan siswa sebagai bekal dalam memecahkan

masalah dan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

sejalan dengan pendapat Russefendi (1991:291) bahwa: kemampuan

]pemecahan masalah amatlah penting bukan saja bagi mereka yang kemudian

hari akan mendalami matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan

menerapkannya baik dalam bidang studi lain maupun dalam kehidupan sehari-

hari.

Page 5: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Kemampuan yang tidak kalah pentingnya yang harus dimilikim siswa

adalah kemampuan koneksi matematika. Kemampuan koneksi matematika

memiliki kaitan erat dengan kemampuan pemecahan masalah, dimana

kernampuan pemecahan masalah yang baik, tentunya akan membantu siswa

untuk meningkatkan kernampuan koneksi matematikanya, begitu juga

sebaliknya. Sumarmo (2006) menyatakan bahwa kemampuan koneksi

matematika adalah kernampuan seseorang dalam memperlihatkan hubungan

internal dan eksternal matematika,yang meliputi: koneksi antar topik

matematika, koneksi dengan disiplin ilmu lain dan koneksi dengan kehidupan

sehari-hari. Melalui koneksi matematika maka konsep pemikiran dan wawasan

siswa semakin terbuka terhadap matematika, tidak hanya terfokus pada topik

tertentu. saja yang dipelajari, sehingga akan menimbulkan sifat positif terhadap

matematika itu sendiri.

Kenyataan dilapangan, hasil penelitian Ruspiani (2000:13O)

mengukapkan bahwa rata-rata nilai kemampuan koneksi matematika siswa

sekolah menengah rendah, nilai rata-ratanya kurang dari 60 pada skor 100,

yaitu sekitar 22,2% untuk koneksi matematika siswa dengan pokok bahasan

lain, 44,9% untuk koneksi matematika dengan bidang studi lain, dan 7,3%

untuk koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Rendahnya mutu pendidikan matematika disebabkan banyak faktor salah

satunya adalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Dalam proses

belajar mengajar guru masih menggunakan pendekatan konvensional atau

tradisional. Soedjana(1986:1) manyatakan:

"Dalam metode mengajar tradisional, seorang guru dianggap sebagai

sumber ilmu, guru bertindak otoriter dan mendominasi kelas. Guru

langsung mengajar matematika, membuktikan semua dalil-dalilnya dan

memberikan contoh-contohnya. Sebaliknya murid harus duduk dengan

rapi, mendengarkan dengan tenang dan berusaha meniru cara-cara guru

membuktikan dalil dan cara guru mengerjakan soal-soal. Demikianlah

suasana belajar dan belajar yang tertib dan tenang. Murid bersifat passif

dan guru bersifat aktif. Murid-murid yang dapat dengan persis

mengerjakan soal-soal seperti yang dicontohkan gurunya adalah murid

yang akan mendapat nilai yang paling baik. Murid-murid pada umumnya

Page 6: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

kurang diberikan kesempatan untuk berinisiatif, mencari jawaban sendiri,

merumuskan dalil-dalil. Murid-murid pada umumnya dihadapkan pada

pertanyaan bagaimana menyelesaiakan soal bukan kepada mengapa

penyelesaiannya demikian".

Pada pembelajaran seperti ini guru hanya sekedar penyampai pesan

pengetahuan, sementara siswa cenderung sebagai penerima pengetahuan

semata dengan cara mencatat, meniru, mendengarkan dan menghapal apa yang

telah disampaikan oleh gurunya.

Zulkardi (2005) dalam Sugiman dkk (2009:184) menyatakan bahwa"guru

matematika mengajar dengan metode tradisional". Pembelajaran matematika

seperti ini tidak mamberikan arti apa-apa pada siswa. Pernyataan tersebut

sesuai dengan pendapat Marpaung dalam Tim PLPG (2008:8) yang

menyatakan bahwa. "matematika tidak ada artinya kalau hanya dihafalkan".

Oleh karena itu perubahan paradigm guru mengajar menjadi paradigm siswa

belajar sudah seharusnya menjadi perhatian utama dalam pembelajaran

matematika.

Peranan pendidikan matematika yang sangat besar dalarn peningkatan

kualitas sumber daya manusia, haruslah didukung dengan suatu proses

pembelajaran matematika yang mernberikan kesempatan pada siswa untuk

dapat melihat dan mengalami sendiri kegunaan matematika dalam kehidupan

nyata. Melalui pembelajaran matematika yang mengkaitkan konsep

matematika dengan konsep lain serta mengkaitkan matematika dengan suatu

permasalahan dalam kehidupan nyata, maka siswa akan semakin sadar betapa

pentingnya belajar matematika.

Melalui pembelajaran yang proses belajar-mengajarnya diawali dengan

menghadapkan siswa dalam masalah nyata serta mengkaitkan area-area

pengetahuan yang berbeda, maka akan mengarahkan kepada kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa. Selain itu akan dapat meningkatkan

kemampuan koneksi matematika siswa baik kemampuan koneksi antara

matematika dengan pelajaran lain, koneksi matematika dalam kehidupan

Page 7: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

sehari-hari, maupun kemampuan siswa dalam mengkoneksikan konsep antar

pokok bahasan dalam matematika itu sendiri. NCTM (National Council of

teachers of Mathematics) menyatakan bahwa pemecahan masalah dan koneksi

matematika termasuk standar utama yang penting dalam pendidikan

matematika. Dengan kata lain bila kemampuan pemecahan masalah dan

koneksi matematika siswa baik, maka siswa akan cenderung tidak mengalami

kesulitan dalam mempelajari matematika selanjutnya, ataupun mempelajari

pelajaran lainnya. Jadi, dalam proses kegiatan belajar-mengajar perlu adanya

pendekatan pembelajaran yang penekanannya mengarah kepada kemampuan

pemecahan masalah dan koneksi matematika.

Bila kemampuan yang akan dicapai penekanannya pada kemampuan

pemecahan masalah dan koneksi matematika, maka hal yang memungkinkan

pembelajaran matematika disajikan melalui masalah kontekstual, yaitu melalui

pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Nurhadi

(2003:13) menyatakan bahwa :

"Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning,)

adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata

kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh

pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit

semi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri , sebagai

bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai

anggota masyarakat".

Hal ini sesuai dengan pendapat -Muslich (2008:40) dalam bukunya

mengatakan "Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu

menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana

pemanfaatannya dalam dunia nyata". Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa pendekatan kontekstual menekankan pembelajaran yang terpusat pada

siswa, guru mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, memungkinkan

Page 8: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

terjadinya proses belajar yang di dalamnya siswa mengeksplorasikan

pemahaman serta kemampuan akademiknya secara aktif dalam berbagai variasi

konteks, di dalam ataupun di luar kelas. Sehingga pembelajaran dengan

pendekatan (Contextual Teaching and Learning) diharapkan dapat sebagai

solusi untuk menciptakan paradigm siswa belajar bukan paradikma guru

mengajar seperti yang tedadi pada pembelajaran konvensional. Johnson

(2007:42) yang menyatakan bahwa CTL (Contextual Teaching and Learning)

memiliki kemampuan untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang paling

serius dalam pendidikan tradisional. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah dan koneksi matematika siswa dalam menyelesaikan permasalahan

yang dihadapinya. Dari uraian di atas peneliti merasa terdorong untuk

menerapkan pembelajaran kontekstual dengan judul "Peningkatan kemampuan

pemecahan masalah dan koneksi matematika siswa dengan pendekatan

kontekstual (Contextual Teaching end Learning)".

B. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen sernu (Quqsi

eksperiment) untuk melihat hubungan sebab akibat dari perlakuan pada

pendekatan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan

masalah

dan koneksi metematika siswa. Perlakuan yang dilakukan adalah penerapan

pendekatan pembelajaran kontekstual.

2. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Al-Azhar Medan kelas X pada

tahun pelajaran 2011/2012. Diperkirakan bulan April / Mei 2012 sampai

dengan bulan Juni 2012.

a. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Page 9: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Populasi adalah sejumlah keseluruhan yang menjadi objek penelitian

yang akan di teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA

Swasta Al-Azhar Medan kelas X pada tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 6

kelas dengan sejumlah siswa sebanyak 240 orang.

2) Sampel

Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak sederhana

yaitu sampel diaambil secara random yang akan mewakili populasi. Dengan

demikian mengingat kelas X berjumlah 40 siswa sehingga memberikan

kemungkinan yang sama bagi setiap kelas untuk terpilih menjadi sampel. Yang

menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas X A dan X B yang terdiri dari

80 siswa.

3) Variabel dan Indikator

Berdasarkan dari tujuan penelitian dan kerangka teori dalam penelitian

ini maka penulis menggunakan satu bentuk variabel, yaitu :

1. Variabel : perlakuan pada pendekatan pembelajaran terhadap peningkatan

kemampuan pemecahan masalah clan koneksi matematika siswa (

eksprimen ) dan pelakuan yang dilakukan adalah penerapan pendekatan

pembelajaran kontekstual ( kontrol ).

2. Indikator : Skor tes semester II pada materi Persamaan diferensial.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis

yaitu tes dan non tes. Instrumen jenis tes melibatkan pre-tes dan pos-tes. Pre-

tes dan pos-tes meliputi tes kernampuan pemecahan masalah dan kemampuan

koneksi matematika dalam bentuk soal uraian. Jenis non tes melibatkan angket

respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran kontekstual.

Soal pre-tes terdiri dari 10 butir soal uraian, yang meliputi 5 butir soal

mengukur kemampuan pemecahan masalah dan 5 butir soal mengukur

kemampuan koneksi matematika siswa. Pre-tes dalam penelitian ini diberikan

diawal penelitian dengan tujuan: (1) untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan awal siswa, (2) untuk melihat kesiapan siswa terhadap materi

Page 10: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

bangun ruang sisi datar kubus dan balok dan (3) untuk mengetahui apakah

kemampuan siswa pada kedua kelompok sama atau tidak.

4. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi matematika

Tes kemampuan pemecahan masalah pada penelitian ini terdiri dari 5

soal dalam bentuk uraian yang diberikan pada akhir penelitian bagi kelompok

eksperimen dan kontrol. Pemilihan bentuk tes uraian bertujuan untuk

mengungkapkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa secara

menyeluruh terhadap materi yang telah diberikan setelah kedua kelompok

memperoleh pembelajaran.

Tes kemampuan koneksi matematika pada penelitian ini terdiri dari 5

soal bentuk uraian yang diberikan pada akhir penelitian bagi kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Pemilihan bentuk tes uraian bertujuan untuk

mengungkapkan kemampuan konekasi matematika siswa secara menyeluruh

terhadap materi yang telah disampaikan setelah kedua kelompok memperoleh

pembelajaran.

a. Angket Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran

Data respon siswa yang diberikan kepada siswa pada kelompok

eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pendapat atau komentar siswa

terhadap pembelajaran kontekstual. Angket respon siswa diberikan kepada

siswa dan diisi setelah pembelajaran yang meliputi materi pelajaran, lembar

aktifitas siswa, cara bclajar dan cara guru mengajar. Kemudian dengan

instrumen ini ingin diketahui juga tentang minat siswa untuk mengikuti

kegiatan pembelajaran berikutnya.

Angket respon siswa dalam kegiatan pembelajaran dan terhadap

perangkat pembelajaran yang dikembangkan diisi oleh siswa setelah kegiatan

pembelajaran selesai. Adapun hal-hal yang dapat diamati pada respon siswa

terdapat pada tabel aspek yang diamati pada respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran, sebagai berikut:

Tabel 3.2

Aspek yang Diamati pada Respon Siswa terhadap Kegiatan

Page 11: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Pembelaiaran Kontekstual

No Aspek yang diamati

1 Perasaan siswa terhadap komponen

a. Materi pelajaran

b. Lembar aktivitas siswa (LAS)

c. Suasana belajar di kelas

d. Cara guru mengajar

2 Pendapat siswa terhadap komponen

a- Materi pelajaran

b. Lembar aktivitas siswa (LAS)

c. Suasana belajar di kelas

d. Cara guru mengajar

3 Siswa yang berminat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran

berikutnya, seperti yang dilakukan sekarang

4 Pendapat siswa tentang lembar aktivitas siswa

a. Siswa dapat memahami bahasa yang digunakan dalam lembar

aktivitas siswa

b. Siswa tertarik pada penampilan (ttilisan, gambar, dan letak

gambarnya) yang terdapat pada lembar aktivitas siswa

C. Hasil Penelitian

1. Dari hasil analisis data dan uji statistik peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa diperoleh rata-rata peningkatan

kelas eksperimen 0,52 kelas kontrol 0,28 dan hasil uji statistic

diperoleh thitung 4,327 > ttabel 1,999. Hal ini menunjukkan peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih baik daripada

kemampuan pemecahan pendekatan matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

2. Dari hasil analisis data dan uji statistik terhadap peningkatan

kemampuan koneksi matematis siswa diperoleh rata-rata peningkatan

Page 12: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

kelas eksperimen 0,49 kelas kontrol 0,16 dan hasil uji statistik diperoleh

signifikantsi 0,000. Ini lebih kecil dari taraf signifikan 0,05. Hal ini

menunjukkan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih baik

daripada kemampuan koneksi metamatis siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

D. Pembahasan

Pada bagian ini akan diraikan deskripsi dan interpretasi data hasil

penelitian. Deskripsi dan interpretasi dilakukan terhadap peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan koneksi matematis.

Deskripsi dan interpretasi data hasil penelitian juga melibatkan faktor

pembelajaran dan faktor kemampuan awal matematis siswa serta interaksi

kedua faktor tersebut terhadap kemampuan matematis yang akan dicapai.

1. Faktor Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan sebelumnya, terlihat

bahwa dengan pembelajaran kontekstual peningkatan kemampuan pemecahan

masala dan koneksi matematis lebih baik disbanding dengan pembelajaran

konvensional. Hal ini sangat wajar jika memperhatikan perbedaan karakteristik

kedua pembelajaran tersebut.

Secara teoritis pembelajaran kontekstual memiliki beberapa keunggulan

jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Keunggulan tersebut

terlihat dari perbedaan pandangan terhadap karakteristik pembelajaran antara

lain:

a. Bahan Ajar

Pada pembelajaran kontekstual, bahan ajar dikembangkan dan dikemas

dalam bentuk sajian masalah-masalah kontekstual. Masalah-masakah

kontekstual tersebut disajikan dalam lembar Aktivitas Siswa (LAS). Sebagai

contoh pada Lembar Aktivtas Siswa (LAS-3) masalah 2 seperti berikut :

Page 13: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Sebuah kotak sepatu berbentuk balok dengan panjang = 25cm, lebar = 7cm,

dan tinggi = 10. Apabila kotak tersebut dibuka maka akan berbentuk jaring-

jaring balok seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

a) Berbentuk apakah bidang 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 yang ada pada gambar (b) !

b) Tuliskkan bidang-bidang yang bentuk dan ukurannya sama pada gambar

(b) !

c) Tentukan bagaimana cara mencari luas bidang 1,2,3,4,5 dan 6

d) Tentukan bagaimana cara menentukan luas permukaan balok !

e) Hitunglah luas permukaan kotak sepatu tersebut ?

b. Gambar Penelitian : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual.

c. Gambar Penelitian : kemampuan pemecahan pendekatan matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

Page 14: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Guru Sedang Membimbing Siswa dalam Memecahkan Masalah

Guru Sedang Membimbing Siswa dalam Memecahkan Masalah

Page 15: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Guru Sedang Membimbing Siswa dalam Memecahkan Masalah

Siswa sedang menegrjakan pretest dan postest

Page 16: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Siswa sedang menegrjakan pretest dan postest

Siswa sedang menegrjakan pretest dan posttest

Page 17: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Guru Sedang Membimbing Siswa dalam Memecahkan Masalah

Guru Sedang Membimbing Siswa dalam Memecahkan Masalah

Page 18: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Guru Sedang Membimbing Siswa dalam Memecahkan Masalah

Guru Sedang Membimbing Siswa dalam Memecahkan Masalah

Page 19: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Kemampuan Pemecahan Pendekatan Matematis Siswa Yang Mengikuti

Pembelajaran Dengan Pendekatan Konvensional.

Siswa sedang mengerjakan pretest dan postest

Page 20: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Siswa sedang mengerjakan pretest dan posttest

Siswa sedang mengerjakan pretest dan posttest

Page 21: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Guru Sedang Membimbing Siswa dalam Memecahkan Masalah

E. Kesimpulan Dan Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual dengan penekanan pada kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan koneksi matematis, maka penelitian

memperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis data dan uji statistik peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa diperoleh rata-rata peningkatan kelas

eksperimen 0,52 kelas kontrol 0,28 dan hasil uji statistic diperoleh thitung

4,327 > ttabel 1,999. Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual lebih baik daripada kemampuan pemecahan

pendekatan matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan konvensional.

2. Dari hasil analisis data dan uji statistik terhadap peningkatan kemampuan

koneksi matematis siswa diperoleh rata-rata peningkatan kelas eksperimen

0,49 kelas kontrol 0,16 dan hasil uji statistik diperoleh signifikantsi 0,000.

Ini lebih kecil dari taraf signifikan 0,05. Hal ini menunjukkan peningkatan

Page 22: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

kemampuan koneksi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual lebih baik daripada kemampuan koneksi metamatis

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

3. Tidak dapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan

dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini menunjukkan bahwa

pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan kemampuan pemecahan masalah sistematis siswa, sedangkan

kemampuan awal matematika siswa tidak memiliki pengaruh dalam

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Selisih

rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis yang

mendapat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan pendekatan

konvensional secara berturut-turut diperoleh siswa kelompok tinggi 0,143,

sedang 0,238 dan rendah 0,274. Berdasarkan hal tersebut dapat di

identifikasikan bahwa siswa yang berkemampuan rendah memperoleh

manfaat yang paling besar dalam pembelajaran dengan pendekatan

kontektual.

4. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan

kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan koneksi

matematis siswa. Ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan

koneksi matematis siswa bukan hanya dipengaruhi oleh pendekatan

pembelajaran yang digunakan melainkan dipengaruhi juga oleh

kemampuan awal matematis siswa. Selisih rata-rata kemampuan koneksi

matematis yang mendapat pembelajaran dengan penedekatan kontekstual

dan pendekatan konvensional yaitu siswa kelompok tinggi 0.303, sedang

0,36 rendah 0,29. Berdasarkan hal tersebut dapat di identifikasikah bahwa

siswa yang berkemampuan sedang memperoleh manfaat yang paling besar

dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

Saran

Page 23: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan diatas, maka penelitian

menyarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Bagi Guru Matematika

a. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan salah satu

alternative bagi guru matematika dalam menyajikan materi pelajaran

matematika, khususnya dalam mengajarkan materi bangun ruang sisi

datar kubus dan balok

b. Dalam menerapkan pembelajaran pendekatan kontekstual hendaknya

membuat suatu scenario yang matang, sehingga tidak banyak waktu

yang terbuang oleh hal-hal yang tidak perlu, khususnya menentukan

benda-benda yang real disekitar agar siswa mudah memahami.

c. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual hendaknya

memberikan masalah yang menyangkut benda-benda yang real

disekitar tempat belajar, agar siswa lebih cepat memahami pelajaran

yang sedang dipelajari.

2. Kepada lembaga Terkait

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Masih sangat asing bagi

guru maupun siswa terutama di daerah, oleh karena itu perlu

disosialisasikan dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa,

khususnya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

koneksi matematis siswa.

3. Kepada lembaga Terkait

Disarankan kepada penelitian lanjutan, kiranya dapat melanjutkan

penelitian ini dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan matematika lain dengan

menerapkan lebih dalam agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat

diterapkan di sekolah.

F. Ucapan Terima kasih

Page 24: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan

hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini

disusun dengan menggunakan penjelasan–penjelasan yang dikutip dari

beberapa buku.

Penulis sadar dalam penyusunan penelitian ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan yang penulis perbuat, itu disebabkan keterbatasan

kemampuan penulis. Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan moril /

material dari berbagai pihak, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan penulis.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar – sebesarnya terutama

kepada :

1. Bapak Rektor DRS. H. KONDAR SIREGAR, MA selaku Rektor

Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. Teristimewa kepada Ayahda H. ISMAIL, Ibuda MARWIYA (ALM),

selalu mendoakan dan memberikan dorongan moril maupun materi

serta kasih sayang kepada saya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan baik.

3. Teristimewa kepada Istri SITI CHOTIMAH dan anak KAMILA

KAUTSAR ILMA selalu mendoakan dan memberikan dorongan moril

maupun materi serta kasih sayang kepada saya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

4. Kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan dana bantuan

untuk penelitian Dosen Pemula.

5. Dan yang terakhir kepada rekan – rekan kerja yang telah membantu,

baik saran atau kritik selama proses penelitian ini berlangsung.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian ini bermanfaat bagi

kita semua dan bagi kemajuan pendidikan. Semoga Allah SWT selalu

Page 25: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam melaksanakan

aktivitas sehari – hari. Amin

G. Daftar Pustaka

Abdurrahman, M (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :

Rineka Cipta

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta

_____(2009) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Asep

Sugiharto. (2008). Pembuktian hasil Belajar Siswa. (online). (http://one.

Indoskripsi.com/content/pembliktian-hash, diakses 20 September 2011.

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hudojo,

H. (1988). Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud P2LPTK.

_______(2001).Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika

Malang: JICA UNM.

Hamzah, B. Uno (2009). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran Sebuah

Konsep pembelajaran berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara.

Johnson. Elain.B. (2007) Contextual Teaching and Learning, Menjadikan

Kegiatan Belajar Mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Bandung:

MLC. Kesuma dkk, (2010). Contekstual Teaching and Learning Sebuah

Panduan Awal dalam Pengembangan PBM. Bandung: Pusat Pengkajian

Pedagogik UPI. Kumiawan, R. (2006). Pembelajaran Dengan

Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi

Matematika Siswa SMK. Tesis Tidak Diterbitkan. Bandung: PPS UPI.

Marzuki, A (2006). Implementasi Pembelajaran, Kooperatif (Cooperetive

Learning) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan

Pemecahan Masalah Siswa. Tesis Tidak Diterbitkan. Bandung: PPS

UPI.

Muslich, M (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

NCTM. 2000. Defining Problem Solving. (Online).(http://,A

,u

,Nv.IeLirtiei-

Page 26: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

.or(,/chaiiellCOLti-

,,,es/teacliin(-

, iiiatli/,,raciesk-'-"Isessio11- 03/sectio

03 a..html, diakses20 September 20011.

Notoatmojo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Nurhadi, (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.

Malang: Universitas Negeri Malang.

----------------- (2004). Kurikulum 2004. Jakarta: PT Grasindo.

Panjaitan, A. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Medan: Pascasarjana UNIMED.

Panjaitan, M.(2009). Logical Thinking (Reasoning) and Positive Attitude in

Mathernatichs as an Important Aspect in the Instructional Process.

Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika: Medan: Program Studi

Pendidikan Matematika PPS UNIMED.

Panjaitan, E. (2010). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pernecahan Masalah

Matematika Siswa SMP Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual.

Tesis Medan: PPS UNIMED.

_______(1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP

Bandung: Tarsito.

_______(2006). Pengantar Kepada membantu Guru mengembangkan

Kompetensinya Dalam pengajaran Matematika untuk meningkatkan

CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruspiani. 2000. Kemampuan Siswa Dalam Melakukan Koneksi Matematika.

Tesis tidak diterbitkan. Bandung PPS UPI Bandung.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Stand Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman. A.M. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rajawali Pers.

Sinaga, D. (2009). Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Kontekstual pada Siswa kelas X SMP Negeri -2 Rantau Selatan Rantau

Prapat. Tesis. Medan: PPS UNIMED.