bab iv analisis - dewey.petra.ac.id · malam 1 sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan...

27
83 Universitas Kristen Petra BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Ruang Ritual Malam 1 Sura Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang Malam 1 Sura sebelum mengadakan Kirab Pusaka Kyai Slamet yang dilakukan setelah pukul 12 Malam. Gambar 4.1. Sirkulasi kegiatan Ruang ritual Malam 1 Sura di area pelataran Kedhaton (kegiatan sebelum pukul 12 malam ditunjukkan pada nomor 1, 2 dan 3) Sebelum pukul 12 malam, kegiatan berada pada nomor 1 yang menunjukkan area pelataran dan kemudian berpindah di area nomor 2 di Maligi, di depan Sasana Sewaka. Maligi merupakan sebuah ruang kecil tambahan yang dibangun oleh Sunan Paku Buwana IX di bagian depan tengah Pendapa Sasana Sewaka, digunakan untuk menghitankan putera raja. Setelah dari Maligi, para abdi dalem dan para keluarga kerajaan akan menunggu sampai pukul 12 Malam di area pelataran di sebelah Paningrat, kegiatan ini ditunjukkan oleh nomor tiga.

Upload: others

Post on 29-Dec-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

83 Universitas Kristen Petra

BAB IV

ANALISIS

4.1. Analisis Ruang Ritual Malam 1 Sura

Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi

masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

Malam 1 Sura sebelum mengadakan Kirab Pusaka Kyai Slamet yang dilakukan

setelah pukul 12 Malam.

Gambar 4.1. Sirkulasi kegiatan Ruang ritual Malam 1 Sura di area pelataran

Kedhaton (kegiatan sebelum pukul 12 malam ditunjukkan pada nomor 1, 2 dan 3)

Sebelum pukul 12 malam, kegiatan berada pada nomor 1 yang

menunjukkan area pelataran dan kemudian berpindah di area nomor 2 di Maligi,

di depan Sasana Sewaka. Maligi merupakan sebuah ruang kecil tambahan yang

dibangun oleh Sunan Paku Buwana IX di bagian depan tengah Pendapa Sasana

Sewaka, digunakan untuk menghitankan putera raja. Setelah dari Maligi, para abdi

dalem dan para keluarga kerajaan akan menunggu sampai pukul 12 Malam di

area pelataran di sebelah Paningrat, kegiatan ini ditunjukkan oleh nomor tiga.

Page 2: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

84 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.1. Analisis Pelataran Kedhaton.

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Pelataran Kedhaton saat upacara Malam 1

Sura. View gambar di atas merupakan

bagian tengah pelataran di depan Sasana

Sewaka.

Para Abdi dalem dan peserta

upacara berdoa menghadap ke

Sasana Sewaka (menghadap barat)

dan menunggu di sekitar area

Pelataran Kedhaton.

NILAI

Kegiatan pada gambar tersebut merupakan kegiatan paling awal yang dilakukan

oleh para abdi dalem yang tiba di Pelataran Kedhaton, mereka berdoa di tengah-

tengah Pelataran Kedhaton dengan sesajian berupa bunga-bunga dan dupa di

hadapan mereka, menghadap ke arah Pendapa Sasana Sewaka, di bawah pohon-

pohon Sawo Kecik. Suasana sangat gelap dan sumber cahaya hanya berasal dari

penerangan di Pendapa Sasana Sewaka. Pada ritual ini, posisi doa menghadap ke

barat, ke arah Gunung Merapi yang dianggap sebagai tempat tinggal para dewa

dan memberikan penghormatan pada rajanya, karena seorang raja dalam

kebudayaan Jawa dianggap sebagai dewa. Ruang pada tradisi jawa dipahami

sebagai tempat dimana kejadian dan aktivitas harian berlangsung; ruang tidak

memiliki arti tanpa adanya keterkaitan pada laku (berjalan, kebiasaan, peran, di

wayang disebut lakon yang memiliki skenario atau pertunjukan). Hal ini

menunjukkan salah satu aspek kebudayaan jawa yang selalu memiliki keterkaitan

pada dunia. Hidup adalah gabungan dari semua komponen, mulai dari Sang

4.1.1. Pelataran Kedhaton

Pelataran Kedhaton merupakan salah satu dari tiga pelataran di dalam

kompleks Kedhaton. Pelataran Kedhaton merupakan pelataran yang paling sakral,

dua pelataran lainnya adalah Pelataran Srimanganthi dan Pelataran Magangan.

Dalam

Pelataran Kedhaton, terdapat banyak bangunan dengan bermacam-macam bentuk.

Rumah Raja berada di bagian barat dengan pendapa sebagai rumah depannya dan

dalem sebagai rumah belakangnya, ditambah dengan kompleks keputren dan

bangunan lain di sekitarnya. Berikut akan dijelaskan fungsi dari Pelataran

Kedhaton pada saat Ritual Malam 1 Sura.

Page 3: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

85 Universitas Kristen Petra

Berikut mengenai aktivitas dan hubungannya dengan makna pohon Sawo

Kecik bagi masyarakat dan alasan kenapa pohon Sawo Kecik dipilih sebagai

tanaman yang berada di dalam area pelataran Kedhaton.

Tabel 4.2. Analisis Pelataran Kedhaton dan pohon Sawo Kecik

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Pelataran Kedhaton ini dipenuhi 72

batang pohon sawo kecik (Manilkara

Kauki) yang teratur rapi.

Beberapa orang biasanya mengambil

benih pohon sawo kecik yang terjatuh

di sekitar pohonnya.

NILAI

Pohon sawo kecik melambangkan keberuntungan, sehingga diharapkan ada

banyak keberuntungan untuk Keraton Surakarta. Tujuan lainnya adalah agar

rindang namun tetap terang, karena pada bagian bawah daun sawo kecik berwarna

putih keperakan. Pohon sawo kecik melambangkan pengayoman dan

menunjukkan tanaman milik keraton atau Raja yang membawa harkat dan

martabat bagi yang menanamnya. (Setiawan, 2000: 192)

Berikut kegiatan yang merupakan syarat dan kebiasaan pada saat

memasuki area Pelataran Kedhaton, yang juga ditemukan pada saat melakukan

Ritual dan Upacara di dalamnya

Pencipta dan ciptaannya. Dalam konteks arsitektur dan interior, gejala spatial dan

pengaruhnya dengan persepsi manusia terjadi dengan adanya asimilasi antara

lingkungan dan lakunya. Keraton Surakarta yang dianggap sebagai Meru,

merupakan pusat magi bagi kerajaan dan seorang raja adalah titisan dewa. Dalam

konsep Raja-Dewa (Ratu-Bhinatara), raja dianggap sebagai wakil Tuhan, sumber

hukum, pemberi perlindungan dan penerangan bagi rakyatnya. (Setiawan, 2000:

14)

Page 4: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

86 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.3. Analisis Pelataran Kedhaton dan peraturannya

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Pasir di pelataran Kedhaton ini

merupakan kombinasi dari pasir dari

Gunung Merapi dan pasir dari Pantai

Laut Selatan (sumber: wawancara

dengan petugas museum Keraton).

Saat memasuki pelataran Kedhaton,

semua orang yang mengenakan sandal

diharuskan melepas sandalnya. Hanya

boleh mengenakan sepatu atau

bertelanjang kaki.

NILAI

Penyatuan pasir dari Gunung Merapi dan Laut Selatan pada bagian tengah

Keraton diharapkan membawa keseimbangan bagi kehidupan Keraton Surakarta.

Maka dari itu juga, area pelataran Kedhaton ini merupakan area yang sakral di

mana setiap orang yang berkunjung diharapkan berpakaian dengan sopan. Tujuan

lainnya, pasir dari Gunung Merapi mengandung mineral dan besi yang berfungsi

sama bagi orang yang melakukan pijat refleksi sehingga untuk alasan kesehatan,

berjalan dengan bertelanjang kaki di atas pasir ini merupakan salah satu bentuk

treatment (sumber: wawancara dengan petugas museum Keraton).

4.1.2. Maligi

Maligi merupakan bangunan tambahan yang dibangun ulang dengan

megah oleh Sunan Paku Buwana X. Maligi berbentuk Limasan Jubang yang

berarti bertiang delapan dan tidak memiliki serambi. Maligi menghadap ke timur

dan berada di bagian tengah depan Pendapa Sasana Sewaka. Lantai Maligi sama

tingginya dengan lantai emperan, yang diberi nama Paningrat (Soeratman, 1989:

28). Dalam rangka menyambut Malam 1 Sura, ritual ini merupakan bentuk

selamatan dengan tujuan untuk memohon agar Keraton Surakarta selalu diberi

kelimpahan dan keselamatan (sumber: wawancara dengan salah satu abdi dalem

Keraton, Bapak Kumaidi). Maligi digunakan sebagai tempat untuk

mengkhitankan putera raja. Berikut akan dijelaskan fungsi Maligi pada ritual

Malam 1 Sura.

Page 5: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

87 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.4. Analisis aktivitas di Maligi pada Ritual Malam 1 Sura.

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Maligi (kiri) dan paningrat (kanan)

saat tidak ada upacara (kosong). Pada

saat upacara, Paningrat akan dipenuhi

para abdi dalem yang mengikuti

upacara dan bagian terdekat dengan

Prabasuyasa akan menjadi tempat

menunggu para keluarga raja.

Pada ritual malam 1 Sura ini para

keluarga keraton berkumpul di Maligi

bersama para abdi dalem untuk berdoa

meminta keselamatan dan berkah bagi

Keraton Surakarta. Ritual dimulai

dengan doa Islam dan kemudian

dilanjutkan dengan doa dalam bahasa

yang digunakan dalam Kejawen.

Kegiatan ini dilangsungkan pada

malam hari dan diterangi oleh lampu-

lampu yang berwarna kuning. Para

Keluarga kerajaan, permaisuri dan

selir-selir, serta anak-anak raja, akan

berada paling dekat dengan meja,

sedangkan para abdi dalem berada di

belakang para keluarga raja.

NILAI

Posisi duduk saat dilangsungkannya selamatan menunjukkan perbedaan status

dalam kehidupan Keraton Surakarta, di mana raja dan keluarganya akan berada

paling dekat dengan meja sesajian dan para abdi dalem berada di belakang

mereka, lebih jauh dari meja sesajian. Suasana pada ruangan tersebut, pada saat

dilangsungkannya ritual, terasa sangat sakral, khidmat, serta berkesan mistis.

Suasana seperti ini tercipta karena upacara ini diadakan saat malam hari dengan

cahaya lampu yang berwarna kuning, kemudian jumlah peserta ritual yang

sangat banyak dan secara bersamaan mengucapkan doa yang mirip seperti

lantunan lagu, serta ruangan dipenuhi asap dupa dan kemenyan. Maka dari itu,

suasana sakral yang ditimbulkan merupakan hasil dari pencahayaan dan aktivitas

peserta yang sangat fokus mengucapkan doa. Ritual yang dilangsungkan dengan

tujuan meminta berkah dan keselamatan, sebelum melakukan jamasan pusaka ini

memiliki makna tersendiri. keraton, sebagai pusat kosmos dan semesta, adalah

sumber keselamatan dan kesejahteraan. Kekuatan magis raja yang menyebar ke

seluruh masyarakat melalui ritual dan upacara sakral, tersimpan di dalam pusaka.

Maka dari itu pusaka-pusaka tersebut harus dikirabkan atau di-jamas (dicuci).

Perlakuan khusus ini dilakukan agar pusaka-pusaka tersebut tidak mengeluarkan

daya rusaknya yang dapat menghancurkan keraton. Perlakuan khusus ini (ritual)

Page 6: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

88 Universitas Kristen Petra

yaitu selamatan yang diadakan sebelum men-jamas atau mengkirabkan pusaka-

pusaka tersebut. Slametan berasal dari kata slamet (Arab: salamah) yang berarti

selamat, bahagia, sentosa. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari

insiden-insiden yang tidak dikehendaki (Suwito, 2007: 4). Pada slametan

sebelum Kirab Pusaka Kanjeng Kyai Slamet ada tahun 2013, makanan-makanan

yang disajikan di Maligi kemudian dibawa ke ruang makan. Para abdi yang

datang bukan karena kemungkinan untuk makan bersama, tapi untuk membawa

pulang salah satu dari makanan tersebut yang dianggap bertuah (Suwito, 2007:

5).

4.2. Analisis Ruang Upacara Kirab Pusaka Kanjeng Kyai Slamet di dalam

Keraton

Pada Upacara Kirab Pusaka Kanjeng Kyai Slamet, menjelang pukul 12

malam, para keluarga raja dan abdi dalem yang diberi tugas, akan bersiap-siap

untuk membawa pusaka yang akan dikirabkan. Pusaka yang di-kirab-kan adalah

beberapa pusaka Keraton Surakarta yang merupakan peninggalan para leluhur raja

sejak jaman Majapahit sampai Surakarta. Dalam persiapan ini, para keluarga dan

abdi dalem kerajaan akan berkumpul di Paningrat Bedhayan, berbaris dan

kemudian menerima pusaka yang selanjutnya akan dibawa ke Pelataran Kedhaton,

menuju Kori Kamandhungan Lor kemudian keluar dari Keraton.

Gambar 4.2. Sirkulasi aktivitas di area Pelataran Kedhaton pada Malam 1 Sura

(mendekati pukul 12 Malam: nomor 4 dan 5)

Page 7: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

89 Universitas Kristen Petra

4.2.1. Paningrat Bedhayan dan Pelataran

Paningrat Bedhayan merupakan tempat di mana biasanya latihan Tari

Bedhaya dilakukan dan disaksikan oleh Raja. Paningrat Bedhayan jika dihitung

bersama Sasana Prasedya merupakan pringgitan dari Keraton (Behrend, 1982:

94).

Tabel 4.5. Analisis aktivitas di Paningrat

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Paningrat Bedhayan sesaat sebelum

barisan abdi dalem berdatangan

Tampak pada gambar, abdi dalem

wanita keluar dari Dalem Ageng

Prabasuyasa membawa kemenyan

untuk mempersiapkan keluarnya

pusaka sebelum para putra sentana

dalem dan abdi dalem yang

ditugaskan membawa pusaka

berkumpul.

NILAI

Pada aktivitas ini. ruang yang digunakan adalah Paningrat Bedhayan di mana

putra sentana dalem dan para abdi dalem yang telah dipilih akan menerima

perintah langsung untuk membawa pusaka. Dilakukan pada ruang ini karena

pusaka-pusaka tersebut diambil langsung dari Kamar Pusaka yang berada di

Dalem Ageng Prabasuyasa dan dipercayakan hanya pada abdi dalem wanita.

Selain itu, yang berwenang untuk membuka Kamar Pusaka hanya raja dan

beberapa orang yang memang diizinkan untuk melayani. (Puspaningrat, 1996: 3)

Setelah abdi dalem wanita tersebut membawa kemenyan dan

meninggalkan Paningrat Bedhayan, segera para abdi dalem dan putra sentana

dalem yang ditugaskan untuk memaba pusaka, masuk ke Paningrat Bedhayan dan

berbaris. Sebelum memasuki Paningrat Bedhayan, mereka akan bersujud ke arah

Sasana Sewaka terlebih dahulu, setelah itu melangkahkan kaki masuk ke dalam

Paningrat Bedhayan.

Page 8: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

90 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.6. Analisis aktivitas di Paningrat Bedhayan

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Para putra sentana dalem dan abdi

dalem yang telah dipilih berbaris di

Paningrat Bedhayan.

Pada saat berkumpul pada Paningrat

Bedhayan, para keluarga raja (putra

sentana dalem) dan abdi dalem yang

ditugaskan akan mengenakan untaian

melati gajah oling, dan bersiap untuk

menerima pusaka sesuai dengan urutan

mereka berbaris. Mereka akan masuk

melalui Paningrat dan memberi hormat

sebelum memasuki Paningrat

Bedhayan.

NILAI

Penghormatan yang dilakukan oleh para abdi dalem dilakukan sebelum

memasuki Paningrat Bedhayan menghadap ke arah Sasana Sewaka. Setelah itu

mereka berbaris separti pada gambar dan hal ini menunjukkan bahwa mereka

telah diberi tugas oleh Raja dan siap untuk menjalankannya.

Setelah berbaris di Paningrat Bedhayan, maka selanjutnya mereka akan

berbaris di area Pelataran Kedhaton dengan membawa pusaka-pusaka yang akan

di-kirab-kan.

Page 9: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

91 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.7. Analisis aktivitas di Pelataran Kedhaton menjelang Upacara Kirab

Pusaka

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Pada Pelataran Keraton di sebelah

Paningrat, para abdi dalem dan putra

sentana dalem yang dberi tugas

untuk membawa pusaka akan

berbaris sesuai uruan pusaka dan

keluar bersama mereka menuju Kori

Kamandhungan Lor.

Pelataran di Sebelah Paningrat yang

dijadikan tempat berbaris para putra

sentana dalem dan abdi dalem yang

bertugas membawa pusaka. Para Putra

Sentana Dalem dan abdi dalem yang

dipilih akan bersiap di Pelataran ini untuk

berjalan keluar Keraton melalui Kori

Kamandhungan Lor (utara) dan

membawa pusaka-pusaka yang telah

disiapkan untuk Kirab Pusaka. Kemudian

berjalan mengitari area keraton dengan

arah Pradaksina.

NILAI

Berjalan dengan arah Pradaksina berarti Keraton selalu berada di kanan

(Puspaningrat, 1996: 4). Pradaksina merupakan jalan mengitari Keraton dengan

keadaan tenang / tidak boleh berbicara, dan Keraton akan berada di sebelah

kanan orang yang melakukan Pradaksina. Pradaksina berasal dari Jaman Hindu.

Pada agama Buddha, Pradaksina sering dilakukan dengan mengitari Patung

Buddha atau ruang yang telah disediakan, dan berjalan tenang seperti saat

melakukan meditasi dengan cara berjalan. Hal ini dilakukan sebagai perenungan

dan tidak boleh ada kekotoran batin dan pikiran pada saat melakukan

Pradaksina.

Berikut merupakan rute jalannya Upacara Kirab Pusaka Kanjeng Kyai

Slamet dimulai dari Kori Kamandhungan kemudian menuju Gapura Gladhag, dan

seterusnya berjalan mengitari area keraton.

Page 10: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

92 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.8. Analisis aktivitas di Kori Kamandhungan Lor saat Upacara Kirab

Pusaka

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Gambar di atas menunjukkan arah

sirkulasi Upacara Kirab Pusaka,

yaitu Gapura Gladhag (panah

merah menunjukkan arah keluar

pertama, kemudian berjalan searah

jarum jam) ke Jalan Jendral

Sudirman, Jalan Kapten Mulyadi,

Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso,

Jalan Slamet Riyadi, setelah itu ke

kanan masuk ke Gapura Gladhag

lagi, kembali ke keraton.

Barisan telah sampai di Kori

Kamandhungan dan selanjutnya akan

berjalan keluar melalui Kori Brajanala.

NILAI

Pada Upacara Kirab Pusaka tahun 2013, suasana sepanjang rute Kirab Pusaka

sangat ramai, namun memiliki kesan sakral dan hening. Hal ini dikarenakan

keberadaan masyarakat dalam jumlah besar yang memadati dan menunggu

kedatangan kebo atau Kanjeng Kyai Slamet di sepanjang jalan dengan cukup

tenang, tidak boleh ada lampu kilat ataupun suara keras, agar kerbau-kerbau

yang berjalan tidak terganggu atau teralihkan perhatiannya. Hali ini juga

dikarenakan para putra sentana dalem dan abdi dalem juga berjalan tanpa bicara.

Keheningan di tengah keramaian ini adalah suatu hal yang menjadikan Upacara

Kirab Pusaka sebagai sesuatu yang berkesan sangat sakral meskipun upacara ini

bersifat publik. KRMH. Sujandjari Puspaningrat, dalam bukunya Tatacara Adat

Kirab Pusaka Keraton Surakarta, mengemukakan alasan mengapa kerbau berada

di paling depan barisan, yaitu hewan ini dianggap keramat, memiliki daya magis.

Pada masa pemerintahan Paku Buwana X, beliau memberi perintah untuk

mengkirabkan Kebo Bule Kanjeng Kyai Slamet untuk berkeliling Baluwarti

ketika ada wabah penyakit atau bencana alam, tujuannya adalah agar wabah

tidak bertambah ganas. Bagi masyarakat agraris, kerbau dipandang sebagai

hewan yang mendatang kesejahteraan, terutama tanduknya yang dipandang dapat

menolak bala atau bencana (Puspaningrat, 1996: 8).

Page 11: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

93 Universitas Kristen Petra

4.3.1. Gapura Gladhag

Gapura Gladhag merupakan pagar tembok bata yang berwarna putih,

berjumlah 3 pasang, dan menjadi batas dari Alun-Alun Utara. Gapura ini

memanjang ke arah utara dengan Pamurakan atau Pangurakan sebagai pagar

yang paling luar. Pada setiap ujung gapura ini, terdapat dua pilar yang tingginya

sembilan meter dan di bagian yang terdepan, terdapat lambang kerajaan,

sedangkan pada dua yang lainnya, terdapat ukiran yang menunjukkan masa Paku

Buwana X.

4.3. Analisis Ruang Upacara Sekaten

Sekaten dirayakan selama seminggu sebelum upacara Garebeg Maulud,

masyarakat memperingatinya dengan mengadakan festival dan membuka pasar

mulai dari Gapura Gladhag sampai pada Pendapa Pagelaran. Pada saat Sekaten

juga dibunyikan dua perangkat gamelan di Masjid Agung selama seminggu.

Gambar 4.3. Area Pasar Sekaten dari Gapura Gladhag ke Alun-Alun Lor dan

Pendapa Pagelaran.

Page 12: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

94 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.9. Analisis aktivitas di Gapura Gladhag

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Pada Pasar Sekaten, Kegiatan

dimulai dari Gapura Gladhag,

sampai Alun-Alun Utara dan

Pendapa Pagelaran. Pada gambar

terlihat kegiatan yang dimulai dari

Gapura Gladhag.

Pasar Sekaten dimulai dari depan

Gapura Gladhag di mana sepanjang

jalan dipenuhi oleh orang berjualan

mulai dari makanan, minuman, pakaian,

bahkan hewan-hewan kecil seperti ikan

hias dan kelinci. Bagian kiri dan kanan

jalan pada Gapura Gladhag tertutup

toko-toko tersebut, tidak ada kendaraan

yang diperbolehkan masuk karena jalan

sudah penuh.

NILAI

Pada hari-hari perayaan Sekaten (selama seminggu), masyarakat merayakannya

dengan mengadakan festival. Festival ini berupa pasar dan tempat bermain.

Selain menghibur, festival ini juga memiliki dampak positif dalam segi

ekonomi. Dampak positif tersebut adalah terbukanya lapangan pekerjaan baru

bagi masyarakat yang pada awalnya tidak memiliki pekerjaan. Maka dari itu,

Sekaten sangat ditunggu oleh masyarakat. Behrend mengatakan bahwa Gapura

Gladhag dulunya digunakan sebagai tempat raja untuk berburu (Behrend,

1982: 20). Pada saat sekarang, Gapura Gladhag hanya berfungsi sebagai main

entrance menuju Alun-Alun Utara.

4.3.2. Alun-Alun Lor

Alun Alun Lor merupakan pelataran pertama yang berada di dalam

Keraton. Pada saat berlangsungnya perayaan Sekaten selama seminggu, Alun-

Alun ini merupakan pusat dari Pasar Sekaten.

Page 13: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

95 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.10. Analisis aktivitas di Alun-Alun Lor.

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Pasar Sekaten diadakan sampai pada

malam hari di Alun-Alun Lor

(utara) dan menjadi pasar malam.

Gambar di atas merupkan suasana

Alun-Alun Lor saat hari biasa, tidak

ada festival atau acara keraton.

Alun-Alun sangat sepi dan luas.

Pasar Malam Sekaten di Alun-Alun Lor.

(sumber:http://wisata.kompasiana.com/jala

n-jalan/2013/12/30/pasar-malam-

meriahkan-peringatan-sekaten-

624012.html)

Pasar Malam Sekaten berada di Alun-Alun

Lor dari ujung utara ke selatan. Pasar ini

sangat ramai pengunjung dan semakin

malam semakin ramai. Para pengunjung

akan berhenti dari satu toko ke toko yang

lain serta menikmati permainan-permainan

seperti di taman bermain yang ada di

Alun-Alun Lor.

NILAI

Bagi masyarakat yang berjualan pada Pasar Sekaten, banyak di antara mereka

yang sangat menghargai kesempatan ini karena merupakan lapangan pekerjaan.

Bagi para pengunjung, Pasar malam Sekaten di Alun-Alun Lor merupakan

hiburan yang hanya ada setahun sekali dan merupakan sebuah perayaan sebelum

dimulainya Upacara Garebeg Maulud.

4.3.3. Pendapa Pagelaran

Pendapa Pagelaran berada di sebelah selatan Alun-Alun Lor. Pendapa

Pagelaran memiliki tiga pagar yang menghadap utara, timur, dan barat di bagian

depannya. Pada saat Sekaten 2013, Pendapa Pagelaran menjadi salah satu lokasi

diadakannya Pasar Sekaten.

Page 14: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

96 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.11. Analisis aktivitas di Pendapa Pagelaran

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Pendapa Pagelaran dari depan.

Bangunannnya berwarna putih dan

terdapat ornamen berwarna biru muda

pada bagian depannya.

Jadwal Event Keraton yang ditempel di

Pendapa Pagelaran saat Sekaten.

Pendapa Pagelaran dijadikan tempat

berjualan pada saat Sekaten. Ruangnya

yang luas tertutup oleh dinding

tambahan yang berfungsi sebagai

pembatas dan stand untuk berjualan

pakaian.

NILAI

Pendapa Pagelaran sangat luas sehingga mampu menampung jumlah penjual dan

pengunjung acara Sekaten. Bagi para penjual, lapangan pekerjaan semakin banyak

pada saat Sekaten dan merupakan tempat hiburan dan berbelanja bagi para

pengunjungnya.Dulu bangunan ini sangat tertutup, seperti kebanyakan bangunan

di Keraton Surakarta. Tetapi semakin lama, Pendapa Pagelaran digunakan untuk

aktivitas wisata. Pada festival Sekaten 2013, Pendapa Pagelaran sangat ramai dan

penuh sesak. Behrend mengatakan jika Alun-Alun Lor adalah halaman depan

Keraton, maka Pendapa Pagelaran adalah serambinya. Pada bagian depan

Pendapa Pagelaran terdapat meriam yang dulunya digunakan untuk menjaga

ketertiban dan keamanan pada saat Alun-Alun Lor ramai oleh festival dan juga di

hari-hari biasa. Dulu, para penduduk berkumpul di Alun-Alun pada hari Senin,

Kamis, dan Sabtu, untuk mendengarkan rajanya berbicara pada mereka. Para

bangsawan dan pejabat pada masa Belanda akan diminta untuk datang dan

menunggu perintah dari raja. Kegiatan ini disebut pasowanan atau mengunjungi

raja (sowan), yang berarti menunjukkan niat untuk melayani rajanya. Biasanya

pada saat itu, raja akan datang pada pagi hari, untuk mendengarkan keluhan

rakyatnya serta menjatuhkan hukuman mati bagi pelaku kejahatan. Dulunya

Pendapa Pagelaran juga merupakan tempat raja menyaksikan Rampog Macan

yang merupakan symbol dari perlawanan orang Jawa melawan Belanda, di Alun-

Alun Lor (Behrend: 1982: 36). Pada zaman sekarang, Pendapa Pagelaran

digunakan untuk tujuan wisata. Akses masuk ke dalam Pendapa Pagelaran

sebenarnya sangat terbatas, pengunjung harus memiliki izin jika ingin masuk ke

dalamnya. Kecuali pada saat diadakannya festival seperti Sekaten 2014, Pendapa

Pagelaran digunakan sebagai salah satu tempat dibukanya kegiatan menjual dan

membeli yang sangat ramai dan ruangan di tengahnya dibuat menjadi berkelok-

kelok dengan menggunakan dinding penyekat.

Page 15: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

97 Universitas Kristen Petra

Terdapat pergeseran fungsi dari yang dulunya adalah tempat di mana hanya raja

dan pejabat yang boleh menempati Pendapa Pagelaran, sekarang orang-orang lain

sebagai pengunjung dapat datang meskipun harus memiliki izin untuk keperluan

tertentu.

Gambar 4.5. Sirkulasi Aktivitas pada Upacara Jamasan Pusaka Meriam Kanjeng

Nyai Setomi.

Dimulai dari nomor 1 yang berada di meja sesajian di bagian depan Bangsal

Witana, kemudian di nomor dua yang berada di Bangsal Manguneng, kemudian di

nomor tiga di belakang Bangsal Manguneng.

Page 16: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

98 Universitas Kristen Petra

4.4.1. Bangsal Witana

Bangsal Witana digunakan untuk tempat berkunjung atau sowan abdi

dalem perempuan yang membawa pusaka (tombak, pedang, tameng, panah) saat

diadakan upacara. Bangsal ini dibangun pada zaman Paku Buwana III dan

merupakan bangunan sakral di Sitihinggil.

4.4. Analisis Ruang Upacara Jamasan Pusaka Meriam Kanjeng Nyai Setomi.

Sehari sebelum Garebeg Maulud, akan selalu ada Jamasan Pusaka di Keraton

Surakarta. Jamasan Pusaka meriam Kanjeng Nyai Setomi diadakan dalam kompleks

Sitihinggil, tepatnya pada Bangsal Witana dan Bangsal Manguneng tempat

disimpannya Meriam Kanjeng Nyai Setomi. Upacara Jamasan ini bersifat terbuka,

sehingga masyarakat memiliki kesempatan untuk melihat prosesi yang berlangsung.

Jamasan Pusaka Meriam Kanjeng Nyai Setomi ini dimulai sekitar pukul 10 pagi.

Gambar 4.4. Bangsal Witana yang ditengahnya terdapat Bangsal Manguneng tempat

berlangsungnya Jamasan Pusaka Meriam Kanjeng Nyai Setomi.

Page 17: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

99 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.12. Analisis aktivitas di Bangsal Witana.

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Bangsal Witana pada saat Jamasan

Pusaka. Langit-langit pada Bangsal

Witana tersusun dari kayu yang

memberi kesan terpusat pada Bangsal

Manguneng di tengahnya. Warna pada

Bangsal Witana didominasi oleh warna

hitam dan merah, dan memiliki lantai

ubin abu-abu.

Para keluarga raja berkumpul di

sekitar meja. Sesajian disiapkan dan

diletakkan di depan Bangsal

Manguneng.

NILAI

Dalam konteks arsitektur dan interior, ruang dianggap sebagai suatu proses

asimilasi. Untuk menerangkan suatu gejala spatial dan pengaruhnya terhadap

persepsimanusia, maka proses adaptasi merupakan optimalisasi pencapaian

manusia akan keseimbangan dan gerak bakunya dengan lingkungan sekitar

(Santosa, 2005: 97). Proses materialisasi ide dan gagasan memerlukan kaji

referensial dari berbagai tata atur, bahkan norma, sehingga proses perancangan

desain interior merupakan interpretasi perenungan layaknya sebuah proses ritual.

Ritual merupakan suatu bentuk kepatuhan pada budaya yang bermuara pada

“meaning‟. Proses pencarian meaning ini lah yang melahirkan suatu bentuk

ritual yang selalu dilakukan dan ditaati. Ritual mendoakan makanan sebelum

Jamasan Pusaka Kanjeng Nyai Setomi ini memiliki kesamaan dengan ritual yang

dilakukan pada Malam 1 Sura di Maligi. Ritual ini disebut Selamatan. Selamatan

adalah suatu upacara makan bersama makanan-makanan yang telah didoakan

sebelum dibagikan. Selamatan erat hubungannya dengan kekuatan makhluk-

makhluk halus tersebut.Tujuannya adalah meminta keselamatan dan rejeki bagi

Keraton Surakarata. Setelah itu dilakukan Jamasan yang berarti mencuci segala

yang kotor dalam batin, dan bersiap untuk menyambut Garebeg Maulud dengan

batin yang bersih. Seperti slametan pada saat sebelum Kirab Pusaka 2013,

Suwito menjelaskan bahwa keraton sebagai pusat kosmos dan semesta, adalah

sumber keselamatan dan kesejahteraan. Kekuatan magis raja yang menyebar ke

seluruh masyarakat melalui ritual dan upacara sakral, tersimpan di dalam pusaka.

Maka dari itu pusaka-pusaka tersebut harus dikirabkan atau di-jamas (dicuci).

Perlakuan khusus ini dilakukan agar pusaka-pusaka tersebut tidak mengeluarkan

daya rusaknya yang dapat menghancurkan keraton. Perlakuan khusus ini

termasuk selamatan yang diadakan sebelum men-jamas atau meng-kirab-kan

pusaka-pusaka tersebut. Behrend mengemukakan bahwa selain sebagai tempat

Page 18: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

100 Universitas Kristen Petra

penyimpanan pusaka meriam, Bangsal Witana memang digunakan untuk

keperluan ritual dan upacara Garebeg. (Behrend,1982:62). Hal ini menunjukkan

tidak adanya pergeseran fungsi pada Bangsal Witana.

4.4.2. Bangsal Manguneng

Bangsal Manguneng merupakan bangsal yang lebih kecil dalam Bangsal

Witana, tempat Meriam Nyai Setomi disimpan. Dalamnya tertutup kain dengan

motif bati, memiliki pintu dan dinding kaca dengan rangka kayu yang dicat hitam.

Berikut penjelasan aktivitas Jamasan Pusaka di Bangsal Manguneng.

Tabel 4.13. Analisis aktivitas di Bangsal Manguneng.

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Bangsal Manguneng terletak di tengah

Bangsal Witana. Bangsal ini memiliki

empat tiang dan berukiran bunga.

Warna dari Bangsal Manguneng

didominasi hitam dan memiliki aksen

merah. Di atapnya terdapat ukiran naga

dan mahkota yang berwarna keemasan.

Pintu dan dinding nya memiliki kaca

dan tertutup oleh kain sehingga apa

yang ada di dalam tidak dapat terlihat

dari luar. Dalam Bangsal Manguneng

terdapat Meriam Kanjeng Nyai Setomi

yang selain utusan Raja, tidak pernah

melihat bentuk fisik dari Meriam

tersebut. Hal ini dikarenakan Meriam

Kanjeng Nyai Setomi dianggap sakral

dan tidak sembarang orang

diperbolehkan untuk melihat bentuk

fisik Kanjeng Nyai Setomi yang

sebenarnya. Pada penelitian BRM.

Suryo Triono, disebutkan bahwa pada

blandar terdapat tulisan Jawa yang

Terdapat 4 macam sesajen yang

diletakkan di depan Bangsal

Manguneng. Sesajen tersebut

diletakkan oleh abdi dalem wanita

sesaat setelah meletakkan sesajian di

meja yang berada di depan Bangsal

Manguneng.

Page 19: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

101 Universitas Kristen Petra

berbunyi ‘nginggiling siti kahesthi

rupa’ yang berarti menunjukkan

sengkalan yaitu tahun 1801 Jawa.

(Triono, 2009: 1xxi)

NILAI

Sesajian yang diletakkan di depan Bangsal Manguneng merupakan offering atau

persembahan bagi Kanjeng Nyai Setomi sebelum ‘dimandikan’. Hal ini bertujuan

untuk meminta ijin untuk melakukan Jamasan Pusaka dan meminta berkah

keselamatan bagi Keraton Surakarta. Jamasan Pusaka Meriam Kanjeng Nyai

Setomi ini dilakukan dengan ‘memandikan’ Meriam Kanjeng Nyai Setomi

dengan tujuan membersihkan kekotoran batin sebelum menjelang Garebeg

Maulud.

Pen-jamas-an Pusaka Meriam Kanjeng Nyai Setomi ini dilakukan dari dua

sisi, depan dan belakang, yang keduanya dilakukan oleh KGPH. Puger dan para

abdi dalem pria.

Tabel 4.14. Analisis Aktivitas di Bangsal Manguneng setelah Upacara Jamasan

Pusaka Meriam Kanjeng Nyai Setomi.

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Para abdi dalem (yang mengenakan

pakaian serba hitam) yang berada di

sekitar Bangsal Manguneng.

Tampak KGPH. Puger memimpin

jalannya ritual dibantu oleh para abdi

dalem yang mengenakan pakaian

serba hitam. Air bekas mencuci

meriam dan lantai di Bangsal Witana

ada yang ditampung untuk para abdi

dalem dan pengunjung yang ingin

mengambil airnya.

NILAI

Saat melakukan upacara ini, pikiran harus bersih dan tidak boleh ada sedikit pun

pikiran untuk melakukan perbuatan yang tidak berkenan, karena merupakan

pantangan di saat manusia menghadap pada kekuatan yang di luar

kemampuannya, sama seperti saat memandikan seorang wanita, tidak boleh ada

yang melihat dan berpikiran yang tidak baik (Sumber: wawancara dengan Bp.

Suryo). Setelah ‘memandikan’ Meriam Kanjeng Nyai Setomi, para abdi dalem

Page 20: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

102 Universitas Kristen Petra

membersihkan lantai Bangsal Witana juga, agar lingkungan sekitar tempat

Meriam Kanjeng Nyai Setomi tetap bersih. Air bekas cuci dari Jamasan pusaka

ini disimpan oleh abdi dalem dan beberapa pengunjung, bahkan ada yang

menggunakannya untuk menyiram muka agar tubuh menjadi sehat dan segar.

Hal ini dilakukan karena kepercayaan mereka terhadap efeknya untuk kesehatan

dan rejeki (sumber: wawancara informal dengan salah satu pengunjung Upacara

Jamasan).

Pada gambar di atas, bangunan yang dipakai sebelum gunungan

dikeluarkan adalah Bangsal Smarakata dan Kori Srimanganthi Lor. Sesaat

sebelum gunungan dikeluarkan, para abdi dalem akan bersiap di Bangsal

Smarakata dan Gunungan pada saat itu masih berada di depan Bangsal

Magangan. Para abdi dalem yang baru datang akan melakukan doa terlebih

dahulu di Pelataran Kedhaton, dan masuk melalui Kori Srimanganthi Lor.

Gambar 4.7. Pelataran Kedhaton dan arah keluarnya Gunungan

Pada gambar di atas, titik berwarna hijau merupakan Gunungan Kakung

(pria) dan warna ungu merupakan Gunungan Putri (wanita). Panah biru

menunjukkan arah keluarnya gunungan-gunungan tersebut, dimulai dari depan

Page 21: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

103 Universitas Kristen Petra

Bangsal Magangan, melalui pelataran kedhaton, dan menuju Kori Srimanganthi

di sebelah Panggung Sanggabuwana.

4.5.1. Bangsal Smarakata

Bangsal Smarakata teretak di Pelataran Srimanganthi Lor, berhadapan dengan

Bangsal Mercukunda. Berikut merupakan aktivitas para abdi dalem di Bangsal

Smarakata sebelum dikeluarkannya gunungan-gunungan dari Pelataran

Kedhaton.

4.5. Analisis Ruang Upacara Garebeg Maulud

Upacara Garebeg Maulud ini dilaksanakan pada hari terakhir Sekaten

dangan dikeluarkannya gunungan-gunungan yang telah dibuat dan disiapkan oleh

keraton dan dibawa ke Masjid Agung.

Acara Garebeg, pada masa Paku Buwana VII, hal tersebut dilakukan

dengan tujuan meminta berkah keselamatan untuk (dengan urutan) Garebeg,

Gubernur Jendral dan raad van Indie, Komisaris, Susuhunan, Residen, Pangeran

Hangabei sebagai putra mahkota, Pangeran Putra Sentana, dan Pulau Jawa.

Sedangkan pada masa Paku Buwana IX, urutanya menjadi Garebeg, Raja

Belanda, Gubernur Jendral, Susuhunan, Residen, putra mahkota, keluarga Sunan,

dan Pulau Jawa. Urutan ini juga berubah pada masa Paku Buwana X, yaitu

Garebeg, Gubernur Jendral, Susuhunan, Residen, dan Pangeran Adipati Anom.

Gambar 4.6. Ruang yang dipakai menjelang keluarnya gunungan untuk Garebeg

Maulud

Page 22: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

108 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.15. Analisis Aktivitas di Bangsal Smarakata

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Bangsal Smarakata pada saat Garebeg

Maulud, sebelum gunungan dikeluarkan.

Tidak memiliki dinding dan terdapat empat

tiang penyangga (pilar) yang berwarna biru

muda di dalamnya. Lantainya berwarna

abu-abu dan untuk keperluan acara

Garebeg, karpet merah diletakkan sebagai

alas duduk para Abdi Dalem.

Posisi para abdi dalem berpangkat

tinggi di Bangsal Smarakata dan

keluarga raja yang memimpin di

meja tengah (KGPH. Puger),

mereka menunggu dimulainya

Upacara Garebeg dan keluarnya

gunungan dari arah Pelataran

Kedhaton. Warna biru muda

menunjukkan para abdi dalem

berpangkat, kemudian warna

oranye adalah meja ang telah

diatur menghadap depan sebagai

tempat KGPH. Puger duduk (titik

merah), serta titik kuning

menunjukkan posisi 4 pilar di

dalam Bangsal Smarakata.

NILAI

Bangsal Smarakata umumnya dipakai sebagai tempat menunggu kedatangan raja

di Pelataran Srimanganti Utara. Pada saat Garebeg, para abdi dalem yang

berpangkat berkumpul dan melakukan doa di sini saat menunggu keluarnya

gunungan. Mereka mempersiapkan diri sebelum nantinya akan berjalan bersama-

sama menuju Masjid Agung, dipimpin oleh KGPH. Puger. Behrend

mengemukakan fungsi Bangsal Smarakata sebagai tempat para pejabat dan

golongan jero berada pada saat raja akan mengadakan pertemuan dengan

mereka, termasuk para abdi dalem (Behrend: 1982, 80). Dalam acara Garebeg

ini, Bangsal Smarakata berfungsi seperti yang dikemukakan oleh Behrend. Para

abdi dalem menunggu di perintah dari raja dan bersiap sebelum gunungan

dikeluarkan.

4.5.2. Pelataran Kedhaton

Pelataran Kedhaton merupakan rute keluarnya gunungan pada saat

Garebeg. Sebelum gunungan mulai dibawa keluar, Pelataran Kedhaton digunakan

sebagai tempat berdoa (di depan Sasana Sewaka) dan tempat para abdi dalem dan

polisi menunggu dan duduk-duduk.

Page 23: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

109 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.16. Analisis Aktivitas di Pelataran Kedhaton saat Garebeg Maulud.

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Pelataran Kedhaton pada saat Garebeg

Maulud. Sesaat sebelum gunungan

dikeluarkan dari arah Bangsal

Magangan.

Para abdi dalem dan peserta upacara

yang berdoa di pelataran Kedhaton

menghadap ke Sasana Sewaka (barat).

NILAI

Pada Upacara Garebeg 2014, para abdi dalem yang baru datang akan melakukan

doa dulu di depan Sasana Sewaka untuk mempersiapkan kegiatan

dikeluarkannya gunungan. Suasana saat itu sangat ramai, mereka berdoa di

bawah pohon-pohon Sawo kecik yang rindang. Di dpan posisi mereka duduk

diletakkan kemenyan dan dupa sebagai sesajen. Setelah melakukan doa ini,

mereka akan duduk-duduk di Bangsal Bujana dan Bangsal Pradangga sambil

menunggu dikeluarkannya gunungan dari emper Bangsal Magangan. Sama

seperti saat menjelang Malam 1 Sura, posisi doa menghadap Barat, ke arah

Gunung Merapi yang dianggap sebagai tempat tinggal para dewa dan

memberikan penghormatan pada rajanya, karena seorang raja pada kebudayaan

Jawa dianggap sebagai dewa. (Setiawan, 2000: 14). Kegiatan ini sama dengan

permulaan aktivitas ritual pada Ritual Malam 1 Sura sebelum diadakannya Kirab

Pusaka Kanjeng Kyai Slamet. Terdapat kesamaan struktur aktivitas dan ruang

pada dua event yang berbeda.

Berikut penjelasan mengenai Bangsal Pradangga dan Bangsal Bujana di

area Pelataran Kedhaton pada saat Upacara Garebeg Maulud, sebelum gunungan-

gunungan dikeluarkan dari depan Bangsal Magangan.

Page 24: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

110 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.17. Analisis Aktivitas di Bangsal Bujana dan Bangsal Pradangga.

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Bangsal Pradangga dan Bangsal

Bujana. Tiga bangsal ini didominasi

warna putih dan biru muda. Lantainya

berwarna putih. Tiang di Bangsal

Pradangga, terdapat ukiran bunga

berwarna biru muda.

Para peserta upacara; para abdi dalem

dan polisi yang menunggu di Bangsal

Pradangga dan Bangsal Bujana,

terdapat perangkat gamelan yang

nantinya juga akan dibawa ke Masjid

Agung. Mereka duduk di pinggiran

lantai Bangsal Bujana dan Bangsal

Pradangga.

NILAI

Bangsal Bujana dan Bangsal Pradangga berfungsi sebagai tempat menunggu

dan bersiap para abdi dalem sebelum dikeluarkannya Gunungan.

Pada jaman dahulu, Bangsal Pradangga digunakan sebagai tempat

dibunyikannya gamelan untuk menghibur tamu yang datang atau tempat raja

bertemu dengan tamunya pada acara yang tidak terlalu penting. Bangsal Bujana

dipakai sebagai tempat menyediakan makanan dan minuman untuk para tamu

saat menunggu kedatangan rajanya.

4.5.3. Pelataran Srimanganthi Lor

Pelataran Srimanganti Lor merupakan pelataran kedua jika diurutkan dari arah

utara. Pelataran Srimanganthi Lor berada di belakang Kori Kamandhungan. Di

sebelah timur Pelataran Srimanganthi terdapat Bangsal Mercukunda dan sebelah

barat terdapat Bangsal Smarakata. Sebelah selatannya, merupakan Kori

Srimanganthi Lor yang menghubungkan Pelataran Srimanganthi dengan Pelataran

Kedhaton.

Page 25: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

111 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.18. Analisis Aktivitas di Pelataran Srimanganti.

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Kori Srimanganti Lor (utara) yang

berada di Pelataran Srimanganti Lor

pada saat Garebeg Maulud. Kori

Srimanganti berwarna putih dengan

empat tiang besar dan memiliki pintu

masuk yang tinggi berwarna biru. Pada

Pelataran Srimanganti, pasirnya juga

sama dengan yang berada di Pelataran

Kedhaton yang merupakan kombinasi

atara pasir dari Gunung Merapi dan

pasir Pantai Selatan yang

melambangkan keseimbangan dan

dengan tujuan lain yaitu kesehatan.

Sama dengan di Pelataran Kedhaton,

yang berkepentingan untuk masuk

harus menggunakan sepatu atau

bertelanjang kaki dan menggunakan

pakaian yang sopan.

Gunungan dikeluarkan dari arah

Pelataran, dimulai dengan Gunungan

Putri yang dibawa oleh para abdi

dalem melalui Pelataran Srimanganti

Lor. Gunungan akan dikeluarkan

melalui pintu depan, sehingga arak-

arakan akan melewati Pelataran

Srimanganti Lor di mana para abdi

dalem berpangkat telah siap menunggu

di Bangsal Smarakata.

NILAI

Para abdi dalem berpangkat telah siap berbaris dan KGPH. Puger berada di

depan untuk memimpin jalannya menuju ke Masjid Agung. Srimanganti terdiri

dari dua kata yaitu sri artinya raja dan manganti artinya menunggu, srimanganti

artinya menunggu raja. Pada bangsal ini saat menunggu Gunungan, sama dengan

menunggu berkat yang dikeluarkan dari rumah raja dan akan membawanya ke

Masjid Agung untuk didoakan. Terdapat Gunungan Kakung dan Gunungan Putri

pada arak-arakan gunungan tersebut. Gunungan kakung, Gunungan selain

bermakna kesuburan juga mempunyai arti simbolik lain, gunungan kakung

melambangkan sifat baik, sedangkan gunungan putri melambangkan sifat buruk.

Dua sifat ini bila berdiri sendiri akan menimbulkan sifat perusak, sehingga dua

sifat ini harus disatukan. Disinilah peran raja untuk menyatukan dua kekuatan itu

sehingga akan menjadi satu kekuatan yang besar untuk kejayaan keraton. Dari

sinilah raja mengeluarkan sepasang gunungan pada waktu perayaan Sekaten.

Bentuk gunungan kakung dihubungkan dengan lingga atau alat vital laki-laki

yang mengacu pada nilai-nilai kehidupan yang menggambarkan adanya proses

penciptaan manusia atau dihubungkan dengan asal-usul manusia. Di samping itu

gunungan kakung juga menggambarkan tentang dunia dan isinya yang

mencakup berbagai unsur didalamnya, seperti bumi, langit, tumbuh-tumbuhan,

Page 26: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

112 Universitas Kristen Petra

api, hewan, dan manusia itu sendiri dengan berbagai jenis dan sifat-sifatnya.

Manusia yang dimaksud adalah seorang ksatria utama yang menggambarkan

seorang figur manusia ideal bagi orang Jawa. Gunungan putri, bentuk gunungan

putri dihubungkan dengan yoni atau alat vital perempuan. Gunungan putri

melambangkan putri sejati yang menggambarkan bahwa seorang wanita harus

memiliki badan dan pikiran yang dingin. Sehingga dia mempunyai penangkal

untuk menahan isu-isu yang datang dari luar, baik yang menjelek-jelekkan

dirinya maupun keluarganya dan dapat menyimpan rahasia manusia atau

keluarganya. Adapun isi dari gunungan putri merupakan makna dan lambang

dari kewajiban wanita untuk menjaga dan mengerjakan urusan belakang atau

kebutuhan rumah tangga. Gunungan putri berjalan di belakang gunungan kakung

dan gunungan anakan, yang merupakan simbol bahwa istri bertugas sebagai

pengasuh utama dari anak dan bertanggungjawab menjaga keselamatan rumah

tangga.

4.5.4. Kori Kamandhungan Lor

Kori Kamandhungan merupakan main entrance sebelum masuk ke

Pelataran Srimanganthi Lor. Kori Kamandhungan ini adalah bangunan yang

menjadi pagar dengan tiga buah pintu besar berwarna biru muda yang terbuat dari

kayu. Kori Kamandhungan Biasanya dijaga oleh dua petugas keraton yang berdiri

di depan pintu besar tersebut.

Tabel 4.19. Analisis Aktivitas di Kori Kamandhungan pada Upacara Garebeg

Maulud.

RUANG LAKU / AKTIVITAS

Kori Kamandhungan Lor (utara) pada

saat kosong, dilihat dari luar. Kori

Kamandhungan berwarna putih dan

memiliki pintu yang tinggi dan besar

berwarna biru muda. Kori

Kamandhungan berfungsi sebagai main

entrance sebelum memasuki Pelataran

Srimanganti Lor. Di depan pintu Kori

Kamandhungan selalu terdapat dua

orang penjaga yang mengawasi jika

seseorang memiliki keperluan dengan

Gambar di atas diambil dari dalam

Kori Kamandhungan Lor. Para Abdi

dalem mengangkat perangkat gamelan

dan membawanya ke Masjid Agung.

Disusul kemudian oleh barisan

Gunungan melewati pintu Kori

Kamandhungan Lor.

Page 27: BAB IV ANALISIS - dewey.petra.ac.id · Malam 1 Sura merupakan malam tahun baru pada penanggalan Jawa bagi masyarakat Islam. Di dalam Keraton diadakan selamatan berupa ritual menjelang

113 Universitas Kristen Petra

raja. Hal ini termasuk menjaga dan

memeriksa apakah pakaian mereka

sudah rapid an pantas untuk masuk ke

dalam area Kedhaton.

NILAI

Saat-saat dikeluarkannya Gunungan melalui Kori Kamandhungan Lor

merupakan saat yang ditunggu oleh masyarakat yang telah berada di depan Kori

Brajanala Lor untuk berebut apapun yang berada di dalam Gunungan. Kori

Kamandhungan yang berfungsi sebagai main entrance memiliki perangkat meja

dan kaca yang sangat besar, digantung di dinding, tujuannya, pada saat ada yang

berkunjung untuk menemui raja, mereka akan merefleksikan diri mereka. Secara

fisik, kepantasan berpakaian, secara non-fisik, melihat kebersihan batin dan

pikiran sebelum masuk ke rumah raja dan menemui rajanya.