bab iii tinjauan kasus a....

40
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di ruang VIII Graha Irawan. 1. Identitas a. Identitas Klien Nama : Tn. A; Umur : 21 th; jenis kelamin : laki – laki; Agama : Katolik; Pendidikan : SD; Suku / Bangsa : Cina / Indonesia; Alamat : Gajah Timur Dalam IV/2 Semarang; Tanggal Masuk : 20 Juni 2005; No. CM 031910, Pekerjaan : -; Dx Medik : Skizofrenia Paranoid. b. Identitas Penanggung Jawab Nama : Ny. I; Umur : 55 th; Agama : Katolik; Alamat : Gajah Timur Dalam IV/2 Semarang; Pekerjaan : Swasta; Hubungan dengan klien : Ibu Kandung. 2. Alasan Masuk Klien marah – marah dan mau memukul kepala mamanya dengan batu. 3. Faktor Predisposisi Klien sebelumnya sudah masuk / pernah dirawat di RSJ dan sudah 3 tahun berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga klien ada yang mengalami sakit seperti ini yaitu ayahnya. Dan kurang lebih 3 bulan sejak keluar dari RSJ, penderita sering marah – marah tanpa sebab, sering melamun, sulit tidur, sering keluyuran.

Upload: phungminh

Post on 15-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di ruang VIII Graha Irawan.

1. Identitas

a. Identitas Klien

Nama : Tn. A; Umur : 21 th; jenis kelamin : laki – laki; Agama :

Katolik; Pendidikan : SD; Suku / Bangsa : Cina / Indonesia; Alamat :

Gajah Timur Dalam IV/2 Semarang; Tanggal Masuk : 20 Juni 2005;

No. CM 031910, Pekerjaan : -; Dx Medik : Skizofrenia Paranoid.

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. I; Umur : 55 th; Agama : Katolik; Alamat : Gajah Timur

Dalam IV/2 Semarang; Pekerjaan : Swasta; Hubungan dengan klien :

Ibu Kandung.

2. Alasan Masuk

Klien marah – marah dan mau memukul kepala mamanya dengan batu.

3. Faktor Predisposisi

Klien sebelumnya sudah masuk / pernah dirawat di RSJ dan sudah 3 tahun

berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

klien ada yang mengalami sakit seperti ini yaitu ayahnya.

Dan kurang lebih 3 bulan sejak keluar dari RSJ, penderita sering marah –

marah tanpa sebab, sering melamun, sulit tidur, sering keluyuran.

Page 2: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

4. Faktor Presipitasi

Klien minum obat tak teratur.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda Vital TD : 120/80 mmHg RR : 20 x / menit

N : 80 x / menit S : 36,5° C

b. Tinggi badan : 165 cm, berat badan : 48 kg

c. Keadaan Fisik

1) Kepala : mesocephal, rambut hitam bersih

2) Mata : konjungtiva tak anemis

3) Hidung : bersih tak ada polip

4) Telinga : bersih tak ada serumen

5) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

6) Dada : bentuk dada, tidak ada luka

7) Extremitas : tangan : ada luka lecet, otot tegang dan kaku

Kaki : bersisik

6. Psikososial

a. Genogram

58 th 55 th

21 th

Page 3: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

Keterangan :

Klien adalah anak ke – 5 dari 5 bersaudara, kakak pertama sampai

keempat sudah menikah. Di dalam keluarga ada anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa seperti klien yaitu ayahnya. Di dalam keluarga

Ibu klien yang berperan besar dalam pengambilan keputusan

b. Konsep Diri

1) Gambaran Diri

Klien mengatakan “Saya senang terhadap anggota tubuh saya

karena semua adalah karunia Tuhan”.

2) Identitas Diri

Klien mengatakan “Saya adalah anak terakhir dari 5 bersaudara”.

3) Peran

Klien berperan dalam keluarga membantu pekerjaan rumah

mamanya.

4) Ideal Diri

Klien tidak dianggap remeh dan tidak di musuhi oleh kakaknya

yang nomor 1.

Page 4: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

5) Harga Diri

Klien merasa kecewa dengan kakaknya yang nomor 2, 3 dan 4

karena telah meremehkannya dan sering memarahinya.

c. Hubungan Sosial

Orang yang terdekat dengan klien adalah bapaknya. Dan semenjak

bapaknya dibawa ke RSJ, klien merasa tidak ada yang

memperhatikannya lagi. Klien marah – marah di rumah karena

mamanya banyak omong (cerewet).

d. Spiritual

Klien mengatakan “Saya beragama Katolik dan Saya pergi ke gereja

setiap hari Minggu”.

7. Status Mental

a. Penampilan

Rambut klien tersisir rapi, berpakaian juga rapi tidak awut – awutan.

b. Pembicaraan

Klien mau menjawab semua pertanyaan sesuai dengan pertanyaan.

Bicara klien keras dan agak kurang jelas / pelat.

c. Aktivitas Motorik

Klien sering mondar – mandir, jalannya dengan menyeret sandal.

d. Alam Perasaan

Page 5: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

Klien merasa resah dan tidak kerasan di rumah sakit jiwa karena tidak

seperti di rumah, ingin apa – apa langsung dikasih.

e. Afek

Afek klien sesuai dengan keadaan klien terbukti dengan saat

menceritakan kebencian kepada kakanya klien memandang tajam dan

bersuara keras.

f. Interaksi Selama Wawancara

Klien menatap tajam, namun klien menunjukkan sikap kooperatif

terbukti dengan saat ditanya, klien menjawab sesuai pertanyaan.

g. Persepsi

Jenis halusinasi dengar klien saat sendiri mendengar suara setan cowok

menyuruhnya untuk marah – marah.

h. Proses Pikir

Saat ditanya klien menjawan sesuai pertanyaan tapi kadang melamun

seperti memikirkan sesuatu.

i. Isi Pikir

Klien mempunyai anggapan bahwa “orang yang disekitarnya adalah

temannya”.

j. Tingkat Kesadaran

Klien merasa bingung dan kacau dengan dirinya dan lingkungannya.

k. Memori

Page 6: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

Berdasarkan wawancara saat ditanya, klien menjawab sesuai

kenyataan. Ini terbukti dengan anak ke berapa ? klien menjawab anak

terakhir dari lima bersaudara.

l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Saat ditanya kapan berada di Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang ?

Kemarin siang hari Senin.

m. Kemampuan Penilaian

Klien dapat mengambil keputusan terbukti dengan pertanyaan “cuci

tangan dulu atau makan”, cuci tangan dulu jawab klien.

n. Daya Tilik Diri

Klien sadar kalau dirawat di rumah sakit jiwa terbukti dengan

pernyataan klien “Karena Saya Stress”.

8. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan

Klien makan 3 x sehari dan memakan makanan dengan sendok, minum

5 – 6 gelas sehari.

b. BAB / BAK

Klien dapat BAB / BAK sendiri pada tempatnya dan dapat merapikan

kembali.

c. Mandi

Klien mandi 2 x sehari dan bila merasa panas langsung mandi.

d. Berpakaian

Page 7: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

Klien selalu minta untuk ganti pakaiannya tiap hari dan

mengenakannya dengan benar.

e. Istirahat dan Tidur

Klien tidur pada tempat tidur dan mulai tidur jam 13.00 sampai 16.00

WIB, malam jam 20.00 sampai 04.00 WIB.

f. Penggunaan Obat

Klien selalu minum obat yang diberikan setelah makan.

g. Pemeliharaan Kesehatan

Klien ingin pulang dan tinggal d rumah untuk istirahat dan dirawat

oleh mamanya.

h. Aktivitas di dalam rumah

“Saya membantu mama mencuci piring sendiri di rumah”

i. Aktivitas di luar rumah

“Saya tidak bekerja dan saya sering main di tetangga”.

9. Mekanisme Koping

Apabila klien mempunyai masalah, klien lebih suka cerita dengan

bapaknya atau kakanya yang nomor satu. Klien tidak pernah memendam

masalahnya sendiri. Dan klien mengatakan “Saya paling tidak suka

diremehkan dan dimarahi oleh orang lain”.

10. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Page 8: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

Hubungan klien dengan kakanya nomor 2, 3 dan 4 tidak baik karena klien

sering dimarahi dan dianggap tidak bisa apa – apa.

11. Pengetahuan

Klien merasa selama ini dia cukup sabar dalam menghadapi masalah tetapi

kalau dimarahi terus menerus, klien paling tak tahan.

12. Aspek Medis

a. Diagnosa Medis : Schyzophrenia Paranoid

b. Terapi Medis : CPZ 1 x 100 mg, THP 1 x 2 mg

13. Data Fokus

a. Klien marah – marah sama temannya karena temannya lihat dia sedang

makan

b. Klien bicara sendiri

c. Klien mondar – mandir

d. Klien tersenyum sendiri

e. Wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam

14. Pengelompokan Data

DS : -

DO : - Klien marah – marah sama temannya karena temannya lihat

dia sedang makan

- Klien bicara sendiri

- Klien mondar – mandir

- Klien tersenyum sendiri

- Wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam

Page 9: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

15. Analisa Data

Pengkajian tanggal 23 Juni 2005 jam 16.00 WIB

1. S :

O : - Klien marah – marah sama temannya karena temannya lihat

dia sedang makan

- Klien mondar – mandir

- Wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam

P : Marah agresif

2. S :

O : - Klien bicara sendiri

- Klien tersenyum sendiri

P : Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar

Pengkajian tanggal 23 Juni 2005 jam 16.30 WIB

1. S : Klien mengatakan “Saya mendengar suara setan cowok yang

menyuruh saya memukul ibu saya”

O : - Wajah klien tegang

- Pandangan matanya tajam

P : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

16. Masalah Keperawatan

1) Marah agresif

2) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3) Perubahan persesi sensori : halusinasi dengar

Page 10: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

B. Diagnosa Keperawatan

17. Pohon Masalah

1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan marah

agresif

2. Gangguan ekspresi marah : agresif berhubungan dengan halusinasi

Marah Agresif

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Page 11: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

C. Fokus Intervensi

Perencanaan Tanggal

No.Dx

Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi

Intervensi TTD

23 Juni ‘05 1 Resiko Mencederai

diri sendiri, orang

lain dan lingkungan

berhubungan dengan

marah agresif

TUM : Klien tidak

mencederai diri

sendiri dan orang lain

dengan melakukan

marah agresif.

TUK 1 :

Klien dapat

mengidentifikasi

penyebab perilaku

kekerasan setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 1

x pertemuan

1. Klien

mengungkapkan

perasaannya

2. Klien dapat

mengungkapkan

penyebab

perasaan

jengkel/kesal

(dari diri sendiri,

lingkungan atau

orang lain)

1.2. Bantu klien untuk

mengungkapkan penyebab

perasaan jengkel / kesal

1.1. Beri kesempatan kepada

klien untuk mengungkap

kan perasaannya.

Page 12: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

TUK 2 :

Klien dapat

mengidentifikasi

tanda-tanda perilaku

kekerasan setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 1

x pertemuan

2.1. Klien dapat

mengungkapkan

perasaannya

saat marah /

jengkel.

2.1.1. Anjurkan klien

mengungkapkan

perasaannya pada saat

jengkel / kesal

2.1.2. Observasi tanda-tanda

perilaku kekerasan pada

klien

2.2. Klien dapat

menyimpulkan

tanda – tanda

jengkel / kesal

yang dialami

2.2.1. Simpulkan bersama klien

tanda-tanda jengkel /

kesal yang dialami klien

TUK 3 :

Klien dapat

mengidentifikasi

perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan

setelah dilakukan 3.2. Klien dapat

3.1. Klien dapat

mengungkap

kan perilaku

kekerasan yang

biasa dilakukan

3.1.1. Anjurkan klien untuk

mengungkapkan perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan klien

3.1.2. Bantu klien bermain

peran sesuai dengan

Page 13: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

tindakan keperawatan

selama 1 x pertemuan

bermain peran

dengan perilaku

kekerasan yang

biasa dilakukan

3.3. Klien dapat

mengetahui

cara yang biasa

dapat

menyelesaikan

masalah / tidak

perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan

3.1.3. Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai

TUK 4 :

Klien dapat

mengidentifikasi

akibat perilaku

kekerasan setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 1

x pertemuan

4.1. Klien dapat

menjelaskan

akibat dari cara

yang digunakan

4.1.1. Bicarakan akibat /

kerugian dari cara yang

dilakukan klien

4.1.2. Bersama klien

menyimpulkan akibat

cara yang digunakan oleh

klien

4.1.3. Tanyakan kepada klien

apakah ia ingin

Page 14: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

mempelajari cara yang

sehat

TUK 5 :

Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan

5.1. Klien dapat

melakukan cara

berespon

terhadap marah

secara

konstruktif

5.1.1. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat

5.1.2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat

5.1.3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :

a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal / kasur, olah raga atau melakukan pekerjaan yang memerlukan tenaga

b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal / tersinggung / jengkel (saya kesal anda berkata

Page 15: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya)

c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan managemen perilaku kekerasan

d. Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa / ibadah lain ; meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu kepada Tuhan tentang kekesalan / kejengkelan

TUK 6 :

Klien dapat

mendemonstrasi kan

6.1. Klien dapatmendemonstrasi kan cara mengontrol

6.1.1. Bantu klien memilih cara

yang tepat untuk klien

6.1.2. Bantu klien

Page 16: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

cara mengontrol

perilaku kekerasan

setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1 x pertemuan

perilaku kekerasan :

- Fisik : tarik nafas dalam,olah raga, pukul kasur dan bantal

6.1.3. Bantu klien menstimulasi

cara tersebut (role play)

- Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti

- Spiritual : sembahyang, berdoa atauberibadah lain.

6.1.6. Susun jadwal melakukan

cara yang telah dipelajari

mengidentifikasi cara

tersebut

6.1.4. Beri reinforcement positif

atas ke berhasilan klien

menstimulasi cara tersebut

6.1.5. Anjurkan klien

menggunakan cara yang

telah dipelajari saat

jengkel / marah

TUK 7 :

Klien mendapat

dukungan keluarga

dalam mengontrol

perilaku kekerasan

setelah dilakukan

7.1. Keluarga klien

dapat :

- Menyebutkan

cara merawat

klien dengan

perilaku

7.1.1. Identifikasi kemampuan

keluarga dalam merawat

kien dari sikap apa yang

telah dilakukan keluarga

terhadap klien selama ini

7.1.2. Jelaskan peran serta

Page 17: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

tindakan keperawatan

selama 1 x pertemuan

kekerasan

- Mengungkapka

n rasa puas

dalam merawat

klien

keluarga dalam merawat

klien

7.1.3. Jelaskan cara-cara

merawat klien :

- Terkait dengan cara

merawat klien secara

konstruktif

- Sikap tenang, bicara

tenang dan jelas

- Membantu klien mengenal

penyebab marah

7.1.4. Bantu keluarga

mendemonstrasikan cara

merawat klien

7.1.5. Bantu keluarga

mengungkapkan

perasaannya setelah

melakukan demonstrasi

Page 18: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

TUK 8 :

Klien dapat

menggunakan obat

dengan benar (sesuai

program pengobatan)

setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1 x pertemuan

8.1. Klien dapat

menyebutkan

obat – obat

yang diminum

dan

kegunaannya

(jenis, waktu,

dosis dan efek)

8.1.1. Jelaskan jenis – jenis

obat yang diminum klien

8.1.2. Diskusikan manfaat

minum obat dan kerugian

berhenti minum obat

tanpa seijin dokter

8.1.3. Jelaskan prinsip benar

obat (baca nama yang

tertera pada botol obat,

dosis obat, waktu dan

cara minum)

8.1.4. Jelaskan manfaat mnum

obat dan efek obat yang

perlu diperhatikan

8.2. Klien dapat

minum obat

sesuai program

pengobatan

8.2.1 Anjurkan klien minta

obat dan minum obat

tepat waktu

8.2.2 Anjurkan klien

melaporkan pada perawat

Page 19: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

/ dokter jika merasakan

efek yang tidak

menyenangkan

8.2.3 Beri pujian jika klien

minum obat dengan

benar.

23 Juni ’05 2 Gangguan Ekspresi,

marah, agresif

berhubungan dengan

halusinasi

Klien tidak marah

agresif

TUM :

TUK 1 :

Klien dapat mengenali

halusinasi

1.1. Klien dapat

menyebutkan

waktu, isi,

frekuensi

timbulnya

halusinasi

2.1.1. Adakan kontak sering dan

singkat secara bertahap

2.1.2. Observasi tingkah laku

klien terkait dengan

halusinasinya : bicara dan

tertawa tanpa stimulus,

memandang ke kiri / ke

kanan / ke depan seolah –

olah ada teman bicara

1.2. Klien dapat

mengungkapka

n perasaan

Page 20: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

terhadap

halusinasinya

2.1.3. Bantu klien mengenal

halusinasinya

a. Jika menemukan klien

yang sedang halusinasi,

tanyakan apakah ada

suara yang didengar

b. Jika klien menjawab ada,

lanjutkan : apa yang

dikatakan

c. Katakan bahwa perawat

percaya klien mendengar

suara itu, namun perawat

sendiri tidak

mendengarnya (dengan

nada bersahabat tanpa

menuduh/ menghakimi)

d. Katakan bahwa klien lain

juga ada seperti klien

e. Katakan bahwa perawat

Page 21: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

akan membantu klien

2.1.4. Diskusikan dengan klien :

a. Situasi yang

menimbulkan

halusinasi

b. Waktu & frekuensi

terjadinya halusinasi

(pagi, siang, sore dan

malam hari atau jika

sendiri, jengkel /

sedih)

2.1.5. Diskusikan dengan klien

apa yang dirasakan jika

terjadi halusinasi (marah /

takut, senang, sedih) beri

kesempatan

mengungkapkan

perasaannya.

TUK 2 : 2.1. Klien dapat 2.1.1. Identifikasi bersama

Page 22: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

Klien dapat

mengontrol

halusinasinya

menyebutkan

tindakan yang

biasanya

dilakukan untuk

mengendalikan

halusinasinya

2.2. Klien dapat

menyebutkan

cara baru

2.3. Klien dapat

memilih cara

mengatasi

halusinasi seperti

yang telah

didiskusikan

dengan klien

2.1.3. Diskusikan cara baru

untuk memutus /

mengontrol timbulnya

halusinasi :

klien cara tindakan yang

dilakukan jika terjadi

halusinasi (tidur, marah,

menyibukkan diri dan

lain - lain)

2.1.2. Diskusikan manfaat cara

yang dilakukan klien,

jika bermanfaat beri

pujian

a. Katakan “Saya tidak

mau dengar kamu”

(pada saat halusinasi

terjadi)

b. Menemui orang lain

(perawat / teman /

Page 23: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

anggota keluarga)

untuk bercakap –

cakap atau

mengatakan

halusinasi yang

terdengar.

c. Membuat jadwal

kegiatan sehari – hari

agar halusinasi tidak

sampai muncul

d. Meminta

keluarga/teman/pera

wat menyapa jika

tampak bicara sendiri

2.1.4. Bantu klien memilih dan

melatih cara memutus

halusinasi secara

bertahap.

2.1.5. Beri kesempatan untuk

Page 24: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

melakukan cara yang

telah dilatih. Evaluasi

hasilnya dan beri pujian

jika berhasil.

2.1.6. Anjurkan klien

mengikuti terapi aktifitas

kelompok orientasi

relaita, stimulasi

persepsi.

TUK 3 :

Klien dapat dukungan

dari keluarga dalam

mengontrol

halusinasinya

3.1. Klien dapat

membina

hubungan saling

percaya dengan

perawat

3.1.1. Anjurkan klien untuk

memberitahu keluarga

jika mengalami

halusinasi

3.2. Keluarga dapat

menyebutkan

pengertian,

tanda dan

tindakan untuk

3.1.2. Diskusikan dengan

keluarga (pada saat

keluarga berkunjung /

pada saat kunjungan

rumah) :

a. Gejala halusinasi

Page 25: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

mengendalikan

halusinasi

yang dialami klien.

b. Cara yang dapat

dilakukan klien dan

keluarga untuk

memutus halusinasi

c. Cara merawat

anggota keluarga

yang halusinasi di

rumah, beri kegiatan,

jangan biarkan

sendiri, makan

bersama, bepergian

bersama

d. Beri informasi waktu

follow up atau kapan

perlu mendapat

bantuan : halusinasi

tidak terkontrol dan

resiko mencederai

Page 26: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

orang lain.

TUK 4 :

Klien memanfaatkan

obat dengan baik

4.1. Klien dan

keluarga dapat

menyebutkan

manfaat, dosis

dan efek

samping obat.

4.1.1. Diskusikan dengan klien

dan keluarga tentang

dosis, frekuensi dan

manfaat obat.

4.1.2. Anjurkan klien minta

sendiri obat pada perawat

dan merasakan

manfaatnya.

4.2. Klien dapat

mendemonstrasi

kan penggunaan

obat dengan

benar

4.3. Klien dapat

informasi

tentang efek dan

efek samping

obat

4.4. Klien dapat

memahami

4.1.5. Bantu klien

menggunakan obat

4.1.3. Anjurkan klien bicara

dengan dokter tentang

manfaat dan efek

samping obat yang

dirasakan

4.1.4. Diskusikan akibat

berhenti obat-obat tanpa

konsultasi

Page 27: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

akibat

berhentinya

obat tanpa

konsultasi

4.5. Klien dapat

menyebutkan

prinsip 5 benar

penggunaan

obat.

dengan prinsip benar.

Page 28: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

D. Implementasi dan Evaluasi

No. Tgl / Jam

Dx TUK Implementasi Evaluasi TTD

1 23 Juni

2005

16.30

WIB

I 1, 2,

3

1. Memperkenalkan diri

pada pasien

2. Membantu klien untuk

mengungkapkan

penyebab marah

3. Mendiskusikan

bersama klien tanda

gejala marah

4. Menganjurkan klien

untuk mengungkapkan

marah

5. Memberikan

reinforcement positif

pada klien

S : Klien

mengatakan

“Penyebab saya

marah karena

kepala saya

pusing dan

mama cerewet

sehingga saya

mau memukul

kepala mama

dengan batu”.

“Biasanya

kalau saya

marah tangan

saya mengepal

dan mata

melotot”

O : − Klien mau

memukul

kepala

mamanya

dengan batu

− Klien saat

marah

tangannya

mengepal dan

mata melotot

Page 29: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

A : TUK 1, 2

tercapai, klien

dapat

mengungkapkan

penyebab marah

dan tanda gejala

marah.

P : K : memberi

kan tugas / PR

untuk

mengingat

penyebab marah

dan tanda gejala

marah

P : P : Lanjutkan

TUK 3 dan 4

S : Klien

mengatakan

“Saya kalau

marah ingin

memukul mama

dan akibatnya

mama

kesakitan”.

2 24 Juni

2005

17.00

WIB

I 3, 4 1. Menanyakan tentang

tugas/PR mengingat

kembali penyebab,

tanda gejala marah.

2. Mendiskusikan tentang

cara marah pada klien

yang biasa dilakukan

3. Mendiskusikan akibat

perilaku kekerasan

yang biasa klien

lakukan

4. Memberikan

reinforcement positif

atas jawaban klien

O : Mata klien

melotot dan

pandangan mata

tajam, klien

mau menjawab

pertanyaan

Page 30: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

A : TUK 3, 4

tercapai, klien

dapat

mengungkapkan

cara marah yang

biasa klien

lakukan dan

akibat dari

marah

P : K : memberi

tugas / PR

untuk

mengingat cara

marah yang

biasa klien

lakukan dan

akibatnya

P : lanjutkan

TUK 5, 6

S : Klien

mengatakan

“Saya akan

mencobanya

mbak Yayut”

3 25 Juni

2005

16.00

WIB

I 5, 6 1. Menanyakan tugas

mengingat cara marah

dan akibat marah

2. Mendiskusikan salah

satu cara konstruktif

dalam merespon marah

“tarik nafas dalam,

tahan dan lepaskan

lewat mulut pelan –

pelan”.

O : Klien men

demonstrasikan

cara tarik nafas

dalam secara

benar, ekspresi

wajah senang.

Page 31: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

3. Mendorong /

memotivasi untuk

mendemonstrasikan

cara konstruktif

tersebut.

4. Memberi

reinforcement positif

klien

A : TUK 5, 6

tercapai, klien

dapat

melakukan cara

marah yang

konstruktif dan

memperagakan

di depan

perawat.

P : K : memberi

kan tugas pada

klien untuk

mencoba cara

konstruktif

tersebut dan

belajar

menerapkannya

Page 32: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

P : lanjutkan TUK 8 yaitu klien dapat menggunakan obat dengan benar sesuai program pengobatan

S :

men

Klien

gatakan

“tidak mau

minum atau

mendengarkan

tentang obat

dengan alasan

tubuhnya

menjadi panas

dan mulut

kering”

4 27 Juni

2005

08.00

WIB

I 8 1. Menanyakan tugas

kemarin yaitu

melaksanakan latihan

nafas

2. Mendiskusikan tentang

jenis obat, efek

samping dan akibat

jika berhenti obat

tanpa ijin dokter

O : Kontak mata kurang, bicara agak keras.

A : TUK 8 yaitu

klien dapat

minum obat

sesuai program

pengobatan

belum teratasi

Page 33: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

P : K : memberi

tugas pada

klien untuk

menemui

perawat

bertanya

tentang obat

yang diberikan

oleh klien

P : ulangi TUK

8 atau lanjutkan

Dx II

5 27 Juni

2005

09.30

WIB

II I 1. Klien dapat

menyebutkan waktu

timbulnya halusinasi

2. Klien dapat

mengungkaopkan

perasaan terhadap

halusinasinya

S : Klien

mengatakan

“Saya

mendengar

suara setan

cowok yang

menyuruh saya

memukul

mama dan

suara itu timbul

pada waktu

saya sendirian”

O : Wajah klien

tegang dan

kebingungan

A : TUK I tercapai

Page 34: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

P : K : memberi

tugas pada

klien untuk

mengingat lagi

tentang

halusinasinya

P :

mendelegasikan

kepada perawat

ruangan tentang

intervensi yang

belum

dilaksanakan

dan

implementasi

yang sudah

dilakukan, baik

yang sudah

teratasi maupun

yang belum

teratasi

Page 35: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan ini akan diuraikan mengenai pembahasan masalah

yang terjadi di dalam kasus dan penyelesaiannya beserta perbandingan teori

dengan kenyataan yang terjadi di lapangan saat pemberian asuhan keperawatan

klien dengan gangguan ekspresi marah pada Tn. A di ruang VIII Graha Irawan

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Dari kasus yang dikelola penulis

pada Tn. A dapat dimunculkan beberapa diagnosa keperawatan yaitu : resiko

mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan marah

agresif dan gangguan ekspresi marah, agresif berhubungan dengan halusinasi.

Adapun uraian pembahasan dari masing – masing diagnosa keperawatan adalah

sebagai berikut :

A. Resiko mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan

dengan marah Agresif

Pada pengkajian didapatkan data klien mengatakan “Saya marah dan

mau memukul kepala mama dengan batu”, klien mondar – mandir, wajah

klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam.

Kelliat (1996) marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai

respon kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan

sebagai ancaman. Adapun kemarahan dapat menimbulkan perilaku kekerasan

yang dimanifestasikan dengan marah (dendam), jengkel, muka merah,

pandangan tajam, bawel, berdebat, tidak bermoral dan kekerasan yang

merusak lingkungan.

Page 36: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

Tidak terdapat perbedaan / kesenjangan pada data yang terdapat pada

konsep teori dan data yang ada pada klien, karena data yang ada pada klien

sudah sesuai dengan data yang ada pada teori.

Pada diagnosa keperawatan, resiko mencederai diri sendiri, orang lain,

dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif. Intervensi yang tidak

dapat dilaksanakan adalah TUK 7 yaitu klien mendapat dukungan keluarga

dalam mengontrol marah agresif. Hal ini terjadi karena selama dilakukan

asuhan keperawatan pada tanggal 23 – 27 Juni 2005, keluarga tidak

menjenguk klien di rumah sakit.

Kelliat (1996) keluarga merupakan sistem pendukung utama yang

memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat sakit) klien. Oleh

karena itu, asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya

memulihkan keadaan klien, tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan

dalam keluarga tersebut.

Mengingat begitu pentingnya keterlibatan keluarga dalam perawatan

klien di rumah sakit, maka upaya penulis adalah menginformasikan kepada

perawat ruangan tentang pentingnya peran serta keluarga. Disamping itu

penulis juga memberi support mental kepada klien agar dapat melanjutkan

hubungan peran sesuai dengan tanggung jawabnya dan klien menerimanya

yang dibuktikan dengan klien mau melakukan cara konstruktif dalam berespon

terhadap marah yang telah didiskusikan bersama penulis agar tidak melakukan

marah agresif.

Selanjutnya intervensi yang kurang dapat dilaksanakan adaah TUK 8,

yaitu klien tidak dapat menggunakan obat dengan benar sesuai dengan

Page 37: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

program pengobatan. Hal ini terjadi karena klien tidak mau dan bersikap

menolak ketika mendiskusikan tentang obat. Klien mengatakan malas minum

obat dengan alasan setelah minum obat, tubuhnya menjadi panas dan mulut

kering.

Depkes (1983) terapi dengan obat adalah terapi dengan menggunakan

obat yang tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan

jiwa itu sendiri. Obat yang untuk mengobati pasien gangguan jiwa termasuk

dalam golongan obat psikofarmako yang berpengaruh pada jiwa / tingkah

laku.

Merujuk dari sangat pentingnya pasien dapat menggunakan obat dengan

benar sesuai program pengobatan, upaya yang telah dilakukan penulis untuk

mengatasi TUK 8 ini adalah menginformasikan dengan perawat ruangan

bahwa pada kenyataannya klien tidak mau minum obat, dan tanpa

sepengetahuan perawat, obat yang diberikan pada klien tidak mau diminum

atau dibuang.

Pada diagnosa keperawatan resiko mencederai diri sendiri, orang lain

dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif, evaluasi akhir yang

didapat pada klien adalah klien dapat, menyebutkan penyebab marah (yaitu

kepala klien pusing dan mama cerewet sehingga saya mau memukul mama),

klien dapat menyebutkan tanda / gejala marah (tangan saya mengepal, mata

melotot), cara yang biasa dilakukan saat marah (ingin memukul mama),

mengetahui akibat dari cara marah yang biasa klien lakukan (mama

kesakitan), klien mau mempelajari tentang cara marah yang konstruktif (nafas

dalam) dan klien mau mendemonstrasikan cara marah yang konstruktif

(latihan nafas dalam secara benar).

Page 38: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

Sedangkan, kriteria evaluasi pada konsep teori adalah klien dapat

mengidentifikasi penyebab marah, klien dapat mengidentifikasi tanda / gejala

saat marah, klien dapat mengidentifikasi cara marah yang biasa dilakukan,

klien dapat mengidentifikasi akibat dari cara marah yang biasa dilakukan,

klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap

kemarahan, klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol marah agresif

dan klien dapat menggunakan obat dengan benar sesuai program pengobatan.

Dari evaluasi yang didapat pada klien dan kriteria evaluasi pada konsep

teori, hal yang belum dapat dicapai adalah tidak adanya dukungan dari pihak

keluarga, karena selama dilakukan asuhan keperawatan, keluarga tidak

menjenguk klien. Dan hal yang kurang dapat dicapai dalam pelaksanaannya

adalah klien dapat menggunakan obat dengan benar, karena klien tidak mau

dan bersikap menolak saat mendiskusikan tentang program pengobatan klien.

B. Gangguan Ekspresi Marah : Agresif berhubungan dengan halusinasi

Pada pengkajian di dapatkan data klien mengatakan “Saya mendengar

suara setan cowok yang menyuruh saya memukul mama”. Ditambah data

objektif, klien bicara sendiri, klien tersenyum sendiri.

Depkes (1983) halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca

indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem

penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik.

Maramis (1990) halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang

apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar.

Tidak terdapat kesenjangan antara data pada konsep teori dengan data

yang ada pada klien, karena data yang ada pada klien sesuai dengan data yang

ada pada konsep teori.

Page 39: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

Pada diagnosa keperawatan gangguan ekspresi marah berhubungan

dengan halusinasi, intervensi yang disusun dalam pelaksanaannya tidak semua

dilaksanakan, dan baru dilaksanakan untuk tujuan khusus yang pertama, yaitu

: Klien dapat mengenali halusinasinya. Dan upaya yang telah dilaksanakan

pada masalah keperawatan kedua ini adalah mendelegasikan pada perawat

ruangan tentang intervensi yang belum dilaksanakan dan implementasi yang

sudah dilakukan.

Sedangkan kriteria evaluasi pada konsep teori adalah klien dapat

mengenali halusinasinya, klien dapat mengontrol halusinasinya, klien dapat

dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, klien memanfaatkan

obat dengan baik.

Dari evaluasi yang didapat pada klien dan kriteria evaluasi pada konsep

teori, hal yang belum dicapai adalah klien dapat mengontrol halusinasinya,

klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, klien

dapat memanfaatkan obat dengan baik. Hal ini dikarenakan penulis

mempunyai keterbatasan waktu dalam menyelesaikan asuhan keperawatan.

Page 40: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayutariyu... · berturut – turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perawat dapat mengantisipasi terjadinya kemarahan dengan tindakan yang

agresif dan tidak terkontrol yang dapat membahayakan klien dan

lingkungan dengan cara menyatakan pada klien akan cara marah yang

sehat dengan menyalurkan energi seperti aspek fisik dengan tarik nafas

dalam jika sedang kesal atau memukul bantal / kasur dan jalan – jalan.

2. Perawat dapat membantu klien dalam mengungkapkan kemarahannya

dengan cara mengidentifikasi penyebab marah dan mencari

pemecahannya.

B. Saran

1. Dalam mengantisipasi terjadinya kemarahan dengan tindakan agresif

diterapkan perawat dapat menyatakan pada klien akan cara marah yang

sehat dengan menyalurkan energi marah secara fisik, verbal, sosial,

spiritual.

2. Dalam membantu klien mengungkapkan kemarahannya diharapkan

perawat mampu mencari penyebab marah yang dialami oleh klien dan

pemecahan masalahnya.