bab iii tinjauan kasus a....

34
33 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 desember 2010, pukul 09.00 WIB di ruang Gatot Koco Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhohutomo Semarang, dengan diagnosa medis Skizofrenia Paranoid. Pasien bernama Tn. S, dengan nomor Register 056665, umur 37 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SD, suku bangsa Jawa Indonesia, agama Islam, status pernikahan menikah. Pasien tinggal di Pati. Pasien di bawa masuk ke Rumah Sakit Jiwa oleh keluarganya pada tanggal 19 desember 2010. Selama di rawat di Rumah Sakit yang bertanggung jawab atas pasien yaitu Ny. N, umur 32 tahun, agama Islam, jenis kelamin perempuan, pekerjaan tani, hubungan dengan pasien yaitu sebagai istri. 2. Alasan masuk Pasien Tn. S dibawa oleh keluarganya ke RSJD Dr. Amino Godohutomo Semarang pada tanggal 19 Desember 2010 dengan alasan ± 2 hari yang lalu pasien bicara sendiri, makan, minum dan mandi harus disuruh, waktu luang digunakan untuk tiduran di kamar. Hubungan dengan keluarga dan tetangga kurang baik.

Upload: vuonganh

Post on 17-Jun-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

33

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 desember 2010, pukul 09.00 WIB di

ruang Gatot Koco Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhohutomo

Semarang, dengan diagnosa medis Skizofrenia Paranoid. Pasien bernama Tn.

S, dengan nomor Register 056665, umur 37 tahun, jenis kelamin laki-laki,

pendidikan terakhir SD, suku bangsa Jawa Indonesia, agama Islam, status

pernikahan menikah. Pasien tinggal di Pati. Pasien di bawa masuk ke Rumah

Sakit Jiwa oleh keluarganya pada tanggal 19 desember 2010. Selama di rawat

di Rumah Sakit yang bertanggung jawab atas pasien yaitu Ny. N, umur 32

tahun, agama Islam, jenis kelamin perempuan, pekerjaan tani, hubungan

dengan pasien yaitu sebagai istri.

2. Alasan masuk

Pasien Tn. S dibawa oleh keluarganya ke RSJD Dr. Amino Godohutomo

Semarang pada tanggal 19 Desember 2010 dengan alasan ± 2 hari yang lalu

pasien bicara sendiri, makan, minum dan mandi harus disuruh, waktu luang

digunakan untuk tiduran di kamar. Hubungan dengan keluarga dan tetangga

kurang baik.

34

3. Faktor Predisposisi

a. Riwayat penyakit

Pasien Tn. S pernah mengalami gangguan jiwa dua tahun yang lalu dengan

kasus yang sama yaitu berbicara sendiri. Pasien jarang kontrol dan tidak

teratur minum obat. Ini kedua kalinya pasien menjalani rawat inap di RSJD

Dr. Amino Gondohutomo. Pasien pernah mengalami pengalaman yang

tidak menyenangkan yaitu ketika anak yang keduanya meninggal dunia 7

tahun yang lalu. Pada tanggal 19 Desember 2010, Tn.S masuk ke RSJD

Dr. Amino Gondohutomo dengan keluhan ± 2 hari yang lalu pasien bicara

sendiri, makan, minum dan mandi disuruh, waktu luang digunakan untuk

tiduran dikamar. Hubungan dengan keluarga dan tetangga kurang baik.

b. Pasien tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual, kekerasan dalam

keluarga, dan tindakan kriminal.

c. Keluarga dari Tn. S tidak ada yang sakit seperti ini

d. Saat dikaji pada tanggal 27 Desember 2010 Tn. S mengatakan mendengar

suara-suara yang tidak jelas, suaranya seperti orang mengobrol.

4. Faktor Presipitasi

Pasien mengatakan dia di bawa ke rumah sakit ini karena dirumah bicara

sendiri, selain itu ada masalah ekonomi dalam keluarganya dimana klien

mengalami gagal panen.

35

5. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda - tanda vital

TD : 120/80mmHg

RR : 24 kali / menit

N : 80 kali / menit

S : 3 6 ° C

BB : 60 kg

TB : 160 cm

b. Keadaan Fisik

1) Kesadaran : Komposmetis

2) Kulit : Sawo matang, turgor baik, tidak ada

luka.

3) Kepala : Bersih tidak ada ketombe

4) Mata : Sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.

5) Hidung : Simetris tidak ada polip

6) Telinga : Tidak ada serumen, tidak ada nyeri

tekan.

7) Mulut dan gigi : Mukosa bibir lembab, tidak terdapat karang

pada gigi

8) Leher : Tidak ada pembesaran thyroid

9) Dada : Bersih tidak terdapat luka

10) Abdomen : Tidak ada massa dan tidak terdapat benjolan

36

6. Psikososial

a. Genogram

Keterangan

: Laki – laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal satu rumah

: Laki-laki meninggal

Penjelasan: pasien anak ke empat dari empat bersaudara. Pasien seorang ayah

dari 3 anaknya, anak yang nomor dua sudah meninggal sejak bayi. Pasien

tinggal dengan istri dan kedua anaknya. Pengambilan keputusan di lakukan

secara musyawarah dengan istrinya, pola komunikasi antar keluarga baik,

dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa seperti pasien.

37

1. Konsep Diri

a. Gambaran diri

Pasien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya, tidak ada kecacatan

pada anggota tubuhnya.

b. Identitas diri

Pasien menerima dirinya sebagai laki-laki yang berumur 37 tahun.

Pasien sudah berkeluarga dan tinggal bersama anak dan istrinya.

c. Peran diri

Pasien dirumah sebagai seorang ayah untuk anaknya, seorang suami

untuk istrinya. Selama sakit jiwa pasien tidak bekerja.

d. Ideal diri

Pasien mengatakan ingin cepat sembuh, ingin cepat pulang dan dapat

kumpul lagi bersama keluarganya. Pasien berharap sesampai dirumah

nanti dapat beraktivitas seperti semula.

e. Harga diri

Pasien kurang percaya diri dan juga pemalu.

2. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti

Orang yang berarti bagi pasien adalah keluarganya.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok dan masyarakat

38

Pasien mengatakan sebelum mengalami sakit jiwa, pasien mengikuti

kegiatan gotong royong dan pengajian setiap satu minggu sekali tetapi

setelah sakit pasien jarang mengikuti kegiatan dikampungnya. Saat di

RSJ pasien mengikuti kegiatan yang ada di ruangan seperti TAK,

senam dan jalan-jalan setiap pagi. Pasien jarang berinteraksi dengan

pasien yang lain.

3. Spiritual

Tn. S beragama islam kegiatan ibadah seperti sholat dilakukan sebelum dan

selama masuk RSJ yaitu sholat lima waktu. Pandangan pasien terhadap

penyakitnya adalah sebuah ujian dari Allah SWT Tn.S menyikapinya

dengan sabar dan ikhlas.

7. Status mental

a. Penampilan

Kebersihan dan kerapian pasien baik, rambut rapi, penggunaan pakaian

sesuai dengan fungsinya.

b. Pembicaraan

Saat dikaji pasien bicara lambat, berbicara kurang jelas, kurang

kooperatif, kontak mata kurang. Kadang butuh mengulang pertanyaan dua

kali untuk menjawab pertanyaan.

c. Aktivitas motorik

Pasien banyak berdiam diri, wajah tegang, terlihat bingung, dan

melamun.

39

d. Alam perasan

Sedih karena ingat dengan keluarganya.

e. Afek

Afek sesuai contoh: saat diberikan cerita tentang keadaan sedih, klien

merasa ikut sedih dan sebaliknya.

f. Interaksi selama wawancara

Pasien kurang kooperatif ketika diajak berbicara, pasien menjawab

pertanyaan yang diajukan akan tetapi kontak mata kurang.

g. Persepsi

Pasien mengatakan mendengar suara-suara yang tidak jelas, seperti orang

mengobrol, biasanya suara itu muncul saat melamun dengan frekuensi 1-2

kali sehari, suara itu muncul waktunya tidak tentu. Suara itu muncul ± 2

menit, setiap suara itu datang pasien membaca istigfar. Klien merasa

terganggu dengan suara yang didengar, perasaan pasien menjadi jengkel

dan kesal. Dengan mengucapkan kata istigfar, suara itupun menghilang.

h. Proses pikir

Proses pikir pasien pada saat wawancara pasien kadang tidak fokus

dengan perawat, tapi mampu menjawab pertanyaan dengan baik.

i. Isi pikir

Tidak ada gangguan isi pikir.

j. Tingkat kesadaran

Pasien tampak bingung tapi masih ingat tempat, waktu, dan orang.

k. Memori

40

Pasien masih mampu mengingat kejadian baik yang jangka panjang

maupun jangka pendek contohnya klien masih ingat dulu pernah dirawat di

RSJ. Saat ini pasien masih ingat ketika ditanya tadi makan apa? Sayur, lauk

dan buah.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Pasien masih mampu berkonsentrasi dan dapat berhitung dengan baik.

m. Kemampuan penilaian

Pasien dapat mengambil keputusan sederhana seperti selesai klien makan,

pasien mencuci sendok dan gelas.

n. Daya tilik diri

Pasien tahu bila saat ini dirinya sakit ganguan jiwa dan berada di RSJ.

8. Kebutuhan persiapan pulang

a. Makan

Pasien dapat makan secara mandiri, pasien makan 3x sehari. Makan

dengan nasi, sayur, lauk dan buah. Klien mengatakan suka dengan

makanan yang disajikan oleh RS. Pasien selalu menghabiskan makanan

sesuai porsi yang disediakan rumah sakit.

b. BAK/BAB

Pasien mampu BAB dan BAK sendiri, klien biasanya BAB 1 kali sehari,

BAK 4-5 kali sehari.

c. Mandi

Pasien dapat mandi, sikat gigi, keramas, gunting kuku sacara mandiri.

41

d. Berpakaian

Pasien mampu memakai pakaian secara mandiri sesuai dengan aturan dari

rumah sakit.

e. Istirahat dan tidur

Pasien tidur siang kurang lebih 2 jam, klien biasanya tidur malam 8 jam,

klien bisa tidur dengan nyenyak.

f. Penggunaan obat

Pasien mampu minum obat tanpa bantuan dari orang lain dan pasien

minum obat tepat waktu.

9. Mekanisme koping

Pasien mengatakan apabila pasien mempunyai masalah pasien banyak diam,

tapi terkadang bercerita dengan istrinya.

10. Aspek medis

a. Diagnosa medis

Skizofrenia paranoid

b. Terapi medik

1). Program terapi yang di berikan:

Thriehexyphenydil : 2 x 2 mg

Chlorpromazine : 2 x 100 mg

Stelasin : 2 x 5 mg

42

2). Pemeriksaan hasil laboratorium

Tanggal 20 desember 2010

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan

Glukosa 61 76-110 Mg/dL

Ureum 22 10-50 Mg/dL

Creatinin 1,04 0.50-1,40 Mg/dL

Urid acid 4,9 2,5-7,0 Mg/dL

SGPT 11,8 0,0-46,0 U/L

SGOT 13,2 0,0-33,0 U/L

Total protein 6,7 6,4-8,3 g/dL

Albumin 4,2 3,4-4,8 g/dL

Globulin 2,6 3,0-3,5 Mg/dL

43

B. Analisa Data

Tanggal no Data Masalah keperawatan

27

Desember

2010

1 Ds : Pasien mengatakan mendengar

suara-suara yang tidak jelas

seperti orang mengobrol,

biasanya suara itu muncul saat

melamun dengan frekuensi 1-2

kali sehari, suara itu muncul

waktunya tidak tentu. Suara itu

muncul ± 2 menit, setiap suara itu

datang pasien membaca istigfar.

Dengan mengucapkan kata

istigfar suara itupun menghilang.

Do : - Pasien berdiam diri.

-Kontak mata kurang.

-Pasien terlihat bingung.

Gangguan persepsi

sensori: halusinasi

pendengaran

27

Desember

2010

2 Ds :Pasien mengatakan enggan

berbicara dengan orang lain.

Do : - Pasien terlihat berdiam diri.

- Pasien terlihat melamun.

- Pasien jarang berinteraksi

dengan orang lain.

Isolasi sosial : menarik

diri

27 Desember

2010

Ds : Pasien mengatakan merasa

terganggu dengan suara yang

didengar, perasaan pasien

menjadi jengkel dan kesal.

Do : - Wajah tegang.

- Pasien terlihat bingung.

Resiko perilaku

kekerasan

44

C. Masalah Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

2. Isolasi sosial: menarik diri.

3. Resiko perilaku kekerasan.

D. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran core problem

Isolasi sosial : menarik diri

E. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

2. Isolasi sosial: menarik diri.

3. Resiko perilaku kekerasan

45

F. Intervensi

Nama Klien : Tn. S No.CM : 056665

Dx Medis : Skizofenia Paranoid Ruang : Gatot Koco

PERENCANAANN

o

Tgl.

DX

DX.

KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI

1 27/1

2/20

10

Perubahan persepsi

sensori: Halusinasi

pendengaran

Pasien dapat mengontrol

halusinasi yang

dialaminya.

1. Pasien dapat

membina hubungan

saling percaya

1.1. Setelah beberapa kali interaksi

pasien menunjukkan tanda-tanda

percaya pada perawat. Ekspresi

wajah bersahabat, menujukan rasa

senang, ada kontak mata, mau

berjabat tangan, mau

menyebutkan nama, mau

menjawab salam, mau duduk

berdampingan dengan perawat

1.1.1. Bina hubungan saling percaya

dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik:

a. Sapa pasien dengan ramah baik

verbal maupun non verbal

b. Tanyakan nama lengkap dan

nama panggilan yang disukai

pasien

c. Buat kontrak yang jelas

d. Tunjukan sikap jujur dan

46

menepati janji setiap kali

berinteraksi

e. Tunjukan sikap empati dan

menerima apa adanya klien

f. Beri perhatian kepada pada

pasien dan perhatikan kebutuhan

dasar pasien

g. Tanyakan perasaan pasien dan

masalah yang dihadapi pasien

2. Pasien dapat

mengenal

halusinasinya

2.1. Setelah beberapa kali interaksi

pasien dapat menyebutkan:

Jenis halusinasi, isi, waktu,

frekuensi, respon dari klien

terhadap halusinasi.

2.1.1. Adakan kontrak sering dan

singkat secara bertahap

a. Observasi tinglah laku pasien

terkait dengan halusinasinya

b. Tanyakan apakah pasien

mengalami sesuatu/halusinasi

c. Jika pasien menjawab iya,

tanyakan pa yang sedang

dialaminya

d. Katakan bahwa perawat

47

2.2. Pasien dapat mengungkapkan

bagaimana perasaannya

terhadap halusinasi tersebut.

percaya pasien mengalami

hal tersebut, namun perawat

sendiri tidak mengalami apa

yang dirasakan klien

e. Katakan bahwa ada pasien

yang lain yang mengalami

hal yang sama

f. Katakan bahwa perawat akan

membantu pasien

2.2.1. Diskusikan dengan pasien

tentang apa yang dirasakannya

jika terjadi halusinasi: marah,

takut, sedih, senang.

3. Pasien dapat

mengontrol

halusinasinya

3.1. Setelah beberapa kali interaksi

pasien dapat menyebutkan

tindakan yang biasanya

dilakukan untuk mengendalikan

halusinasinya

a. Pasien dapat menyebutkan

cara baru mengontrol

3.1.1 Identifikasi bersama klien cara

yang dilakukan jika terjadi

halusinasi

3.1.2 Diskusikan cara cara yang

digunakan pasien,

a. Jika cara yang digunakan

adaptif beri pujian

48

halusinasinya.

b. Pasien dapat memilih cara

untuk mengendalikan

halusinasinya

c. Pasien melaksankan cara

yang dipilih untuk

mengendalikan

halusinasinaya

d. pasien mengikutsertakan

terapi aktivitas kelompok

b. Jika cara yang digunakan

maladaptive diskusikan

kerugian cara tersebut

3.1.3 Diskusikan cara baru untuk

memutuskan/mengontrol

timbulnya halusinasi

a. Katakan pada diri sendiri

bahwa itu tidak nyata (“Saya

tidak mau dengar pada saat

halusinasi terjadi)

b. Menemui orang lain atau

perawat/teman/anggota

keluarga untuk menceritakan

tentang halusinasinaya

c. Membuat dan melaksanakan

jadwal yang telah disusun

d. Meminta

keluarga/teman/perawat

untuk menyapa jika terjadi

halusinasi

49

3.1.4 Bantu pasien memilih cara yang

sudah dinjurkan dan latih untuk

mencobanya

3.1.5 Beri kesempatan klien untuk

melakukan cara yang sudah

dipilih dan dilatih jika berhasil

diberi pujian. Anjurkan pasien

mengikuti terapi aktivitas

kelompok

4. Pasien dapat

dukungan dari

keluarga dalam

mengontrol

halusinasinya

4.1. Setelah beberapa kali

pertemuan keluarga menyatakan

setuju untuk mengikuti

pertemuan dengan perawat,

keluarga mempu menyebutkan

pengertian, tanda dan

gejala,proses terjadinya

halusinasi

4.1.1. Buat kontrak dengan keluarga

untuk pertemuan (waktu, tempat

dan topik)

4.1.2. Diskusikan dengan keluarga

(pada saat pertemuan

keluarga/kunjungan rumah)

a. Pengertian halusinasi

b. Tanda dan gejala halusinasi

c. Obat-obatan untuk

halusinasi

d. Cara yang dapat dilakukan

50

pasien dan keluarga untuk

memutuskan halusinasi

e. Cara merawat anggota

keluaraga yang halusinasi

dirumah (Beri kegiatan

berpergian bersama serta

pantau obat-obatan dan cara

pemberianya untuk

mengatasi halusinasi)

5. Pasien dapat

memanfaatkan obat

dengan baik

5.1.Setelah beberapa kali interaksi

pasien dapat menyebutkan:

Pasien dapat mendemonstrasikan

pengguanaan obat dengan benar,

pasien dapat menyebutkan akibat

berhenti minum obat

5.1.1. Diskusikan dengan pasien

tentang manfaat dan kerugian

tidak minum obat ( Nama,

warna, dosis, cara, efek terapi,

dan efek samping),

5.1.2. Pantau pasien pada saat minum

obat

5.1.3. Beri pujian jika pasien

menggunakan obat dengan

benar

5.1.4. Diskusikan akibat berhenti

51

minum obat tanpa konsultasi

dengan dokter

5.1.5. Anjurkan pasien untuk

konsultasi kepada dokter atau

pearawat jika terjadi hal-hal

yang tidak di inginkan

2 Isolasi sosial :

menarik diri

Pasien dapat berinteraksi

dengan orang lain

1. Pasien dapat

membina hubungan

saling percaya.

1.1. Setelah beberapa kali interaksi

pasien dapat menunjukkan

tanda-tanda percaya pada

perawat. wajah cerah,

tersenyum, mau berkenalan,

ada kontak mata, bersedia

menceritakan perasaannya,

bersedia mengungkapkan

perasaan.

1.1.1 Bina hubungan saling percaya

dengan :

a. Beri salam setiap berinteraksi

b. Perkenalkan nama, nama

panggilan perawat dan

tujuan perawat berkenalan.

c. Tanyakan nama dan

panggilan nama kesukaan

pasien.

d. Tunjukkansikapjujurdan

menepati janji setiap kali

berinteraksi.

e. Tanyakan perasaan pasie

52

dan masalah yang dihadapi

pasien.

f. Buat kontak interaksi yang

jelas.

g. Dengarkan dengan penuh

perhatian ekspresi perasaan

pasien.

2. Pasien mampu

menyebutkan

penyebab menarik

diri

2.1. Setelah beberapa kali interaksi

pasien dapat menyebutkan

minimal satu penyebab

menarik diri

a. Diri Sendiri

b. Orang lain

c. Lingkungan

2.1.1. Tanyakan pada pasien tentang:

a. Orang yang tinggal

serumah atau sekamar

dengan pasien.

b. Orang yang paling

dekat dengan pasien

dirumah atau di ruang

perawatan.

c. Apa yang membuat

pasien dekat dengan orang

tersebut.

d. Orang yang tidak

53

dekat dengan pasien

dirumah atau diruang

perawatan

e. Apa yang membuat

orang tidak dekat

dengan orang tersebut

f. Upaya yang sudah

dilakukan agar dekat

dengan orang lain

2.2.2. Diskusikan dengan pasien

tentang penyebab menarik diri

atau tidak mau bergaul dengan

orang lain

2.2.3. Beri pujian terhadap klien

mengungkapkan perasaannya

3. Pasien mampu

menyebutkan

keuntungan

bersosialisasi dan

3.1. Setelah beberapa kali

interaksi pasien dapat

menyebutkan keuntungan

bersosialisasi, misalnya:

3.1.1. Tanyakan pada pasien tentang:

a. Manfaat hubungan soslal

b. Kerugian menarik diri

3.1.2. Diskusikan bersama pasien

54

kerugian menarik diri a. Banyak teman

b. Tidak kesepian

c. Bisa diskusi

d. Saling menolong

Dan kerugian menarik

diri misalnya:

a. Sendiri

b. Kesepian tidak bisa

diskusi

tentang manfaat bersosialisasi

dan kerugian menarik diri

3.1.3. Beri pujian terhadap

kemampuan pasien

mengungkapkan perasaannya.

4. Pasien dapat

bersosialisasi secara

bertahap

4.1. Setelah beberapa kali

interaksi pasien dapat

bersosialisasi secara bertahap

dengan:

a. Perawat

b. Perawat lain

c. Pasien lain

d. Kelompok

4.1.1. Observasi perilaku pasien saat

bersosialisasi

4.1.2 Beri motivasi dan bantu pasien

untuk berkenalan dengan:

a. Perawat lain

b. Pasien lain

c. kelompok

4.1.3. Libatkan pasien dalam terapi

aktiviitas kelompok sosialisasi

4.1.4. Diskusikan jadwal harian yang

dapat diliakukan untuk

55

meningkatkan kemampuan

pasien bersosialisasi

4.1.5. Beri motivasi pasien untuk

melakukan kegiatan sesuai

dengan jadwal yang telah di

buat.

4.1.6. Beri pujian terhadap kemampuan

pasien memperluas

pergaulannya melalui aktivitas

yang dilaksanakan

5. Pasien mampu

menjelaskan

perasaannya setelah

bersosialisasi.

5.1. Setelah beberapa kali interaksi

pasien dapat menjelaskan

perasaannya setelah

bersosialisasi atau berkenalan

dengan:

a. Orang lain

b. Kelompok

5.1.1. Diskusikan dengan pasien tentang

perasaanya setelah bersosialisasi

atau berkenalan dengan:

a. Orang lain

b. Kelompok

5.1.2. Beri pijian terhadap kemampuan

pasien mengungkapkan

perasaannya

56

6. Pasien dapat

dukungan keluarga

dalam memperluas

hubungan sosial

6.1. Setelah beberapa kali

pertemuan keluarga dapat

menjelaskan tentang :

a. Pengertian Menarik diri

b. Tanda dan gejela menarik

diri

c. Penyebab dan akibat

menarik diri

d. Cara merawat pasien

menarik diri

6.2. Setelah 6x pertemuan keluarga

dapat mempraktekkam cara

merawat pasien menarik diri.

6.1.1. Diskusikan tentang pentingnya

peran keluiarga sebagai pendukung

untuk mengatasi perilaku menarik

diri.

6.1.2. Diskusikan potensi keluarga untuk

membantu pasien mengatasi

perilaku menarik diri.

6.1.3. Jelaskan pada keluarga tentang:

a. Pengertian menarik diri

b. Tanda dan gejala menairik

diri.

c. penyebab dan akibat menarik

diri.

d. cara merawat pasien menarik

diri.

6.1.4. Latih keluarga cara merawat

pasien menarik diri.

6.1.5. Tanyakan perasaan keluarga

setelah mencoba cara yang di

latihkan

57

6.1.6. Beri motivasi keluarga agar

membantu pasien untuk

bersosialisasi

6.1.7. Beri pujian kepada keluarga atas

keterlibatannya merawat pasien

di rumah sakit

7. Pasien dapat

memanfaatkan obat

dengan baik

7.1. Setelah beberapa kali interaksi

pasien dapat menyebutkan :

a. Manfaat minum obat

b. Kerugian tidak minum

obat.

c. Nama, wama, dosis, efek

terapi dan efek samping

obat

7.2. Setelah 7x interaksi pasien

mendemonstrasikan

penggunaan obat dengan

benar, dam dapat menyebutkan

7.1.1. Diskusikan dengan pasien tentang

manfaat minum obat dan kerugian

tidak minum obat tanpa

konsultasi dokter dan mengetahui

warna, nama, dosis, cara, efek

terapi dan efek samping

penggunaan obat.

7.1.2. Pantau pasien saat penggunaan

obat

58

G. Implementasi Keperawatan

Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Nama Pasien : Tn. S Usia : 37 tahun

Ruang : Gatot Koco NO. CM : 056665

akibat berhenti minum obat

tanpa konsultasi dengan dokt

59

No Hari/Tgl Dx Keperawatan Implementasi Respon Pasien Paraf

27/12/

2010

09:15

Gangguan persepsi

sensori: halusinasi

pendengaran

SplP

1. Membina hubungan saling

percaya dengan cara:

a. Menyapa pasien

b. memperkenalkan diri

c. menanyakan nama dan

nama panggilan klien

2. Menanyakan alasan pasien

dibawa kerumah sakit

3. Mengidentifikasi isi, jenis,

waktu terjadinya halusinasi.

4. Mengidentifikasi frekuensi dan

situasi yang menimbulkan

halusinasi

5. Mengidentifikasi respon

terhadap halusinasi

6. Melatih klien cara mengontrol

halusinasi dengan menghardik

S: Pasien mengatakan nama saya Tn. S suka

dipanggil Tn. S (sambil berjabat tangan).

dirumah. Tn. S mengatakan alasannya dibawa

kerumah sakit karena dirumah suka bicara

sendiri, mendengar suara-suara orang yang tidak

jelas seperti orang mengobrol, biasanya suara itu

muncul saat melamun dengan frekuensi 1-2 kali

sehari, suara itu muncul waktunya tidak tentu.

Suara itu muncul ± 2 menit, setiap suara itu

datang pasien membaca istigfar. Pasien merasa

terganggu dengan suara yang didengar, perasaan

pasien menjadi jengkel dan kesal. Dengan

mengucapkan kata istigfar, suara itupun

menghilang.

O: Kontak mata kurang, pasien terlihat bingung.

A : Klien sudah bisa mempraktekkan cara yang

pertama yaitu dengan menghardik ketika suara-

suara itu datang.

P :

60

- Perawat : ulangi Sp1p yang belum teratasi, yaitu

membimbing pasien memasukkan kedalam

jadwal kegiatan harian.

- Klien : meminta klien untuk mengingat dan

mempraktekan cara kontrol halusinasi dengan

menghardik.

28/12/

2010

08:30

Gangguan persepsi

sensori: halusinasi

pendengaran

1. Memvalida

si masalah dan latihan

sebelum nya

2. Melatih

kembali cara mengontrol

halusinasi dengan menghardik

3. Membimbi

ng pasien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian

S : Tn. S mengatakan masih mengingat cara kontrol

halusinasi dengan menghardik dan sudah

mempraktekkannya serta sudah dapat

memasukkan kedalam jadwal harian.

O : Pasien kooperatif, dapat mempertahankan

kontak mata.

A : Klien sudah bisa mempraktekkan cara yang

pertama yaitu dengan menghardik ketika

suara-suara itu datang dan sudah bisa

memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

61

29/12/

2010

09:00

Gangguan persepsi

sensori : halusinasi

pendengaran

SP2p

1. Memvalidasi masalah dan

latihan sebelumnya

2. Melatih pasien cara mengontrol

halusinasi dengan berbincang-

bincang dengan orang lain.

P :

Perawat : Melanjutkan sp2p

Klien : Meminta pasien untuk mengingat

cara menghardik halusinasi dan memasukkan

dalam kegiatan hariannya.

S : Tn. S mengatakan “saya senang karena mbak

sudah mau memberitahu cara menghilangkan

suara-suara yang saya dengar. Pasien

mengatakan sudah dapat mengontrol halusinasi

dengan berbincang-bincang.

O : Pasien kooperatif, pasien mau berbincang-

62

3. Memasukkan kedalam jadwal

kegiatan harian

bincang dengan orang lain.

A : Pasien mampu mengingat cara mengontrol

halusinasi: menghardik dan mampu berlatih

dengan cara yang kedua yaitu berbincang-

bincang dengan orang lain

P :

Perawat : Melanjutkan sp3p

Klien : Meminta pasien untuk mengingat cara

yang telah diajarkan dan memasukkan dalam

kegiatan hariannya.

30/12/

2010

08:30

Gangguan persepsi

sensori : halusinasi

pendengaran

SP3P :

1. Memvalidasi masalah dan

latihan sebelumnya

2. Melatih pasien mengendalikan

halusinasi dengan melakukan

kegiatan (kegiatan yang bisa

dilakukan pasien).

S :Pasien mengatakan “ saya mau melakukan

aktivitas supaya saya tidak sering melamun dan

memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian”.

O : pasien mampu melakukan aktifitas, ada kontak

mata, kooperatif

A : Pasien mampu melakukan cara control

halusinasi dengan melakukan kegiatan

63

3. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

P :

Klien: motivasi klien untuk melakukan kegiatan

yang disukai

Perawat: Melanjutkan Sp4p yaitu mengontrol

halusinasi dengan teratur minum obat

31/120/20

10

9:00

Perubahan persepsi

sensori : halusinasi

pendengaran

SP 4P

1. Memvalidasi masalah dan

latihan sebelumnya

2. Melatih pasien cara control

halusinasi dengan minum obat

3. Menganjurkan pasien

memasukkan kedalam jadwal

kegiatan harian.

S : Pasien mengatakan masih ingat cara mengontrol

halusinasi dengan menghardik, berbincang-

bincang dengan orang lain, melakukan

kegiatan. Pasien mengatakan tadi pagi juga

sudah minum obat sesuai dengan resep dokter.

O : - Pasien mau minum obat

- Pasien melakukan kegiatan seperti TAK dan

senam

A : Pasien mampu minum obat secara teratur

dengan meminta kepada perawat jika sudah

waktunya minum obat

P :

Perawat :

Optimalkan pasien minum obat secara teratur

64

1/1/2011

09:00

Isolasi sosial :

menarik diri

SP Ip :

1. mengidentifikasi penyebab

isolasi sosial pasien

2. mengidentifikasi keuntungan

berinteraksi dengan orang lain

3. mengidentifikasi kerugian tidak

berinteraksi dengan orang lain

4. melatih pasien untuk

menganjurkan pasien untuk mengontrol

halusinasinya

Klien :

Lakukan minum obat secara teratur tanpa

harus di panggil perawat

S : Pasien mengatakan lebih suka diam, jarang

berinteraksi dengan orang lain. Tn. S

mengatakan mengetahui keuntungan berinteraksi

dengan orang lain dan kerugian tidak

berinteraksi dengan orang lain. Tn. S

mengatakan sekarang sudah mengerti cara

berkenalan dengan orang lain dan sudah

65

berkenalan dengan satu orang

5. Menganjurkan pasien

memasukkan kedalam jadwal

kegiatan harian.

mempraktekkan keteman sekamar

O : Pasien Tn. S dapat memahami panyebab isolasi

sosial

A : Tn. S sudah dapat menyebutkan penyebab ia

menarik diri. Tn. S dapat memahami

keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan

kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

Tn. S sudah bisa mempraktikkan cara

berinteraksi atau berkenalan dengan orang lain.

P : lanjutkan Sp2p

Perawat:

Melanjutkan SP2p cara berkenalan dua orang

atau lebih (pasien-perawat-perawat lain)

Klien: Menyarankan pada klien untuk mencatat

keuntungan dari berkenalan dengan orang lain

dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang

lain.

66