bab iii survey dan investigasi singkat

16
III - 11 PT. SAKA BUANA YASA SELARAS Architecs Planners Engineers Management Consultants Kantor Pusat : Jl. Puncak No.5 Malang 65152 Telp.0341-354750 Fax. 0341-357557 Kantor Perwakilan : Jl. Merpati No. 6, Komp.Gatot Subroto Banjarmasin 70235 Telp 0511-3257157 Email : [email protected] LAPORAN FINAL Detail Desain Pengamanan Pantai Kuala Tambangan & Swarangan 3.1. UMUM Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah ada, pekerjaan Detail Desain Pengamanan Pantai Kuala Tambangan dan Swarangan mencakup beberapa kegiatan, yaitu : a. Melaksanakan survey lapangan pendahuluan; b. Mengkaji studi terdahulu yang sudah ada dan berkaitan dengan studi ini; c. Melakukan survey dan investigasi topografi, bathimetri, hidro-oceanografi, geologi dan mekanika tanah; d. Melaksanakan perencanaan detail desain; e. Melaksanakan perhitungan BOQ serta membuat spesifikasi teknis; dan f. Membuat laporan yang berkaitan dengan pekerjaan ini. Dengan adanya beberapa pekerjaan yang dilaksanakan selama pekerjaan studi, maka konsultan membagi pekerjaan tersebut menjadi 8 (delapan) tahapan kegiatan seperti berikut: a. Pekerjaan persiapan, b. Orientasi medan dan identifikasi lapangan, c. Penetapan pra lay out dan identifikasi data, d. Survey topografi dan investigasi, e. Analisis hidrologi, hidrolika, erosi dan sedimentasi pantai, f. Perencanaan dan penggambaran bangunan pengaman pantai, g. Pengoperasian Genesis sebagai analisa posisi garis pantai, serta h. Pelaporan. 3.2. PEKERJAAN PERSIAPAN Pekerjaan persiapan/pendahuluan merupakan tahapan kegiatan yang pertama dilaksanakan guna memperlancar hubungan antara pihak konsultan, pemberi kerja dan instansi yang terkait serta mempersiapkan semua peralatan dan personil yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini.

Upload: qitut

Post on 03-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

dokumenn

TRANSCRIPT

BAB 2

LAPORAN FINAL

Detail Desain Pengamanan Pantai Kuala Tambangan & Swarangan

3.1. UMUMBerdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah ada, pekerjaan Detail Desain Pengamanan Pantai Kuala Tambangan dan Swarangan mencakup beberapa kegiatan, yaitu :

a. Melaksanakan survey lapangan pendahuluan;

b. Mengkaji studi terdahulu yang sudah ada dan berkaitan dengan studi ini;

c. Melakukan survey dan investigasi topografi, bathimetri, hidro-oceanografi, geologi dan mekanika tanah;

d. Melaksanakan perencanaan detail desain;

e. Melaksanakan perhitungan BOQ serta membuat spesifikasi teknis; dan

f. Membuat laporan yang berkaitan dengan pekerjaan ini.

Dengan adanya beberapa pekerjaan yang dilaksanakan selama pekerjaan studi, maka konsultan membagi pekerjaan tersebut menjadi 8 (delapan) tahapan kegiatan seperti berikut:

a. Pekerjaan persiapan,

b. Orientasi medan dan identifikasi lapangan,

c. Penetapan pra lay out dan identifikasi data,

d. Survey topografi dan investigasi,

e. Analisis hidrologi, hidrolika, erosi dan sedimentasi pantai,

f. Perencanaan dan penggambaran bangunan pengaman pantai,

g. Pengoperasian Genesis sebagai analisa posisi garis pantai, serta

h. Pelaporan.

3.2. PEKERJAAN PERSIAPANPekerjaan persiapan/pendahuluan merupakan tahapan kegiatan yang pertama dilaksanakan guna memperlancar hubungan antara pihak konsultan, pemberi kerja dan instansi yang terkait serta mempersiapkan semua peralatan dan personil yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini.Tahapan kegiatan pekerjaan persiapan meliputi :

1. Menghubungi instansi terkait di daerah pada lokasi pantai yang ditinjau berkaitan dengan kebijaksanaan Pemerintah Daerah dan Rencana Umum Tata Ruang Daerah setempat.

2. Melakukan inventarisasi kondisi fisik dan penilaian tingkat kerusakan pantai yang telah terjadi serta dampaknya terhadap lingungan.

3. Mengidentifikasi permasalahanpermasalahan yang ada berkaitan dengan bangunan pengamanan pantai.

4. Menentukan batas lokasi survei dan tempat-tempat pengukuran bathymetri dan hidro-oceanografi.

5. Menentukan referensi pengukuran

3.3. PENGUKURAN TOPOGRAFIPelaksanaan survey topografi daerah pantai dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar analisis dan perencanaan bangunan pantai.

3.3.1. Pengukuran Pengikatan

Yaitu pengukuran untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal dan vertikal.

Peralatan yang digunakan antara lain: Theodolite T2 (untuk posisi horisontal), Waterpass NAK (untuk posisi vertikal), pita baja 50 meteran, 2 set bak ukur. Metode pelaksanaan sebagaimana disajikan dalam gambar berikut :

Gambar 3.1. Ilustrasi proses pengikatan

T.BM = (BT1 BT2) - KP

dengan :

T.BM= tinggi titik BM terhadap bidang referensi (LLWL)

BT1= bacaan benang tengah rambu muka

BT2= bacaan benang tengah rambu belakang

KP= koreksi nol palem.

3.3.2. Pemasangan Benchmark (BM) Baru

Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat Benc Mark (BM) baru yang penempatannya disesuaikan dengan arahan pihak Direksi Pekerjaan. Titik-titik BM baru yang terpasang ini mempunyai fungsi untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z).

3.3.3. Pengukuran Poligon

Peralatan yang digunakan adalah: 1 unit Theodolit T2, 1 buah pita baja 50 m dan 1 set bak ukur.

Dalam pengukuran poligon ada dua unsur yang perlu diperhatikan, yaitu pengukuran jarak dan pengukuran sudut jurusan.

3.3.4. Pengukuran jarak

Pada pelaksanaan pengukuran jarak biasanya digunakan pita ukur 100m, ketelian pengukuran ini tergantung dari cara pelaksanaan dan kondisi permukaan tanah yang dikur. Adapun untuk permukaan tanah/ lahan yang miring cara pengukuran diilustrasikan pada gambar berikut.

Gambar 3.2. Pengukuran jarak pada lahan yang miring

3.3.5. Pengukuran sudut jurusan

Besarnya sudut jurusan ditentukan berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon, pengukuran sudut jurusan diilustrasikan pada gambar berikut.

Gambar 3.3. Pengukuran sudut mendatar

( = (Ac - (AB

dengan :

(= sudut mendatar

(Ac= bacaan skala horisontal ke target kanan

(AB= bacaan skala horisontal ke target kiri

3.3.6. Pengukuran azimuth astronomis

Besarnya sudut jurusan ditentukan berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon, pengukuran sudut jurusan diilustrasikan pada gambar berikut.

Gambar 3.4. Pengamatan matahari

(T= (M + (, atau

(T= (M + (IT - IM)

dengan:

(T= azimuth ke target

(M= azimuth ke pusat matahari

IT= bacaan jurusan mendatar ke target

IM= bacaan jurusan mendatar ke matahari3.3.7. Pengukuran sipat datar

Pengukuran sipat datar bertujuan untuk mendapatlkan jaringan vertikal pada kerangka pemetaan:

Adapun peralatan yang diperlukan antara lain : 1 unit waterpass, 1 buah pipa baja 50 m, dan 1 set bak ukur.

Pengukuran waterpass mengikuti ketentuan sebagai berikut:

1) Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.

2) Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.

3) Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka.

4) Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang, pembacaan rambu lengkap (Ba, Bt, Bb).

5) Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2mm.

6) Jarak rambu ke alat maksimum 75 m.

7) Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.

Toleransi penutup beda tinggi (T) = (8(D)mm. dengan D adalah jarak antara 2 titik kerangka dasar vertical dalam 1 km.

3.3.8. Pengukuran situasi rinci

Pengukuran sipat datar bertujuan untuk mendapatkan kondisi situasi secara rinci dari lokasi pengukuran.

Peralatan yang perlukan adalah: 2 unit Theodolite T0, 2 set pita baja 50m dan 2 set bak ukur.

Metode pelaksanaan pengukuran situasi rinci yaitu dengan cara Tachymetrio dengan menggunakan alat ukur Theodolite kompas (T0), dan akan diperoleh data-data:

Azimuth magnetis,

Pembacaan benang diafragma (atas, tengah dan bawah)

Sudut zenith atau sudut miring,

Tinggi alat ukur.Spesifikasi pengukuran situasi adalah sebagai berikut:

Metode yang digunakan adalah tachymetry dengan membuat jalur/ ray, dimana setiap ray kat pada titik-titik polygon sehingga membentuk jalur polygon dan waterpass terikat sempurna.

Pembacaan rinci dilakukan menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan kerapatan disesuaikan dengan skala peta yang akan dibuat. Gundukan tanah, bangunan-bangunan penting, batu-batu besar yang mencolok serta garis pantai akan diukur dengan baik.

Setiap ujung dermaga (bila ada) diambil posisinya dan untuk pengecekan peta, jarak antara ujung-ujung dermaga yang bersebelahan juga perlu diukur.

3.4. SURVEY BATHIMETRISurvey bathimetri atau sering disebut pemuruman (sounding) dimaksudkan untuk mengetahui keadaan topografi dasar laut. Penentuan posisi-posisi kedalaman dilakukan menggunakan echosounder GPSMap.

Peta bathimetri diperlukan untuk mengetahui keadaan kedalaman laut di sekitar lokasi pekerjaan. Peta ini digunakan untuk mengetahui kondisi gelombang di lokasi pekerjaan. Pengukuran ini dilakukan dari arah pantai sejauh 1 km ke arah laut.

3.4.1. Penentuan Jalur Sounding

Yaitu jalur perjalanan kapal yang melakukan sounding dari titik awal sampai ke titik akhir dari areal survey. Jarak antar sounding tergantung pada resolusi ketelitian yang diinginkan. Untuk area di lokasi pengaman pantai, jaraknya dibuatnya sejauh 25 m. Untuk tiap jalur sounding dilakukan pengambilan data kedalaman perairan setiap 25m, sedangkan untuk perairan di luar daerah rencana pengaman pantai, jalur sounding dibuat dengan interval 50-100m.

Gambar 3.5. Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding

3.4.2. Peralatan survey yang diperlukan

Echosounder GPSMap dan perlengkapannya, alat ini mempunyai fasilitas GPS (Global Positioniong System) yang akan memberikan posisi alat pada kerangka horizontal dengan bantuan satelit, sehingga titik tetap di darat tidak lagi diperlukan. Alat ini juga bisa digunakan untuk mengukur kedalaman perairan dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar periran.

Notebook, untuk menyimpan data yang didownload dari alat GPSMap setiap 300 kali pencatatan data.

Perahu, untuk membawa surveyor dan peralatan survey menyusuri jalur-jalur sounding yang telah ditentukan. Kriteria perahu yang diperlukan adalah harus stabil dan mudah bermanuver pada kecepatan rendah, luas dan nyaman serta mempunyai kapasitas bahan bakar yang sesuai dengan panjang jalur sounding.

Papan duga, untuk pengamatan fluktuasi muka air laut.

Peralatan keselamatan, seperti life jacket dan lain-lain.

3.5. SURVEY HIDRO OCEANOGRAFISurvey Hidro-Oceanografi dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi perairan setempat seperti: kondisi pasang surut, arus, gelombang, sedimentasi, suhu air dan debit.

Aktifitas dalam survey Hidro-Oceanografi ini meliputi : pengamatan elevasi muka air, pengukuran arus, pengukuran gelombang, pengambilan contoh sedimen (layang dasar) dan pengukuran debit sungai.

Kondisi pasang surut, arus, gelombang, dan kondisi hidro-oceanografi tidak sama di berbagai daerah. Di suatu daerah dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan dalam empat tipe, yaitu :

1) Pasang surut harian ganda dapat didefinisikan sebagai berikut :

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama, dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

2) Pasang surut harian tunggal dapat didefinisikan sebagai berikut :

Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Periode pasang surut terjadi selama 24 jam 50 menit.

3) Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal) dapat didefinisikan sebagai berikut :

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi dan periode yang berbeda.

4) Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal) dapat didefinisikan sebagai berikut :

Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut.Tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.

Selain pasang surut harian diatas, terdapat pula pasang surut purnama dan perbani. Pasang surut ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pasang surut purnama (pasang besar) ini terjadi pada waktu bumi-matahari-bulan berada dalam satu garis lurus, sehingga gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling memperkuat. Sehingga tinggi pasang surut sangat besar dibandingkan hari-hari lain.

2. Pasang surut perbani (pasang kecil) terjadi pada saat bulan dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi sehingga gaya tarilk bulan dan matahari saling mengurangi.

Berbagai macam jenis pasang surut tersebut turut mempengaruhi tinggi rendahnya elevasi muka air laut. Untuk itu diperlukan suatu elevasi yang ditetapkan berdasarkan data pasang surut, yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan bangunan pantai. Beberapa elevasi tersebut antara lain :

1. Muka air tinggi (high water level, HWL) adalah muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang dalam satu siklus pasang surut.

2. Muka air rendah (low water level, LWL) adalah kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut.

3. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL) adalah rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.

4. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL) adalah rerata dari muka air rendah dalam periode 19 tahun.

5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL) adalah muka air rerata antara muka air tinggi rerata dengan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi di daratan.

6. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL) adalah muka air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

7. Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL) adalah muka air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

Untuk mengetahui berbagai macam jenis elevasi muka air, gelombang, dan lain sebagainya diperlukan suatu pengamatan hidro-oceanografi yang cermat. Dalam survey (pengamatan) Hidro-Oceanografi ini aktifitas yang dilakukan antara lain meliputi: pengamatan elevasi muka air, pengukuran arus, pengukuran gelombang, pengambilan contoh sedimen (layang dasar) dan pengukuran debit sungai.

3.5.1. Pengamatan Pasang Surut

Dalam survey pengamatan pasang surut peralatan yang diperlukan adalah rambu ukur, peralatan pencatanan, senter dan jas hujan.

Sedangkan metode pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan peilschaal dengan skala interval 1 cm, hasil pengamatan ini diikatkan (leveling) ke patok pengukuran topografi terdekat untuk mengetahui elevasi nol peilschaal dengan menggunakan Zeiss Ni-2 Waterpass. Sehingga pengukuran topografi, bathimetri dan pasang surut mempunyai datum/ garis referensi yang sama.

Elevasi nol peilschal = T.P + BT.1 BT.2

Dimana T.P =tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal.

Jenis pasang surut ditentukan menurut rumus:

dimana jenis pasang surut untuk nilai NF :

0 0,25= semi diurnal

0,25 1,50= mixed type (semi diurnal dominant)

1,50 3,0 = mixed type (diurnal dominant)

> 3,0

= diurnal

3.5.2. Pengukuran Gelombang Secara Visual

Pengukuran gelombang secara visual dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan selama 60 hari secara terus menerus yang mencakup pengukuran tinggi gelombang, periode gelombang, serta arah datang gelombang.

3.5.3. Pengukuran Debit Sungai

Dari data pengamatan arus di lapangan di atas selanjutnya diolah dan dihitung untuk mendapatkan kecepatan aliran rata-rata pada lokasi yang dimaksud. Perhitungan kecepatan rata-rata aliran memakai persamaan pada setiap titik penampang:

Metode 3 titik penampang: Vrata-rata = 0,25(V0,2d+2V0,6d+V0,8d)

Metode 1 titik penampang: Vrata-rata = V0,6d

Perhitungan debit dihitung dengan :

Q = V. A

3.6. PEKERJAAN PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAHKegiatan Survey Geologi dan Mekanika Tanah dalam kegiatan ini meliputi :

1. Pemboran inti di darat / pantai sebanyak 2 (dua) titik per lokasi, dengan kedalaman SPT per material 2 m.

2. Pengambilan contoh tanah (terganggu atau tidak terganggu) 20 (dua puluh) titik.

3. Sondir di darat/pantai sebanyak 20 (dua puluh) titik.

4. Pengambilan contoh sedimen (sediment sampling) 10 (sepuluh) titik.

5. Tes laboratorium mekanika tanah 20 (dua puluh) titik.

Berikut skema penyelidikan Geologi dan Mekanika Tanah :

3.6.1. Core Drilling (Pemboran Inti)

Pemboran inti bertujuan untuk mengetahui data geologi bawah permukaan untuk desain pondasi bangunan. Mesin pemboran tipe rotary drilling machine digunakan dengari NX diameter (76 mm). Pada formasi tanah dan batuan lapuk, digunakan single-tube type core barrel, dan dibor dengan metode kering tanpa sirkulasi air pemboran imtuk memperoleh core recovery yang lebih baik. Pemboran yang dilakukan pada formasi batuan keras digunakan double-tube type core barrel, dan dibor dengan cara metode basah yaitu dengan sirkulasi air pemboran. Tipe bit yang digunakan pada formasi lunak yaitu dengan tungsten bit, dan untuk formasi batuan sangat keras seperti basalt digunakan diamond bit.

Untuk menghindari kerusakan pada lubang dan mencegah air pemboran hilang. pipa casing dibutuhkan untuk dipasang. Pemboran inti dilanjutkan sampai terjadi penyumbatan atau rintangan pada tabung penginti, atau seluruh panjane tabung penginti terisi penuh. Tabung penginti dikeluarkan dari dalam lubang dan dibuka untuk mengeluarkan contoh inti. Tabung penginti dipasang kembali dan dimasukkan ke dalam lubang untuk mengambil contoh. Pekerjaan diusahakan untuk mendapatkan contoh yang terambil mencapai 100%. Inti pemboran ditempatkan pada core box kayu dimulai dari bagian awal inti sampai bagian akhir inti yang berakhir pada bagian alas sebelah kiri dari core box. Masing-masing core box memiliki lima jalur dengan panjang 1 meter. Pada bagian dimana contoh inti tidak terambil maka dibiarkan kosong pada alur di dalam kotak. Masing-masing core box diberi tanda yang menunjukkan nomor lubang dan kedalaman, dimana contoh inti itu diambil.

Foto berwama diambil pada tanah dan contoh inti batuan setiap masing-masing core box. Sebelum difoto, masing-masing core box diberi label untuk menunjukkan informasi yang diperlukan seperti nama proyek, nomor lubang bor, dan kedalaman pemboran.

Air tanah pada masing-masing lubang dicatat tiap hari selama pemboran berlangsung. Pengamatan tinggi air dibuat setiap pagi sebelum pemboran dilakukan. Tinggi air dicatat dengan menyebutkan kedalaman dan bagian paling atas dari lubang. Pengukuran ini dilakukan untuk tiap lubang selama periode pemboran. Pekerjaan laporan harian dikerjakan dalam sebuah format, mengacu pada perkembangan dan apapun yang dijumpai pada saat pemboran tiap hari. Informasi terdiri dari laporan harian, tanggal, lokasi dan nomor lubang, kedalaman air tanah, waktu saat dimulai pemboran hingga pemboran berikutnya, waktu saat pemboran selesai, kemajuan pemboran, rata-rata debit air pemboran dalam liter per menit, deskripsi kondisi batuan, tipe mesin pemboran, diameter lubang, kedalaman casing, nama personel yang terlibat dalam aktivitas pemboran.

Pembuatan drilling log dilakukan pada setiap lubang pada sebuah format dan berisi : nama lokasi, koordinat dan elevasi lubang bor, tanggal pemboran, kedalaman lubang. tipe bit, core recovery. RQD (Rock Quality Designation), deskripsi geologi, nama ahli geologi, tinggi muka air tanah, koefisien permeabilitas, nilai lugeon, dan nilai N dan SPT (Standard Penetration Test). Pada tiap lubang bor yang sudah selesai, dilaksanakan pengukuran koordinat.

3.6.2. Standard Penetration Test (SPT)

Standard Penetration Test bertujuan untuk mewakili contoh tanah dan mengukur ketahanan tanah dan penetrasi. Standard Penetration Test dibuat berdasarkan standar American Society for Testing and Materials (ASTM) Standards D 1586-84 pada interval 2 m dan kedalaman lubang bor, dimana dilaksanakan pada endapan yang tidak terkonsolidasi dan zona batuan terurai hingga menjadi tanah residu, mengikuti kemajuan dan pekerjaan pemboran inti. Kotoran yang ada di dalam lubang bor dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pengujian SPT.Split barrel sampler (Raymond sampler) dihubungkan dengan sting bor dan dimasukkan ke dalam dasar lubang, dan dipenetrasi sedalam 15 cm oleh pukulan drive hammer seberat 63,5 m yang mengenai stang bor. K-emudian tes baru bisa dimulai, Split barrel sampler dimasukkan 30 cm dengan pukulan yang dijatuhkan bebas setinggi 75 cm dan pukulan dicatat setiap 15 cm. Jumlah pukulan yang dicatat adalah pukulan kedua dan ketiga yang disebut standard penetration resistance atau N-value. Pada kasus dimana penetrasi kurang dari 30 cm dalam 50 pukulan, kedalaman penetrasi tersebut dicatat dan tes dinyatakan berakhir. Hasil standard penetration test dicatat dalam laporan harian pemboran.3.6.3. Pengambilan Contoh Tanah

A. Undisturbed Sampling (Pengambilan contoh tanah tak terganggu)

Undisturbed sampling dilaksanakan mempergunakan tabung logam sesuai specification by American Society for Testing andMatenals (ASTM) Standards D1587 83. Undisturbed sampling dilaksanakan dengan peralatan (Shelby lube) diameter 75 mm. Sebelum pengambilan contoh tanah maka material lepas /jatuhan dalam lubang bor atau dalam lubang casing diambil dengan hati-hati. Tabung Shelby tube dimasukkan kedasar lubang bor, kemudian ditekan dengan peralatan pemboran tanpa putaran. Setelah tabung contoh tanah diangkat dan terambil supaya dicatat kedalaman contoh tanah tersebut. Kemudian ujung tabung ditutup dengan paraffin cair diberi label serta dibawa dengan hati-hati ke laboratorium.

B. Disturbed Sampling (Pengambilan contoh tanah terganggu)

Pengambilan contoh terganggu dilakukan dari lubang pemboran yang sudah terambil dan diambil secara seleksi di dalam kotak contoh tanah lalu dilakukan pengujian di laboratorium.

3.6.4. Dutch Cone Penetration Test (Sondir)

Dutch Cone Penetration Test dilaksanakan untuk mengetahui daya dukung dan lekatan tanah yang terjadi. Pengujian dilakukan sesual specification by American Society for Testing and Materials (ASTM) Standards D 3441 86.

Mesin penekan dipasang dengan arah tegak lurus. Kecepatan penetrasi masuk antara 10-20 mm/detik dipertahankan untuk mendekatkan data perlawanan konus. Ujung penetrometer dimajukan ke kedalaman yang dalam diberi tekanan secukupnya untuk mendorong ujung penetrometer. Nilai perlawanan konus pada suatu titik diperoleh ketika stang dalam keadaan bergerak ke bawah sedangkan stang luar dalam posisi diam. Penekanan dilakukan pada stang luar untuk memajukan ujungnya sampai kedalaman pengujian berkutnya. Dengan mengulangi prosedur ini secara menerus maka nilai perlawanan konus pada setiap pertambahan kedalaman diperoleh laju pertambahan kedalaman dibuat tidak melebihi 20.

Dengan menggunakan penetrometer yang sama, penekanan dilakukan pada stang dalam, sehingga nilai dua perlawanan konus diperoleh. Nilai perlawanan konus yang pertama diperoleh pada tahap awal kemajuan. Bila bagian bawah ujung terjadi perlawanan maka akan menggeser mantel konus, Pengukuran konus adalah untuk mendapatkan jumlah nilai dan konus di bawah dengan mantel. Hasil pengurangan antara keduanya adalah merupakan nilai hambatan lekat. Setiap hasil pengujian dilaporkan dalam bentuk grafik tekanan konus dan tahanan tanah (lekatan) seiring dengan kedalamannya.

3.6.5. Laboratory Tests standard (Pengujian Laboratorium)

Pengujian laboratorium untuk mengetahui kondisi teknis pondasi tanah. borrow area, sumber material pasir dan agregat kasar. Pengujian standard sesuai specification by American Society/or Testing and Materials (ASTM) Standards sebagai berikut :a. Undisturbed Sample

Natural water content

Specific gravity

Natural density

Atterberg limits

Sieve analysis and Hydrometer

Triaxial (UU)

Consolidation

Swelling test

Unconfined compression strength

b. Core Material

Specific gravity

Density

Natural water content

Atterberg limits

Sieve analysis and Hydrometer

Compaction

Triaxial (CU)

Consolidation

Permeability

Dispersive

c. Sand Material

Grain Size Analysis

Specific gravity & Absorption

Soundness

Organic Impurities Content

Clay Content

MR+ASR

d. Rock Material

Specific gravity & Absorption

Soundness

Abrasion

MR+ASR e. Rock Foundation

UnconfinedofRock

: ASTM D 2216-80

: ASTM D 854 - 83

: ASTM 0,2937 - 83

: ASTM 0,4316 - 84

: ASTM D 422-63 (1972)

: ASTM 0,2850 - 87

: ASTM 0,2435 - 80

: ASTM D 4829 - 88

: ASTM D 2166-85

: ASTM D 854 - 63

: ASTM 0,293 7-83

: ASTM 0,2216-80

: ASTM D 4318-84

: ASTM 0,422-63 (1972)

: ASTM D 596 - 78

: ASTM D 4767 - 88

: ASTM D 2435 - 80

: ASTM D 2434-68 (1974)

: ASTM D 4221 - 83a

: ASTMC13S-46

: ASTM C 97-83 (1988)

: ASTM C 88 - 83

: ASTM C 40 - 84

: ASTM D 1140-54 (1971)

: ASTM C 289 - 87

: ASTMC97-83(1968)

: ASTMC88-83

: ASTMC535-89

: ASTMC289-87

: ASTM D 2938 - 86

BT 1

MSL

Z 0

B M

BT 2

T BM

0,0 LLWL

KP

0 palem

d1

A

d3

Jarak AB = d1+d2+d3

d2

1

2

B

B

C

A

(AB

(Ac

(

matahari

Target

U (geografi)

(T

Meredian pengamat

(M

I T

I M

(

Jalur Sounding

Laut

Pantai

KEGIATAN LAPANGAN :

1. Pemboran inti

2. SPT

3. Pengambilan sample tanah

4. Sondir

KEGIATAN LABORATORIUM :

Penelitian :

1. Undisturbed Sample

2. Core Material

3. Sand Material

4. Rock Material dengan ASTM

P GEOLOGI & MEKANIKA TANAH

_1176918651.unknown