bab iii sosek

14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.3 Indikator Pertanian Berlanjut dari Sosial Ekonomi 3.1.3.1 Economically Viable (Keberlangsungan Secara Ekonomi) Tabel 3.1 Biaya Usahatani Plot 1 (Hutan) Keterangan Unit Satuan Harga/unit Jumlah biaya/mus im Sewa lahan(ha) ½ Ha Rp 3.000.000 Rp 3.000.000 Total Biaya Tetap Rp 3.000.000 Bibit : 800 Rp 1.500 Rp 1.500 Rp 1.200.000 Pupuk : 1 1 1 1 sak sak sak sak Rp 90.000 Rp 75.000 Rp 120.000 Rp 115.000 Rp 90.000 Rp 75.000 Rp 120.000 Rp 115.000 Pestisida kimia: Rp 125.000 Rp 125.000 Rp 125.000 Pestisida organik: Rp 45.000 Rp 45.000 Rp 45.000 Tenaga kerja: Dalam

Upload: setiawan07

Post on 27-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

htyky

TRANSCRIPT

Page 1: Bab III Sosek

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.3 Indikator Pertanian Berlanjut dari Sosial Ekonomi3.1.3.1 Economically Viable (Keberlangsungan Secara Ekonomi)

Tabel 3.1 Biaya Usahatani Plot 1 (Hutan)

Keterangan Unit Satuan Harga/unitJumlah

biaya/musimSewa lahan(ha)

½ Ha Rp 3.000.000 Rp 3.000.000

Total Biaya Tetap Rp 3.000.000Bibit : 800 Rp 1.500 Rp 1.500 Rp 1.200.000Pupuk :

1111

saksaksaksak

Rp 90.000Rp 75.000Rp 120.000Rp 115.000

Rp 90.000Rp 75.000Rp 120.000Rp 115.000

Pestisida kimia: Rp 125.000 Rp 125.000 Rp 125.000

Pestisida organik: Rp 45.000 Rp 45.000 Rp 45.000

Tenaga kerja:Dalam keluarga:

PerempuanLaki-laki

Luar keluarga:PerempuanLaki-laki

26

Rp 40.000Rp 50.000

Rp 40.000Rp 50.000

Rp 80.000Rp 300.000

Total Biaya Variabel Rp 2.150.000

Total Biaya (Total Biaya Variabel+Total Biaya Tetap) Rp 5.150.000

Nama naeasumber yang diwawancarai adalah Bapak Suwono. Adapun, jenis usahatani yang dikembangkan adalah kopi robusta. Dari luasan lahan 0,5 hektar, dihasilkan 2 ton kopi basah dengan harga jual Rp 5.500,- per kilogram. Penerimaan yang diperoleh Bapak Suwono sebesar Rp 11.000.000,-, sehingga keuntungan yang diperoleh adalah Rp 5.850.000,-. Melalui analisis R/C ratio

Page 2: Bab III Sosek

(Return Cost Ratio) dapat diketahui apakah usahatani yang dijalankan oleh petani layak dan efisien sehingga nantinya dapat dikatakan berlanjut secara ekonomi.

R/C = TR / TC = 11.000.000 / 5.850.000

= 1.8Dari perhitungan analisis R/C ratio yang telah dilakukan, dapat diketahui

bahwa usahatani kopi yang dijalankan oleh Bapak Suwono layak sehingga patut untuk dilanjutkan dan dikembangkan. Dalam 0,5 Ha lahan miliknya, untuk setiap 1 rupiah yang dikeluarkan sebagai biaya produksi, diperoleh penerimaan sebesar 1, 8 rupiaah. Artinya, petani memperoleh keuntungan sebesar 0,8 rupiah setiap dari 1 rupiah yang dikeluarkan untuk usahatani kopi robusta ini.

Tabel 3.2 Biaya Usahatani Plot 2 (Agroforestry)

Keterangan Unit SatuanHarga/unit

(Rupiah)

Jumlah biaya/musim

(Rupiah)Sewa lahan (ha)

2 Ha 3.000.000 6.000.000

Penyusutan alat:CangkulSabitKeranjang

666

BuahBuahBuah

20001000500

12.0006.0003.000

Total Biaya Tetap 6.021.000Bibit Kopi 8.000 Bibit 300 2.400.000

Pupuk :KimiaZaTSPKClOrganikPupuk kandang

404040

40

KarungKarungKarung

Karung

90.00080.00070.000

20.000

3.600.0003.200.0002.800.000

800.000

Tenaga kerja:Luar keluarga:PerempuanLaki-laki

61

OrangOrang

30.00035.000

180.00035.000

Total Biaya Variabel 13.015.000

Page 3: Bab III Sosek

Total Biaya (Total Biaya Variabel+Total Biaya Tetap) 19.036.000

Tabel 3.3 Penerimaan Usahatani Plot 2

No. Jenis Komoditas

Jumlah Harga per Satuan(Rp)

Total(Rp)

1 Kopi 4 ton/ 2 ha 25.000 /kg 100.000.000Total Penerimaan 100.000.000

Tabel 3.4 Keuntungan (Pendapatan) Usahatani Plot 2Keterangan Nominal (Rp)

Biaya Total (Total Cost) 19.036.000Penerimaan (Total revenue) 100.000.000Pendapatan/Keuntugan Bersih 80.964.000

Analisis Kelayakan Usahatani Plot 2R/C Ratio

R/C = TR / TC=100.000.000/19.036.000=5,25

Petani yang dijadikan narasumber dalam analisis usahatani di plot Agroforestry adalah Bapak Ngatemun. Berdasarkan data hasil wasil wawancara didapatkan hasil bahwa untuk mengelola lahan seluas 2 Ha , dengan komoditas utama adalah kopi. Biaya total (TF + TV) yang dibutuhkan sebesar Rp 19.036.000,00. Dari modal tersebut, petani memperoleh hasil jual sebesar Rp 100.000.000,00. Oleh kareana itu, pendapatan bersih yang diperoleh langsung dari praktek usahatani ini sebesar Rp 80.964.000, 00. Sementara itu, dari analisis kelayakan dan tingkat efisiensi dari perhitungan R/C ratio, didapatkan hasil bahwa usahatani yang dijalankan oleh petani sebesar 5, 25. Dengan nilai R/C ratio tersebut maka dapat dikatakan usaha tani yang dijalankan bisa dikatakan sangat layak untuk dijalankan karena memilikil R/C ratio >1.

Page 4: Bab III Sosek

Tabel 3.5 Analisis Usahatani Plot 3 (Tanaman Semusim)Keterangan Unit Satuan Harga/unit Jumlah

biaya/musimSewa lahan(ha) 0,5 ha Rp. 2.500.000 Rp. 833.000Total Biaya Tetap Rp 833.000

Bibit Padi 15 kg Rp. 2.600 Rp. 39.000

Pupuk:a. Ureab. ZAc. SP36d. KCle. Pupuk

Kandang

54235

saksaksaksaksak

Rp. 90.000Rp. 70.000

Rp. 100.000Rp. 80.000Rp. 20.000

Rp. 450.000Rp. 280.000Rp. 200.000Rp. 240.000Rp. 100.000

Pestisida kimia:- Primaton 1 liter Rp. 50.000/

0,5 literRp. 100.000

Pestisida organik: - - - -

Tenaga kerja:Dalam keluarga:

PerempuanLaki-laki

Luar keluarga:PerempuanLaki-laki

-1

22

-Orang

Orangorang

-Rp. 50.000

Rp. 50.000Rp. 50.000

-Rp. 50.000

Rp. 100.000Rp. 100.000

Total Biaya Variabel Rp. 1.659.000

Total Biaya (Total Biaya Variabel+Total Biaya Tetap) Rp. 2.492.000

Tabel 3.5 Tabel Penerimaan Usahatani Plot 3 (Tanaman Semusim)

Jenis Komoditas

Produksi (unit) Harga (per unit) Jumlah (Rp)

Padi 3 ton (0,5 ha) Rp 4000/kg (gabah kering)

Rp. 12.000.000,-

Total Penerimaan Rp. 12.000.000,-

Page 5: Bab III Sosek

Tabel 3.6 Keuntungan Usahatani Plot 3 (Tanaman Semusim)No. Biaya Total Biaya (Rp)1. Penerimaan (Total Revenue) Rp 12.000.000,-2. Total Biaya (Total Cost) Rp 2.492.000,-Keuntungan Rp 9.508.000,-

Nilai R/C Ratio

R/C = TR / TC= 12.000.000 / 2.492.000= 4,82

Narasumber analisis ekonomi dalam plot tanaman semusim adalah Bapak Juari. Dari usahatani padi yang dilakukan beliau pada luasan lahan 0,5 Hektar diperoleh hasil produksi sebesar Rp 12.000.000, 00. Dari hasil tersebut, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usahatani sebesar Rp 2.492.000, 00. Dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa keuntungan yang diperoleh Pak Juari dalam melakukan usahatani padi adalah Rp 9.508.000, 00. Analisis dari segi kelayakan adalah perhitungan R/C ratio. Nilai R/C didapatkan sebesar 4,82, karena nilai R/C rasio > 1 maka usahatani yang dijalankan layak untuk dilanjutkan karena dapat menghasilkan keuntungan yang besar dan dapat menuju keberlanjutan.

Tabel 3.7 Biaya Usahatani Plot 4 (Pemukiman)Biaya Tetap

Keterangan UnitSatuan

Harga/unitJumlah

biaya/musimSewa lahan(ha) 6000 M2 Rp 6.600.000, 00 Rp 2.200.000, 00

Total Rp 2.200.000, 00Biaya Variabel

Keterangan UnitSatuan

Harga/unitJumlah

biaya/musim

Bibit Kubis 250 g Rp 825.000, 00 Rp 825.000, 00

Pupuk : Urea PHONSKA

25

KwKw

Rp 100.000/50 kgRp 100.000/50 kg

Rp 400.000, 0Rp 1.000.000, 00

Pestisida kimia:

Page 6: Bab III Sosek

LUDO 600 ml L Rp 120.250/200 ml Rp 360.750, 00

Pestisida organik: - - - -

Tenaga kerja:Dalam keluarga:

PerempuanLaki-laki

Luar keluarga:PerempuanLaki-laki

11 HOK Rp 25.000 Rp 275.000, 00

Total Rp 2.860.750, 00Total Biaya (Total Biaya Variabel+Total Biaya Tetap) Rp 5.060.750, 00

Jenis Tanaman

Luas Tanam JumlahProduksi Harga/unit Nilai Produksi

Kubis 6000 m2 2.580 kgg Rp 1.500, 000 Rp 15.480.00, 000

Tabel 3.8 Penerimaan/Total Produksi Usahatani Plot 4 (Pemukiman)

Total biayaTC = TFC + TVC

= Rp 2.200.000 + Rp 2.860.750= Rp 5.060.750

Penerimaan TR = Q x PTR = 2.580 kg x Rp 1.500

= Rp 15.480.000/kg GFFI (Gross Farm Family Income)

GFFI = penerimaan total – biaya yang dibayarkan= Rp 15.480.000- Rp 5.060.750= Rp 10.419.250, 00

Keuntungan Π = TR –TC

= Rp 15.480.000, 00- Rp 5.060.750, 00= Rp 10.419.250, 00

Analisis Kelayakan Usaha tani R/C ratio

Page 7: Bab III Sosek

R/C ratio sayuran kubis = TR/TC= 10.419.250/5.060.750= 2, 05

Petani narasumber pada plot pemukiman adalah Bapak Darmuji. Dari penuturan Beliau, usahatani kubis yang dilakukannya adalah pada luasan 6.000 m2. Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperlukan biaya sebesar Rp 5.060.750, 00 dalam melakukan usahatani tersebut. Sementara itu, dari luasan lahan tersebut didapatkan hasil sebesar Rp 15.480.000, 00 sehingga keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp 10.419.250, 00. Berdasarkan perhitungan tingkat efisiensi dan kelayakan usahatani menggunakan analisis R/C ratio, didapatkan hasil sebesar 2, 05. Dalam kategori ini, usahatani milik Pak Darmuji dikatakan layak untuk dikembangkan. Dari hasil tersebut, usaha yang dillakukan memperoleh kauntungan sebesar 1, 05 rupiah dari setiap 1 rupiah yang dikeluarkannya untuk melakukan usahatani ini.

3.1.3.2 Ecologically Sound Lingkup ekologi yang ada di desa Tulungrejo meliputi kawasan hutan,

agroforestry, lahan tanaman semusim, dan pemukiman. Lahan hutan dan agroforestry dimanfaatkan penduduk setempat untuk usahatani kopi. Dari kegiatan yang dilakukan pada lahan tersebut, petani tidak menambahkan input yang dapat merusak kelestarian alam seperti pestisida kimia maupun pupuk kimia. Selain itu, petani juga tidak secara intensif mengolah lahannya, hanya seperlunya saja. Di lahan agroforestry sendiri, budidaya kopi dilakukan dengan cara tumpangsari dengan tanaman jahe, cabai, dan juga rumput gajah. Selain itu, ditanam pula tanaman penaung berupa tanaman sengon, waru dan ampu. Dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan usahatani yang dilakukan ramah lingkungan dan berpedoman pada prinsip pertanian berkelanjutan.

Usahatani yang dilakukan pada plot tanaman semusim dapat dikatakan kurang ramah laingkungan. Hal ini dikarenakan petani menggunakan input kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama. Pada kawasan ini masyarakat mayoritas menanam kubis, jagung dan rumput gajah serta jahe dan padi saat musim hujan sebagai komoditas budidaya. Pengetahuan dan kesadaran petani mengenai pertanian yang ramah lingkungan telah ada, namun karena ketakutan tidak panen, petani masih menggunakan pestisida dan juga pupuk kimia. Penggunaan sesuai dengan dosis dirasa cukup untuk menjaga lingkungan tetap aman. Namun, tetap saja residu dari pestisida akan tersimpan di alam.

Diversifikasi sumber pendapatan berasal dari hasil ternak sapi perah. Peternakan ini tentunya menghasilkan limbah yang tidak sedikit. Petani telah berhasil mengubah limbah ini menjadi hal yang dapat dimanfaatkan sehingga

Page 8: Bab III Sosek

tidak menjadi pencemar di lingkungan sekitar. Produk olahan dari limbah peternakan ini adalah biogas dan kompos.

Berdasarkan pada hal yang telah disebutkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa area pada plot tanaman semusim dan pemukiman mempunyai kondisi yang cukup sehat. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang sesuai dosis diimbangi dengan penggunaan pupuk organik merupakan suatu langkah menuju lingkungan yang ramah lingkungan. Selain itu, pengolahan limbah yang tepat dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Jika terus dilakukan pengembangan dan dilakukan secara bertahap, maka pertanian yang ramah lingkungan akan terwujud. Sementara itu, pada plot hutan dan agroforestry harus tetap dipertahankan pengelolaannya.

3.1.3.3 Socially Just (Berkeadilan Menganut Azas Keadilan) Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, praktek usahatani

menganut pada azaz keadilan. Hal ini diwujudkan dari tidak adanya konflik yang terjadi antar petani. Meski tidak semua petani tergabung dalam kelompok tani, namun kehidupan dalam berusahatani masil berjalan dengan rukun dan baik. Dimulai dari pembagian air irigasi yang merata serta kegiatan gotong royong pembangunan saluran irigasi yang dilakukan, kegiatan ini menambah kerukuna dan guyup antar petani. Sementara itu, bagi petani yang tergabung dalam kelompok tani, praktek usahatani yang dilakukan diberdayakan dengan adanya kelembagaan berupa Kelompok Tani Rukun Makmur untuk pertaniannya, sedangkan untuk peternakan sapi perah diberdayakan dengan adanya Kelompok Tani Sido Makmur. Melalui lembaga ini, usahatani dapat terselenggara dengan baik, adil dan rukun. Segala permasalahan diselesaikan dan dimusyawarahkan melalui forum yang diadakan. Pertemuan secara rutin juga dilaksanakan, biasanya akan dibahas mengenai pemilihan bibit saat musim tanam, pengendalian hama dan penyakit yang baru dan susah untuk dikendalikan, serta saling memberikan informasi mengenai perkembangan usahatani yang dilakukan saat itu. Selain itu, ada peraturan desa yang harus ditaati oleh setiap masyarakat dalam pemanfaatan lahanya. Peraturan tersebut dibuat oleh pemerintah desa berdasarkan kesepakatan bersama. Masyarakat yang melanggar peraturan tersebut akan dikenakan sanksi, bukan merupakan sanksi secara hukum namun sanksi sosial yang berasal dari masyarakat itu sendiri.

3.1.3.4 Culturally Acceptable (Berakar Pada Kebudayaan Setempat) Kegiatan usahatani petani di desa Tulungrejo dapat dikatakan berakar

pada kebudayaan setempat. Beberapa petani masih menggunakan kalender jawa

Page 9: Bab III Sosek

(pranoto mongso) dalam melakukan kegiatan usahataninya. Selain itu, terdapat suatu ritual yang selalu dilakukan oleh masyarakat setempat, yaitu adanya perayaan/syukuran yang dilakukan pada hari tertentu yang diikuti masyarakat desa bertempat dipinggir sungai desa. Secara adat tempat tersebut dilindungi oleh masyarakanya. Dilakukannya acara tersebut dengan tujuan sebagai bentuk rasa syukur dan ucapan terima kasih terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rizki dan kelancaran dalam bekerja (bercocok tanam). Kearifan lokal lain yang dijalankan oleh petani adalah dengan menggunakan dedaunan tumbuhan yang digunakan untuk membuat pestisida nabati. Bahan dari pestisida ini adalah daun sirsak yang diperoleh secar di sekitar pekarangan warga karena tumbuh sangat banyak. Pestisida ini digunakan untuk pengedalian hama walang sangit. Penggunaan dari pestisida ini menunjukkan bahwa petani sekitar masih bisa bersahabat dengan alam dan memanfaatkan apa yang sudah diberikan oleh alam.