agribisnis dan pengembangan ekonomi...
TRANSCRIPT
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
i
ISBN: 978-602-7998-43-8
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN
EKONOMI PERDESAAN I
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO
MADURA
2014
Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
ii
AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I
Penanggung Jawab:
Ketua Program Studi Agribisnis Universitas Trunojoyo Madura
Editor:
Andrie Kisroh Sunyigono
Ellys Fauziyah
Mardiyah Hayati
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2014
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
iii
Katalog dalam Terbitan
Proceeding: Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura,
UTM Press 2014
viii + 396 hlm.; 17x24 cm
ISBN 978-602-7998-43-8
Editor: : Andrie Kisroh Sunyigono
Ellys Fauziyah
Mardiyah Hayati
Layouter : Taufik R D A Nugroho
Cover design : Didik Purwanto
Penerbit : UTM Press
* Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang PO Box. 2 Kamal Bangkalan
Telp : 031-3013234
Fax : 031-3011506
Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
iv
KATA PENGANTAR
KETUA PANITIA
Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji kami panjatkan ke hadapan Illahi atas terselenggaranya Seminar
Nasional “Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I” Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 21 Mei
2014. Seminar ini merupakan seminar yang diselenggarakan secara mandiri oleh
Program Studi Agribisnis untuk pertama kalinya dan direncanakan dilakukan secara
rutin tiap tahun. Tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah untuk: 1) Memberikan
rekomendasi kebijakan, langkah dan strategi dalam upaya pengembangan sektor
agribisnis yang terkait erat dengan wilayah perdesaan, 2) Memberikan wadah untuk
berbagi pengalaman dan tukar menukar ide bagi semua stakeholder terkait baik
akademisi, pelaku bisnis dan pemerintah, 3) Menumbuhkan komitmen bersama dalam
pengembangan sektor agribisnis yang bertitik tumpu pada wilayah perdesaan dalam
upaya mencapai visi pembangunan pertanian. Selanjutnya, pada akhir seminar
diharapkan tergalang sinergi untuk meningkatkan mutu dan dayaguna penelitian dan
dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang berwenang dalam pengambilan
kebijakan.
Makalah kunci disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS selaku Guru
Besar Universitas Brawijaya Malang, dan makalah utama oleh Dr.Ir. Agus Wahyudi,
SE; MM (Badan Pengembangan Wilayah Suramadu/BPWS), Andrie Kisroh Sunyigono,
PhD selaku Pakar Ekonomi Pertanian Universitas Trunojoyo Madura dan. Dr. Sitti Aida
Adha Taridala, SP, M.Si sebagai pemakalah terbaik dari Universitas Halu Uleo.
Disamping itu terdapat makalah penunjang bersumber dari berbagai instansi/lembaga
penelitian seperti BPTP antara lain dari Bogor dan Jawa Timur, Loka Penelitian Sapi
Potong Pasuruan, serta Perguruan Tinggi dari berbagai wilayah seperti Jakarta,
Gorontalo, Bandung, Tegal, Surabaya, Malang dan Madura. Topik-topik yang disajikan
sangat bervariasi, secara garis besar terhimpun ke dalam 4 bidang yakni agribisnis,
sosiologi, nilai tambah dan sosial ekonomi.
Terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi utamanya PT
Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO).
Akhirnya selamat mengkaji makalah-makalah di prosiding ini.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatu
Bangkalan, Juni 2014.
Ketua Panitia,
Ihsannudin, MP.
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KETUA PANITIA ................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
AGRIBISNIS
MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN PERMASALAHANNYA .................................. 3
P. Julius F. Nagel
TANGGAPAN KONSUMEN TERHADAP ECO-LABEL PADA PRODUK
PERTANIAN ............................................................................................................... 14
Joko Mariyono
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI
TERHADAP STRATEGI BERSAING DAN KINERJA PERUSAHAAN ................ 21
Hary Sastrya Wanto, Ruswiati Suryasaputra
PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL UNTUK PENINGKATAN
SEKTOR PERTANIAN .............................................................................................. 32
Renny Oktafia
PENINGKATAN MUTU BUAH APEL SEPANJANG RANTAI PASOK
DARI PASCAPANEN SAMPAI DISPLAY SUPER MARKET ............................... 41
I Nyoman Sutapa, Jani Rahardjo, I Gede Agus Widyadana, Elbert Widjaja
ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI
LOKAL KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG ................... 57
Selamet Joko Utomo
RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR UTAMA
KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN ............................................ 68
Lilis Suryani, Aminah H.M Ariyani
KELAYAKAN EKONOMI USAHA GARAM RAKYAT DENGAN
TEKNOLOGI MADURESSE BERISOLATOR ......................................................... 83
Makhfud Efendy, Ahmad Heryanto
STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PLINTIR PISANG DI
KECAMATAN ARJASA KEPULAUAN KANGEAN ............................................. 107
Mu’awana, Taufik Rizal Dwi Adi Nugroho
SOSIOLOGI
RELASI AKTOR DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
PRODUK TERRA (TERONG RAKYAT) ................................................................. 121
Titis Puspita Dewi, Mohammad Asrofin, Erwin Merawati, Ali Imron
Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
vi
PERLUNYA KECUKUPAN BAHAN PANGAN DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN MASYARAKAT SECARA NASIONAL ........................................ 133
Isbandi dan S.Rusdiana
RELASI SEGI TIGA SISTEM KREDIT DALAM MASYARAKAT
PERDESAAN STUDI KASUS DI DESA MAJENANG, KECAMATAN
KEDUNGPRING, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR .......................... 146
Indah Rusianti, Faridatus Sholihah, Arini Nila Sari
DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI PEMBANGUNAN AGROPOLITAN
DI DESA NGRINGINREJO, KECAMATAN KALITIDU, KABUPATEN
BOJONEGORO .......................................................................................................... 159
Alifatul Khoiriyah, Santi Yuli Hartika, Yunny Noevita Sari, dan Ali Imron
PEMANFAATAN PERAN MODAL SOSIAL PADA PEKERJA SEKTOR
INFORMAL PEREMPUAN (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Perempuan Di
Kota Malang) .............................................................................................................. 168
Ike Kusdyah Rachmawati
PROGRAM AKSI MEDIA KOMUNITAS PEDESAAN BAGI WARGA
KEPULAUAN TIMUR MADURA SEBAGAI SARANA PENINGKATAN
AKSES, KETERBUKAAN INFORMASI, DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK ..... 181
Surokim, Teguh Hidayatul Rachmad
MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI
PROVINSI GORONTALO ........................................................................................ 194
Mohamad Ikbal Bahua
NILAI TAMBAH
PENERAPAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK
PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN WORTEL ...... 213
Yurida Ekawati, Surya Wirawan Widiyanto
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS JAGUNG DI
KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 224
Weda Setyo Wibowo, Banun Diyah Probowati, Umi Purwandari
STRATEGI PENGUATAN POSISI TAWAR PETANI KENTANG MELALUI
PENGUATAN KELEMBAGAAN ............................................................................ 234
Ana Arifatus Sa’diyah dan Dyanasari
INOVASI TEKNOLOGI SAPI POTONG BERBASIS MANAJEMEN
BUDIDAYA DAN REPRODUKSI MENUJU USAHATANI KOMERSIAL .......... 250
Jauhari Efendy
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
vii
POTENSI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI PELUANG BISNIS PUPUK
ORGANIK DAN PAKAN TERNAK ......................................................................... 258
Jajuk Herawati, Yhogga Pratama Dhinata, Indarwati
UJI KELAYAKAN PENGOLAHAN SERBUK INSTAN BEBERAPA
VARIETAS JAHE DALAM UPAYA MENINGKATKAN NILAI EKONOMI ...... 270
Indarwati, Jajuk Herawati, Tatuk Tojibatus, Koesriwulandari
POTENSI CACING TANAH SEBAGAI PELUANG BISNIS ................................. 280
Yhogga Pratama Dhinata, Jajuk Herawati, Indarwati
PEMBUATAN DAGING TIRUAN MURNI (MEAT ANALOG) SEBAGAI
UPAYA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK .......................................... 290
Sri Hastuti
STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN USAHATANI TEBU DI
MADURA301
Miellyza Kusuma Putri, Mokh Rum
STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI
KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 312
Iffan Maflahah
SOSIAL EKONOMI
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PEKARANGAN MELALUI PROGRAM
KRPL DI PUHJARAK, KEDIRI ................................................................................ 331
Kuntoro Boga Andri dan Putu Bagus Daroini
PERSEPSI PETANI TERHADAP NILAI LAHAN SEBAGAI DASAR
PENETAPAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN .......... 343
Mustika Tripatmasari, Firman Farid Muhsoni, Eko Murniyanto
PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) TUNAS
MAJU DI KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO .......... 351
Eni Istiyanti, Lestari Rahayu, Supriyadi
VEGETABLE CONSUMPTION PATTERN IN EAST JAVA AND BALI ............. 367
Evy Latifah, Hanik A. Dewi, Putu B. Daroini, Kuntoro B. Andri,Joko
Mariyono
ANALISIS DINAMIKA PERDAGANGAN BERAS DAN GANDUM DI
INDONESIA ............................................................................................................... 381
Tutik Setyawati
KERAGAAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI
DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI DI LOKASI
PENDAMPINGAN SL-PTT KABUPATEN SAMPANG ......................................... 389
Moh. Saeri, Sri Harwanti dan Suyamto
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
381
ANALISIS DINAMIKA PERDAGANGAN BERAS DAN GANDUM
DI INDONESIA
Tutik Setyawati
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur
Jln. Raya Karangploso Km 4, PO. Box 188. Malang. 65101
ABSTRAK
Peran produk pertanian dalam perdagangan barang relatif kecil, namun mempunyai
peran yang dominan. Ekonomi pangan dan pertanian akan mengalami dinamika dan
tantangan baru yang semakin kompleks, karena sektor pertanian tidak hanya
menyediakan pangan untuk konsumsi tetapi mendorong keberadaan minyak nabati. Di
Negara berkembang konsentrasi sektor pertanian masih sekitar penyediaan pangan dan
perdagangannya. Komoditas primadonanya diantaranya terigu dan beras. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kedudukan beras dan gandum Indonesia
dalam perdagangan pangan internasional. Kedudukan dua komoditas tersebut dalam
suatu negara terhadap perdagangan dapat dihitung dari nilai RCA (Revealed
Comparative Advantage/Nilai Daya Saing) dan Trade Specialization Index/Indeks
Spesialisasi Perdagangan (ISP). Penelitian menggunakan data sekunder tahun 2001-
2013. Hasil penelitian menunjukkan Daya saing komoditas beras dan gandum di
Indonesia rendah, kecuali pada tahun 2005 dan tahun 2007 (beras) dan tahun 2009
(gandum) dan cenderung menjadi negara importir. Komoditas beras masih memiliki
keunggulan komparatif pada perdagangan antar daerah dan substitusi impor, sehingga
pengembangannya diutamakan untuk kedua hal tersebut. Pada komoditas gandum,
pengembangan produksi masih dianggap kurang efektif, dan adanya volume impor yang
terus meningkat, sehingga perlu diupayakan alternatif sumber pertumbuhan produksi
baru, khususnya melalui pengembangan teknologi biologis (varietas unggul baru).
Dalam hal perdagangan, perhatian terhadap komoditas tidak hanya pada volume
produksi, namun perlu pula terobosan untuk meningkatkan daya saing.
Kata kunci: Beras, Gandum, Ekspor, Impor, Daya Saing
DYNAMICS ANALYSIS OF RICE AND WHEAT TRADE IN INDONESIA
ABSTRACT
The role of agricultural products in trade in goods is relatively small, but has a
dominant role. Food economics and agriculture will experience new dynamics and
challenges of an increasingly complex, becouse the agricultural sector not only
providing food for consume but to encourage the presence of vegetable oil. In
developing countries the agricultural sector concentration is about the provision of food
and trade. Primadonanya commodities including wheat and rice. The purpose of this
study to determine how much rice and wheat Indonesian position in the international
food trade. The position of the two commodities to trade in a country can be calculated
from the value of the RCA (Revealed Comparative Advantage/Value Competitiveness)
and Trade Specialization Index (ISP). The study uses secondary data years 2001-2013. The results showed competitiveness of rice and wheat in Indonesia is low, except in
2005 and 2007 (rice) and in 2009 (wheat) and tend to be importers country. Rice still
has a comparative advantage in inter-regional trade and import substitution, so the
Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
382
development priority for both. In commodities wheat, production development is still
considered to be less effective, and the presence of the ever-increasing volume of
imports, so that should be pursued alternative sources of new production growth,
particularly through the development of biological technologies (new varieties). In
terms of trade, commodity attention to not only the volume of production, but it is also
necessary to increase competitiveness breakthrough.
Keywords: Rice, Wheat, Exports, Import, Competitiveness
PENDAHULUAN
Di tingkat global, peran produk pertanian dibandingkan dengan total barang
yang diperdagangkan relatif kecil. Pada tahun 2004 peran produk pertanian hanya
mencapai 9%, namun di dalam produk pertanian global itu sendiri, pangan mengambil
peran yang dominan yaitu mencapai sekitar 80%. Hal tersebut tidak hanya menyangkut
ekspor untuk memperoleh devisa yang sangat diperlukan untuk pembangunan, tetapi
juga keterlibatan banyak petani sempit atau peternak kecil yang menggantungkan hidup
dari sektor ini (Husain Sawit, 2008).
Ekonomi pangan dan pertanian secara umum akan mengalami dinamika dan
tantangan baru yang semakin kompleks. Sebagian besar negara yang memiliki
sumberdaya alam yang agak berlimpah, saat ini sedang mengembangkan bahan bakar
biologi (biofuel), yang juga telah mendorong meningkatnya terhadap permintaan
minyak nabati dunia. Pemanfaatan komoditas pertanian tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan pangan, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan energi. Akibatnya harga
komoditas pangan dunia yang dapat digunakan untuk energi akan meningkat tajam,
bahkan ketika harga pangan lain cenderung menurun (Arifin, 2009).
Konsentrasi produksi pangan dan perdagangan pangan bukan di negara
berkembang namun terjadi justru di negara maju. Sawit (2007a), mengungkapkan
bahwa dalam dua dasawarsa terakhir terungkap bahwa tren produksi pangan semakin
mengerucut ke sejumlah kecil negara maju, yaitu Amerika Serikat (AS), Uni Eropa
(UE), Australia, Selandia Baru dan Kanada. AS menghasilkan pangan terutama jagung,
gandum, minyak kedelai, daging unggas, beras, kedelai, buah dan sayur, daging sapi,
susu bubuk skim dan keju. UE memproduksi buah, sayur, jagung, gula, gandum, daging
sapi, daging unggas, susu bubuk skim, mentegadan keju. Sedangkan Selandia Baru
menghasilkan daging sapi, susu bubuk skim, mentega dan keju. Australia menghasilkan
jgung, gula, gandum, daging sapi, susu bubuk skim, mentega dan keju dan Kanada
memproduksi mentega, daging sapi, buah, syur, minyak kedelai, gandum dan jagung.
Di sisi lain AS dan UE, mensubsidi pertaniannya secara berlebih untuk sejumlah
produk pangan terutama beras, jagung, kedelai, gula, gandum, daging sapi dan unggas,
susu dan sejumlah buah-buahan dan sayur dan bantuan pemerintah dapat mencapai 78
% untuk beras, dan jagung sebesar 24 %, artinya hanya 22% dan 76 % pendapatan
petani beras dan kedelai yang berasal dari usahataninya (Sawit, 2007b). Implikasi dari
kebijakan negara produsen pangan tersebut, akan besar pengaruhnya terhadap negara
berkembang termasuk Indonesia, diantaranya harga pangan dunia menjadi rendah
sehingga berpengaruh negatif pada petani di negara berkembang. Di sisi lain disaat
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
383
kebijakan pangan mereka berubah, konsentrasinya diarahkan pada subsidi biofuel, maka
harga pangan dunia akan mahal (Sawit, 2008).
Salah satu komoditas pertanian yang menjadi primadona dalam perdagangan
internasional adalah terigu. Bahan baku utama industri terigu adalah gandum dan di
Indonesia merupakan bahan baku impor. Peningkatan permintaan terhadap makanan
yang berbahan baku terigu seperti mie, roti, gorengan dan sejenisnya akan mendorong
permintaan terhadap tepung terigu yang selanjutnya akan memacu impor gandum.
Untuk mendukung kebijaksanaan harga pangan rendah, semula pemerintah
memberikan subsidi pada tepung terigu. Pemberian subsidi pada tepung terigu akan
menyebabkan harga pangan yang berbahan baku terigu akan rendah. Pertumbuhan
penduduk dan perbaikan pendapatan serta cepat saji dan mudah didapatkan akan
menyebabkan peningkatan permintaan terhadap pangan yang berbahan baku terigu,
sehingga tidaklah mengherankan apabila impor gandum akan mengalami peningkatan.
Di sisi lain tekanan pangan untuk menurunkan konsumsi beras masih belum
terselesaikan, dan pada kenyataannya konsumsi masyarakat banyak bergeser pada
makanan jadi yang didalamnya mengandung terigu.
Dengan demikian dapat dilihat bahwasanya di Indonesia, pangan mengalami
tekanan dua hal secara simultan. Pertama konsumsi domestik meningkat dengan adanya
pertumbuhan kelas menengah dan meningkatnya daya beli masyarakat dan kedua, tidak
ada tambahan kapasitas produksi. Sayangnya tekanan pangan tersebut sulit terselesaikan
karena adanya faktor kebiasaan konsumsi dan adanya produksi gandum di Indonesia
sangat rendah. Hal tersebut dikarenakan adanya ekonomi nasional yang didorong oleh
permintaan tanpa dibarengi peningkatan kapasitas produksi nasional, sehingga
implikasinya, keseimbangan eksternal terganggu dan defisit.
Tulisan ini akan difokuskan pada komoditas beras dan gandum serta turunannya
dengan dasar pemikiran bahwa beras dapat diproduksi dalam negeri, namun gandum
kurang diproduksi di dalam negeri dan pada kenyataannya kedua komoditas tersebut
mendominasi perdagangan produk pertanian di Indonesia. Apabila penanganan pangan
dilakukan dengan impor pangan maka hal tersebut menggambarkan adanya sifat
pragmatis pengambil kebijakan, yang memilih jalan pintas impor pangan untuk
menstabilkan harga dalam negeri demi menekan inflasi, karena impor menjadi cara
paling gampang untuk mengendalikan stabilitas harga di tingkat konsumen dan
kentalnya kepentingan pemburu rente mengingat impor pangan menjajikan margin yang
sangat besar.
Dari hal diatas, penting kiranya menganalisis dinamika perdagangan beras dan
gandum, untuk mengetahui seberapa besar kedudukan Indonesia dalam perdagangan
pangan internasional.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder runtut waktu (time
series) antara tahun 2001-2011 yang bersumber dari Kementrian Pertanian, BPS dan
FAO serta studi kepustakaan. Analisis data yang dilakukan adalah:
Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
384
1. RCA (Revealed Comparative Advantage/Nilai Daya Saing)
Analisis ini untuk mengukur keunggulan komparatif suatu produk dengan
produk lainnya di pasar ekspor dunia. Indeks RCA menunjukkan pangsa ekspor
suatu komoditas negara tertentu dibandingkan dengan total pangsa ekspor komoditas
yang bersangkutan di dunia. Indeks ini juga menunjukkan posisi pasar ekspor
komoditas tertentu yang dihasilkan suatu negara di pasar dunia (Tambunan, 2004)
Nilai indeks
RCA < 1 : menunjukkan adanya daya saing komoditas yang buruk
RCA = 1 : menunjukan pembatas antara keunggulan dan tidak keunggulan
RCA > 1 : menunjukkan daya saing komoditas dari negara yang bersangkutan di
atas rata-rata
2. Trade Specialization Index/Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Metode ISP digunakan untuk mengukur kelayakan ekspor suatu produk dengan
membandingkan antara selisih nilai ekspor dan nilai impor suatu negara dengan
jumlah nilai ekspor dan impor negara tersebut dengan kata lain ISP merupakan
perbandingan antara selisih nilai bersih perdagangan dengan nilai total perdagangan
dari suatu negara dengan rumus matematika seperti di bawah.
Xpit - Ipit
ISPpit = -------------------------------- Xpit + Ipit
Dimana:
ISPpit = ISP negara i untuk komoditas p pada tahun t
Xpit = nilai ekspor total komoditas (USD)
Ipit = nlai impor komoditas p dari negara i pada tahun t
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Daya Saing
1. Revealed Comparative Advantage (RCA)
Negara tujuan ekspor beras Indonesia antara lain Singapore, Timor Leste dan
Taiwan, sedangkan negara tujuan ekspor gandum adalah Philipina, Thailand, Turki dan
Timor leste. Impor beras Indonesia banyak dipasok dari negara Thailand, Vietnam,
India dan China, sedangkan impor gandum banyak diperoleh dari Australia, Perancis,
Belgia, India dan US.
Dengan membandingkan nilai RCA beras dan gandum mulai tahun 2001 – 2011
pada Tabel 1, terlihat bahwa komoditas beras dan gandum di Indonesia mempunyai
nilai daya saing yang rendah, kecuali pada tahun 2005 dan tahun 2007 (beras) dan tahun
2009 (gandum). Hal tersebut dikarenakan produksi padi mencapai 54,151,097.00 ton
pada tahun 2005 dengan jumlah penduduk 218.868.791 jiwa maka rasio antara jumlah
produksi padi terhadap jumlah penduduk pada tahun 2005 adalah 247,4
Kg/Kapita/Tahun atau 0,7 Kg/Kapita/Hari. Kelayakan ekonomi produksi padi memiliki
tingkat stabilitas yang cukup tinggi. Hal tersebut diperlihatkan oleh pemerintah dengan
adanya proteksi kepada produsen baik dari sisi harga keluaran maupun masukan, karena
pemerintah juga berkepentingan untuk memacu peningkatan produksi padi dalam upaya
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
385
mendukung swasembada beras. Perhitungan ini menunjukkan bahwa sebenarnya
ketersediaan beras di Indonesia masih memadai, sehingga dapat melakukan eksport.
Pada sub sektor tanaman pangan, nilai RCA yang rendah juga dialami pada
komoditas jagung di Indonesia yang mempunyai rerata RCA sebesar 0,11 pada tahun
1988- 2008. Keadaan tersebut dikarenakan produksi jagung yang rendah, penggunaan
jagung yang meningkat, selain untuk konsumsi juga untuk pakan ternak (Maaruf, 2010).
Tidak demikian halnya pada sub sektor perkebunan, komoditas minyak nilam
menunjukkan rerata RCA nya adalah 24,73 pada tahun 1989-2007 atau kisaran RCA
antara 14,85 - 38,76. Hal tersebut mengindikasikan bahwa minyak nilam Indonesia
telah mempunyai daya saing yang tinggi di pasar dunia. Namun demikian perlu
diwaspadai adanya persaingan harga dengan negara pesaing dan perlu peningkatan
kualitas (Pinjung Nawangsari dan Slamet Hartono, 2010).
Pada komoditas gandum, terlihat Indeks RCA gandum pada tahun 2009 tinggi,
padahal kalau dilihat produksi gandum dalam negeri sangat rendah, hal tersebut banyak
disebabkan adanya re –ekspor yang meningkat. Hal demikian perlu dipikirkan adanya
produksi bahan industri subtitusi gandum dengan menggunakan bahan dasar lokal, atau
tanaman gandum yang sesuai dengan kondisi iklim tropis. Disamping itu perlu
dicermati adanya impor gandum yang seharusnya bukan merupakan barang jadi,
sehingga pemrosesan dapat dilakukan di dalam negeri yang selanjutnya dapat membuka
lapangan kerja. Indeks RCA beras dan gandum di Indonesia dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini
Tabel 1. Nilai daya saing Komoditas beras dan Gandum di Indonesia,
Tahun 2001-2011
Tahun Nilai RCA Beras Nilai RCA Gandum
2001 0.850945783 0.578352913
2002 0.099264812 0.033545761
2003 0.188188191 0.056868727
2004 0.493996275 0.137203092
2005 1.245323122 0.045658819
2006 0.031097445 0.203945913
2007 1.084155704 0.148566974
2008 0.780949446 0.620925498
2009 0.212002069 1.554899368
2010 0.007789963 0.014144481
2011 0.158603854 0.150070060
Rerata 0,468392424 0,322198328
Apabila diperhitungkan dengan melakukan perdagangan re-ekspor maka kerugian
dari perdagangan tersebut akan bertambah, disalah satu sisi kurang memberdayakan
petani di Indonesia disisi lain memberikan manfaat lebih bagi petani di luar negeri.
Disamping itu juga ada kesenjangan harga yang cukup besar antara impor dan ekspor
dari komoditas yang sama.
Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
386
2. Trade Specialization Index
Kinerja ekspor juga dapat diukur dengan menggunakan metode Trade
Specialization Index atau lebih dikenal dengan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP).
ISP digunakan untuk melihat apakah suatu negara cenderung menjadi negara eksportir
atau importir dari suatu produk. Indeks ini mempertimbangkan sisi permintaan dan
penawaran sesuai dengan teori perdagangan internasional dengan asumsi ekspor dari
suatu barang dapat terjadi apabila ada kelebihan atas barang tersebut di pasar domestik,
sehingga dapat diobservasi kesenjangan permintaan dan penawaran di pasar domestik.
Darwanto (2004) mengemukakan, bahwa ISP dapat digunakan untuk mengukur
kelayakan ekspor suatu produk dengan membandingkan ekspor bersih dengan total
perdagangan. Kelayakan ekspor dapat dilihat dari nilai ISP yang berkisar antara -1 dan 1
(-1<ISP<1). Nilai ISP menunjukkan tahapan ekspor dan impor suatu negara untuk
komoditas tertentu. Penilaian dari ISP adalah sebagai berikut:
Nilai menuju -1 menunjukkan bahwa negara tersebut harus waspada, tidak layak sebagai negara eksportir karena di dominasi impor
Nilai 0 menunjukkan negara tersebut imbang antara ekspor dan impornya
Nilai menuju lebih besar 1 menunjukkan bahwa negara tersebut merupakan negara eksportir
Dari hasil perhitungan nilai ekspor dan impor beras dan gandum tahun 2001-2013
dapat dilihat nilai ISP Indonesia seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Beras Dan Gandum Di
Indonesia, Tahun 2001-2013
Tahun Nilai ISP Beras Nilai ISP Gandum
2001 -0.9827 -0.9992
2002 -0.9985 -0.9997
2003 -0.9976 -0.9999
2004 -0.9574 -0.9998
2005 -0.9225 -0.9999
2006 -0.9972 -0.9996
2007 -0.9957 -0.9997
2008 -0.9363 -0.9987
2009 -0.9933 -0.9972
2010 -0.9996 -1.0000
2011 -0.9984 -0.9996
2012 -0.9990 -0.9295
2013 -0.9889 -0.9633
Dari Tabel di atas terlihat nilai ISP beras dan gandum masing-masing mendekati
nilai -1, bahkan pada tahun 2010 nilai ISP gandum adalah -1. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Indonesia adalah negara importir pada kedua komoditas tersebut. Beras dan
gandum adalah komoditas strategis dalam komposisi bahan pangan, namun kedua
produksi komoditas tersebut tidak mempunyai keunggulan komparatif untuk tujuan
ekspor.
Dalam hal produksi padi, komoditas ini masih memiliki keunggulan komparatif
pada perdagangan antar daerah dan substitusi impor, karena wilayah-wilayah di
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
387
Indonesia masih layak untuk pengembangan padi, artinya produksi padi di Indonesia
memiliki kesiapan dalam menghadapi era perdagangan bebas ((Adreng Purwoto dan
Ahmad Suryana, 1997).
Pada komoditas gandum, penggunaannya terkait erat dengan industri terigu,
namun dalam hal produksi dan keterkaitan dengan penyediaan tenaga kerja industri ini
relatif kurang efektif. Dalam hal penyediaan lapangan kerja industri terigu tidaklah
memegang peranan yang cukup penting dalam hal lapangan kerja. Selain itu industri
terigu masih mempunyai peranan yang kecil dalam perekonomian nasional, karena
industri terigu banyak menggunakan bahan baku impor, sehingga manfaat dari industri
tersebut banyak dinikmati oleh industri gandum luar negeri (Nizwar Syafaat et al,
2000). Adanya pembatasan restriksi impor diharapkan dapat mendorong pengembangan
penanaman gandum, namun apabila dilihat volume impor yang terus meningkat, perlu
diupayakan alternatif sumber pertumbuhan produksi baru, khususnya melalui
pengembangan teknologi biologis (varietas unggul baru).
PENUTUP
Komoditas padi dan gandum merupakan komoditas strategis bagi masyarakat
Indonesia, namun keberadaannya terus memerlukan pemikiran karena di sektor
pertanian komoditas ini ikut andil dalam defisit perdagangan internasional. Dari hasil
perhitungan RCA dan ISP yang rendah, terlihat bahwa komoditas ini kurang
mempunyai daya saing dan Indonesia merupakan negara importir bagi kedua komoditas
tersebut. Namun sebenarnya komoditas beras masih memiliki keunggulan komparatif
pada perdagangan antar daerah dan substitusi impor, sehingga pengembangannya
diutamakan untuk kedua hal tersebut.
Pada komoditas gandum, pengembangan produksi masih dianggap kurang efektif,
dan adanya volume impor yang terus meningkat, sehingga perlu diupayakan alternatif
sumber pertumbuhan produksi baru, khususnya melalui pengembangan teknologi
biologis (varietas unggul baru).
Dalam hal perdagangan, perhatian terhadap komoditas tidak hanya pada volume
produksi, namun perlu pula terobosan untuk meningkatkan daya saing.
DAFTAR PUSTAKA
Adreng Purwoto dan Achmad Suryana. 1997. Keunggulan Komparatif dan Struktur
Proteksi Produk Tanaman Pangan dan Peternakan. Pangan: Menggandeng
Perusahaan Pangan dalam Globalisasi. No 32 Vol. VIII-1997.
Arifin, B. 2009. Tantangan Baru Ekonomi Pangan. Economic Review No. 216.
Darwanto, D.H. 2004. Agribisnis Internasional. Yogyakarta: MMA Universitas Gadjah
Mada.
Husein Sawit, M. 2007a. Liberalisasi Pangan: Ambisi dan Reaksi dalam Putaran Doha
WTO, Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.
Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
388
-----------------------. 2007b. “Serbuan Impor Pangan dengan Minim Perlindungan di Era
Liberalisasi”, makalah disampaikan pada Kopernas XV dan Konggres XIV
Perhepi. Surakarta, 3-5 Agustus 2007.
-----------------------. 2008. Perubahan Perdagangan Pangan Global dan Putaran Doha
WTO: Implikasi Buat Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 6.
Nomer 3. September 2008.
Muhammad Imam Ma’ruf. 2010. Analisis Perdagangan Jagung Indonesia. Agro
Ekonomi Vol. 17 No. 2. Desember 2010. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
Mada.
Nizwar Syafa’at, Friyatno,S. Dan Saktyanu K.D. 2000. Analisis Keterkaitan Industri
Terigu. Agro ekonomika. No. 1 tahun XXX. April 2000. Perhepi.
Pinjung Nawang sari dan Slamet Hartono. 2010. Analisis Dinamika Ekspor Minyak
Nilam Indonesia Ke Amerika Serikat. Agro Ekonomi Vol. 17 No. 2. Desember
2010. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.