bab iii prosedur penelitian 3.1 metode...

20
Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Ditinjau dari sudut pemakaiannya, penelitian ini dapat dikategorisasikan sebagai penelitian terapan. Sebab hasil dari penelitian ini dapat digunakan langsung secara praktis, contohnya apabila kita sudah mengetahui daerah-daerah yang sesuai untuk tanaman jagung kita bisa membudidayakan tanaman jagung lebih optimal karena tempat tumbuh tanaman jagung sesuai dengan syarat-syarat tanaman jagung itu sendiri. Penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan agar dapat melakukan sesuatu yang jauh lebih baik, efektif dan efisien misalnya penelitian mengenai biaya hidup, hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan gaji, penelitian mengenai efisiensi kerja dalam rangka untuk meningkatkan produktifitas, dsb. (Silaen dan Widyono, 2013, hlm.17). Tujuan akhir dari penelitian ini, peneliti akan berusaha untuk mendeskripsikan atau pun memberikan gambaran baik dengan gambar, peta, grafik, tabel atau pun yang lainnya mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti, contohnya memberikan deskripsi hubungan antara ketinggian tempat dan curah hujan syarat tumbuh jagung, dan sebagainya. Sehingga berdasarkan tujuannya, penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian deskriptif eksploratif. Penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan agar dapat melakukan sesuatu yang jauh lebih baik, efektif dan efisien. Misalnya, penelitian mengenai biaya hidup, hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan gaji, penelitian mengenai efisiensi kerja dalam rangka untuk meningkatkan produktifitas, dsb. (Silaen dan Widyono, 2013, hlm.17). Sugiyono (2010:2) mengatakan “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”, sedangkan menurut Arikunto (2006:149)“ metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya” selanjutnya Narbuko dan acmadi (2009:1) mengatakan “metode penelitian berasal dari kata metode yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan penelitian adalah 34

Upload: ngodung

Post on 28-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Ditinjau dari sudut pemakaiannya, penelitian ini dapat dikategorisasikan sebagai penelitian terapan. Sebab hasil dari penelitian ini dapat digunakan

langsung secara praktis, contohnya apabila kita sudah mengetahui daerah-daerah

yang sesuai untuk tanaman jagung kita bisa membudidayakan tanaman jagung

lebih optimal karena tempat tumbuh tanaman jagung sesuai dengan syarat-syarat

tanaman jagung itu sendiri.

Penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan agar dapat

melakukan sesuatu yang jauh lebih baik, efektif dan efisien misalnya penelitian

mengenai biaya hidup, hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan

gaji, penelitian mengenai efisiensi kerja dalam rangka untuk meningkatkan

produktifitas, dsb. (Silaen dan Widyono, 2013, hlm.17).

Tujuan akhir dari penelitian ini, peneliti akan berusaha untuk mendeskripsikan

atau pun memberikan gambaran baik dengan gambar, peta, grafik, tabel atau pun

yang lainnya mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang

diteliti, contohnya memberikan deskripsi hubungan antara ketinggian tempat dan

curah hujan syarat tumbuh jagung, dan sebagainya. Sehingga berdasarkan tujuannya,

penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian deskriptif eksploratif.

Penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan agar dapat

melakukan sesuatu yang jauh lebih baik, efektif dan efisien. Misalnya, penelitian

mengenai biaya hidup, hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan

gaji, penelitian mengenai efisiensi kerja dalam rangka untuk meningkatkan

produktifitas, dsb. (Silaen dan Widyono, 2013, hlm.17).

Sugiyono (2010:2) mengatakan “metode penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”,

sedangkan menurut Arikunto (2006:149)“ metode penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya” selanjutnya Narbuko

dan acmadi (2009:1) mengatakan “metode penelitian berasal dari kata metode yang

artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan penelitian adalah

34

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35

suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai

menyusun laporan”.

Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas metode penelitian

merupakan cara ilmiah yang digunakan peneliti untuk tujuan penelitian berupa

kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis dan menyusun laporan.

Bedasarkan hal tersebut maka peneliti menggunakan SIG sebagai metode dengan

alat berupa Argcis.

SIG sebagai metode penelitian yang mempunyai kemampuan yang dapat

digunakan sebagai cara ilmiah untuk mencari, mencatat, merumuskan,

menganalisis hingga menyusun laporan. Kemampuan SIG sebagai metode sejalan

dengan pengertian SIG menurut Prahasta( 2009, hlm 116) “SIG adalah sistem

komputer yang digunakan untuk memasukan, menyimpan, memeriksa,

mengintergrasikan, memanipulasi data-data yang berhubungan dengan posisinya

di permukaan bumi”.

Adapun menurut Prahasta (2009: 135) mengatakan “...selanjutnya SIG dapat

digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan”. Pengertian tersebut sejalan

yang dikatakan setiawan (2010 : 12) bahwa, “satu hal yang sangat penting dari

SIG adalah kemampuannya yang handal dalam menganalisa data dan memadukan

data untuk memperoleh informasi baru”.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Sumaatmaja (1988:122) populasi adalah keseluruhan gejala

(fisik,sosial,ekonomi,budaya,politik), individu (manusia baik perorangan maupun

kelompok), kasus (masalah,peristiwa tertentu) yang ada pada ruang tertentu.

Adapun menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Berdasarkan pengertian diatas, populasi yang diambil dalam penelitian

yaitu Seluruh Wilayah di Kabupaten Majelangka.

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

3.2.2 Sampel

Menurut Arikunto (2010:174) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti. Menurut sumaatmadja,(1988:104) sampel adalah

bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang

bersangkutan, kriteria mewakili ini diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau

genarilisasi yang ada pada populasi yang harus diwakili oleh sampel. Sedangkan

menurut Sugiyono (2012: 62) mengungkapkan bahwa sampel merupakan bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Dalam penelitian ini sampel wilayah, dimana sampel wilayah tersebut

mengambil sampel di Kabupaten Majalengka dengan tekhnik stratifiel random

sampling atau penarikan sampel proposional di setiap satuan lahan hasil Overlay

peta unit analisis. Peta unit analisisnya adalah, peta kemiringan lereng, peta jenis

tanah dan peta penggunaan lahan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini

hanya sampel Ph tanah saja daya yang lainnya diambil dari data sekunder.

Jumlah dan lokasi pengambilan sampel untuk penghitungan tingkat

kemasaman tanah didasarkan pada sebaran dan jumlah satuan lahan yang terdapat

di wilayah Kabupaten Majalengka (lihat pada peta 3.2). Satuan lahan yang

terdapat pada peta 3.2 merupakan hasil overlay tiga unsur lahan, yakni

penggunaan lahan dan jenis tanah.

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANA

37

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan

Gambar III.1 Peta Satuan Lahan

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANA

38

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia |

repository.upi.edu | perpustakaan.

Gambar III.2 Peta Persebaran Sampel

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39

Tabel III.1 Persebaran Sampel pH tanah No Nama Sampel Penggunaan Lahan Jenis Tanah Kecamatan Kordinat

1 L-G LADANG Glei Kadipaten 108°10'49.092"E 6°46'1.913"S

2 L-AL LADANG Alluvial Kertajati 108°11'11.483"E 6°42'58.629"S

3 PE-GR PERKEBUNAN Grumosol Jatitujuh 108°12'11.098"E 6°37'50.114"S

4 PR-G PADANG RUMPUT Glei Dawuan 108°12'21.343"E 6°43'52.692"S

5 PR-GR PADANG RUMPUT Grumosol Jatitujuh 108°12'4.131"E 6°37'48.052"S

6 SI-G SAWAH IRIGASI Glei Dawuan 108°12'41.117"E 6°42'52.839"S

7 PR-AL PADANG RUMPUT Alluvial Dawuan 108°12'8.882"E 6°42'41.735"S

8 PE-AL PERKEBUNAN Alluvial Jatitujuh 108°13'16.452"E 6°40'10.059"S

9 SI-AL SAWAH IRIGASI Alluvial Jatitujuh 108°13'3.034"E 6°40'19.516"S

10 PE-LA PERKEBUNAN Latosol Majalengka 108°13'30.205"E 6°49'43.289"S

11 ST-LA SAWAH TADAH HUJAN Latosol Majalengka 108°13'36.482"E 6°50'52.486"S

12 SI-LA SAWAH IRIGASI Latosol Majalengka 108°13'45.221"E 6°49'46.438"S

13 PR-LA PADANG RUMPUT Latosol Jatijutuh 108°13'47.142"E 6°38'28.674"S

14 SI-A SAWAH IRIGASI Andosol Majalengka 108°14'20.119"E 6°50'10.85"S

15 L-GR LADANG Grumosol Bantarujeg 108°15'25.139"E 6°57'50.058"S

16 ST-R SAWAH TADAH HUJAN Regosol Cigasong 108°15'27.453"E 6°50'18.114"S

17 ST-GR SAWAH TADAH HUJAN Grumosol Bantarujeg 108°15'37.89"E 6°57'41.5"S

18 SI-R SAWAH IRIGASI Regosol Cigasong 108°15'42.374"E 6°49'14.193"S

19 PE-PM PERKEBUNAN Podsol Merah Kuning Jatiwangi 108°16'9.77"E 6°43'50.972"S

20 L-R LADANG Regosol Sukahaji 108°17'29.114"E 6°47'18.012"S

21 PE-R PERKEBUNAN Regosol Sukahaji 108°17'43.04"E 6°51'17.705"S

22 B-A BELUKAR Andosol Maja 108°18'15.526"E 6°53'33.97"S

23 L-A LADANG Andosol Maja 108°18'15.894"E 6°54'0.31"S

24 PE-AN PERKEBUNAN Andosol Maja 108°18'24.13"E 6°53'35.568"S

25 SI-GR SAWAH IRIGASI Grumosol Talaga 108°18'3.771"E 6°59'20.152"S

26 B-GR BELUKAR Grumosol Talaga 108°18'31.319"E 6°58'51.666"S

27 PR-A PADANG RUMPUT Andosol Argapura 108°19'16.076"E 6°52'15.05"S

28 ST-A SAWAH TADAH HUJAN Andosol Maja 108°19'17.456"E 6°53'17.621"S

29 B-LA BELUKAR Latosol Banjaran 108°19'38.535"E 6°57'29.534"S

30 L-LA LADANG Latosol Banjaran 108°20'2.359"E 6°57'30.384"S

31 SI-LI SAWAH IRIGASI Litosol Lewimunding 108°20'32.939"E 6°44'9.429"S

32 ST-LI SAWAH TADAH HUJAN Litosol Lewimunding 108°21'8.481"E 6°44'28.25"S

33 L-PM LADANG Podsol Merah Kuning Cingambul 108°22'41.211"E 7°2'58.059"S

34 ST-PM SAWAH TADAH HUJAN Podsol Merah Kuning Cikijing 108°22'53.439"E 7°2'41.609"S

35 B-PM BELUKAR Podsol Merah Kuning Kertajati 108°4'44.929"E 6°38'59.538"S

Sumber: Olahan Peneliti dari Peta Satuan Lahan

3.3 Variable Penelitian

Variabel penelitian menurut Rafi’I (1996 : 46) Variabel adalah ukuran, sifat

atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok atau suatu set yang dimiliki oleh

kelompok. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel Tunggal, dimana variable

tunggal ini dipengaruhi oleh parameter-parameter yang sudah di tentukan. Adapun

variabel dan parameter dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2.

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

Tabel III.2 Tabel Variabel Penelitian Parameter Variabel

1. Peta Curah Hujan (Rata-rata Pertahun) 2. Peta Bulan Keing dan bulan basah

3. Peta Jenis Tanah Kesesuaian Lahan Untuk

4. Peta Kemiringan Lereng Pertanian (Tanaman Jagung)

5. Peta Ketinggian Tempat

6. Peta Kedalaman Tanah

7. pH Tanah

8. Peta Erosi tanah

1. Peta Curah Hujan (Rata-rata Pertahun) 2. Peta Bulan Keing dan bulan basah

Lokasi lahan yang berpotensi 3. Peta Jenis Tanah

4. Peta Kemiringan Lereng sebagai kawasan Pengembang

5. Peta Ketinggian Tempat pertanian tanaman Jagung di

6. Peta Kedalaman Tanah Kabupaten Majelangka

7. pH Tanah

8. Peta Erosi tanah

9. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten

Majalengka

Sumber: Olahan Sendiri disesuaikan dengan Teori

3.4 Bahan dan Alat

3.4.1 Peta Administrasi

Peta administrasi Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA

Majalengka pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan analisis data dan survei lapangan.

3.4.2 Peta Jenis Tanah

Peta Jenis Tanah Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA

Majalengka pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai salah

satu peta paramenter untuk analisis data kesesuaian Tanaman Jagung.

3.4.3 Peta Kedalaman Tanah

Peta Kedalaman Tanah Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA

Majalengka pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai salah

satu peta paramenter untuk analisis data kesesuaian Tanaman Jagung.

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41

3.4.4 Peta Hidrologi

Peta Hidrologi Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA Majalengka

pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai gambaran fisik

daerah penelitian.

3.4.5 Peta Geologi

Peta Geologi Kabupaten Majalengka di peroleh dari BAPPEDA Majalengka

pada tahun 2014, peta ini berupa file Shp. Digunakan sebagai gambaran fisik

daerah penelitian.

3.4.6 Kordinat Persebaran Pos Hujan dan Curah Hujan di Sekitar

Majalengka

Kordinat persebaran Pos Hujan dan curah hujan di sekitar Kabupaten

Majalengka diperoleh dari PUSAIR (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber

Daya Air). Korninat persebaran pos hujan ini digunkan untuk membuat Poligon

Tyssen dan sebagai dasar pembuatan peta persebaran curah hujan di Kabupaten

Majalengka.

3.4.7 Data SRTM (Shuttle Radar Topography Mission)

Data SRTM dikeluarkan oleh NASA/USGS digunakan dalam membuat peta

kontur dan kemiringan lereng dalam rangka analisis data.

3.4.8 Sistem Komputer

Sistem komputer yang digunakan untuk menganalisis data penelitian terdiri

dari perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (software). Selain itu juga

untuk keperluan masukan, penyimpanan, pengolahan analisis dan tampilan

informasi.

Perangkat Keras

Perangkat kelas SIG adalah perangkat fisik yang merupakan bagian yang

mendukung untuk proses analisis geografi dan pemetaan. Perangkat SIG terdiri

dari:

Notebook Acer Aspire V3-471G, Intel CoreTM

i5-3210M 2,5Ghz With

Turbo Boost up to 3.1 Ghz.

Input Device yaitu perangkat-perangkat yang dugunakan untuk

memasukan data berupa Mouse dll.

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

42

Output Device, yaitu perangkat yang berfungsi mengvisualisasikan data

dan Informasi SIG berupa Printer.

Perangkat Lunak

Sistem Operasi, yaitu program yang berfungsi mengatur semua sumber

daya dan tata kerja komputer. Sistem operasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalan sistem operasi Window 10.

Microsoft Office 2016 digunakan untuk menulis hasil penelitian.

Software aplikasi SIG yaitu Argis 10.2 dan Globa Mapper digunakan

untuk menganalisis data.

3.4.9 Global Positioning System (GPS)

Digunakan untuk mempermudah dalam menentukan plot yang akan dijadikan

sampel penelitian.

3.4.10 Kamera

Digunkan untuk mendokumentasikan objek penelitian dilapangan.

3.5 Pengumpulan Data

Dalam penelitian yang menggunakan teknik analisis SIG harusnya mempunya

input data SIG yang terbaru atau ter-Update dan dapat di percaya. Peta tematik yang

digunakan direkomendasikan memiliki skala 1 : 10.000 sampai 1 : 50.000 adapun

dalam penelitian ini data dan sumber data sebagai bahan untuk penelitian.

3.5.1 Teknik Pengumpulan data

Tabel III.3 Data-data yang Dibutuhkan untuk Penelitian

No Nama Data Sumber

Keterangan Sekunder Lapangan Pengindraan Jauh

1 Curah Hujan V PUSAIR

2 Persebaran Pos Hujan V PUSAIR

3 Peta Jenis Tanah V B BAPPEDA MAJALENGKA

4 Peta Kemiringan Lereng v SRTM

5 Peta Ketinggian Tempat v SRTM

6 Peta Kedalaman Tanah V BAPPEDA MAJALENGKA

7 ph Tanah v Observasi

8 Erosibilitas Tanah V BAPPEDA JABAR

9 Penggunaan Lahan V BAPPEDA MAJALENGKA

Sumber: Olahan Peneliti

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

43

3.6 Teknik Analisi Data

Cara penilaian kapabilitas atau kesesuaian lahn menurut Noor (2006, hlm 166)

dapat ditempuh dengan melibatkan penyiapan dan pengkodean data lingkunagn,

penentuan nilai dan pembobotan kapabilitas, dan perhitungan nilai kapabilitas

lahan.

3.6.1 Penyiapan dan Pengkodean Data

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah penyiapan data dan pengkodean

data , hal ini di tempuh dengan mengumpulkan data atribut dan mendigitasi peta

tematik dengan menggunakan software Argcis sesuai dengan variable atau factor

yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk lahan pertanian meliputi variable

Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng, Jenis Tanah, Keadaan Geologi, Curah

Hujan, dan Batas Administrasi. Selanjutnya pengkodean data dilakukan dengan

cara setiap variable yang diteliti dibagi kepada subkelas (klasifikasi), klasifikasi

ini tidak sama jumlahnya untuk setiap variable hal ini didasari oleh tinjauan teori

variable tersebut.

3.6.2 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik SIG berupa

analisis skoring tumbang susun (overlay). Pembobotan dalam penelitian ini

menggunakan konsep penilain pengaruh, dimana parameter yang mempunyai

pengaruh yang besar terhadap kesesuain tumbuh tanamn jagung mendapatkan

bobot yang besar dibandingkan paramenter yang lainnyanya. Sebaliknya yang

mempunyai pengaruh kecil mendapatkan nilai pembobotan yang kecil

dibandingkan dengan parameter yang lainnya.

Langkah-langkah analisis kesesuan lahan tanamn jagung berbasis SIG, secara

detail akan diuraikan sebagai berikut:

Langkah Pertama : Pembuatan Peta Parameter

Peta administrasi, peta tanah, dan peta kedalam tanah di buat berdasarkan data

Shp yang diperoleh oleh BAPPEDA Kabupaten Majalengka 2014 selanjutnya Peta

Kemiringan lereng dan Ketinggian Tempat diperoleh melalui data SRTM (Shuttle

Radar Topography Mission) yang diolah melui aplikasi Global Mapper. Peta curah

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

44

Hujan dibuat melalui persebaran pos hujan yang berada di Kabupaten Majalengka

kemudian dihubungkan satu sama lain dengan garis khayal yang membuat poligon

tyssen sebagai acuan zonasi hujannya, setelah itu dimasukan data atribut kedalam

pos hujan dan membentuk peta persebarah curah hujan di Kabupaten Majalengka.

Langkah Kedua : Klasifikasi Skoring tiap Parameter

Setelah didapat parameter yang berpengaruh yang akan digunakan dalam

analisis kesesesuain tanaman jagung, kemudian tiap parameter tersebut dilakukan

skoring. Di bawah ini akan dijelaskan skoring tiap parameter.

Tabel III.4 Skoring Kelas Informasi Bulan Kering (<75 mm)

No Bulan Skor Pertimbanagn Pemberian

Kering Skor

penananaman tanaman dapat

1 1 – 7 4 diusahan sepanjang tahun melalui perencanaan yang teliti

periode bero tidak dapat dihindari, tetapi penanaman 2 jenis tanaman secara

2 >7 – 8 3 bergantian masih mungkin dapat dilakukan seperti : Lahan Sawah, ditanami padi,

berikutnya palawija

kemungkinan Penanaman

3 > 6 – 9 2 tanaman pangan hanya satu

kalitanaman pangan dapat

diusahan sepanjang tahun

tidak sesuai untuk tanaman bahan pangan tanpa

4 > 9 1 penambahan sumber air berikut sistem irigasi yang

terartur baik.

Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)

Tabel III.5 Skoring Kelas Informasi Curah Hujan

No Curah Skor Pertimbanagn Pemberian

Hujan Skor

1 > 1200 4 Persesia air sangat tercukupi

2 900 – 1200 3 Persediaan air tercukupi

3 600 – 900 2 Persediaan air sedikit kurang

tercukupi

4 < 600 1 Kurang persediaan air

Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

45

Tabel III.6 Skoring Kelas Informasi Ketinggian Tempat

Ketinggian Skor Pertimbanagn Pemberian Skor

Tempat (Mdpl)

0 – 600 5 Tanaman jagung produksi yang optimal

600 – 1500 4 Tanaman Jagung masih bisa tumbuh dengan baik

1500 – 2500 3 Tanaman Jagung Kurang Baik di daerah ini

2500 - 1 Terlalu Dingin Untuk Tanaman Jagung

Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)

Tabel III.7 Skoring Kelas Informasi Jenis Tanah

No Jenis Tanah Skor Pertimbanagn Pemberian Skor

1 Andosol 5 Tanah ini berasal dari gunung berapi. Maka disebut pula tanah gunung. Warna kehitaman hingga kelabu. Warna hitam pada

tanah pegunungan disebabkan oleh kandungan bahan organis

yang cukup tinggi atau yang disebut humus.

2 Latosol 4 Tanah Latosol adalah tanah liat, berwarna kemerahan, kekuningan atau kecoklatan, karena banyak zat besi, tanah ini

cocok untuk tanaman jagung selama keasaman tanah (Ph)

sesuai untuk pertumbuhannya

3 Grumosol 4 Tanah yang tergolong tanah berat ini dapat juga untuk pertaman jagung, namun perlu diperhatikan keseimbangan

antara pengairan dan drainase serta aerasi, sebab tanah berat ini

sulit untuk meloloskan air sehingga mudah tergenang

4 Alluvial 3 Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah

yang subur dan cocok untuk lahan pertanian

5 Regosol 2 Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan

mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik.

6 Glei 2 Tanah Glei adalah tanah yang mempunyai ciri adanya lapisan glei berwarna kelabu, terbentuk karena pengaruh genangan air

/drainase yang buruk

7 Litosol 2 Tanah Litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan lapisan yang tidak begitu besar, kandungan hara pada

tanah ini tidak begitu banyak bisa dibilang sangat minim.

8 Pedsol 2 Tanah ini dikenal bermaslah untuk digunakan dalam budidaya Merah tanaman semusim karena kemasaman rendahsehingga fosfor, Kuning salah satu hara penting bagi tumbuhan tidak terserap optimal

oleh akar.

Sumber: Aak (1993, hlm. 43)

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

46

Tabel III.8 Skoring Kelas kedalaman tanah efektif

No Kedalaman Tanah Skor Pertimbanagn Pemberian Skor Efektif (Cm)

1 >90 4 Kedalaman tanah ini sangat baik bagi tumbuh tanaman jagung karena akar jagung akan tumbuh dengan bebas kedalam tanah

2 >60 – 90 3 Pada kedalam ini, tanaman jagung masih bisa tumbuh dengan baik kaarena kedalaman perakaran masih bisa sampai 60 Cm

4 >30 – 60 2 Kedalaman tanah ini tanaman jagung masih tumbuh, namun kurang baik karena akar tidak bisa bebas tmbuh kedalam tanah

5 < 30 1 Kedalam tanah ini tidak cocok dengan tanaman jagung karena perakaran sangat dangkal untuk tumbuh kedalam

Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294) disesuainkan

Tabel III.9 Skoring Kelas Informasi Kemiringan Lereng No Kelas Skor Pertimbanagn Pemberian Skor

Kemiringan

Lereng

Landai, hampir datar, tanaman jagung akan

1 < 3

5

tumbuh dengan optimal karena media

perakarannya landai dan unsur hara dapat

diserap secara optimal.

Landai sedikit bergelombang,

2 3 – 8

4

Pada kondisi kemiringan lereng seperti ini, tanaman jagung masih bisa tumbuh dengan

optimal.

Landai bergelombang, masih bisa ditanami

3 > 8 – 15

3

tanaman jagung namun kurang ooptimal

karena kemiringan lerengnya sudah mulai

curam.

Agak curam, pada kondisi kemiringan

4 > 15 – 25

2

lereng yang agak curam ini tanaman

jagung kurang cocok, karena akan kurang

optimal.

Curam, pada kondisi kemiringan lereng

seperti ini, tidak cocok untuk tanaman

5 > 25

1

jagung karena kemiringan lereng yang

curam akan banyak meloloskan air ke

dataran lebih rendahnya dan unsur hara

akan banyak berkurang karena terbawa air.

Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

47

Tabel III.10 Skoring Kelas Informasi Erosi Erosi Skor Pertimbangan Pemberian Skor

Sangat Ringan 5 Tingkat erosi yang masih sangat ringan, sangat baik buat tanaman jagung karena, unsur hara yang ada dalam tanah tidak banyak terambil.

Ringan 4 Tingkat erosi yang masih ringan, baik untuk tanaman jagung, unsur hara dalam tanah masih tidak banyak terambil karena erosi tanah

Sedang 3 Tingkat erosi yang sedang sudah mulai menunjukankan peningkatan erosinya, sehingga unsur hara dalam tanah sudah mulai berkurang karena erosi yang sudah mulai tinggi.

Berat 2 Tingkat erosi yang berak tidak cocok untuk tanaman jagung karena, unsur hara dalam tanah akan terambil oleh erosi.

sangat berat 1 Tingkat erosi sangat berat sangat tidak cocok untuk tanaman jagung karena, miskin akan unsur hara.

Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)

Tabel III.11 Skoring pH

Ph Skor Pertimbanagn Pemberian Skor

> 6,0 - 7,0 5 Cocok untuk tumbuh tanaman jagung, tingkat keasaaman yang pas

> 7,0-7,5 atau 5,5-< 6,0 4 Masih bisa tumbuh dengan baik karena tingkat keasaman dan basanya tidak terlalu tinggi

> 7,5 - 8,0 atau 4,5 - < 3 Tingkat asam dan basanya sudah mulai 5,5 ada dan sudah mulai mempengaruhi

tanaman jagung.

> 8,0-8,5 atau 4,0-4,5 2 Tingkat keasaman dan basanya sudah mulai tinggi sehingga kurang cocok untuk tanaman jagung

> 8,5 atau < 4,0 1 Terlalu asam dan basa sehingga tidak baik untuk tumbuh tanaman jagung

Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)

Tabel III.12 Pembobotan Peta Parameter

Parameter Bobot

Nilai Nilai

No Min Max

1 Bulan Kering dan basah 5 5 20

2 Curah Hujan 5 5 20

3 Jenis Tanah 3 6 15

4 Kemiringan Lereng 4 4 20

5 Ketinggian Tempat 6 6 30

6 Kedalaman Tanah Efektif 4 3 16

7 Erosibilitas 4 4 20

8 pH Tingkat Keasaman tanah 4 4 20

Jumlah 37 161

Sumber : Olahan Peneliti

Pembobotan ini berdasarkan tingkat pengaruh setiap parameter kepada tingkat

kesesuaian tanaman jagung, semakin besar pengaruh yang diberikan semakin besar

juga pembobotannya, ketinggian tempat merupakan parameter yang memiliki

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

48

pembobotan yang paling tinggi yaitu 6 dibadning dengan parameter lainnya

karena ketinggian tempat menentukan suhu di permukaan, suhu dipermukaan

sangat berpengaruh kepada tumbuh bungan tanaman jagung, “ketinggian tempat

sangat berpengaruh terhadap waktu panen dan kualitas jagung yang dihasilakn”

(Zulkarnain, hlm 163). Parameter bulan basah kering dan curah hujan masing-

masing mempunyai pembobotan 5 tanaman jagung berpengaruh oleh adanya

persedian air yang ada, bila tanaman jagung kekuranga air, musim panen tanam

kemungkinan hanya satu kali dalam setahun bahkan tidak bisa menanam tanaman

jagung. Parameter kemiringan lereng, kedalaman tanah efektif, erosibilitas, dan

tingkat kemasaman tanah masing-masing mempunyai pembobotan 4 karena

tingkat kepengaruhannya terhadap pertumbuhan tanaman jagung di bawah

parameter di atasnya. Jenis tanah mempunyai tingkat kepengaruhan yang paling

rendah yaitu 3 karena tanaman jagung hampi bisa tumbuh di jenis tanah manapun,

jenis tanah tidak begitu mempengaruhi tumbuh tanaman jagung.

Langkah Ketiga : Melakukan overlay peta tematik

Setelah didapat peta-peta tematik dan dimasukan data atributnya, kemudian

peta-peta tersebut dioverlaykan dengan peta-peta tematik lainnya.

Langkah keempat : Penjumlahan field (item) nilai atribut peta

Setelah data atribut dimasukan kedalam setiap peta tematik baru hasil

overlay, kemudian tiap-tiap data atribut tersebut dijumlahkan untuk mengetahui

jumlah total tiap peta tematik.

Skor Parameter Bulan Kering + Skor Parameter Curah Hujan + Skor

Parameter Jenis Tanah + Skor Parameter Kemiringan Lereng + Skor Parameter

Ketinggian Tempat + + Skor Parameter Erosi Tanah + Skor Parameter Ph tanah

Langkah Kelima : Mencari nilai minimum dan maksimum dari hasil

penjumlahan tiap semua kelas

Langkah keenam : Penentuan interval kelas kesesuain tanaman jagung

Menentukan Jangkauan (J) = Nilai Maksimal – Nilai

Minimal 161 – 37 = 124

Banyaknya Kelas Interval ada 3 kelas (k)

Panjang interval Kelas (c)

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49

C = J / k

C = 124 / 3 = 43,3

Kelas Pertama

Ambil danum terkecil sebagai batas bawah kelas pertama, jumlahkan

datum terkecil dengan panjang interval kelas kemudian kurangi satu

(1) Panjang interval kelas pertama

= (37 +41,3) – 1 = 77,3 (dibulatkan menjadi 77)

Jadi Intervalnya ( 37 – 77)

Kelas Kedua

Batas bawah kelas kedua mulai dari 78 (melanjutkan batas atas kelas

pertama)

Panajang interval kelas kedua (78,3+ 41,3)-1= 118,6 (dibulatkan

menjadi 119)

Jadi intervalnya (78 –

119) Kelas Ketiga

Batas bawah kelas kedua mulai dari 120 (melanjutkan batas atas kelas

pertama)

Panajang interval kelas kedua (119,6+ 41,3)-1= 160,9 (dibulatkan

menjadi 161)

Jadi intervalnya (120 - 161)

Langkah ketujuh: penentuan nilai tiap kelas kesesuaian tanaman jagung

Langkah Kedelapan : Penentuan jarak kelas kesesuaian lahan tanaman

jagung

Kelas kesesuaian lahan tanaman jagung yang akan dihasilkan dari penelitian

ini, antara lain:

Tabel 3.13 Tabel kelas Interval Pembobotan Tingkat kesesuaian tanaman jagung

Tabel III.13 Tingkat Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung

No Tingkat Kesesuaian Pembobotan

1 Kelas Kesesuaian Tinggi 120 – 161

2 Kelas Kesesuaian Sedang 78 – 119

3 Kelas Kesesuaian Rendah 37 – 77

Sumber: Olahan Peneliti

Muhammad Husni Mubarok Saputra, 2015 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50

3.7 Diagram Alur Penelitian