bab iii pembahasan - repository.bsi.ac.id · kongres nasional i diadakan di yogyakarta pada 1417...

21
BAB III PEMBAHASAN 3.1. Tinjauan Perusahaan 3.1.1. Sejarah Koalisi Perempuan Indonesia Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi, disingkat Koalisi Perempuan Indonesia dikukuhkan melalui Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta pada Kamis, 17 Desember 1998. Koalisi Perempuan Indonesia pertama kali diumumkan berdirinya pada 18 Mei 1998 oleh sekelomok perempuan aktivis di Jakarta dengan dukungan 75 aktivis perempuan dari berbagai daerah yang menyetujui dibentuknya Koalisi Perempuan Indonesia. Aksi ini merupakan bagian dari gerakan reformasi menurunkan Soeharto. Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 14-17 Desemeber 1998 yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres menghasilkan Anggaran Dasar (AD)/Anggaran Rumah Tangga (ART), program kerja Deklarasi Yogyakarta, 15 Presidium yang mewakili kelompok kepentingan perempuan adat; lansia, jompo dan penyandang cacat; profesional; pekerja sektor informal; miskin kota; miskin desa; pemuda, pelajar dan mahasiswa; perempuan yang dilacurkan; buruh; janda, perempuan kepala rumah tangga dan tidak menikah; anak marjinal; petani; nelayan; ibu rumah tangga; lesbian dan biseksual. Juga memilih Nursyahbani Katjasungkara sebagai Sekretasis Jendral dan Antarini sebagai Koordinator Presidium Nasional. Kongres II diselenggarakan pada 14-18 Januari 2005 di Jakarta. Kongres ini memilih 5 Presidium Nasional dan menetapkan Masruchah sebagai Sekretaris Jendral hasil pemilihan oleh anggota. Zohra Andi Baso terpilih sebagai

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Tinjauan Perusahaan

3.1.1. Sejarah Koalisi Perempuan Indonesia

Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi, disingkat

Koalisi Perempuan Indonesia dikukuhkan melalui Kongres Perempuan Indonesia

di Yogyakarta pada Kamis, 17 Desember 1998. Koalisi Perempuan Indonesia

pertama kali diumumkan berdirinya pada 18 Mei 1998 oleh sekelomok

perempuan aktivis di Jakarta dengan dukungan 75 aktivis perempuan dari

berbagai daerah yang menyetujui dibentuknya Koalisi Perempuan Indonesia. Aksi

ini merupakan bagian dari gerakan reformasi menurunkan Soeharto.

Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 14-17 Desemeber 1998

yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres menghasilkan

Anggaran Dasar (AD)/Anggaran Rumah Tangga (ART), program kerja Deklarasi

Yogyakarta, 15 Presidium yang mewakili kelompok kepentingan perempuan adat;

lansia, jompo dan penyandang cacat; profesional; pekerja sektor informal; miskin

kota; miskin desa; pemuda, pelajar dan mahasiswa; perempuan yang dilacurkan;

buruh; janda, perempuan kepala rumah tangga dan tidak menikah; anak marjinal;

petani; nelayan; ibu rumah tangga; lesbian dan biseksual. Juga memilih

Nursyahbani Katjasungkara sebagai Sekretasis Jendral dan Antarini sebagai

Koordinator Presidium Nasional.

Kongres II diselenggarakan pada 14-18 Januari 2005 di Jakarta. Kongres ini

memilih 5 Presidium Nasional dan menetapkan Masruchah sebagai Sekretaris

Jendral hasil pemilihan oleh anggota. Zohra Andi Baso terpilih sebagai

Page 2: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

Koordinator Presidium Nasional. Dalam kongres ini juga memutuskan

penambahan dua kelompok kepentingan baru yaitu buruh migran dan pemisahan

kelompok penyandang cacat (kempampuan fisik yang berbeda) dari kelompok

lansia. Kongres ini dihadiri 600 perwakilan dari Papua Barat, Sulawesi Utara,

Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat,

Kalimantan Timur, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sumatera

Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Utara.

Koalisi Perempuan Indonesia adalah organisasi perempuan yang berjuang

untuk mewujudkan keadilan dan demokrasi dengan berpegang teguh kepada nilai-

nilai dan prinsip kejujuran, keterbukaan, persamaan, kesetaraan, persaudaraan

(sisterhood), kebebasan, kerakyatan, kemandirian, keberagaman, non- sektarian,

non- partisan, non- kekerasan, berwawasan lingkungan dan solidaritas pada rakyat

kecil dan tertindas. Disamping itu, Koalisi Perempuan Indonesia juga menolak

segala bentuk diskriminasi berdasar jenis kelamin, kelas sosial, agama,

kepercayaan, ras, etnis, orientasi seksual, warna kulit, bentuk tubuh, kemampuan

fisik yang berbeda (diffable), usia, status perkawinan, pekerjaan, pandangan

politik, dan perbedaan-perbedaan lainnya, serta merawat lingkungan hidup.

3.1.2. Visi

“Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender menuju masyarakat yang

demokratis, sejahtera, dan beradab.”

3.1.3. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut Koalisi Perempuan Indonesia mempunya

misi menjadi :

Page 3: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

1. Agen perubahan yang membela hak-hak perempuan dan kelompk yang

dipinggirkan.

2. Kelompok pendukung sesama permpuan.

3. Kelompok pengkaji, pengusul, penekan untuk perubahan kebijakan.

4. Pemberdayaan hak politik perempuan.

5. Motivator dan fasilitator jaringan kerja antar organisasi, kelompok dan

individu perempan.

6. Unsur penting dalam gerakan masyarakat sipil untuk keadilan dan

demokrasi.

3.1.4. Logo Koalisi Perempuan Indonesia

Sumber: Company Profile Koalisi Perempuan Indonesia

Gambar III.1 Logo Koalisi Perempuan Indonesia

Logo dan Lambang Koalisi Perempuan Indonesia terdiri dari :

1. Latar belakang : Transparan/Tanpa warna.

2. Selendang : Ungu (cyan 40% dan magenta 60%).

3. Tulisan Koalisi : Hitam 100%

4. Tulisan perempuan : Ungu (cyan 40% dan magenta 60%).

5. Tulisan Indonesia : Abu-abu.

Makna dari lambang :

Page 4: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

1. Transparan : Menunjukkan sikap yang transparan; Murni.

2. Hitam : Bermakna sebagai kesatuan semua warna yang ada, juga

perlambang komitmen yang pasti.

3. Ungu : Warna universal yang melambangkan perempuan,

keagungan atau yang diempukan.

4. Abu-abu : Warna yang melambangkan sesuatu yang terus

memperbarui diri.

5. Selendang yang dipandang sebagai atribut mayoritas Perempuan

Indonesia yang memiliki fungsi, yaitu: menggendong bayi, untuk

bermain, sebagai pelengkap busana, untuk upacara-upacara adat ataupun

pada saat bekerjasama.

Page 5: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

3.2. Proses Kerja Hubungan Masyarakat

3.2.1. Perencanaan

1. Analisis Situasi

Perkawinan anak merupakan bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap

anak, serta pelanggaran terhadap hak anak, khususnya hak untuk menikmati

kualitas hidup yang baik dan sehat, serta hak untuk tumbuh dan berkembang

sesuai usianya. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki

kasus perkawinan anak terbesar di Indonesia. Namun, jumlah ini tidak

termasuk jumlah anak-anak yang melangsungkan perkawinan tidak tercatat

atau “nikah siri”. Hal ini tentunya menjadi masalah yang harus diselesaikan

secara bersama agar tidak ada lagi perkawinan anak yang akan merugikan

banyak pihak, termasuk merugikan anak yang dikawinkan serta anak yang

dilahirkan oleh ibu yang masih berusia anak.

Minimnya pengetahuan tentang perkawinan anak membuat menikah di

usia anak menjadi jalan keluar yang instant bagi masyarakat desa di

Indramayu. Setelah penulis simpulkan dari riset selama di Koalisi Perempuan

Indonesia Kabupaten Indramayu terdapat 4 (empat) faktor penyebab

terjadinya perkawinan anak di Indramayu diantaranya :

a. Fakor Lingkungan

b. Faktor Ekonomi

c. Faktor Perjodohan

d. Faktor Saling Mencintai

Peraturan perundangan tentang perkawinan di Indonesia masih mengacu

pada Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yang di

Page 6: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

dalamnya berisi “Dilihat dari subjek hukum setiap orang secara hukum

memiliki hak untuk melakukan kewenangan hukumnya. Tidak terkecuali

perkawinan untuk melanjutkan keturunan atau membentuk keluarga tetapi

memiliki batas seperti perkawinan hanya diperbolehkan bagi laki-laki telah

berusia 19 tahun dan perempuan berusia 16 tahun.” padahal hal tersebut

bertentangan dengan Undang-Undang nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak, yang telah menjadi Undang-Undang nomor 35 Tahun

2014 yang di dalamnya menyebutkan bahwa yang disebut anak adalah

mereka yang berusia di bawah 18 tahun. Hal ini memperlihatkan bahwa

aturan mengenai perkawinan khususnya di Indramayu masih melegalkan

perkawinan anak yang terbukti telah menimbulkan berbagai permasalahan di

tingkat individu, keluarga, masyarakat, dan negara.

Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Kabupaten Indramayu merupakan

organisasi yang sangat perduli kepada penghapusan kekerasan terhadap

perempuan serta terus memerangi perkawinan anak. Melalui pendekatan-

pendekatan kepada orang tua dan anak usia 13-18 tahun, KPI memberikan

pemahaman, motivasi dan pengetahuan tentang dampak apa saja yang akan

timbul jika perkawinan anak masih terus terjadi. Koalisi Perempuan

Indonesia (KPI) wilayah Jawa Barat bersama 21 Lembaga dan Organisasi

dari Pemerintah dan Masyarakat Sipil membangun FORUM STOP

PERKAWINAN ANAK untuk terus melakukan upaya perubahan cara

pandang dan budaya masyarakat, sistem hukum yang bias gender, serta

melanggengkan Perkawinan Anak, yang mengakibatkan terjadinya kekerasan

terhadap perempuan dan anak.

Page 7: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

Oleh karena itu, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Kabupaten

Indramayu melakukan upaya perubahan cara pandang dan peraturan

perundang-undangan tersebut melalui kampanye dan sosialisasi di tahun 2017

dengan tema “STOP PERKAWINAN ANAK”. Program ini melibatkan

Pemerintah Nasional, Pemerintah Daerah, Tokoh Agama, para Akademis,

Organisasi Mayarakat, Media, Orang Tua/Keluarga, Remaja dan Anak.

Dalam upaya mengetahui situasi Koalisi Perempuan Indonesia (KPI)

Kabupaten Indramayu, penulis melakukan analisis SWOT sebagai berikut :

1) Strenght (Kekuatan)

a) Membina kerjasama yang kuat dengan lembaga pemerintah dan

masyarakat Indonesia.

b) Organisasi yang memiliki kekuatan untuk memperjuangkan hak-

hak perempuan dan anak-anak Indonesia.

c) Memiliki kerja nyata, ikhlas dan tulus mendampingi setiap

permasalahan perempuan dan anak terlihat dari jam terbang KPI

yang sudah sering mendampingi permasalahan-permasalahan

tersebut jadilah para anggota memiliki banyak pengetahuan

sehingga KPI banyak diundang untuk bekerja sama mendampingi

sampai menjadi motivator untuk perempuan dan anak-anak.

d) Semakin banyaknya dukungan secara langsung kepada KPI dan

banyak masyarakat serta para mahasiswa ikut serta bergabung

untuk memerangi perkawinan anak.

Page 8: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

2) Weakness (Kelemahan)

a) Kurang aktifnya di media sosial membuat banyak masyarakat yang

masih belum mengetahui Koalisi Perempuan Indonesia dan apa

saja program-program yang dijalankan.

3) Opportunity (Peluang)

a) Pertemuan langsung antara KPI dengan lembaga pemerintah,

perangkat desa sampai masyarakat untuk membangun hubungan

baik dan membangun kerjasama dalam memberantas perkawinan

anak.

b) Terus memperjuangkan hak perempuan dan anak di Indonesia

menjadikan banyaknya bantuan atau kerjasama yang diberikan oleh

pihak-pihak yang perduli akan hak perempuan dan anak di

Indonesia.

c) Tersebarnya anggota Koalisi Perempuan Indonesia di setiap

wilayah, membuat KPI lebih tanggap dan cepat membantu sampai

mendampingi setiap permasalahan perempuan dan anak yang

terjadi di Indonesia.

4) Threats (Ancaman)

a) Semakin maraknya perkawinan anak selain di wilayah Jawa Barat.

b) Karena banyaknya program yang diselenggarakan KPI, inipun

menjadi tugas besar bersama saat sosialisasi tidak lagi

dilaksanakan yang ditakutkan masyarakat akan lupa dengan apa

yang telah disosialisasikan dan kembali pada budaya perkawinan

anak di Indramayu.

Page 9: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

2. Tujuan

Informasi yang diperoleh menurut key informan Ibu Darwini selaku Ketua

KPI Wilayah Jawa Barat, tujuan diadakannya program sosialisasi “STOP

PERKAWINAN ANAK” yang dilaksanakan di Halaman Pendopo Kantor

Bupati Indramayu adalah sebagai berikut :

a. Membangun kesempatan tentang pentingnya penghapusan

perkawinan anak.

b. Membahas strategi dan membangun komitmen bersama untuk

membuat gerakan kampanye penghapusan perkawinan anak.

c. Menyampaikan informasi pentingnya peran serta semua pihak

dalam penghapusan perkawinan anak.

d. Mendorong lahirnya peraturan Perundangan yang mencegah dan

menghapuskan perkawinan anak.

3. Target Audience/Khalayak

Menurut informasi yang diperoleh dari Informan I yaitu Ibu Yuyun

Khoerunnisa, saat ini target Koalisi Perkawinan Anak di Kabupaten

Indramayu dalam kegiatan sosialisasi “STOP PERKAWINAN ANAK”

adalah sebagai berikut :

a. Lembaga pemerintahan seperti Dinas Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak (DP3A) Kab. Indramayu, Dinas

Kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana, serta LSM.

b. Kedepannya Koalisi Perempuan Indonesia di Kabupaten

Indramayu sedang mengupayakan adanya Peraturan Daerah untuk

Page 10: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

pembaruan batas usia perkawinan anak yang sebelumnya batas

minimal usia 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-

laki menjadi minimal 18 tahun untuk perempuan dan 21 tahun

untuk laki-laki.

c. Kepada masyarakat yang hadir, yang terdiri dari para remaja dan

orang tua/keluarga agar lebih terbuka pemikirannya tentang

dampak negatif perkawinan anak.

d. Pelajar atau mahasiswa yang berlokasi sekolah di Kabupaten

Indramayu agar terus melanjutkan cita-citanya dan terus perduli

mensosialisasikan STOP PERKAWINAN ANAK.

Keterangan di atas juga penulis peroleh dari hasil mengutip wawancara

dengan informan, sebagai berikut :

“Di wilayah Gunung Kidul Yogyakarta sudah ada Peraturan Daerah

tentang batas minimal perkawinan anak yaitu 18 tahun untuk perempuan dan

21 tahun untuk laki-laki. Terjadinya perkawinan anak juga bisa terjadi

mungkin karena tidak ada pengetahuan berapa minimal usia menikah. Kami

sedang mengupayakan ke Mahkamah Konstitusi untuk menaikkan batas

minimal usia menikah minimal perempuan 18 tahun dan laki-laki 21 tahun.”

4. Pesan

Pesan yang ingin disampaikan di dalam sosialisasi penghentian

perkawinan anak ini adalah sesuai dengan tema “STOP PERKAWINAN

ANAK” KPI sendiri berharap bahwasannya semoga setelah program itu

selesai, angka presentase korban perkawinan anak terdapat penurunan yang

signifikan dan tidak terjadi lagi sehingga menjadi suatu budaya yang buruk di

Indramayu. Serta sosialisasi ini dapat mendidik atau memotivasi masyarakat

Page 11: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

untuk menolak adanya perkawinan anak untuk anak itu sendiri maupun

lingkungannya.

Selain itu, KPI mengajak masyarakat dan pelajar atau mahasiswa agar

berpartisipasi mensosialisasikan penghentian perkawinan anak kemudian

menyebarkan informasi yang telah didapatkan kepada keluarga dan

lingkungannya serta dapat membujuk masyarakat khususnya yang di desa

untuk bekerja sama menghentikan perkawinan pada usia anak.

Keterangan di atas penulis peroleh dari hasil mengutip wawancara dengan

informan sebagai berikut :

“Walaupun belum ada keberhasilan yang terlihat besar, tetapi setidaknya

ada pengaruh kecil yang mengubah pemikiran masyarakat desa yang masih

terbilang awam dan masyarakat mendukung adanya penghentian perkawinan

anak. Itulah yang masih terus KPI upayakan dengan dibantu semua kalangan

untuk terus mensosialisasikan agar turunnya presentase perkawinan anak di

Indramayu.”

5. Strategi dan Taktik

a. Strategi

Menurut informasi dari key informan, untuk mensosialisasikan

penghentian perkawinan anak di Kabupaten Indramayu KPI memiliki

strategi tentunya berawal dari pendekatan dahulu kepada orang tua,

masyarakat setempat, anak, sampai ke perangkat desa. Komitmen yang

terus dijaga KPI dengan perangkat desa sampai lembaga pemerintahan

agar berhasilnya upaya untuk menghentikan perkawinan anak.

Page 12: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

Selain itu, salah satu strategi Koalisi Perempuan Indonesia adalah

dengan mengadakan program “STOP PERKAWINAN ANAK”, yang

diselenggarakan pada 18 November 2017 di Halaman Pendopo Kantor

Bupati Indramayu.

b. Taktik

Demi terselenggaranya program “STOP PERKAWINAN ANAK”

dapat berjalan dengan maksimal dan mencapai tujuannya, maka Humas

Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Kabupaten Indramayu menjalankan

beberapa taktik :

1) Memilih lokasi strategis di Halaman Pendopo Kantor Bupati

Indramayu yang lokasinya dekat dengan pusat kota Indramayu,

sekolah-sekolah, dan transportasi menuju lokasi yang mudah

dijangkau.

2) Melibatkan 1.000 tamu undangan yang berasal dari berbagai

kalangan dengan segmentasi pelajar atau mahasiswa, masyarakat

khususnya warga desa-desa setempat yang sebelumnya telah diberi

penyuluhan, Lembaga pemerintahan, sampai Bupati Indramyu.

3) Memanfaatkan media massa. Menurut informasi dari Ibu Yuyun

Khoerunnisa KPI tidak mengundang media, tetapi Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengundang 3

(tiga) media massa yaitu Radar Cirebon, Kompas TV, dan Metro

TV yang diharapkan dapat mempublikasikan penyelenggaraan

sosialisasi tersebut.

Page 13: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

4) Mengundang tingkatan khalayak yang rentang terhadap

perkawinan anak seperti pelajar usia di bawah 18 tahun,

mahasiswa, sampai orangtua. Dimana sosialisasi tersebut akan

menjadi media sarana pengetahuan bersama tentang sebab-akibat

terjadinya melangsungkan perkawinan anak.

6. Media Publikasi

Menurut informasi dari informan I, Ibu Yuyun Khoerunnisa mengatakan

media publikasi yang digunakan untuk mendukung sosialisasi tersebut berupa

banner, x-banner, brosur, stiker, souvenir (pin, bendera, binder), audio visual

yaitu internet melalui web www.koalisiperempuan.or.id, media sosial seperti

facebook dan instagram.

7. Anggaran Kegiatan

Menurut Key informan Ibu Darwini, beliau menyatakan bahwa anggaran

yang dikeluarkan tidak bisa dipublikasikan kepada pihak luar.

Keterangan di atas penulis peroleh dari hasil mengutip wawancara dengan

key informan sebagai berikut :

“kalau anggaran dana kami tidak dapat mempublikasikan kepada pihak

luar karena Koalisi Perempuan Indonesia bekerjasama langsung dan

dibantu oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak Indonesia dimana dana tersebut dibantu dari pemerintahan yang

tidak dapat dipublikasikan kepada pihak luar.”

Page 14: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

8. Kriteria Evaluasi

Untuk mengetahui apakah strategi Koalisi Perempuan Indonesia (KPI)

Kabupaten Indramayu dengan pihak-pihak lain yang peduli akan penghentian

perkawinan anak di Indonesia melalui Sosialisasi STOP PERKAWINAN

ANAK berjalan semestinya atau belum, maka dilakukan evaluasi terhadap

langkah-langkah yang diambil.

Kriteria keberhasilan Sosialisasi STOP PERKAWINAN ANAK ini adalah

semakin banyaknya pihak-pihak lain sampai masyarakat pun ikut perduli

terhadap penghentian perkawinan anak yang ada di Indonesia khususnya di

Indramayu agar tidak semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga masa

depan anak-anak di Indonesia cerah dan dapat mengejar cita-citanya.

Kriteria Evaluasi program sosialisasi STOP PERKAWINAN ANAK yang

diselenggarakan oleh Koalisi Perempuan Indonesia Kabupaten Indramayu

dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel III.1

Kriteria Evaluasi Sosialisasi “Stop Perkawinan Anak”

Tujuan Program Indikator Keberhasilan

1. Mensosialisasikan

penghentian

perkawinan anak agar

generasi penerus

bangsa mendapatkan

prestasi yang

cemerlang di masa

depan, serta dapat

meneruskan cita-cita

Sosialisasi “STOP

PERKAWINAN

ANAK” pada tanggal

18 November 2017 di

Halaman Pendopo

Kantor Bupati

Indramayu Jawa Barat.

1. Sebanyak kurang

lebih 1.000 tamu dari

berbagai khalayak

mulai dari Lembaga

Pemerintahan,

pelajar atau

mahasiswa, forum

organisasi,

masyarakat umum

Page 15: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

anak-anak di

Indramayu yang

tertunda.

2. Mendorong lahirnya

peraturan

Perundangan yang

mencegah dan

menghapuskan

perkawinan anak.

3. Menyampaikan

informasi pentingnya

peran serta semua

pihak dalam

penghapusan

perkawinan anak.

yang ikut serta dalam

sosialisasi “stop

perkawinan anak”.

2. Target mendapatkan

informasi tentang

bahaya

melangsungkan

perkawinan anak di

usia anak.

3. Terciptanya

kerjasama yang baik

antara masyarakat,

Pemerintah Daerah

Indramayu, dan KPI

Pusat ataupun KPI

Kabupaten

Indramayu.

4. Mendorong

masyarakat serta

pelajar ataupun

mahasiswa untuk

berperan aktif dalam

menghentikan

perkawinan anak.

Sumber: Hasil wawancara dengan narasumber Ketua KPI Wilayah Jawa Barat

3.2.2. Pelaksanaan

Menurut informasi dari informan I Ibu Yuyun Khoerunnisa, sebelum

pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini tahapan-tahapan awal yang selama 1 (satu)

tahun ini beliau dan tim KPI Wilayah Indramayu lakukan adalah datang langsung

mensosialisasikan dengan menjalin hubungan baik terlebih dahulu kepada

Page 16: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

perangkat desa sampai masyarakat desa, membangun jaringan dengan

stakeholder-stakeholder, mengajak para karangtaruna setempat untuk saling

membantu memberi pemahaman-pemahaman ke desa-desa, serta tentunya

membuat komitmen terlebih dahulu bagaimana dan upaya apasaja untuk

menghentikan perkawinan anak. Karena, sebelum melangkah membuat sebuah

peraturan di desa KPI bersama para stakeholder harus memiliki komitmen.

Seiring berjalannya waktu, anggota-anggota yang tergabung di KPI semakin

bertambah di setiap desa serta meluasnya jaringan-jaringan dan banyak pihak

yang mendukung kegiatan tersebut. Hal itu memberikan kemudahan KPI Wilayah

Indramayu untuk membuat program sosialisasi “STOP PERKAWINAN ANAK”.

Awal dilakukannya kegiatan sosialisasi berlokasi di 3 desa di Indramyu,

yaitu Desa Krasak Kec. Jatibarang, Desa Gelarmendala Kec. Balongan, Desa

Cibeber Kec. Sukagumiwang. Selanjutnya, program ini terus dilakukan oleh KPI

Indramayu selama setahun belakangan ini. Pada November 2017 lalu program

STOP PERKAWINAN ANAK diselenggarakan di SMKN 1 Indramayu pada 13

November 2017, 15 November 2017 berlokasi di MTs dan SMK Ma’arif Langut

Lohbener Indramayu, 16 November 2017 berlokasi di SMP NU Karanganyar, dan

puncak kegiatan sosialisasi STOP PERKAWINAN ANAK berlangsung pada 18

Novemeber 2017 berlokasi di Halaman Pendopo Kantor Bupati Indramayu.

Banyaknya pihak yang mendukung serta berpartisipasi untuk bekerja sama

melangsungkan program tersebut diantaranya Dinas Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak (DP3A) Kab. Indramayu, Dinas Kesehatan, Dinas

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, serta LSM. Kemudian dari hal

tersebut, Ibu Darwini selaku Ketua KPI Wilayah Jawa Barat telah membuat

Page 17: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

beberapa jadwal termasuk anggota dan koordinator dalam kegiatan sosialisasi

tersebut. Kegiatan sosialisasi dipertanggung jawabkan kepada Ibu Yuyun

Khoerunnisa selaku sebagai ketua penyelenggara dan dibantu anggota yang lain

sebagai bentuk partisipasi mereka. Selanjutnya, dari jadwal yang telah dibentuk

sebelum acara berlangsung dilaksanakan diskusi diantara tim yang akan dituju

dengan merumuskan perlengkapan dan persiapan apa saja untuk program tersebut.

Tentunya program ini didukung penuh oleh Bupati Indramayu sendiri yaitu Hj.

Anna Sophanah dan beliau menyarankan lokasi yang diambil untuk kegiatan

tersebut di Pendopo Kantor Bupati Indramayu. Kegiatan sosialisasi ini menjadi

media sarana pengetahuan bersama tentang apa saja dampak negatif yang timbul

jika terjadinya perkawinan anak, dan mendorong lahirnya peraturan Perundangan

yang mencegah dan menghapuskan perkawinan anak.

Berikut rangkuman pelaksanaan sosialisasi “STOP PERKAWINAN ANAK” :

TABEL III.2 SUSUNAN ACARA

“KAMPANYE & DEKLARASI STOP PERKAWINAN ANAK

Waktu Kegiatan Penanggung Jawab 08.00 – 08.45 Long March dari Kantor

Dinas PPPA ke Halaman Pendopo KPPPA

Panitia

08.45 – 09.00 Tari Topeng Panitia 09.00 -09.15 Menyanyikan Lagu Indonesia

Raya Dan Doa Pembukaan

Panitia

09.15 – 09.25 Laporan Panitia Darwinih 09.25 – 09.40 Sambutan Bupati Indramayu

selaku Tuan Rumah Kegiatan MC

09.40 – 09.55 Sambutan Gubernur sekaligus Membuka Kegiatan

MC

09.55-10.15 Tari Tradisional MC

Page 18: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

10.15-10.25 Testimony Korban Perkawinan Anak

MC

10.25 – 10.35 Testimony Forum Anak MC 10.35 – 10. 40 Testimony Guru MC 10.40 – 10. 45 Testimony Orang Tua MC 10.45 – 10.50 Pembacaan Puisi & Musik MC 10.50 – 11.15 Komitmen Organisasi

masyarakat Stop Perkawinan Anak

PKBI, Fatayat NU, Muslimat NU, Aisiyah, PKK, Forum Masyarakat Madani, Organisasi Kemahasiswaan dll

11.15. – 11.45 Komitmen Kepala Desa dan Tokoh Agama

MC

11.45 – 11.50 Sambutan Tokoh Stop Perkawinan Anak Nasional

( Zumrotin, Dian Kartikasari)

11.50 – 12.10 Sambutan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Pencanangan Gerakan Bersama STOP Perkawinan Anak di Jawa Barat

12.10 – 12.30 Deklarasi Gerakan Bersama Stop Perkawinan Anak

12.30 – 12.40 Tari Penutupan 12.40 – 12.45 Doa Penutup 12.45 – 12.55 Menyanyikan Lagu Padamu

Negeri

Sumber : Term of Reference (TOR) Sosialisasi STOP PERKAWINAN ANAK 3.2.3. Evaluasi

Berdasarkan informasi dari Informan I, Ibu Yuyun mengatakan

keberhasilan dalam kegiatan sosialisasi ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah

tamu undangan yang hadir pada kegiatan beberapa waktu lalu. Terdapat 1.000

tamu undangan yang hadir pada kegiatan tersebut yang terdiri dari berbagai

Page 19: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

khalayak. Berikut dokumentasi peserta dan tamu undangan yang ikut serta

penandatanganan petisi sebanyak 1.000 orang.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar III.2 Tanda tangan Petisi STOP PERKAWINAN ANAK

Beliau menambahkan bahwa dari hasil tanya jawab dengan para tamu

yang terdiri dari Lembaga Pemerintahan, khalayak pelajar atau mahasiswa,

keluarga, staff, dan para masyarakat menunjukkan komentar positif, baik dan

sudah memenuhi keingintahuan masyarakat dan seluruh tamu akan informasi

bahaya dari perkawinan anak dan para pengunjung mendukung kegiatan

sosialisasi tersebut.

Sedangkan menurut informan II yaitu Noviani selaku salah satu

perwakilan masyarakat yang diwawancarai pada kegiatan tersebut menyatakan

selain memberikan sosialisasi tentang program tersebut, program sosialisasi juga

memberikan edukasi seputar bahaya apa saja yang terjadi akibat melangsungkan

perkawinan anak, dan informasi yang disampaikan pun pesannya dapat diterima

oleh masyarakat yang hadir.

Page 20: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

3.3 Kendala dan Pemecahan

1. Kendala

Tentu banyaknya kendala yang dihadapi KPI selama 1 (satu) tahun

mensosialisasikan program tersebut. Diantaranya yaitu dari sumber daya

manusia tidak semua desa di Indramayu sudah terbuka pemikirannya tentang

dampak negatif ataupun bahaya apa saja yang akan terjadi pada perkawinan

anak. Menurut Ibu Enis, mereka masih berfikiran “daripada hamil duluan”,

menghindari zinah, tidak adanya biaya untuk sekolah membuat mereka semakin

dekat dengan pergaulan bebas, faktor lingkungan, keluarga yang mendukung

perkawinan anak, dll. Kendala lainnya menurut informan I, Ibu Yuyun

menyampaikan kurangnya komunikasi dan keterlibatan pihak berwenang

membuat kegiatan tersebut hampir saja kurang kondusif. Namun, tetap tidak

menghalangi berlangsungnya kegiatan tersebut.

Selain itu kendala yang dialami menurut Ibu Darwini selaku ketua KPI

Wilayah Jawa Barat, ternayata di lingkungan rumah bahkan keluarga kurang

adanya edukasi mengenai perkawinan anak dan dukungan utama melangsungkan

menikah di usia anak pun muncul didukung penuh dari orang tua, keluarga dan

lingkungan.

2. Pemecahan

Di dalam kegiatan sosialisasi ini, pemecahan dari kendala yang ada adalah

KPI mensiasati dengan terus mengedukasi, memberikan bimbingan,

menyampaikan informasi, dan motivasi-motivasi yang diberikan langsung

kepada masyarakat khususnya di desa, sekolah-sekolah, remaja yang rentan

Page 21: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · Kongres Nasional I diadakan di Yogyakarta pada 1417 Desemeber 1998 - yang dihadiri lebih dari 500 perempuan dari 25 propinsi. Kongres

melangsungkan perkawinan anak, hingga lingkungan yang masih sangat awam

tentang bahaya melangsungkan perkawinan anak. Karena menurut Ibu Enis

selaku informan I, kegiatan ini yang terpenting KPI nyata dan tulus ingin

menyampaikan isi pesan yang sangat luas cakupannya.

Disamping terus mensosialisasikan dan mengedukasi, KPI juga turut

mengajak dan mengundang korban dari perkawinan anak sebagai narasumber

dan berbagi pengalaman kepada masyarakat dan para remaja bahwa perkawinan

anak memiliki lebih banyak dampak buruk bagi psikologis sampai kesehatan

dibandingkan manfaat positif itu sendiri.

Selain itu, KPI terus bekerjasama dengan pihak-pihak sekolah yang ada di

wilayah Indramayu untuk terus mensosialisasikan program STOP

PERKAWINAN ANAK. Maka dari itu, berawal dari sarana pendidikan KPI

berharap edukasi terus dapat disampaikan oleh pihak-pihak sekolah mengingat

usia rentan perkawinan anak adalah masih pada usia wajib belajar 12 tahun yaitu

dibawah usia 18 tahun.